NOMOR : 72 TAHUN 2016 TANGGAL : 08 NOPEMBER Tentang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN PERUBAHAN (RKPD-P) TAHUN 2017 KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NOMOR : 72 TAHUN 2016 TANGGAL : 08 NOPEMBER Tentang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN PERUBAHAN (RKPD-P) TAHUN 2017 KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : 72 TAHUN 2016 TANGGAL : 08 NOPEMBER 2016 Tentang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN PERUBAHAN (RKPD-P) TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan perkenan- Nya maka Kabupaten Blitar Tahun 2017 ini dapat diselesaikan. Penyusunan Kabupaten Blitar 2017 merupakan kewajiban daerah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Kabupaten Blitar 2017 disusun sebagai tindak lanjut atas atas Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor: 061/2911/Sj Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, diinstruksikan kepada daerah untuk melakukan penyesuaian dokumen Rencana Pembangunan Daerah sesuai kelembagaan perangkat daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Kabupaten Blitar Tahun 2017 i

3 Kabupaten Blitar 2017 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih yang penyusunannya berpedoman pada RPJM Daerah dan memperhatikan RKP Nasional, memuat kebijakan makro ekonomi, arah kebijakan keuangan daerah, program prioritas pembangunan daerah, dan program/kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Terselesaikannya Kabupaten Blitar 2017 tidak terlepas dari dukungan semua pihak terkait yang berperan aktif dalam proses penyusunan RKPD-P ini. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Blitar menyampaikan terima kasih kepada seluruh Jajaran Pemerintah Kabupaten Blitar, swasta dan masyarakat atas sumbangsihnya, dengan harapan di masa datang partisipasinya dapat lebih ditingkatkan untuk melangkah bersama, berbuat seirama dalam memastikan roda pembangunan di Kabupaten Blitar berjalan pada rel yang dicita-citakan. Akhir kata kami harapkan agar Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P) Kabupaten Blitar Tahun 2017 ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang terkait, serta tercapainya target pembangunan Kabupaten Blitar Tahun Semoga segala upaya kita bersama dalam membangun Kabupaten Blitar senantiasa mendapat petunjuk serta ridho dari Allah SWT. Amin. Kabupaten Blitar Tahun 2017 ii i

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dasar Hukum Penyusunan Hubungan Antar Dokumen Sistematika Dokumen Rencana Kerja Perangkat Daerah Maksud dan Tujuan 8 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 9 BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah Kebijakan Keuangan Daerah 60 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1 Platform Pilkada Calon Bupati dan Wakil Bupati Arah Kebijakan/Prioritas Pembangunan RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun Arah Kebijakan/Prioritas Pembangunan RPJMN Tahun Prioritas Pembangunan Kabupaten Blitar BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB VI PENUTUP LAMPIRAN : RENCANA PROGRAM KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Kabupaten Blitar Tahun 2017 iii i

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi utama manajemen pembangunan yang selalu diperlukan karena kebutuhan akan pembangunan lebih besar dari sumber daya (resources) yang tersedia. Melalui perencanaan yang baik dapat dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memperoleh hasil yang optimal dalam pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dan potensi yang ada. Perencanaan pembangunan di Indonesia sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengatur perencanaan secara sistematis dan terintegrasi. Terintegrasi dapat diartikan sebagai kessuaian perencanaan pembangunan antar waktu maupun antar level pemerintahan. Perencanaan pembangunan berdasar pada ruang lingkup waktu dapat dibedakan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk kurun waktu 20 tahun; Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk kurun waktu 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk jangka pendek kurun waktu 1 tahunan. Kinerja pemerintah daerah secara akumulatif harus dapat berdampak pada kinerja Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Seluruh dokumen perencanaan harus saling terintegrasi dan saling mendukung pencapaian satu sama lain. Setiap tahun pemerintah daerah harus menyusun dokumen RKPD sebagai bentuk dokumen perencaan jangka pendek. RKPD disusun sebagai penjabaran arah kebijakan tahunan selama 5 tahun yang ada di dalam RPJMD, sesuai dengan program tahunan yang ada didalam RPJMD. RKPD berisi rencana kerja dari seluruh SKPD pada tahun yang bersangkutan, yang didasarkan pada arahan dan program prioritas yang telah dirumuskan pada Rancangan Awal RKPD. Sehingga masing-masing SKPD memiliki arahan/tema pembangunan yang jelas setiap tahunnya. Penyusunan RKPD penting untuk memberikan gambaran arah kebijakan sesuai dengan tahapan RPJMD/RPJPD dan isu-isu pembangunan besar pemerintah pusat yang baru serta memberikan gambaran capaian kinerja untuk RKPD tahun lalu. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Kabupaten Blitar Tahun

6 Sehubungan dengan amanat undang-undang tersebut maka Pemerintah Kabupaten Blitar telah menyusun RPJPD Tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun Penyusunan RKPD-P Kabupaten Blitar Tahun 2017 berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 dan memperhatikan RPJMD Propinsi Jawa Timur maupun Rancangan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun Hal-hal yang menjadi perhatian dalam menyusun RKPD-P ini juga mempertimbangkan hasil kinerja pembangunan yang dicapai pada tahun sebelumnya, isu-isu strategis yang akan dihadapi pada tahun pelaksanaan RKPD serta sinergitas antar sektor dan antar wilayah serta penjaringan aspirasi yang mengemuka sebagai hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang secara partisipatif dilakukan mulai dari desa/kelurahan hingga kabupaten. Hal pokok penting dalam RKPD-P ini merupakan gambaran investasi pemerintah yang dalam penjabarannya diinteraksikan dengan komponen sumber daya yang lain seperti PAD, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Tugas Pembantuan, serta dana-dana bagi hasil lainnya. Dokumen RKPD-P ini merupakan dokumen publik yang harus disusun dan dipublikasi dimana sesuai amanat undang-undang nomor 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik yang berlaku maka diharapkan dokumen ini dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan baik dalam kapasitas untuk pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Penyusunan tahun 2017 berlandaskan pada beberapa dasar hukum seperti dibawah ini: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Kabupaten Blitar Tahun

7 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 6. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 112); 7. Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234 ); 8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beerapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaran Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 14. Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa; Kabupaten Blitar Tahun

8 16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembanguna Jangka Menengah Nasional Tahun ; 17. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Desa; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evalusi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2014; 22. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor: 061/2911/Sj Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah; 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun ; 24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun ; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Blitar sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Daerah Nomor 26 tahun 2012; 26. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Blitar Tahun ; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 7 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2016; 28. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 04 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar Tahun ; 29. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah; 30. Peraturan Bupati Blitar Nomor 47 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2016; 31. Peraturan Bupati Blitar Nomor 18 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun Kabupaten Blitar Tahun

9 1.3 Hubungan Antar Dokumen Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, maka keberadaan Keberadaan RKPD-P Tahun 2017 juga sebagai pedoman bagi SKPD untuk penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD tahun RPJMD dan Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan jangka menengah daerah untuk periode 5 tahunan, yang dijabarkan lebih lanjut menjadi rencana tahunan. Rencana kerja tahunan pada tingkat nasional dinamakan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan pada tingkat daerah disebut Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD). Hubungan Renstra K/L dengan RKP dan Renstra SKPD dengan RKPD adalah bersifat mengikat yaitu penyusunan rencana tahunan harus berpedoman pada rencana lima tahunan. Sedangkan hubungan antara Renstra K/L dan Renstra SKPD adalah bersifat konsultatif yaitu penyusunan Renstra SKPD harus memperhatikan Renstra K/L. Mengingat adanya keselarasan sistem perencanaan dan sistem penganggaran, maka RKPD harus dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Oleh karena itu penyusunan RKPD tersebut, perlu dilakukan secara lebih rinci dengan tekanan utama pada penetapan program dan kegiatan.penetapan program dan kegiatan tersebut harus pula mencakup indikator dan target kinerja serta perkiraan kebutuhan dana untuk mendukung pelaksanaan masing-masing program dan kegiatan. Hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan dapat dilihat pada bagan 1.1. RPJM Nasional RKP Diperhatikan Diacu Dijabarkan RPJP Daerah Pedoman RPJM Daerah RKP Daerah Pedoman RAPBD APBD Pedoman Bahan Diacu Bahan Renstra SKPD Pedoman Renja SKPD RKA SKPD DPA SKPD Bagan 1.1 Hubungan Dokumen RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Kabupaten Blitar Tahun

10 1.4 Sistematika Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan Berikut ini merupakan sistematika dokumen RKPD-P Kabupaten Blitar Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjelaskan pengertian ringkas mengenai RKPD-P, proses penyusunan dan kedudukan RKPD-P tahun rencana dalam periode penyusunan RPJMD, keterikatan dengan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD dan tindak lanjutnya dengan proses penyusunan RAPBD Dasar Hukum Penyusunan Menyebutkan peraturan perundang - undangan yang mengatur tentang perencanaan dan penganggaran serta tatacara penyusunan dokumen perencanaan dan pelaksanaan Musrenbang Hubungan Antar Dokumen Bagian ini menjelaskan secara ringkas hubungan dokumen RKPD-P dengan RPJMD Kabupaten Blitar tahun Sistematika Dokumen RKPD-P Sub bab ini mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD-P terkait dengan pengarutan bab serta garis besar isi setiap bab didalamnya Maksud dan Tujuan Memberikan uraian ringkas tentang maksud dan tujuan penyusunan dokumen RKPD-P. BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD-P TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN Bab ini menguraikan tentang evaluasi pelaksanaan RKPD-P tahun yang lalu selain itu juga memperhatikan dokumen RPJMD dan dakomuen RKPD-P tahun berjalan sebagai acuan. 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Bagian ini menjelaskan dan menyajikan secara umum mengenai kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi, serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Bab ini menjelaskan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber Kabupaten Blitar Tahun

11 pendanaan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perkonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bagian ini mengemukakan implementasi program perekomonian untuk mewujudkan visi dan misi kepala daerah, isu strategis daerah sebagai dasar untuk menyusunprioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan tahun Arah Kebijakan Keuangan Daerah Menguraikan kebijakan yang akan ditempuh pemerintah daerah berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Pada Bab IV berisi mengenai perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi isu strategis dan masalah mendesak ditingkat daerah dan nasional, kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan.perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta indikasi prioitas kegiatannya, juga memperhatikan apa yang diusulkan oleh SKPD berdasarkan prakiraan maju pada RKPD tahun sebelumnya. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan program daerah yang dsusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakanoleh RPJMD. Rencana Program dan kegiatan prioritas harus mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat. Diuraikan dari program dan kegiatan yang paling bermanfaat atau memiliki nilai kegunaan yang tinggi bagi masyarakat. BAB VI PENUTUP Pada Bab V, merupakan bab penutup dari dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan Kabupaten Blitar Tahun 2017 beserta lampiran program SKPD dan penggunaan dana pagu. Kabupaten Blitar Tahun

12 1.5 Maksud dan Tujuan Maksud disusunnya Kabupaten Blitar Tahun 2017 adalah untuk acuan dan dasar penyusunan dokumen Renja SKPD tahun 2017, dengan menjamin sinkronisasi dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. RKPD-P Tahun 2017 merupakan pedoman dalam penyusunan RAPBD dan merupakan acuan dalam perumusan Kebijakan Umum Anggaran Perubahan (KUPA) maupuan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPAS-P) APBD Kabupaten Blitar Tahun Selanjutnya RKPD-P tersebut juga dijadikan dasar untuk menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD. Disusunnya Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan Tahun 2017 adalah untuk memberikan arah serta pedoman bagi semua pelaku pembangunan di Kabupaten Blitar, dalam rangka mewujudkan pencapaian indikator dan target kinerja prioritas/agenda/program pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD yang akhirnya ditujukan untuk mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah. Kabupaten Blitar Tahun

13 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan tahun 2017 ini pada hakekatnya didasarkan pada evaluasi hasil pelaksanaan RKPD tahun 2015 disinergikan dengan RPJMD Kabupaten Blitar dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Tahun Evaluasi tersebut merupakan penelaahan atas pelaksanaan kinerja dari program dan kegiatan SKPD. Evaluasi juga diselaraskan dengan hasil-hasil laporan kinerja yang menjadi dasar penyusunan LAKIP SKPD. 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Untuk menggambarkan kondisi daerah Kabupaten Blitar, Pada bab ini menyajikan data dan menggambarkan kondisi daerah Kabupaten Blitar yang berkaitan dengan aspek geografis dan demografis, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Berikut ini merupakan kondisi daerah Kabupaten Blitar Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Blitar terletak di Provinsi Jawa Timur bagian selatan yang secara geografis berada antara ' ' Bujur Timur dan 7058' 809'5'' Lintang Selatan. Sementara itu secara administratif, Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang di sebelah utara, Kabupaten Malang di sebelah timur, Samudera Indonesia di sebelah selatan serta Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di sebelah barat. Letak yang cukup strategis tersebut menjadikan perkembangan kabupaten yang mempunyai luas wilayah 1.588,79 km² dan terbagi ke dalam 22 kecamatan, 248 desa dan 24 kelurahan ini layak diperhitungkan. Kondisi alam Kabupaten Blitar sangat beragam, terdiri dari wilayah pegunungan, dataran rendah, daerah aliran sungai dan pesisir. Secara spesifik, kondisi topografi kabupaten yang memiliki ketinggian wilayah ± 167 meter adalah sebagai berikut: 1. Wilayah utara memiliki kemiringan berkisar 2% - 15%, 15% - 40% dan lebih besar dari 40%, dengan relief bergelombang hingga berbukit. Wilayah ini merupakan bagian dari wilayah Gunung Kelud dan Gunung Butak. Kabupaten Blitar Tahun

14 2. Wilayah Tengah merupakan daerah yang relatif datar dengan kemiringan 0-20%. Namun, bagian timur dari wilayah ini agak bergelombang dengan kemiringan ratarata 2-15%. 3. Wilayah Selatan yang sebagian besar merupakan wilayah perbukitan dengan kemiringan 15% - 40%. Terdapat sebagian kecil dari wilayah ini yang berada di sekitar DAS Brantas dengan kontur agak landai antara 0-20%. Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Blitar Sumber: Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan 2016 Kondisi geografis Kabupaten Blitar terdiri dari wilayah pegunungan, dataran rendah, daerah aliran sungai, dan pesisir. Daerah pegunungan berada di bagian utara dengan adanya Gunung Kelud yang masih aktif dan Gunung Kawi disebelah timur. Sedangkan pegunungan kapur berada di bagian selatan berbatasan dengan wilayah pesisir pantai selatan. Daerah dataran rendah berada dibagian tengah dan barat. Daerah aliran sungai berada dibagian tengah wilayah Kabupaten Blitar dimana terdapat aliran Sungai Brantas yang membagi Kabupaten Blitar menjadi 2 bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan. Sungai Brantas ini juga sekaligus merupakan muara dari sungai-sungai utama yang mengalir dari bagian utara Kabupaten Blitar seperti sungai Lekso, sungai Putih dan sebagainya. Kabupaten Blitar Tahun

15 Dibagian selatan juga terbentang dari timur ke barat wilayah pesisir Kabupaten Blitar sepanjang 45 km menghadap Samudera Indonesia. Jenis batuan yang dijumpai di wilayah Kabupaten Blitar terdiri dari satuan batu gamping dan satuan batuan vulkanik dan marin yang berumur Miosen, satuan batuan vulkanik muda, batuan endapan alluvial sungai dan satuan endapan alluvial pesisir. Satuan batuan gamping terdiri dari batuan gamping terumbu yang banyak dijumpai di wilayah selatan Kabupaten Blitar dengan jumlah hampir 20% dari luas wilayah yang meliputi Kecamatan Bakung, Wonotirto sebagian Kecamatan Panggungrejo dan sebagian Kecamatan Wates. Sedangkan satuan batuan campuran terdiri dari endapan vulkanik (breksi, tuva dan lava) serta endapan marin (batu gamping, napal, serpik, batu pesisir dan konlomerat) terdapat di Kecamatan Sutojayan, sebagian Kecamatan Kademangan, Wonotirto, Panggungrejo, Binangun, Wates, Kesamben, Selopuro dan Ponggok. Satuan batuan vulkanik muda terdiri dari lava lahar breksi dan lava andesit sampai basalt, terletak seluruhnya di bagian utara wilayah Kabupaten Blitar dengan jumlah ± 50% dari luas wilayah Kabupaten Blitar. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Blitar mempunyai pola yang berbeda antara wilayah utara dengan selatan. Wilayah utara sungai Brantas membentuk pola aliran (drainase system) radial dimana anak sungai dan sungai-sungai utamanya seolah-olah berpusat pada gunung Kelud dan Gunung Butak, kemudian menyebar keluar dan bermuara di sungai Brantas. Wilayah selatah, sungai-sungai dan anak sungai sebagian besar bermuara di Samudera Indonesai dan hanya sebagian kecil (disekitar Kecamatan Binangun) bermuara di sungai Brantas. Sumber-sumber mata air utama di Kabupaten Blitar dengan debit air cukup besar terdapat di Kecamatan Srengat, Gandusari, Wlingi, dan Kesamben. Sedangkan sumber air lainnya relatif kecil (rata-rata < 5 liter/detik) terletak di Kecamatan Kesamben, Kademangan, Sutojayan dan Bakung. Iklim di Kabupaten Blitar termasuk tipe C.3. yaitu iklim tropis yang ditandai dengan adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau umumnya berlangsung antara bulan November April. Sedangkan musim penghujan antara bulan Mei September dengan curah hujan rata-rata hingga mm/tahun. Suhu rata-rata di Kabupaten Blitar berkisar antara 24,4 C sampai 28,3 C. Tempat di sekitar pesisir pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif lebih tinggi. Berdasarkan keadaan morfologi, Kabupatan Blitar termasuk dalam jenis morfologi pegunungan, perbukitan, dan daratan. Dari segi morfologi pegunungan, terletak pada bagian Blitar utara dengan ketinggian mencapai meter dari permukaan laut, yaitu Gunung Kombang, Gunung Kelud, Gunung Butak. Morfologi tersebut terbentuk berasal dari letusan Kabupaten Blitar Tahun

