HUKUM PERIKATAN. Dosen : 1. Etty H. Djukardi, S.H., CN. 2. Kilkoda Agus Saleh, S.H., MH. 3. Etty Mulyati, S.H.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUKUM PERIKATAN. Dosen : 1. Etty H. Djukardi, S.H., CN. 2. Kilkoda Agus Saleh, S.H., MH. 3. Etty Mulyati, S.H."

Transkripsi

1 HUKUM PERIKATAN Dosen : 1. Etty H. Djukardi, S.H., CN. 2. Kilkoda Agus Saleh, S.H., MH. 3. Etty Mulyati, S.H. PENDAHULUAN Hukum Perdata menurut doktrin terdiri dari : 1. Hukum Perorangan (Personenrecht), 2. Hukum Keluarga (Familierecht), 3. Hukum Harta kekayaan (Vermogenrecht), a. hak kekayaan absolut : - Hak kebendaan, - Hak atas benda-benda immateriil. b. hak kekayaan relatif 4. Hukum Waris (Erfrecht). Pembagian Hukum Perdata menurut KUHPdt : - Buku I : tentang orang (van personen). - Buku II : tentang benda zaken), kekayaan absolut. - Buku III : tentang perikatan verbintenissen), kekayaan relatif dipelajari dalam Hukum Perikatan). - Buku IV : tentang pembuktian daluarsa (van bewijs en verjaring). Buku III : Hal-hal yang mengatur hukam antara subjek Hukum Perikatan; mengatur hak terhadap orang lain. Buku II : Mengatur hak terhadap benda; hak-hak yang timbul dalam hak benda bersifat kebendaan, sedang Hukum Perikatan bersifat perseorangan. Perikatan dalam buku III bcrsifat terbuka artinya orang bisa membuat perjanjian apa 1

2 saja asalkan tidak bertentangan dengan kesusilaan dan kepatutan. Sifat kebendaan dalam Hukum Benda menimbulkan gejala-gejala hukum, seperti : 1. Hubungan langsung antara pemilik benda dan benda, 2. Adanya suatu hak yang tetap melekat pada benda itu, dimana saja benda itu berada, 3. Sifat mutlak dalam arti bahwa pemilik dapat melaksanakan haknya terhadap bendabenda siapapun saja. Sifat perorangan menimbulkan gejala-gejala hukum akibat hubungan hukum perseorangan dengan person lain. Hak perorangan adalah hak relatif, artinya suatu hak yang hanya berlaku terhadap orang tertentu. Misal; kebebasan, kehormatan, nama baik, dsb. Hak kebendaan adalah hak absolut, artinya suatu hak yang memberikan kewenangan atas sebagian atau keseluruhan daripada sesuatu benda. ISTILAH KUHPdt menggunakan istilah perikatan untuk verbintenis dan persetujuan untuk overenkomst. Secara umum maka untuk verbintenis dikenal 3 istilah, yaitu : 1. Perikatan, 2. Perutangan, 3. Perjanjian. Sedangkan untuk overeenkomst dikenal 2 istilah, yaitu : 1. Perjanjian, 2. Persetujuan. Verbintenis berasal dari kata verbiden (artinya mengikat); menunjukkan adanya ikatan atau hubungan karena itu maka perikatan merupakan istilah yang lebih tepat untuk verbintenis. Overeenkomst berasal dari kata overeenkomen (artinya setuju atau sepakat); menunjukkan adanya kata sepakat atau setuju sehingga persetujuan lebih tepat untuk overeenkomst. 2

3 DEFINISI Menurut Hofmann : Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah terbatas subjek-subjek hukum sehubungan dengan itu seorang atau beberapa orang daripadanya (debitur atau para debitur) mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak yang lain, yang berhak atas sikap yang demikian itu. Menurut Pitlo : Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan pihak yang lain berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi. Ikat di sini adalah akibat hukumnya daripada ada yang berhak dan ada yang berkewajiban. Menurut Subekti : Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanjian untuk melaksanakan suatu hal. Peristiwa adalah fakta hukum yang bisa terjadi karena perbuatan. Perjanjian menimbulkan perikatan, dan perjanjian adalah sumber perikatan. Kesimpulan: Dalam satu perikatan paling sedikit ada satu hak dan satu kewajiban. Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum; hubungan yang mempunyai akibat hukum. SUBJEK PERIKATAN Subjek perikatan adalah para pihak pada suatu perikatan, yaitu kreditur yang berhak (atas suatu prestasi) dan debitur yang berkewajiban (untuk memenuhi suatu prestasi). Pada debitur terdapat dua unsur : 1. Schuld, 2. Haftung. Kewajiban debitur untuk memenuhi prestasi disebut schuld, dan selain daripada schuld maka debitur juga berkewajiban untuk menjamin pemenuhan prestasi tersebut dengan seluruh kekayaannya (pasal 1131 KUHPdt), disebut haftung. Tetapi UU memberikan 3

4 pengecualian : 1. Schuld tanpa haftung (misal; hutang yang terjadi pada perjudian/perikatan alam), 2. Schuld dengan haftung terbatas (misal; pada ahli pewarisan terbatas (dengan hak pendaftaran)), 3. Haftung dengan schuld pada orang lain (misal; mengalihkan tanggung jawab; orang boros). Kreditur adalah pihak yang aktif, dalam hal pergantian para pihak : pergantian kreditur - tidak masalah, pergantian debitur - harus ada perjanjian tiga pihak. OBJEK PERIKATAN Objek perikatan atau prestasi diatur dalam pasal 234 KUHPdt. Objek perikatan atau prestasi terdiri dari : 1. Memberikan sesuatu, Yaitu berupa menyerahkan sesuatu barang atau memberikan kenikmatan atas sesuatu barang, misal : antara penjual dan pembeli mengenai suatu barang. Dapat dilakukan eksekusi riil. 2. Berbuat sesuatu, Yaitu setiap prestasi untuk melakukan sesuatu yang bukan berupa memberikan sesuatu, misal : melukis. Berhubungan dengan pribadi seseorang (tidak dapat dilakukan eksekusi riil). 3. Tak berbuat sesuatu. Yaitu jika debitur berjanji untuk tidak melakukan perbuatan tertentu, misal, tidak akan membangun rumah. Mungkin dilakukan eksekusi riil atas izin pengadilan (misal; membongkar gedung). Syarat Objek Perikatan Antara lain : 1. Tertentu (pasal 1320 sub 3, 1465 KUHPdt), 4

5 2. Objeknya diperkenankan (pasal 1335, 1337 KUHPdt), 3. Prestasinya dimungkinkan. Berkaitan dengan syarat ke-3, ada 2 teori, yaitu : Ketidakmungkinan objektif, - tidak akan menimbulkan perikatan, karena prestasi tidak dapat dilakukan oleh siapapun. Misal; prestasi untuk menempuh jarak Bandung - New York dalam waktu 1 jam. Ketidakmungkinan relatif, - tidak mcnghalangi terjadinya perikatan, karena hanya debitur yang bersangkutan saja yang tidak dapat melakukan. Misal; prestasi untuk menyanyi untuk seorang yang gagu. Kreditur dapat menuntut pelaksanaan dari prestasi, bila dapat dilaksanakan secara nyata, dieksekusi riil, jika debitur tidak dapat dipaksa untuk melaksanakan prestasi masih ada upaya lain, yaitu : 1. Ganti rugi, 2. Pembatalan persetujuan timbal balik. Pasal 1236 KUHPdt : Kewajiban untuk mengganti biaya rugi dan bunga baru ada kalau debitur mempunyai kesalahan. Kesalahan di sini adalah kesalahan yang menimbulkan kerugian. Ketentuan ini merupakan konsekuensi dari pasal 1235 KUHPdt; kewajiban debitur dalam perikatan memberi sesuatu adalah menyerahkan hak milik/ kenikmatan atas suatu benda. PERIKATAN PADA UMUMNYA Kenyataan Hukum Kenyataan hukum adalah kenyataan yang menimbulkan hukum, yaitu tentang timbulnya hukum, berubahnya hukum, dan hapusnya hukum. Kenyataan-kenyataan hukum dibedakan ke dalam : 1. Perbuatan hukum, 2. Perbuatan yang bukan perbuatan hukum, 3. Peristiwa hukum. 5

