HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Farida Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 Bakteri Gram Negatif Batang Kokus Uji Oksidase Neisseria + - Nonenterobacteriaceae Enterobacteriaceae Pseudomonas Aeromonas Vibrio Laktosa positif MacConkey Agar Laktosa negatif TSIA Indol Sitrat MRVP Fermentasi karbohidrat Gambar 7 Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif (Bergey dan Breed 1994; Lay 1994) HASIL DAN PEMBAHASAN T. aduncus yang digunakan pada penelitian ini berada di kawasan konservasi lumba-lumba PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya, Kendal, Jawa Tengah. Sampel swab anus telah diambil dari 11 ekor T. aduncus yang secara klinis menunjukkan kondisi sehat. Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi bakteri pada sampel swab anus T. aduncus yang berada di kawasan konservasi tersebut didapatkan 14 genus bakteri. Genus bakteri-bakteri tersebut adalah Edwardsiella, Actinobacillus, Serratia, Alcaligenes, Morganella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, Enterobacter, Moraxella, Staphylococcus, Streptococcus, Listeria, dan Bacillus. Dari 14 genus bakteri tersebut diperoleh 19 spesies yang terdiri dari 12 bakteri Gram negatif dan 7 bakteri Gram positif. Bakteri-bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan T. aduncus dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bakteri yang paling sering ditemukan pada saluran pencernaan 11 ekor T. aduncus berturut-turut dari yang terbanyak adalah Serratia sp. dari 10 ekor, Alcaligenes faecalis dari 5 ekor, Actinobacillus sp. dari 4 ekor, Proteus spp., Morganella morganii, Pseudomonas sp.,
2 10 Streptococcus spp., dan Staphylococcus spp. dari 3 ekor, Enterobacter sp. dan Aeromonas sp. dari 2 ekor, sedangkan Edwardsiella tarda, Moraxella sp., Listeria sp., dan Bacillus sp. hanya terdapat pada 1 ekor. Tabel 2 Bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan T. aduncus Nama Lumba-lumba Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif Apri - Enterobacter sp. Serratia sp. Mail Streptococcus α-hemolitik Actinobacillus sp. Serratia sp. Ucil Bacillus sp. Actinobacillus sp. Listeria sp. Serratia sp. Streptococcus γ-hemolitik Alcaligenes faecalis Arapik Staphylococcus epidermidis Serratia sp. Actinobacillus sp. Morganella morganii Alcaligenes faecalis Proteus vulgaris Homblo - Serratia sp. Morganella morganii Proteus vulgaris Proteus sp. Penti - Serratia sp. Aeromonas sp. Proteus sp. Pseudomonas sp. Ragil Staphylococcus sp. Morganella morganii Serratia sp. Tomtom - Serratia sp. Edwardsiella tarda Ozawa Staphylococcus aureus Enterobacter sp. Alcaligenes faecalis Actinobacillus sp. Jabaru Streptococcus γ-hemolitik Serratia sp. Alcaligenes faecalis Pseudomonas sp. Ginda - Serratia sp. Alcaligenes faecalis Aeromonas sp. Moraxella sp. Pseudomonas sp. Bakteri-bakteri yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi ada yang bersifat sebagai bakteri flora normal, patogen, dan bakteri non-patogen. Flora normal dapat menjadi patogen oportunistik ketika lumba-lumba tersebut stres, dalam
3 keadaan imunosupresi, atau sedang dalam pengobatan antimikrobial. Bakteri patogen dan non-patogen dapat berasal dari ikan yang dimakan oleh lumbalumba, manusia yang kontak dengan lumba-lumba, atau dari air kolam kawasan konservasi. Walaupun terdapat bakteri patogen dalam saluran pencernaan T. aduncus, apabila sistem imun dari lumba-lumba tersebut baik maka tidak akan timbul gejala penyakit. Manajemen pemeliharaan yang baik di kawasan konservasi sangat berpengaruh pada sistem imun lumba-lumba. Manajemen pemeliharaan yang dilakukan seperti pemberian pakan yang berkualitas, sistem pengelolaan air yang terkontrol, serta pemberian tambahan vitamin dan mineral. Berikut adalah pembahasan mengenai masing-masing bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan T. aduncus: Serratia sp. Serratia adalah bakteri Gram negatif berbentuk kokoid yang termasuk dalam famili Enterobactericeae. Bakteri ini bersifat motil, mampu memfermentasikan laktosa pada MCA. Pada media TSIA menunjukkan slant (bagian agar yang miring) dan butt (bagian dasar agar) berwarna kuning, menghasilkan gas, tanpa memproduksi H 2 S. Uji indol memberikan hasil yang negatif, dan hasil yang bervariasi pada uji sitrat. 