16 gunung api berumur muda dengan kemiringan antara 2 persen hingga 40 persen, meliputi Kecamatan Talun, Doko, Gandusari, Nglegok, dan Ponggok. Sedangkan untuk morfologi perbukitan, berada pada wilayah Blitar bagian selatan dengan ketinggian berkisar 100 meter diatas permukaan air laut (dpl) hingga 350 meter dpl. Morfologi tersebut umumnya terbentuk dari batuan gamping atau kapur dengan kemiringan antara 20 persen sampai 40 persen, yang meliputi kecamatan Panggungrejo, Wates, dan Wonotirto. Kemudian untuk morfologi dataran, terletak di bagian tengah wilayah Kabupaten Blitar. Daerah dataran ini ditempati oleh batuan hasil letusan gunung api dan juga batuan lepas hasil dari endapatan Sungai Brantas yang mengalir dari timur ke barat, dengan kemiringan antara 0% sampai dengan sekitar 20 persen, meliputi Kecamatan Wonodadi, sebagaian Kecamatan Kademangan, Srengat, Garum, Sanankulon, Kanigoro, Sutojayan, Kesamben, Wlingi, Selopuro dan Selorejo Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan kondisi geografis Kabupaten Blitar, sejak jaman dahulu Kabupaten Blitar dikenal sebagai daerah yang mengandalkan sektor pertanian (Agraris). Lahan yang digunakan sebagai areal persawahan ini mencapai 19,9 persen dari luas wilayah, belum termasuk untuk sektor perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan. Komoditas Hasil Peternakan terdiri dari telur, daging dan susu. Ketiga komoditas ini sangat menonjol dari sisi produktivitasnya, sehingga mampu menopang ketersediaan bahan pangan masyarakat khususnya Kabupaten Blitar. Komoditas unggulan yang dihasilkan dari Kabupaten Blitar meliputi Komoditas Perkebunan yaitu: Rambutan, Nanas, Teh, Cengkeh, Kopi serta komoditas pertanian utamanya pertanian tanaman pangan meliputi; padi, jagung, ketela, sayur-sayuran, gula merah yang di kemas dengan berbagai bentuk. Komoditas Perikanan terdiri dari ikan hias dengan produk utama adalah ikan Koi, ikan air tawar dengan produk utama antara lain Gurami, Nila, Lele, Mujair serta ikan laut tangkapan. Di wilayah pantai terdapat pula beberapa lokasi untuk tambak udang. Seiring kebutuhan akan bahan baku tambang, saat ini wilayah selatan merupakan pemasok bahan tambang golongan C seperti, Feldspar, Kaolin, Zeolit, Pasir Besi dan Batu Kapur. Potensi alam yang bervariasi bisa dikembangkan menjadi obyek wisata yang sangat berpotensi mengundang wisatawan domestik maupun luar negeri, seperti potensi pantaipantai yang tersebar di sepanjang pantai selatan, air terjun, pengembangan desa wisata ataupun paket-paket inovatif lain dari sektor pariwisata. Pengembangan usaha mikro dan usaha kecil yang telah ditumbuhkan hampir di setiap desa di Kabupaten Blitar bisa menjadi Kabupaten Blitar Tahun

17 potensi pengembangan ekonomi lokal yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Lebih-lebih jika dilakukan pengembangan jejaring usaha antar lintas sektoral yang masing-masing memiliki keunggulan produknya, sehingga tercipta sinergitas pengembangan usaha bersama di Kabupaten Blitar yang didukung oleh tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro masyarakat. Di sisi lain, kondisi geografis Kabupaten Blitar menjadikan adanya perbedaan sosio kultural bagi penduduk yang mendiami berbagai wilayah di Kabupaten Blitar. Seperti di wilayah barat kebudayaan masyarakatnya condong ke mentaraman yang merujuk pada suatu teritori budaya maupun dialek yang digunakan. Sedangkan di bagian timur cenderung pada dialek yang diucapkan oleh penduduk Kabupaten Malang Kawasan Rawan Bencana Dengan kondisi topografis yang bervariasi, antara lain sepanjang sisi selatan berada di tepi pantai, serta sisi utara yang bergunung-gunung bahkan terletak di lereng gunung Kelud yang masih aktif, selain memiliki potensi yang menjanjikan, Kabupaten Blitar juga memiliki potensi bencana alam yang cukup beragam, antara lain : a. Daerah rawan Tsunami berada di sepanjang pesisir Selatan Kabupaten Blitar, meliputi Kecamatan Wates, Panggungrejo, Wonotirto dan Bakung. b. Daerah rawan bencana Gunung Berapi, meliputi Kecamatan Gandusari, Nglegok, Ponggok dan Srengat. c. Daerah rawan Banjir meliputi wilayah di sepanjang aliran sungai Brantas, antara lain Kecamatan Kademangan dan Kecamatan Sutojayan. d. Daerah Rawan Angin Puting Beliung yaitu Kecamatan Srengat, Wonodadi dan Udanawu Demografi Penduduk merupakan bagian penting dari modal pembangunan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi sumber daya (input) produksi sekaligus menciptakan demand barang dan jasa hasil produksi. Namun demikian, jumlah penduduk harus dikendalikan agar tidak menimbulkan masalah kependudukan seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain serta perlu ditingkatkan kualitasnya terutama di era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) seperti saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blitar mencatat bahwa di tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Blitar sebanyak jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 0,51 persen sejak Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) lalu. Dengan luas wilayah 1.588,79 km 2 maka rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 721 jiwa per km 2. Kabupaten Blitar Tahun

18 Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Tahun (Jiwa) Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Dilihat dari persebaran penduduk Kabupaten Blitar, Kecamatan Ponggok merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar jiwa, sementara Kecamatan Bakung memiliki jumlah penduduk paling sedikit, yaitu sejumlah jiwa. Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi adalah Sanankulon dengan jumlah penduduk sebesar jiwa per km 2, sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan paling rendah adalah Wonotirto dengan jumlah penduduk 216 jiwa per km 2. No. Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Kecamatan Luas Wilayah (km 2 ) % Jumlah Penduduk (jiwa) L P Total Sex Ratio Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1. Bakung 111,24 7, , Wonotirto 164,54 10, , Panggungrejo 119,04 7, , Wates 68,76 4, , Binangun 76,79 4, , Sutojayan 44,2 2, , Kademangan 105,28 6, , Kanigoro 55,55 3, , Talun 49,78 3, , Selopuro 39,29 2, , Kesamben 56,96 3, , Kabupaten Blitar Tahun

19 No. Kecamatan Luas Wilayah (km 2 ) % Jumlah Penduduk (jiwa) L P Total Sex Ratio Kepadatan (jiwa/km 2 ) 12. Selorejo 52,23 3, , Doko 70,95 4, , Wlingi 66,36 4, , Gandusari 88,23 5, , Garum 54,56 3, , Nglegok 92,56 5, , Sanankulon 33,33 2, , Ponggok 103,83 6, , Srengat 53,98 3, , Wonodadi 40,35 2, , Udanawu 40,98 2, , Kab. Blitar 1.588, , Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Komposisi penduduk Kabupaten Blitar berdasarkan jenis kelamin selama lima tahun terakhir sejak SP 2010 disajikan dalam Gambar 2.1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tersebut populasi penduduk laki-laki lebih besar dibanding populasi perempuan. Grafik 2.2 Komposisi Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Blitar Laki-Laki Perempuan Tahun (Jiwa) Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berpengaruh pada nilai sex ratio. Nilai sex ratio Kabupaten Blitar dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan Kabupaten Blitar Tahun

20 yang signifikan. Pada tahun 2015, sex ratio Kabupaten Blitar sebesar 100,35. Artinya, dalam jiwa penduduk perempuan terdapat jiwa penduduk laki-laki. Angka sex ratio digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan berwawasan kesetaraan gender maupun sebagai informasi untuk kepentingan mengakomodir tingkat keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif. Sementara itu, untuk mengetahui penduduk menurut kelompok usia, dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk tersebut mampu menunjukkan komposisi penduduk menurut kelompok umur sekaligus menurut jenis kelamin. Grafik 2.3 Piramida Penduduk Kabupaten Blitar Tahun ,59 4,12 7,02 5,91 6,66 7,66 7,73 7,57 6,96 6,74 6,16 6,85 7,74 7,62 7,66 10,0 5,0 0,0 5,0 10,0 Perempuan Laki-laki Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Piramida penduduk di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Blitar berada pada rentang usia produktif (15-64 tahun) dengan persentase sebesar 66,62% ( jiwa). Sisanya merupakan usia non produktif ( jiwa) yang terdiri dari penduduk usia muda dibawah 15 tahun sebesar 23,51% dan penduduk usia lanjut 65 tahun keatas sebesar 9,87%. Kabupaten Blitar Tahun

21 Grafik 2.4 Persentase Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2015Menurut Golongan Usia 9,87 23,51 66,62 Usia Muda (< 15) Usia Produktif (15-64) Usia Lanjut (65+) Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Melalui informasi di atas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Blitar memiliki potensi besar dalam hal penyediaan tenaga kerja yang ditunjukkan dengan besarnya persentase usia produktif. Hal tersebut perlu diimbangi dengan tingginya kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing di pasar tenaga kerja. Selain itu, diperoleh informasi pula bahwa dependency ratio atau rasio ketergantungan yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dan usia produktif Kabupaten Blitar sebesar 0,50. Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap 100 orang yang berusia kerja (dan dianggap produktif) menanggung kurang lebih sebanyak 50 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan ini merupakan salah satu indikator demografi penting yang menunjukkan bahwa semakin kecil rasio tersebut maka semakin baik pula kondisi penduduknya. Suatu daerah akan memperoleh bonus demografi saat nilai depedency ratio-nya kurang dari 0,5 atau saat 100 orang usia kerja menanggung tidak lebih dari 50 orang usia nonproduktif. Namun, hal yang tidak kalah penting adalah berapa persen dari jumlah penduduk usia kerja (angkatan kerja) tersebut yang benar-benar aktif bekerja pada usia produktifnya. Kabupaten Blitar Tahun

22 2.1.5 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Blitar dihitung dalam dua bentuk yaitu penghitungan atas dasar harga berlaku (ADHB) dan penghitungan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB ADHB masih dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga (inflasi), sedangkan PDRB ADHK memperlihatkan perkembangan PDRB tanpa dipengaruhi perkembangan harga yang biasanya cenderung naik dari tahun ke tahun. PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB menggambarkan kemampuan Kabupaten Blitar dalam mengelola sumber daya daerah yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh karena itu, besaran PDRB yang dihasilkan oleh Kabupaten Blitar sangat tergantung kepada kondisi sumber daya alam dan faktor produksi yang tersedia. Selama periode nilai PDRB Kabupaten Blitar terus mengalami perkembangan, baik ADHB maupun ADHK Tahun Dalam rentang waktu tersebut, pertambahan PDRB ADHB Kabupaten Blitar rata-rata berkisar 2,1 milyar rupiah per tahun. Angka ini masih kasar dan belum bisa digunakan sebagai indikator perkembangan ekonomi, karena didalamnya mengandung pengaruh perubahan/kenaikan harga (inflasi). Artinya, bisa saja pertambahan tersebut mayoritas jsutru disumbang oleh perubahan harga, bukan kuantitas. Perkembangan ekonomi secara riil, bisa dilihat dari perubahan PDRB ADHK Kabupaten Blitar yang kemudian lazim disebut dengan istilah pertumbuhan ekonomi. Berikut adalah tabel PDRB ADHB menurut lapangan usaha tahun Kabupaten Blitar Tahun

23 Tabel 2.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kategori Lapangan Usaha, Tahun (Miliar Rupiah) Kategori Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5, , , , , ,615.5 B Pertambangan dan Penggalian , ,151.3 C Industri Pengolahan 2, , , , , ,444.8 Pengadaan Listrik dan D Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, E Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 1, , , , , ,409.0 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi G Mobil dan Sepeda 2, , , , , ,556.6 Motor Transportasi dan H Pergudangan Penyediaan I Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan J Komunikasi , , , ,311.1 K Jasa Keuangan dan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, O Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan , ,102.1 Jasa Kesehatan dan Q Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PDRB DENGAN MIGAS 16, , , , , ,790.3 PDRB TANPA MIGAS 16, , , , , ,790.3 Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar Pada tahun 2015, Kabupaten Blitar sukses membukukan PDRB ADHB sebesar 26,7 triliyun rupiah. Maknanya, di tahun tersebut seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk yang berdomisili di wilayah Kabupaten Blitar bernilai 26,7 triliyun rupiah. Sementara jika ditinjau dari harga konstan, PDRB yang dihasilkan berkisar 20,9 triliyun rupiah. Kabupaten Blitar Tahun

24 Tabel 2.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Kategori Lapangan Usaha, Tahun (Miliar Rupiah) Kategori Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5, , , , , ,811.9 B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan 2, , , , , ,761.3 Pengadaan Listrik dan D Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, E Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 1, , , , , ,871.9 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi G Mobil dan Sepeda 2, , , , , ,773.5 Motor Transportasi dan H Pergudangan Penyediaan I Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi , , , ,293.4 K Jasa Keuangan dan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Q Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PDRB DENGAN MIGAS 16, , , , , ,922.3 PDRB TANPA MIGAS 16, , , , , ,922.3 Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar Kabupaten Blitar Tahun

25 B. Laju Inflasi Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Tingkat keparahan inflasi terbagi atas Inflasi ringan (<10% setahun); Inflasi sedang (10%-30% setahun); Inflasi berat (30%-100% setahun); dan Hiperinflasi ( >100% setahun). Inflasi tahun ke tahun (yoy) Kabupaten Blitar pada tahun 2011 tercatat sebesar 5,06 persen. Sampai tahun 2015, inflasi Kabupaten Blitar relatif fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 7,03%. Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Kabupaten Blitar Tahun ,05 7,49 4,63 3,62 1, Series1 3,62 4,63 8,05 7,49 1,71 Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar C. PDRB Per Kapita PDRB per kapita dihitung dengan pendekatan nilai PDRB ADHB dibagi jumlah penduduk, meskipun pendekatan tersebut memiliki kelemahan namun telah dianggap dapat memberikan gambaran tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu atau perbandingannya dengan daerah lain. Kabupaten Blitar Tahun

26 Grafik 2.6 PDRB Perkapita Kabupaten Blitar (Juta Rupiah) 25,00 20,00 15,00 14,49 16,02 17,58 19,14 21,15 23,39 10,00 5,00 0,00 PDRB per kapita (juta rupiah) ,49 16,02 17,58 19,14 21,15 23,39 Sumber: BPS Kabupaten Blitar, 2016 (diolah) PDRB per kapita masyarakat Kabupaten Blitar tahun 2011 mencapai 16 juta rupiah dan meningkat menjadi 23,39 juta rupiah pada tahun 2015 atau meningkat rata-rata 10% per tahun. D. Indeks Gini Salah satu indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan adalah dengan menghitung nilai koefisien gini (Gini Ratio). Ketimpangan distribusi pendapatan yang dihitung berdasarkan nilai gini ratio ini didasarkan pada kriteria: a) Jika nilai koefisien gini < 0,4, maka dinyatakan tingkat ketimpangan rendah, b)jika nilai koefisien gini 0,4 < 0,5, maka dinyatakan tingkat ketimpangannya sedang, dan 3) jika nilai koefisien gini > 0,5, maka tingkat ketimpangan distribusi pendapatannya tinggi. Posisi terakhir Gini Ratio tahun 2013 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Blitar berada di angka 0,33. Angka tersebut dapat diartikan bahwa ketimpangan yang terjadi di Kabupaten Blitar tergolong rendah dikarenakan nilai koefisien gininya di bawah 0,4.Berikut adalah gambar indeks gini Kabupaten Blitar. Kabupaten Blitar Tahun

27 Grafik 2.7 Indeks Gini Kabupaten Blitar Tahun ,40 0,35 0,30 0,28 0,30 0,27 0,33 0,36 0,33 0,25 0,20 0,15 0,10 0, Series1 0,28 0,30 0,27 0,33 0,36 0,33 Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar E. Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan (GK). Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Data persentase penduduk Kabupaten Blitar di atas garis kemiskinan disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.5 Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan Indikator Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan 88,71 89,29 89,47 89,78 Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar Kabupaten Blitar Tahun

28 Fokus Kesejahteraan Sosial Pendidikan A. Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. AMH dapat digunakan untuk: 1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. 2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. 3. Menunjukkan kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Capaian kinerja angka melek huruf didukung dengan program seperti penyelenggaraan kejar paket A, B dan C serta melalui keaksaraan fungsional, pelaksanaan beberapa pelatihan kecakapan hidup serta peningkatan kualitas pendidikan informal seperti pelatihan pengelolaan kursus-kursus yang ada di Kabupaten Blitar. Berikut adalah grafik angka melek huruf Kabupaten Blitar. Grafik 2.8 Angka Melek Huruf Kabupaten Blitar (%) 92 91,98 91,96 91,94 91,92 91,98 91,98 91,97 91,96 91, Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun B. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menghitung angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dengan adanya metode baru dalam penghitungan angka IPM, angka rata-rata lama sekolah kabupaten Blitar pada awal periode tahun 2011 adalah 6,52 tahun. Indikator ini mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan kondisi sampai dengan akhir tahun 2014 mencapai 6,82 tahun. Kabupaten Blitar Tahun

29 Capaian kinerja tersebut didukung dengan program seperti pelatihan kecakapan hidup, penyelenggaraan kegiatan kejar paket B dan C, serta rintisan wajib belajar pendidikan menengah 12 tahun. Berikut adalah grafik angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Blitar. Grafik 2.9 Angka Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 6,85 6,80 6,75 6,70 6,65 6,60 6,55 6,50 6,45 6,40 6,35 6,82 6,67 6,59 6, Sumber: BPS Kabupaten Blitar, 2016 (diolah) C. Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Tabel 2.5 Angka Partisipasi Kasar (%) Indikator APK SD/MI APK SMP/MTs APK SMA/SMK/MA ,25 Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Kabupaten Blitar Tahun

30 Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia diluar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-anak usia diatas 12 tahun, tetapi masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-anak yang belum berusia 7 tahun tetapi telah masuk SD. Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang lebih muda atau mungkin bisa jg akibat adanya sistem akselerasi. Pada kondisi APK ini dapat terlihat semakin tinggi tingkat pendidikan, nilai realisasinya semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat yang apada khirnya mengalami kesulitan biaya untuk menlanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin. D. Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Tabel 2.6 Angka Partisipasi Murni (%) Indikator APM SD/MI ,31 91 APM SMP/MTs ,68 71,22 APM SMA/SMK/MA ,01 Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Kabupaten Blitar Tahun

31 Kesehatan A. Angka Kematian Bayi Per Kelahiran Angka kematian bayi (AKB) ini menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun pada setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). Berikut ini disajikan AKB di Kabupaten Blitar Tahun 2011 sampai dengan 2015 yang menunjukkan hal menggembirakan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun AKB mengalami penurunan dari 14,09 pada Tahun 2011 menjadi 10,5 pada Tahun Grafik 2.10 Angka Kematian Bayi Per Kelahiran ,09 14,3 13, ,64 10, Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 B. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka harapan hidup bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup dapat diketahui dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Kabupaten Blitar Tahun