6 (Lihat : Catatan Kuliah PIH - Pengertian Hukum) Sumber-sumber Perikatan Perikatan diatur dalam pasal 1233 KUHPdt : o Perjanjian (pasal 1313 KUHPdt), o Undang-undang (pasal 1352 KUHPdt). Undang-undang saja : a. Pekarangan yang berdampingan (pasal 625 KUHPdt), b. Alimentasi (pasal 104, 321 KUHPdt). Undang-undang karena perbuatan manusia : Perbuatan menurut hukum : a. Perwakilan sukarela (pasal 1354 KUHPdt), b. Pembayaran tak terutang (pasal 1359 KUHPdt). Perbuatan yang melawan hukum (pasal 1365 KUHPdt). Perikatan yang bersumber dari undang-undang : Diciptakan secara langsung karena suatu keadaan tertentu, perbuatan atau kejadian dan memikulkan suatu kewajiban dengan tidak menghiraukan kehendak orang yang harus menghendakinya. Perikatan yang bersumber dari perjanjian : Keharusan memenuhi kewajiban, baru tercipta setelah yang bersangkutan yang harus memenuhinya memberikan persetujuan atau menghendaki. Kesalahan Kesalahan dalam arti luas ; kesengajaan (opzet) dan kelalaian (onachtzaambeid). Kesalahan dalam arti sempit: kelalaian saja. Kesalahan adalah berbuat membiarkan sesuatu yang merugikan orang lain. Kesalahan harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : 1. Perbuatan yang dilakukan dapat dihindarkan, 2. Perbuatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada si pembuat untuk dapat menduga akibatnya. 6

7 Kesengajaan Sengaja : perbuatan itu diketahui dan disengaja. Contoh : seorang penyewa merusak tangga kayu rumah yang disewanya. Kesengajaan; penyewa mengetahui akibatnya untuk merusak barang orang lain. Kelalaian Mengetahui akan kemungkinan terjadinya akibat yang merugikan orang lain. Contoh; dititipi perhiasan, tidak disimpan dalam brangkas tapi disimpan di lemari biasa. Pasal 1243 KUHPdt : Debitur baru diwajibkan membayar ganti rugi, biaya bunga bila ia tidak berprestasi (wanprestasi) setelah dinyatakan lalai oleh kreditur tetapi tidak melaksanakan perikatan atau bila debitur tidak melaksanakan prestasi dalam tenggang waktu yang ditetapkan. Beban pembuktian pada kreditur : 1. Ada perikatan, 2. Debitur wanprestasi, 3. Debitur telah dinyatakan lalai, 4. Kreditur menderita kerugian karena wanprestasi debitur. Ingkar Janji Wanprestasi Yaitu apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya dan bukan karena keadaan memaksa. Ada 3 bentuk wanprestasi : 1. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi, 2. Terlambat memenuhi berprestasi, 3. Salah memenuhi prestasi/ memenuhi prestasi secara tidak baik. Atas wanprestasi yang dilakukan debitur maka kreditur dapat menuntut : 1. Pemenuhan perikatan, 2. Pemenuhan perikatan + ganti rugi, 3. Ganti rugi, 4. Pembatalan persetujuan timbal balik, 7

8 5. Pembatalan + ganti rugi. Debitur dapat dinyatakan lalai apabila memenuhi syarat yaitu dengan terlebih dahulu melalui lembaga penetapan lalai. Penetapan lalai/ pernyataan lalai/ somasi (ingebregtelling somatie) adalah pesan dari kreditur kepada debitur, dengan mana kreditur memberitahukan pada saat kapankah selambat-lambatnya ia mengharapkan pemenuhan prestasinya. Somasi harus memenuhi unsur (berisi), antara lain : 1. Teguran keras, 2. Tanggal terakhir untuk melakukan prestasi, 3. Sanksi, dapat berupa pembatalan perjanjian dan atau ganti rugi. Jika pada suatu perjanjian sudah ditetapkan tanggal akhir pelaksanaan prestasi, maka tidak perlu somasi. Fungsi somasi adalah untuk menetapkan saat debitur lalai. Somasi dalam praktek bisa dilakukan beberapa kali. Pasal 1238 KUHPdt : Si berutang adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang akan dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang telah ditentukan. Ada 2 keadaan yang mengakibatkan debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya, yaitu : 1. Wanprestasi, 2. Overmacht. Keadaan Memaksa (Overmacht) Keadaan memaksa adalah suatu keadaan dimana debitur tidak dapat melaksanakan prestasi karena tidak mampu. Keadaan memaksa ialah keadaan tidak dipenuhinya prestasi oleh debitur karena terjadi suatu peristiwa dan bukan karena kesalahannya, peristiwa mana tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu akan membuat perikatan. 8

9 Keadaan memaksa dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Overmacht absolut, Secara mutlak debitur tidak dapat menghindar (risiko ditanggung kreditur). 2. Overmacht relatif, Harus dibuktikan melalui pengadilan, apabila ada kelalaian yang dapat mengakibatkan wanprestasi maka risiko pun harus ditanggung debitur. Dalam keadaan memaksa, debitur tidak dapat dipersalahkan karena keadaan tersebut timbul di luar kemampuan debitur, wanprestai karena keadaan memaksa, karena perbuatan debitur untuk berprestasi terhambat, misal; untuk prestasi berbuat sesuatu; seorang pelukis diberi waktu dengan jatuh tempo 3 hari untuk menyelesaikan lukisannya, tetapi si pelukis sakit, sehingga tidak dapat melukis, maka berhalangan sakit ini termasuk relatif karena setelah sembuh ia dapat melukis kembali, walaupun tidak memenuhi jatuh tempo. Sehubungan dengan keadaan memaksa maka persoalan yang timbul ialah siapa yang harus memikul risiko sedang debitur tidak bersalah (dapat dipahami). Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa adalah : 1. Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan/ memusnahkan yang menjadi objek perikatan, hal ini selalu bersifat tetap, 2. Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi, dapat bersifat tetap atau sementara, 3. Peristiwa ini tidak dapat diketahui atau diduga akan diketahui pada waktu dibuat perikatan baik oleh debitur ataupun oleh kreditur, jadi bukan karena kesalahan pihak-pihak, khususnya debitur. Sehubungan dengan keadaan memaksa, dalam Ilmu Hukum dikenal 2 ajaran, yaitu : 1. Ajaran yang bersifat objektif, Artinya benda yang menjadi objek perikatan tidak mungkin dipenuhi oleh siapapun. Dasar ajaran ini adalah ketidakmungkinan. Vollman menyebut keadaan ini dengan absolute overmacht, yakni apabila benda objek perikatan itu musnah di luar kesalahan debitur, misal : sebuah hotel terbakar di luar kesalahan si pemilik hotel. Menurut ajaran ini, keadaan memaksa tersebut jika setiap orang sama sekali tidak 9

10 mungkin memenuhi prestasi yang berupa benda objek perikatan itu, dalam keadaan demikian secara otomatis keadaan memaksa tersebut mengakhiri perikatan karena tidak mungkin dapat dipenuhi, dengan kata lain perikatan itu dapat menjadi batal, dengan demikian keadaan memaksa ini bersifat tetap. 2. Ajaran yang bersifat subjektif, Karena menyangkut perbuatan debitur itu sendiri, jadi terbatas pada perbuatan atau kemampuan debitur. Dasar ajaran ini, debitur itu masih mungkin untuk memenuhi prestasi, walaupun mengalami kesulitan atau bahaya. Vollman menyebutnya dengan relative overmacht, yakni apabila pemenuhan prestasi itu masih mungkin dilakukan, tetapi memerlukan pengorbanan besar/ menimbulkan bahaya yang besar bagi debitur. Tangkisan-tangkisan debitur agar ia dapat melepaskan diri dari kewajiban memberikan ganti kerugian, antara lain : 1. Exceptio on adimpleti contractus, Tangkisan bahwa kreditur sendiri tidak melaksanakan kewajiban, tidak ada/tidak disebutkan dalam undang-undang/ hukum yurisprudensi, Contoh; tanpa uang muka maka barang tidak dikirim. 2. Pelepasan hak (rechtsverwerking), Sikap dari kreditur dimana debitur dapat menyimpulkan bahwa kreditur sudah tidak akan menuntut ganti rugi, contoh : pesan barang golongan 1 tetapi dikirim golongan 2, sedang kreditur tetap diam maka dianggap kreditur tersebut menerimanya. Risiko Risiko adalah kemungkinan untuk menderita kerugian. Risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak. Risiko pada perjanjian sepihak ditanggung oleh kreditur (pasal 1245 KUHPdt). Risiko pada perjanjian timbal balik, dalam hal ini undang-undang tidak memberikan pemecahan; menurut Pitlo (dengan berdasar pada pasal 1444 KUHPdt), menurut 10

