PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI NON BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI NON BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN 4 SURAT NOMOR : 046.I /DPPMD/VII/2017 TANGGAL : 07 JULI 2017 PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI NON BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL DASAR DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA 2017

2 DAFTAR ISI I. LATAR BELAKANG. 1 II. DASAR HUKUM.. 3 III. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Sasaran Program.. 5 IV. KOMPONEN KEGIATAN Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Tenaga Pendamping Tahapan Kegiatan di Tingkat Desa dan Pemerintah Daerah. 6 V. LOKASI DAN KELOMPOK SASARAN Lokasi Sasaran Kelompok Sasaran.. 6 VI. MEKANISME PELAKSANAAN Pelaksanaan Kegiatan di Masyarakat Pelaksanaan Kegiatan di Tingkat Pemerintahan Daerah. 23 VII. MEKANISME PENDANAAN.. 28 VII. PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU. 28 IX. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 29 X. PENUTUP 32

3 PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI NON BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN I. LATAR BELAKANG Dengan telah ditetapkannya UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa diyakini akan memberikan pengaruh yang besar dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan di Desa. Tujuan pengaturan desa ini diharapkan dapat : (1) Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat untuk mengembangkan potensi dan asset desa guna kesejehteraan bersama; (2) Membentuk Pemerintahan Desa yang professional, efisien, efektif terbuka serta bertanggungjawab; (3) Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; (4) Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; (5) Memperkuat masyarakat sebagai subyek pembangunan. Dengan disyahkannya UU Desa No. 6 Tahun 2014 dan ditindaklanjuti dengan disediakannya Dana Desa akan berdampak pada keberadaan program-program dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang selama ini telah masuk ke Desa seperti Generasi Sehat dan Cerdas atau GSC. Secara prinsip pelaksanaan GSC cukup relevan dan sangat potensial mendukung diterapkannya UU Desa. Dalam kerangka transisi pelaksanaan UU Desa, GSC bisa dipandang sebagai Program Pemerintah yang ditugaskan kepada Desa dengan kewenangan pengaturan oleh Pemerintah tetapi dengan kewenangan pengurusannya dilakukan oleh Desa. Sehubungan GSC fokus pada pemberdayaan dan penguatan masyarakat, sekaligus mendukung frontline service providers, maka strategi institutionalisasi kelembagaan dan integrasi proses yang selama ini dibangun menjadi bagian di dalam sistem regular sebagaimana diamanatkan di dalam UU Desa. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberlanjutan pola-pola pembangunan partisipatif yang berpihak pada layanan dasar pendidikan dan kesehatan tetap terus berjalan dan membudaya. Sejalan dengan penetapan prioritas penggunaan Dana Desa dan tercantumnya PSD sebagai salah satu prioritas yang ditetapakn oleh Kemendesa PDTT, maka diharapkan alokasi dana kegiatan PSD terjamin dan memadai. Dalam rangka mengawal efektivitas implementasi UU Desa serta mendorong peningkatan kualitas pelayanan sosial dasar di desa yang lebih mandiri dan berkelanjutan, Pelaksanaan GSC Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 1

4 menitikberatkan pada pengintegrasian GSC dalam sistem pembangunan desa dan merupakan bagian dari pencapaian transformasi GSC menuju fase integrasi dan pengarusutamaan pelayanan sosial dasar yang akan dilaksanakan di seluruh lokasi GSC. Pengintegrasian GSC dalam sistem pembangunan desa ini juga dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan program Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi seperti penggunaan data IDM dalam perencanaan pembangunan desa, pelembagaan pembangunan desa dengan target mengurangi jumlah desa tertinggal dan meningkatkan jumlah desa mandiri dengan berpijak pada 3 pilar (tri matra) Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, yaitu: (i) Jaring Komunitas Wiradesa, (ii) Lumbung Ekonomi Desa, dan (iii) Lingkar Budaya Desa. Pelembagaan pembangunan desa merupakan langkah strategis dalam mendukung program prioritas pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa sebagai upaya optimalisasi akses dan kualitas pelayanan dasar untuk mendorong keberlanjutan program di tingkat pemerintah daerah dan desa. Fasilitator GSC bersama Pendamping Desa memastikan terjadinya tahapan perencanaan pembangunan desa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Dalam pelaksanaan tahapan yang berintegrasi dengan pembangunan desa harus tetap dilakukan penilaian secara simultan. adalah: Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memasuki tahapan kegiatan program a. Pastikan data sasaran terutama yang belum dapat layanan dan hasil capaian skoring indikator keberhasilan desa tahun sebelumnya sudah tersedia. b. Pastikan Daftar masalah dan gagasan hasil diskusi terarah kelompok sasaran sudah tersedia. c. Lakukan konfirmasi kepada peserta, apakah ada perubahan terhadap data sasaran yang belum dapat layanan, misalnya masih ada yang belum terdaftar. d. Gunakan data sasaran yang belum dapat layanan dan daftar masalah gagasan hasil diskusi kelompok perempuan sebagai bahan diskusi dengan peserta, bentuk kegiatan yang perlu dilakukan untuk menangani sasaran yang belum dapat layanan ini. e. Lanjutkan dengan membahas perumusan kegiatan lainnya dengan melihat hasil skoring tahun atau siklus sebelumnya. Indikator yang hasil skoringnya belum terpenuhi menjadi prioritas berikutnya. f. Lanjutkan dengan membahas perumusan kegiatan lainnya, terutama upaya untuk menjawab permasalahan yang dimunculkan pada saat diskusi kelompok perempuan serta upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dan kesehatan ibu-anak. Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 2

5 g. Lakukan identifikasi pelaku-pelaku di masyarakat yang memiliki keahlian dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Panduan ini melengkapi Petunjuk Teknis Operasional (PTO) GSC dan bertujuan untuk memberikan gambaran tentang konsep dan implementasi GSC di lokasi non BLM Kegiatan agar program tersebut dapat dilaksanakan oleh setiap pelaku terkait dan berjalan efektif dalam mencapai target dan tujuan yang diharapkan. II. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 2. Undang Undang Nomor 25 tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 104); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 288); 6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 148/PMK.07/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 982); 7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158); 8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159); Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 3

6 9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 463); 10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 552); 11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340); 12. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 beserta aturan perubahannya Nomor PER-11/PB/2011 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 13. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No. PER-48/PB/2013 yang diterbitkan kembali tanggal 11 Juni 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencairan Dana Hibah International Bank for Reconstruction and Development No. TF (National Program for Community Empowerment In Rural Area-Healt and Bright Generation- PNPM Generasi Project). III. TUJUAN DAN SASARAN 3.1. Tujuan Secara umum pelaksanaan GSC di lokasi non BLM Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sosial dasar bagi warga miskin secara mandiri dan berkelanjutan. Secara khusus tujuan pelaksanaan GSC di lokasi non BLM Kegiatan yaitu: a. Mendorong partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan; b. Mendorong kemandirian masyarakat dalam mengakses dan mengelola layanan kesehatan dan pendidikan secara berkelanjutan; c. Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat untuk mengembangkan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama; dan d. Mendorong peningkatan pelayanan publik bagi warga masyarakat guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum. Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 4

7 3.2. Sasaran Program a. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak serta pendidikan dasar dan menengah secara mandiri dan berkelanjutan melalui pencapaian 12 (dua belas) indikator GSC; b. Tersedianya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) dan Anggaran Pendapatan dan Biaya Desa (APBDesa) yang mendukung kebijakan pengarusutamaan pelayanan sosial dasar dalam rangka implementasi UU Desa; c. Terwujudnya pemanfaatan Dana Operasional Kegiatan (DOK) Peningkatan Kapasitas dan sumber dana lainnya yang transparan, akuntabel dan tepat sasaran; d. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari pemerintah daerah dan sumber dana selain dari GSC sebagai wujud kemitraan dan kemandirian kelembagaan lokal yang mendukung upaya peningkatan kualitas layanan sosial dasar bidang kesehatan dan pendidikan bagi warga miskin; e. Tersedianya regulasi desa dan daerah terhadap pengarusutamaan pelayanan sosial dasar sebagai salah satu pemenuhan hak masyarakat miskin; dan f. Berkontribusi dalam meningkatkan jumlah desa mandiri dan pengentasan desa tertinggal di lokasi dampingan GSC. IV. KOMPONEN KEGIATAN 4.1. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pada lokasi GSC non BLM Kegiatan tidak dialokasikan BLM Kegiatan serta DOK Perencanaan dan Pelatihan Masyarakat agar kegiatan masyarakat fokus pada penguatan integrasi perencanaan pembangunan di Desa. BLM yang dialokasikan hanya berupa DOK Peningkatan Kapasitas yang dialokasikan bagi pelaku di tingkat masyarakat untuk mendukung: a. Kegiatan Pelatihan dan Sosialisasi b. Kegiatan Perencanaan Partisipatif c. Operasional Rutin 4.2. Tenaga Pendamping Tenaga pendamping di tingkat pusat dan daerah adalah seluruh konsultan dan fasilitator program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 5