32 Grafik 2.11 Angka Usia Harapan Hidup (Tahun) 72,55 72,50 72,45 72,40 72,35 72,36 72,42 72,47 72,50 72,30 72, Sumber: BPS Kabupaten Blitar, 2016 (diolah) Peningkatan AHH dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. C. Persentase Balita Gizi Buruk Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO. Pada tahun 1999, WHO mengelompokkan wilayah berdasarkan kecamatan untuk level kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk level provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu: a. rendah = di bawah 10 % b. sedang = % c. tinggi = % d. sangat tinggi = 30 % Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Kabupaten Blitar Tahun

33 Indikator prevalensi balita gizi buruk pada awal periode tahun 2011 mencapai 0,1 persen mengalami keadaan yang hampir sama pada setiap tahunnya, dengan kondisi sampai dengan tahun 2015 dengan angka yang sama yaitu 0,1 persen. Capaian tersebut selalu mencapai target <1 per 1000 balita. Angka disini berarti Pemerintah Kabupaten Blitar berhasil menjaga Angka Prevalensi Balita Gizi Buruk tetap di bawah <1 per 1000 balita, sehingga target nasional telah terpenuhi. Tabel 2.7 Persentase Balita Gizi Buruk (%) Indikator Persentase Balita Gizi Buruk 0,1 0,04 0,11 0,13 0,1 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun Ketenagakerjaan A. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization) tenaga kerja atau disebut juga dengan penduduk usia kerja merupakan penduduk usia 15 tahun atau lebih. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut. Tabel 2.8 Jumlah Angkatan Kerja (Orang) Indikator Jumlah Angkatan Kerja Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun B. Pencari Kerja Yang Ditempatkan Di tahun 2015, jumlah pencari kerja yang ditempatkan mengalami penurunan. Berikut adalah tabel pencari kerja yang ditempatkan di Kabupaten Blitar. Kabupaten Blitar Tahun

34 Tabel 2.9 Pencari Kerja Yang Ditempatkan (Orang) Indikator Pencari Kerja Yang Ditempatkan Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun C. Tingkat Pengangguran Terbuka Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau pun pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerap. Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Tabel 2.10 Tingkat Pengguran Terbuka (%) Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2,19 2,01 1,97 1,90 1,85 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun D. Keselamatan dan Perlindungan Keselamatan dan perlindungan Kabupaten Blitar ditunjukkan melalui tabel berikut. Tabel 2.11 Keselamatan dan Perlindungan (%) Indikator Keselamatan dan perlindungan tenaga kerja Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Kabupaten Blitar Tahun

35 Fokus Seni Budaya dan Olahraga A. Jumlah Klub Olahraga Pada tahun 2011 tercatat hanya terdapat 4 klub olahraga yang mengalami sedikit peningkatan hingga tahun 2015 menjadi 7 klub olahraga. Jumlah klub olahragapun perlu terus ditingkatkan sebagai sarana pengembangan diri pemuda yang merupakan tulang punggung serta penerus cita-cita bangsa. Grafik 2.12 Jumlah Klub Olahraga (Klub) Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun B. Jumlah Gedung Olahraga Hanya terdapat sebuah gedung olah raga di Kabupaten Blitar hingga tahun Senada dengan indikator sebelumnya, sarana berupa gedung olah raga perlu terus dikembangkan sebagai sarana pengembangan diri pemuda yang merupakan tulang punggung serta penerus cita-cita bangsa. Tabel 2.12 Jumlah Gedung Olahraga (Unit) Indikator Jumlah Gedung Olahraga Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Kabupaten Blitar Tahun

36 2.1.6 Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum merupakan aspek kedua dari tiga aspek pada indikator kinerja kunci yang tercantum pada Permendagri No 54 Tahun Aspek pelayanan umum memberikan gambaran kinerja pemerintah dalam melayani penduduknya. Aspek pelayanan umum dibagi menjadi dua yaitu urusan wajib dan urusan pilihan, keduanya akan dijabarkan sebagai berikut Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Pendidikan Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan mempunyai nilai strategis berupa kontribusi terhadap pertumbuhan IPM. Keberhasilan di bidang pendidikan dapat diukur dari pemerataan dan perluasan pendidikan serta peningkatan efisiensi dan kualitas manajemen pendidikan yang berupa Angka Partisipasi Murni, Angka Buta Huruf, angka putus sekolah, Angka Partisipasi Sekolah dan Angka Partisipasi kasar (APK) SMP/MTS. A. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur. APS SD/MI tahun 2014 dengan kelompok umur 7-12 tahun sebesar 93,95 persen, dan APS SMP/MTs dengan kelompok umur tahun sebesar 96,45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada 6,05 persen anak umur Sekolah Dasar di Kabupaten Blitar saat ini sedang tidak aktif bersekolah. Selanjutnya, anak umur Sekolah Menengah Pertama yang sedang tidak aktif bersekolah sebanyak 23,55 persen. Hal ini memberikan gambaran bahwa tugas pemerintah masih cukup berat untuk mensukseskan program wajib belajar 9 tahun dimasa datang. Berikut adalah tabel Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Blitar untuk usia 7-12 tahun dan usia tahun. Tabel 2.13 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Indikator Usia 7 12 tahun Usia tahun Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Kabupaten Blitar Tahun

37 B. Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per jumlah penduduk usia sekolah dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Kondisi rasio ketersediaan sekolah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.14 Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah Dasar Indikator Pendidikan Dasar Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun C. Rasio Guru/Murid Rasio guru terhadap murid dihitung melalui perbandingan antara jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Selain itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk setiap guru agar tercapai standar kualitas mutu pengajaran yang baik. Berikut adalah tabel rasio guru terhadap murid untuk pendidikan dasar pada Kabupaten Blitar dengan periode Tabel 2.15 Rasio Guru/Murid SD/MI dan SMP/MTs Indikator SD/MI 1:16 1:16 1:15 1:11 - SMP/MTs 1:11 1:11 1:10 1:10 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun D. Penduduk yang berusia >15 Tahun Melek Huruf (Tidak Buta Aksara) Pemerintah berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai cara, selain pendidikan formal terdapat beberapa langkah, salah satunya adalah dengan cara pemberantasaan buta aksara.pada tahun 2015, hampir seluruh penduduk usia 15 tahun ke atas (98%) mampu membaca dan menulis. Data dari Dinas Pendidikan menyebutkan bahwa masih terdapat dari jiwa yang tidak dapat baca tulis. Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya serta melampaui target yang ditetapkan, sebagaimana tabel dibawah ini. Kabupaten Blitar Tahun

38 Tabel 2.16 Penduduk yang berusia >15 Tahun Melek Huruf (Tidak Buta Aksara) Indikator Penduduk >15 tahun melek huruf (buta aksara) 87,68 87,21 85,92 98 Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar E. Sekolah Pendidikan SD, SLTP & SLTA Kondisi Bangunan Baik Selain rasio ketersediaan sekolah dan rasio guru, mutu pendidikan juga dapat dinilai melalui kondisi bangunan yang baik. Di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah, kondisi bangunan mengalami peningkatan positif setiap tahunnya. Tabel 2.17 Sekolah Pendidikan SD/MI Kondisi Bangunan Baik (%) Indikator Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik ,71 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Tabel 2.18 Sekolah Pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Kondisi Bangunan Baik (%) Indikator Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun F. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Kabupaten Blitar Tahun

39 Tabel 2.19 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (%) Indikator Pendidikan Anak Usia Dini 62, (PAUD) Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun G. Angka Kelulusan Angka kelulusan adalah persentase kelulusan yang dicapai setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan. Angka kelulusan dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah serta kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan daerah. Berikut adalah tabel angka kelulusan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA pada Kabupaten Blitar. Tabel 2.20 Angka Kelulusan (%) Indikator Angka Kelulusan SD/MI Angka Kelulusan SMP/MTs Angka Kelulusan SMA/SMK/MA Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Dari tabel tersebut tercatat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2015, Kabupaten Blitar tercatat bahwa seluruh siswa SD/MI hingga SMA/SMK/MA lulus dengan angka 100 persen. Hal ini menggambarkan bahwa tigkat penddidikan di Kabupaten Blitar baik siswa dan tenaga pengajar memiliki kualitas yang baik, hal ini diharapkan akan tetap berjalan dengan sangat baik hingga tahun mendatang Pelayanan Kesehatan A. Angka Usia Harapan Hidup Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai akan berdampak pada membaiknya tingkat kesehatan penduduk. Ketersediaan tenaga kesehatan juga sangat berpengaruh dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Disadari bahwa pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi sehingga pembangunan kesehatan dapat dianggap sebagai investasi bagi pembangunan masyarakat di masa yang akan datang. Oleh sebab itu peningkatan Kabupaten Blitar Tahun

40 pelayanan di bidang kesehatan dan akses masyarakat terhadap sektor kesehatan perlu mendapatkan perhatian utama. Indikator utama tingkat kesehatan masyarakat di suatu daerah adalah Umur Harapan Hidup. Grafik 2.13 Angka Usia Harapan Hidup (Tahun) 72,55 72,50 72,47 72,50 72,45 72,40 72,35 72,30 72,36 72, , Sumber: BPS Kabupaten Blitar, 2016 (diolah) B. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu bermanfaat untuk mengetahui cakupan pelayanan fasilitas kesehatan tersebut dalam memenuhi pelayanannya kepada penduduk agar pelayanan kesehatan dapat terpenuhi sesuai dengan standar pelayanan. Tabel 2.21 Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk Indikator Rasio Puskesmas, Pustu, poliklinik 1: : : : : Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2016 Semakin tinggi nilai rasio fasilitas kesehatan maka semakin banyak penduduk yang dilayani oleh puskesmas ataupun pustu. Sedangkan semakin rendah nilai rasio fasilitas kesehatan maka semakin sedikit penduduk yang dilayani oleh puskesmas ataupun pustu. Penambahan jumlah fasilitas kesehatan seperti pustu dan dan puskesmas perlu ditingkatkan seiiring dengan perkembangan jumlah penduduk sehingga penduduk di Blitar memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal. Kabupaten Blitar Tahun

41 C. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per penduduk. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang bekesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Nilai rasio rumah sakit menunjukkan perbaikan setiap tahunnya namun angka tersebut masih tercatat relatif kecil sehingga diperlukan penambahan jumlah rumah sakit dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sejauh ini, kurangnya jumlah rumah sakit diimbangi dengan jumlah puskesmas beserta jaringannya. Berikut adalah tabel rasio rumah sakit per satuan penduduk. Tabel 2.22 Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk Indikator Rasio Rumah Sakit 1: : : : : Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2016 D. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk Rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Tabel berikut adalah perkembangan rasio dokter baik umum maupun spesialis per satuan penduduk di Kabupaten Blitar dari tahun 2010 sampai dengan tahun Tabel 2.23 Rasio Dokter Per Satuan Penduduk Indikator Rasio dokter 1: : : : : Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun E. Rasio Tenaga Paramedis Per Satuan Penduduk tahun Rasio tenaga medis per satuan penduduk tercatat mengalami peningkatan hingga Tabel 2.24 Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk Indikator Rasio tenaga para Medis 1: : : : : Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun Kabupaten Blitar Tahun

42 Ketenagakerjaan Angka TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau pun pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerap. Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Tabel 2.25 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2,19 2,01 1,97 1,90 1,85 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Fokus Layanan Urusan Pilihan Fokus layanan urusan pilihan merupakan urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Urusan pilihan membahas mengenai pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan dan perindustrian Pertanian Produksi padi tahun 2015 di Kabupaten Blitar mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Secara detail hal tersebut ditunjukkan oleh tabel berikut. Tabel 2.26 Produksi Padi Kabupaten Blitar (Ton) Indikator Produksi Padi Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Peningkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan UPSUS padi yang bekerjasama dengan TNI AD dalam Program Swasembada Beras 2017 serta peningkatan dukungan sarana dan prasarana pertanian yang dilakukan. Kabupaten Blitar Tahun

43 Kehutanan Kontribusi sub sektor kehutanan pada PDRB relatif kecil, yakni sebesar 1,11 persen pada tahun Berikut adalah tabel kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB pada Kabupaten Blitar. Tabel 2.27 Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB (%) Indikator Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB 0,62 0,63 0,62 0,61 1,11 Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar Industri dan Perdagangan Kontribusi sub sektor industri pada PDRB relatif kecil, yakni sebesar 12,86 persen pada tahun Berikut adalah tabel kontribusi sektor industri terhadap PDRB berdasarkan ADHB dan ADHK. Tabel 2.28 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB (%) Indikator Kontribusi Sektor Industri terhadap 2,44 2,40 2,40 2,39 12,86 PDRB Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Dari sisi perdagangan,capaian cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal Pada tahun 2011 Kabupaten Blitar tercatat 5 persen lalu hingga tahun 2015 tercatat 6%, hal ini masih jauh dari target pada Tahun 2015 yaitu 11%. Maka dengan ini pemerintah daerah perlu membuat program agar kelompok pedagang atau usaha informal dapat lebih maju lagi di Kabupaten Blitar. Berikut adalah tabel cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal. Tabel 2.29 Cakupan Bina Kelompok Pedagang/Usaha Informal (%) Indikator Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Kabupaten Blitar Tahun

44 Pariwisata Pada tahun 2015, laporan dari Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Kab. Blitar menunjukkan terjadinya kenaikan jumlah kunjungan wisata dari kunjungan di tahun 2014 menjadi kunjungan di tahun Grafik 2.14 Kunjungan Wisata (Kunjungan) Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar Kelautan dan Perikanan Perikanan tangkap bersumber dari hasil tangkapan di laut maupun di perairan umum darat (PUD). Perikanan budidaya memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap produksi perikanan di Kabupaten Blitar. Berikut adalah tabel produksi perikanan di Kabupaten Blitar dari tahun 2011 hingga tahun Tabel 2.30 Produksi Perikanan Indikator Produksi Perikanan Tangkap Produksi Perikanan Budidaya 12,92 15,76 16,77 12,46 13,2 87,08 84,24 83,23 87,54 86,8 Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015 Kabupaten Blitar Tahun

45 2.1.7 Aspek Daya Saing Daerah Aspek daya saing daerah terdiri dari empat fokus penilaian yakni fokus kemampuan ekonomi daerah, fokus fasilitas wilayah/infrastuktur, fokus iklim berinvestasi dan fokus sumber daya manusia. Aspek daya saing daerah menjelaskan mengenai kesiapan suatu daerah untuk maju dan berkembang. Data yang tersedia untuk menjelaskkan sub bab ini tidak cukup banyak, serta data untuk mengetahui capaian sumber daya manusia tidak tersedia sehingga tidak dapat diketahui capaiannya. Capaian dari aspek daya saing daerah dapat diketahui dari ketiga fokus berikut ini Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah A. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Indikator ini merupakan fokus pertama yang dinilai untuk melihat capaian daya saing daerah. Fokus kemampuan ekonomi daerah melihat kesiapan suatu daerah dari sesi ekonomi dalam rangka mendukung investasi yang masuk ke daerah tersebut. Dari data yang tersedia fokus kemampuan ekonomi daerah dapat diketahui dari sub fokus otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian yang didetailkan pada pembahasan pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Konsumsi rumah tangga perkapita adalah pengeluaran rumah tangga yang digunakan untuk keperluan makan dan bukan makan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat menggambarkan pendapatan suatu rumah tangga, sehingga dengan kata lain pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat digunakan untuk mengetahui kesejahteraan suatu rumah tangga. Pengeluaran konsumsi rumah tangga di negara berkembang seperti Indonesia banyak digunakan untuk kategori makanan, berbeda dengan di negara maju yang pengeluaran untuk makanan lebih sedikit. Capaian pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita pada tahun 2011 tercatat Rp lalu hingga tahun 2015 tercatat Rp Berikut adalah tabel pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita pada Kabupaten Blitar. Tabel 2.31 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita (Ribu Rupiah) Indikator Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita per bulan 646,74 657,23 659,12 660,03 660,25 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Kabupaten Blitar Tahun

46 B. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan PerKapita Capaian kinerja Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita pada tahun 2015 tercatat Rp , lalu tahun 2012 tercatat Rp , lalu pada tahun 2015 tercatat Rp Berikut adalah tabel pengeluaran konsumsi non pangan per Kapita dari tahun 2011 hingga tahun Tabel 2.32 Pengeluaran Konsumsi Non Pangan PerKapita(Ribu Rupiah) Indikator Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita per bulan (Ribu Rupiah) 310,11 316,46 321,32 322,42 323,79 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun C. Nilai Tukar Petani Nilai tukar petani mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir walaupun peningkatannya tidak terlalu pesat.ntp pada Tahun 2013 sebesar 104,59 sedangkan Tahun 2014 mencapai 104,75. Tabel 2.33 Nilai Tukar Petani Indikator Nilai Tukar Petani 103,83 104,59 104,75 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Fokus Fasilitas Wilayah/Infrasttuktur Fasilitas Wilayah/infrastruktur A. Proporsi Panjang Jalan Dalam Kondisi Baik Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik digunakan untuk mengidentifikasi kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan. Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan baik nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Hingga tahun 2015, panjang jalan kabupaten dalam keadaan baik hanya sebesar 34,4 persen. Dengan melihat data tersebut, program pemerintah daerah yang akan datang perlu difokuskan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur sebagai salah satu sarana penunjang perekonomian Kabupaten Blitar. Kabupaten Blitar Tahun

47 Tabel 2.34 Panjang Jalan Dalam Kondisi Baik (%) Indikator Persentase panjang jalan Kabupaten yang kondisinya baik (%) Persentase panjang jalan lingkungan yang kondisinya baik Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar ,54 46,65 49,76 47,14 34, Disamping itu, melalui program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan yang berada di bawah Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Blitar, di tahun 2015, 66% atau km jalan lingkungan berada pada kondisi baik dari total km jalan lingkungan di seluruh wilayah Kabupaten Blitar. B. Jaringan Irigasi Data panjang jaringan irigasi di Kabupaten Blitar dari tahun 2011 hingga tahun 2015 ditunjukkan melalui tabel di bawah ini. Tabel 2.35 Jaringan Irigasi (Km) Indikator Jaringan Irigasi 14.7 Km 20 km 43 Km 65 km Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun km C. Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk Rasio tempat ibadah per satuan penduduk dihitung dengan cara menjumlahkan masing-masing tempat ibadah yang ada di Kabupaten Blitar, dibagi dengan jumlah penduduk sesuai agama yang dianut dikali dengan Angka tersebut di Kabupaten Blitar menunjukkan bahwa penambahan tempat ibadah berjalan seiring dengan pertumbuhan penduduk dengan angka yang berada di kisaran 1. Tabel 2.36 Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk Indikator Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk 1,01 0,93 1,16 1,19 Sumber: Kabupaten Blitar Dalam Angka Tahun 2015 (Data Diolah) Kabupaten Blitar Tahun

