PENDIDIKAN DEMOKRATIS DAN PARTISIPASI PUBLIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN DEMOKRATIS DAN PARTISIPASI PUBLIK"

Transkripsi

1 7 PENDIDIKAN DEMOKRATIS DAN PARTISIPASI PUBLIK Turmudzi Abror * *Dosen Fakultas Tarbiyah IAIT Kediri ABSTRAK Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mewujudkan pendidikan yang dilandasi oleh prinsip dan nilai demokrasi, partisipasi masyarakat merupakan salah satu unsur penting yang keberadaannya tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab pendidikan adalah milik masyarakat, bukan monopoli birokrasi pemerintahan. Karenanya, masyarakat mempunyai hak untuk terlibat dalam penyelenggaran pendidikan, mulai dari perencanaan hingga evaluasinya. Kebijakan otonomi daerah yang berimplikasi pada munculnya konsep desentralisasi di bidang pendidikan sejak beberapa tahun terakhir semakin memberikan legitimasi kuat kepada masyarakat untuk berperan secara lebih aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kata kunci: Partisipasi Masyarakat, Demokrasi, Pendidikan Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan 69

2 ISSN: TA ALLUM, Vol. 27 No. 1, Juni 2004 Pendahuluan Pendidikan nasional dalam konsep dan pelaksanaannya tidak bisa dilepaskan dari tujuan besar bangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu kehidupan masyarakat yang demokratis. 1 Dalam masyarakat demokratis, setiap orang diakui harkat, hak dan kewajibannya. Hal ini memberikan pengaruh besar terhadap dunia pendidikan, di mana perhatian utama tidak terbatas pada perkembangan individu, melainkan individu yang hidup dengan individu lain dalam lingkungan lokal, nasional dan global. Kehidupan demokrasi mengandaikan adanya partisipasi aktif dari masyarakat dalam membangun bangsa dan negaranya, termasuk partisipasi dalam mengimplementasikan pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks demokrasi, pendidikan adalah milik masyarakat. Karena masyarakat merupakan salah satu pemegang hak pendidikan, maka tujuan lembaga-lembaga pendidikan harus pula memperhatikan keinginan masyarakat, dan bukan hanya menampung apa yang dikehendaki birokrasi. Hadirnya era otonomi daerah yang berimplikasi terhadap adanya desentralisasi pendidikan semakin memperkuat urgensi partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan di daerah. Pemikiran tersebut didasari oleh adanya argumentasi bahwa keberadaan lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat. Sebab ia ada dan hidup bersama-sama dengan warga masyarakat. Antara keduanya saling membutuhkan. Zamroni menyebutnya sebagai hubungan sosial. Peran lembaga pendidikan dan masyarakat merupakan modal pokok dalam proses pendidikan. Dalam hal ini lembaga pendidikan harus menjadikan dirinya sebagai bagian dari masyarakatnya. Setiap kegiatan sekolah merupakan kegiatan masyarakat. Demikian pula sebaliknya, kegiatan masyarakat merupakan kegiatan sekolah. 2 Hanya saja lembaga pendidikan di manapun tidak dibenarkan menempatkan posisinya sebagai menara air, yaitu melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Ia juga bukan menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan yang benar, dalam pandangan Made Pidarta, ibarat menara penerang, yakni berada di masyarakat dan sekaligus memberi penerangan kepada masyarakatnya. 3 Tujuan hubungan tersebut antara lain untuk menumbuhkan kesesuaian antara kegiatan sekolah dengan kegiatan kemasyarakatan, sehingga peserta didik dapat belajar dan menyerap kehidupan masyarakatnya. Disamping itu juga untuk menumbuhkan hubungan emosional antara masyarakat dengan lembaga pendidikan, yang diarahkan guna mendorong terciptanya patisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan kualitas dan pemberdayaan pendidikan. Atas dasar itulah, masyarakat, terutama di daerah mempunyai hak untuk mengetahui dan mengontrol apa yang dilaksanakan lembaga-lembaga pendidikan. Berarti visi, misi dan program yang dilaksanakan lembaga pendidikan perlu diketahui oleh masyarakat. Masyarakat berhak ikut serta di dalam setiap proses pelaksanaan pendidikan sejak pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 70 Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan

3 dari lembaga-lembaga pendidikan. Dengan demikian, lembaga pendidikan harus mempunyai orientasi baru dalam pengelolaannya. Dalam kaitan ini, perlu ada lembaga atau struktur organisasi di dalam lembaga-lembaga pendidikan, di mana masyarakat ikut serta berpartisipasi. Hal inilah yang kemudian mendasari adanya konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah (MBS) dan pendidikan berbasis masyarakat (MBM). Dalam MBS stake holder di dalam lembaga pendidikan harus terlibat dalam pengelolaan pendidikan. Begitu pula, MBM mensyaratkan adanya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan semua aspek manajemennya. Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi bukan istilah yang sama sekali baru di telinga masyarakat Indonesia. Sejak bergulirnya era reformasi beberapa tahun lalu, wacana demokrasi menggema di mana-mana. Kehidupan demokrasi adalah kehidupan yang menghargai potensi individu, yaitu individu yang berbeda dan individu yang mau hidup bersama. Dengan demikian, segala jenis hegemoni menuju penyeragaman anggota masyarakat jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup demokrasi. Wacana demokrasi yang semula hanya berkutat pada aspek politik, dalam perkembangannya merambah pula pada aspek-aspek lain, termasuk dunia pendidikan. Dalam konteks demokrasi, di bidang pendidikan semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang baik, juga mempunyai kewajiban yang sama untuk membangun pendidikan yang berkualitas. Pada sisi lain, pendidikan bukan sekedar menghidupi peserta didik, tapi juga mengembangkannya sebagai manusia. Pendidikan bukan bertujuan melahirkan robot-robot yang hanya menerima petunjuk dan restu dari atas, tetapi pendidikan yang mengembangkan pribadi-pribadi kreatif, kritis dan produktif. Secara lebih tegas HAAR. Tilaar, memaknai demokrasi dalam pendidikan sebagai pendidikan dari, oleh dan bersama-sama masyarakat. 4 Pendidikan dari masyarakat artinya mengandung arti bahwa pendidikan haruslah memberikan jawaban kepada kebutuhan dari masyarakatnya sendiri. Pendidikan bukan dituangkan dari kepentingan pemerintah semata-mata, namun tumbuh dari masyarakat dengan nilai yang hidup dalamnya. Pendidikan oleh masyarakat berarti masyarakat bukan obyek pendidikan. Sebaliknya, masyarakat memiliki partisipasi dan peran dalam setiap langkah program pendidikan. Walaupun demikian, pemerintah tidak lepas tangan begitu saja. Pemerintah bertugas menjaga dan mengarahkan agar tanggung jawab masyarakat dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sementara itu pendidikan bersama-sama masyarakat artinya masyarakat diikutsertakan dalam program-program pemerintah di bidang pendidikan yang telah mendapatkan persetujuan dari masyarakat. Pandangan senada dilontarkan Hidayat Syarief. Menurutnya, demokratisasi pendidikan memungkinkan terbukanya peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat dalam hal ini menjadi subyek yang aktif dalam keseluruhan sistem pendidikan dengan ikut menentukan arah dan kebijakan, merumuskan strategi, sasaran dan tujuan pendidikan serta ikut terlibat aktif dalam implementasi. Demokratisasi Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan 71

4 ISSN: TA ALLUM, Vol. 27 No. 1, Juni 2004 pendidikan merefleksikan pengakuan adanya potensi dan kekuatan masyarakat yang dapat memperkuat pendidikan. 5 Seiring dengan hadirnya era desentralisasi, maka demokratisasi pendidikan harus dijadikan paradigma baru dalam memperkukuh sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan yang demokratis memberikan ruang yang lebih besar kepada lembaga penyelenggara pendidikan dan masyarakat untuk berperan secara lebih luas. Dalam khazanah bangsa Indonesia, sudah sejak lama berkembang lembagalembaga pendidikan tradisional seperti pesantren yang telah menggunakan prinsipprinsip demokrasi. Lembaga-lembaga itu tumbuh dan berkembang secara mandiri, tanpa banyak mengandalkan uluran tangan dari pemerintah. Lembaga-lembaga ini semakin lama semakin berkembang pesat. Sumber daya yang diperlukan digali dan dikembangkan dari potensi lokal denga melibatkan peran serta masyarakat sekitar secara lebih nyata. Aktifitasnya pun berkembang tidak hanya berupa kegiatan pendidikan, tetapi juga kegiatan ekonomi produktif. Sehingga kebutuhan dana pendidikan dapat terpenuhi. 6 Patisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Pendidikan Partisipasi masyarakat merupakan salah satu kunci pokok dalam mengembangkan pendidikan yang demokratis dan berkualitas. Tanpa adanya partisipasi masyarakat, pendidikan akan terasing dari lingkungan sekitarnya. Lembaga pendidikan kemudian menjadi menara gading yang terisolasi dari masyarakat sebagai pemiliknya. Dalam hal ini, maka diperlukan strategi agar partisipasi itu tidak sekedar formalitas dan terbatas, tetapi bena-benar diilhami oleh sebuah kesadaran bersama untuk mewujudkan sistem yang lebih demokratis di bidang pendidikan. Pada masa lalu, pernah secara gencar diupayakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam pembangunan masyarakat dan bangsanya. Sebenarnya gerakan partisipasi masyarakat adalah wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi. Di mana-mana diupayakan perlunya perencanaan dari bawah (bottom up) dengan mengikutsertakan masyarakat. Di dunia pendidikan juga mulai diupayakan adanya partisipasi masyarakat. Tapi upaya tersebut terbentur oleh sistem yang sentralistik. Begitu pula upaya pemberdayaan masyarakat sebagai usaha meningkatkan partisipasi, digiring pada pola pemikiran dan tingkah laku melalui proses indoktrinasi. Oleh karena itu, adanya orientasi dan manajemen baru dalam memperkuat partisipasi masyarakat di bidang pendidikan merupakan kebutuhan nyata yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Pertama-tama, yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan yang komunkatif dan fungsional antara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Hubungan yang erat antara keduanya, membuat kemungkinan terbentuknya badan kerja sama yang permanen. Dalam konteks desentralisasi pendidikan, di mana 72 Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan

5 pemerintah dan masyarakat di daerah memiliki peran yang signifikan, tugas badan ini tidak hanya sekedar membantu tapi menjadi partner lembaga pendidikan dalam merancang kurikulum, menyediakan fasilitas belajar, memperbesar dana pendidikan, mengawasi pelaksanaan pendidikan dan mengevaluasi program serta hasil pendidikan. Kondisi daerah atau masyarakat bisa merupakan inspirasi bagi lembaga pendidikan untuk memberi variasi kepada kurikulumnya, yang kemudian dikenal dengan kurikulum muatan lokal. Dengan melaksanakan kurikulum seperti ini, sekolah dapat memenuhi tuntutan masyarakat setempat. 7 Karena fungsinya sebagai partner, maka masyarakat di daerah juga bisa memberikan kontrol sosial terhadap lembaga pendidikannya. Hal ini penting mengingat kontrol kepala sekolah saja tidak cukup, sebab bisa jadi hanya akan menguntungkan lembaga pendidikan semata. Dengan adanya kontrol sosial, diharapkan kepentingan masyarakat akan diwujudkan dengan baik. Disamping itu, kontrol sosial dapat meningkatkan kesadaran para personalia sekolah terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Karena mereka selalu mendapat sorotan dari pihak luar yaitu masyarakat, lebih-lebih bila masyarakat banyak memberi bantuan materiil atau moral kepada lembaga pendidikan. Disamping masyarakat dan lembaga pendidikan, komponen lain yang tidak bisa diabaikan adalah adanya keterlibatan pemerintah daerah dalam pengelolaan pendidikan. Sehingga bukan hal yang terlalu berlebihan, apabila dikatakan bahwa sampai kapanpun partisipasi masyarakat secara luas tidak akan memiliki arti apaapa, bila pemerintah daerah belum memiliki kesadaran yang mendalam mengenai tanggung jawabnya. Sebab hal-hal mendasar di bidang pendidikan, baik mengenai sistem pendidikan nasional hingga masalah praksis seperti guru mengajar di dalam kelas, tentu tidak dapat meninggalkan peran pemerintah. Kualitas pendidikan akan sulit ditingkatkan apabila tidak ada guru yang punya kualitas memadai karena rendahnya penghargaan dan gaji yang mereka terima. Juga, kualitas pendidikan tidak aka menjadi baik, manakala kebijakankebijakan dasar selalu salah dan selalu berganti seiring dengan pergantian pejabatnya. Kenyataan seperti itu menjadikan partisipasi masyarakat secara luas sulit terealisasi. Ini disebabkan masyarakat akhirnya bingung untuk mengambil peran nyata karena ketidakjelasan hak dan tanggung jawab. Padahal partisipasi masyarakat akan terwujud jika dan hanya peran pemerintah lebih jelas dan bertanggung jawab. 8 Mengutip pendapat Fasli Jalal, Staf Ahli Bidang Sumber Daya Pendidikan Depdiknas, Aulia Reza Sebastian mengatakan, bahwa sekolah hendaknya dimungkinkan menjadi milik dari masyarakat yang melayani pendidikan. Jadi harus dibuka pintu bagaimana masyarakat merasa memiliki. Kalau ini hanya organ pemerintah, dikelola dan dibiayai oleh pemerintah, maka ia hanya membuka pintu bagi anak-anak untuk belajar dan kemudian begitu masuk pagar, itu sudah urusan pemerintah. Dalam kondisi semacam ini, tidak mungkin kita bisa merespon apa yang dirasakan masyarakat, apalagi memancing peran serta masyarakat. 9 Partisipasi itu misalnya dapat diwujudkan dengan ikut menentukan kebijakan dan operasional kegiatan pendidikan. Bagi anggota masyarakat yang punya kemampuan ekonomi tinggi dapat berpartisipasi dalam pembiayaan Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan 73

6 ISSN: TA ALLUM, Vol. 27 No. 1, Juni 2004 pendidikan. Anggaran pemerintah yang terbatas hanya diarahkan pada sekolahsekolah yang memiliki peserta didik dengan latar belakang kurang mampu. 10 Dulu di lembaga pendidikan pernah diterapkan Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), tetapi perannya sangat terbatas dan tidak dapat ikut mengambil kebijakan di dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lebih parah lagi, badan tersebut dibentuk hanya untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang dipaksakan sekolah. Fungsinya tidak lebih sebagai badan pengumpul dana tambahan untuk keperluan sekolah. Secara lebih luas, partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hanya dalam bentuk penanaman investasi dan membantu pembiayaan pendidikan, baik berupa SPP, pajak dan sebagainya, tetapi juga ikut serta dalam merencanakan kurikulum pendidikan, evaluasi pendidikan serta hal-hal yang menyangkut proses belajar. Namun demikian, pengelolaan pendidikan yang menampung semua unsur pemilik pendidikan harus dapat dirumuskan dengan baik agar tujuan untuk menciptakan kualitas pendidikan yang tingi dapat dicapai. Pengelolaan pendidikan tidak lain diarahkan kepada peningkatan kualitas pendidikan, yaitu pendidikan yang mempunyai relevansi dan akuntabilitas. 11 Relevansi pendidikan hanya dapat dicapai manakala masyarakat ikut serta dalam proses pelaksanaan visi, misi dan kebutuhan dari masyarakat pemiliknya. Demikian pula, suatu lembaga pendidikan memiliki kualitas yang tinggi apabila mempunyai akuntabilitas terhadap masyarakatnya. Itu berarti semua program yang ada di dalam lembaga pendidikan accountable terhadap pemiliknya. Dalam pengelolaan pendidikan di daerah, partisipasi masyarakat menuntut otonomi dari lembaga-lembaga pendidikan. Berarti lembaga pendidikan harus terlepas dari kungkungan birokrasi dan menjadi suatu lembaga profesional dengan tanggung jawab yang jelas. Otonomi lembaga pendidikan tidak mengurangi partisipasi masyarakat dalam penyelengaraan pendidikan. Eksperimen dan inovasiinovasi pendidikan perlu diberikan tempat yang seluas-luasnya di dalam otonomi lembaga pendidikan. 12 Lembaga pendidikan harus diperlakukan sebagai suatu institusi yang memiliki otonomi dan kehidupan (organik), bukan sekedar institusi yang merupakan bagian dari suatu sistem yang besar (mekanik). Sebagai sistem yang organik, lembaga pendidikan dapat dilihat sebagai bentuk manusia yang memiliki sifat kompleks dan terbuka. 13 Paradigma pendidikan organik dimaknai sebagai suatu proses kultural yang dilakukan dengan sadar dan memungkinkan setiap warga masyarakat dapat hidup layak di masyarakat. Intinya pembelajaran (learning) dapat terjadi di mana-mana, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Karakteristik utamanya, memandang sekolah sebagai bagian dari pendidikan, di mana dalam kehidupan, sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakatnya. Lembaga pendidikan dalam hal ini lebih menitikberatkan pada learning bukan teaching. Proses learning yang terjadi di ruang-ruang kelas diorganisir dalam 74 Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan

7 kurkulum, sedangkan di luar kelas tidak demikian. Tapi antara keduanya harus dilihat sebagai sesuatu yang memiliki jalinan. Paradigma organik menuntut keberadaan masyarakat pembelajaran, yakni suatu masyarakat di mana warganya memiliki kultur belajar mengenai keyakinan, nilai-nilai, prinsip-prinsip, kebiasaan-kebiasaan dan semboyan-semboyan yang mendorong warganya untuk senantiasa bekerja keras dan rajin menuntut ilmu. Kultur ini tercermin pada perilaku belajar dan ketersediaan fasilitas untuk belajar yang terbuka dan dapat diakses warga masyarakat. Dalam masyarakat semacam ini, belajar merupakan kebutuhan hidup sehari-hari. Belajar tidak harus diartikan sebagai sesuatu yang diwujudkan dalam bentuk sertiifikat, nilai atau ijazah. Kehadiran masyarakat yang memiliki kultur belajar harus direkayasa. Salah satunya adalah mendorong tumbuhnya perpustakaan di kota-kota bahkan di kota kecamatan. Toko-toko buku tidak sekedar sebagai tempat penjualan buku, tapi juga berfungsi sebagai perpustakaan, di mana para pengunjung memiliki kebebasan untuk membaca. 14 Pada sisi lain, hadirnya kebijakan desentralisasi pendidikan di daerah memberikan implikasi langsung dalam penyusunan dan penentuan kurikulum serta meminta artikulasi dalam semua jenis pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) agar diarahkan pada kebutuhan perkembangan sumber daya alam dan sumber-sumber daya manusia yang terdapat di daerah. Dengan demikian, masalah akuntabilitas pendidikan yang selama ini telah mengasingkan pendidikan dari kehidupan masyarakat akan dapat teratasi. Dalam kaitan ini, pendidikan yang kita inginkan adalah pendidikan pemberdayaan yang bertujuan memberdayakan setiap anggota masyarakat untuk dapat berprestasi setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuan yang telah dikembangkan di dalam dirinya sendiri. Selanjutnya, sebagai konsekwensi dari partisipasi masyarakat dalam pendidikan, maka lahirlah konsep community based education (CBE) atau pendidikan berbasis masyarakat. Konsep CBE menuntut masyarakat (orang tua, pemimpin masyarakat lokal, pemimpin nasional), dunia kerja, dunia industri harus ikut serta dalam membina pendidikan. Dengan demikian, struktur manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan keikutsertaan secara aktif masyarakat di dalam pelaksanaannya. 15 Istilah lain dari konsep CBE yaitu Broad Based Education (BBE). Meski begitu pengertiannya sama saja, yakni pelaksanaan pendidikan yang berbasis masyarakat secara luas. Secara literatif, Ki Supriyoko, memaknai BBE sebagai pelaksanaan pendidikan di mana materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa di dalam kelas harus sinkron dengan kebutuhan masyarakat secara luas di sekitarnya. 16 Pengajaran yang disesuaikan dengan keperluan masyarakat itulah yang kemudian menjadi ketrampilan hidup (life skill) bagi anak didik. Artinya dengan ketrampilan hidup itulah nantinya anak didik dapat hidup layak di tengah-tengah masyarakat. Ketrampilan hidup tersebut bukan sekedar ketrampilan psikomotois dalam pengertian sempit, akan tetapi merupakan kecakapan serta ketrampilan yang Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan 75