11 Gambar 8 Serratia sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Serratia merupakan bakteri patogen oportunistik yang tersebar luas di alam. Menurut Grimont F dan Grimont P (2006), Serratia yang paling banyak ditemukan di air adalah S. marcescens dan S. liquefaciens. Beberapa spesies Serratia pernah diisolasi pada T. truncatus, yakni Serratia sp. dari anus dan lesio kulit, S. liquefaciens dari blowhole (lubang pernapasan) dan paru-paru, dan S. rubidaea dari paru-paru dan blowhole (Buck et al. 1991; Morris et al. 2011). Belum ada laporan kejadian penyakit yang disebabkan oleh Serratia sp. pada mamalia laut. Akan tetapi, pada mamalia darat Serratia sp. pernah dilaporkan
4 12 dapat menyebabkan septikemia pada anak kuda, babi, dan kambing; keratokonjungtivitis pada kuda; dan aborsi pada sapi (Grimont F dan Grimont P 2006) sehingga mungkin hal tersebut juga dapat terjadi pada mamalia laut termasuk T. aduncus.. Alcaligenes faecalis Alcaligenes faecalis adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang kecil, bersifat motil. Pada media TSIA menunjukkan slant berwarna merah dan butt tidak berubah warna. A. faecalis memberikan hasil negatif pada uji indol dan hasil positif pada uji sitrat. Habitat alami dari A. faecalis adalah di tanah dan permukaan air (Kayser et al. 2001). Gambar 9 A. faecalis, pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Buck et al. (1991) mengisolasi Alcaligenes sp. dari blowhole T. truncatus yang terdampar di Pantai Florida. Buck et al. (2006) juga mengisolasi Alcaligenes sp. dari T. truncatus di pesisir Teluk Mexico dan Samudera Atlantik. Vedros et al. (1982) melakukan penelitian terhadap northern fur seals (Callorhinus ursinus) di Pulau St. Paul dan Pulau San Miguel dan berhasil mengisolasi A. faecalis dan Alcaligenes sp. dari rektum, orofaring, dan darah. Sweeney dan Gilmartin (1974) mengisolasi A. faecalis dari abses kulit bagian subdermal pada singa laut california (Zalophus californianus). Actinobacillus sp. Actinobacillus merupakan bakteri Gram negatif berbentuk kokoid dan tidak motil. Pada uji TSIA didapatkan slant dan butt berwarna kuning, tidak menghasilkan gas dan H 2 S. Pada uji indol memberikan hasil negatif, sedangkan sitrat positif. Uji fermentasi karbohidrat menunjukkan hasil positif tetapi tidak terbentuk gas pada tabung Durham. Menurut Quinn et al. (2004), Actinobacillus berbentuk batang berukuran sedang (0,3-0,5 x 0,6-1,4 µm) kadang-kadang kokoid,
5 termasuk dalam famili Pasteurellaceae. Bakteri ini memiliki sifat tidak motil, tidak memiliki spora, anaerob fakultatif, dapat memfermentasikan karbohidrat tetapi tidak membentuk gas, memiliki hasil yang bervariasi pada uji katalase dan oksidase. Foster et al. (1996) melaporkan untuk pertama kalinya spesies Actinobacillus yang diisolasi dari harbor porpoises (Phocoena phocoena), lumbalumba belang (Stenella coeruleoalba), dan paus sowerby s beaked (Mesopledon bidens) di sekitar pantai Skotlandia, yakni A. delphinicola. Bakteri ini diisolasi dari berbagai jaringan (paru-paru, serviks, uterus, limfonodus, lambung, dan usus). Sampai saat ini, A. delphinicola tidak dapat ditemukan di mamalia laut lain selain Cetacea. Tahun 1998, Foster et al. juga berhasil mengisolasi A. scotiae dari limpa, hati, limfonodus, dan usus P. phocoena di pantai Skotlandia. Patogenitas Actinobacillus pada hewan laut belum diketahui secara pasti (Buller 2004). Akan tetapi, pada ruminansia A. lignieresii dapat menyebabkan erosi atau laserasi pada mukosa dan kulit, A. equuli menyebabkan enteritis dan nefritis pada kuda dan enteritis pada anak sapi (Quinn et al. 2004). Gejala pada ruminansia dan kuda tersebut kemungkinan juga dapat terjadi pada T. aduncus. 13 Gambar 10 Actinobacillus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Proteus spp. Proteus merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang kecil, bersifat motil. Jenis Proteus yang didapat pada penelitian ini adalah P. vulgaris dan Proteus sp. Dilihat dari morfologi koloni pada agar darah, spesies Proteus yang didapat pada penelitian ini kemungkinan adalah P. mirabilis. Bakteri ini akan berubah menjadi sel swarmer apabila dibiakkan pada media non inhibitor sehingga menutupi bakteri yang lain. P. vulgaris dan P. mirabilis merupakan flora normal saluran pencernaan mamalia dan tersebar luas di lingkungan (Manos dan Belas 2006).