48 D. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Blitar sesuai dengan tugas dan fungsinya melakukan penanganan terhadap sampah domestik. Kegiatan penanganan sampah tersebut dilakukan melalui penyediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di 4 lokasi yaitu; Tegalasri, Kesamben, Sutojayan dan Srengat. Dari empat lokasi tersebut TPA Tegalasri menggunakan sistem control landfill, sedangkan lokasi yang lain masih menggunakan sistem open dumping. Hingga saat ini di Kabupaten Blitar terdapat 21 lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan 3 lokasi TPS 3R. Volume sampah domestik yang dapat ditangani oleh Dinas PU Cipta Karya berkisar 30,61% atau 156,259 m 3 per hari sedangkan sisanya sebesar 354,279 m 3 belum dapat ditangani. E. Rumah Tidak Layak Huni Berdasarkan pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dilaksanakan pada tahun 2012 diketahui terdapat unit RTLH di Kabupaten Blitar dengan jumlah terbesar berlokasi di Kecamatan Bakung sebanyak unit. Pemerintah Kabupaten Blitar selanjutnya menindaklanjuti pengentasan RTLH yang dilakukan melalui beberapa cara dengan mengacu pada ketentuan rehab RTLH dari Kemenpera, diantaranya penganggaran melalui Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, bedah rumah yang dilaksanakan Bank Jatim dalam program CSR, serta penganggaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dikerjakan oleh Kodim Penataan Ruang Dalam hal penataan ruang, Pemerintah Kabupaten Blitar saat ini tengah merevisi Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar Tahun menjadi Peraturan Daerah Tentang RTRW Kabupaten Blitar tahun Berdasarkan analisis terhadap pola ruang wilayah Kabupaten Blitar terdiri dari Kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan Lindung terdiri atas : (a) Kawasan hutan lindung, (b) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, (c) Kawasan perlindungan setempat, (d) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, (e) Kawasan rawan bencana alam, dan (f) Kawasan lindung lainnya. Sedangkan untuk kawasan budidaya terdiri dari: (a) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, (b) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat, (c) Kawasan Peruntukan Pertanian, (d) Kawasan peruntukan perikanan dan kelautan, (e) Kawasan Peruntukan Pertambangan, (f) Kawasan Peruntukan industri, (g) Kawasan Peruntukan pariwisata, (h) kawasan peruntukan pemukiman dan (i) Kawasan peruntukan lainnya. Didalam kawasan peruntukan pertanian terdapat kawasan yang digunakan untuk kawasan pertanian tanaman pangan yang terdiri Kabupaten Blitar Tahun

49 dari ; (a) pertanian tanaman pangan lahan basah yang meliputi sawah irigasi dan sawah bukan irigasi seluas hektar, (b) pertanian tanaman pangan lahan kering seluas hektar dan (c) pertanian tanaman pangan berkelanjutan (LP2B) dengan luas kurang lebih ,32 hektar. Kawasan Perhutani terdiri dari 8 kecamatan yang meliputi kecamatan Campurdarat, Kalidawir, Rejotangan, Lodoyo Barat, Lodoyo Timur, Kesamben, SumberPucung dan Wlingi yang tercatat pada tahun 2013 memiliki kawasan hutan baik terbagi atas hutan produksi dan hutan lindung sebagai salah satu aset daerah. Tabel 2.37 Luas hutan Produksi, Hutan Lindung dan luas Tanah Kosong Hutan Hutan Luas Tanah Kosong BKPH Produksi Lindung (Ha) (Ha) CampurDarat ,7 92,3 417,5 124,3 210,7 Kalidawir ,5 4,9 91,6 57,4 46,9 Rejotangan 4917,5 81,5 612,7 51,2 246,1 649,3 175,8 LodoyoBarat 7968,4 15,4 344,2 1,1 32,6 169,4 69,2 LodoyoTImur 4579,3 1239,8 420,5 2,0 197,5 186,5 324,9 Kesamben 3236,6 1000,7 260,4 6,3 46,8 66,6 10,6 Sumberpucung , ,4 Wlingi 2811,9 9568, ,1 10,8 23,5 16,6 Sumber : Perum Perhutani KPH Blitar dalam Blitar 2014 data diolah 2015 Untuk kawasan strategis yang terdapat di Kabupaten Blitar meliputi: (a) Kawasan strategis propinsi dan (b) kawasan strategis kabupaten. Yang termasuk dalam kawasan strategis propinsi adalah Kawasan Candi Penataran yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, dan Daerah Aliran sungai Brantas sebagai daya dukung lingkungan hidup. Sedangkan kawasan strategis Kabupaten dibagi menurut sudut kepentingan ekonomi, sosial budaya serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Kabupaten Blitar Tahun

50 Sarana Transportasi A. Ijin Trayek Ijin trayek di Kabupaten Blitar tahun 2015 tercatat sejumlah 11 trayek, diantaranya yaitu trayek Blitar-Nglegok-Penataran-Dayu-Blitar PP dengan kode trayek BB. Trayek kode BW melintasi Brongkos-Binangun-Wates PP serta kode BG dengan trayek Blitar- Kademangan-Gawang PP. Tabel 2.38 Angkutan Trayek di Kabupaten Blitar Tahun 2015 NO KODE TRAYEK URAIAN TRAYEK 1. BB Blitar-Nglegok-Penataran-Dayu-Blitar PP 2. BW Brongkos- Binangun- Wates PP 3. WPT Wlingi-Kanigoro-Terminal Patria PP 4. WK Wlingi-Semen-Krisik PP 5. WKn Wlingi-Selopuro-Bendosewu-Kanigoro PP 6. WR Wlingi-Doko-Resapombo PP 7. KBK Kademangan-Lodoyo-Birowo-Ngadri-Kesamben PP 8. LS Lodoyo-Panggungrejo-Serang PP 9. SAR Sumberagung-Ngrendeng-Banjarsari-Resapombo PP 10. BL Blitar-Lodoyo PP 11. BG Blitar-Kademangan-Gawang PP Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun B. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis Terminal bus dapat diartikan sebagai prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Indikator ini dihitung dengan menjumlahkan terminal bus di Kabupaten Blitar. Tabel 2.39 Jumlah Terminal Bis Indikator Jumlah Terminal Bis Sumber: Kabupaten Blitar Dalam Angka Tahun 2015 Kabupaten Blitar Tahun

51 C. Pemasangan Rambu-Rambu Rambu-rambu sangat penting untuk meningkatkan keselamatan tansportasi karena rambu-rambu berfungsi memberikan informasi terhadap apa saja yang terdapat dalam setiap perjalanan darat, air maupun udara bagi pengendara. Secara lengkap rambu-rambu di Kabupaten Blitar ditunjukkan oleh tabel berikut. Tabel 2.40 Pemasangan Rambu-rambu Indikator Bertambahnya prasarana dan fasilitas perhubungan (rata-rata pengadaan rambu-rambu lalu lintas) -189 bh rambu lalin ukuran sedang -56 m Guadril -462 m2 Marka Jalan -306 bh rambu lalin uk. Sedang m guadril m marka jalan bh rambu lalin ukuran sedang -144 m Guadril 3 bh RPPJ -70 m2 Marka Jalan bh rambu lalin uk. Sedang m2marka jalan - 2 unit traffic light - 6 unit lampu kedip bh rambu lailn uk. Sedang - 80 M guadril M2 marka jln Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun Fokus Iklim Berinvestasi Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta melalui roda pemerintahan dan pembangunan maka diperlukan sebuah campur tangan dan bantuan dari pihak-pihak non-pemerintahan yang turut membantu dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat. Bentuk dari upaya tersebut dapat berwujud sebuah investasi jasa-jasa, pendirian sarana wisata, rumah makan, perhotelan dan lain sebagainya. Sarana akomodasi selalu berkaitan dengan nilai-potensi-potensi wisata karena bagaimanapun visitor/pengunjung yang hadir di obyek wisata biasanya menggunakan sarana perhotelan untuk menginap. Berdasarkan data Blitar dalam angka tahun 2015 Kabupaten Blitar memiliki 15 tempat wisata dengan 14 diantaranya adalah wisata alam. Sementara jumlah hotel yang ada di kabupaten malang masih berjumlah 8 tempat penginapan dengan jumlah kamar sebanyak 185 kamar saja. Kabupaten Blitar memilki potensi alam yang masih besar dan belum tereksplor maka merupakan sebuah kesempatan tersendiri bagi pembangunan pariwisata dan perhotelan untuk berinvestasi. Kabupaten Blitar Tahun

52 A. Angka Kriminalitas Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun. Angka kriminalitas juga dapat diartikan rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Kegiatan yang termasuk tindak kriminal adalah curanmor (pencurian motor), pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan lain sebagainya. Angka kriminalitas bermanfaat untuk menilai tingkat keamanan di Kabupaten Blitar, karena semakin tinggi angka kriminalitas maka Kabupaten Blitar semakin tidak aman, dandemikian sebaliknya. Angka kriminalitas yang telah tertangani dari tahun 2011 hingga tahun 2014 tercatat 80%, lalu tahun 2015 tercatat menurun dengan tercatat hanya 40%. Angka kriminalitas ini harus diperhatikan dengan baik oleh pemerintah daerah, karena ini akan berdampak besar kepada masyarakat dan bahkan pembangunan ekonomi di Kabupaten Blitar. Berikut adalah tabel angka kriminalitas di Kabupaten Blitar. Tabel 2.41 Angka Kriminalitas (%) Indikator Angka kriminalitas Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun B. Perijinan Iklim persaingan dalam sektor perdagangan juga merupakan salah satu upaya pembangunan daerah yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Kabupaten Blitar yang terkonsentrasi pada sektor sekunder memang merupakan fokus utama pemerintah dalam mengembangkan potensi daerah. Selain itu perusahaan dan perdagangan juga perlu diperbanyak selain memberikan nilai terhadap pendapatan daerah juga dapat menyerap jumlah tenaga kerja. Indikasi jumlah perusahaan di Kabupaten Blitar memiliki angka naik yang signifikan sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut tentang perkembangan pemegang tanda daftar perusahaan (TDP). No Tabel 2.42 Perkembangan Pemegang Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Badan Usaha Tahun Perseroan terbatas Koperasi Persekutuan komanditer Kabupaten Blitar Tahun

53 4. Firma Perusahaan perseorangan Bentuk usaha lain Sumber : Blitar dalam angka, 2015 Berdasakan data tersebut menunjukkan bahwa dari tahun pemegang tanda daftar perusahaan (TDP) semakin meningkat dari tahun ke tahun dari berbagai bentuk badan usaha. Artinya semankin banyak badan usaha yang didirikan berarti semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh perusahaan dana salah satu tugas pemerintah adalah menyediakan lapangan pekerjaan. Sementara di tahun yang sama 22 kecamatan dikabupaten blitar masih memiliki 25 Stasiun Pompa Bahan Bakar Umum (SPBU). Jumlah ini tidak berubah dimana tahun 2013 lalu jumlah statisun pompa bahan bakar berjumlah 24 SPBU. Dimana 6 kecamatan tidak memiliki stasiun pompa bahan bakar umum. Pada tahun 2013 Industri pembuatan dan penjualan makanan yang diawasi terdapat sebanyak 38 industri rumahan katering, 416 produksi makanan dan 44 restoran. Profil industri pengolahan di Kabupaten Blitar apabila dilihat lebih lanjut cenderung didominasi oleh industri kecil. Walaupun porsi jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Blitar lebih sedikit, namun demikian apabila dilihat dari kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja peranan kelompok industri besar dan sedang tidak dapat diabaikan. C. Komunikasi dan Informatika Pelayanan listrik di Kabupaten Blitar yang dikelola oleh PLN didominasi oleh penggunaan rumah tangga dengan jumlah pelanggan mencapai dan untuk komersial serta industri sebanyak 2254 dan 126 pelanggan. Pelayanan telekomunikasi khususnya telepon untuk wilayah Blitar telah menjangkau diseluruh wilayah kecamatan melalui 5 (lima) unit pelayanan telekomunikasi yang berada di Binangun, Kesamben, Lodoyo, Penataran, Srengat dan Wlingi. Jumlah satuan sambungan telepon dari kelima unit pelayanan telepon tersebut adalah sebagaimana tabel berikut; Tabel 2.43 Perkembangan Jumlah Satuan Sambungan Telepon di Kabupaten Blitar Tahun UnitPelayanan No Komunikasi 1 Binangun Kabupaten Blitar Tahun

54 2 Kesamben Lodoyo Penataran Srengat Wlingi Jumlah Sumber : BPS Kab. Blitar Tahun 2015 Dalam urusan akomodasi komunikasi dan informatika pemerintah kabupaten Blitar memberikan kewenangan kepada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Infrmatika untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. Program dan kegiatan berkaitan dengan urusan informasi dan informatika pada tahun 2014 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp ,- dan dapat direalisasikan sebesar Rp ,- atau sebesar 78,86% dari angggaran yang dialokasikan telah terserap Fokus Sumber Daya Manusia Adapun arah kebijakan pembangunan Kabupaten Blitar adalah untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja sehingga mampu berpartisipasi dalam pembangunan diarahkan melalui serangkaian kebijakan sebagai berikut : 1. Peningkatan usia harapan hidup dan menurunkan pravalensi balita kurang gizi. Dimana indikator paling penting adalah indeks pembangunan manusia 2. Peningkatan angka melek huruf, membentuk kepribadian insan pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, menguasai penetahuan, teknologi, budaya dan bertaqwa kepada Tuhan YME serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan 3. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja serta menurunkan angka pengangguran 4. Peningkatan peran pemuda dan prestasi olah raga Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Kualitas sumber daya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas Kabupaten Blitar Tahun

55 sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauhmana beban ketergantungan penduduk. Tingkat Ketergantungan Secara konseptual rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Dependency ratio Kabupaten Blitar pada Tahun 2014 adalah 50,10. Nilai ini menunjukkan bahwa dari 100 orang usia kerja (dianggap produktif) menanggung kurang lebih sebanyak 50 orang yang belum atau dianggap sudah tidak produktif lagi. Tabel 2.44 Dependency Ratio di Kabupaten BlitarTahun Tahun Indikator Dependency 51,82 50,09 50,10 Ratio Sumber: Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan 2016 Kabupaten Blitar Tahun

56 BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Ekonomi merupakan salah satu sektor yang menjadi indikator penting dalam keberhasilan pembangunan. Hal ini karena ekonomi memiliki pengaruh yang besar terhadap taraf kehidupan yang lebih baik terutama dalam modal dan kekayaan dalam suatu Negara. Kondisi ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan dinamika perekonomian di suatu wilayah. Perwujudan kesejahteraan sosial dapat dicapai melalui pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan sesuai dengan tata kelola, kepastian hukum, dan stabilitas politik. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik di pusat maupun daerah. PDRB digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pentingnya sektor perekonomian mengharuskan adanya perencanaan atau kerangka pembangunan ekonomi yang sesuai baik pusat ataupun daerah. Terdapat Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah yang merupakan suatu bagian yang penting dalam menyusun untuk dapat melihat kondisi perekonomian dan kemampuan keuangan pemerintah dalam menjalankan program-program yang dirancang. Secara umum, kondisi perekonomian Kabupaten Blitar dalam waktu lima tahun terakhir (dapat dikatakan cukup baik). Berdasarkan LKPJ Akhir Masa Jabatan Blitar Periode pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar selama periode berturut-turut sebesar 5,33%; 5,43%; 5,62%; 5,04%; 5,01%, dan 5,06% *). Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar sedikit melambat pada tahun 2014 yaitu mencapai 5,01 % dan berdasarkan proyeksi pada tahun 2015 akan meningkat menjadi 5,06%. Salah satu indikator utama ekonomi daerah adalah penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tujuan pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor-sektor yang dimaksud dalam PDRB adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan Air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang; konstruksi; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real esatate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya. Indikator Kabupaten Blitar Tahun

57 lain yang tidak kalah penting yaitu tingkat pengangguran, kemiskinan, investasi, inflasi dan lain-lain. Perkembangan ekonomi Kabupaten Blitar dari tahun cenderung meningkat sesuai dengan kontribusi setiap sektor pada PDRB. Berikut ini merupakan perkembangan indikator makro ekonomi Kabupaten Blitar yang akan disajikan pada tabel 3.1. Tabel 3.1Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Blitar No Indikator Makro Satuan Realisasi Proyeksi PDRB (Harga Berlaku) PDRB (Harga Konstan) Pertumbuhan Ekonomi Miliar (Rp) Miliar (Rp) , , , , , , , ,0 % 5,01% 5,06%* 5,36% 5,40% 4. LajuInflasi % 7,49% 1,71% 7,22% 7,54% Jumlah Penduduk Miskin Tingkat Pengangguran Terbuka Orang % 1,90% 1,85% 1,76% 1,10% Sumber: LKPJ AMJ Bupati Blitar,Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar , BPS Provinsi Jawa Timur (Data Diolah) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa PDRB ADHB dan PDRB ADHK mengalami peningkatan pada tahun 2014 ke 2015 dan mengalami peningkatan pada proyeksi tahun Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun diproyeksikan mengalamikenaikan, demikian halnya dengan angka inflasi di Kabupaten Blitar. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2014 sebesar menurun menjadi pada tahun 2015, proyeksi jumlah penduduk miskin pada tahun 2016 menurun menjadi orang dan proyeksi tahun 2017 mengalami penurunan kembali menjadi orang. Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Blitar pada tahun 2014 sebesar 1,90% menurun pada tahun 2015 sebesar 1,85%, proyeksi tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2016 sebesar 1,76% dan pada tahun 2016 sebesar 1,10%. 3.1 Strategi dan Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Sektor-sektor unggulan yang akan dikembangkan adalah kedaulatan pangan, kemaritiman dan kelautan serta pariwisata dan industri. Dilihat dari sasaran pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 sebesar 5,1% dan pada tahun 2015 sebesar 5,02%. Kabupaten Blitar Tahun