11 kepantasan, jika debitur tidak lagi berkewajiban maka pihak lainpun bebas dari kewajibannya. Pasal 1545 KUHPdt : Pada perjanjian tukar menukar, apabila barangnya musnah diluar kesalahan pemilik maka perjanjian dianggap gugur, dalam hal ini risiko ada pada pemilik barang. Macam-macam Perikatan Menurut doktrin, maka perikatan dapat dibedakan atas : 1. Menurut isi daripada prestasinya : a. Perikatan positif dan negatif. b. Perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan, c. Perikatan alternatif, d. Perikatan fakultatif, e. Perikatan generik dan spesifik, f. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi. 2. Menurut subjeknya : a. Perikatan tanggung-menanggung, b. Perikatan pokok dan tambahan. 3. Menurut mulai berlakunya dan berakhirnya : a. Perikatan bersyarat, b. Perikatan dengan ketetapan waktu. Ad l): Menurut isi daripada prestasinya Perikatan positif adalah perikatan yang prestasinya berupa perbuatan positif, yaitu memberi sesuatu dan berbuat sesuatu. Perikatan negatif adalah perikatan yang prestasinya berupa suatu perbuatan yang negatif, yaitu tidak berbuat sesuatu. Perikatan sepintas lalu adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya cukup hanya dilakukan dengan satu perbuatan saja dan dalam waktu yang singkat tujuan perikatan telah tercapai. 11

12 Perikatan berkelanjutan adalah perikatan yang prestasinya berkelanjutan. Perikatan alternatif adalah perikatan dimana debitur dibebaskan untuk memenuhi satu dari dua atau lebih prestasi yang disebutkan dalam perjanjian. Perikatan fakultatif adalah perikatan yang hanya mempunyai satu objek prestasi, dimana debitur mempunyai hak untuk mengganti dengan prestasi yang lain, bilamana debitur tidak mungkin memenuhi prestasi yang telah ditentukan semula. Perikatan generik adalah perikatan dimana objeknya hanya ditentukan jenis dan jumlahnya barang yang harus diserahkan debitur kepada kreditur. Perikatan spesifik adalah perikatan dimana objeknya ditentukan secara terperinci sehingga tampak ciri-ciri khususnya. Perikatan yang dapat dibagi adalah perikatan yang prestasinya dapat dibagi, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakikat prestasi itu. Perikatan yang tidak dapat dibagi adalah perikatan yang prestasinya tidak dapat dibagi. Ad 2): Menurut subjeknya Perikatan tanggung-menanggung/ perikatan solider/ perikatan renteng adalah perikatan dimana debitur dan/atau krediturnya terdiri dari beberapa orang. Perikatan pokok/ perikatan principle adalah perikatan antara debitur dan kreditur, yang berdiri sendiri tanpa tergantung pada adanya perikatan yang lain. Perikatan tambahan/ perikatan accesoire adalah perikatan antara debitur dan kreditur yang diadakan sebagai perikatan tambahan daripada perikatan pokok. Ad 3): Menurut mulai berlakunya dan berakhirnya Perikatan bersyarat adalah perikatan yang lahirnya maupun berakhirnya (batalnya) bergantung pada suatu peristiwa yang belum dan tidak tentu akan terjadi. Perikatan dengan ketetapan waktu adalah perikatan yang pelaksanaannya ditangguhkan sampai pada suatu waktu yang ditentukan yang pasti akan tiba, meskipun mungkin belum dapat dipastikan kapan waktu yang dimaksudkan akan tiba. Menurut undang-undang, maka perikatan dapat dibedakan atas : 12

13 1. Perikatan bersyarat, 2. Perikatan dengan ketetapan waktu, 3. Perikatan manasuka (alternatif), 4. Perikatan tanggung-menanggung, 5. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi, 6. Perikatan dengan ancaman hukuman. Ad 6): Perikatan dengan ancaman hukuman Perikatan dengan ancaman hukuman adalah perikatan dimana ditentukan bahwa debitur akan dikenakan suatu hukuman apabila ia tidak melaksanakan perikatan. PERIKATAN YANG LAHIR KARENA PERJANJIAN Pasal 1313 KUHPdt memberikan definisi mengenai persetujuan sbb : Persetujuan adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Kekurangan dari definsi tersebut diantaranya: 1. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, 2. Menambahkan perkataan "... atau saling mengikatkan dirinya... ". Hukum perjanjian dikuasai oleh 3 asas, yaitu: 1. Asas konsensual (pasal 1320 KUHPdt), Perjanjian ada setelah tercapai kata sepakat, tidak diperlukan formalitas. 2. Asas kekuatan mengikat perjanjian (pasal 1338 KUHPdt), Atau asas pacta sunt servanda, perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 3. Asas kebebasan berkontrak (pasal 1338 KUHPdt), Orang bebas untuk mengadakan perjanjian menurut pilihannya. Bebas mengadakan perjanjian dengan siapa saja, bebas dalam menetapkan isi, syarat dan sebagainya. Prof. Subekti : asas konsensual dari pasal 1320 KUHPdt dapat dilihat pada kata-kata sepakat mereka yang mengikatkan diri. Bagian-bagian perjanjian, antara lain : 13

14 1. Esentialia, Memuat unsur-unsur perjanjian, misal : dalam jual-beli, ada barang ada harga. Merupakan unsur yang harus ada yang merupakan hal pokok sebagai syarat. Tidak terpenuhinya bagian ini maka perikatan menjadi tidak sah dan tidak mengikat para pihak. 2. Naturalia, Ketentuan yang sifatnya mengatur. Naturalia merupakan ketentuan hukum umum suatu syarat yang biasanya dicantumkan dalam perjanjian. Apabila tidak termuat dalam perjanjian maka UU akan mengisi kekosongannya. 3. Accidentalia, Hal-hal yang khusus di perjanjian, misal; menyewakan rumah kecuali paviliun harus disebutkan. Aksidentalia merupakan suatu syarat yang tidak harus ada, tetapi dicantumkan juga oleh para pihak untuk keperluan tertentu dengan maksud khusus sebagai suatu kepastian. Macam-macam perjanjian obligator, antara lain : 1. Perjanjian sepihak dan timbal balik, Perjanjian sepihak adalah perjanjian, dimana hanya terdapat kewajiban pada salah satu pihak saja (misal; hibah). Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok pada kedua belah pihak (misal; jual-beli, sewamenyewa). 2. Perjanjian dengan cuma-cuma atau atas beban, Perjanjian dengan cuma-cuma adalah perjanjian dimana salah satu pihak mendapatkan keuntungan dari pihak yang lain secara cuma-cuma. Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi pihak yang satu terdapat prestasi pihak yang lain (misal; jual-beli, sewa-menyewa). 3. Perjanjian konsensuil, riil, dan formil, Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang terjadi dengan kata sepakat. Perjanjian riil adalah perjanjian dimana selain kata sepakat juga diperlukan penyerahan barang. 14

15 Perjanjian formil adalah perjanjian yang dibuat atau dituangkan dalam bentuk formil 4. Perjanjian bernama, tidak bernama, dan campuran, Perjanjian bernama adalah perjanjian dimana telah diatur secara khusus dalam undang-undang. Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam undang-undang. Perjanjian campuran adalah perjanjian yang mengandung berbagai unsur dari berbagai perjanjian yang sulit dikualifikasikan sebagai perjanjian bernama atau tidak bernama. Terhadap perjanjian campuran maka Undang-undang memberikan pemecahannya pada pasal 1601c KUHPdt, dalam hal ini terdapat 3 teori, yaitu : a. Teori absorptie, diterapkan ketentuan perundang-undangan yang paling menonjol. b. Teori combinatie, diterapkan ketentuan perundang-undangan untuk masing-masing bagian perjanjian c. Sui generis, ketentuan-ketentuan daripada perjanjian campuran diterapkan secara analogi. Macam-macam perjanjian lainnya : 1. Perjanjian liberatoire, Perjanjian liberatoire adalah perbuatan hukum yang atas dasar sepakat para pihak menghapuskan perikatan yang telah ada. 2. Perjanjian dalam Hukum Keluarga Misal : perjanjian perkawinan - mempunyai sifat-sifat khusus. 3. Perjanjian kebendaan, Perjanjian kebendaan adalah perjanjian untuk menyerahkan benda atau menimbulkan, mengubah atau menghapuskan hak-hak kebendaan. 4. Perjanjian mengenai pembuktian, Perjanjian mengenai alat-alat bukti yang akan digunakan dalam suatu proses 15

16 pembuktian. Syarat Sahnya Perjanjian Pasal 1320 KUHPdt, antara lain : 1. Sepakat antara pihak-pihak, 2. Kecakapan, 3. Suatu hal tertentu (objek), 4. Suatu sebab yang halal. Ad 1): Sepakat antara pihak-pihak Kecocokan antara kehendak kedua belah pihak - ada pertemuan kehendak - persesuaian dan pernyataan kehendak. Penawaran (kehendak + pernyataan) - penerimaan (kehendak + pernyataan). Unsur kesepakatan - penawaran dan penerimaan Kapan ada sepakat dijawab dengan 3 teori, antara lain : 1. Teori kehendak, Jika kita mengemukakan suatu pernyataan yang berbeda dengan apa yang dikehendaki maka kita tidak terikat kepada pernyataan tersebut. 2. Teori pernyataan, Kebutuhan masyarakat menghendaki bahwa kita dapat berpegang kepada apa yang dinyatakan tanpa menghiraukan apa yang dinyatakan tersebut sesuai dengan kehendaknya masing-masing pihak atau tidak. 3. Teori kepercayaan, Kata sepakat terjadi jika ada pernyataan yang secara objektif dapat dipercaya. Cacat kehendak (kekurangan yuridis) antara lain : (pasal l321 KUHPdt) 1. Kekhilafan (pasal 1322 KUHPdt), Bisa mengenai hakikat barang, bisa juga mengenai orang. Jika kehendak seseorang pada waktu membuat perjanjian dipengaruhi oleh kesan atau pandangan palsu. 2. Paksaan (Pasal 1324 KUHPdt), 16

17 Keadaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena, takut ancaman. Hipnotis bukan merupakan paksaan. 3. Penipuan (Pasal 1328 KUHPdt), Yaitu sengaja melakukan tipu muslihat dengan memberikan keterangan palsu dan tidak benar. Seorang pedagang yang berbohong bukan merupakan penipuan tetapi melakukan kebohongan. Ad 2): Kecakapan Pasal 1330 KUHPdt : Orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, yaitu : 1. Orang yang belum dewasa, 2. Mereka yang di bawah pengampuan, 3. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan undang-undang. Ad 3): Suatu hal tertentu (objek) Diatur pada pasal 1332 dan 1334 KUHPdt, yaitu : 1. Halal, 2. Barang di luar perdagangan - dilarang prestasinya harus tertentu atau sekurangkurangnya dapat ditentukan jenisnya, ditentukan cukup jelas, jumlahnya boleh tidak disebutkan asal dapat dihitung atau ditetapkan. Ad 4): Suatu sebab yang halal Diatur dalam pasal KUHPdt. Sebab adalah tujuan dari perjanjian - isi perjanjian itu sendiri yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak. Sebab bukan motif, motif adalah dorongan batin untuk melakukan suatu hal. Pasal 1337 KUHPdt : Halal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Sebab atau causa yang dilarang undang-undang : 1. Menutup perjanjian yang merupakan tindakan yang dilarang undang-undang, 17

18 contoh : perjanjian jual beli narkoba. 2. Prestasi tidak dilarang tetapi melakukan prestasinya dilarang, contoh : perjanjian jual beli senjata. 3. Motif yang dilarang dimasukkan dalam isi perjanjian, contoh ; perjanjian untuk meledakkan bom. Causa yang bertentangan dengan ketertiban umum : 1. Perjanjian tanpa causa; tanpa tujuan bersama yang hendak dicapai, misal : mengatur angsuran pembayaran utang yang ternyata tidak ada utangnya, 2. Causa yang palsu, misal : jual beli yang sebetulnya utang piutang. Causa yang bertentang dengan kesusilaan : 1. Perjanjian mengenai hal yang seharusnya bebas mengenai hal itu, misal : memberi uang untuk pindah agama. 2. Penyalahgunaan keadaan, misal : jual beli bayi. Syarat 1 dan 2 merupakan syarat subjektif ; apabila syarat subjektif tidak dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan (vernietigbaar). Syarat 3 dan 4 merupakan syarat objektif, apabila syarat objektif tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum (nietig). Perjanjian Baku Perjanjian baku atau perjanjian standar (adhesie contract) merupakan suatu perkembangan dalam lingkungan perjanjian. Perjanjian baku dibuat oleh satu pihak, di sini maka unsur sepakat tidak sempuma karena pihak lain hanya menerima. Contoh perjanjian ini misal; di toko yaitu pada bukti pembelian dimana dinyatakan bahwa barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan, pernyataan ini hanya dibuat oleh pemilik toko. Syarat perjanjian baku, antara lain : 1. Dibuat secara tertulis, 2. Berlaku secara serentak, 3. Naturalia. 18

19 Adhesi contract sangat efisien (dalam hal waktu), misal : dalam perjanjian perbankan mengenai penetapan bunga bank. Akibat akibat Perjanjian Prinsip perjanjian (1315 KUHPdt) : pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian adalah mereka (pihak-pihak) yang melakukan perjanjian. Pengecualian pasal 1317 KUHPdt : janji untuk pihak ke-3 (orang yang berada di luar perjanjian, - stipulator, - promissor). Perjanjian yang isinya jaminan dimana orang ke-3 melakukan sesuatu, misal; mengenai wesel. Pasal 1316 KUHPdt : Borgtocht (berkaitan dengan Hukum Jaminan) jaminan perseorangan (accesoir), berdiri sendiri. Pasal 1318 KUHPdt : Perjanjian juga mengikat ahli waris. Pasal 1319 KUHPdt : Perjanjian yang bernama dan perjanjian yang tidak bernama (menandakan bahwa buku ke-3 menganut sistem terbuka). Pasal 1340 KUHPdt : Perjanjian tidak dapat merugikan pihak ke-3 dan tidak dapat memberikan keuntungan/ manfaat bagi pihak ke-3 (kecuali pasal 1317 KUHPdt), jika merugikan pihak ke-3 maka upaya hukum oleh pihak ke-3 adalah sebagaimana diatur pada pasal 1341 KUHPdt, dengan permohonan pembatalan. Pasal 1341 KUHPdt : Aksio pauliana ; upaya kreditur untuk membatalkan perjanjian yang merugikannya. Pasal 1338 jo KUHPdt : Perjanjian mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang menyepakatinya dan tidak dapat dicabut secara sepihak. Pasal 1338 KUHPdt : Asas kebebasan berkontrak - persetujuan harus dilakukan dengan itikad baik yaitu mengandung : kejujuran, keadilan, kepatutan, tidak melanggar hukum atau undang-undang. Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt ; Setiap/ semua..., asas kebebasan berkontrak, yaitu bebas mengadakan perjanjian sesuai dengan pilihannya namun dibatasi pasal 1320 KUHPdt. 19

20 Pasal 14 ayat (I) AB : Perjanjian tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Ayat (3) ;...itikad baik. Pelaksanaan perjanjian harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Pasal 1339 KUHPdt : Kebiasaan, misal : beras + karung tanpa mengurangi harga. Pasal 1347 KUHPdt : Dianggap termuat dalam suatu perjanjian. Yang mengikat dalam suatu perjanjian : (pasal 1339 KUHPdt) 1. Apa yang telah diperjanjikan oleh para pihak, 2. Ketentuan-ketentuan hukum yang bersifat mengatur, 3. Kebiasaan, Misal : penjualan dalam partai besar biasanya dapat komisi. 4. Kepatutan. Pembatalan Perjanjian Timbal Balik Pasal l266 KUHPdt : Syarat batal dianggap selalu ada, Kreditur yang berhak menuntut pembatalan. Syarat-syarat berlakunya pembatalan perjanjian, antara lain : 1. Harus ada perjanjian timbal balik, 2. Harus ada ingkar janji, 3. Putusan hakim. Pembatalan tidak secara otomatis tapi harus dengan putusan hakim (bersifat konstitutif) Penafsiran Perjanjian Kata-kata jelas - tidak diperkenankan penafsiran lain. Kata-kata tidak jelas - dipilih maksud para pihak (harus diperhatikan itikad baik), misal: pesan 1 ton beras tidak boleh dikirim 2 ton gabah meskipun 2 ton gabah dapat menghasilkan 1 ton beras. Pedoman dalam melakukan penafsiran, antara lain : 1. Maksud para pihak (pasal 1343 KUHPdt), Misal; angsuran ditetapkan setiap tanggal 1, menurut kreditur tanggal l Mei sudah mulai sedang menurut debitur tanggal 1 April. 20

21 2. Kemungkinan janji itu dilaksanakan (pasal l344 KUHPdt), Misal; pesan mentega, tidak dijelaskan mentega yang bagaimana, karena di daerah tersebut hanya memungkinkan mentega sayur maka dipenuhi dengan mentega sayur. 3. Kebiasaan setempat, Misal; utang luar negeri Indonesia dibayar dengan makanan pokok, maka yang dimaksud makanan pokok di sini adalah beras. 4. Dalam hubungan perjanjian keseluruhan (pasal 1348 KUHPdt), Misal : makanan pokok pada awal-awal disebutkan namun selanjutnya dinyatakan beras maka dapat ditafsirkan makanan pokok itu adalah beras. 5. Penjelasan dengan menyebutkan contoh (pasal l351 KUHPdt), Misal; hasil bumi contohnya kopi, ini berarti bukan hanya kopi. 6. Tafsiran berdasarkan akal sehat. PERIKATAN YANG LAHIR KARENA UNDANG-UNDANG Perwakilan Sukarela (Zaakwaarneming) Pasal 1353 KUHPdt : Membedakan perikatan-pcrikatan yang timbul dari undangundang karena perbuatan manusia, yaitu meliputi : Yang sesuai dcngan hukum (pasal 1354, 1359 KUHPdt), Yang tidak sesuai dengan hukum (pasal 1365 KUHPdt). Zaakwaarneming adalah suatu perbuatan dimana seseorang dengan sukarela dan tanpa mendapatkan perintah mengurus kepentingan (urusan) orang lain dengan tanpa upah (schuld ohne haftung). Zaakwaarneming adalah suatu perbuatan, dimana seseorang secara sukarela menyediakan dirinya dengan maksud mengurus kepentingan orang lain, dengan perhitungan dan risiko orang tersebut. Yang mewakili secara sukarela disebut zackwaamemer atau gestor, sedangkan yang diurus kepentingannya disebut dominos. Syarat adanya perwakilan sukarela : 1. Adanya kepentingan orang lain, 21

22 2. Secara sukarela, 3. Harus mengetahui dan menghendaki, 4. Ada keadaan yang membenarkan adanya perwakilan sukarela. Pasal 1354 KUHPdt : Bahwa perwakilan sukarela dapat terjadi tanpa sepengetahuan orang yang diwakilinya. Pasal 1356 dan 1357 KUHPdt : Bahwa seorang gestor harus bertindak sebagai bapak rumah tangga yang baik dan mengurus dengan patut/ layak kepentingan dominos. Pasal 1355 KUHPdt : Bahwa jika dominos meninggal, maka gestor masih terus berkewajiban untuk mengurus kepentingan dominos sampai selesai. Seorang gestor tidak berhak menerima upah tetapi berhak menerima penggantian atas biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pekerjaannya selaku wakil sukarela. Dikenal dua macam perwakilan, yaitu : - Perwakilan (dengan upah) (lastgeving), - Perwakilan sukarela (tanpa upah). Lastgeving bersumber pada perjanjian, jika yang diurus kepentingannya meninggal maka perwakilan hapus. Pembayaran Yang Tidak Terutang Pasal 1361 KUHPdt : Bahwa seorang yang membayar tanpa adanya utang, berhak menuntut kembali apa yang telah dibayarkan, dan yang menerima tanpa hak berkewajiban untuk mengembalikan. Perikatan Alam Pcrikatan alam diatur dalam pasal 1359 ayat (2) KUHPdt : Perikatan dimana kreditur tidak mempunyai hak untuk menuntut pelaksanaan prestasi walaupun dengan bantuan Hakim, sebaliknya debitur tidak mempunyai kewajiban hukum unluk memenuhi prestasi. Perikatan alam berada di tengah-tengah antara perikatan moral atau kepatutan dan perikatan hukum. 22

23 Perikatan alam dalam KUHPdt diatur dalam : - Pasal 1766 KUHPdt : Membayar bunga tidak diperjanjikan dalam utang piutang, - Pasal 1788 KUHPdt : Hutang yang terjadi dalam atau karena perjudian, tidak dapat dituntut pemenuhannya. Perikatan alam timbul dari moral. PERBUATAN MELAWAN HUKUM (ONRECHTMATIGE DAAD) Pasal 1365 KUHPdt mengenai perbuatan melawan hukum (onrechtsmatige daad), perkembangannya : 31 Januari 1919 (Arrest Linden Bau - Cohen aliran legisme/tak ada hukum tanpa undang-undang). Berbuat atau tidak berbuat merupakan suatu perbuatan melawan hukum jika : 1. melanggar hak orang lain, 2. bertentangan dengan kewajiban hukum dari si pembuat, atau 3. bertentangan dengan kesusilaan, 4. bertentangan dengan kepatutan yang berlaku di masyarakat terhadap diri atau barang orang lain. Perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak berbuat yang bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum sendiri atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik atau bertentangan dengan sikap berhati-hati yang seharusnya dilakukan dalam pergaulan bermasyarakat terhadap diri atau benda orang lain. Syarat-syarat atau unsur-unsur perbuatan melawan hukum, antara lain : 1. Adanya perbuatan yang melawan hukum, 2. Adanya kesalahan, 3. Adanya kerugian, 4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian. Arrest-arrest yang berkenaan dengan perbuatan melawan hukum, diantaranya : - Arrest H.R. tanggal 6 Januari 1905 (perkara Singer machine Mij), - Arrest H.R. tanggal 10 Juni 1910/ Arrest pipa air Ledeng dari Zutphen (perkara Zutphense Juffrouw), 23

24 - Standar Arrest H.R. tanggal 31 Januari 1919 (perkara Cohen contra Lindenbaum), - Dll. Kesalahan : harus dapat dipertanggungjawabkan, keadaan tertentu dapat meniadakan unsur kesalahan. Melawan hukum tidak selamanya harus dengan ganti rugi tapi sesuai dengan kondisi, dalam hal ini ada; - alasan pembenar, dan - alasan pemaaf. Yang meniadakan kesalahan, misal; sebuah rumah terbakar, karena ada orang di dalamnya maka kemudian seseorang berusaha untuk menyelamatkan orang tersebut dengan memecah kaca. Kerugian terdiri dari : a. Materiil, Bisa dihitung/ dinilai dengan uang. b. Idiil, Tidak bisa dinilai dengan uang (pasal 1372 KUHPdt tentang nama baik). Perbedaan ganti rugi pada prestasi dengan ganti rugi pada melawan hukum : - Pada prestasi : adalah akibat melanggar suatu perjanjian, - Pada melawan hukum : adalah akibat melanggar undang-undang, kesusilaan, dan kepatutan. Kerugian selain materiil juga idiil. Orang yang dirugikan sendiri mempunyai kesalahan, ia harus dibebani sebagai dari kerugian. Kerugian telah disebabkan karena perbuatan-perbuatan dari lebih dari seorang pembuat pertanggungjawaban solider/ renteng. Wujud penggantian kerugian, antara lain : 1. Uang, 2. Pemulihan dalam keadaan semula (rehabilitasi). Berkenaan dengan hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian, terdapat 2 teori, yaitu: 1. Conditio sine qua non (Von Buri); semua faktor adalah sebab, 2. Adequate verorzaking (Von Kries); faktor-faktor yang berhubungan dekat saja/ 24