6 14 Gambar 11 Proteus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Higgins (2000), P. mirabilis pernah diisolasi dari saluran pencernaan paus beluga (Delphinapterus leucas) dan lumbalumba hidung botol dan pada sistem integumen dan saluran pernapasan lumbalumba hidung botol. P. vulgaris diisolasi dari saluran pencernaan D. leucas. Buck et al. (1991) melaporkan mengisolasi P. mirabilis, P. vulgaris, dan Proteus sp. pada anus, blowhole, lubang genital, lesio kulit, dan rongga mulut T. truncatus dan paus pilot sirip panjang (Globicephala melas). Hal serupa juga dilaporkan oleh Morris et al. (2011) yang berhasil mengisolasi P. mirabilis pada feces dan blowhole T. truncatus. Morganella morganii Morganella morganii merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, dan bersifat motil. Pada media TSIA menunjukkan slant berwarna merah dan butt berwarna kuning, tidak menghasilkan gas dan H 2 S. Pada uji indol memberikan hasil positif dan hasil negatif pada uji sitrat. Menurut Manos dan Belas (2006) hanya ada satu spesies dalam genus Morganella, yakni M. morganii. M. morganii dalam jumlah yang rendah terdapat pada feces manusia dan hewan, tetapi habitat M. morganii mungkin lebih luas (Manos dan Belas 2006). Hal ini dilihat dari penelitian Thornton et al. (1998) yang mengisolasi M. morganii dari lesio okular pada anjing laut dermaga (Phoca vitulina) dan northern elephant seals (Mirounga anguristirostris). Peran M. morganii belum diketahui secara pasti apakah bakteri ini merupakan agen penyebab penyakit tersebut atau oportunistik dari penyakit sebelumnya (Manos dan Belas 2006). Morris et al. (2011) dan Buck et al. (2006) juga melaporkan telah mengisolasi M. morganii di blowhole T. truncatus dan anus atau feces T. truncatus di pesisir Teluk Mexico dan Samudera Atlantik.
7 15 Gambar 12 M. morganii, pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Pseudomonas sp. Pseudomonas merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang berukuran 1-5 µm x µm, bersifat motil dengan satu atau lebih flagela polar. Bakteri ini banyak ditemukan di lingkungan seperti air, tanah, dan tanaman (Quinn et al. 2004). Pseudomonas mampu mengubah warna TSIA menjadi merah pada slant dan tidak terjadi perubahan warna pada butt. Pada uji indol dan sitrat memberikan hasil yang positif, serta mampu memfermentasikan glukosa. Gambar 13 Pseudomonas sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x
8 16 P. flourescens banyak ditemukan pada feces T. truncatus yang hidup bebas di bagian tenggara Samudera Atlantik di Amerika Serikat (Morris et al. 2011). Buck et al. (1991) juga berhasil mengisolasi P. aeruginosa, P. putrefaciens, dan Pseudomonas sp. pada anus T. truncatus, P. putrefaciens pada anus G. melas, Pseudomonas sp. dan P. putrefaciens pada rongga mulut T. truncatus, G. melas, dan lumba-lumba bermoncong putih (Lagenorhynchus albirostris). Guise et al. (1995) mengisolasi P. putrefaciens pada paru-paru, hati, ginjal, dan cairan peritoneal dari D. leucas yang mengalami lesio-lesio non-neoplastik di muara St. Lawrensia. Streptococcus spp. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus berantai. Streptococcus memiliki sifat katalase negatif dan tidak memiliki kemampuan untuk bergerak. Pada penelitian ini didapatkan Streptococcus α-hemolitik dan Streptococcus γ-hemolitik. Streptococcus α-hemolitik pada agar darah terlihat zona kehijauan karena proses lisis butir darah merah tidak sempurna, sedangkan Streptococcus γ-hemolitik tidak mampu melisiskan butir darah merah dan tidak menyebabkan perubahan pada agar darah. Sifat hemolitik pada agar darah tersebut sangat membantu dalam identifikasi karakteristik Streptococcus. Menurut Bergey dan Breed (1994) Streptococcus yang termasuk dalam tipe α-hemolitik adalah S. pneumoniae dan S. mitis, sedangkan yang masuk dalam tipe γ-hemolitik adalah Streptococcus spp. dan Enterococcus spp. Streptococcus memiliki distribusi yang luas. Secara umum, habitat dari Streptococcus adalah di mukosa saluran pernapasan atas dan saluran urogenital bagian bawah (Quinn et al. 2004). Infeksi Streptococcus telah dilaporkan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada mamalia laut. S. pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia, septikemia, dan meningitis pada manusia dan primata. Saluran pernapasan atas merupakan habitat alami dari S. pneumoniae (Quinn et al. 2002). Gambar 14 Streptococcus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x