58 Penurunan inflasi nasional diharapkan berpengaruh pada menurunnya tingkat suku bunga sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi di sektor riil, baik kegiatan investasi maupun produksi. Pada tahun 2010, laju inflasi nasional sebesar 5,1%, pada tahun 2011 sebesar 5,4%, pada tahun 2012 turun menjadi 4,3%, pada tahun 2013 menjadi 8,4%, pada tahun 2014 sebesar 8,4%, dan proyeksi jangka menengah yang menjadi sasaran nasional pada tahun 2015 sebesar 5,0%, dan pada tahun 2016 sebesar 4,0% dan pada tahun 2017 sebesar 4,0%. Dengan adanya strategi dan arah kebijakan nasional, dalam periode laju inflasi akan dapat dikendalikan rata-rata sekitar 3,5-5%. Dilihat dari arah kebijakan ekonomi Provinsi Jawa Timur yaitu keseimbangan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan agroindustry/agrobisnis. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar 7,22%, pada tahun 2012 sebesar 7,27%,pada tahun 2013 sebesar 6,55%, pada tahun 2014 sebesar 6,55%, dan pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 6,55%. Sedangkan laju inflasi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar 4,09%, pada tahun 2012 sebesar 4,5%, pada tahun 2013 sebesar 7,59%, pada tahun 2014 sebesar 6,55%, dan pada tahun 2015 sebesar 5,9%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar pada tahunpada tahun 2011 sebesar 5,43%, pada tahun 2012 sebesar 5,62%, pada tahun 2013 sebesar 5,04%, pada tahun 2014 sebesar 5,01%, dan pada tahun 2015 dperkirakan sebesar 5,06%. Tingkat inflasi di Kabupaten Blitar pada tahun 2011 sebesar 3,62%, pada tahun 2012 sebesar 4,63%, pada tahun 2013 sebesar 8,05%, pada tahun 2014 sebesar 7,49%, dan pada tahun 2015 sebesar 1,71%.Tren pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan dan tahun 2013 sampai 2015 diperkirakan memiliki angka yang sama. Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalam kenaikan akan tetapi mengalami penurunan mulai tahun 2012 sampai Strategi dan arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Blitar diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama pada sektor primer Kabupaten Blitar dan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, dapat dilakukan melalui : a. Strategi Kesatu, meningkatkan daya saing usaha koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. Arah kebijakan: (1) Peningkatan kualitas produk koperasi dan UMKM. (2) Peningkatan peran koperasi, UMKM dalam perekonomian masyarakat. Kabupaten Blitar Tahun

59 b. Strategi Kedua, Meningkatkan pengembangan industri kecil menengah, dan sentra industri potensial. Arah Kebijakan: (1) Peningkatan jumlah industri kecil dan menengah, serta industri potensial (2) Peningkatan penggunaan iptek dalam industri kecil dan menengah. c. Strategi Ketiga, mengembangkan destinasi pariwisata Arah Kebijakan: (1) Pengembangan destinasi kawasan wisata Penataran, wisata agro dan edukasi, serta wisata alam. (2) Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana destinasi wisata. (3) Pengembangan industri penunjang kepariwisataan dan desa wisata. d. Strategi Keempat, menyederhanakan prosedur pelayanan perijinan. Arah kebijakan: penggunaan Teknologi Informasi dalam pelayanan perijinan. e. Strategi Kelima, meningkatkan pengendalian ruang dan lingkungan. Arah Kebijakan: peningkatan pengawasan tata ruang dan lingkungan f. Strategi Keenam, meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup. Arah Kebijakan: peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola kelestarian lingkungan hidup Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2016 dan Perkiraan Tahun 2017 Kondisi ekonomi daerah Kabupaten Blitar tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami pertumbuhan di sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; persewaan dan jasa perusahaan. Sektor pertanian sebagai penggerak ekonomi Kabupaten Blitar walaupun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hal ini dikarenakan faktor cuaca maupun terus berkurangnya luas lahan budidaya. Penurunan pertumbuhan sektor pertanian (primer) tidak berarti produksi sektor tersebut turun, namun pertumbuhannya kalah cepat dengan sektor yang lain. Secara umum pertumbuhan ekonomi daerah sangat dipengaruhi kondisi perekonomian regional dan ekonomi domestik nasional yang relatif tidak terpangaruh oleh krisis ekonomi yang melanda di Kabupaten Blitar. Penyerapan anggaran pemerintah serta pembangunan infrastruktur juga berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Pendapatan Regional dapat digunakan sebagai alat ukur minimal sebagai indikator terhadap hasil upaya pembangunan beserta dampaknya secara sektoral. PRDB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Blitar dari tahun rata-rata meningkat pada setiap sektornya. Pendapatan produk sektor pertanian setiap tahunnya Kabupaten Blitar Tahun

60 menduduki posisi pertama sektor yang banyak berkontribusi di dalam PDRB. Pendapatan sektoral setiap tahun pasti dipengaruhi oleh adanya inflasi di Kabupaten Blitar. Sebagai indikator keberhasilan pembangunan, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan berhasil membawa perubahan yang diinginkan. Pembangunan ekonomi daerah merupakan salah satu kunci keberhasilan sekaligus strategi bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Hal ini mengingat bahwa pembangunan di bidang ekonomi merupakan urat nadi keberhasilan pembangunan bidang-bidang lainnya. Untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dapat dilihat dari berbagai indikator. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi dalam tahun tertentu. Pada tahun 2015 sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang memiliki kontribusi atau peran PDRB paling tinggi yaitu sebesar 35,89% disusul sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yaitu sebesar 17,01% dan kemudian sektor industri pengolah sebesar 12,86%. Kontribusi sektor usaha di Kabupaten Blitar paling banyak ada di sektor pertanian. Dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar hanya ada 2 kecamatan yang mempunyai komposisi perekonomian bertumpu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan Wlingi dengan persaingan masing-masing 41% dan 49,89%. Sedangkan 20 kecamatan lainnya perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian. Tingginya peranan sektor pertanian ini karena pemanfaatan sumber daya alam yang intensif untuk kegiatan usaha pertanian dan penggunaan sistem pengairannya. Melalui upaya diversifikasi dan intensifikasi pertanian memungkinkan berbagai macam komoditas pertanian di masing-masing kecamatan dapat dihasilkan melalui kegiatan usaha tani rakyat baik dari usaha komoditas tanaman musiman maupun komoditas tanaman tahunan dengan volume produksi yang cukup besar. Hal ini memposisikan masing-masing kecamatan sebagai salah satu daerah pensuplai bahan baku produk pertanian skala regional maupun nasional. Jenis industri yang didirikan akan berpengaruh erat terhadap besarnya nilai investasi yang ditanam. Jumlah investasi industri kecil di Kabupaten Blitar pada tahun 2013 sebesar Rp 117 milyar yang terbagi menjadi Rp 70 milyar untuk kelompok industri kecil formal dan Rp 47 milyar untuk kelompok industri kecil non formal. Di Kabupaten Blitar pada tahun 2013 tercatat sebanyak 1 industri besar dan 77 industri sedang. Industri besar yang ada bergerak di sektor makanan dan terletak di Kecamatan Sanankulon. Nilai produksi industri kecil menurut kategori pada tahun 2013 lebih dominan adalah industri hasil pertanian dan Kabupaten Blitar Tahun

61 kehutanan sebesar 81,63% kemudian industri aneka sebesar 13,18% dan industri logam, mesin dan kimia 5,19% Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2017 dan Tahun 2018 Potensi daerah Kabupaten Blitar adalah sektor pertanian yang banyak tersebar di seluruh kecamatan. Kabupaten Blitar dengan luas Ha apabila dilihat dari penggunaan lahannya tampak bahwa 19,95% dari luas wilayah merupakan persawahan,sehingga dapat menopang pasokan bahan pangan masyarakat khususnya Kabupaten Blitar. Setiap tahun konversi lahan sawah untuk bangunan terus mengalami peningkatan. Hal ini perlu diimbangi dengan membuka lahan baru untuk pertanian sehingga terus menambah pemanfaatan luasan lahan kering untuk lahan sawah. Untuk menghindari cepatnya konversi lahan pertanian ke lahan kering harus ada kebijakan pembangunan yang berpihak pada sektor pertanian berkelanjutan. Unggulan bidang pertanian adalah tanaman pangan yang terdiri atas padi, jagung dan ketela pohon. Disusul oleh sub sektor peternakan dalam hal ini ayam petelur dan hasil peternakan sapi yaitu susu. Kedua komoditi ini menjadi produk andalan Kabupaten Blitar. Selain itu Kabupaten Blitar merupakan sentra pengembangan dan budidaya perikanan darat (ikan hias) terutama koi unggulan yang telah diakui secara nasional. Di sektor perkebunan, komoditas khas yang sangat menonjol adalah rambutan dan nanas, kemudian tanaman tahunan perkebunan rakyat yang terbanyak adalah petani kelapa yaitu orang, menyusul kakao orang, kopi 3,880 orang, cengkeh orang dan kenanga 994 orang. Potensi ternak yang mendominasi di Kabupaten Blitar adalah sapi potong dan produksi telur ayam ras. Potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata sangat berpotensi mengundang wisatawan domestik atau luar negeri, seperti pantai yang tersebar di sepanjang pantai selatan, air terjun, pengembangan desa wisata. Pengembangan usaha mikro di setiap desa juga dapat berperan untuk meningkatkan prospek perekonomian daerah yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selama kurun waktu tahun , semua sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Blitar mengalami pertumbuhan yang positif, meskipun ada beberapa yang mengalami perlambatan. Dengan kata lain, aktivitas produksi barang dan jasa di daerah ini semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang, perekonomian Kabupaten Blitar mampu tumbuh semakin pesat. Terlebih dengan adanya upaya-upaya yang ditempuh pemerintah daerah untuk mewujudkan pembangunan ekonomi masyarakat. Dilihat secara topografis, Kabupaten Blitar memiliki potensi bencana gunung merapi. Lokasi rawan bencana gunung Kelud meliputi Kecamatan Gandusari, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar Tahun

62 Kecamatan Ponggok dan Kecamatan Srengat. Selain bencana gunung merapi, antisipasi bencana lainnya juga perlu diperhatikan. Daerah rawan tsunami di sepanjang pesisir pantai selatan, daerah rawan banjir di daerah aliran sungai brantas dan daerah rawan angin putting beliung di Kecamatan Srengat, Kecamatan Wonodadi dan Kecamatan Udanawu. Dari sisi demografis, potensi sumber daya manusia masih perlu diberdayakan untuk meningkatkan kemakmuran melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Peningkatan dan pengembangan potensi sumber daya manusia dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) mulai umur 7-12 tahun rata-rata 99,01%, umur tahun rata-rata 89,05% dan umur tahun 59,09%. Dan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 terus menunjukkan peningkatan meskipun relatif kecil. Namun demikian, masih banyak sekali upaya yang harus dilaksanakan agar APK pendidikan utamanya pendidikan menengah (SMP-SMA) semakin tinggi, bahkan bila mungkin justru dapat menarik lulusan dari daerah lain untuk bersekolah di Kabupaten Blitar. Kemakmuran masyarakat juga dapat dilihat dari pelayanan kepada masyarakat miskin diberikan dalam bentuk jaminan sosial meskipun masih dalam skala terbatas. Aktivitas ekonomi tidak terlepas dari sarana dan prasana perhubungan dalam hal ini adalah jalan dan jembatan merupakan bidang yang amat vital sebagai pendukung aktivitas perekonomian tak pelak juga harus mendapatkan perhatian serius. Aktivitas perekonomian tidak hanya berlangsung di daerah Kabupaten Blitar saja tetapi dapat berlangsung antar daerah sekitar Kabupaten Blitar seperti Kabupaten Malang, Kota Blitar, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tulungagung. Guna meningkatkan kelancaran arus lalu lintas kendaraan dan barang khususnya pada jalur Blitar-Malang, kondisi saat ini terdapat kondisi jalan yang mengganggu kelancaran arus lalu lintas dimana kondisi jalan berkelok-kelok kemudian menurun atau menanjak cukup tajam. Terus diupayakan mencari terobosan untuk meluruskan jalan tersebut dan membangun jembatan di empat titik yaitu Jembatan Kali Bambang, jembatan sungai Tuwuh, Jembatan Kalilegi, dan perbatasan antara Blitar-Malang. Selain itu, akses jalan desa yang merupakan akses utama kegiatan ekonomi dan mengangkut hasil bumi sangat perlu diperhatikan. Kabupaten Blitar merupakan daerah yang memiliki keunggulan di sektor pertanian sehingga akses penghubung dengan desa-desa penghasil pertanian harus menjadi prioritas utama. Akses jalan antara daerah produksi pertanian dengan pasar, jalan usaha tani, irigasi dan pengelolaan sumber air harus benar-benar diperhatikan. Tantangan di bidang infrastruktur adalah bagaimana membentuk konektivitas wilayah secara merata dan mampu menjadi penggerak pertumbuhan termasuk membentuk sinkronasi dengan daerah yang berbatasandengan Kabupaten Blitar. Potensi wilayah Blitar timur dan utara perlu Kabupaten Blitar Tahun

63 dikembangkan dengan meningkatkan kualitas jalan yang menghubungkan dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang. Tersedianya infrstruktur transportasi desa, jalan desa dan jembatan juga sangat diperlukan sebagai sarana dan prasarana dasar pemukiman agar akses masyarakat meningkat. Peningkatan kualitas prasarana pasar tradisional sebagai sarana distribusi produk dan kegiatan jual beli masyarakat sangat dibutuhkan. Selain itu peningkatan infrastruktur sumber daya air untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air untuk memperlancar kegiatan produksi pertanian juga sangat penting. Tantangan perekonomian daerah sangat tergantung dari kondisi perekonomian nasional dan gejolak pasar globalyang mengakibatkan pelemahan terhadap permintaan ekspor. Selain itu masalah penyerapan anggaran pemerintah yang mengalami keterlambatan turut memperlambat masuknya investasi dan menurunkan daya saing. Hal tersebut dapat mempengaruhi perekonomian daerah Kabupaten Blitar khususnya investasi dan pengembangan usaha berbasis lokal dan ketahanan pangan. Berdasarkan perkembangan ketenagakerjaan Kabupaten Blitar tahun 2013mencapai orang pencari kerja diantaranya perempuan, sementara jumlah lowongan kerja yang tersedia hanya untuk orang. Dari jumlah data tersebut yang sudah mendapat penempatan kerja sebanyak orang. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara perkembangan jumlah pencari kerja dengan perkembangan lowongan kerja yang tersedia, apalagi jumlah angka penghapusan lowongan kerja yang cukup tinggi yaitu sebesar lowongan. Tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2014 sebesar 1,90% dan pada tahun 2015 sebesar 1,85%. Tantangan lainnya yang menyangkut globalisasi dan perdagangan bebas adalah masuknya budaya asing yang bersifat negatif yang dapat mempengaruhi budaya lokal Kabupaten Blitar yang menjunjung tinggi adat jawa. Disparitas antar wilayah juga menjadi perhatian yang dapat berakibat pada disharmonisasi masyarakat. Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, dapat berpengaruh pada kualitas keluarga, kesehatan masyarakat, penyediaan fasilitas pendidikan, lapangan pekerjaan dan fasilitas lainnya. Banyaknya angka pengangguran dan rendahnya kualitas ekonomi dapat berdampak pada angka kriminalitas, gangguan keamanan dan ketertiban yang tidak segera teratasi berpengaruh pada stabilitas wilayah dan ketenteraman masyarakat. Sedangkan masalah lingkungan hidup yang tidak dikelola dengan baik, perubahan iklim dan bencana alam yang belum diantisipasi dapat berpengaruh pada berbagai aktivitas masyarakat. Antisipasi bencana khususnya Gunung Kelud perlu ditingkatkan guna memenuhi pelayanan masyarakat dalam hal rasa aman. Kabupaten Blitar Tahun

64 Masalah sosial khususnya masyarakat miskin, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memberdayakan rumah tangga miskin dan hampir miskin agar memiliki ketahanan terhadap peningkatan harga-harga serta gejolak sosial lainnya. Saat ini konsep terhadap pemberdayaan rumah tangga miskin perlu dipertegas lagi dengan penjabaran rencana aksi yang lebih konkrit dan terkoordinasi lintas sektor. Tantangan peningkatan kualitas pendidikan Kabupaten Blitar tahun 2016 yaitu meningkatkan kualitas Sumber Daya Pendidik, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan prosentase wajib belajar 12 tahun. Sedangkan untuk bidang kesehatan, tantangan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Blitar yaitu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kesehatan dari tingkat daerah (rumah sakit umum daerah) sampai tingkat desa (puskesdes). Selain itu peningkatan kualitas tenaga kesehatan juga sangat dibutuhkan hingga level desa. Sumber daya aparatur sangat penting sebagai aktor pemerintah daerah yang mampu mengayomi masyarakat secara keseluruhan. Permasalahan di dalam kegiatan aparatur pemerintah sangat bervariasi, salah satunya adalah persoalan budaya kerja. Salah satu aspek yang bisa dipergunakan untuk melihat budaya kerja aparat pemerintah daerah adalah disiplin kerja. Disiplin kerja merupakan ketaatan pada peraturan-peraturan yang berlaku di dalam proses pelaksanaan pekerjaan. 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Tertuang dalam RPJM Nasional tahun , dalam hal peningkatan kemampuan fiskal dan kinerja keuangan daerah, strategi untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut adalah: a. Meningkatkan kemampuan fiskal daerah; b. Meningkatkan kualitas belanja dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah; dan c. Meningkatkan keterkaitan alokasi dana transfer dan pelayanan publik. Sumber pembiayaan pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan dengan lebih berorientasi kepada kepentingan daerah yang diimplementasikan dalam bentuk program kegiatan SKPD. Untuk itu, pengalokasian anggaran dan pemanfaatan potensi dan sumber daya daerah diharapkan dapat meningkatkan IPM, memberi kepuasan kepada masyarakat, membuka kesempatan lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta utamanya UMKM diberbagai bidang. Kabupaten Blitar Tahun

65 Kabupaten Blitar sebagai daerah otonom, berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan memanfaatkan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik dan pembangunan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan selaras dengan kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten sehingga tidak terjadi tumpang tindih untuk membangun kebersamaan dalam meningkatkan kesejahteraan. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Blitar tahun 2017 di bidang keuangan daerah secara umum diarahkan dalam rangka mendukung terwujudnya good governance melalui pengelolaan keuangan daerah secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab sesuai dengan perudang-undangan yang berlaku. Dengan adanya arah kebijakan ini, maka anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik. Penentuan kemampuan keuangan daerah sangat terkait dengan kemampuan daerah untuk memperkirakan jumlah penerimaan yang akan diterima sehingga kemampuan pendanaan pembangunan daerah pada tahun 2017 dapat diketahui. Perhitungan kapasitas keuangan daerah dan kerangka pendanaan pada dasarnya dilakukan dengan menganalisis sejauh mana kebijakan pengelolaan keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan dapat diimplementasikan pada tahun Perhitungan kapasitas keuangan daerah beserta kerangka pendanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Evaluasi atas Hasil Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah RKPD-P Tahun 2017 Sebagaimana amanat undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undangundang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang antara lain menyebutkan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan dipakai sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan penerimaan dan pengeluaran daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan serta kemampuan keuangan daerah, oleh karena itu prinsip pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur pendapatan dan struktur belanja daerah. Kabupaten Blitar Tahun

