I. PENGANTAR A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENGANTAR A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 I. PENGANTAR A. Latar Belakang Minyak bumi sebagai sumber energi utama saat ini semakin menipis ketersediaannya sehingga perlu dikembangkan sumber energi alternatif yang bersifat terbarukan. Biodiesel merupakan energi terbarukan yang prospektif karena keunggulannya, yaitu: tidak memerlukan modifikasi mesin diesel, ramah lingkungan karena biodegrable dan tidak beracun, emisi polutan berupa sisa hidrokarbon, CO, CO 2, SO 2, dan jelaga lebih rendah dari pada solar, tidak memperparah efek rumah kaca karena siklus karbon yang terlibat pendek, kandungan energi hampir sama dengan kandungan energi solar, angka cetane lebih tinggi dari pada solar, dan penyimpanan mudah karena titik nyala rendah (Tickell, 2000). Terkait dengan pengembangan dan pemakaian enegi berbasis energi terbarukan, pemerintah telah menyusun blueprint pengelolaan energi nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No K/16/MEM/2004. Di dalam blueprint tersebut Pemerintah telah menetapkan pemakaian biodiesel sebanyak 2% konsumsi solar pada tahun 2010, sebanyak 3% pada tahun 2015 dan 5% pada tahun Pemerintah juga menetapkan kebutuhan biodiesel mencapai kilo Liter (tahun 2010), dan akan ditingkatkan menjadi 1,5 juta kiloliter (tahun 2015) dan 4,7 juta kilo Liter (tahun 2025). Berbagai jenis minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Minyak sawit merupakan salah satu jenis minyak nabati yang melimpah di Indonesia. Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang luas. Bila ditinjau dari produktivitasnya, sejak tahun 2006 Indonesia mengalami peningkatan pesat bahkan mengalahkan produktivitas Malaysia (Suryana et al., 2007). Ketersediaan bahan baku yang melimpah di Indonesia menjamin kelayakan produksi biodiesel berbasis minyak sawit. Pada perkembangan selanjutnya, penggunaan minyak pangan (edible oil) seperti minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel menghadapi tantangan karena 1

2 bersaing dengan kebutuhan konsumsi. Oleh karena itu, perlu dikembangkan pula pembuatan biodiesel dari minyak non pangan seperti minyak jarak pagar (Jatropha curcas L) dan minyak goreng bekas. Sejarah penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar telah dimulai sejak tahun 1900 ketika Rudolf Diesel mendemonstrasikan hasil ciptaannya yang berupa mesin diesel dalam World's Exhibition di Paris (Mittelbach dan Remschmidt, 2004). Dalam prototipe mesin itu, Diesel menggunakan minyak kacang sebagai bahan bakar. Penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar diesel ini berlangsung hingga tahun 1920-an. Akan tetapi, karena pada saat itu bahan bakar minyak bumi masih tersedia melimpah dengan biaya produksi yang murah, maka aplikasi minyak nabati sebagai bahan bakar diesel tidak banyak berkembang. Ketertarikan terhadap bahan bakar berbasis minyak nabati kembali muncul pada tahun 1980 karena adanya kesadaran akan krisis energi dunia akibat langkanya bahan bakar minyak bumi. Pada masa itu pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar telah dilakukan dengan terlebih dahulu mengkonversi minyak nabati menjadi biodiesel. Konversi ini diperlukan karena penggunaan minyak nabati secara langsung (Straight Vegetable Oils atau SVO) sebagai bahan bakar tidak feasible karena viskositas minyak nabati yang terlalu tinggi, yaitu kali viskositas bahan bakar diesel (Mittelbach dan Remschemidt, 2004). Viskositas yang terlalu tinggi ini dapat menimbulkan banyak kerugian pada mesin karena dapat menyebabkan atomisasi bahan bakar yang buruk sehingga menghasilkan pembakaran yang tidak sempurna. Buruknya atomisasi juga berkorelasi langsung dengan daya mesin, dan emisi gas buang. Selain itu, SVO memiliki nilai flash point yang sangat tinggi dan memiliki kecenderungan memicu terjadinya polimerisasi oksidatif dan termal selama penyimpanan maupun pembakaran. Ma dan Hanna (1999) menyatakan bahwa kondisi ini akan menyebabkan terjadinya pembentukan deposit pada saluran injeksi dan piston, serta pengentalan minyak pelumas. Kelemahan yang lain, SVO memiliki nilai asam lemak bebas maupun kandungan gliserol total yang melebihi batasan bahan bakar pada mesin diesel. 2

3 Kadar gliserol bebas dan total yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kerugian pada mesin diesel, yaitu penyumbatan saringan bahan bakar, pengotoran pada injektor bahan bakar, serta pembentukan deposit pada dasar tangki penyimpan bahan bakar (McCormick dan Westbrook, 2007). Untuk mengatasi kendala tersebut, dikembangkan beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk memodifikasi minyak nabati sehingga memiliki karakteristik maupun kinerja yang sesuai dengan standar bahan bakar diesel Mittelbach dan Remschemidt (2004). Ma dan Hanna (1999) memaparkan tiga jenis teknologi yang dapat diaplikasikan untuk tujuan tersebut, yaitu mikroemulsi, pirolisis, dan transesterifikasi. Transesterifikasi adalah reaksi antara trigliserida pada minyak atau lemak dengan alkohol untuk membentuk fatty acid methyl ester (FAME) dan gliserol. Saat ini yang dikenal sebagai biodiesel adalah ester dari minyak yang dihasilkan dengan proses transesterifikasi ini. Transesterifikasi berjalan lambat, maka diperlukan adanya katalis untuk menurunkan energi aktivasi dan mempercepat reaksi. Katalis dapat berupa asam, basa, atau enzim (Kose dan Tuter, 2002). Berdasarkan persyaratan ASTM D 6751, katalis basa sesuai untuk bahan baku minyak nabati yang memiliki bilangan asam maksimal 1 mg KOH/g minyak (Dermibas, 2003). Katalis basa ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan katalis asam dari segi kecepatan, kesempurnaan reaksi, dan tidak memerlukan suhu operasi yang tinggi untuk menjalankan reaksi. Reaksi transesterifikasi trigliserida untuk produksi biodiesel memiliki kelemahan, yaitu tidak cocok untuk diaplikasikan pada bahan baku minyak nabati yang memiliki kandungan free fatty acid (FFA) atau asam lemak bebas yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Freedman et al. (1984) dan Liu (1994), bahan baku minyak atau lemak yang digunakan pada reaksi transesterifikasi berkatalis basa harus memiliki kandungan FFA tidak lebih dari 1%, atau ekuivalen dengan 2 mg KOH/g trigliserida. Jika kandungan FFA melebihi batasan itu, maka akan terjadi reaksi saponifikasi yang mengkonsumsi katalis basa, menurunkan yield dan kecepatan pembentukan FAME, mempersulit pemisahan ester dari gliserol, serta menyebabkan pembentukan emulsi pada saat pencucian produk dengan air (Wright et al., 1944). 3

4 Minyak nabati dengan kandungan FFA rendah umumnya merupakan minyak berkualitas tinggi yang harganya mahal, seperti refined palm oil atau jenis minyak pangan yang lain. Adapun minyak nabati yang berharga murah adalah minyak berkualitas rendah dengan kandungan FFA yang tinggi, seperti crude vegetable oils, minyak goreng bekas, minyak-minyak non pangan, lemak hewani, dan palm fatty acid distillate yang merupakan residu/ hasil samping dari proses rafinasi minyak sawit (Berchman dan Hirata, 2008). Oleh karena itu, jika ingin digunakan bahan baku minyak nabati yang murah namun memiliki kandungan FFA yang tinggi, perlu dilakukan pre-treatment untuk menurunkan kadar FFA dalam minyak. Pre-treatment dilakukan dengan jalan mengubah FFA menjadi metil ester melalui reaksi esterifikasi antara FFA dengan alkohol sehingga dihasilkan metil ester dan air (Aranda et al., 2008). Jika kandungan FFA pada bahan baku minyak sangat tinggi, maka reaksi esterifikasi FFA dapat berperan sebagai reaksi utama dan menjadi rute alternatif dalam proses pembuatan biodiesel. Reaksi esterifikasi dapat dijalankan dengan bantuan katalis asam, baik bersifat homogen maupun heterogen (asam padat). Katalis asam homogen yang banyak digunakan di antaranya adalah asam sulfat, asam fosfat, asam trikloro asetat. Adapun katalis asam heterogen yang banyak dipelajari adalah asam-asam padat seperti polystyrene sulfonic acid resins, nafion silika, zeolit, heteropolyacids dan heteropolyacids yang diembankan pada padatan seperti zirkonium oksida, karbon aktif, dan silika. Katalis heterogen memiliki keunggulan dalam hal kemudahan pemisahan dengan produk, reusability, keamanan bagi lingkungan, dan tidak bersifat korosif (Caetano et al., 2009). Oleh karena itu, pada penelitian ini, dipelajari pula mengenai pembuatan biodiesel melalui reaksi esterifikasi asam lemak bebas dengan katalis asam padat. Pembuatan biodiesel dengan bahan baku minyak nabati berkadar FFA tinggi memiliki nilai ekonomis tinggi karena bahan baku tersebut murah dan tidak dikonsumsi sebagai bahan pangan. Pembuatan biodiesel baik melalui rute transesterifikasi maupun esterifikasi telah dikaji oleh banyak peneliti. Pada awal perkembangannya, proses pembuatan biodiesel banyak dilakukan secara batch. Proses batch bersifat sederhana, tetapi 4

5 hanya cocok untuk skala kecil ( ton biodiesel/tahun). Untuk skala besar/skala industri (lebih besar ton/tahun), proses batch tidak ekonomis, karena keperluan tenaga kerja menjadi lebih banyak dan banyak waktu terhenti di antara satu proses dengan proses berikutnya. Selain itu, proses batch memerlukan reaktor yang berukuran lebih besar daripada reaktor pada proses kontinyu untuk kapasitas produksi yang sama (Thahn et al., 2010). Berbagai jenis reaktor kontinyu telah dikembangkan dan diterapkan untuk proses produksi biodiesel. Behzadi dan Farid (2009) mengembangkan reaktor kontinyu gas-cair, Chen et al. (2010) mempelajari penerapan reaktor rotating packed bed, He et al. (2007) memperkenalkan reaktor kontinyu untuk proses dengan metanol superkritis. Chongkhong et al. (2009) menerapkan continuous stirred tank reactor (CSTR) dan Wen et al. (2009) meneliti penggunaan reaktor zig-zag micro channel. Berdasarkan penelitian tersebut, terbukti bahwa reaktor kontinyu lebih efektif dari pada reaktor batch. Akan tetapi, pada proses kontinyu yang telah dipaparkan di atas, reaktor dirancang terpisah dengan unit-unit pemisah dan pemurnian. Hal ini kurang ekonomis karena memerlukan capital cost, biaya operasi dan energi yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dikembangkan proses produksi biodiesel secara kontinyu yang mengkombinasikan reaktor dan pemisah dalam satu unit. Produksi Biodiesel pada penelitian ini akan dilakukan secara kontinyu menggunakan Reactive Distillation (RD). RD dapat berupa kolom bahan isian maupun kolom bertingkat (tray). RD adalah metode yang menggabungkan proses reaksi dan pemisahan dalam satu unit kolom distilasi (De Garmo dan Pinjala, 1992). Metode ini sesuai untuk diterapkan pada reaksi yang dibatasi oleh keseimbangan termodinamik seperti transesterifikasi dan esterifikasi. Hal ini karena pengambilan salah satu produk secara kontinyu akan menggeser keseimbangan ke arah pembentukan produk (Dimian et al., 2009). Taylor dan Khrisna (2000) menjelaskan bahwa RD mempunyai berbagai keunggulan, yaitu: 1) Pengurangan capital cost karena berkurangnya sistem separasi, pipa, dan instrumentasinya, 2) Dapat menggeser keseimbangan ke arah terbentuknya produk sehingga diperoleh konversi yang lebih tinggi. Konversi yang tinggi 5

6 memberikan implikasi berupa biaya operasi atau biaya per unit massa produk yang lebih murah, 3) Reaksi dan pemisahan berjalan pada satu unit operasi sehingga lebih kompak dibandingkan dengan proses batch, 4) Memungkinkan dilakukannya integrasi panas sehingga lebih hemat energi, 5) Proses berlangsung kontinyu sehingga menghemat waktu dan tenaga untuk operasi, 6) Dapat mencegah terjadinya hot spot karena adanya penguapan cairan yang berfungsi sebagai sirkulasi panas (thermal fly wheel). RD merupakan proses terintegrasi yang kompleks, yang melibatkan transformasi fisis dan kimiawi secara simultan. Untuk dapat merancang kolom RD dengan akurat, maka diperlukan pemahaman yang baik mengenai perilaku dan karakteristik sistem RD, baik dari sisi fundamental maupun aplikasi. Pemahaman yang lebih baik ini dapat dicapai melalui studi komprehensif yang mencakup aspek eksperimental, pemodelan matematis yang tepat, serta simulasi yang handal pada kolom RD (Fernandez et al., 2012; Schenk, 1999). Pada penelitian ini dilakukan pemodelan matematis dan simulasi RD dengan model equilibrium (EQ) dan non-equilibrium (NEQ) dan pendekatan tiga fase. Model EQ digunakan untuk pemodelan RD jenis tray untuk sintesis biodiesel melalui transeterifikasi trigliserida dan melalui esterifikasi asam lemak bebas. Hal ini karena model EQ hanya dapat diaplikasikan apabila kolom yang digunakan adalah jenis tray column. Adapun pendekatan NEQ tiga fase digunakan dalam pemodelan kolom RD jenis bahan isian untuk proses pembuatan biodiesel melalui reaksi esterifikasi asam lemak bebas. Kolom jenis bahan isian merupakan tipe continuous wise column sehingga tidak dapat didekati dengan Model EQ. Model NEQ mengasumsikan bahwa uap dari bagian bawah kolom berkontak dengan cairan yang mengalir dari bagian atas kolom sehingga pendekatan ini sesuai untuk mendeskripsikan fenomena kontak antar fase yang terjadi pada kolom jenis bahan isian. Fenomena ini memungkinkan terjadinya perpindahan massa dan panas pada antarmuka kedua fase tersebut dan pendekatan transfer massa ini menjadi landasan dalam pemodelan. Dengan konsep ini maka model NEQ akan menggambarkan perilaku proses pada distilasi maupun RD dengan lebih realistis karena proses distilasi yang sesungguhnya sangat jarang 6

7 beroperasi pada kondisi keseimbangan (Taylor, 2003). Adapun sistem RD jenis bahan isian untuk pembuatan biodiesel melalui reaksi esterifikasi ini melibatkan empat komponen, yaitu metanol, asam lemak bebas (free fatty acid/ffa), metil ester (biodiesel) dan air. Komponen organik, yaitu FFA dan metil ester, dan komponen polar yaitu air dan metanol akan terdistribusi ke dalam dua fase cair. Dengan demikian, pada sistem ini diasumsikan bahwa sistem yang terlibat dalam proses pada kolom RD akan membentuk tiga fase. Tiga fase tersebut didefinisikan sebagai fase uap, yang hanya mengandung metanol dan air, fase cair alkoholis dengan komponen utama air dan metanol, serta fase organik dengan komponen utama FFA dan biodiesel. Reaksi diasumsikan terjadi pada fase organik. Oleh karena itu, pemodelan RD jenis bahan isian untuk pembuatan biodiesel melalui esterifikasi asam lemak bebas didekati dengan Model NEQ tiga fase. Untuk mendapatkan perancangan RD yang optimal, perlu dilakukan analisis termodinamika pada sistem RD yang berguna untuk mengevaluasi utilisasi energi, mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi pada sistem. Analisis termodinamika pada suatu proses atau sistem dapat dilakukan diberdasarkan hukum pertama (analisis energi) atau hukum kedua termodinamika (analisis eksergi). Analisis energi terbukti hanya bisa memberikan informasi mengenai kuantitas energi, namun kualitas energi yang ada pada sumber maupun penerima panas tidak dapat dianalisis. Oleh karena itu, agar lebih akurat, perlu dilakukan analisis eksergi, yang menyediakan metode analisis termodinamika yang berbasis pada kuantitas dan kualitas energi (Ishida, 2002). Dewasa ini, analisis eksergi dilakukan berdasarkan kombinasi prinsipprinsip konservasi massa dan energi (hukum pertama) dan hukum kedua termodinamika atau disebut sebagai analisis eksergi (Ranjan dan Kaushik, 2013). Analisis eksergi pada RD dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengetahui lokasi dan penyebab, serta menghitung jumlah atau kecepatan kehilangan kerja (exergy loss) pada suatu sistem atau unit proses. Analisis exergy loss pada kolom distilasi akan memberikan pemahaman yang baik dan persepsi yang komprehensif mengenai perilaku termodinamis kolom sebagai landasan untuk merancang sistem distilasi dengan lebih baik dan optimum. Informasi 7

8 mengenai profil eksergi pada RD sangat bermanfaat untuk mengetahui kualitas energi pada proses, serta kuantitas dan lokasi inefisiensi. Hal ini menjadi dasar untuk menyusun strategi peningkatan kinerja maupun efisiensi energi pada sistem RD untuk produksi biodiesel. Dewasa ini, penyajian profil exergy loss pada kolom dalam bentuk grafis lebih disukai karena akan memberikan informasi secara visual dengan lebih jelas (Taprap dan Ishida, 1996). Oleh karena itu, pada penelitian ini dikembangkan metode baru untuk analisis eksergi pada kolom RD jenis bahan isian secara grafis dengan menggunakan diagram Ex-N-A. Metode grafis diagram Ex-N-A ini sederhana namun merupakan metode yang handal untuk digunakan dalam analisis eksergi dalam kolom RD. Metode Ex-N-A dapat mengevaluasi karakteristik eksergi pada tiap inkremen kolom, yang meliputi exergy loss (EXL) karena perubahan suhu, fase, pencampuran pada fase cair dan uap, serta reaksi kimia. EXL pada reboiler dan kondensor juga dapat diketahui dengan menggunakan metode ini. Pada analisis ini dilakukan juga pengujian terhadap parameter utama yang berpengaruh, yaitu pengaruh rasio molar reaktan dan tinggi kolom bahan isian terhadap konversi dan EXL pada tiap inkremen di dalam kolom. Analisis eksergi dengan metode grafis Ex-N-A Diagram bermanfaat untuk mengidentifikasi lokasi dan sumber ketidakefisienan proses yaitu dengan jalan menyajikan profil exergy loss pada kolom yang meliputi EXL karena reaksi kimia maupun karena proses-proses fisis pada tiap inkremen. Dengan demikian, analisis eksergi ini berperan penting dalam perancangan, pengembangan, dan optimisasi RD yang efisien dan sebagai upaya dalam konteks managemen eksergi (Budiman dan Ishida, 2004). B. Keaslian Penelitian tentang pengembangan proses RD untuk produksi biodiesel secara kontinyu yang disertai dengan pemodelan matematis RD dan analisis termodinamikanya belum banyak dilakukan. Ditinjau dari pemodelan RD yang disusun, penelitian ini memiliki kebaruan yaitu menggunakan NEQ model dengan pendekatan tiga fase untuk RD berjenis bahan isian. Penelitian mengenai 8

9 pemodelan dan simulasi RD umumnya menggunakan equilibrium model (EQ), sebagaimana yang dilakukan oleh Radulesce et al. (2009), Omota et al. (2003), dan Peng et. al (2002). Beberapa peneliti menerapkan model NEQ untuk RD, namun tidak menggunakan pendekatan tiga fase (Fernandez et al., 2013; Rouzineau et al., 2005). Adapun model NEQ tiga fase baru diterapkan untuk proses distilasi yang tidak melibatkan reaksi pada kolom distilasi (Higler et al., 2004; Lao dan Taylor, 1994). Sejauh ini model NEQ dengan pendekatan tiga fase untuk RD jenis bahan isian untuk pembuatan biodiesel belum pernah dilakukan. Ditinjau dari sisi analisis termodinamika yang dilakukan, penelitian ini juga memiliki unsur keaslian yakni dalam hal pengembangan metode baru analis eksergi, yang disebut sebagai metode grafis dengan diagram Ex-N-A. Metode untuk analisis eksergi yang pernah dilaporkan dalam literatur untuk sistem distilasi dan RD adalah Carnot factor-specific enthalpy diagram, Column grand composite curve (CGCC), Energy Utilization Diagram (EUD), Integrated Energy Utilization Diagram (IEUD), dan Material-Utilization Diagram (Le Goff et al., 1996; Dhole dan Linnhoff, 1993; Taprap dan Ishida, 1996, Budiman dan Ishida, 1998, dan Budiman and Ishida, 2004; Almeida-Rivera, 2005; Cossio-Vargas et al., 2011; Nguyen dan Demirel, 2011). Metode yang telah ada belum dapat mengungkap karakteristik eksergi dan fenomena internal pada secara inkremental dengan terperinci namun sederhana pada sistem RD jenis bahan isian untuk pembuatan biodiesel ini. Oleh karena itu, dikembangkan metode grafis Ex-N-A yang belum pernah ada sebelumnya. Metode grafis diagram Ex-N-A dibuat dengan jalan menyusun profil eksergi-tinggi kolom-level energi (A) dalam satu diagram. Metode grafis diagram Ex-N-A ini dirancang untuk dapat menampilkan EXL dari semua subproses yang ada pada kolom secara inkremental dengan sederhana, kompak dan mudah dipahami. Seluruh EXL subproses yang terjadi pada setiap inkremen dalam kolom RD, yaitu EXL karena pencampuran pada fase cair dan gas, EXL karena perbedaan suhu pada fase cair dan gas, EXL karena perubahan fase tiap komponen (metanol dan air), serta EXL karena reaksi kimia, dapat disajikan dengan jelas dan sederhana pada satu diagram meskipun terjadi kondisi yang 9

10 menyebabkan EXL dari salah satu subproses sangat besar nilainya dibandingkan dengan nilai EXL subproses yang lain. Analisis termodinamika pada RD dengan metode grafis diagram Ex-N-A ini dapat menampilkan profil exergy loss pada kolom RD secara terperinci sehingga sangat penting untuk mengetahui lokasi yang memiliki tingkat efisiensi energi yang rendah berserta kuantitasnya. Profil exergy loss (EXL) ini dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun strategi dalam optimisasi perancangan proses dan untuk meningkatkan efisiensi proses. C. Manfaat Penelitian 1. Untuk Pembangunan Negara a. Mendapatkan informasi tentang teknologi baru untuk pembuatan biodiesel secara kontinyu, yaitu proses Reactive Distillation (RD) yang dapat dikembangkan di Indonesia pada skala industri. b. Biodiesel merupakan sumber energi terbarukan sehingga pemanfaatannya dalam jangka panjang diharapkan dapat mengurangi konsumsi dan ketergantungan terhadap bahan bakar fossil, khususnya solar. Dengan demikian, penelitian tentang produksi biodiesel dapat dikembangkan secara nyata untuk membantu mengatasi krisis energi di Indonesia, mendukung program diversifikasi energi serta upaya menjaga ketahanan cadangan energi nasional. c. Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena bersifat biodegradable, tidak beracun, dan emisi polutan lebih rendah dari pada solar. Oleh karena itu, pemakaian biodiesel sebagai pengganti atau pun substitusi bahan bakar solar akan mengurangi dampak buruk emisi kendaraan bermotor terhadap lingkungan. d. Memberikan informasi mengenai potensi sumber daya alam indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi biodiesel, khususnya sumber minyak nabati non-pangan yang berharga murah dan berlimpah di Indonesia. e. Analisis termodinamika pada RD menjadi dasar untuk membangun industri biodiesel berbasis teknologi RD yang efisien dan hemat energi. 10

11 f. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong penggunaan Biodiesel produksi dalam negeri sebagai bahan bakar untuk sektor transportasi, industri dan pembangkit listrik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pembangunan, dan kepedulian lingkungan 2. Untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi a. Memberikan informasi mengenai pengaruh parameter utama RD, yaitu perbandingan reaktan, tinggi zona reaksi, jenis minyak, dan jumlah katalis, terhadap kinerja RD dan yield biodiesel yang diperoleh. b. Mengetahui karakteristik biodiesel yang dihasilkan melalui proses RD. c. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam hal pemodelan matematis RD yang tepat, sehingga bermanfaat untuk perancangan dan memprediksi unjuk kerja kolom RD untuk produksi biodiesel serta dapat digunakan sebagai landasan untuk scale-up pada proses produksi skala besar/ industri. d. Simulasi RD dengan engineering software ASPEN maupun simulasi menggunakan MATLAB berdasarkan model yang disusun dapat memberikan gambaran mengenai konfigurasi RD untuk produksi biodiesel yang optimal. e. Dilakukannya analisis termodinamika RD untuk produksi biodiesel pada penelitian ini, atau disebut sebagai analisis eksergi, akan bermanfaat untuk perancangan proses, yaitu: 1) menentukan kualitas energi, 2) menentukan jumlah dan lokasi energi yang hilang dalam proses, 3) menjadi landasan untuk merancang RD yang optimal, efisien, dan hemat energi, serta 4) mendorong strategi yang baik untuk meningkatan efisiensi energi pada proses. D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksperimen dan mengembangkan model serta simulasi kolom RD untuk produksi biodiesel secara kontinyu serta analisis termodinamikanya. Pembuatan biodiesel pada penelitian ini dilakukan melalui dua rute. Untuk bahan baku yang mengandung asam lemak 11

12 bebas rendah, pembuatan biodiesel dilakukan melalui jalur transesterifikasi minyak nabati (trigliserida). Adapun untuk bahan baku yang memiliki kadar asam lemak bebas yang tinggi, maka digunakan rute esterifikasi asam lemak bebas pada minyak nabati. Pada penelitian ini dikembangkan pula dua model matematis RD yang berbeda. Model equilibrium (EQ) digunakan sebagai dasar pemodelan RD jenis kolom tray untuk reaksi transesterifikasi trigliserida pada minyak nabati dan reaksi esterifikasi asam lemak bebas. Adapun model non equilibrium (NEQ) tiga fase digunakan sebagai pendekatan dalam pemodelan RD jenis bahan isian untuk reaksi esterifikasi asam lemak bebas pada minyak nabati. Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan data eksperimen pembuatan biodiesel dengan proses RD untuk mendukung simulasi dan optimisasi proses. 2. Mengembangkan model matematis RD untuk produksi biodiesel dengan model equilibrium (EQ) maupun nonequilibrium (NEQ) tiga fase. Model matematis yang disusun digunakan untuk menjalankan simulasi RD sehingga dapat diperoleh pemahaman yang baik mengenai RD yang bermanfaat untuk perancangan proses. 3. Melakukan analisis termodinamika pada RD untuk produksi biodiesel melalui esterifikasi asam lemak bebas dengan kolom RD jenis bahan isian. Analisis termodinamika dilakukan melalui analisis eksergi dengan metode grafis diagram Ex-N-A untuk menampilkan profil exergy loss pada kolom secara terperinci. Analisis ini secara detail mengungkap kehilangan eksergi (EXL) untuk semua subproses RD pada tiap inkremen kolom serta pada kondensor dan pada satu diagram yang sederhana, kompak, dan mudah dipahami. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan dalam perancangan kolom RD untuk produksi biodiesel secara kontinyu yang optimum dan efisien untuk skala kecil maupun industri. 12

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Studi eksperimental pembuatan biodiesel dengan Reactive Distillation melalui rute transesterifikasi trigliserida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, aktivitas industri, PLTD, aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah cadangan minyak bumi dunia semakin menipis. Sampai akhir tahun 2013, cadangan minyak bumi dunia tercatat pada nilai 1687,9 miliar barel. Jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dihindari ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu bangsa di masa sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada beberapa dekade terakhir ini, konsumsi bahan bakar fosil seperti minyak bumi terus mengalami kenaikan. Hal itu dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin berkurang. Keadaan ini bisa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di sisi lain ketersediaan bahan bakar minyak bumi dalam negeri semakin hari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang berimbas pada kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Silika merupakan unsur kedua terbesar pada lapisan kerak bumi setelah oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai dari jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR Galih Prasiwanto 1), Yudi Armansyah 2) 1. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahan bakar minyak bumi merupakan sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara. Tingkat kebutuhan manusia akan bahan bakar seiring meningkatnya

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST. MT. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA. Safetyllah Jatranti 2310100001 Fatih Ridho

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II) LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II) PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI Oleh : Dr. Kusmiyati, MT Dibiayai Direktorat Penelitian Dan Pengabdian

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi utama pelumas (oli) adalah mencegah terjadinya friksi dan keausan (wear) antara dua bidang atau permukaan yang bersinggungan, memperpanjang usia pakai mesin, dan fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada sampel CPO {Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP. Laporan Tesis PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED Oleh : Yanatra NRP. 2309201015 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. HM. Rachimoellah, Dipl. EST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F34103041 2007 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Achmad Hambali NIM: 12 644 024 JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak sawit mentah mempunyai nilai koefisien viskositas yang tinggi (sekitar 11-17 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel), sehingga tidak dapat langsung digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI Oleh: Kusmiyati, ST, MT, PhD DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa cadangan sumber energi fosil dunia sudah semakin menipis. Hal ini dapat berakibat pada krisis energi yang akan menyebabkan terganggunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Indonesia mulai tahun 2007 dicatat sebagai produsen minyak nabati terbesar di dunia, mengungguli Malaysia, dengan proyeksi produksi minimal 17 juta ton/tahun di areal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Meningkatnya populasi manusia di bumi mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin meningkat pula. Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang untuk produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data statistik menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat diperbarui, oleh sebab itu persediaan bahan bakar fosil di bumi semakin menipis dan apabila digunakan

Lebih terperinci

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Dipresentasikan oleh : 1. Jaharani (2310100061) 2. Nasichah (2310100120) Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di

I. PENDAHULUAN. Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di seluruh dunia jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Tetapi saat ini dunia mengalami krisis

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan energi global sedang meningkat sebagai hasil dari prtumbuhan dari populasi, industri serta peningkatan penggunaan alat transportasi [1], Bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel dapat dibuat dengan empat cara utama, yaitu secara langsung dengan pencampuran, mikroemulsi, pirolisis dan transesterifikasi. Metode yang paling umum digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan bakar di Indonesia setiap tahun meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi bahan bakar tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan untuk mengatasi masalah kekurangan sumber energi akibat cadangan sumber energi fosil yang semakin

Lebih terperinci

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari,Nani Wahyuni Dosen Tetap Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

MODIFIKASI PROSES IN-SITU DUA TAHAP UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI LOGO

MODIFIKASI PROSES IN-SITU DUA TAHAP UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI LOGO MODIFIKASI PROSES IN-SITU DUA TAHAP UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI LOGO LABORATORIUM BIOMASSA DAN KONVERSI ENERGI, JURUSAN TEKNIK KIMIA FTI-ITS OUTLINE 1 2 3 4 5 LATAR BELAKANG Harga BBM meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Industri Kimia Banyak proses kimia yang melibatkan larutan homogen untuk meningkatkan laju reaksi. Namun, sebagian besar pelarut yang digunakan untuk reaksi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Para ilmuwan telah mengamati kadar karbon dioksida di udara mengalami peningkatan secara signifikan semenjak satu abad yang lalu dibandingkan dengan zaman pra-industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA Oleh : M Isa Anshary 2309 106

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya sedangkan tingkat konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun.

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan emulsifier dalam makanan dan minuman serta produk perawatan tubuh akan meningkatkan penggunaan emulsifier

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T. ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angkutan transportasi berbahan bakar minyak dan mesin industri yang menggunakan

Lebih terperinci

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. SKRIPSI/TUGAS AKHIR APLIKASI BAHAN BAKAR BIODIESEL M20 DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS 0,25% NaOH PADA MOTOR DIESEL S-111O Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan Pembimbing : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh:

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh: PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR Oleh: 1. Abdul Nasir Arifin (0431010120) 2. Agung Budiono (0431010134) JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang 2

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang 2 SINTESIS FATTY ACID METHYL ESTHER DARI MINYAK BIJI MAHONI (SWIETENIA MACROPHYLLA, KING) DAN UJI PERFORMANCE-NYA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PADA MESIN DIESEL Sri Mursiti 1, Ratna Dewi Kusumaningtyas

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewable disebabkan dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Saat

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Kimia Oleh : ENY PURWATI

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%)

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Bahan bakar minyak berbasis fosil seperti solar, premium (bensin), premix dan minyak tanah sangat memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi nasional antara

Lebih terperinci

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas BAB II PUSTAKA PENDUKUNG 2.1 Bahan Bakar Nabati Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas mengarah kepada penggunaan energi asal tanaman. Energi asal tanaman ini disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan penduduk di dunia. Sumber energi utama yang digunakan sebagian besar bersumber dari fosil antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi penduduk di seluruh dunia semakin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Oleh karena itu banyak negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) Pohon kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika Barat. Kelapa sawit memiliki Penggunaan sebagai makanan dan obatobatan. Minyak sawit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai solusi. Pada umumnya sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai solusi. Pada umumnya sumber energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perindustrian di Indonesia akan menyebabkan kebutuhan bahan bakar fosil yang semakin meningkat sehingga dibutuhkan bahan bakar alternatif lain yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kehidupan manusia yang mana merupakan kunci utama dalam berbagai sektor ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Energi merupakan salah satu kebutuhan wajib bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi plastik tahun 2009 hingga tahun 2010 di seluruh dunia meningkat dari 15 juta ton hingga mencapai 265 juta ton, hal ini menegaskan kecenderungan jangka panjang

Lebih terperinci

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP Eka Kurniasih Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe Email: echakurniasih@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang banyak digunakan berbagai negara didunia pada saat ini. Kebutuhan bahan bakar selalu meningkat, seiring dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011 79 Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Wara Dyah Pita Rengga & Wenny Istiani Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) Dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa L)

BAB I PENDAHULUAN. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) Dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa L) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat terhadap BBM terus

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Alat Penukar Panas Alat penukar panas yang dirancang merupakan tipe pipa ganda dengan arah aliran fluida berlawanan. Alat penukar panas difungsikan sebagai pengganti peran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Bahan Baku Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan cocodiesel, minyak kelapa terlebih dahulu dianalisa. Adapun hasil analisa beberapa karakteristik minyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Krisis energi dan lingkungan akhir akhir ini menjadi isu global. Pembakaran BBM menghasilkan pencemaran lingkungan dan CO 2 yang mengakibatkan pemanasan global. Pemanasan

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis Ardago Lengga Muda Siregar 1, Idral 2, Zultiniar 2 1 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan penting bagi kehidupan manusia. Saat ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari fosil, namun

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG Yuli Ristianingsih, Nurul Hidayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan primer kehidupan masyarakat maupun bagi perkembangan menyeluruh suatu bangsa. Khususnya di Indonesia, meningkatnya

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS Skripsi TK - 091383 PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS Oleh : SUHADAK NASRULLAH NRP. 2311 105 002 ALFIN BARIK NRP. 2311 105 003 Dosen Pembimbing : Siti Zullaikah, ST. MT.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75. A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR Saat ini Asia Tenggara adalah produsen biodiesel terbesar di Asia dengan total produksi 1.455 juta liter per tahun. Hal ini didukung dengan ketersediaan tanaman kelapa,

Lebih terperinci

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri atas mono-alkil ester dari fatty acid rantai panjang, yang diperoleh dari minyak tumbuhan atau lemak binatang (Soerawidjaja,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 9 PENDAHULUAN Departemen Energi Amerika Serikat dalam International Energy utlook 2005 memperkirakan konsumsi energi dunia akan meningkat sebanyak 57% dari tahun 2002 hingga 2025. Di lain pihak, persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, pengembangan wilayah, dan pembangunan dari tahun ke tahun. Selama

Lebih terperinci