25 layak. Perbuatan Melawan Hukum Oleh Badan Hukum Perbuatan melawan hukum dapat pula dilakukan oleh badan hukum (badan Hukum Privat, misal; PT, badan Hukum Publik (negara)). Yang bertanggung jawab atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh badan hukum adalah komisaris, direktur, atau juga korps yaitu jika si yang bertanggung jawab dalam lingkungan formal badan hukum tersebut. Jika pegawai tata usaha yang melakukan kesalahan di bawah penguasaan badan hukum dan orang tersebut bertindak dalam lingkungan formal daripada wewenang, maka berlaku pasal 1367 KUHPdt. Perbuatan Melawan Hukum Oleh Penguasa Perbuatan melawan hukum oleh penguasa dapat : 1. Di bidang Hukum Perdata, 2. Di bidang Hukum Publik. Sampai tahun 1900, jika penguasa melakukan tugas untuk kepentingan umum di bidang Hukum Publik maka pemerintah tidak dapat dituntut berdasarkan (Onrechtmatigheid Daad/ OD). Arrest Vroow Elske tahun 1846 : Hoog Raad menolak ganti rugi karena Kotapraja sebagai penguasa bertindak untuk kepentingan umum. Arrets Osterman tahun 1924 : Negara bisa dituntut berdasarkan OD dengan tidak melihat apakah perbuatan penguasa ada di bidang Hukum Perdata ataupun Hukum Publik. Jika perbuatan penguasa keluar dari lingkungan freies ermessen : jika kebijakan menjadi kesewenang-wenangan, Hakim dapat mengujinya. Pasal 1367 KUHPdt: Bertanggung gugat atas perbuatan orang lain dan benda. Penyalahgunaan hak; melaksanakan hak kita dengan merugikan orang lain. Arrest-arrest yang berkaitan dengan perbuatan melawan hukum oleh penguasa, 25

26 diantaranya : - Arrest H.R. tanggal 9 November 1917 (Militair Hospital), Seorang tentara menjadi invalid akibat perawatan yang salah dari sebuah rumah sakit tentara. - Arrest H.R. tanggal 5 Mei 1933 (Meerboeien), Kapal Zaandam terlepas dan mengalami kerusakan akibat tekanan angin ketika berlabuh pada suatu boei tertentu di pelabuhan Amsterdam yang menjadi penguasaan dari Kotapraja. - Arrest H.R. tanggal 29 Mei 1846 (Vrouw Elske), Kapal Vrouw Elske yang berada di perairan umum Kotapraja Leeuwaarden menabrak sebuah liang yang berdiri di bawah permukaan air, yang menyebabkan kapal bocor dan rusak. - Arrest H.R. tanggal 20 November 1924 (Osterman Arrest), Pegawai douane di Amsterdam menolak memeriksa barang-barang yang akan diekspor oleh Osterman dan menolak untuk memenuhi syarat-syarat formil yang diperlukan untuk mengekspor barang tersebut. Dll. HAPUSNYA PERIKATAN Diatur dalam bab IV Buku III KUHPdt. Berdasarkan pasal 1381 KUHPdt, maka hapusnya perikatan adalah : 1. Pembayaran. 2. Penawaran pembayaran, diikuti dengan penitipan, 3. Pembaharuan utang (novasi). 4. Perjumpaan utang (kompensasi). 5. Pencampuran utang, 6. Pembebasan utang, 7. Musnahnya barang yang terutang, 8. kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan. Adapun cara lain yang diatur di luar bab IV Buku III KUHPdt, yaitu : 9. Syarat yang membatalkan (bab I), 26

27 10. Daluarsa (Buku IV bab VII). Pembayaran Dalam arti luas maka yang dimaksud dengan pembayaran adalah meliputi tidak saja pembayaran berupa uang melainkan juga pembayaran suatu barang yang dijual penjualnya, dengan kata lain pelaksanaan perjanjian. Yang membayar adalah : 1. Yang berkepentingan (Pasal 1382 (l) KUHPdt); debitur, borg, 2. Yang tidak berkepentingan (pasal 1383 KUHPdt); sebagai ketentuan pengecualian bagi pasal l382 KUHPdt : a.n. debitur - (lastgeving - pasal 1792 KUHPdt). a.n. kreditur- (zaakwarneming). Pembayaran harus dilakukan pada (pasal 1385 KUHPdt): 1. Kreditur, 2. Wakil/ yang dikuasakan kreditur, 3. Orang yang dikuasakan oleh Hakim atau undang-undang. Tempat pembayaran (pasal 1393 KUHPdt) : Yang ditentukan dalam perjanjian. Waktu pembayaran : - tergantung perjanjian, - segera. Subrogasi : Adalah penggantian kreditur sebagai akibat pembayaran; pembayaran oleh pihak ketiga atas nama sendiri yang tidak mengakibatkan musnahnya utang. Subrogasi diatur dalam pasal 1400 KUHPdt, dapat terjadi karena : - Perjanjian, - Kreditur dengan pihak ke-3, - Debitur dengan pihak ke-3, - Undang-undang (pasal 1490 KUHPdt). Contoh subrogasi : A (debitur) berhutang kepada B (kreditur), kemudian muncul C yang menggantikan B sebagai kreditur baru (C membayar utang A kepada B), sehingga A berkewajiban 27

28 memenuhi kewajiban kepada C. Ada perjanjian bahwa C menggantikan posisi B; merupakan penggantian kreditur lama kepada kreditur baru. Syarat subrogasi : - perjanjian utang, dan - akta pelunasan harus otentik. Subrogasi harus dinyatakan dengan tegas dan bersamaan dengan pembayaran. Pasal 1401 ayat (1) dan (2) KUHPdt : subrogasi sah oleh debitur apabila dengan : a. akte pinjam uang, b. akte pelunasan a dan b harus otentik. Selain pasal 1402 KUHPdt, maka subrogasi dapat juga terjadi sebagaimana diatur pada pasal 1106, 1202 dan 1840 KUHPdt. Cessie adalah suatu perbuatan pemindahan suatu piutang kepada orang yang telah membeli piutang. Subrogasi berbeda dengan pemindahan suatu piutang (cessie), adapun perbedaannya, antara lain : - Subrogasi; uang telah dibayar lunas oleh pihak ketiga tetapi perikatan utangpiutang masih tetap ada antara pihak ketiga dengan debitur. Cessie; perikatan antara pihak ketiga dengan debitur tidak ada. - Subrogasi; tidak perlu pakai akta. Cessie; harus ada akta otentik atau akta di bawah tangan. - Subrogasi; baru berlaku tidak perlu pemberitahuan atau persetujuan. Cessie; baru berlaku bagi debitur apabila sudah diberitahukan kepadanya atau sudah diakuinya. Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti Dengan Penitipan Dasar hukumnya adalah pasal 1404 KUHPdt. Merupakan suatu cara pembayaran yang harus dilakukan apabila kreditur menolak pembayaran, yaitu hanya untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barangbarang bergerak. Dengan diterimanya penawaran pembayaran maka telah terjadi pembayaran. 28

29 Pembaharuan Utang (Novasi) Dasar hukumnya adalah pasal 1413 KUHPdt. Merupakan suatu perjanjian yang menghapuskan perikatan lama dan pada saat yang sama menimbulkan perikatan baru yang menggantikan perikatan lama. Dari pasal 1413 KUHPdt, maka novasi terdiri dari : 1. Novasi objektif, 2. Novasi subjektif, a. Novasi subjektif aktif penggantian kreditur, b. Novasi subjektif pasif - penggantian debitur; - Delegasi, ada persetujuan antara debitur, kreditur semula dan debitur baru. - Ekspromisi, debitur semula diganti oleh debitur baru, tanpa bantuan debitur semula. Perbedaan novasi dengan subrogasi : 1. Novasi; terjadi dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Subrogasi : karena ditetapkan oleh undang-undang/ perjanjian. 2. Novasi; dapat disimpulkan dari perbuatan para pihak. Subrogasi; dinyatakan secara tegas dalam perjanjian. 3. Novasi; hak assesoir pada umumnya tidak berpindah. Subrogasi; semua hak dan hipotik perjanjian lama, ikut berpindah kepada kreditur baru. Perjumpaan Utang (Kompensasi) Dasar hukumnya adalah pasal 1425 KUHPdt. Perjumpaan hutang sering disebut dengan perhitungan hutang/ kompensasi. Masing-masing mempunyai tagihan satu sama lain. Syarat kompensasi, antara lain : 1. Dua (2) orang sccara timbal balik harus menjadi debitur dan kreditur, 2. Utang harus sama-sama mengenai uang atau barang yang dapat dihabiskan dengan kualitas yang sama, 29