66 No Dari sisi keuangan negara dan fiskal, selama kurun waktu , APBN menunjukkan pendapatan negara dan hibah meningkat rata-rata 13,2% per tahun atau naik dari Rp. 995,3 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp ,9 triliun pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai Rp ,4 triliun pada tahun Peningkatan pendapatan negara tersebut utamanya didorong oleh peningkatan penerimaan perpajakan yang meningkat rata-rata sebesar 14,6% per tahun dan menyumbang lebih dari 70% dari total penerimaan dalam negeri. Rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur di tahun adalah sebesar 22,40% dengan rincian PAD sebesar 19,57%, dana perimbangan sebesar 10,59%, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 1,03%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Timur tahun masih didominasi oleh sumbangan dari pajak daerah (sekitar 82,56%). Urutan kedua adalah lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (sekitar 30,61%), berikutnya adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (BUMD) (sekitar 13,74%), terakhir adalah retribusi daerah (sekitar 3,52%). Pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Blitar Tahun diarahkan pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas Daerah dengan tetap mengupayakan sumber-sumber pendapatan yang baru. Sumbersumber pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan lainlain pendapatan asli daerah yang sah. Sumber PAD berasal dari Pajak Daerah, retribusi daerah, bagiian laba usaha perusahaan milik daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan berasal dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, subsidi daerah otonom, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), bantuan pembangunan daerah, dan penerimaan lain-lain. Bagian lain-lain penerimaan berasal dari lain-lain penerimaan yang sah dan lain-lain penerimaan dari propinsi. Tabel 3.2 Proyeksi Pendapatan Daerah padarkpd-p Tahun 2017 Uraian Proyeksi Tahun 2017 (Juta Rp) Catatan (1) (2) (3) (4) 1 PENDAPATAN 1.1. Pendapatan Asli Daerah 210,135 Pajak Daerah 58,006 Retribusi Daerah 22,771 Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 2,246 Lain-Lain PAD yang sah 127,113 Kabupaten Blitar Tahun

67 No Uraian Proyeksi Tahun 2017 (Juta Rp) Catatan (1) (2) (3) (4) 1.2. Dana Perimbangan 1,850,657 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 84,187 Dana Alokasi Umum 1,184,937 Dana Alokasi Khusus 581, Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 427,827 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 131,582 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 195,355 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 100,890 Total Pendapatan 2,488,619 2 Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran (SILPA) 199,448 Jumlah 2,688,067 Jumlah Proyeksi Penerimaan Riil 2,688,067 Sumber: Ranwal RPJMD Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah Kebijakan pada perspektif keuangan yaitu kebijakan yang memberi jalan bagi upaya untuk mengefektifkan alokasi anggaran, efisiensi belanja, dan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas keuangan daerah demi mendukung strategi pembangunan daerah. Kapasitas keuangan daerah dapat dilihat dari peningkatan intensifikasi pendapatan daerah, peningkatan ekstensifikasi pendapatan daerah, jumlah penerimaan pajak, penerimaan pajak di banding target, peningkatan pengelolaan keuangan daerah, penyempurnaan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah, pengadaan sarana dan prasarana keuangan daerah dan penyempurnaan sistem pengelolaan keuangan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelengggaraan pembangunan daerah. Kebijakan keuangan daerah juga diarahkan untuk meningkatkan pengelolaan aset-aset daerah. Terbatasnya sumber- Kabupaten Blitar Tahun

68 sumber penerimaan fiskal telah menempatkan pengelolaan aset-aset daerah pada posisi yang sangat penting untuk menunjang penerimaan daerah. Perhitungan kapasitas keuangan daerah dapat di analisis melalui beberapa tahapan sebagai berikut: A. Tahap I: Analisis dan Perhitungan Penerimaan Daerah 1) Menghitung rata-rata pertumbuhan pendapatan, belanja tidak langsung, pembiayaan dan neraca daerah. a) Menghitung rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Dilihat dari tren pendapatan dari tahun 2013 ke 2015 mengalami kenaikan. Gambaran perkembangan pertumbuhan realisasi pendapatan daerah tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.3 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar No. Uraian (2014) (Rp) (2015) (Rp) (2016) (Rp) 1 PENDAPATAN 1.1. Pendapatan Asli 108,595,573, ,852,719, ,07 Daerah Pajak Daerah 34,432,450,580 34,967,180, , Retribusi Daerah 21,554,402,083 28,169,721, , Hasil pengelolaan 2,694,048,967 3,416,404, ,00 keuangan Daerah Yang Dipisahkan Lain-Lain PAD 49,914,671,991 67,299,413, ,00 yang sah 1.2. Dana 1,145,025,514,589 1,258,190,425, ,00 Perimbangan Dana Bagi Hasil 35,975,658,389 35,647,652, ,00 Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi 1,038,727,296,200 1,162,051,182, ,00 Umum Dana Alokasi 70,322,560,000 60,491,590, ,00 Khusus 1.3. Lain-Lain 403,330,111, ,813,422, ,00 Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil 65,254,227,215 64,633,737, Pajak dari ,00 Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Kabupaten Blitar Tahun

69 No. Uraian (2014) (Rp) (2015) (Rp) (2016) (Rp) Dana 292,315,909, ,353,533, ,00 Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 45,759,975, ,826,151, ,00 Sumber: APBD Kabupaten Blitar 2016 No. b) Menghitung rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung daerah Untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung daerah, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.4 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Tidak Langsung Daerah Uraian Kabupaten Blitar (2014) (%) (2015) (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1. Belanja Pegawai 72,2% 84,2% 83,1% 2. Belanja Bunga 0,0% - 0% 3. Belanja Subsidi Belanja Hibah 8,5% 3,9% 4,5% 5. Belanja Bantuan Sosial 0,2% 0,2% 0,2% 6. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa - 0,17% 0,8% 7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa 3,2% 10,7% 6,1% 8. Belanja Tidak Terduga - 0,3% 0,2% 9. Belanja Barang dan Jasa 15,7% - 15,7% Jumlah Belanja Tidak Langsung 100% 100% 100% Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun 2015 (2015:75) dan Lampiran I Peraturan Daerah Kabupaten Blitar tentang APBD Tahun Anggaran 2014 dan 2015 c) Menghitung rata-rata pertumbuhan harta dan kewajiban daerah Untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan harta dan kewajiban daerah, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.5 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah No. Uraian (2013) (Rp) 1. ASET (2014) (Rp) Rata-rata Pertumb (%) Kabupaten Blitar Tahun

70 No. Uraian (2013) (Rp) (2014) (Rp) Rata-rata Pertumb (%) 1.1. ASET LANCAR Kas di Kas Daerah , , , Kas di Bendahara , , ,00 Penerimaan Kas di Bendahara , , ,16 Pengeluaran Kas di Badan , , ,66 Layanan Umum Daerah Kas di Bendahara 0, , ,00 Kapitasi JKN Investasi Jangka 0,00 0,00 0,00 Pendek Piutang Pajak , , , Piutang Retribusi 153, , , , Piutang Dana Bagi , , ,73 Hasil Putang Dana , , ,00 Alokasi Umum Piutang Dana , , ,80 Alokasi Khusus Piutang Lain-Lain , , , Persediaan , , , Penyisihan Piutang Tidak Tertagih JUMLAH ASET LANCAR ( ,40) , , , , , INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Non Permanen Pinjaman Kepada Perusahaan Negara Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Lainnya Investasi dalam Surat Utang Negara Investasi Non Permanen Lainnya Jumlah Investasi Non Permanen Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan Penyertaan Modal Perusahaan Patungan Investasi Permanen Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , ,70 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Kabupaten Blitar Tahun

71 No. Uraian (2013) (Rp) Jumlah Penyisihan Dana Bergulir Tidak Tertagih Penyisihan Dana Bergulir Tidak Tertagih Penyisihan Dana Bergulir Tidak Tertagih JUMLAH Penyisihan Dana Bergulir Tidak Tertagih JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG (2014) (Rp) Rata-rata Pertumb (%) , , ,70 ( ,00) ( ,00) ,00 ( ,00) ( ,00) , , , , ASET TETAP Tanah , , , Peralatan dan Mesin , , , Gedung dan , , ,92 Bangunan Jalan, irigasi, dan , , ,87 Jaringan Aset Tetap Lainnya , , , Konstruksi Dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan JUMLAH ASET TETAP , , ,50 0,00 0,00 0, , , ,05 DANA CADANGAN Dana Cadangan , , ,00 JUMLAH DANA CADANGAN , , , ASET LAINNYA Tagihan Penjualan 0,00 0,00 0,00 Angsuran Tagihan tuntutan 0, , ,00 Ganti Kerugian Daerah Kemitraan Dengan 0,00 0,00 0,00 Pihak Ketiga Aset Tak Berwujud , , , Aset lain-lain , , ,36 JUMLAH ASET LAINNYA JUMLAH ASET DAERAH , , , , , ,38 Kabupaten Blitar Tahun

72 No. Uraian (2013) (Rp) 2. KEWAJIBAN (2014) (Rp) Rata-rata Pertumb (%) 2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga , , , Utang Bunga 0,00 0,00 0, Utang Pajak 0,00 0,00 0, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang-Utang Bank Uang Muka Dari Kas Daerah Pendapatan Diterima Dimuka Utang Jangka Pendek Lainnya JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK JUMLAH KEWAJIBAN 3. EKUITAS DANA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , EKUITAS DANA LANCAR SILPA ( ,00) , , Cadangan Piutang , , , Cadangan Persediaan Dana yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek Pendapatan yang ditangguhkan JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 3.2. EKUITAS DANA INVESTASI Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang Diinvestasikan Dalam Aset tetap Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI EKUITAS DANA CADANGAN JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN JUMLAH EKUITAS DANA JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA , , ,03 ( ,00) ( ,00) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,61 Sumber: Neraca Lajur Pemerintah Kabupaten Blitar Tahun 2013 dan 2014 Kabupaten Blitar Tahun

73 2) Analisis Sumber Pendapatan Daerah Tahun 2016 a) Analisis Sumber Pendapatan Daerah Analisis sumber pendapatan daerah dilakukan untuk memperoleh gambaran proporsi dari setiap sumber pendapatan daerah yang paling dominan kontribusinya. Tabel 3.6 Prosentase Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar No Uraian (2014) (%) Tahun (2015) (%) (2016) (%) 1 PENDAPATAN 1.1. Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah 11,1% 2,2% 2,21% Retribusi Daerah 9,6% 1,0% 0,97% Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan -1,1% 0,1% 0,13% Lain-Lain PAD yang sah 30,8% 5,6% 5,62% 1.2. Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak -3,9% 6,0% 6,02% Dana Alokasi Umum - 52,3% 52,30% Dana Alokasi Khusus - 3,7% 3,71% 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya -9,8% 5,2% 5,21% Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 2,6% 19,9% 19,91% Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 60,5% 3,9% 3,94% JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 100% 100% Sumber: Ringkasan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 dan Laporan Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2015dan 2016 b) Analisis Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah Untuk mengetahui perkembangan realisasi setiap objek pendapatan daerah yaitu dengan membandingkan antara yang dianggarkan dalam perubahan APBD dengan realisasi pendapatan daerah pada tahun anggaran berkenaan. Kabupaten Blitar Tahun

74 Tabel 3.7Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah Kinerja (%) Uraian No (2014) (2015) (%) (%) 1 PENDAPATAN 1.1. Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah 11,1% 2,3% Retribusi Daerah 9,6% 1,0% Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 1,1% 0,2% Lain-Lain PAD yang sah 30,8% 5,4% 1.2. Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak -3,9% 6,9% Dana Alokasi Umum - 48,2% Dana Alokasi Khususinflas - 3,6% 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana Darurat - - Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya -9,8% 7,2% Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 2,6% 20,0% Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 60,5% 5,4% Sumber: RPJMD Kabupaten Blitar Tahun dan Data Diolah dari Laporan Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan revisi dari UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis pendapatan asli daerah (PAD) terdapat beberapa perubahan, yaitu: jenis pajak Kabupaten/Kota menjadi 11 jenis meliputi: a) Pajak hotel; b) Pajak restoran; c) Pajak hiburan; d) Pajak reklame; e) Pajak penerangan jalan; f) Pajak mineral bukan logam dan batuan; g) Pajak parkir; h) Pajak air tanah; i) Pajak sarang burung walet; j) Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan; dan k) Pajak bea perolehan atas tanah dan bangunan. Kabupaten Blitar Tahun

75 Jenis retribusi daerah yang telah dilaksanakan saat ini, masih tetap berlaku, bahkan masih memungkinkan untuk lebih dikembangkan sesuai dengan peraturan dan kewenangan. Obyek retribusi daerah tersebut meliputi: a) Retribusi jasa umum; b) Retribusi jasa usaha; c) Retribusi perizinan tertentu. Pendapatan Asli Daerah akan tetap diupayakan menjadi sumber utama pendapatan, untuk itu kebijakan Pendapatan Daerah lebih difokuskan pada upaya untuk meningkatkan setiapkomponen PAD. Oleh sebab itu, harus tetap diupayakan intensifikasi maupun ekstensifikasi sumber-sumber PAD lain, antara lain melalui pajak hotel dan restoran, peningkatan kinerja retribusi rumah sakit umum daerah dan retribusi pasar, pajak reklame dan lain-lain. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pengelolaan aset-aset daerah yang memiliki makna bahwa: 1. Arah belanja APBD Kabupaten Blitar digunakan sepenuhnya untuk mendukung kebijakan dan prioritas startegis; 2. Untuk menjamin ketersediaan dana maka kebijakan pendapatan diarahkan untuk mendapatkan berbagai sumber pendapatan yang sustain dan dengan jumlah yang memadai Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Sumber-sumber keuangan daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, penggalian sumber-sumber potensi baru untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD), serta perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.dalam rangka otonomi daerah, maka pengalokasian anggaran dan pemanfaatan potensi dan sumber daya daerah sangat bergantung kepada kreativitas dan kemauan dalam mengelolaanggaran daerah agar mencapai hasil maksimal yang direncanakan termasuk menghasilkan peningkatan kesejahateraan masyarakat secara lebih merata. Indikator umum (makro) merupakan indikator gabungan (komposit) dari berbagai kegiatan pembangunan ekonomi maupun sosial. Indikator makro pembangunan tersebut terdiri dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, penurunan jumlah pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Indikator umum lainnya yang juga digunakan adalah indek pembangunan manusia (Human Development Index) yang digunakan oleh United Nation Development Program (UNDP) sebagai indikator komposit bidang ekonomi dan sosial. Kabupaten Blitar Tahun

76 Pertumbuhan ekonomi adalah indikator utama yang sangat penting untuk menjamin kesinambungan pembangunan untuk menggerakkan roda pembangunan. Tanpa pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan program pembangunan akan mengalami stagnasi berujung pada peningkatan jumlah pengangguran dan peningkatan jumlah kemiskinan. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) diproyeksikan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dengan asumsi perubahan pengelolaan pajak dan retribusi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah. Sesuai dengan proyeksi potensi ekonomi daerah Kabupaten Blitar dari lima tahun terakhir ( ), potensi Kabupaten Blitar adalah sektor pertanian yang merupakan sektor primer yang dapat menunjang perekonomian daerah. Sedangkan sektor yang paling berkompetitif dibandingkan dengan daerah sekitar Kabupaten Blitar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Diharapkan selain potensi unggulan, potensi daya saing juga dapat dikembangankan sebagai sumber pendapatan daerah. Pada sisi Dana Perimbangan diproyeksikan mengalami kenaikan seiring dengan membaiknya perekonomian nasional yang memberi pengaruh postif terhadap APBN sehingga pada giliranya memberikan tambahan porsi dana perimbangan. Semakin diperketatnya pembentukan daerah pemerintahan baru menjadi hal penting atas tambahan dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak diharapkan mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya ekonomi nasional walaupun ada beberapa jenis pajak yang dilimpahkan kepada daerah. Komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah diproyeksikan rata-rata mengalami kenaikan per tahun dimana komponen utama yang diprediksi naik adalah Dana Penyesuaian serta Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Propinsi. Dana Penyesuaian lainnya yang digunakan untuk biasanya dialokasikan untuk infrastruktur serta Bantuan Keuangan dari Propinsi sehingga sulit untuk diproyeksikan Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui: (1) Optimalisasi pendapatan daerah sesuai peraturan yang berlaku dan kondisi daerah; (2) Peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah; (3) Peningkatan intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan; dan (4) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Kapasitas kemampuan keuangan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk 5 Tahun ke depan hingga berakhirnya masa berlaku RPJMD , Pendapatan Asli Daerah diproyeksikan meningkat rata-rata 9,73% per tahun, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,75 7,59 persen per tahun, inflasi Kabupaten Blitar Tahun

77 rata rata 4,5 6 % per tahun. Dengan meningkatnya perekonomian yang diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi, maka potensi obyek pajak dan retribusi akan meningkat. Tingkat Provinsi Jawa Timur, untuk mencapai pendapatan daerah, kebijakan pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada: a. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah. b. Meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumbersumber pendapatan yang memperhatikan aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah dan kemampuan masyarakat dengan memegang teguh prinsipprinsip akuntabilitas dan transparansi. c. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat, SKPD Penghasil, Kabupaten dan Kota, serta POLRI. d. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah. e. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah. f. Meningkatkan peran dan fungsi UPT dan Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan. g. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah. h. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui penyempurnaan sistem administrasi dan efisiensi penggunaan anggaran daerah. i. Meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat melalui penataan organisasi dan tata kerja, pengembangan sumber daya pegawai yang profesional dan bermoral, serta pengembangan sarana dan fasilitas pelayanan prima dan melaksanakan terobosan untuk peningkatan pelayanan masyarakat. Pengalokasian dana secara vertical fiscal imbalance dan horizontal fiscal imbalance, pemerintah melakukan reformulasi dana perimbangan. DAU yang diberikan oleh pemerintah pusat ke daerah bertujuan untuk menghindari kesenjangan fiskal (fiscal gap) antar daerah yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan. Dari Perkembangan tahun 2011 hingga tahun 2015 alokasi DAU Kabupaten Blitar mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 Kabupaten Blitar mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp ,00 dan meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp ,00. Pada tahun 2013 DAU sebesar Rp ,00 meningkat pada tahun 2014 menjadi Rp ,00 dan pada tahun 2015 meningkat lagi menjadi ,00 dan Kabupaten Blitar Tahun