8 ISSN: TA ALLUM, Vol. 27 No. 1, Juni 2004 diperlukan untuk hidup layak sekaligus memerankan diri di tengah-tengah masyarakat. Ketrampilan itu antara lain menyangkut membaca dan menulis, berbahasa nasional dan internasional, merumuskan dan memecahkan masalah, menghitung dengan atau tanpa bantuan alat-alat canggih atau teknologi, mengelola sumber daya alam yang ada di sekitar kehidupannya, mengelola sumber daya sosial, menerapkan teknologi dan sebagainya. Penutup Gelombang demokratisasi yang telah berlangsung dengan sangat dahsyat sejak beberapa tahun terakhir memberikan implikasi cukup besar dalam bidang pendidikan. Konsekwensinya, berkembang pula apa yang disebut dengan demokrasi pendidikan yang salah satunya ditandai dengan adanya kebijakan desentralisasi pendidikan. Dalam konsep desentralisasi pendidikan, pemerintah daerah memiliki wewenang yang luas untuk mengelola pendidikannya. Begitu pula, lembaga pendidikan, didorong sedemikian rupa agar lebih otonom atau mandiri. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah keterlibatan masyarakat dalam ikut berpartisipasi untuk mengelola pendidikan semakin besar. Sehingga, lembaga pendidikan dapat berkembang dan berkualitas tinggi. Keterlibatan masyarakat di bidang pendidikan bukan sekedar sebagai pengumpul dana, melainkan lebih luas lagi secara aktif ikut dalam merencanakan, mengelola hingga mengevaluasi lembaga pendidikan. Sehingga, fungsi kontrol yang dimiliki masyarakat terhadap lembaga pendidikan akan dapat berjalan. Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tanpa harus tercerabut dari akar masyarakatnya sebagai pemilik pendidikan. Kualitas bisa ditingkatkan kualitasnya melalui sebuah sistem pembaharuan yang dapat dipertanggungjawabkan agar dari sektor pendidikan kita mampu mempersiapkan generasi yang memiliki keunggulan kompetitif dalam menjawab dan memecahkan tantangan masa depan bangsa di era global. Dalam pembaharuan pendidikan nasional, perlu dibangun sistem pendidikan yang responsif terhadap perubahan dan tuntutan zaman mulai dari pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi. Jika demikian, makapembaharuan pendidikan nasional perlu mencari rumusan, model, sistem dan juga kebijakan yang mampu memberi peluang bagi berseminya motivasi, kreatifitas, etos kerja, kejujuran, kedisiplinan dan toleransi ditengah-tengah pluralitas bangsa kepada peserta didik. Dengan demikian pembaharuan tersebut bersifat imperatif bagi keberlangsungan bangsa Indonesia dalam jangka panjang. Semua itu bisa dicapai manakala pengelolaan pendidikan benar-benar memperhatikan kemajemukan masyarakat sekaligus selalu mendorong tumbuhnya partisipasi aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. 76 Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan

9 Endnote 1 Masyarakat demokratis tidak sekedar memiliki pemerintah yang demokratis. Lebih dari itu, masyarakat demokratis mempunyai dua karakter utama, yaitu masyarakat yang terbuka, di mana setiap anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam membangun masyarakatnya. Juga, masyarakat yang mengakui dan melaksanakan komunikasi atau dialog. Lihat HAAR. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Grassindo, 2002), hh Zamroni, Paradigma Masa Depan Pendidikan, (Yogyakarta: BIGRAF Publishing, 2000), hh Made Pidarta, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h HAAR. Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h Hidayat Syarief, Demokratisasi dan Desentralisasi Pendidikan, dalam HAAR. Tilaar, Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru, (Jakarta: PT.Grassindo, 2002), h Ibid, h Made Pidarta, Landasan, hh Aulia Reza Bastian, Reformasi Pendidikan: Langkah-langkah Pembaharuan dan Pemberdayaan Pendidikan dalam rangka Desentralisasi Sistem Pendidikan Indonesia, (Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama, 2002), hh Ibid. 10 Zamoni, Paradigma, h HAAR. Tilaar, Pendidikan, h HAR. Tilaar, Paradgma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hh Zamroni, Paradigma, h Zamroni, Paradigma Pembangunan Nasional dalam Mewujudkan Peradaban Bangsa, dalam HAAR. Tilaar, Pendidikan, hh HAAR. Tilaar, Pendidikan, h Ki Supriyoko, Konsep Broad-Based Education dalam Kerangka Mengembangkan Ketrampilan Hidup, dalam HAAR. Tilaar, Pendidikan, hh Indah Komsiyah, Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan 77

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem perekonomian yang tidak kuat, telah mengantarkan masyarakat bangsa pada krisis yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber. Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan dan merupakan wahana untuk memanusiakan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan yang sempurna.

Lebih terperinci

DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN

DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN Oleh: Joni Rahmat Pramudia Pendahuluan Di masa lampau, pendekatan yang sentralistik dan cenderung kepada totaliterisme bukan merupakan sesuatu yang ditabukan, malah terkesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan menghadapi dua tuntutan yaitu tuntutan dari masyarakat dan tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi tuntutan yaitu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya adalah sebuah proses yang bermuara pada lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas. Ketika disadari bahwa hidup adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai pendidikan, maka tidak bisa dilepaskan dari peranan sekolah sebagai wadah penggemblengan generasi penerus, dan peranan pendidik sebagai

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Tjondro Indrasutanto Abstrak. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001 BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001 menuntut sebuah birokrasi yang kompeten dan profesional. Birokrasi yang kompeten dan profesional

Lebih terperinci

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN I. PENDAHULUAN Mengawali proses pelaksanaan pembangunan pendidikan pasca penetapan Undang-Undang Sistim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Manajemen Kurikulum Drs. Toto Ruhimat, M.Pd. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

Manajemen Kurikulum Drs. Toto Ruhimat, M.Pd. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan Manajemen Kurikulum Drs. Toto Ruhimat, M.Pd. Pendahuluan Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum. Di samping itu, kurikulum merupakan suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu sarana penting dan strategis yang mudah diterapkan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), yang mempunyai tujuan menuntun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam keseharian hidup manusia di dunia. Tak ada satu halpun yang dilakukan oleh manusia yang tidak berhubungan

Lebih terperinci

Panduan diskusi kelompok

Panduan diskusi kelompok Panduan diskusi kelompok Mahasiswa duduk perkelompok (5 orang perkelompok) Mahasiswa mengambil dan membaca (DUA KASUS) yang akan di angkat sebagai bahan diskusi. Mahasiswa mendiskusikan dan menganalisis

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajad S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu bentuk investasi sumber daya manusia ( SDM ) yang lebih penting dari investasi modal fisik. Pendidikan memberikan sumbangan yang amat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang pundamental dalam pembangunan suatu bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas peyelenggaraan pendidikan selalu terkait dengan masalah sumber daya manusia yang terdapat dalam institusi pendidikan tersebut. Masalah sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA

MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA Oleh : ROSITA BUDI INDARYANTI NIM : Q. 100040125 Program : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik sistem pendidikan nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat memperbaiki sistem pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di dalamnya pembangunan pada lingkup kabupaten/kota) adalah suatu keniscayaan, melalui pendidikan bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi reformasi pembangunan dalam upaya menyelamatkan kehidupan nasional yang tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah terwujudnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa dan Negara yang otentik

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa dan Negara yang otentik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan suatu bangsa dan Negara yang otentik terletak pada SDM yang berkualitas, serta memiliki tujuan yang transparan serta berwawasan jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Menurut Mulyasa (2013:2), perubahan itu menyangkut perubahan masyarakat

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Pendidikan

Manajemen Mutu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan Pengertian Mutu Kata Mutu berasal dari bahasa inggris, Quality yang berarti kualitas. Dengan hal ini, mutu berarti merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH OLEH WARGA MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH OLEH WARGA MASYARAKAT 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH OLEH WARGA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tersebut adalah peningkatan aktualisasi potensi-potensi manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tersebut adalah peningkatan aktualisasi potensi-potensi manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan masyarakat pada hakekatnya adalah pengembangan sumber daya manusia untuk menentukan masa depannya, baik sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N Nomor 14/C, 2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan persoalan yang paling mendasar yang dihadapi dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Kota Bogor Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

APA ITU DAERAH OTONOM?

APA ITU DAERAH OTONOM? APA OTONOMI DAERAH? OTONOMI DAERAH ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKATNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian pembangunan Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan menjadi domain utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa, dapat dilihat dari segi Pendidikannya, sehingga jika suatu bangsa ingin maju tentunya yang pertama kali harus diprioritaskan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan dan pengajaran, terus berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN ABSTRAK

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN ABSTRAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN YANUARTO ABSTRAK Kebijakan Pembangunan pendiikan dalam upaya peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kepemimpinan Siagian (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja,

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL I. UMUM Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi isu yang sering dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan dianggap tidak mampu bersaing karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya dan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU MADRASAH (Analisis Keefektifan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah) Buna i

PENINGKATAN MUTU MADRASAH (Analisis Keefektifan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah) Buna i PENINGKATAN MUTU MADRASAH (Analisis Keefektifan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah) Buna i Abstrak: Madrasah merupakan salah satu institusi pendidikan Islam yang perlu mendapatkan perhatian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH, DAN TINGGI DI INDONESIA *

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH, DAN TINGGI DI INDONESIA * ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH, DAN TINGGI DI INDONESIA * Oleh Rochmat Wahab A. Pengantar Dua persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia. Pertama, secara internal, bangsa Indonesia

Lebih terperinci

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA Pengantar Keberadaan bangsa Indonesia dewasa ini dihadapkan persoalan-persoalan yang sangat kompleks. Secara eksternal, Globalisasi dengan segala konsekuensinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan Pemerintah Daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta APEC tentu saja telah

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KEJURUAN MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SCHOOL BASED MANAGEMENT Oleh: Altje Tombokan Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado ABSTRAK Manajemen berbasis sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaksang Masalah Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang baru, sebab sebelumnya legitimasi legal formal peran serta masyarakat dalam

Lebih terperinci

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Peran Kebudayaan dalam Pembangunan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu fungsi pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan sekaligus berhak mendapatkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MANAJEMEN OUT PUT MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH. Oleh, Fauziah Zainuddin,S.Ag.,M.Ag.

PENDIDIKAN MANAJEMEN OUT PUT MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH. Oleh, Fauziah Zainuddin,S.Ag.,M.Ag. PENDIDIKAN MANAJEMEN OUT PUT MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH Oleh, Fauziah Zainuddin,S.Ag.,M.Ag. Abstrak : Manajemen output merupakan hasil dari proses pendidikan, maka implementasi dari teori-teori itu perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam membangun martabat bangsa dan Negara. Sehingga pendidikan merupakan sektor yang mendapatkan perioritas bagi Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan pada satuan pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah diprogramkan untuk diberikan di sekolah-sekolah

Lebih terperinci