8 4.3. Tahapan Kegiatan di Tingkat Desa dan Pemerintah Daerah Tahapan kegiatan GSC di lokasi non BLM Kegiatan merupakan sebuah siklus pendampingan di tingkat desa dan pemerintah daerah yang sistematis, berkelanjutan dan terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan daerah. Bentuk komponen kegiatan yang mendukung tahapan pelaksanaan tersebut di tingkat pemerintah daerah berupa kegiatan workshop koordinasi kabupaten yang dilakukan selama 2 (dua) kali dalam setahun yang teralokasi dalam pembiayaan DIPA Urusan Bersama (UB). V. LOKASI DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Lokasi Sasaran Lokasi GSC non BLM Kegiatan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Kelompok Sasaran Kelompok sasaran di lokasi non BLM Kegiatan dibagi dalam 2 (dua) kategori sebagai berikut: 1. Pelaku program Pelaku program merupakan para pihak terkait yang terlibat dalam proses kegiatan GSC di tingkat pemerintah daerah dan masyarakat, baik individu maupun kelompok/institusi. Peran pelaku program sangat penting dalam mendukung administrasi pelaksanaan serta efektivitas pencapaian substansi program. Melalui peran parapihak terkait tersebut maka upaya kaderisasi dalam mencapai fase transformasi program dapat berlangsung baik, untuk mencapai kemandirian masyarakat dalam peningkatan kualitas pelayanan sosial dasar yang berkesinambungan. Unsur pelaku program di tingkat pemerintah daerah adalah Penanggung Jawab Operasional Kabupaten (PJO Kabupaten), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dan Bappeda. Di tingkat kecamatan dan desa terdapat Unit Pengelola Keuangan (UPK), dan Pendamping Lokal (PL), Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD), Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), Tim Pertimbangan Musyawarah Desa (TPMD) serta pengelola posyandu dan PAUD. Kelembagaan lokal yang dibangun, dikembangkan serta dikoordinasikan melalui pelaksanaan GSC lokasi non BLM Kegiatan di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan adalah forum SKPD, Puskesmas, UPT Dinas Kesehatan dan Pendidikan, Tim Koordinasi Penanggulangan Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 6

9 Kemiskinan Daerah (TKPKD), forum Multistakeholders. Di tingkat desa, kelembagaan lokal yang dibangun dan dikembangkan melalui pelaksanaan GSC di lokasi non BLM Kegiatan adalah BPD, LPM, Posyandu, kelembagaan PAUD dan kelembagaan lain yang mendukung keberlanjutan kegiatan GSC. Untuk mendukung operasional rutin para pelaku program disediakan alokasi pembiayaan sosialisasi, pelatihan dan biaya operasional. Pemerintah daerah juga dapat mengalokasikan dana Pendamping Administrasi Proyek (PAP) untuk lebih meningkatkan upaya pendampingan dan pengendalian terhadap program. 2. Penerima Manfaat Penerima manfaat program adalah masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar khususnya bagi ibu hamil, ibu menyusui, anak bayi dan balita, anak usia sekolah dasar, anak usia dini, stunting serta anak berkebutuhan khusus (ABK). VI. MEKANISME PELAKSANAAN Pelaksanaan GSC di lokasi non BLM Kegiatan ini dikendalikan dan difasilitasi oleh seluruh pelaku GSC di tingkat pusat hingga daerah. Untuk itu maka struktur dan tata kelola koordinasi, kendali dan fasilitasi mengikuti sebagaimana yang diatur dalam PTO GSC Pelaksanaan Kegiatan di Masyarakat Tahapan pelaksanaan kegiatan di masyarakat mencakup serangkaian upaya membangun kesadaran kritis masyarakat akan pentingnya perubahan perilaku, penguatan kelembagaan lokal dan sistem pembangunan desa yang luhur, mengakar, mandiri dan terintegrasi. Dalam pelaksanaannya, tahapan kegiatan GSC di tingkat masyarakat disusun untuk memperkuat sistem pembangunan di desa serta diarahkan pada pengarusutamaan isu-isu pelayanan sosial dasar secara sistematis dan terorganisir sebagai implementasi UU Desa. Kegiatan sosialisasi, koordinasi, pemantauan serta Diskusi Terarah Kelompok Sasaran (DTKS) dilakukan sesuai kebutuhan secara simultan di sepanjang pelaksanaan tahapan kegiatan. Adapun tahapan kegiatan GSC lokasi non BLM Kegiatan yang dilakukan di tingkat masyarakat desa dan kecamatan digambarkan dalam bagan alur dibawah ini Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 7

10 D U S U N D E S A KECAMATAN ALUR TAHAPAN LOKASI NON BLM KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER Musrenbang Kab MAD Sosialisasi Musrenbangcam Daftar Usulan RKP Desa Lokakaya/ Festifal PSD/ Gelar Budaya Evaluasi RAPBDesa TPMD dan KPMD menjadi bagian Tim Penyusun RPJMDesa Pagu Indikatif dan Informasi Kegiatan Musrenbangdes Daftar Usulan RKP Desa (non-skala desa) Penetapan Tim Penyusun RPJMDesa Musdes Pencermatan RPJMDesa Penyusunan Rancangan RKP Musrenbang RKP Penyusunan Rancangan APBDesa Penetapan APBDesa MD Sosialisasi Rapat Perumusan Penetapan Tim Penyusun Rancangan RKP TPMD & KPMD menjadi bagian Tim Penyusun RKP Pelatihan pengarusutamaan PSD dalam Pembagunan Desa Pelatihan pengelolaan Posyandu Pelatihan Pelembagaan Pembangunan Desa MD PJ min 2x MD ST DTKS menjadi salah satu pola PKD Review RPJMDes dan PKD Pelaksanaan Kegiatan n-1, Monitoring Bulanan Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 8

11 1. Persiapan dan Orientasi Persiapan dan orientasi merupakan kegiatan persiapan dan pengenalan proses fasilitasi penyesuaian. Kegiatan ini bisa juga diartikan review kegiatan tahun sebelumnya dan persiapan perbaikan tahun berikutnya. Adapun kegiatan persiapan dan orientasi sebagai berikut : a. Inventarisasi data kependudukan. b. Identifikasi sarana prasarana pendidikan (SD/MI,SMP/MTs,Sekolah Terbuka yang setara SD/SMP, paket A, paket B, dan lain-lain). c. Identifikasi sarana prasarana pelayanan kesehatan, seperti; Posyandu, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan Puskesmas Pembantu (Pustu) serta kaderkader kesehatan atau kader posyandu yang ada di desa-desa. d. Inventarisasi program-program pendidikan/kesehatan yang telah atau sedang berjalan di desa/kecamatan. e. Jarak rata-rata pusat dusun ke SD/MI yang ada di desa/dusun tersebut. f. Jarak rata-rata pusat dusun ke SMP/MTs terdekat yang melayani masyarakat desa tersebut. g. Jarak rata-rata pusat dusun-dusun ke Puskesmas atau Pustu (yang terdekat dengan desa). h. Identifikasi jumlah petugas kesehatan (bidan) yang ditempatkan untuk melayani masyarakat desa. i. Identifikasi jumlah tenaga pendidikan (guru) yang ditempatkan untuk melayani masyarakat desa. j. Inventarisasi RPJMDesa dan RKPDesa k. Kategorisasi status desa berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM). Pelaksana dan penanggungjawab : Fasilitator Kecamatan dan KPMD Keluaran : a. Data Profil desa b. Form 1 tentang Data Layanan Kesehatan & Pendidikan c. Form 5A tentang data dasar kependudukan. d. Form 5B tentang Rekapitulasi Hasil Pemetaan Sosial untuk sasaran yang belum dapat layanan tingkat desa. e. RKPDesa tahun berjalan dan RPJM Desa. f. Status desa berdasarkan IDM. 2. MAD Sosialisasi Kegiatan MAD Sosialisasi dilaksanakan untuk menginformasikan kebutuhan penyesuaian sistem perencanaan GSC kedalam sistem perencanaan pembangunan desa. Pelaksanaan kegiatan MAD Sosialisasi membahas beberapa hal diantaranya : a. Paparan konsep pengarusutamaan PSD dalam pembangunan desa. Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 9

12 b. Paparan konsep dan teknis penyesuaian perencanaan GSC ke dalam perencanaan pembangunan desa oleh Fasilitator Kecamatan. c. Paparan kebijakan pelembagaan pembangunan desa. d. Evaluasi kinerja pelaku program (fasilitator dan pelaku masyarakat). e. Rencana penggunaan DOK Peningkatan Kapasitas tahun berjalan. f. Kesepakatan bersama antar desa untuk menjalankan kegiatan GSC. g. Menyepakati jadwal Musdes Sosialisasi h. Paparan capaian status desa berdasarkan IDM i. Menyepakati rencana peningkatan kapasitas aparat dan masyarakat j. Agenda lain yang relevan dan disepakati masyarakat. Waktu Pelaksanaan : Bulan Januari Februari tahun berjalan setelah pelaksanaan persiapan dan orientasi. Penyelenggara : BKAD UPK FK dan PjOK Peserta : Peserta perwakilan masing-masing desa sebanyak 6 orang yang terdiri dari Kepala Desa, Ketua BPD, 4 orang masyarakat (LPM, Posyandu, KPMD dan TPMD) Keluaran : a. Berita Acara kesepakatan pelaksanaan GSC (Form 4A) b. Hasil evaluasi kinerja pelaku program c. Keputusan bersama desa integrasi GSC dalam perencanaan pembangunan desa dan pengarusutamaan pelayanan sosial dasar dalam pembangunan desa. a. Tersosialisasikannya pelembagaan pembangunan desa. d. Jadwal kegiatan musyawarah desa sosialisasi. e. Dokumen rencana penggunaan DOK Peningkatan Kapasitas diteruskan dengan penerbitan Surat Penetapan Camat (SPC). 3. Musyawarah Desa Sosialisasi Musdes Sosialisasi adalah pertemuan terbuka bagi masyarakat di desa untuk mensosialisasikan kebijakan program GSC dan hasil MAD Sosialisasi. Dengan agenda sebagai berikut: a. Penyampaian hasil-hasil keputusan dalam MAD Sosialisasi b. Kesepakatan kesiapan Masyarakat mengikuti GSC c. Penyampaian kebijakan program dan integrasi GSC dalam perencanaan pembangunan desa termasuk pengintegrasian pelaku program dalam perencanaan pembangunan desa. d. Paparan kebijakan pelembagaan pembangunan desa. Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 10