30 3. Dua (2) utang tersebut dapat segera ditetapkan besarnya atau jumlahnya, 4. Seketika dapat diganti. Dikatakan ada perjumpaan utang apabila terhadap utang piutang antara debitur dan kreditur dilakukan perhitungan baru dengan perhitungan lama hilang, contoh : A berhutang kepada B Rp ,-, B hutang kepada A Rp ,-, maka B berhutang kepada A Rp ,-. Percampuran Utang Dasar hukumnya adalah pasal 1436 KUHPdt. Terjadi karena kedudukan kreditur dan debitur bersatu pada satu orang, misal : kreditur meninggal dan debitur adalah satu-satunya ahli waris. Pencampuran utang terjadi secara otomatis. Pembebasan Utang Dasar hukumnya adalah pasal 1438 KUHPdt. Adalah perbuatan hukum dimana kreditur melepaskan haknya untuk menagih piutangnya dari debitur. Musnahnya Barang Yang Terutang Dasar hukumnya adalah pasal 1444 KUHPdt. Dibebaskan dari kewajiban memenuhi prestasi terhadap kreditur tetapi apabila debitur mempunyai hak-hak atau tuntutan ganti rugi mengenai musnahnya barang tersebut (misal : uang asuransi), maka debitur wajib memberikan hak-hak dan tuntutan-tuntutan tersebut pada kreditur. Kebatalan Perikatan Dasar hukumnya adalah pasal 1446 KUHPdt. Kata yang tepat bukan kebatalan melainkan pembatalan. Berdasarkan pasal 1446 KUHPdt : 30

31 1. Vernietigbaar (dapat dibatalkan), Berakibat bukum bahwa sampai ada putusan hakim yang menyatakan perikatan batal maka perbuatan tersebut adalah sah. Misal : setelah ada penetapan hakim mengenai kecakapan. 2. Nietig (batal demi hukum), Berakibat hukum bahwa sejak semula maka perbuatan tersebut dianggap tidak pernah ada. Misal : tidak sesuai dengan undang-undang. Daluarsa/ Lewat Waktu Dasar hukumnya adalah pasal 1946 KUHPdt. Daluarsa adalah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang. Terdiri dari : 1. Acquisitif, yaitu daluarsa untuk memperoleh hak milik atas suatu barang, 2. Extinctif, yaitu daluarsa untuk dibebaskan dari suatu perikatan (atas suatu tuntutan). Berdasarkan pasal 1967 KUHPdt, daluarsa adalah 30 tahun, maka perikatan hapus/ perikatan bebas. 31

32 REFERENSI Hukum Perikatan, oleh Prof. Subekti, S.H. Hukum Perikatan, oleh Suryadiningrat, SH. Hukum Perikatan Pada Umumnya, Hukum Perikatan - Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian, Buku I, Hukum Perikatan - Perikatan yang Lahir Dari Undang-undang, Buku II, Hukum Perikatan - Tentang Hapusnya Perikatan, Bagian 2, oleh J. Satrio, S.H., Pokok-pokok Hukum Perikatan, oleh R. Setiawan, S.H., Segi-segi Hukum Perjanjian, oleh Yahya Harahap, S.H., Dll. 32

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT) BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT) A. DASAR-DASAR PERIKATAN 1. Istilah dan Pengertian Perikatan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak memberikan rumusan, definisi, maupun arti istilah Perikatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan 2 Prof. Subekti Perikatan hubungan hukum antara 2 pihak/lebih, dimana satu pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Perikatan dalam bahasa Belanda disebut ver bintenis. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal ini berarti

Lebih terperinci

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A.Pengertian Perjanjian Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya 36 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya Perjanjan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia di dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN UTANG PIUTANG

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN UTANG PIUTANG BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN UTANG PIUTANG A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Pengertian perjanjian menurut pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN 21 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian dan Jenis-jenis Perjanjian Definisi perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, yaitu bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst dan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst dan BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst dan verbintenis, yang diterjemahkan dengan menggunakan istilah perjanjian maupun persetujuan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam menjalankan bisnis pada dasarnya manusia tidak bisa melakukannya dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa 16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Hukum Perikatan Pada Umumnya 1. Pengertian Perikatan Hukum perikatan diatur dalam buku III KUH Perdata. Definisi perikatan tidak ada dirumuskan dalam undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas BAB II LANDASAN TEORI A. RUANG LINGKUP PERJANJIAN 1. Pengertian Perjanjian Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas

Lebih terperinci

PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA. Unsur-unsur Perikatan 3/15/2014. Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW.

PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA. Unsur-unsur Perikatan 3/15/2014. Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW. PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA Level Kompetensi I Sesuai Silabus Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW. Pengertian perikatan diberikan oleh ilmu pengetahuan Hukum

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

Ketentuan-ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak A. SOMASI l. Dasar Hukum dan Pengertian Somasi 2. Bentuk dan Isi Somasi

Ketentuan-ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak A. SOMASI l. Dasar Hukum dan Pengertian Somasi 2. Bentuk dan Isi Somasi Ketentuan-ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak A. SOMASI l. Dasar Hukum dan Pengertian Somasi Istilah pernyataan lalai atau somasi merupakan terjemahan dari ingebrekestelling. Somasi diatur dalam Pasal 1238

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Pengertian Perjanjian Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya selalu terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Silakan kunjungi My Website

Silakan kunjungi My Website Silakan kunjungi My Website www.mnj.my.id PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER III TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH HUKUM PERIKATAN Disusun oleh MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN NPM. 151000126 KELAS D UNIVERSITY 081223956738

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

Lebih terperinci

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pembuatan suatu kontrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata 23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata

Lebih terperinci

Dari rumus diatas kita lihat bahwa unsur- unsur perikatan ada empat, yaitu : 1. hubungan hukum ; 2. kekayaan ; 3. pihak-pihak, dan 4. prestasi.

Dari rumus diatas kita lihat bahwa unsur- unsur perikatan ada empat, yaitu : 1. hubungan hukum ; 2. kekayaan ; 3. pihak-pihak, dan 4. prestasi. HUKUM PERIKATAN 1. Definisi Perikatan adalah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang terletak dalam harta kekayaan, dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak yang lainnya

Lebih terperinci

BERAKHIRNYA PERIKATAN

BERAKHIRNYA PERIKATAN RH BERAKHIRNYA PERIKATAN Perjanjian baru benar-benar berakhir jika seluruh isi perjanjian telah ditunaikan. Isi perjanjian itu adalah perikatan. Ps 1381 KUHPdt mengatur cara hapusnya perikatan : 1. Pembayaran;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pada kenyataannya masih banyak orang yang dikacaukan oleh adanya istilah perikatan dan perjanjian. Masing-masing sebagai

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 29 BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

Asas asas perjanjian

Asas asas perjanjian Hukum Perikatan RH Asas asas perjanjian Asas hukum menurut sudikno mertokusumo Pikiran dasar yang melatar belakangi pembentukan hukum positif. Asas hukum tersebut pada umumnya tertuang di dalam peraturan

Lebih terperinci

HUKUM PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN) BAB I PERIKATAN PADA UMUMNYA. Bagian 1 Ketentuan-ketentuan Umum

HUKUM PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN) BAB I PERIKATAN PADA UMUMNYA. Bagian 1 Ketentuan-ketentuan Umum HUKUM PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN) BAB I PERIKATAN PADA UMUMNYA Bagian 1 Ketentuan-ketentuan Umum 1233. Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang. 1234. Perikatan ditujukan

Lebih terperinci

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN Selamat malam semua Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Asas-asas dalam Hukum Perjanjian ya.. Ada yang tahu asas-asas apa saja

Lebih terperinci

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH PENGUASA

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH PENGUASA PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH PENGUASA (PMHP/OOD) disampaikan oleh: Marianna Sutadi, SH Pada Acara Bimbingan Teknis Peradilan Tata Usaha Negara Mahkamah Agung RI Tanggal 9 Januari 2009 Keputusan Badan/Pejabat

Lebih terperinci

Kontrak = perjanjian, kemudian dalam perkembangannya kontrak merupakan perjanjian tertulis (menurut prof. Subekti). Kontrak dalam bahasa Inggris

Kontrak = perjanjian, kemudian dalam perkembangannya kontrak merupakan perjanjian tertulis (menurut prof. Subekti). Kontrak dalam bahasa Inggris RAHMAD HENDRA FHUR Kontrak = perjanjian, kemudian dalam perkembangannya kontrak merupakan perjanjian tertulis (menurut prof. Subekti). Kontrak dalam bahasa Inggris yaitu contracts Sedangkan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Masalah perjanjian itu sebenarnya merupakan adanya ikatan antara dua belah pihak atau antara 2 (dua)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN A. Pelaksanaan Penanggungan dalam Perjanjian Kredit di BPR Alto Makmur Bank Perkreditan Rakyat adalah bank

Lebih terperinci

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN Rosdalina Bukido 1 Abstrak Perjanjian memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan keperdataan. Sebab dengan adanya perjanjian tersebut akan menjadi jaminan