9 Evans et al. (2006) untuk pertama kalinya melaporkan berhasil mengisolasi S. agalactiae pada T. truncatus liar yang mati di Pantai Kuwait. S. agalactiae yang diisolasi merupakan jenis Streptococcus yang non hemolitik (γ-hemolitik). Pada mamalia darat, S. agalactiae merupakan bakteri patogen yang termasuk dalam kelompok β-hemolitik. Bakteri ini dapat menyebabkan mastitis pada sapi (Quinn et al. 2002). S. agalactiae yang diisolasi oleh Evans et al. (2006) diinfeksikan ke ikan tilapia, hasilnya 90% ikan tilapia mati pada hari ke-6 setelah infeksi. Streptococcus yang diisolasi dari T. aduncus kemungkinan berasal dari ikan yang terinfeksi Streptococcus dan dimakan oleh lumba-lumba. Staphylococcus spp. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus bergerombol seperti buah anggur. Staphylococcus memberikan hasil positif pada uji katalase dan glukosa mikroaerofilik. Pada penelitian ini didapat 3 jenis Staphylococcus, yakni S. aureus, S. epidermidis, dan Staphylococcus sp. S. aureus membentuk zona kuning pada MSA (Gambar 16) sedangkan S. epidermidis tidak mengubah warna MSA. Warna kuning disebabkan oleh kemampuan S. aureus memfermentasikan manitol (Lay 1994). 17 Gambar 15 Staphylococcus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x S. aureus telah diidentifikasi sebagai patogen berisiko tinggi bagi kesehatan Cetacea. Risiko tertinggi infeksi S. aureus sering dikaitkan dengan pneumonia dan septikemia (Watson et al. 2008). Akan tetapi Streitfeld dan Chapman (1976) mengatakan bahwa pada T. truncatus yang berada di penangkaran atau yang hidup bebas, S. aureus dianggap sebagai mikroflora normal. Higgins (2000) mengatakan S. aureus pernah diisoasi dari saluran pencernaan D. leucas. Transmisi S. aureus antara hewan dan manusia jarang terjadi (Biberstein dan Hirsh 1999), Menurut Streitfeld dan Chapman (1976), S. aureus pada personil akuarium laut dan T. truncatus menunjukkan perbedaan pada tipe dan resistensi antibiotik. Walaupun
10 18 S. aureus secara umum dapat diisolasi dari T. truncatus di penangkaran, tidak ada kejadian infeksi silang antara lumba-lumba dan manusia. Gambar 16 S. aureus membentuk zona kuning pada MSA S. epidermidis tergolong dalam bakteri yang tidak patogen (koagulase negatif). S. epidermidis ditemukan secara umum pada kulit dan sebagian membran mukosa (Biberstein dan Hirsh 1999). Menurut Higgins (2000), S. epidermidis telah diisolasi dari saluran pernapasan D. leucas dan saluran pencernaan lumbalumba hidung botol. Pada mamalia darat, S. epidermidis diisolasi dari susu sapi dan luka infeksi pada anjing dan kuda (Quiin et al. 2002). Keberadaan S. epidermidis di saluran pencernaan T. aduncus diperkirakan karena S. epidermidis hidup pada beberapa mukosa termasuk mukosa saluran pencernaan. Enterobacter spp. Enterobacter merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk kokobasil, dan bersifat motil. Pada penelitian ini didapat 2 jenis Enterobacter, yakni Enterobacter sp. dan E. aerogenes/e. cloacae. Pada media TSIA Enterobacter sp. menunjukkan slant dan butt berwarna kuning, menghasilkan gas tanpa memproduksi H 2 S sedangkan E. aerogenes/e. cloacae menunjukkan slant berwarna merah dan butt berwarna kuning, tidak menghasilkan gas dan H 2 S. Menurut Jang et al. (1976) pada media TSIA E. aerogenes/e. cloacae dapat menunjukkan warna merah pada slant dan kuning pada butt sedangkan menurut Quinn et al. (2002) pada media TSIA E. aerogenes memberikan warna kuning pada slant dan butt. E. aerogenes, E. cloacae, dan E. agglomerans merupakan bakteri yang paling sering diisolasi pada mamalia laut. Buck et al. (2006) melaporkan telah mengisolasi E. agglomerans dan E. cloacae pada anus dan blowhole T. truncatus di Florida, Carolina Selatan, dan Perairan Texas. Buck et al. (1991) juga berhasil mengidentifikasi E. aerogenes pada anus dan rongga mulut T. truncatus,
11 E. agglomerans pada blowhole atlantic whiteside dolphin (Lagenorhynchus acutus), rongga mulut dan lesio kulit T. truncatus, E. cloacae pada blowhole dan lubang genital T. truncatus serta anus cuvier s beaked whale (Ziphius cavirostris). Higgins (2000) melaporkan E. aerogenes, E. cloacae, dan E. agglomerans diisolasi dari saluran pencernaan D. leucas. Johnson et al. (2006) juga melaporkan mengisolasi E. cloacae pada vagina dan preputium Z. californianus. Enterobacter merupakan bakteri patogen oportunistik, habitatnya tersebar luas di alam (Quinn et al. 2002). 19 Gambar 17 Enterobacter sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Aeromonas sp. Aeromonas adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang, dan motil. Slant dan butt pada media TSIA berwarna kuning, menghasilkan gas, tanpa memproduksi H 2 S. Bakteri ini memberikan hasil positif pada uji indol dan sitrat, dan mampu memfermentasikan glukosa dan manitol. Aeromonas tersebar luas di lingkungan akuatik terutama di air tawar (Barrow dan Feltham 1993). Bakteri ini merupakan bakteri patogen oportunistik pada ikan, reptil, dan jarang pada mamalia (Quinn et al. 2002). A. hydrophila merupakan bakteri yang sering diisolasi dari anus atau feces T. truncatus yang hidup bebas di daerah pesisir Teluk Mexico dan Samudera Atlantik, serta T. truncatus dan G. melas yang terdampar di daerah timur laut Amerika Serikat dan baratdaya pantai Teluk Florida (Buck et al. 1991; Buck et al. 2006). Pada T. truncatus, A. hydrophila dilaporkan dapat menyebabkan dermatitis ulseratif, pneumonia, dan septikemia (Cusick dan Bullock 1973 dalam Telléz 2010). Thornton et al. (1998) telah mengisolasi Aeromonas spp. pada paru-paru dan hati Z. californianus, P. vitulina, dan M. anguristirostris yang mati selama rehabilitasi di pusat rehabilitasi sepanjang Pantai Tengah California. A. salmonicida dikaitkan dengan furunkulosis pada ikan salmon.
12 20 Gambar 18 Aeromonas sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Edwardsiella tarda Edwardsiella tarda merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang kecil, bersifat motil. Pada uji TSIA didapatkan hasil slant berwarna merah, butt berwarna kuning, dan menghasilkan gas tanpa memproduksi H 2 S. Hasil positif pada uji indol dan negatif pada uji sitrat. Uji fermentasi glukosa, sukrosa, laktosa, manitol, dan maltosa menunjukkan hasil yang positif disertai dengan adanya gas pada tabung Durham. Gambar 19 E. tarda, pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x
13 E. tarda termasuk bakteri patogen oportunistik. Habitat umum bakteri ini adalah di air. Bakteri ini dapat menyebabkan septikemia pada ikan dan dapat menjadi patogen pada Cetacea. T. aduncus yang terinfeksi bakteri ini akan menderita enterokolitis nekrotikan, dan atau septikemia karena mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi. Septikemia dapat berkembang menjadi emboli interstisial yang parah atau bronkointerstisialpneumoni, hepatitis nekrotikan, dan splenitis nekrotikan. Enteritis/kolitis nekrotikan dan hemoragika tersebut mirip dengan yang ditimbulkan oleh infeksi Salmonella. Hewan yang terkena penyakit ini biasanya lemah atau stres (Moeller 2003). E. tarda merupakan bakteri yang bersifat zoonotik. Pada manusia, bakteri ini biasanya menyebabkan diare, gastroenteritis, pada infeksi ekstra intestinal dapat menyebabkan penyakit menyerupai tifoid, peritonitis dengan gejala sepsis dan selulitis. Terkadang abses yang diinduksi oleh E. tarda dapat terlihat di hati (Woo dan Bruno 1999). Moraxella sp. Menurut Biberstein dan Hirsh (1999) Moraxella merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang gemuk, pendek, berukuran 1,0-1,5 µm x 1,5-2,5 µm, sering membentuk diplobasili atau rantai pendek. Pada media TSIA didapatkan slant berwarna merah dan butt tidak berubah warna, tidak menghasilkan gas dan H 2 S. Bakteri ini tidak motil, tidak memfermentasikan karbohidrat, memberikan hasil negatif pada uji indol dan sitrat. Moraxella hidup secara komensal di membran mukosa manusia dan mamalia (Quinn et al. 2004). 21 Gambar 20 Moraxella sp., perwanaan Gram, perbesaran objektif 100x Menurut Quinn et al. (2004), ada 3 spesies Moraxella yang dikenal pada dunia veteriner, yakni M. bovis, M. lacunata, dan M. phenylpyruvica. M. bovis merupakan spesies yang patogen karena dapat menyebabkan infectious bovine keratokonjunctivitis/pink eye pada sapi. M. lacunata pernah diisolasi dari fetus
14 22 kuda abortus, kambing dengan septikemia, viral pneumonia, dan ensefalitis, akan tetapi peran M. lacunata pada penyakit tersebut belum diketahui. M. phenylpyruvica juga belum diketahui patogenitasnya pada hewan. Bakteri ini pernah diperoleh dari saluran pencernaan kambing, saluran urogenital babi, dan saluran urogenital dan otak kambing dan sapi. Pada mamalia laut, belum ada laporan mengenai peran Moraxella dalam suatu penyakit. Higgins (2000) melaporkan Moraxella spp. pernah diisolasi pada integumen bowhead whale (Balaena mysticetus). Penelitian yang dilakukan oleh Vedros et al. (1982) pada C. ursinus liar di Pulau St. Paul juga didapat Moraxella pada limpa, orofaring, rektum, dan hidung. Castro et al. (2005) melaporkan telah mengidentifikasi Moraxella spp. di rongga hidung Z. californianus. Dilihat dari banyaknya Moraxella yang diisolasi dari saluran pernapasan mamalia laut, ada kemungkinan Moraxella merupakan flora normal pada saluran pernapasan mamalia laut. Keberadaannya di saluran pencernaan bisa dari ikan yang dikonsumsi atau memang bakteri ini ada di dalam saluran pencernaan T. aduncus. Listeria sp. Listeria merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan Ziehl-Neelsen bakteri ini berwarna biru, bersifat katalase positif, dan motil. Menurut Quinn et al. (2004) ukuran dari bakteri ini sekitar 0,5-2,0 µm x 0,4-0,5 µm dan bergerak dengan 1-5 flagela peritrichous. Bakteri ini tumbuh baik pada nutrient agar dan agar darah, tetapi tidak dapat tumbuh pada MCA. Gambar 21 Listeria sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Listeria dapat bereplikasi di lingkungan. Distribusi dari bakteri ini sangat luas. Terdapat 3 spesies Listeria yang bersifat patogen, yakni L. monocytogenes, L. ivanovii, dan L. innocua. Diantara ketiga spesies Listeria yang patogen, L. monocytogenes merupakan bakteri patogen yang paling penting karena dapat menyebabkan penyakit listeriosis pada manusia dan berbagai spesies hewan
15 sedangkan L. ivanovii dan L. innocua jarang terlibat dalam penyakit hewan (Quinn et al. 2002). Pada mamalia darat, manifestasi klinis dari L. monocytogenes dapat menyebabkan ensefalitis, aborsi, septikemia, endoptalmitis pada domba, sapi, kambing; L. ivanovii menyebabkan abortus pada domba dan kambing; L. innocua menyebabkan meningoensefalitis pada domba (Quinn et al. 2002). Jeyasekaran et al. (1996) melaporkan mengisolasi Listeria spp. pada ikan-ikan dan moluska yang menjadi bahan baku seafood. Gudbjörnsdóttir et al. (2004) juga melaporkan mengisolasi L. monocytogenes pada daging, unggas, dan bahan baku seafood di negara-negara Nordik. Thornton et al. (1998) untuk pertama kalinya mengisolasi L. ivanovii di lesio okular P. vitulina dan M. anguristirostris. Berdasarkan yang dikemukakan oleh Jeyasekaran et al. (1996) dan Gudbjörnsdóttir et al. (2004), Listeria yang diisolasi pada penelitian ini diperoleh dari pakan lumba-lumba. Bacillus sp. Bacillus sp. merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang dan bersifat motil. Ciri khas dari bakteri ini adalah memiliki endospora sehingga apabila didapat bakteri Gram positif berbentuk batang dan memiliki spora, bakteri tersebut digolongkan sebagai Bacillus. Menurut Quinn et al. (2004) terdapat jenis Bacillus yang tidak motil, yakni B. anthracis dan B. mycoides. Sebagian besar jenis Bacillus bersifat saprofit dan tersebar luas di air, tanah, udara, memiliki tingkat patogenitas yang rendah atau bahkan tidak potensial patogenik. 23 Gambar 22 Bacillus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Berdasarkan penelitian Morris et al. (2011), diketahui bahwa Bacillus sp. merupakan flora normal pada blowhole dan lambung T. truncatus yang hidup bebas di tenggara Amerika Serikat. Keberadaan bakteri ini secara umum terjadi sebagai kontaminan pada media yang digunakan atau kontak tidak langsung dari
16 24 ikan yang dimakan (Geraci et al. 1966; Quinn et al. 2002). EPA (1998) melaporkan B.thuringiensis tidak menunjukkan patogenitas pada hewan laut dan muara, sedangkan pada intervertebrata air menunjukkan toksisitas yang tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian telah diidentifikasi 14 genus bakteri, terdiri dari 12 spesies bakteri Gram negatif dan 7 spesies bakteri Gram positif dari saluran pencernaan T. aduncus yang berada di kawasan konservasi lumba-lumba PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya, Kendal, Jawa Tengah. Bakteri yang paling banyak ditemukan dalam saluran pencernaan T. aduncus adalah Serratia sp. ditemukan pada 10 ekor lumba-lumba dan A. faecalis pada 5 ekor lumbalumba. Serratia sp. dan A. faecalis diduga merupakan flora normal saluran pencernaan T. aduncus. Saran Perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk mengidentifikasi bakteri sampai tingkat spesies dengan memperbanyak jenis uji biokimiawi dan atau menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Selain itu perlu penelitian lain untuk mengidentifikasi mikroorganisme selain bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan T. aduncus atau organ yang lain. DAFTAR PUSTAKA Barrow GI, Feltham RKA, editor Cowan and Steel s Manual for the Identification of Medical Bacteria. Ed ke-3. UK (GB): Cambridge Univ Pr. Bergey DH, Breed RS Identification flow charts Bergey s manual of determinative bacteriology. [30 Maret 2012]. Biberstein EL, Hirsh DC Staphylococci. Di dalam: Hirsh DC, Zee YC, editor. Veterinary Microbiology. USA (US): Blackwell Science. hlm
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Tursiops aduncus yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari perairan laut Indonesia yang dipelihara di kawasan konservasi lumba-lumba Pantai Cahaya Kendal Jawa
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN PENCERNAAN LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL INDO-PASIFIK (Tursiops aduncus) MARLINA INDAH NOVIANTI
i IDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN PENCERNAAN LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL INDO-PASIFIK (Tursiops aduncus) MARLINA INDAH NOVIANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ii PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Positif Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994 Analisis Data Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi T. aduncus
2 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi T. aduncus Menurut Jefferson et al. (2008), klasifikasi T. aduncus adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Animalia Ordo : Cetacea Subordo : Odontoceti
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
11 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan isolasi dan identifikasi bakteri pada saluran reproduksi A. atlas didapatkan hasil seperti tersaji pada Tabel 2 sampai Tabel 7 berikut ini. Tabel 2 Hasil isolasi bakteri
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012 di kawasan konservasi lumba-lumba Pantai Cahaya, Weleri, Kendal, Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Lumba-lumba Hidung Botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus) pada awalnya dikenal dengan nama Delphinus aduncus. Kata Tursiops
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)
TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAKTERI ASAL SALURAN PERNAFASAN ATAS
IDENTIFIKASI BAKTERI ASAL SALURAN PERNAFASAN ATAS (Blowhole) LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL INDO-PASIFIK (Tursiops aduncus) DI KAWASAN KONSERVASI PANTAI CAHAYA KENDAL JAWA TENGAH ELOK PUSPITA RINI B04080190
Lebih terperinciPseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian
6 mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-40 o C, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah
Lebih terperinciPencernaan 1 Dactylogyrus sp. (21) Pseudodactylogyrus sp. (11)
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi cacing parasitic yang ditemukan pada insang dan saluran pencernaan ikan nila BEST mengacu pada Woo (2006), Noga (2000) dan Hoffman (1967), sedangkan identifikasi bakteri
Lebih terperinciCaptive Breeding (Penangkaran) Diana Ismawati Dibyo Mika P
Captive Breeding (Penangkaran) Diana Ismawati 1417021030 Dibyo Mika P 1417021031 I. Mamalia laut di penangkaran Mamalia laut pertama yang ada di penangkaran adalah beruang kutub (Ursus maritimus) dan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. untuk memenuhi hampir semua keperluan zat-zat gizi manusia. Kandungan yang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu dan produk olahannya merupakan pangan asal hewan yang kaya akan zat gizi, seperti protein, lemak, laktosa, mineral dan vitamin yang dibutuhkan untuk memenuhi hampir