13 e. Pemilihan dan penetapan KPMD dan TPMD (pelaku lama dapat ditetapkan kembali atas dasar kinerja baik dan kesepakatan musyawarah) diteruskan dengan penerbitan Surat Keputusan Kepala Desa f. Menyepakati jadwal pelaksanaan DTKS sebagai bagian Pengkajian Kondisi Desa (PKD) g. Rencana monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan. h. Penyampaian Daftar Usulan Rencana Kerja Pemerintah (DURKP) yang akan dibawa ke Musrenbang kecamatan. i. Penyampaian hasil evaluasi capaian IDM tingkat Desa. j. Jadwal pertemuan dengan kelompok penerima program bidang kesehatan atau pendidikan, sesuai jenis kegiatan yang didanai; Waktu Pelaksanaan : Musdes Sosialisasi dilaksanakan pada bulan Januari tahun berjalan setelah pelaksanaan MAD Sosialisasi Penyelenggara : BPD dan Kepala Desa difasilitasi oleh FK dan KPMD Peserta : Terbuka bagi seluruh warga desa, perangkat desa dan lembaga yang ada di desa seperti unsur dari PKK, BPD, LPM atau sebutan lainnya, Tokoh Masyarakat, Pemerhati Pendidikan, Pengurus Posyandu, dll. Dalam Musdes Sosialisasi harus mengikutsertakan perempuan dan kelompok masyarakat miskin. Keluaran : Berita Acara hasil musyawarah (Form 4A) yang dilampiri dengan beberapa dokumen, yaitu : a. Surat pernyataan kesanggupan masyarakat mengikuti GSC. b. Tersosialisasikannya kebutuhan pelembagaan pembangunan desa. c. Penetapan TPMD dan KPMD diteruskan dengan penerbitan Surat Keputusan Kepala Desa. d. Jadwal pelaksanaan DTKS dan Pencermatan ulang RPJMDesa. e. Jadwal monitoring bulanan. f. Hasil IDM tingkat Desa sebagai dasar perencanaan pembangunan desa tahun berikutnya. Dalam pelaksanaan Musdes Sosialisasi dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Musrenbang Desa terhadap desa yang belum melaksanakan Musrenbang Desa penyusunan RKPDesa. Adapun tugas dan peran Fasilitator GSC dan Pelaku GSC di desa dalam Musrenbang Desa sebagai berikut: Sebelum Musrenbang RKPDesa : 1. Melakukan review dokumen RPJMDesa 2. Berkoordinasi dengan Kepala Desa dan Tim Penyusun RKPDesa terkait dengan pelaksanaan kegiatan GSC dan Layanan Sosial Dasar menjadi prioritas kegiatan Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 11

14 RPKDesa 3. Memastikan pelaku GSC diundang hadir dalam Musrenbang Desa. 4. Berkoordinasi dengan pendamping desa dalam penyiapan pelaksanaan Musrenbang Desa. Pelaksanaan Musrenbang RKPDesa : 1. Memastikan pelaku GSC hadir dan terlibat secara aktif dalam Musrenbang Desa 2. Penyampaian IDM sebagai dasar perencanaan kegiatan dalam RKPDesa 3. Melakukan advokasi kegiatan GSC dan pelayanan sosial dasar menjadi prioritas penyusunan kegiatan RKPDesa Paska pelaksanaan Musrenbang RKPDesa 1. Melakukan inventarisasi dokumen RKPDesa dan APBDesa tahun berjalan 2. Melakukan inventarisasi hasil keputusan Musrenbang Desa. 4. Musyawarah Rencana Pembangunan Kecamatan (Musrenbang Kecamatan) Musrenbang Kecamatan merupakan forum musyawarah antar para pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati langkah-langkah penanganan program kegiatan prioritas yang tercantum dalam Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa/Kelurahan yang diintegrasikan dengan prioritas pembangunan daerah kabupaten/kota di wilayah kecamatan. Tujuan penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan antara lain: a. Membahas dan menyepakati usulan rencana kegiatan pembangunan desa/kelurahan yang menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan. b. Membahas dan menyepakati kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa. c. Menyepakati pengelompokan kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan berdasarkan tugas dan fungsi SKPD kabupaten/kota. Hasil Musrenbang Kecamatan dijadikan sebagai bahan masukan dalam penyusunan rancangan Renja SKPD. Waktu Pelaksanaan : Musrenbang Kecamatan dilaksanakan pada bulan Februari Penyelenggara : Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan yang ditetapkan oleh Camat melalui SK Camat (BKAD dapat menjadi bagian sebagai Tim Penyelenggaran Musrenbang Kecamatan). Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan dengan anggota terdiri dari unsur kecamatan dan unsur masyarakat (akademisi, tokoh masyarakat, LSM, dan keterwakilan perempuan) dengan mempertimbangkan kemampuan dan komitmen untuk aktif terlibat dalam seluruh tahap penyelenggaraan musrenbang kecamatan Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 12

15 Peserta : Peserta Musrenbang Kecamatan terdiri atas para Kepala Desa dan lurah, delegasi Musrenbang Desa, delegasi kelurahan, pimpinan dan anggota DPRD kabupaten/kota asal daerah pemilihan kecamatan bersangkutan, perwakilan SKPD, tokoh masyarakat, keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan termarginalkan dan pemangku kepentingan lainnya skala kecamatan. Narasumber : Narasumber Musrenbang Kecamatan dapat terdiri dari pejabat Bappeda, perwakilan DPRD, Camat, dan perwakilan SKPD kabupaten/kota dan unsur lain yang diperlukan. Keluaran Beberapa keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah : a. Berita Acara Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan. b. Daftar Urutan Prioritas Kegiatan per bidang serta SKPD yang diharapkan dapat menindaklanjuti. c. Delegasi yang akan mengikuti forum SKPD d. Daftar Hadir Peserta Musrenbang Kecamatan Tugas Fasilitator dan Pelaku GSC : 1. FK berkoordinasi dengan Pendamping Desa dan Tim Penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan untuk inventarisasi DURKPDesa. 2. Memastikan pelaksanaan pelaku GSC baik di Desa maupun Kecamatan terlibat secara aktif dalam pelaksanaan Musrenbang Kecamatan baik sebagai utusan desa dan peserta kecamatan. 3. Melakukan advokasi atas kegiatan GSC dan pelayanan sosial dasar lainnya dibahas dan diputuskan menjadi prioritas usulan kegiatan. 5. Musyawarah Dusun Sosialisasi Musyawarah Dusun Sosialisasi adalah pertemuan terbuka bagi anggota masyarakat dusun untuk mensosialisasikan program dan melakukan pemetaan sosial kondisi pendidikan dan kesehatan. Pemetaan sosial dilakukan dengan mengajak peserta musyawarah dusun untuk menggambarkan kondisi pelayanan pendidikan dan kesehatan serta kondisi anggota masyarakat sasaran program pada sebuah peta. a. Menjelaskan tentang program meliputi pengertian, tujuan, sasaran, indikator keberhasilan dan ketentuan/kebijakan program, serta bagaimana cara kerja program b. Sosialisasi kebijakan pelembagaan pembangunan desa. c. Penyusunan peta sosial kondisi pendidikan dan kesehatan. Untuk lokasi tahun berikutnya dilakukan dengan meninjau kembali hasil pemetaan sosial tahun sebelumnya, dan disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada saat ini. Pembuatan peta sosial atau peninjauan terhadap peta sosial tahun pertama dilakukan dengan: Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 13

16 d. Mengidentifikasi atau mendata sasaran program, meliputi rumah tangga-rumah tangga yang memiliki ibu hamil, memiliki anak usia balita, memiliki anak usia dini, memiliki anak usia Sekolah Dasar (SD/MI), dan rumah tangga yang memiliki anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs). e. Mendata rumah tangga yang selama ini tidak atau belum mendapatkan layanan pendidikan dasar (atau yang putus sekolah) dan kesehatan ibu-anak. f. Mengidentifikasi atau mendata kondisi dan fasilitas pelayanan pendidikan dasar, kesehatan ibu-anak, baik yang dari pemerintah maupun swasta dan fasilitas umum lainnya. g. Penyesuaian data sasaran di dusun dengan data hasil orientasi dan peta sosial desa. h. Menggambarkan apa yang telah diidentifikasikan sebagaimana di atas dalam sebuah peta sosial. Peta ini selanjutnya digunakan sebagai alat/media diskusi terarah untuk menggali gagasan kegiatan dengan kelompok masyarakat. Cara penyusunan peta sosial kondisi pendidikan dan kesehatan sebagaimana pada PTO Penjelasan 1 Pemetaan Sosial Kondisi Kesehatan dan Pendidikan. i. Menggali gagasan dari masyarakat secara umum terhadap program ini. j. Persiapan kelompok penerima kegiatan tahun berjalan k. Monitoring bulanan l. Rencana pelaksanaan Pengkajian Keadaan Desa (PKD) dan Diskusi Terarah Kelompok Sasaran (DTKS) m. Pencermatan ulang RPJMDesa jika sudah ada, atau persiapan penyusunan RPJMDesa (jika belum ada) n. Persiapan penyusunan prioritas RKPDesa N+1 Waktu Pelaksanaan : Pelasanaan dilakukan pada bulan Februari setelah Musdes Sosialisasi Penyelenggara : TPMD dan/atau Tim Penyusun RPJMDesa/RKPDesa difasilitasi oleh KPMD dan FK Peserta : Sebanyak mungkin anggota masyarakat di dusun, terutama masyarakat yang menjadi sasaran program. Keluaran : a. Berita Acara Hasil Musyawarah Dusun (form 4A) b. Tersosialisasikannya pelembagaan pembangunan desa. c. Peta sosial dusun d. Daftar sasaran program (form 2) e. Rekapitulasi hasil pemetaan sosial untuk sasaran yang belum dapat layanan tingkat desa (form 5B) f. Data dasar kependudukan lengkap (form 5A) g. Jadwal pelaksanaan DTKS dan PKD h. Jadwal pelaksanaan monitoring bulanan Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 14

17 i. Daftar prioritas kegiatan hasil kajian ulang RPJMDesa sebagai usulan rancangan RKPDesa 6. Diskusi Terarah Kelompok Sasaran bersamaan dengan Pengkajian Keadaan Desa dan Review RPJMDesa DTKS merupakan kegiatan yang difasilitasi oleh TPMD dan/atau Tim review RPJMDesa/RKPDesa dan KPMD dalam rangka membahas dan mendiskusikan masalah, potensi, dan kebutuhan bidang kesehatan ibu-anak dan pendidikan dasar dalam upaya memenuhi ukuran keberhasilan program serta menjadi bagian dalam pelaksanaan Pengkajian Kondisi Desa (PKD) pengarusutamaan pelayanan sosial dasar. Materi pembahasan dalam DTKS antara lain : a. Sosialisasi program dan perencanaan pembangunan desa. b. Sosialisasi pelembagaan pembangunan desa. c. Pembahasan Peta sosial dusun. d. Pendataan sasaran program. e. Pendataan anggota masyarakat yang tidak atau belum mendapatkan layanan (Form 2) termasuk daftar sasaran yang tidak atau belum mendapatkan layanan. f. Pencermatan ulang RPJMDesa untuk menetapkan usulan kegiatan-kegiatan yang diprioritaskan dalam RKPDesa terkait dengan layanan sosial dasar. g. Monitoring bulanan Waktu Pelaksanaan : DTKS dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni setelah pelaksanaan Musyawarah Dusun Sosialisasi. Penyelenggara : TPMD dan/atau Tim Review RPJMDesa/RKPDesa Peserta : Jumlah Peserta antara orang setiap DTKS dengan komposisi peserta berasal dari Penduduk di dusun, terutama sekali mereka yang termasuk dalam sasaran program, masyarakat yang belum mendapat layanan, kelompok terpinggirkan, kelompok rentan. Dilakukan berulangkali dalam kelompok-kelompok diskusi yang berbeda. Keluaran : a. Daftar identifikasi masalah dan gagasan (Form 8) b. Daftar sasaran (Form 2) dan peta sosial yang telah di perbaiki berdasarkan klarifikasi dengan peserta diskusi c. Tersosialisasikannya kebutuhan pelembagaan pembangunan desa. d. Peta sosial e. Daftar masalah dan gagasan f. Daftar usulan kegiatan yang diprioritaskan dalam dokumen rancangan RKPDesa g. Daftar usulan kegiatan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dalam tahun Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 15

18 berjalan melalui mekanisme perubahan APBDesa (contoh terjadi kejadian luar biasa kasus gizi buruk) h. Daftar potensi desa i. Berita Acara hasil DTKS 7. Rapat Perumusan/Pra Musyawarah Desa Percermatan Ulang RPJMDesa Rapat perumusan atau pra musyawarah desa Pencermatan Ulang RPJMDesa merupakan pertemuan TPMD dan/atau Tim Review RPJMDesa/RKPDesa untuk merumuskan rencana kegiatan yang dinilai dapat memenuhi keberhasilan dan priortas dalam rancangan RKPDesa dengan agenda antara lain : a. Melakukan rekapitulasi hasil DTKS b. Melakukan rekapitulasi Daftar sasaran program (Form 2) c. Melakukan Rekapitulasi hasil pemetaan sosial untuk sasaran yang belum mendapat layanan (Form 5B) d. Melakukan penggabungan Peta sosial desa (penggabungan dari peta sosial dusun) e. Melakukan pengisian Form 8, Daftar Identifikasi Masalah dan Gagasan hasil diskusi terarah kelompok perempuan f. Menetapkan jumlah sasaran program berdasarkan hasil pemetaan sosial sebagai dasar pengalokasian jumlah dana desa g. Menetapkan sasaran program yang belum mendapatkan layanan h. Merumuskan kesesuaian gagasan kegiatan hasil diskusi terarah dari kelompokkelompok sasaran di dusun dengan seluruh ukuran keberhasilan i. Merumuskan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan ukuran keberhasilan untuk dibawa ke lokakarya dengan penyedia layanan pendidikan dan kesehatan di tingkat kecamatan j. Sosialisasi pelembagaan pembangunan desa. k. Menetapkan 3 orang wakil dari TPMD dan/atau Tim Review RPJMDesa/RKPDesa untuk ikut dalam Lokakarya Kemitraan. l. Rancangan usulan kegiatan prioritas rancangan RKPDesa m. Berita Acara Hasil Rapat Perumusan (Form 4A) Waktu pelaksanaan : Setelah pelaksanaan DTKS dan dapat dilakukan berulang kali Penyelenggara : TPMD dan/atau Tim Review RPJMDesa/RKPDesa difasilitasi oleh KPMD dan FK Peserta : a. TPMD b. Tim Review RPJMDesa/RKP Desa c. KPMD Keluaran : a. Tersosialisasikannya kebutuhan pelembagaan pembangunan desa. Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 16

19 b. Rancangan data dasar kependudukan di desa (Form 5A) c. Ditetapkannya rekapitulasi sasaran yang belum mendapatkan layanan (Form 5B) d. Daftar kegiatan yang sesuai dengan ukuran keberhasilan dan untuk mereka yang belum mendapatkan layanan (form 8 terisi lengkap) e. Daftar usulan prioritas rancangan RKPDesa hasil Pencermatan ulang RPJMDesa f. Berita Acara Rapat Perumusan. 8. Musyawarah Desa Pencermatan Ulang RPJMDesa Musyawarah Desa Pencermatan Ulang RPJMDesa merupakan musyawarah di tingkat desa yang diselenggarakan oleh BPD dan difasilitasi oleh pemerintah desa dalam rangka percermatan ulang RPJMDesa dan menetapkan hasil keputusan Tim Perumus dengan agenda antara lain : a. Mencermati ulang dokumen RPJMDesa b. Pembahasan dan penetapan hasil rapat perumusan oleh Tim perumus c. Pengarusutamaan usulan kegiatan layanan sosial dasar. d. Rancangan pelembagaan pembangunan desa Waktu pelaksanaan : Paling lambat akhir bulan juni tahun berjalan (DTKS dan Rapat Perumusan telah selesai) Penyelenggara : BPD difasilitasi Pemerintah Desa didampingi oleh FK dan KPMD Peserta : a. Seluruh anggota BPD b. Pemerintah Desa c. TPMD dan/atau Tim Review RPJMDesa/RKPDesa d. KPMD e. Tokoh Adat f. tokoh agama; g. tokoh masyarakat; h. tokoh pendidik; i. perwakilan kelompok tani; j. perwakilan kelompok nelayan; k. perwakilan kelompok perajin; l. perwakilan kelompok perempuan; m. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak; dan n. perwakilan kelompok masyarakat miskin. Keluaran : a. Rancangan data dasar kependudukan di desa (Form 5A) b. Ditetapkannya rekapitulasi sasaran yang belum mendapatkan layanan (Form 5B) c. Daftar kegiatan yang sesuai dengan ukuran keberhasilan dan untuk mereka yang belum mendapatkan layanan (Form 8 terisi lengkap) Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 17

20 d. Daftar usulan prioritas rancangan RKPDesa e. Usulan pelembagaan pembangunan desa f. Berita Acara Musyawarah Tugas dan Peran Fasilitator GSC dan pelaku GSC di desa dalam Musyawarah Desa Pencermatan RPJMDesa: Pra Musyawarah Desa Pencermatan : 1. Memastikan hasil DTKS telah tersedia dan direkapitulasi yang meliputi : a. Hasil pemetaan sosial untuk sasaran yang belum mendapat layanan (Form 5B) b. Peta sosial desa sebagai penggabungan dari peta sosial dusun c. Memastikan Form 8, Daftar Identifikasi Masalah dan Gagasan hasil diskusi terarah kelompok perempuan lengkap d. Menetapkan jumlah sasaran (masyarakat) yang belum mendapatkan layanan pendidikan maupun kesehatan e. Adanya rumusan gagasan kegiatan hasil diskusi terarah dari kelompokkelompok sasaran di dusun dengan layanan sosial dasar. f. Adanya rumusan kegiatan yang sesuai dengan layanan sosial dasar untuk dibawa ke SKPD ditingkat kecamatan maupun kabupaten. g. Memastikan pelaku GSC hadir dan terlibat dalam Musyawarah Desa Pencermatan RPJMDesa 2. Melakukan koordinasi dengan Kepala Desa, BPD dalam persiapan Musyawarah Desa Pencermatan RPJMDesa, meliputi: a. Penyampaian hasil DTKS, Rapat Perumusan menjadi bagian agenda pembahasan prioritas usulan dalam pencermatan RPJMDesa. b. Daftar pelaku GSC yang diundang hadir dalam Musyawarah Desa Pencermatan RPJMDesa 3. Berkoordinasi dengan Pendamping Desa tentang agenda Musyawarah Desa Pencermatan RPJMDesa Pelaksanaan Musyawarah Desa Pencermatan : 1. Memastikan hasil DTKS, Rapat Perumusan dibahas dalam Musyawarah Desa Pencermatan RPJMDesa 2. Memastikan pelaku GSC hadir dan aktif dalam Musyawarah Desa Pencermatan RPJMDesa 3. Memastikan usulan kegiatan layanan sosial dasar menjadi prioritas usulan RKPDesa 4. Kesepakatan usulan pelembagaan pembangunan desa. 9. Lokakarya Kemitraan dan Festival Desa Lokakarya kemitraan merupakan penyampaian informasi dinas layanan mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh para penyedia layanan untuk mengatasi masalah pendidikan dan kesehatan. Lokakarya ini juga merupakan media konsultasi bagi desa-desa kepada penyedia layanan, tentang kegiatan-kegiatan yang telah dibahas dan diusulkan masyarakat. Penyedia layanan mencermati apakah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan desa memenuhi hal-hal berikut : Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 18

21 a. Bermanfaat bagi ibu atau anak-anak sasaran program, terutama mereka yang masuk dalam penduduk miskin, b. Berpotensi tinggi untuk memenuhi ukuran keberhasilan program, c. Mendesak untuk dilaksanakan, d. Potensi keberlanjutannya tinggi. e. Tidak tumpang tindih dengan kegiatan dinas layanan. Lokakarya dengan penyedia layanan pada dasarnya juga merupakan proses koordinasi di tingkat kecamatan sekaligus sebagai uji silang antara rencana kegiatan desa dengan program dari dinas atau instansi terkait agar tidak terjadi tumpang tindih pendanaan. Agar pelaksanaan lokakarya lebih efektif, maka salinan Form 8 (Daftar Identifikasi Masalah dan Gagasan) hasil rapat perumusan gagasan dari desa-desa sudah dikirimkan ke Dinas Pendidikan atau Kesehatan tingkat kecamatan jauh hari sebelum pelaksanaan lokakarya untuk dipelajari dan diberikan catatan-catatan terhadap rencana kegiatan desa tersebut. (Pada Form 8 untuk menuliskan hasil perumusan gagasan, ditambahkan satu kolom catatan penyedia layanan di sebelah kanan sebagaimana form terlampir) Pelaksanaan lokakarya dapat diiringi dengan kegiatan pameran, festival budaya, pemberian penghargaan, bazar dan lain-lain. 10. Penyusunan Rancangan RKPDesa Pelaksanaan penyusunan rancangan RKPDesa adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Tim Penyusun Rancangan RKPDesa guna menyusun rancangan RKPDesa yang akan disampaikan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan RKPDesa. Agenda Tim Penyusunan rancangan RKP Desa diantaranya sebagai berikut : a. Pencermatan pagu indikatif desa b. Penyelarasan rencana program/kegiatan yang masuk ke desa c. Pencermatan skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan desa selama 1 (satu) tahun kedepan sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMDesa d. Menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan. e. Daftar usulan Pelaksana Kegiatan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan penyusunan Rancangan RKP Desa dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September sebelum pelaksanaan Musrenbang Desa Penetapan RKPDesa, paling lambat akhir bulan September. Penyelenggara : Tim Penyusun RKPDesa Peserta : Tim Penyusun RKPDesa Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 19

22 Keluaran : a. Daftar usulan kegiatan yang masuk dalam rancangan RKPDesa b. Pagu indikatif desa (format pagu indikatif) c. Kegiatan pembangunan yang akan masuk ke desa (format kegiatan pembangunan yang masuk desa) d. Daftar usulan Pelaksana Kegiatan e. Rancangan RKPDesa dan DURKPDesa f. Berita Acara Hasil penyusunan rancangan RKPDesa beserta lampirannya Peran dan Tugas Fasilitator dan Pelaku GSC di desa dalam Penyusunan RKPDesa Pra Penyusunan RKPDesa : 1. Melakukan advokasi kepada masyarakat desa dan pemerintah desa tentang pemenuhan Layanan Sosial Dasar di desa 2. Berkoordinasi dengan Kepala desa agar Pelaku GSC di desa menjadi anggota Tim Penyusun RKPDesa 3. Memastikan dokumen usulan kegiatan GSC dan Layanan Sosial Dasar telah ada dan lengkap. 4. Berkoordinasi dengan pelaku GSC untuk menjadi anggota Tim Penyusun RKPDesa 5. Melakukan inventarisasi atas pagu indikatif dan informasi kegiatan yang masuk ke desa 6. Melakukan verifikasi dan validasi RAB dan Desain Usulan Kegiatan GSC dan Layanan Sosial Dasar Pelaksanaan penyusunan RKPDesa: 1. Memastikan pelaku GSC di Desa menjadi anggota Tim Penyusun RKPdesa 2. Memastikan pelaku GSC aktif dalam penyusunan RPKDesa 3. Penyampaian IDM sebagai dasar penyusunan prioritas kegiatan dalam RKPDesa 4. Memastikan usulan kegiatan layanan sosial dasar dibahas dan menjadi prioritas kegiatan dalam RKPDesa 5. Memastikan pelaku GSC diusulkan menjadi calon Pelaksana Kegiatan APBDesa Paska Penyusunan RKPDesa 1. Inventarisasi dokumen Rancangan RKPDesa 2. Bersama Pendamping Desa berkoordinasi dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa untuk penyusunan rancangan RKPDesa. 11. Musyawarah Rencana Pembangunan Desa Musrenbang Desa adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dalam rangka pembahasan dan penetapan RKPDesa. Musrenbang Desa ini membahas agenda diantaranya : a. Pembahasan rancangan RKPDesa yang meliputi : 1) rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 2) pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa. b. Prioritas program dan kegiatan yang didanai: Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 20

23 1) pagu indikatif Desa; 2) pendapatan asli Desa; 3) swadaya masyarakat Desa; 4) bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan 5) bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota. c. Penilaian prioritas program dan kegiatan berdasarkan pada : 1) peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan Desa; 2) peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar; 3) pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia; 4) pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif; 5) pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi; 6) pendayagunaan sumber daya alam; 7) pelestarian adat istiadat dan sosial budaya Desa; 8) peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat Desa; dan 9) peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga kemasyarakatan Desa. 10) pelembagaan pembangunan desa d. Rancangan Daftar Usulan RKP Desa Waktu Pelaksanaan : Pelaksanaan Musrenbang Desa dilakukan setelah rancangan RKPDesa selesai, paling lambat bulan September tahun berjalan. Penyelenggara : Pemerintah Desa Peserta : a. Kepala Desa b. BPD c. Unsur masyarakat, yang terdiri dari : 1) tokoh adat; 2) tokoh agama; 3) tokoh masyarakat; 4) tokoh pendidikan; 5) perwakilan kelompok tani; 6) perwakilan kelompok nelayan; 7) perwakilan kelompok perajin; 8) perwakilan kelompok perempuan; 9) perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan 10) perwakilan kelompok masyarakat miskin. 11) unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 21

24 Keluaran : a. Penetapan RKP Desa b. Penetapan DURKP Desa c. Rancangan APBDesa d. Penetapan pelembagaan pembangunan desa e. Berita Acara Musrenbang Desa f. Peraturan Desa tentang RKPDesa Peran dan Tugas FK dan Pelaku GSC dalam Musrenbang RKPDesa Pra Musrenbang Desa: 1. Memastikan dokumen hasil penyusunan Rancangan RKPDesa telah selesai dan lengkap 2. Memastikan usulan kegiatan GSC dan layanan Sosial Dasar masuk dalam dokumen Rancangan RKPDesa 3. Usulan pelembagaan pembangunan desa 4. Berkoordinasi dengan Kepala Desa terkait dengan rancangan Peraturan Desa tentang RKPDesa dan pelembagaan pembangunan desa Pelaksanaan Musrenbang Desa: 1. Tersosialisasikannya pelembagaan hasil kegiatan GSC 2. Memastikan pelaku GSC terlibat secara aktif dalam Musrenbang Desa 3. Memastikan usulan kegiatan GSC dan Layanan Sosial Dasar disepakati menjadi RKPDesa 4. Memastikan pelaku GSC di Desa menjadi calon Pelaksana Kegiatan APBDesa terutama menjadi calon pelaksana kegiatan GSC dan Layanan Sosial Dasar. 5. Memastikan pelembagaan pembangunan desa Paska Musrenbang Desa: 1. Melakukan inventarisasi hasil keputusan Musrenbang Desa 2. Inventarisasi Peraturan Desa tentang RKPDesa tahun berikutnya dan pelembagaan pembangunan desa 3. Koordinasi dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa tentang penyusunan rancangan APBDesa 12. Penyusunan Rancangan APBDesa dan Penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa Atas dasar hasil Musrenbang RKPDesa, Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan. Selanjutnya Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa APBDesa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama. Penetapan Rancangan Peraturan Desa APBDesa paling lambat bulan Oktober tahun berjalan Peran dan Tugas FK dan Pelaku GSC di Desa dalam penyusunan rancangan APBDesa Penyusunan rancangan APBDesa disusun oleh Sekretaris Desa berdasarkan RKPDesa yang telah disepakati dalam Musrenbang. Peran dan tugas FK dan Pelaku GSC: 1. Melakukan koordinasi dengan Kepala Desa dan Sekretaris desa untuk memastikan Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 22

25 hasil-hasil keputusan Musrenbang Desa masuk dalam Rancangan APBDesa 2. Inventarisasi dokumen rancangan APBDesa 13. Evaluasi APBDesa Setelah raperdes APBDesa disepakati bersama oleh Kepala Desa dan BPD, selanjutnya Kepala Desa paling lambat dalam waktu 3 (tiga) hari sejak kesepakatan bersama disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk dievaluasi. Bupati dalam waktu paling lama 20 (dua puluh) hari sejak diterima, menetapkan hasil evaluasi atas Rancangan Peraturan Desa. Selanjutnya atas hasil evaluasi Bupati Rancangan Peraturan Desa dinyatakan berlaku atau terdapat perbaikan. Peran dan Tugas FK dan Pelaku GSC di Desa dalam Evaluasi APBDesa 1. Berkoordinasi dengan Camat dan Aparat Kecamatan yang menjadi Tim Verifikasi Rancangan APBDesa 2. Memberikan masukan sebagai bahan dalam verifikasi RAPBDesa Rangkaian kegiatan di atas dilakukan sebagai dasar pendekatan integrasi pembangunan di desa, yang pada tahun berikutnya dikembangkan melalui beberapa intervensi lanjutan dalam lingkup fasilitasi: 1. Penguatan kelembagaan posyandu 2. Peningkatan kapabilitas penerima manfaat 3. Peningkatan kualitas RPJMDesa 4. Penggalangan potensi sumberdaya kemitraan 5. Penyiapan dan implementasi kegiatan pelayanan lanjutan 6. Pelembagaan pembangunan desa 6.2. Pelaksanaan Kegiatan di Tingkat Pemerintah Daerah Tahapan kegiatan di tingkat Kabupaten merupakan serangkaian kegiatan fasilitasi, mediasi dan advokasi perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten yang bertujuan untuk mendorong keberpihakan anggaran dan kebijakan terhadap isu-isu peningkatan kualitas pelayanan sosial dasar bagi masyarakat miskin. Untuk itu maka fasilitator GSC di tingkat kabupaten berkewajiban untuk terlibat dalam proses perencanaan pembangunan daerah, mampu melakukan fungsi-fungsi lobi, negosiasi dan advokasi, serta mendorong komitmen daerah yang lebih nyata terhadap pengarusutamaan pelayanan sosial dasar. Selain itu, pendampingan terhadap pemerintah daerah difokuskan pada para pelaku yang terkait langsung dengan pelayanan sosial dasar bidang pendidikan dan kesehatan (seperti Bappeda, Dinas PMD, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Forum Multistakeholders) dalam rangka mendorong terwujudnya pengintegrasian perencanaan pembangunan desa dengan sistem perencanaan di daerah melalui Rencana Aksi Daerah bidang Pelayanan Sosial Dasar (RAD PSD), sehingga prioritas usulan peningkatan kualitas pelayanan sosial dasar dapat terpenuhi secara berkesinambungan. Rangkaian kegiatan GSC di tingkat kabupaten diharapkan dapat Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 23

26 terus berlanjut dalam sebuah siklus yang menjadi bagian penting dalam sistem perencanaan pembangunan di daerah. Pelaksanaan kegiatan GSC lokasi non BLM Kegiatan di tingkat pemerintah daerah memiliki peran strategis untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah serta memastikan terjadinya keberlanjutan upaya peningkatan kualitas pelayanan sosial dasar secara komprehensif. Untuk itu maka beberapa agenda utama yang didorong dapat terjadi melalui pelaksanaan kegiatan di tingkat pemerintah daerah meliputi: 1. Persiapan dan Orientasi Perencanaan Desa 2. Penyusunan RAD PSD 3. Penguatan Musrenbang Kabupaten 4. Mendorong efektivitas Forum SKPD 5. Mendorong terlaksananya hearing DPRD 6. Penyusunan regulasi daerah terkait pelayanan sosial dasar 7. Menggalang potensi jejaring kemitraan Adapun tahapan kegiatan GSC di lokasi BLM Kegiatan yang dilakukan di tingkat kabupaten adalah sebagai berikut: 1. Persiapan dan Orientasi Perencanaan Desa Dalam mendorong upaya pemenuhan layanan dasar oleh semua pihak perlu dilakukan konsolidasi semua pihak dalam menyusun aktifitas perencanaan secara integral dan sinergis, untuk itu perlu dilakukan persiapan dan sosialiasi dengan baik pada semua tingkatan pemerintahan. Di Kabupaten perlu dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : a. Identifikasi data layanan dasar b. Identifikasi rencana kerja SKPD tahun berjalan c. Menginventarisasi program-program pendidikan/kesehatan yang telah atau sedang berjalan di desa/kecamatan d. Sosialisasi skenario integrasi GSC dalam perencanaan desa e. Menyusun bersama dengan SKPD dan pihak terkait dengan perencanaan desa f. Sosialisasi IDM dan kebijakan program lainnya. Keluaran : a. Adanya kesepahaman atas pengarusutamaan PSD dalam perencanaan pembangunan daerah b. Teridentifikasikannya rencana kerja SKPD terkait dengan layanan dasar terutama bidang pendidikan dan kesehatan c. Ditetapkannya jadwal perencanaan desa di tingkat Kabupaten. 2. Penyusunan Rencana Aksi Daerah Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar. Dalam pelaksanaan pelayanan sosial dasar yang meliputi bidang 1) pelayanan sosial dasar; 2) kesejahteraan masyarakat; 3) adat dan budaya; 4) perlindungan sosial; 5) akses informasi masyarakat desa; termasuk didalamnya memperkuat instrumen Generasi Sehat dan Cerdas sebagai peta jalan (road map) bagi keterpenuhan hak dan kebutuhan dasar masyarakat Desa perlu dijabarkan oleh daerah dalam bentuk Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 24

27 RAD PSD sesuai dengan kondisi dan permasalahan serta kemampuan masing-masing. daerah Dengan rencana aksi tersebut diharapkan pihak-pihak terkait di kabupaten memiliki komitmen dan kejelasan dalam perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan untuk peningkatan pelayanan sosial dasar. Tujuan : Penyusunan RAD PSD ditujukan untuk memberikan panduan bagi daerah untuk menyusun dokumen rencana aksi keberpihakan seluruh pemangku kepentingan pelaksanaan kebijakan pelayanan sosial dasar di desa. Dokumen yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAD PSD a. Data Indeks Desa Membangun (IDM) b. RPJMD c. Renstra SKPD d. Renja SKPD Langkah Penyusunan RAD PSD Penyusunan RAD PSD dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1. Penetapan Tim Pengarah dan Kelompok Kerja, Tim dapat menggunakan struktur yang ada atau membentuk yang baru yang terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PMD, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Camat, Kepala Desa, unsur Perguruan Tinggi, Lembaga Non Pemerintah dll. 2. Melakukan sidang pleno pertama untuk membahas langkah-langkah penyusunan 3. Masing-masing Pokja menyusun draft RAD PSD dengan tahapan : a. Identifikasi tujuan, target dan indikator capaian IDM masing-masing wilayah b. Menetapkan program dan kegiatan/tindakan prioritas terkait dengan pencapaian peningkatan layanan sosial dasar. c. Menetapkan indikator dan target pencapaiannya terkait dengan kegiatan/tindakan yang dilakukan dalam pencapaian masing-masing target. d. Menetapkan alokasi anggaran yang dibutuhkan dan sumber pendanaan dalam pelaksanaan program, kegiatan dan tindakan yang dilakukan. 4. Melaksanakan sidang pleno kedua antar pokja dengan menyajikan draft RAD PSD (narasi dan matrik) untuk dibahas secara lintas pokja (workshop) 5. Penyempurnaan dan finalisasi draft RAD PSD berdasarkan masukan hasil sidang pleno kedua. 6. Pengesahan RAD PSD dalam bentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah. 7. Sosialisasi RAD PSD kepada seluruh pemangku kepentingan. Pembiayaan Seluruh kebutuhan pembiayaan dalam rangka proses penyiapan dan pelaksanaan RAD PSD menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan dana dari penyesuaian alokasi workshop Kabupaten dari Dana Urusan Bersama GSC. Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 25

28 Pengorganisasian Organisasi penyusunan RAD PSD terdiri dari Tim Pengarah dan Kelompok Kerja masing-masing bidang, dengan tugas dan susunan anggota sebagai berikut : Tim Pengarah : Tim Pengarah terdiri dari unsur pimpinan daerah yang memberikan arahan terhadap penyusunan RAD PSD, dengan susunan Tim Pengarah terdiri atas : - Penanggung Jawab : Kepala Daerah - Sekretaris : Kepala Bappeda - Anggota : Kepala Dinas Terkait Kelompok Kerja, merupakan tim teknis yang bertanggung jawab dalam proses penyusunan RAD PSD. Organisasi masing-masing kelompok kerja terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota. Kelompok Kerja RAD PSD dibentuk sesuai dengan kebutuhan pembidangan kegiatan Peningkatan Layanan Sosial Dasar. Uraian Tugas 1. Tim pengarah : a. memberikan arahan dalam pelaksanaan koordinasi penyusunan RAD PSD; b. memberikan arahan dan masukan kepada tim teknis (Kelompok Kerja) mengenai substansi penyusunan pedoman RAD PSD; c. memberikan arahan mengenai kebijakan yang diharapkan dalam menyusun rekomendasi untuk penyusunan RAD PSD; d. menyampaikan laporan kegiatan penyusunan pedoman RAD PSD kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; 2. Kelompok Kerja : a. bertanggung jawab terhadap kegiatan penyusunan RAD PSD sesuai dengan bidang tugasnya; b. membuat jadwal dan rencana kerja kegiatan kelompok kerja sesuai dengan bidang tugasnya; c. melakukan pencarian, pengumpulan bahan, data dan informasi yang dibutuhkan termasuk melakukan studi kepustakaan dan wawancara kepada pihak terkait dalam rangka penyusunan RAD PSD; d. melakukan analisa situasi layanan sosial dasar di tingkat kabupaten dan upaya-upaya yang telah dilakukan; e. melakukan identifikasi faktor-faktor penentu pencapaian IDM sesuai dengan bidang tugasnya; f. menyusun RAD PSD sesuai dengan sistematika dan diserahkan kepada sekretariat tim pengarah untuk dikonsolidasikan dengan hasil pokja lainnya; g. sosialisasi RAD PSD kepada seluruh pemangku kepentingan di daerah. Mekanisme Kerja 1. Tim pengarah mengadakan rapat sesuai keperluan selama penyusunan RAD PSD; 2. Pokja mengadakan rapat sesuai dengan keperluan selama penyusunan RAD PSD; Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 26

29 3. Kepala Bappeda sebagai sekretaris tim pengarah bertugas untuk mengkonsolidasikan RAD PSD hasil pokja; 4. Draft yang sudah disusun oleh tim RAD PSD dikonsultasikan dengan Bupati untuk ditetapkan. 3. Penguatan Musrenbang Kabupaten. Musrenbang Kabupaten adalah tahapan akhir perencanaan di tingkat kabupaten. Hasil hasil Musrenbang dimaksud akan disusun menjadi Rancangan APBD. Oleh sebab itu, harus dilakukan berbagai upaya untuk memastikan prioritas usulan yang dihasilkan Musrenbang kecamatan diserap oleh SKPD teknis serta memastikan dokumen RAD PSD sebagai dasar RKPD. Agenda yang harus dilakukan, antara lain : 1. Mendorong Pemerintah Kabupaten membentuk peraturan daerah tentang Pelayanan Sosial Dasar, pro aspirasi masyarakat desa. 2. Melakukan pendekatan/upaya politis agar kalangan DPRD mendukung aspirasi masyarakat desa dalam Musrenbang Kabupaten. 3. Mempersiapkan dan membekali utusan kecamatan yang akan mengikuti Musrenbang Kabupaten. 4. Mendorong Efektivitas Forum SKPD Forum SKPD yang diselenggarakan sebelum pelaksanaan Musrenbang Kabupaten, dimaksudkan untuk menyelaraskan Renja SKPD dengan hasil hasil Musrenbang Kecamatan. Hasil dari Forum SKPD dimaksud sebagai bahan pembahasan pada Musrenbang Kabupaten. Untuk mengoptimalkan proses dan hasil Forum SKPD, maka dalam kerangka kerja pengintegrasian perlu dilakukan pembaharuan pola pembahasan dalam Forum SKPD dengan melibatkan secara aktif perwakilan masyarakat. 5. Mendorong Terlaksananya Hearing DPRD a. Dengan kewenangan yang dimiliki di bidang anggaran, legislasi, dan pengawasan, maka DPRD kabupaten memiliki fungsi dan peran yang signifikan (menentukan) dalam merumuskan kebijakan pembangunan, peraturan perundangan dan pendayagunaan anggaran daerah. b. Agar kewenangan yang dimiliki DPRD tersebut dapat mendukung integrasi program, maka masyarakat harus intensif menyampaikan aspirasi kepada anggota DPRD kabupaten agar kebijakan publik lebih responsif dan berpihak kepada aspirasi masyarakat. c. Untuk tujuan tersebut, masyarakat harus difasilitasi melakukan hearing atau dengar pendapat dengan kalangan DPRD (Anggota, Komisi, Fraksi dan Pimpinan DPRD). d. Memastikan pengawalan usulan oleh Anggota DPRD. Usulan kegiatan yang sudah diproses melalui Musrenbang Desa sampai dengan Musrenbang Kabupaten, perlu dikawal pada tahap pembahasan RAPBD pada sidang sidang DPRD. Dengan demikian, perlu dilakukan berbagai upaya untuk memastikan DPRD mengawal usulan kegiatan yang dihasilkan melalui proses perencanaan partisipatif (Musrenbang) serta mengalami penyelarasan Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 27

30 sebelumnya dengan jalur teknokratis dan politis. Efektivitas pengawalan dimaksud terlihat dari seberapa banyak usulan kegiatan hasil Musrenbang Desa terserap dalam APBD Dalam konteks implementasi UU Desa, maka seluruh tahapan GSC di lokasi non BLM Kegiatan ini memiliki peran strategis dalam: 1. Memastikan setiap Desa mampu menyusun RPJMDesa, RKPDesa dan APBDesa secara partisipatif serta dilakukan pencermatan ulang dari tingkat basis melalui Pengkajian Keadaan Desa (PKD); 2. Memastikan isu-isu pokok pelayanan sosial dasar hasil PKD masuk dalam daftar usulan RKPDesa; 3. Pengalokasian prioritas dana desa untuk kegiatan pelayanan sosial dasar; 4. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam advokasi pembangunan di desa dan kecamatan; 5. Mewujudkan kemandirian kelembagaan lokal dalam peningkatan pelayanan sosial dasar secara keberlanjutan; dan 6. Penguatan modal sosial dan pembelajaran kepranataan berbasis lokal. VII. MEKANISME PENDANAAN Pendanaan pada kegiatan GSC di lokasi non BLM Kegiatan hanya dialokasikan DOK Peningkatan Kapasitas yang penggunaannya diatur dalam petunjuk teknis tersendiri, dengan mekanisme pencairan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) GSC. VIII. PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU Peningkatan kapasitas merupakan sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis dan terukur dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan, kemampuan dan kesadaran setiap pelaku program sebagai upaya peningkatan kualitas pencapaian keberhasilan GSC. Peningkatan kapasitas pelaku GSC disusun berdasarkan kebutuhan di tingkat masyarakat, fasilitator pendamping serta pemerintah daerah. Bentuk peningkatan kapasitas yang dilakukan GSC terbagi dalam: 1) Sosialisasi; yakni kegiatan diseminasi, lokakarya, workshop dan sejenisnya serta media komunitas dan penyusunan best practices dalam rangka ekspose program serta pembelajaran transparansi dan akuntabilitas, 2) Pelatihan; yakni rangkaian penguatan kapasitas dalam bentuk training, OJT, IST, e-learning dan sebagainya, dan 3) Komunitas Belajar; yakni sebuah ruang pembelajaran bersama yang inklusif berbasis kearifan lokal di setiap tingkatan pelaku yang dikelola oleh lembaga masyarakat untuk membangun partisipasi dan kesadaran kelompok dalam pengarusutamaan isu-isu pokok pelayanan sosial dasar serta upaya penanggulangan kemiskinan pada umumnya. Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 28

31 Seiring dengan kebutuhan pengembangan GSC dalam mengawal implementasi UU Desa, maka ditetapkan alokasi DOK Peningkatan Kapasitas yang disesuaikan dengan kebutuhan pendampingan di desa dengan rincian alokasi sebagai berikut: Tabel Alokasi DOK Peningkatan Kapasitas No Uraian Waktu A Alokasi Dukungan Kegiatan 1 Pelatihan Pengarusutamaan PSD dalam Pembangunan Desa Jan-Feb 2 Operasional Diskusi Terarah Kelompok Sasaran (DTKS)/PKD Mar-Mei 3 Pelatihan Pengelolaan Posyandu Juni-Juli 4 Lokakarya Kemitraan Juli-Ags 5 Pelatihan Pelembagaan Pembangunan Desa Sept-Okt 6 Pengembangan Media Komunitas Ags-Nov 7 Dukungan narasumber pelatihan Jan-Okt 8 Dukungan stakeholders mitra Ags-Sept B Alokasi Dukungan Operasional 1 Operasional PL, UPK dan KPMD Jan-Des 2 Administrasi UPK Jan-Des Mekanisme pelaksanaan dan pendanaan DOK Peningkatan Kapasitas dijelaskan dalam Petunjuk Teknis tersendiri. Muatan materi pada setiap kegiatan tersebut diarahkan dari Pusat dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan muatan lokal yang difasilitasi oleh Spesialis Pelatihan tingkat provinsi. IX. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Untuk mendalami efektivitas proses tahapan serta hasil kegiatan maka diperlukan pengendalian dalam bentuk pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan merupakan sebuah kegiatan terpadu dalam rangka pengendalian suatu program yang dilakukan secara sistematis dan periodik sebagai upaya peningkatan capaian kinerja GSC. Hal tersebut penting dilakukan untuk meninjau kembali kegiatan yang sedang berjalan dan Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 29

32 yang sudah dilaksanakan melalui proposal kegiatan dan pelaporan hasil kegiatan agar dapat mendorong pencapaian target keberhasilan program. Kegiatan pemantauan lebih terfokus pada pengawasan kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pemantauan dilakukan dengan cara memperoleh informasi secara reguler berdasarkan indikator tertentu untuk mengetahui apakah kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan rencana dan prosedur yang telah disepakati. Indikator pemantauan mencakup esensi aktivitas dan target yang ditetapkan pada awal perencanaan program. Apabila pemantauan ini dilakukan dengan baik akan bermanfaat dalam menjaga proses pelaksanaan kegiatan tetap pada jalurnya (sesuai pedoman dan perencanaan program), dan memberikan informasi kepada pengelola program bilamana terjadi hambatan dan penyimpangan, serta sebagai masukan dalam melakukan evaluasi. Sedangkan evaluasi lebih tertuju pada penilaian terhadap hasil suatu program. Evaluasi dilakukan secara periodik merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu program, serta untuk mengetahui komponen program mana yang berhasil dan mana yang tidak berhasil. Hal ini dapat dipakai sebagai bahan koreksi untuk perbaikan ataupun pengambilan keputusan dalam menentukan arah kebijakan program mendatang. Evaluasi dapat dilakukan secara formative (dilakukan selagi program masih berjalan) dengan tujuan untuk memperbaiki strategi pelaksanaan program, ataupun secara summative yang dilakukan setelah program selesai sebagai bahan pembelajaran bagi pelaksanaan program sejenis di masa mendatang. Dan pelaporan merupakan produk akhir hasil kegiatan yang disusun secara sistematis dan periodik untuk menggambarkan capaian hasil kegiatan, realitas kendala dan tantangan, serta rekomendasi dan rancangan kegiatan tindaklanjut yang diperlukan. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada pelaksanaan GSC di lokasi non BLM adalah sebagai berikut: a. Pemantauan/Monitoring Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program serta memantau perubahan yang fokus pada proses dan keluaran dengan melibatkan perhitungan atas apa yang dilakukan serta melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang diberikan. Beberapa jenis pemantauan/monitoring yang dilakukan dapat berupa: 1. Pemantauan oleh masyarakat yang dilakukan secara mandiri dan partisipatif, baik yang terkait langsung dengan program maupun oleh unsur lainnya seperti LSM, perguruan tinggi dan sebagainya. Pemantauan oleh masyarakat ini dapat dilakukan dan dibahas hasilnya melalui instrumen khusus sebagai bahan evaluasi, diskusidiskusi homogen maupun heterogen yang rutin dan terarah, serta pengawasan proses kegiatan dari DOK Peningkatan Kapasitas. 2. Pemantauan oleh pemerintah tingkat pusat dan daerah sebagai pengendali program dan katalisator pemberdayaan masyarakat melalui program yang dilaksanakan untuk memastikan sasaran dapat tercapai dengan mematuhi prinsip-prinsip yang Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 30

33 diberlakukan. Secara berkala, akan diturunkan misi supervisi, monitoring bersama dan kunjungan lapangan oleh pejabat pemerintah serta unsur terkait lainnya (lembaga donor, konsultan, dan sebagainya) ke lokasi program. 3. Pemantauan oleh konsultan/fasilitator di tingkat pusat dan daerah yang bertanggungjawab terhadap pendampingan program hingga di tingkat masyarakat desa, untuk memantau perkembangan keuangan dan memastikan kegiatan sesuai rencana masyarakat dan target program sekaligus menyampaikan laporan kinerja proyek secara periodik. Selain itu audit internal juga dilakukan untuk mengetahui akuntabilitas pelaksanaan program. Mekanisme pemantauan harus berbasis data dan berorientasi pada target keberhasilan dengan menggunakan instrumen khusus serta pelaporan yang menjelaskan temuan positif dan negatif serta rekomendasi yang aplikatif dan setiap triwulan diterbitkan surat edaran terkait identifikasi tren temuan dan kemajuan penanganannya agar dapat meminimalisir temuan sejenis yang berulang. Pelaksanaan pemantauan dilakukan secara dinamis dan kondisional, namun harus terkoordinasi dengan Satker GSC di tingkat daerah serta harus dilakukan wrap up meeting yang diikuti oleh Satker dan fasilitator pengendali di tingkat kabupaten dan kecamatan untuk mendiskusikan beberapa hasil temuan sebelum dibuat kesimpulan oleh tim monitoring dan laporannya disampaikan kepada parapihak terkait. Pemantauan dan uji petik hasil kegiatan dilakukan sesuai kebutuhan dan permasalahan pendampingan yang dihadapi di lapangan. Kewajiban atas pemantauan dan uji petik hasil kegiatan yang dilakukan oleh konsultan/fasilitator pada setiap tahapan kegiatan di tingkat pusat sebanyak 1% desa, di tingkat provinsi sebanyak 5% desa, di tingkat kabupaten sebanyak 30% desa, dan di tingkat kecamatan sebanyak 100% desa. Kecamatan dan desa lokasi kunjungan yang dilakukan oleh pusat dan provinsi harus sama dengan yang telah dikunjungi oleh Fasilitator tingkat kabupaten dalam 3 bulan terakhir. 4. Pemantauan/pemeriksaan oleh Auditor Independen sebagai petugas yang memiliki wewenang dalam pemeriksaan seluruh program yang bersumber dari pemerintah. Untuk menjamin akuntabilitas pelaksanaan program, lembaga donor mewajibkan adanya pemeriksaan oleh auditor independen yang dilakukan secara berkala setiap tahun. Selain itu, dari pihak pemerintah secara berkala maupun insidentil melakukan pemeriksaan melalui Badan Pengawas Keuangan (BPK), Inspektorat dan Badan Pengawas Daerah. b. Evaluasi Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial yang secara sistematis menginvestigasi efektifitas program serta menilai kontribusi program terhadap perubahan (goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi). Evaluasi dilaksanakan dengan mereview laporan dan mewawancarai sejumlah pihak yang terkait dengan program. evaluasi lebih banyak mengacu pada dokumen program dan pendapat pelaksana program. Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan GSC di lokasi non BLM Kegiatan meliputi: Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 31

34 1. Evaluasi Keluaran (Output), yaitu evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan akses layanan kesehatan dan pendidikan yang terjadi dengan membandingkan kondisi saat ini setelah berjalannya program (tahunan) dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Dasar pengukuran dan evaluasi ini dari hasil survey dasar (baseline survei) yang telah dilakukan oleh Satker Generasi Sehat dan Cerdas Pusat. Evaluasi ini dapat dilakukan berbagai pihak, baik penangung jawab program maupun pihak-pihak lain secara independen. 2. Evaluasi Dampak (Impact), yaitu untuk mengetahui keberhasilan program perlu dilakukan evaluasi dampak. Evaluasi dampak biasanya dilakukan di pertengahan atau akhir program yang dilakukan oleh Satker/Lembaga donor melalui lembaga/pihak yang independen. 3. Studi Khusus (Tematik), yaitu Untuk mempertajam hasil pemantauan dan evaluasi juga dilakukan studi/survey khusus (tematik). Survey ini bisa dilakukan oleh pengelola program maupun oleh pihak ketiga. c. Pelaporan Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi pelaporan yang disajikan minimal harus memperlihatkan 6 (enam) hal penting, yaitu : 1) Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; 2) Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan; 3) Gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan pada saat laporan dibuat; 4) Target dan realisasi biaya dari kegiatan yang sedang dilaksanakan; 5) Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya; dan 6) Gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program. Pelaporan konsultan/fasilitator disampaikan secara periodik setiap bulan kepada pihak di atasnya untuk diverifikasi dan dapat menjadi dasar evaluasi kinerja. X. PENUTUP Panduan ini disusun sebagai acuan pelaksanaan GSC di lokasi non BLM Kegiatan agar dapat berjalan efektif dan mencapai target yang diharapkan. Bila terdapat hal-hal yang belum dimuat dalam panduan ini akan diatur kemudian. Plt. DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA, TAUFIK MADJID, S.Sos, M.Si Pembina Utama Muda NIP Petunjuk Teknis Pengintegrasian GSC Lokasi Non BLM 32

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN 3 SURAT NOMOR : 046.I/DPPMD/VII/2017 TANGGAL : 07 JULI 2017 PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 PANDUAN PENGAKHIRAN SERTA PENATAAN DAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

SURAT EDARAN BUPATI KEBUMEN. Kebumen, Oktober 2010

SURAT EDARAN BUPATI KEBUMEN. Kebumen, Oktober 2010 BUPATI KEBUMEN Kebumen, Oktober 2010 Nomor : 500 /01019 Kepada : Sifat : Yth. Camat sekabupaten Kebumen; Lampiran : 1 Bendel Perihal : Petunjuk Teknis Musrenbang Desa Penyusunan RKP Desa di Tahun 2011

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH Pemalang, 15 Agustus 2017 Nomor : 050 / 2252 /Dinpermasdes. Kepada Yth. : Sifat : Segera Kepala Desa Lampiran : 1 (satu) Bendel Se Kabupaten Pemalang Perihal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN SURAT EDARAN NOMOR... TENTANG PETUNJUK TEKNIS MUSRENBANG DESA/KELURAHAN TAHUN 2017

BUPATI KEBUMEN SURAT EDARAN NOMOR... TENTANG PETUNJUK TEKNIS MUSRENBANG DESA/KELURAHAN TAHUN 2017 BUPATI KEBUMEN Kebumen, Juli 2017 Kepada : Yth. 1. Camat 2. Kepala Desa/Lurah se-kabupaten Kebumen di T e m p a t SURAT EDARAN NOMOR... TENTANG PETUNJUK TEKNIS MUSRENBANG DESA/KELURAHAN TAHUN 2017 Sebagaimana

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2017 2023 DESA KALIJAGA TIMUR KECAMATAN AIKMEL KAB. LOMBOK TIMUR KEPALA DESA KALIJAGA TIMUR KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 87 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 4 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik, Pemerintahan Desa dituntut untuk mempunyai Visi dan Misi yang baik atau lebih jelasnya Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) 21295 Kode Pos 51911 Mamuju PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

JUKNIS PENYUSUNAN RKPDESA KABUPATEN REMBANG

JUKNIS PENYUSUNAN RKPDESA KABUPATEN REMBANG JUKNIS PENYUSUNAN RKPDESA KABUPATEN REMBANG Nomor : 050/ Rembang, Juni 2017 Sifat : Penting Lampiran : 1 (satu) bendel Perihal : Petunjuk Teknis Musdes dan Penyusunan RKPDesa Kepada Yth. : 1. Camat Tahun

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA ) DENGAN

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR LEMBARAN DAERAH NOMOR 36 KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GIRIPANGGUNG, Menimbang : a. bahwa atas dasar hasil

Lebih terperinci

Perencanaan. Bab3. Penyusunan perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa. Pembentukan Tim Penyusunan RPJM Desa

Perencanaan. Bab3. Penyusunan perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa. Pembentukan Tim Penyusunan RPJM Desa SD NEGERI PUSKEMAS Bab3 Perencanaan Penyusunan perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan Masuk Desa Penyusunan rancangan RKP

Lebih terperinci

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 15 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDES) TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROPINSI SULAWESI SELATAN

-1- BUPATI SINJAI PROPINSI SULAWESI SELATAN -1- BUPATI SINJAI PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDesa) DESA RARANG SELATAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA BATU

SALINAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DAN PEMBAGIAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2094,2014 KEMENDAGRI. Desa. Pembangunan. Pedoman. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PROSES DAN JADWAL MUSRENBANG TAHUN 2017 UNTUK PERENCANAAN TAHUN 2018

PROSES DAN JADWAL MUSRENBANG TAHUN 2017 UNTUK PERENCANAAN TAHUN 2018 PROSES DAN JADWAL MUSRENBANG TAHUN 2017 UNTUK PERENCANAAN TAHUN 2018 DASAR HUKUM MUSRENBANG 1. Permendagri No.54 Tahun 2010 Pasal 122 dan Perbup No. 60 Tahun 2012 Pasal 12 menyatakan bahwa Musrenbang tingkat

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN NATUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 04 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT, Menimban: a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta No.1934, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penggunaan. Tahun 2016. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KEGIATAN PEMERINTAH DESA (RKP-DESA) TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SINDANGLAYA,

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG HUBUNGAN LEMBAGA DESA DENGAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD), RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010

TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010 TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010 1. PENGERTIAN Musrenbang Kelurahan adalah forum musyawarah perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN, SERTA PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN A. Pengertian 1. Musrenbang Desa/ Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang :

Lebih terperinci