78 tahun pada 2016 diprediksi akan mengalami peningkatan kembali yang menunjukkan konsistensi peningkatan DAU. Selain itu, dana dari pemerintah pusat adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) yang mana dana DAK bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Reformulasi DAK dilakukan dengan: (i) penajaman dan perluasan kriteria DAK agar dapat mewujudkan tujuan DAK, yaitu untuk membantu daerah dalam upaya perbaikan dan penyediaan infrastruktur dasar; serta (ii) mendorong pengalihan secara bertahap anggaran Kementerian/Lembaga (dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan), yang digunakan untuk melaksanakan urusan daerah ke DAK. Pada tahun 2011 Kabupaten Blitar mendapatkan Alokasi DAK sebesar Rp. 89,984,500,000 dan meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp ,00. Pada tahun 2013 DAK sebesar Rp ,00 dan meningkat pada tahun 2014 menjadi Rp ,00 namun pada tahun 2015 menurun menjadi Rp ,00 dan pada tahun 2016 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar Rp ,00. Penerimaan Dana Alokasi Khusus yang diperoleh Kabupaten Blitar, diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah. Untuk itu DAK diarahkan dengan mempertajam indikator yang diperlukan dalam penyusunan kriteria dan penggunaan DAK. Alokasi DAK diarahkan untuk mendanai bidangbidang yang menunjang pelayanan dasar masyarakat, seperti peningkatan kualitas infrastruktur, aksesibilitas kualitas pendidikan, dan kesehatan. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka prosentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari: a). Pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan b). PPh pasal 21. Sedangkan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari: a). kehutanan; b). pertambangan umum; c). perikanan; d). pertambangan minyak bumi; e).pertambangan gas bumi; f). pertambangan panas bumi. Dana Bagi Hasil pada tahun tahun 2011sebesar ,00 meningkat pada tahun 2012 sebesar ,80 meningkat kembali pada tahun 2013 sebesar ,89. Pada tahun 2014 mengalami penurunan nilai dana menjadi ,46 namun mulai terjadi kenaikan pada tahun 2015 sebesar ,11 dan pada tahun 2016 diperkirakan akan mengalami kenaikan kembali sebesar ,07. Kabupaten Blitar Tahun

79 3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah Dalam rangka mengatur penggunaan anggaran belanja daerah agar tetap terarah, efisien dan efektif, maka arah kebijakan belanja daerah RPJMD Provinsi Jawa Timur tahun anggaran sebagai berikut : a. Pengelolaan belanja daerah sesuai dengan anggaran berbasis kinerja (performance based) untuk mendukung capaian target kinerja utama sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun dengan menganut prinsip akuntabilitas, efektif dan efisien dalam rangka mendukung penerapan anggaran berbasis kinerja; b. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan; c. Pemanfaatan belanja yang bersifat reguler/rutin diutamakan untuk memenuhi belanja yang bersifat mengikat antara lain pembayaran gaji PNS, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota, dan belanja operasional kantor dengan prinsip mengedepankan prinsip efisien dan efektif; d. Stimulus belanja untuk pengembangan infrastruktur pedesaan; e. Mengoptimalkan pemanfaatan belanja untuk penyelenggaraan urusan kewenangan Pemerintah Provinsi dan fasilitas bantuan keuangan, belanja bantuan hibah maupun belanja bantuan sosial untuk urusan non kewenangan Pemerintah Provinsi. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas. Belanja Daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Sesuai dengan peraturan yang ada, belanja daerah diprioritaskan pada pos belanja yang wajib dikeluarkan diantaranya, belanja pegawai, belanja bunga dan belanja pembayaran Kabupaten Blitar Tahun

80 pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun bersangkutan. Arah kebijakan umum belanja Kabupaten Blitar tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Mencukupi belanja pegawai (Gaji PNS) 2. Mencukupi belanja rutin kantor 3. Belanja pelayanan fungsi pendidikan 4. Belanja urusan kesehatan, termasuk dukungan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 5. Alokasi Dana Desa (ADD) 6. Peningkatan belanja modal 7. Alokasi dana pembangunan pusat pemerintahan, stadion dan wisata 8. Alokasi dana rehabilitasi dan rekonstruksi 9. Belanja lainnya (hibah, bansos, bantuan keuangan) 10. Dukungan program pemerintahan pusat dan propinsi 11. Belanja antisipasi kegiatan mendesak melalui belanja tidak terduga Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Kebijakan pembiayaan daerah, dari aspek penerimaannya akan diarahkan untuk meningkatkan akurasi pembiayaan yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. SiLPA tahun diproyeksikan sebesar tumbuh rata-rata per tahun sebesar 3% dengan tahun dasar 2014, namun demikian tahun-tahun mendatang proses perencanaan dan penganggaran diharapkan akan menjadi lebih baik dan sistem pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan sudah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau dengan asumsi bahwa SilPA harus mampu menutup defisit anggaran yaitu maksimal 6% dari total APBD. Terkait dengan pinjaman daerah, Pemerintah Pusat telah membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan, untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, pemerintah daerah akan terus mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), profesional, dan tepat guna dalam penggunaan potensi pinjaman daerah tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Kabupaten Blitar Tahun

81 Mengingat pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, maka dengan kemampuan keuangan daerah yang sangat terbatas kebijakan pembiayaan masih akan diorientasikan pada hal-hal yang bersifat realistis sesuai dengan cash flow pendapatan dan flow pengeluaran belanja serta kegiatan lain yang memiliki tingkat resiko sangat rendah. Pada aspek pengeluaran pembiayaan, sebagai pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, akan mencakup: pembentukan dana cadangan; penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah. Untuk itu kebijakan pengeluaran pembiayaannya meliputi: a. Penyertaan modal BUMD disertai dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD, dan b. Dana Bergulir (Kredit Program) untuk pengembangan usaha kecil menengah. Kabupaten Blitar Tahun

82 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1 Platform Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Periode perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah tahun 2017 merupakan tahun kedua setelah penetapan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Blitar periode tahun Prioritas perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Blitar tahun 2017 memfokuskan berdasarkan evaluasi kinerja pembangunan tahun 2016, proyeksi pencapaian kinerja tahun 2017, program indikatif di tahun 2016 yang bersifat lintas wilayah dan strategis dari RPJMD Kabupaten Blitar , serta dokumen Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Blitar Telaah RPJPD Kabupaten Blitar periode tahun , memberi arahan strategis berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan RPJMD ke-2 (periode tahun ) dengan memperhatikan dan mengacu pada RPJM Provinsi Jawa Timur dan telaah prioritas RPJMN dan isuisu kebijakan nasional. Isu-isu strategis yang menjadi pertimbangan pembangunan Kabupaten Blitar diantaranya adalah: 1) kesiapan masyarakat menghadapi era perdagangan bebas dalam masyarakat ekonomi asean (MEA); 2) mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, bebas dari KKN sebagai implementasi UU Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 3) implementasi UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dalam hal penguatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa; 4) implementasi UU Nomor 23 tahun 2014 sebagaimana yang terakhir kali telah diubah dengan UU Nomor 9 tahun 2015 tentang perubahan kedua UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 5) kemiskinan dan kesenjangan antar wilayah; 6) kesinambungan pembangunan dengan visi dan misi sebelumnya; 7) keberadaan RPJPD Kabupaten Blitar tahun Arah pembangunan Kabupaten Blitar dalam kurun waktu lima tahun (tahun ) pada dasarnya adalah proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang lebih sejahtera, maju dan berdaya saing dalam bidang ekonomi, baik domestik maupun regional, Asean maupun internasional. Pembangunan Kabupaten Blitar ke depan, diharapkan proses perubahan yang terjadi di masyarakat diharapkan tidak hanya terjadi pada aspek fisik, mental dan ekonomi saja, tetapi juga perubahan pada taraf kehidupan masyarakat, kondisi sosial, budaya, kesehatan, pendidikan peningkatan budi pekerti yang luhur, wawasan kebangsaan, ketenagakerjaan, kependudukan, ketertiban, ketaatan pada norma-norma agama dan derajat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam menyelenggarakan Kabupaten Blitar Tahun

83 pembangunan. Rencana pembangunan daerah dapat dilihat dari cita-cita Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih sebagai dasar pelaksanaan pembangunan. Cita-cita tersebut dapat dituangkan ke dalam visi yang kemudian dijabarkan ke dalam misi sebagai cara untuk mewujudkan visi tersebut. Visi Kabupaten Blitar periode tahun yaitu: MENUJU KABUPATEN BLITAR LEBIH SEJAHTERA, MAJU DAN BERDAYA SAING. Penjelasan dari visi Kabupaten Blitar adalah, Lebih Sejahtera, berarti meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara lahir dan batin. Secara lahir adalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat secara baik, pengurangan angka kemiskinan, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja, kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kesejahteraan secara batin diwujudkan dalam penciptaan suasana kehidupan yang religius, aman dan kondusif, serta adanya kebebasan dan kemudahan masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Maju, dimaknai dengan adanya perkembangan positif dalam setiap aspek kehidupan masyarakat terutama terkait dengan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (SDM), tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik. Berdaya Saing, yaitu terwujudnya kemampuan masyarakat Kabupaten Blitar untuk memanfaatkan keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki sehingga mampu bersaing secara regional, nasional bahkan internasional. Untuk mewujudkan Visi Kabupaten Blitar tersebut maka Misi Pembangunan Kabupaten Blitar Tahun ditetapkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui akselerasi program pengentasan kemiskinan, optimalisasi dan pengembangan program pembangunan dan kemasyarakatan yang tepat sasaran ; 2. Memantapkan kehidupan masyarakat berlandaskan nilai-nilai keagamaan (religius), kearifan lokal dan hukum melalui optimalisasi kehidupan beragama dan kehidupan sosial, serta penerapan peraturan perundang-undangan ; 3. Meningkatkan kualitas Sumer Daya Manusia (SDM) masyarakat melalui peningkatan mutu bidang pendidikan (termasuk di dalamnya adalah wawasan kebangsaan, budi pekerti, praktek keagamaan) dan kesehatan serta kemudahan akses memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan yang memadai ; 4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi, serta pelayanan publik berbasis teknologi informasi ; 5. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan usaha ekonomi masyarakat yang memiliki daya saing melalui peningkatan ketrampilan dan keahlian, pengembangan ekonomi Kabupaten Blitar Tahun

84 kerakyatan berbasis Koperasi dan UMKM, ekonomi kreatif, jiwa kewirausahaan, potensi lokal daerah dan penguatan sektor pariwisata serta pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup; 6. Meningkatkan pembangunan berbasis desa dan kawasan perdesaan melalui optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa. Visi dan Misi Kabupaten Blitar periode tahun ,dirumuskan dan dijabarkan ke dalam beberapa program aksi sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Berikut ini merupakan penjabaran misi dari pembangunan Kabupaten Blitar tahun : Misi I:Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui akselerasi program pengentasan kemiskinan, optimalisasi dan pengembangan program pembangunan dan kemasyarakatan yang tepat sasaran. Tujuan dari misi ini adalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat secara proporsional, pengurangan angka kemiskinan, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja, menumbuhkembangkan jiwa wirausaha dan penyediaan infrastruktur yang memadai. Program Aksi yang disusun adalah sebagai berikut: 1) Menjaga kestabilan ketersediaan pangan; 2) Pembangunan dan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni; 3) Subsidi dan bantuan untuk masyarakat miskin, termasuk disabilitas (cacat); 4) Perluasan kesempatan kerja serta pembinaan untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan; 5) Peningkatan penyediaan infrastruktur dasar pada semua bidang. Misi II :Memantapkan kehidupan masyarakat berlandaskan nilai-nilai keagamaan (religius), kearifan lokal, dan hukum melalui optimalisasi kehidupan beragama dan kehidupan sosial, serta penerapan peraturan perundang-undangan. Tujuan dari misi ini adalah penciptaan suasana kehidupan yang religius, aman dan kondusif serta adanya kebebasan dan kemudahan masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Program Aksi yang disusun adalah sebagai berikut: 1) Fasilitasi kegiatan keagamaan masyarakat; 2) Meningkatkan komunikasi serta memantapkan keharmonisan antar umat beragama; 3) Meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat agar mampu mengantisipasi ancaman dan gangguan kamtibmas; 4) Memberdayakan kearifan lokal untuk menjaga kehidupan masyarakat yang harmonis; Kabupaten Blitar Tahun

85 5) Meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan menciptakan ketertiban dan keamanan. Misi III :Meningkatkan kualitas Sumer Daya Manusia (SDM) masyarakat melalui peningkatan mutu bidang pendidikan (termasuk di dalamnya adalah wawasan kebangsaan, budi pekerti, praktek keagamaan) dan kesehatan serta kemudahan akses memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan yang memadai. Tujuan dari misi ini adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Kabupaten Blitar, meningkatkan kualitas pendidikan yang religius, meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pendidikan serta pelayanan kesehatan yang memadai. Program Aksi yang disusun adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan; 2) Pelaksanaan pendidikan berbasis pengembangan karakter (termasuk di dalamnya adalah wawasan kebangsaan, budi pekerti dan praktek keagamaan); 3) Penataan manajemen pendidikan yang profesional dan efisien dengan menggunakan sistem database pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan yang berbasis IT; 4) Peningkatan akses atas pendidikan dan pemerataan layanan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat, baik formal maupun non formal, termasuk yang berkebutuhan khusus (disabilitas) serta pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai; 5) Peningkatan kualitas/kompetensi dan kuantitas tenaga kesehatan; 6) Peningkatan akses atas kesehatan yang memadai serta pemenuhan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan (kesehatan dasar dan rujukan); 7) Peningkatan peranserta dan kesadaran masyarakat untuk mewujudkan Hidup Bersih dan Sehat. Misi IV :Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi serta pelayanan publik berbasis teknologi informasi. Tujuan misi ini adalah penataan kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan efisien, memantapkan pelaksanaan sistem dan prosedur perencanaan, pengendalian, evaluasi dan pengawasan pembangunan daerah, meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia aparatur Pemerintah Kabupaten Blitar yang profesional, berintegritas dan berdaya saing, meningkatkan kualitas manajemen keuangan pemerintah daerah, meningkatkan kualitas pelayanan publik yang prima di segala bidang dan berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan masyarakat, dan mengembangkan manajemen pemerintahan daerah berbasis teknologi informasi untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang efektif, efisien, dan Kabupaten Blitar Tahun

86 akuntabel serta mempermudah akses masyarakat terhadap informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Program Aksi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Penataan serta peningkatan peran kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan efisien berdasarkan peraturan perundang-undangan; 2) Peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia aparatur Pemerintah Kabupaten Blitar; 3) Memaksimalkan fungsi dan kinerja kelembagaan pemerintah daerah melalui penerapan prinsip the right man on the right place ; 4) Pengembangan sistem manajemen pemerintahan daerah berbasis teknologi informasi; 5) Peningkatan kualitas manajemen keuangan pemerintah daerah, termasuk pengelolaan keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme; 6) Pemantapan pelaksanaan sistem dan prosedur perencanaan, pengendalian, evaluasi dan pengawasan pembangunan daerah; 7) Mewujudkan konsistensi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah melalui perencanaan dan penganggaran terpadu; 8) Peningkatan kualitas pelayanan publik yang prima di segala bidang dan berorientasi pada kepuasan masyarakat. Misi V :Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan usaha ekonomi masyarakat yang memiliki daya saing melalui peningkatan ketrampilan dan keahlian, pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis Koperasi dan UMKM, ekonomi kreatif, jiwa kewirausahaan, potensi lokal daerah dan penguatan sektor pariwisata serta pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.tujuan misi ini adalah : Meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga mampu mandiri dan memiliki daya saing, meningkatkan kualitas dan daya saing tenaga kerja Kabupaten Blitar menuju persaingan global, mendorong pengembangan standarisasi produk barang dan jasa untuk meningkatkan daya saing, menumbuhkembangkan dan meningkatkan daya saing sektor pertanian, koperasi dan usaha mikro, kecil, menengah (KUMKM) yang ada di Kabupaten Blitar, mengembangkan ekonomi kreatif, menumbuhkembangkan jiwa wirausaha, penguatan sektor pariwisata yang sesuai dengan potensi lokal Kabupaten Blitar, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Program Aksi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan kapasitas kelompok ekonomi masyarakat melalui pelatihan ketrampilan berkelanjutan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha; Kabupaten Blitar Tahun

87 2) Penyediaan tenaga kerja terampil dan profesional melalui penyetaraan kualitas standar kompetensi tenaga kerja untuk memenuhi standar sertifikasi internasional dalam era global; 3) Pengembangan iklim usaha secara sehat serta melindungi konsumen; 4) Pengembangan sektor pertanian, koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing; 5) Mengembangkan pariwisata daerah yang berbasis pada seni dan budaya lokal serta potensi sumber daya alam; 6) Pengembangan ekonomi kreatif yang sesuai dengan potensi lokal untuk menunjang kepariwisataan daerah; 7) Pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Misi VI : Meningkatkan pembangunan berbasis desa dan kawasan perdesaan melalui optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.tujuan misi ini adalah meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan desa melalui peningkatan kapasitas aparatur desa dan kelembagaan masyarakat desa, meningkatkan kuantitas dan kualitas pembangunan, baik fisik maupun non fisik yang berbasis pendekatan desa dan kawasan perdesaan, mengembangkan peran aktif lembaga kemasyarakatan desa dalam pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa untuk mewujudkan pembangunan desa secara partisipatif. Program Aksi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa dan lembaga kemasyarakatan; 2) Penyusunan regulasi penyelenggaraan pemerintahan desa; 3) Pembangunan infrastruktur kawasan perdesaan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat untuk meminimalisasi disparitas antar wilayah; 4) Fasilitasi pengembangan manajemen pemerintahan desa didukung dengan sistem informasi desa; 5) Optimalisasi pemberdayaan masyarakat desa sebagai bentuk nyata partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan desa. Kabupaten Blitar Tahun