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011 hingga bulan Maret 2012 bertempat di Laboratorium Helmintologi Bagian Parasitologi dan Entomologi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik dengan
23 III. METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik dengan melakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis mengetahui pola mikroorganisme
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernikahan dan akan mendapatkan imbalan uang atas jasa tersebut (Manurung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersil Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan suatu pekerjaan dimana seseorang menjual dirinya dengan melakukan hubungan seksual untuk memuaskan kebutuhan seksual
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi yolk sac merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan pada anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Infeksi yolk sac dapat ditemukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 110/Kpts/TN.530/2/2008 Strangles/Mink Horse/Equine Distemper/ Ingus tenang termasuk ke dalam penyakit eksotik yang ada di Indonesia. Berdasarkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat
TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan bagian penting dari sistem usaha tani bagi sebagian petani di Indonesia, bahkan di beberapa negara Asia, dan tersebar luas di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroba terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat sampai pada dasar laut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyuwangi secara astronomis terletak di antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyuwangi secara astronomis terletak di antara 113 53 00 114 38 00 Bujur Timur dan 7 43 00 8 46 00 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi yang mencapai
Lebih terperincidan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat
Lebih terperinciTERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!!
TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!! Di alam ini banyak terdapat banyak mikroba yang hidup dan berkembang biak, baik di udara, di dalam tanah, maupun di air. Nah, salah satu bakteri gram negatif yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme utama penyebab penyakit infeksi (Jawetz et al., 2001). Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi antara lain
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar
Lebih terperincimarcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan
Pada tahun 1950, terjadi kesalahpahaman bahwa bakteri Serratia marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan dan sering digunakan dalam percobaan di sekolah untuk mempelajari jalannya
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari kurun waktu tahun 2001-2005 terdapat 2456 isolat bakteri yang dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin. Bakteri-bakteri gram negatif yang menimbulkan infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Mikroorganisme Patogen Oportunis Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. Mikroorganisme
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang. bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Puskesmas Rowosari Puskesmas Rowosari adalah unit organisasi fungsional yang melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica
Lebih terperinciBAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh
BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai penghasil energi yang digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas demi kelangsungan hidupnya. Ada berbagai jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa adalah monosakarida yang berperan sebagai sumber karbon pada media pertumbuhan mikrobia, yang juga merupakan salah satu produk pertanian yang murah dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari tumbuhan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan produk perikanan untuk kebutuhan domestik maupun ekspor semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan budidaya perikanan dengan intensif (Gardenia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and Solanki, 2011).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi disebabkan oleh bakteri, Virus, jamur, protozoa dan beberapa kelompok minor lain seperti mikoplasma, riketsia dan klamidia. Salah satu penyebab masalah dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat asasi. Bagi setiap negara, masalah kesehatan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan
Lebih terperinciBAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL
BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab VIII yang diberikan pada pertemuan keempat belas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan kaitan materi sebelumnya dengan pengendalian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar
4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Staphylococcus aureus Genus Staphylococcus masuk kedalam bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal, sebagian besar tersusun atas peptidoglikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran umum Rumah Sakit Kusta Donorojo Untuk mengendalikan penyebaran kasus kusta dan membebaskan masyarakat Indonesia dari masalah sosial ekonomi akibat penyakit kusta.
