HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK SWASTA MEDAN AREA 1 MEDAN TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK SWASTA MEDAN AREA 1 MEDAN TAHUN"

Transkripsi

1 Jurnal Maternal Dan Neonatal, 2/2 26, Hal - HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK SWASTA MEDAN AREA MEDAN TAHUN 26 Minarlin Staf Pengajar STIKes Flora, Medan Minarlin@gmail.com ABSTRACT The rapid development of technology, developed also involved the development of youth in Indonesia, with the rapid growth of internet technologies that easily access the latest information. There are things that lead to positive and also to the negative, the negative impact can be free sex. This study aimed to the relationship between knowledge and attitudes of adolescents with sexual behavior bebasdi Private Vocational School Field Field Area The designused inthis studyisthe correlation. Totalpopulationnumber of2studentswith a sample of6people. The instrument usedin this studyis to testthe validityandreliability test. Methods ofdata analysisusingthe chi-square test with9% degree ofconfidence. The results showed that the majority of adolescent knowledge about sex quite as many as 2 people (36.%), the majority positive in 39 (.%), and the good behavior of free sex as many as 2 people (6.%). There is a relationship between knowledge and attitudes of adolescents with sex behavior in vocational Private Medan Medan Area For students expect students to seek understanding religious level, by finding good information is accurate and can pick a good friend. For Institutional Schools are expected to optimize the role of teachers and teacher BK as a place for religious counseling and consideration Keyword :Knowledge, Attitude, Behaviour, Free sex PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah mengakses informasiinformasi terbaru. Ada yang menjurus ke hal positif dan juga ke hal yang negatif, dampak negatifnya dapat berupa seks bebas. Di kalangan remaja, seks bebas telah banyak dilakukan oleh remaja. Berdasarkan survei SKRRI 22 beberapa perilaku berpacaran remaja yang belum menikah sangat mengkhawatirkan, sebanyak 29,% remaja pria dan 6,2% remaja wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya sebanyak,% remaja laki-laki dan 29,3% remaja wanita pernah bercimuan bibir. Sebanyak 9,6% remaja pria dan,6% remaja wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya. Bahkan dalam survei tersebut umur berpacaran untuk pertama kali paling banyak adalah - tahun, yakni pada,3% remaja pria dan,% remaja wanita. Dari seluruh usia yang disurvei yakni -2 tahun, Cuma,% yang mengaku belum pernah berpacaran sama sekali. Kesehatan Reproduksi Remaja (SKKRI) menunjukkan bahwa Jurnal Maternal Dan Neonatal Desember 26 I Vol. I No.2

2 9 2% perempuan dan 2% laki-laki tidak mengetahui tanda perubahan fisik apapun dari lawan jenisnya. Kurangnya pengetahuan tentang biologi dasar pada remaja mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan tubuh mereka termasuk perilaku seks bebas dan cara menghindarinya (Pinem, 29). Masa remaja adalah masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi. Masa remaja disebut juga sebagai massa pubertas merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis (Pinem, 29). Dampak-dampak negatif dari seks bebas ini yang paling meresahkan masyarakat salah satunya adalah penyakit menular seksual.jumlah kasus penyakit menular seksual dari tahun ke tahun terus meningkat terutama HIV/AIDS.Menurut WHO (2) jumlah penderita HIV/AIDS di dunia ada sebanyak dan di Asia ada sebanyak.9. kasus. Di Indonesia menurut perkiraan Departemen Kesehatan Repubilk Indonesia (Depkes RI, 22) penderita HIV/AIDS ada sebanyak. dan pada 26 naik menjadi 93. kasus. Hubungan seks sebelum nikah mengakibatkan remaja rentan terhadap risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS, sifilis, gonorhea, dan penyakit menular lainnya. Dampak negatif lain yang menjadi masalah adalah banyaknya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan terutama kehamilan diluar nikah. Kehamilan yang tidak diinginkan ini memicu tingginya angka kejadian aborsi di Indonesia. Menurut Budi Utomo dalam Pinem, 29 menjelaskan bahwa perkiraan angka Nasional kejadian aborsi sebanyak.92. kasus atau sekitar 2 juta kasus pertahun perempuan usia -9 tahun. Ini berarti 3 aborsi per perempuan. Sebanyak 66% perempuan dan 6% lakilaki tidak mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS) selain HIV/AIDS. Perempuan yang mengetahui PMS 6% menyebut sifilis dan 2% menyebut gonorhea. Laki-laki lebih banyak menyebut sifilis 6% dan kencing nanah 2% (Pinem, 29). Setelah peneliti melakukan survei terhadap orang siswa di SMK Swasta Medan Area Medan tahun 2 terdapat 3 orang siswa yang memiliki pengetahuan dan informasi tentang perilaku seks bebas dan orang siswa mengatakan tidak mengetahui tentang perilaku seks bebas dan tidak pernah mendapatkan informasi mengenai pendidikan seks dan mereka mengatakan tabu untuk membicarakan hal tersebut tentang perilaku seks bebas. Mereka mengatakan hanya mengetahui organ reproduksi wanita dan pria dari pelajaran disekolah. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja dengan Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja dengan perilaku seks bebasdi SMK Swasta Medan Area Medan? Tujuan Penelitian. Untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa tentang seks bebas di SMK Swasta Medan Arean Medan. 2. Untuk mengidentifikasi sikap siswa tentang seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. 3. Untuk mengidentifikasi perilaku siswa tentang seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan.. Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan perilaku seks bebas.. Untuk mengidentifikasi hubungan sikap dengan perilaku seks bebas. Desember 26 I Vol. I No.2

3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi sekolah untuk memberikan pengetahuan seksual pranikah remaja dalam kaitannya dengan pembentukan sikap seksual pranikah remaja. METODE PENELITIAN Variabel pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pernyataan tertutup dengan menggunakan Skala guttman, yaitu benar,salah, tidak tahu. Diberi skor untuk jawaban benar, skor untuk jawaban salah, dan skor untuk jawaban tidak tahu. Total skor pengetahuan tertinggi adalah dan terendah adalah. Menurut Notoadmodjo (29) hasil pengukuran dari variabel pengetahuan dikategorikan sebagai berikut : a. Baik, bila nilai responden > 6 - % dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan skor - b. Cukup, bila nilai responden - % dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan skor - c. Kurang, bila nilai responden < % dari total nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan skor - Menurut Hasan (2) kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat perilaku responden dengan kriteria sebagai berikut : a. Baik % dengan skor nilai 2- b.tidak baik < % dengan skor nilai - 2(Hasan, 2). HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa Univariat Dalam penelitian ini responden adalah remaja di di SMK Swasta Medan Area Medan.Deskripsi karakteristik responden terdiri dari umur dan jenis kelamin. Setelah data dikumpulkan kemudian di analisa dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, seperti di bawah ini : Tabel. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, dan Pendidikan orangtua No. Karakteristik n Persentase Umur 6 2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 3 Pendidikan SD SLTP SMA D3/PT Pekerjaan PNS / Pensiunan Pegawai Swasta Wiraswasta ,,9 9, 2,6,,, 6,6 22,, 2,6 6,6 Total 6 6 Desember 26 I Vol. I No.2