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS ASPEK HUKUM DALAM BISNIS PENGAJAR : SONNY TAUFAN, MH. JURUSAN MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI POLITEKNIK STMI JAKARTA MINGGU Ke 4 Istilah Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty Civil Law (Indonesia)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani R, SH,M.Kn

Pengantar Ilmu Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani R, SH,M.Kn Pengantar Ilmu Hukum Pengertian Pokok dalam Sistem Hukum Disampaikan oleh : Fully Handayani R, SH,M.Kn Subjek Hukum Adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapat memiliki) hak

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten) KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten) I WANPRESTRASI 1. Prestasi adalah pelaksanaan sesuatu

Lebih terperinci

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan arus globalisasi ekonomi dunia dan kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat. Masyarakat semakin banyak mengikatkan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11 BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

Lebih terperinci

Hukum Perikatan. Defenisi 4 unsur: Hubungan hukum Kekayaan Pihak pihak prestasi. Hukum meletakkan hak pada 1 pihak dan kewajiban pada pihak lain

Hukum Perikatan. Defenisi 4 unsur: Hubungan hukum Kekayaan Pihak pihak prestasi. Hukum meletakkan hak pada 1 pihak dan kewajiban pada pihak lain Hukum Perikatan Defenisi 4 unsur: Hubungan hukum Kekayaan Pihak pihak prestasi Hukum meletakkan hak pada 1 pihak dan kewajiban pada pihak lain Hak perseorangan adalah hak menuntut prestasi dari orang tertentu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI A. Pengertian Perjanjian Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Perjanjian dan Wanprestasi Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki

Lebih terperinci

Buku I mengenai Hukum Perorangan (Persoonrecht), Buku ke II mengenai Hukum Kebendaan (Zakenrecht), Buku ke III mengenai Hukum Perikatan

Buku I mengenai Hukum Perorangan (Persoonrecht), Buku ke II mengenai Hukum Kebendaan (Zakenrecht), Buku ke III mengenai Hukum Perikatan HUKUM PERJANJIAN RH Buku I mengenai Hukum Perorangan (Persoonrecht), Buku ke II mengenai Hukum Kebendaan (Zakenrecht), Buku ke III mengenai Hukum Perikatan (Verbintenissenrecht), Buku ke IV mengatur mengenai

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN BANGUN BAGI DI KOTA BANDA ACEH

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN BANGUN BAGI DI KOTA BANDA ACEH BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN BANGUN BAGI DI KOTA BANDA ACEH A. Pengertian Perjanjian dan Perjanjian Bangun Bagi Hukum perjanjian merupakan bagian dari hukum perikatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Perjanjian diatur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN HUTANG PIUTANG BERDASARKAN BUKU III KUHPERDATA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN HUTANG PIUTANG BERDASARKAN BUKU III KUHPERDATA 16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN HUTANG PIUTANG BERDASARKAN BUKU III KUHPERDATA A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari

Lebih terperinci

Tidak dipenuhinya kewajiban itu ada dua kemungkinan alasan : 1. karena kesalahan debitur, sengaja atau lalai 2. keadaan memaksa (force majeure)

Tidak dipenuhinya kewajiban itu ada dua kemungkinan alasan : 1. karena kesalahan debitur, sengaja atau lalai 2. keadaan memaksa (force majeure) HUKUM PERJANJIAN RH WANPRESTASI Wanprestasi, ingkar janji, wanprestatie, default, prestasi buruk artinya tdk memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1 HUKUM PERJANJIAN Ditinjau dari Hukum Privat A. Pengertian Perjanjian Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal

Lebih terperinci

Kontrak. Defenisi: 1313 KUHPerd suatu perbuatan yagn terjadi dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih

Kontrak. Defenisi: 1313 KUHPerd suatu perbuatan yagn terjadi dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih Kontrak Defenisi: 1313 KUHPerd suatu perbuatan yagn terjadi dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih Tidak lengkap, sepihak Terlalu luas karena dapat mencakup halhal

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN HUKUM BILA PENANGGUNG KEHILANGAN KECAKAPAN BERTINDAK DALAM PERJANJIAN PENANGGUNGAN

BAB II KEDUDUKAN HUKUM BILA PENANGGUNG KEHILANGAN KECAKAPAN BERTINDAK DALAM PERJANJIAN PENANGGUNGAN 31 BAB II KEDUDUKAN HUKUM BILA PENANGGUNG KEHILANGAN KECAKAPAN BERTINDAK DALAM PERJANJIAN PENANGGUNGAN A. PENANGGUNGAN ADALAH PERJANJIAN Sesuai defenisinya, suatu Penanggungan adalah suatu persetujuan

Lebih terperinci

DEFINISI PERIKATAN Adalah suatu hubungan hukum (dalam lapangan hukum harta kekayaan) antara DUA PIHAK yang menimbulkan HAK dan KEWAJIBAN atas suatu PR

DEFINISI PERIKATAN Adalah suatu hubungan hukum (dalam lapangan hukum harta kekayaan) antara DUA PIHAK yang menimbulkan HAK dan KEWAJIBAN atas suatu PR HUKUM PERIKATAN TAUFIQ EL RAHMAN BAGIAN HUKUM PERDATA FAKULTAS HUKUM UGM - YOGYAKARTA 1 ISTILAH VERBINTENIS diterjemahkan dengan istilah : - PERIKATAN - PERUTANGAN 2 1 DEFINISI PERIKATAN Adalah suatu hubungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi: Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

A. Pengertian Perjanjian. C. Unsur-unsur Perjanjian. B. Dasar Hukum Perjanjian 26/03/2017

A. Pengertian Perjanjian. C. Unsur-unsur Perjanjian. B. Dasar Hukum Perjanjian 26/03/2017 PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN DAN DARI UNDANG-UNDANG 1. FITRI KHAIRUNNISA (05) 2. JULI ERLINA PRIMA SARI (06) 3. ABDILBARR ISNAINI WIJAYA (14) 4. SHIRLY CLAUDIA PERMATA (18) 5. NADYA FRIESKYTHASARI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI. bahwa salah satu sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian sebab

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI. bahwa salah satu sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian sebab BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI Menurut ketentuan pasal 1233 KUH Perdata, perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang. Dari kedua hal tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN JASA BERDASARKAN BUKU III KUHPERDATA

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN JASA BERDASARKAN BUKU III KUHPERDATA BAB II TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN JASA BERDASARKAN BUKU III KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Istilah perjanjian merupakan terjemahan

Lebih terperinci

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract) Definisi pinjam-meminjam menurut Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian,

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Sumber terpenting dari perikatan adalah perjanjian, terutama perjanjian obligator yang di atur lebih

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang-undang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang-undang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Secara umum pengertian perjanjian terdapat dalam Pasal 1313 KUHPdt yaitu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. lebih. Perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. lebih. Perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan suatu kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Dengan mendengar sebuah kata perjanjian maka kita akan langsung berfikir bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu perbuatan hukum yang hampir setiap hari dilakukan oleh manusia adalah jual beli. Jual beli merupakan kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG. A. Perbuatan Manusia yang tidak melawan hukum (rechtmatige)

PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG. A. Perbuatan Manusia yang tidak melawan hukum (rechtmatige) PERIKATAN RH PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG A. Perbuatan Manusia yang tidak melawan hukum (rechtmatige) 1. Zaakwarneming (perwakilan sukarela) Dalam KUH Perdata tidak secara tegas diatur mengenai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY Atik Indriyani*) Abstrak Personal Guaranty (Jaminan Perorangan) diatur dalam buku III, bab XVII mulai pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 KUHPerdata tentang penanggungan utang.

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN SECARA UMUM A. Pengertian Perjanjian dan Jenis-Jenis Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Untuk membuat suatu perjanjian hendaknya kita lebih dulu memahami arti dari perjanjian tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pasal 1234 KHUPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaiknya dianggap

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA NO. URAIAN GADAI FIDUSIA 1 Pengertian Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur

Lebih terperinci

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya.. PERJANJIAN JUAL BELI Selamat malam Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya.. 1. PENGERTIAN PERJANJIAN JUAL BELI Dalam suatu masyarakat, dimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah : Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring. 28 BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata sebagai bagian dari KUH Perdata yang terdiri dari IV buku. Buku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pengertian perjanjian di dalam Buku III KUH Perdata diatur di dalam Pasal 1313 KUH Perdata,

Lebih terperinci