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. sayap (terbang) yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak menggunakan sayap (terbang) yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak menggunakan kakinya. Oleh karenanya daerah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam
4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada
Lebih terperinciEnterobactericeae. Dr Maria Simatupang
Enterobactericeae Dr Maria Simatupang Departemen Mikrobiologi Enterobactericeae Terdiri dari berbagai grup bakteri batang gram negatif, non spora, tumbuh aerobik atau anaerobik fakultatif pada media buatan
Lebih terperinci: Vibrio vulnificus. Klasifikasi
Vibrio vulnificus Vibrio vulnificus merupakan bakteri yang relatif baru dalam identifikasinya sebagai bakteri yang patogen bagi manusia. Bakteri ini ditemukan sebagai patogen di tiram pada tahun1976 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi biasanya disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti bakteri,
Lebih terperinciSKRIPSI. PENGHAMBATAN SABUN MANDI CAIR BERBAHAN AKTIF TRICLOSAN TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DI DAERAH BABARSARI, SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI PENGHAMBATAN SABUN MANDI CAIR BERBAHAN AKTIF TRICLOSAN TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DI DAERAH BABARSARI, SLEMAN, YOGYAKARTA Disusun oleh: Kenny Simon NPM : 060801005 UNIVERSITAS ATMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran
Lebih terperinciBAB 1. Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis yang invasif di Instalasi Perawatan Intensif merupakan salah satu faktor penting yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sidat (Anguilla sp.) atau eel merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena di negara Jepang ikan ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Staphylococcus aureus 1.1. Morfologi Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram terlihat bentuk kokus ukurannya 0.8-1.0 mm dengan diameter 0.7-0.9
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang
Lebih terperincidan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tumbuhan obat dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazilia. Indonesia memiliki berbagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ikan merupakan hal yang sangat dihindari dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi pembudidaya karena ikan yang terinfeksi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Luka 1. Definisi Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Perry,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak dikembangkan penelitian tentang mikroorganisme penghasil antibiotik, salah satunya dari Actinomycetes. Actinomycetes berhabitat di dalam tanah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi Bakteri
8 HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Sampel ditanam ke dalam media aar darah au Blood aar (BA) dan MacConkeyAar denan oresan T dan dimasukkan ke dalam inkubor selama 24 jam denan suhu 37 0 C. Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tonsil merupakan organ tubuh yang berfungsi mencegah masuknya antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang masuk akan dihancurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan yang memberikan gejala seperti gastroenteritis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi terjadi akibat bakteri, virus, parasit, dan jamur (Jawetz et al., 2001) yang masuk ke dalam tubuh inang mengadakan pertumbuhan atau replikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam saluran pencernaan unggas khususnya sekum dan tembolok, terdapat populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri tersebut umumnya bersifat fermentatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas yang menjadi penyebab utama penyakit
Lebih terperinciPATOGENISITAS MIKROORGANISME
PATOGENISITAS MIKROORGANISME PENDAHULUAN Pada dasarnya dari seluruh m.o yg terdapat di alam, hanya sebagian kecil saja yg patogen maupun potensial patogen. Patogen adalah organisme yg menyebabkan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Air Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 atomhidrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen melalui ikatan kovalen tersebut, sebesar 11,02
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil penelitian Setiawan (2006),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri. Ini Gram positif noda dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini ditemukan dalam anggur seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka kejadian penyakit infeksi yangtinggiyang didominasi oleh infeksi saluran nafas dan infeksi saluran cerna,
Lebih terperinciMorfologi dan Taksonomi Escherichia coli
Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Bakteri ini termasuk flora normal tubuh yang berbentuk batang pendek (kokobasil) berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm. Bersifat Gram negatif. E. coli memiliki 150 tipe
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi
Lebih terperinciFLORA NORMAL TUBUH MANUSIA Kuliah Blok 6 (Imunitas dan Infeksi) drg. Sartika Puspita, MDSc
FLORA NORMAL TUBUH MANUSIA Kuliah Blok 6 (Imunitas dan Infeksi) drg. Sartika Puspita, MDSc Flora normal Lingkungan Tubuh Manusia Manfaat mempelajari flora normal tubuh 1. Membantu mengetahui jenis infeksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Campylobacter spp. pada Ayam Umur Satu Hari Penghitungan jumlahcampylobacter spp. pada ayam dilakukan dengan metode most probable number (MPN). Metode ini digunakan jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan penyakit umum yang banyak diderita oleh masyarakat (Nelwan, 2006). Infeksi pada tubuh manusia banyak disebabkan oleh mikroorganisme hidup seperti
Lebih terperinciWaspada penyakit yang menyebar di musim kemarau : Nocardiosis!
Waspada penyakit yang menyebar di musim kemarau : Nocardiosis! Oleh: Cosmas Mora Yudiatmoko (078114050) Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Nocardiosis????, apa itu?? Pertanyaan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme yang terbanyak dalam rongga mulut adalah bakteri. Bakteri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut manusia merupakan habitat aneka ragam mikroorganisme. Mikroorganisme yang terbanyak dalam rongga mulut adalah bakteri. Bakteri yang telah berhasil dideteksi
Lebih terperinciUji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat
3 aseptik lalu diinkubasi selama 36 jam pada suhu 27 C. Setelah terlihat pertumbuhan bakteri, ditetesi lugol di sekitar biakan dan dibiarkan ±5 menit. Pengamatan dilakukan pada bagian berwarna biru dan
Lebih terperinciManfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA
2 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bakteri yang bersifat sebagai flora normal atau berperan sebagai patogen yang terdapat pada saluran reproduksi imago betina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit zoonosa yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil) dengan ujung siku-siku bersifat
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 Bakteri Aerob dan Fakultatif (Brooks, et al., 2004)
LAMPIRAN 1 Bakteri Aerob dan Fakultatif (Brooks, et al., 2004) KOKUS GRAM-POSITIF Katalase-positif Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus sp. Katalase-negatif
Lebih terperinciI S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N
I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah
Lebih terperinci