88 Berikut adalah gambar hubungan antara visi dan misi Kabupaten Blitar periode : Lebih Berdaya Saing Lebih Sejah tera Lebih Maju Gambar Hubungan Visi dan Misi Kabupaten Blitar Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat hubungan antara visi dan misi dari Kabupaten Blitar. Visi Kabupaten Blitar apabila di rinci yaitu: 1. Menuju Kabupaten Blitar Lebih Sejahtera Visi ini dapat diwujudkan melalui misi Kabupaten Blitar ke I dan ke II yaitu Mewujudkan Kabupaten Blitar yang lebih sejahtera dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan dengan membangun nilai religius, kearifan lokal, dan menegakkan hukum. Kabupaten Blitar Tahun

89 2. Menuju Kabupaten Blitar Lebih Maju Visi ini dapat diwujudkan melalui misi Kabupaten Blitar ke III dan IV yaitu mewujudkan Kabupaten Blitar yang maju melalui tata kelola pemerintahan yang baik, dan melalui Kualitas SDM Aparatur yang baik. 3. Menuju Kabupaten Blitar Lebih Berdaya Saing Visi ini dapat diwujudkan melalui misi Kabupaten Blitar ke V dan VI yaitu mewujudkan Kabupaten Blitar yang berdaya saing dengan menciptakan keberdayaan pada masyarakat, perdesaan, dan UMKM serta dengan mengembangkan potensi unggulan pariwisata dan pertanian. 4.2 Arah Kebijakan/Prioritas Pembangunan RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 Penekanan arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional terhadap keberadaan Kabupaten Blitar didasarkan pada karakteristik sekaligus potensi yang dapat dikembangkan Kabupaten Blitar dalam kerangka sebuah sistem pembangunan nasional. Selain arah kebijakan dan strategi nasional, perlu ditelaah penetapan prioritas pembangunan Kabupaten Blitar tahun 2017 dalam cakupan rencana pembangunan Provinsi Jawa Timur. Strategi umum pembangunan Jawa Timur secara lebih tegas menyatakan keberpihakannya (affirmative) kepada rakyat miskin melalui strategi pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada rakyat miskin, atau disebut pro-poor growth, yang dilandasi pemikiran bahwa pertumbuhan dan pemerataan harus berjalan serempak, dan bukan pilihan prioritas (trade-off) satu terhadap lainnya.penegasan keberpihakan ini sejalan dengan label misi Makin Mandiri dan Sejahtera bersama Wong Cilik, di mana wong cilik atau rakyat miskin tidak boleh tertinggal atau ditinggalkan dalam memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan dokumen RPJMD Provinsi Jawa Timur periode tahun disebutkan bahwa Kabupaten Blitar merupakan ruang pembangunan yang dikelompokkan dalam cluster pengembangan regional Kelud.Cluster Regional Kelud berfungsi sebagai pemerataan aktifitas pusat pertumbuhan perekonomian di Jawa Timur yang terdiri dari : 1. Kabupaten/Kota yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan Kediri: Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung; 2. Kabupaten/Kota yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan Blitar yaitu Kota Blitar dan Kabupaten Blitar. Kabupaten Blitar Tahun

90 Berdasarkan arahan wilayah pengembangan, maka Cluster Regional Kelud ditetapkan pada Kabupaten Jombang, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar dengan arahan strategi sebagai berikut: 1. Target tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2017 adalah 7,5%-8,00% ; 2. Target tingkat kemiskinan tahun 2017 adlah 11,95-10,98% ; 3. Target Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2017 adalah 3,97-3,86% ; 4. Target Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2017 adalah 75,53-76,65% ; 5. Peningkatan pusat-pusat pertumbuhan baru; 6. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; 7. Pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan; 8. Pemertahanan kawasan pertanian; 9. Pengembangan energi baru terbarukan; 10. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan; 11. Pembangunan infrastruktur transportasi; 12. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana; 13. Peningkatan kegiatan yang diarahkan pada perkebunan, pertanian, pertambangan, pariwisata pantai dan perikanan; 14. Pengembangan potensi sumber daya alam unggulan lokal dalam pengembangan industri kecil dan menengah sebagai pemasok utama pasar regional. 4.3 Arah Kebijakan/Prioritas Pembangunan RPJMN Tahun 2017 Dilihat dari kacamata nasional, dengan berbagai kebijakan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat tajam sejak tahun 2016, menjadi 7,1 persen pada tahun 2017, dan terus meningkat pada tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 7,5 persen dan 8,0 persen. Dengan tingkat pertumbuhan ini, pendapatan perkapita naik dari Rp. 47,8 Juta (USD3.918,3) pada tahun 2015 hingga mencapai Rp. 72,2 Juta (USD 6.018,1) pada tahun Dari sisi pengeluaran, investasi didorong dan mencapai sekitar 10,4 persen pada tahun 2017, dan 12,1 persen pada tahun Dorongan kuat dari investasi akan meningkatkan kontribusi ekspor barang dan jasa, serta konsumsi. Ekspor diperkirakan tumbuh 8,8 persen pada tahun 2017, dan mencapai 12,2 persen pada tahun Konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah tumbuh secara bertahap dan masing-masing mencapai 6,1 persen dan 2,5 persen pada tahun 2019.Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat tajam mulai tahun 2017, neraca pembayaran yang sebelumnya menghadapi tekanan akibat krisis ekonomi, kinerjanya akan membaik. Prediksi akan terjadinya perbaikan Kabupaten Blitar Tahun

91 lingkungan global dan membaiknya harga komoditas dunia turut mendorong membaiknya kinerja neraca pembayaran. Secara nasional hal yang perlu diperhatikan dari arah kebijakan pemerintah pusat adalah: 1. Pemerintah Daerah harus mengusung Program Prioritas Nasional untuk masuk kedalam RPJM Daerah; 2. Menggunakan pendekatan Perencananaan Terintegrasi terhadap Program Prioritas Pembangunan Nasional; 3. Berorientasi pada money follow program daripada money follow functions artinya review atas Kapasitas Kelembagaan menjadi penting; 4. Nomeklatur Program hanya sebagai rumah dan dokumen penganggaran (karena melekat kode rekening anggaran), yang terpenting adalah definisi dari program tersebut dan kegiatan prioritas di dalam program tersebut; 5. Fokus terhadap pelaksanaan program yang langsung kepada rakyat dan dapat diukur; 6. Urusan tata kelola birokrasi dan kelembagaan diharapkan selesai pada tahun 2016, bagi daerah yang baru menyelenggarakan PILKADA. Dalam rangka penetapan prioritas pembangunan Kabupaten Blitar Tahun 2017 perlu ditinjau perspektif dan sudut pandang pembangunan Nasional terhadap Kabupaten Blitar. Berdasarkan hal tersebut, arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Pulau Jawa dan Bali dalam dokumen RPJMN menyebutkan bahwa: 1. Kabupaten Blitar ditetapkan sebagai wilayah pengembangan dengan strategi peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana melalui penyediaan sistem pemantauan gunung api. 2. Kabupaten Blitar ditetapkan sebagai Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan Pulau Jawa-Bali Periode , dimana Blitar sebagai Pusat kegiatan Wilayah (II/C/2) Prioritas Pembangunan Kabupaten Blitar 2017 Berdasarkan pada evaluasi capaian kinerja pembangunan Kabupaten Blitar tahun lalu beserta proyeksi pencapaian kinerja tahun 2016, program indikatif di tahun 2017 yang bersifat lintas wilayah dan strategis dari RPJMD Kabupaten Blitar , telaah tujuan dan tahapan pembangunan dalam dokumen RPJPD Kabupaten Blitar , telaah arahan strategis pengembangan kewilayahan dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur , telaah prioritas RPJMN , analisis isu-isu kebijakan nasional, platform kepala daerah terpilih dan dokumen Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Blitar tahun maka tema Kabupaten Blitar Tahun

92 RKPD-P Kabupaten Blitar tahun 2017 adalah Percepatan Kecukupan Sarana Prasarana, Sistem dan Infrastruktur Ekonomi Berbasis Potensi Unggulan Kab. Blitar (Pariwisata dan Pertanian) dengan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Blitar tahun 2017 ditetapkan sebagai berikut: 1. Penataan Sarana Aparatur dan Sistem Pendukung Pemerintahan. Penataan sarana aparatur dan sistem pendukung pemerintahan ditetapkan sebagai prioritas dengan mempertimbangkan bahwa sumber daya aparatur memiliki peran yang sangat penting sebagai aktor pemerintah daerah yang nantinya akan mengayomi masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu adanya penataan sarana dan sistem pendukung yang dibutuhkan oleh sumber daya aparatur sebagai penunjang pelaksanaan pemerintahan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi Sumber daya aparatur dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, bebas dari KKN sebagaimana implementasi UU no. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Adapun prioritas penataan sarana aparatur dan sistem pendukung pemerintahan dapat diarahkan dengan prioritas pembangunan, antara lain: a. Penataan Organisasi dan Peningkatan Profesionalisme Sumber Daya Aparatur ; b. Bimbingan Teknis dalam Rangka Implementasi UU Desadan UU ASN; c. Pengembangan Sistem Perencanaan, Keuangan, Evaluasi, Pelaporan, Layanan Perijinan dan Layanan Lainnya Berbasis Teknologi Informasi ; d. Fasilitasi Penyusunan Peraturan-Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah Pendukung Sistem Pemerintahan. 2. Infrastruktur Perekonomian yang Berpihak terhadap Pertanian dan Pariwisata. Pembangunan ekonomi dan infrastruktur secara garis besar ditempatkan dalam posisi yang sangat strategis. Pembangunan ekonomi dalam prioritas ini disandingkan dengan pembangunan infrastruktur dengan logika berpikir bahwa pembangunan ekonomi baik dengan orientasi pertumbuhan maupun pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat Blitar membutuhkan dukungan infrastruktur. Dengan demikian jenis infrastruktur yang dimaksud dalam prioritas ini adalah pembangunan infrastruktur yang mampu digunakan untuk akselerasi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Blitar. Infrastruktur perekonomian lebih ditekankan terhadap sektor pertanian dan pariwisata Kabupaten Blitar. Hal ini karena kondisi geografis Kabupaten Blitar yang sebagian besar adalah lahan pertanian dan potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata. Berdasarkan hal ini, maka prioritas pembangunan infrastruktur perekonomian yang berpihak terhadap pertanian dan pariwisata dapat dilaksanakan dengan prioritas pembangunan, sebagai berikut: Kabupaten Blitar Tahun

93 a. Pembangunan Saluran Irigasi ; b. Pelestarian Sumber Mata Air dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan ; c. Pembangunan Destinasi Wisata Kabupaten Blitar ; d. Pembangunan Pasar Kabupaten dan Ruang Terbuka Hijau. 3. Pembangunan Infrastruktur berbasis Kawasan dan Pusat Pertumbuhan Baru. Infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan Kabupaten Blitar. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat bahwa gerak laju dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur di kawasan dan pusat pertumbuhan baru menjadi hal yang penting karena kawasan dan pusat pertumbuhan baru menjadi titik-titik strategis dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Blitar. Adapun prioritas pembangunan infrastruktur besar berbasis kawasan dan pusat pertumbuhan baru dilaksanakan dengan prioritas pembangunan, antara lain: a. Pembangunan Infrastruktur Pendukung Pusat Pemerintahan Kabupaten Blitar di Kanigoro ; b. Pembangunan Kawasan Stadion Nglegok ; c. Fasilitasi Percepatan Realisasi Pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) ; d. Rehabilitasi Kawasan Rawan Bencana ; e. Pembangunan Kawasan Pariwisata Strategis ; f. Pembangunan dan Pelebaran Jalan Aspal dan Jembatan ; g. Pembangunan Drainase dan Pengaman Badan Jalan ; h. Perawatan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan ; 4. Pemantapan Pemberian Layanan Dasar Umum dan Pemerintahan. Keberadaan pemerintah dengan semua penyelenggaraan urusan pemerintahan pada dasarnya adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan Publik dalam hal ini didefinisikan sebagai aktivitas pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui penyediaan barang dan jasa. Proses penyelenggaraan pelayanan publik merupakan ranah kebijakan, program, dan kegiatan yang menginteraksikan pemerintah dengan masyarakat. Alokasi dana pemerintah dipergunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Prioritas pemantapan pemberian layanan dasar umum dan pemerintahan diarahkan pada prioritas pembangunan sebagai berikut: Kabupaten Blitar Tahun

94 a. Pelayanan Berbasis Online (Online Based Service) ; b. Pemberian Bantuan Sarana dan Prasarana Sekolah ; c. Pelatihan Keterampilan dan Kejar Paket Bagi Anak Putus Sekolah ; d. Pendidikan Non Formal ; e. Pembangunan RSUD Srengat ; f. Verifikasi PBDT / PPLS 2015 Pendukung Program Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial Lainnya ; g. Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ; h. Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ; i. Pembangunan Sanitasi dan Sarana Air Bersih ; 5. Intensifikasi Potensi Pariwisata Unggulan dan Penggunaan Teknologi Pertanian. Prioritas intensifikasi potensi pariwisata unggulan dan penggunaan teknologi pertanian diarahkan pada prioritas pembangunan sebagai berikut: a. Pengadaan Sarana Produksi Sektor Pertanian ; b. Pengadaan Sarana Prasarana Industri Kreatif Pendukung Pariwisata; c. Pelatihan Budidaya, Pengolahan Pasca Panen dan Pengemasan Produk-Produk Hasil Pertanian ; d. Pameran dan Promosi Produk-Produk Unggulan Daerah ; e. Pelatihan Kewirausahaan dan Pengembangan Kelompok Tani, Kelompok Sadar Wisata / Desa Wisata, Industri Kreatif dan Stakeholder Pariwisata di Kabupaten Blitar; f. Pengembangan Koperasi, Bumdes, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) di Kabupaten Blitar. Kabupaten Blitar Tahun

95 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Dalam bab ini memuat urusan-urusan dan bidang yang dilaksanakan oleh Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah. Termasuk didalamnya urusan wajib dan pilihan serta bentuk program kerja setiap urusan serta program prioritas tiap perangkat sesuai dengan kebutuhan dan guna bagi masyarakat. Capaian program kerja nantinya menjadi parameter yang dipaparkan dalam indikator program kerja yang menjadi tolak ukur keberhasilah program. Anggaran juga dipaparkan dalam bab ini yang memuat perencanaan anggaran pada tahun 2017 serta prakiraan kebutuhan dana pagu di tahun 2018 mendatang. Rekapitulasi kegiatan dan Kebutuhan dana pagu setiap SKPD terlampir pada halaman akhir laporan ini. Kabupaten Blitar Tahun

96 BAB VI PENUTUP Kabupaten Blitar Tahun 2017 merupakan perencanaan pembangunan tahun kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar Tahun Sesuai amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa RKPD merupakan pedoman untuk penyusunan APBD. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan disusun berdasarkan pemberlakuan peraturan dari Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, untuk implementasinya diperlukan koordinasi antar instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar dan partisipasi masyarakat serta seluruh pelaku pembangunan (stakeholder) melalui Forum SKPD dan Focus Group Discussion (FGD) serta musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan terutama sinkronisasi dan penyelarasan rencana program dan kegiatan yang telah ditentukan. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan Kabupaten Blitar tahun 2017 dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah untuk menyusun dokumen Kebijakan Umum Anggaran Perubahan (KUPA) dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPAS-P) Tahun Dokumen RKPD-P menjadi landasan dalam melaksanakan kewajiban pemerintahan umum, sekaligus mendorong masyarakat untuk mewujudkan partisipasinya, serta untuk mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan. Keberhasilan pembangunan selain dilaksanakan jajaran Pemerintah Kabupaten Blitar juga ditentukan oleh dukungan masyarakat untuk menjawab tantangan dan mengurangi permasalahan yang ada, sehingga cita-cita masyarakat Kabupaten Blitar sesuai visi dan misi yang tertuang dalam dokumen perencanaan dapat terwujud sesuai waktu yang telah ditentukan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan Kabupaten Blitar tahun 2017 disusun dalam upaya meningkatkan sinergitas pusat dengan daerah, antar daerah, dan antar satuan kerja dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah. Oleh karenanya, diperlukan komitmen dan dukungan dari seluruh stakeholder Kabupaten Blitar untuk dapat mewujudkan berbagai substansi rencana pembangunan daerah Kabupaten Blitar yang telah ditetapkan. Berikut dilampirkan Program Kerja beserta urusan-urusan dan bidang yang dilaksanakan oleh Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah. Termasuk didalamnya urusan wajib dan pilihan serta bentuk program kerja setiap urusan. Capaian program kerja nantinya menjadi parameter yang dipaparkan dalam indikator program kerja yang menjadi tolak Kabupaten Blitar Tahun

97 ukur keberhasilah program. Anggaran juga dipaparkan dalam bab ini yang memuat perencanaan anggaran pada tahun 2017 beserta rencana penyerapan serta prakiraan kebutuhan dana pagu di tahun 2018 mendatang. Rekapitulasi kegiatan dan Kebutuhan dana pagu setiap SKPD terlampir pada halaman akhir laporan ini. Demikian dokumen Kabupaten Blitar tahun 2017 ini disusun untuk menjadi dasar dalam proses perencanaan pembangunan tahap selanjutnya di Kabupaten Blitar Tahun BUPATI BLITAR, RIJANTO Kabupaten Blitar Tahun

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BLITAR, Menimbang a. bahwa Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

bimbingannya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan naskah Laporan

bimbingannya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan naskah Laporan KATA PENGANTAR Puji Syukur Kami Panjatkan Kepada Allah SWT, karena hanya atas petunjuk dan bimbingannya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan naskah Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SINTANG Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL DAN PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU SERTA CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

BAB II EVALUASI HASIL DAN PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU SERTA CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH BAB II EVALUASI HASIL DAN PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU SERTA CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Penyusunan RKPD Tahun 2015 ini pada hakekatnya didasarkan pada evaluasi hasil pelaksanaan RKPD 2013

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Blitar, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar, Bagus Sunggono, SE.MM.

Sekapur Sirih. Blitar, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar, Bagus Sunggono, SE.MM. Sebagai pengemban amanat Undang undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010 (Population

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2014 TANGGAL : MEI 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 01/06/3505/Th. I, 13 Juni 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BLITAR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR Kata Pengantar D engan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN (RKPD-P) TAHUN 2017

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN (RKPD-P) TAHUN 2017 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN (RKPD-P) TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

Peningkatan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia, Ketahanan Pangan dan Pelayanan Publik

Peningkatan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia, Ketahanan Pangan dan Pelayanan Publik PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia, Ketahanan Pangan dan Pelayanan Publik BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017 merupakan tahun pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perwujudan dari perencanaan pembangunan tahunan diwajibkan daerah untuk menyusun dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 20162021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2017 TANGGAL : MEI 2017 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci