Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
|
|
- Yuliani Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Dokumen Aturan Bersama ini merupakan tindak lanjut dari dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa Kemasan yang telah dibuat sebelumnya. Aturan-aturan yang ada di masyarakat terkait masalah sosial, ekonomi, lingkungan yang telah dirangkum dan disepakati bersama sesuai dengan kebijakan lokal sebagai tuntutan dalam menata lingkungan, masyarakat dan aktivitasnya. Sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai panduan penataan permukiman Desa Kemasan ke depan, sebagai upaya mewujudkan visi/ cita cita bersama masyarakat Desa Kemasan. Secara garis besar Aturan Bersama bertujuan untuk merangkum dan lebih lanjut melegalkan aturan dalam masyarakat untuk mewujudkan pembangunan Desa Kemasan menuju lingkungan yang hijau, sehat dan menarik. Proses perencanaan yang partisipatif dan baik tidak serta merta menjamin proses pelaksanaan yang baik pula. Tak jarang proses perencanaan yang partisipatif yang sudah dilaksanakan dengan baik hanya berhenti menjadi dokumen yang tidak implementatif/ sulit diterapkan. Hal tersebut sering terjadi karena kegagalan dalam membangun kesepakatan-kesepakatan operasional, termasuk di dalamnya kesepakatan pengorganisasian pengelolaan. Seringkali terjadi, proses perencanaan partisipatif menyepakati pembangunan sebuah jaringan infrastruktur tertentu, misalnya pengadaan air bersih dari sumber mata air terdekat, jalan, jembatan, irigasi dan lain sebagainya. Program tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga hampir tidak ada penolakan terhadap program. Namun pada tataran operasionalisasi ini menemui banyak kendala, diantaranya: - tidak disepakati siapa-siapa yang bertindak sebagai pelaksana pekerjaan tersebut - siapa pihak yang bertugas memonitor proses pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan standar dan mandat yang diinginkan - apa imbal balik yang diberikan oleh pihk yang diuntungkan namun tidak terlibat dalam proses pelaksanaan/ pengadaan - siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kerusakan - darimana dana untuk pemeliharaan dan perbaikan diperoleh, dll Kegagalan membangun kesepakatan ini mampu menimbulkan permasalahan krusial terutama terkait dengan terjaminnya keberlanjutan/ sustainibilitas. Jika kegagalan pengelolaan tersebut terjadi maka akan mengakibatkan penurunan kepercayaan publik/ masyarakat terhadap proses partisipatif yang telah dikembangkan. Faktor penentu keberhasilan adalah kesadaran masyarakat untuk bersama-sama melakukan segala upaya agar tujuan bersama bisa tercapai. Kesadaran inilah yang harus dikedepankan sebelum semua bangunan yang bersifat fisik dibangun agar pada saat dan setelah terbangun bangunanbangunan itu mendapatkan ruh kesadaran masyarakat sehingga bisa berfungsi seperti yang seharusnya. Kesadaran tersebut hanya bisa dibangun diatas kesepakatan bersama. Dengan kesepakatan bersama diharapkan akan tumbuh control social yang kuat dari masyarakat itu sendiri untuk menjaga kesepakatankesepakatan yang telah dibangun bisa dijalankan seluruh warga tanpa kecuali. Bahkan pada akhirnya diharapkan muncul penalty social dari masyarakat yang mampu mengawal kesepakatan menjadi suatu kesadaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka untuk kegiatan pembangunan di Desa Kemasan, Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, disepakati usulan acuan untuk disepakati menjadi Aturan Bersama yaitu sebagai berikut. A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI Banyak rumah yang tidak mendapat akses menuju jalan utama lingkungan maupun jalan penghubung lingkungan dengan baik Kondisi jalan utama lingkungan dan penghubung lingkungan masih banyak yang rusak dan berupa jalan tanah Setiap rumah memperoleh akses menuju jalan lingkungan dengan standar yang ideal Jalan lingkungan maupun penghubung hendaknya sudah berupa jalan perkerasan untuk kemudahan sirkulasi Jaringan jalan wajib dibangun dengan perkerasan, dengan ketentuan : a. Untuk jalan lingkungan dengan lebar antara 3,00 m sampai dengan 5,00 meter b. Untuk jalan setapak dengan lebar 0,80 m 2,00 meter Harus ada ijin lingkungan dari RT maupun RW Setiap pembangunan harus menyisakan 30 % dari luas tanah Setiap mendirikan rumah baru supaya diberi sisa lahan untuk pengembangan jalan (umum/lingkungan) serta adanya ijin lingkungan yang diketahui oleh RT dan RW setempat Melakukan perawatan/ pengelolaan jalan lingkungan dengan memperbaiki kondisi jalan yang rusak oleh swadaya masyarakat Lebar jalan khusus untuk perumahan : a. Jalan utama dengan lebar minimal 10,00 m untuk lingkungan dengan penduduk lebih dari atau sama dengan 300 KK b. Jalan utama dengan lebar minimal 7,00 m untuk lingkungan dengan penduduk kurang dari 101 atau sama dengan 299 KK c. Jalan utama dengan lebar minimal 6,00 m untuk lingkungan dengan
2 penduduk kurang dari 100 KK d. Jalan utama dengan kuldesak lebar minimal 5,00 meter e. Jalan lingkungan dengan lebar minimal 4,00 m dan dapat diakses ke semua lingkungan permukiman serta mobil pemadam kebakaran f. Jalan setapak kolektor dengan lebar minimal 2,00 meter g. Jalan setapak dengan lebar minimal 1,50 meter h. Tidak diperkenankan ada jalan yang mengecil dan atau jalan yang buntu pada satu ruas jalan Penerangan jalan lingkungan masih sangat kurang Saluran drainase yang belum ditata,dan belum tersedia bahkan ada beberapa kondisinya sudah rusak /mampet Banyak air sisa drainase yang tidak dikelola dan hilang ke sungai Penerangan jalan ada setiap titik pada jarak tertentu Setiap perencanaan dan pelaksanaan prasarana listrik untuk lingkungan, harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a. Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Sumber daya PLN atau diusahakan sendiri c. Pada jarak atau tempat tertentu yang dipandang Perlu harus diberik lampu penerangan jalan umum Saluran drainase berupa saluran tertutup dengan plat beton,dan perpipaan Penyediaan saluran pembuangan air limbah meliputi saluran pembuangan air limbah dari kakus, kamar mandi, dapur dan tempat cuci atau pengolahan industri Ketentuan penyediaan saluran pembuangan air limbah adalah : a. air limbah dibuang ke jaringan pembuangan air limbah kota atau bila belum ada dibuang ke tangki septik komunal dengan ukuran minimal daya tampungnya untuk 2 tahun dengan ukuran minimal panjang 5,00 m, lebar 2,5 m dan tinggi 1,8 m b. air limbah untuk kegiatan industri, rumah sakit, catering, bengkel, salon mobil/cuci mobil harus melalui instalasi pengolahan air limbah terlebih dahulu c. air limbah dari tangki septik disalurkan ke sumur peresapan air limbah dengan jarak minimal 10,00 m dari sumur air bersih dengan ukuran minimal panjang 10,00 m, lebar 9,00 m dan tinggi 0,70 m d. air limbah dilarang dibuang ke saluran pembuangan air hujan, parit, sungai, jalan atau ke saluran air hujan kota tanpa ada pengolahan yang lebih baik Penyediaan saluran pembuangan air hujan harus disertai dengan sistem peresapannya. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan secara menyeluruh sehingga dapat mengalirkan air hujan secara lancar dan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Ketentuan perencanaan pembuatan saluran pembuangan air hujan : a. limpasan air hujan dari daerah di atas lingkungan kawasan perencanaan, yaitu daerah yang mempunyai kontur lebih tinggi, harus dibuatkan saluran tersendiri menuju sungai namun tidak merusak lingkungan sungai, saluran irigasi primer, sekunder atau tersier yang tersedia b. dimensi dan kemiringan saluran harus diperhitungkan dapat menampung kapasitas air hujan yang ada c. saluran pembuangan air hujan harus dilengkapi dengan perencanaan resapan air hujan sebagai usaha konservasi air d. 1 (satu) resapan air hujan dengan diameter 0,80 m dan kedalaman 3,00 m minimal untuk setiap 60,00 m2 lahan tertutup e. Kemiringan aliran pada saluran drainase minimal 2% (dua persen), sehingga air dapat meresap ke tanah sebelum melimpah ke sungai, dengan kedalaman minimal 40 cm lebar 30 cm dengan bak kontrol setiap 50, 00 m f. Sebelum masuk ke tempat pembuangan akhir (sungai) harus melalui bak pengendapan terlebih dahulu Jarak antar lampu sebagai penerangan yaitu sekitar 15 m. Tanggung jawab bagi yang ketempatan tiang lampu. Setiap rumah yang di depan ada akses jalan supaya memberikan lampu penerangan. Melakukan pemeliharaan drainase secara rutin agar air limbah maupun air hujan dapat mengalir secara lancar Kerja bakti rutin 1 bulan sekali Masing-masing pemilik lahan yang memiliki saluran drainase wajib merawat saluran yang ada Menjaga dan memelihara saluran drainase di depan rumah masing-masing agar bebas dari sampah dan juga rumput-rumputan Dilarang mendirikan bangunan di atas sungai dan irigasi Membuat lubang biopori masing-masing rumah yang ada Membuat sumur resapan untuk meresapkan air sehingga dapat mengurangi genangan
3 g. Apabila telah ada sistem jaringan pembuangan air hujan kota, maka saluran dapat dihubungkan dengan sistem jaringan tersebut Banyaknya limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai tanpa melalui pengolahan baku mutu lingkungan yang memadai 2. Bantaran Irigasi Masih banyak area bantaran irigasi yang tidak tertata dan ada yang buat buang sampah Penduduk membuang sampah ke badan sungai maupun ke irigasi 3. Penghijauan Lingkungan Di kawasan prioritas tidak semua halaman dimanfaatkan secara produktif untuk penghijauan Terdapat halaman rumah kosong yang dibiarkan apa adanya, tidak dikelola dengan baik B. BANGUNAN 1. Pembangunan Permukiman /Rumah Jarak antar rumah dan jarak rumah dengan jalan kurang dari 1 meter Air limbah rumah tangga harus ditampung pada bak penerima limbah dengan sistem pengolahan sederhana Setiap rumah tangga menggunakan septik tank yang dengan perkerasan untuk penampungan limbah Untuk daerah yang padat penduduknya dibautkan septiktank komunal Bantaran irigasi merupakan tempat mengalirnya debit air yang di gunakan untuk mengaliri pertanian dan sebagian besar untuk menampung air hujan untuk mengurangi resiko genangan sehingga perlu ditata Membuang di tempat sampah yang ditentukan atau dikelola secara terpadu baik untuk sampah organik maupun an-organik. Tidak membuang limbah ke sungai Pembuatan pengelolaan limbah komunal dan septik tank komunal. Pembuatan jamban dengan sistem yang baik Dilarang membangun di bantaran dan di atas irigasi Jarak diatur sesuai aturan pemerintah Dilarang membuang sampah ke sungai maupun bantaran irigasi Halaman dijadikan sebagai lahan produktif yang dapat menambah penghasilan Pemanfataan lahansebagai lahan produktif Pemilik lahan wajib merawat Setiap rumah diharapkan memiliki tanaman hijau untuk membantu sirkulasi Pemanfaatan lahan kosong (pekarangan) serta sebagai jarak penganaman udara Pada sisi luar bangunan harus ada ruang terbuka Jarak ideal antar rumah adalah ketika air dari tritisan tidak jatuh ke lahan milik orang lain Ketentuan kepadatan lingkungan pada fungsi permukiman dan kelompok rumah : a. Perumahan dengan jumlah sampai dengan 50 rumah 1. Prasarana dan sarana lingkungan minimal 30% (tiga puluh persen) dengan ketentuan sebagai berikut : Lebar jalan minimal 4 m, tidak dibuat mengecil atau buntu Open space komunal wajib dialokasikan di lingkungan lokasi tersebut dengan standar 1 kapling menyediakan seluas 5 m 2 dengan luas minimal sama dengan 1 kapling 2. Alokasi untuk kapling maksimal 70% (tujuh puluh persen) 4. Panjang blok bangunan permukiman maksimal 60 m b. Perumahan dengan jumlah antara 51 sampai dengan 200 rumah 1. Prasarana dan sarana lingkungan minimal 35% (tiga puluh lima persen) 2. Alokasi untuk kapling maksimal 65% (enam puluh lima persen) 4. Panjang blok bangunan koppel maksimal 60 m Dilakukan pengawasan teknis atas pelaksanaan sistem perijinan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di lokasi penataan; Setiap orang yang akan mendirikan bangunan maupun rumah wajib mendapatkan informasi mengenai informasi GSB, KDB, KLB dan lainnya Penerapan mekanisme sanksi dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai peraturan Tidak terdapat pengaturan bangunan yang jelas pada kawasan c. Perumahan dan kelompok rumah dengan jumlah lebih dari 200 rumah 1. Prasarana dan sarana lingkungan minimal 40% (empat puluh persen) 2. Alokasi untuk kapling maksimal 60% (enam puluh persen) 4. Panjang blok bangunan koppel maksimal 60 m Tata muka bangunan a. Kavling < 250 m 2 Tidak memerlukan GSB samping dan GSB belakang. Untuk GSB belakang disyaratkan mempunyai ruang untuk sirkulasi udara yang cukup. b. Kavling m 2 Untuk 1 lantai: tidak memerlukan GSB samping, tetapi memerlukan
4 GSB belakang. Bila > 1 lantai: disyaratkan memiliki GSB minimal pada salah satu sisinya. c. Kavling >1000 m 2 Harus memiliki GSB samping dan GSB belakang 2. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Sampah Belum ada pengolahan limbah rumah t dan pengelolaan sampah secara terpadu, sehingga masihangga secara baik dan banyak warga mengelola sampah dengan cara dibakar, di buang di lahan terbuka, atau di buang di sungai Banyak rumah yang sudah memiliki KM tetapi belum memiliki septictank, limbah langsung dibuang ke ruang terbuka, sungai dan saluran air. Septictank yang ada belum memenuhi standart baku penyehatan lingkungan C. BANGUNAN PUBLIK 1. Fasilitas Pendidikan Kegiatan PKBM belum dimanfaatkan secara maksimal mengingat belum tersedianya taman baca,sehingga upaya pengenalan interaksi sosial di usia dini masih kurang 1. Bangunan Perdagangan dan Jasa D. SOSIAL BUDAYA 1. Karakter Sosial Masyarakat E. EKONOMI 1. Pengembangan Potensi Lokal Bangunan perdagangan yang ada sekarang berupa warung-warung atau toko kelontong kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari. Belum ada warung/toko yang menjual hasil industri rumah tangga kawasan. Karakter perilaku sosial masyarakat yang kurang peduli dengan perubahan lingkungan di desa Kemasan Banyak pedagang dari daerah yang berjualan di wilayah kawasan (Pasar Tiban) Potensi lokal belum banyak dikembangkan karena Ketinggian bangunan - Pada kawasan padat/strategis, nilai KLB tinggi (lebih dari 4-lantai 12 lantai) - Pada kawasan dengan kepadatan sedang, nilai KLB sedang (2-4 lantai) - Pada kawasan dengan kepadatan rendah, nilai KLB rendah (antara 1-2 lantai) Lingkungan sehat didukung oleh pengelolaan sampah yang zero waste. Penyediaan tempat pembuangan sampah dilakukan dengan menyediakan tanah sebagai fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (container) Ketentuan penyediaan fasilitas pembuangan sampah khusus untuk perumahan: a. Satu bak sampah untuk setiap rumah tinggal dengan ukuran minimal 0,02 m 3 b. Satu tempat pembuangan sampah sementara (container) untuk setiap 200 KK yang letaknya diusahakan tidak mengganggu penghuni tetapi dapat dijangkau oleh truk pengangkut sampah denah ukuran minimal 2 m 3 c. Untuk jumlah penduduk kurang dari 200 KK menggunakan fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (container) di luar kawasan perumahan sepanjang belum melebihi kapasitas tampung desa tersebut dengan mendapat persetujuan dari lurah desa dengan diketahui Badan Perwakilan Desa d. Pengambilan sampah diatur bersama penghuni dalam kawasan tersebut Pembuangan air kotor yang berasal dari kotoran manusia pada dasarnya dibuang ke septictank dan dengan bentuk lantai dan didnding ruang tidak bocor sehingga meresap ke tanah Taman Bacaan memiliki radius pencapaian 1.000m dan berada di tengah kelompok warga sehingga tidak menyeberang jalan lingkungan (SNI , tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan) Hasil industri rumah tangga masyarakat stempat diharapkan mampu dipasarkan dalam satu area khusus pemasaran Karakter lokal yang guyup, tepo sliro dan pakewuh tetap dijaga sebagai kekayaan aset budaya lokal Untuk limbah rumah tangga yang punya pekarangan diharuskan membuat pupuk organik/ komposter Sampah an organik dikelola oleh pengelolaan sampah mandiri Pengadaan gerobak sampah dan pendistribusian yang diatur berdasarkan kesepakatan tiap basis Pembuatan sistem pengolahan limbah terpadu baik sampah atau limbah rumah tangga dengan metode filtrasi. Pengumpulan sampah dilakukan secara teratur sehingga tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan permukiman Pembuatan Septictank dengan sistem filtrasi jumlah ruang 2 dengan kondisi dinding, lantai dan atap plester. Adanya toleransi warga Desa Kemasan untuk masuk ke SMA Sosialisasi rutin kepada masyarakat Desa Kemasan Keringanan biaya Perlu menambahkan PAUD dimana minimal 2 RT 1 atau penambahantaman Baca Perlu di sosialisasikan Peningkatan ekonomi lokal Bina lingkungan dalam rangka peningkatan ekonomi rumah tangga dalam wadah masyarakat Pertemuan secara rutin Keaktifan antara RT dan RW Keterpihakan kelurahan dengan tokoh masyarakat etnis. Pertemuan RT rutin bagi pendatang baru, kegiatan gotong royong 1 bulan sekali Diadakan pertemuan rutin RT dan RW dalam Skala Desa Adanya tempat yang strategis Perlu adanya pembinaan peraturan. Pendataan home industri Kawasan dapat mandiri dengan memaksimalkan potensi lokal yang ada Setiap warga yang mempunyai potensi yang baik supaya melaporkan ke RT dan
5 2. Sentra Ekonomi dan Industri Rumah Tangga 3. Pemasaran programprogram pembangunan Sumber: Tim Penyusun, 2014 KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI belum adanya identifikasi kebutuhan dan RW pengelolaan yang efektif Tata ruang bangunan perdagangan dan jasa yang Area perdagangan dan jasa ditata dan mampu mendukung keberadaan Setiap warga yang mempunyai potensi yang baik supaya melaporkan ke RT dan RW masih tersebar dan tidak merata permukiman yang ada Bahan baku untuk industri rumah tangga masih mendatangkan dari luar wilayah kawasan sehingga biaya produksi menjadi tinggi Industri rumah tangga yang berjalan masih bergantung pada pemesanan dari konsumen Program-program pembangunan yang telah direncanakan belum memiliki strategi dan jaringan pemasaran yang kuat Industri rumah tangga mampu memaksimalkan SDA lokal yang ada Intensitas produksi harus berkelanjutan dan mampu menghasilkan barang siap pakai dan di pasarkan sendiri Adanya kelembagaan untuk pengelolaan pemasaran dan chanelling dengan para stake holders Pembentukan Koperasi warga Kerja sama dengan pelaku usaha lain Setiap produksi masyarakat harus ada ijin dari Departemen Kesehatan Adanya izin dari Departemen Kesehatan dan royalti
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang
Lebih terperinciB. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA
B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan Rumah yang tidak mendapat akses menuju jalan utama lingkungan maupun jalan penghubung
Lebih terperinciUSULAN ATURAN BERSAMA
PENGANTAR Seringkali proses-proses perencanaan yang partisipatif dan baik tidak serta merta menjamin proses pelaksanaan akan baik pula. Tak jarang proses perencanaan yang baik dan partisipatif berhenti
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA
PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA MENGENAI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DESA DEMANGAN KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH 2014
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN
ATURAN BERSAMA PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (RTPLP) KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN YANG DISEPAKATI
Lebih terperinciruo tar qtu -a Gt i* n c L (E(u xro & o (} td fem T'E cl l- as ff o, ; tj o- Y {,/r} fuffi :s it -, I {} stl (} ra -{t .ts, -{J -6 o, ={E F E 'ci
h ril { fs (, c A, L {t, - t: g tr J 'ci c {E s (t D - I ē G.E G R. 6 q 6 tar G b s -, I c L 5r $ C,I,r-, ff, ; -{t & )c fit {* f'r fin re rft A, (\ Crk (E(u.ts, -{J.t, bs tj - qtu Y {,/r} fuffi -a Gt
Lebih terperinciATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO 1 LEMBAR PENGESAHAN Aturan Bersama Penataan Lingkungan Permukiman Desa Kedungsarimulyo telah dirumuskan secara partisipatif melalui siklus Perencanaan
Lebih terperinciBAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH
1 BAB I PENGANTAR Aturan bersama ini dibuat bersama oleh masyarakat dan pihak kelurahan dan selanjutnya semua pihak meneruskan aturan bersama ini kepada semua elemen masyarakat sehingga bisa diketahui
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Tim Penyusun
KATA PENGANTAR Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan atas perkenannya, telah Kami sepakati Dokumen Aturan Bersama (AB) mengenai Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Desa Kalimango,pada Tahun 2013. Dokumen
Lebih terperinciBab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi
3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai
Lebih terperinciDasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Lebih terperinciBAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten
BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan
Lebih terperinciKONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI
BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil dan pembahasan pada penelitian yang telah dilakukan. Hasil dan pembahasan terdiri dari kondisi infrastruktur pada permukiman
Lebih terperinciAturan Bersama. DOKUMEN ATURAN BERSAMA ( AB ) Kelurahan Karatuang, KEC. Bantaeng, KAB. Bantaeng
1 Aturan Bersama A. Latar Belakang dapat menagntisipasi masalah yang timbul akibat hal tersebut antara lain yaitu dapat dilakukan perencanaan tata ruang wilayah kota maupun desa yang dihasikan mealui prosesl
Lebih terperinciPLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang
Lebih terperinciSOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN
SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN Oleh: Rachmat Mulyana P 062030031 E-mail : rachmatm2003@yahoo.com Abstrak Banjir dan menurunnya permukaan air tanah banyak
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada
Lebih terperinci: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA
Perihal : Permohonan Surat Izin Mendirikan Bangunan Pangkajene Sidenreng,.................... Kepada Yth. Bupati Sidenreng Rappang Cq, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Yang bertandatangan
Lebih terperinciWALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016
WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
Lebih terperincib. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan
Lebih terperinciBAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi
II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciTUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM
BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi
Lebih terperinci: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN KONSERVASI AIR TANAH MELALUI SUMUR RESAPAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Menimbang DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA
BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA 6.1. RENCANA DAN PROGRAM PENGEMBANGAN Pembahasan ini adalah untuk mendapatkan rencana dan program pengembangan kawasan permukiman
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permukiman Kumuh Berdasarkan Dinas Tata Kota DKI tahun 1997 dalam Gusmaini (2012) dikatakan bahwa permukiman kumuh merupakan permukiman berpenghuni padat, kondisi sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi
BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi
Lebih terperinciDOKUMEN ATURAN BERSAMA
DOKUMEN ATURAN BERSAMA MENGENAI TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS ( PLPBK ) DESA JRAKAH, KECAMATAN TAMAN, KABUPATEN PEMALANG - JAWA TENGAH
Lebih terperinciBAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK
BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug
Lebih terperinciA. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya
Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN
BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya
Lebih terperinciBAB IV PANDUAN KONSEP
BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinciPerencanaan rumah maisonet
Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para
Lebih terperinciPenjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV
Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status
Lebih terperinciBAB 4 PENYUSUNAN KONSEP. Hirarki Penyusunan Arahan Perancangan. 4.1 Visi pembangunan
4.1 Visi pembangunan DESIGN POLICY merupakan metoda perancangan tak langsung yang meliputi instrumen peraturan untuk pelaksanaan, atau program investasi dan instrumen lainnya yang menyebabkan rancangan
Lebih terperinciBAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum
Lebih terperinciUMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS
UMY Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS www.umy.ac.id PENDAHULUAN Pada perencanaan sistem sanitasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan dari penghuni dan masyarakat sekitar bangunan khususnya bangunan rumah tinggal, mengenai
Lebih terperinciATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO
ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM - MANDIRI PERKOTAAN PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) TAHUN 2014
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-1- PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciMenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang
BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran
RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan
Lebih terperinciTabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN GELANGGANG FUTSAL UNDIP 5.1 Program Dasar Perencanan 5.1.1 Program Ruang Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan, maka diperoleh hasil besaran ruang
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016
KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun
Lebih terperinci3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing
Lebih terperinciLAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT
LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,
Lebih terperinciBAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK
BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi KawasanPrioritas Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan komprehensif, sehingga upaya penanggulangan
Lebih terperinciStandar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang
Standar Minimal Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar No 1. Kasiba/ Lisiba - Badan Pengelola Kawasan - Rencana terperinci tata ruang - Jumlah ijin lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciInfrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat
Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dan pertumbuhan properti di Yogyakarta semakin pesat dari tahun ke tahun, mengingat kota Yogyakarta dikenal dengan kota pelajar. Hal ini menyebabkan kota
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang lebih cepat seiring dengan berkembangnya kota Perkembangan ini terutama karena lokasinya
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 4.1 Air Limbah Domestik Penetapan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan air limbah domestik dilakukan berdasarkan misi pengembangan sanitasi yang diturunkan
Lebih terperinci1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi
Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.
Lebih terperinciBAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE
BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan
Lebih terperinciSISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Bambang Sudarmanto Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM) Jl. Soekarno-Hatta Semarang Abstrak Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH Diundangkan
Lebih terperinciKETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL
LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu
Lebih terperinciKavling Commercial P R O J E C T KAVLING COMMERCIAL MASTER PLAN
Kavling Commercial COMMERCIAL MASTER PLAN Loading... NO. KAVLING Kavling 1 Kavling 2 Kavling 3 Kavling 5 Kavling 6 Kavling 7 Kavling 8 Kavling 9 Kavling 10 Kavling 11 Kavling 12 Kavling 15 TOTAL LUAS 4.185
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciDeskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah
Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /
Lebih terperinci-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi
-- LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02/PRT/M/206 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH PENETAPAN LOKASI I. Bagan Alir Penetepan
Lebih terperinciBAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa pembangunan di kawasan
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
TRATEGI BAB 4 TRATEGI PENGEMBANGAN trategi pengembangan sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan abupaten untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi
Lebih terperinciPermasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.
A. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) A.1. KERANGKA KERJA LOGIS AIR LIMBAH Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Mendapatkan
Lebih terperinciTata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan
Pt T-22-2000-C PETUNJUK TEKNIS Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH 1 KATA PENGANTAR Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBab 3: Profil Sanitasi Wilayah
Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB 4 TRATEGI PENGEMBANGAN ANITAI trategi pengembangan sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan abupaten untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan terjadi
Lebih terperinciBAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam
Lebih terperinciLingkungan Permukiman
8 Lingkungan Permukiman Lingkungan permukiman adalah lingkungan buatan, bukan lingkungan alami. Lingkungan permukiman merupakan salah satu komponen pembentuk perkampungan / kota. Secara garis besar, lingkungan
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG
KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI
Lebih terperinciJarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah.
3 BIDANG AIR LIMBAH A. Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah NO ACUAN STANDAR EKSISTING 1. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Jarak tangki septik
Lebih terperinciTabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
Tabel 4.1 Tujuan, asaran, dan trategi Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan asaran Indikator trategi Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan, air limbah (1) (2) (3) (4) BABs berkurang hingga
Lebih terperinciBAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.
BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang
Lebih terperinciBAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN
4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam
Lebih terperinciBAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK
BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan
Lebih terperinciEVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA
EVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Lebih terperinci