4 Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden berusia tahun sebanyak 3 orang (,9%) dan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu 39 orang (,%), mayoritas pendidikan orangtua tamat SMA yaitu 6 orang (6,6%) dan mayoritas pekerjaan orangtua adalah wiraswasta sebanyak 6 orang (6,6%). Tabel.2 Distribusi Indikator Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan No. Pertanyaan Pengetahuan Benar n % Salah n % Mengetahui pengertian seks Mengetahui seks boleh dilakukan remaja sebagai ekspresi cinta Mengetahui seks boleh dilakukan yang penting tidak menyebabkan kehamilan Mengetahui Kissing adalah ciuman yang dilakukan dengan pasangan lawan jenis. Mengetahui Necking adalah perilaku seks yang dilakukan dengan cara berpelukan, memegang payudara Mengetahui Necking(berpelukpelukan) boleh dilakukan oleh remaja terhadap pacarnya karena bukan merupakan bentuk perilaku seks bebas Mengetahui Petting(saling menempelkan alat kelamin) boleh dilakukan oleh pasangan remaja karena bukan termasuk perilaku seks bebas Mengetahui Intercourse(bersenggama) merupakan hubungan seks yang dilakukan melalui kontak alat kelamin Mengetahui Seks bebas dilakukan biasanya di dorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui Mengetahui Perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, dengan pacar bukan salah satu bentuk perilaku seksual bebas Mengetahui Kehamilan baru terjadi jika hubungan seks dilakukan lebih 69,2 6, 2 36, 3, 36 2,9 3,, 3 63,3 69, 3, 29 2,6 2 3, 2 3,2 3 63,2 33,6 32, 3,2 2,2 2 36, 2 3,9 26, 39, Desember 26 I Vol. I No.2

5 2 2 darisatu kali Mengetahui Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan jenis penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual Mengetahui Melakukan hubungan seks hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan Mengetahui Penyakit Menular Seksual (PMS) bukan merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan dari perilaku Seksual bebas Mengetahui Penyakit Menular Seksual (PMS) dapat terjadi jika hubungan seks dilakukan secara bergantian 3, 3,6 3, 2 3,2 2 36, 3, 6, 3 6, 33 63,3 Tabel.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan No. Variabel Pengetahuan N Persentase Baik Cukup Kurang , 36, 3,9 Total 6 Berdasarkan tabel.2 diperoleh hasil penelitian bahwa pengetahuan remaja dengan perilaku seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan adalah cukup sebanyak 2 orang (36,%), pengetahuan baik sebanyak 22 orang (32,%) dan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (3,9%). Tabel. Distribusi Indikator Sikap Remaja Tentang Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan No. Pertanyaan sikap SS S TS STS 2 3 Seks boleh dilakukan remaja sebagai ekspresi cinta yang tulus untuk pasangannya (pacar) Seseorang boleh berhubungan seks jika orang tersebut dan pasangannya telah resmi nenikah Seks merupakan bagian dari cinta yang tidak perlu dibatasi oleh ikatan perkawinan Berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks boleh karena bukan merupakan hal yang tabu lagi (,%) 3 (%) (.%) (9,%) 2 3 (,%) 29 (2,6%) 23 (33,%) 9 (2%) 2 6 (23,%) (,%) (6,2%) (6%) (9,3%) (%) (6%) 2 (2,9%) Desember 26 I Vol. I No.2

6 6 9 2 Saat dorongan seks bebas muncul, keinginan saya untuk berolahraga besar. Melakukan hubungan seks dengan teman sebaya merupakan hal wajar diluar pernikahan Tidak perlu menghalangi teman yang aktif dalam seksual Seseorang yang melakukan hubungan seks di luar nikah adalah orang yang telah berbuat suatu kesalahan melanggar norma-norma di masyarakat Sebagai anak remaja putri menjaga keperawanan sangatlah penting Bagaimana sikap anda terhadap hubungan seksual bebas pada saat remaja Melakukan hubungan yang intim dengan pacar membuat saya tertekan. Seseorang yang berani melakukan hubungan seksual sebelum menikah berarti sanggup menanggung dosa besar Bacaan/gambar/film porno dapat menambah pengetahuan tentang seks Fenomena perilaku seksual bebas yang akhir-akhir ini banyak disoroti, tidak akan membuat saya terpengaruh untuk melakukannya Jika ada kesempatan untuk saya dan pacar untuk melakukan hubungan seks, saya selalu memanfatkannya (39,%) (.%) 2 (2.9%) 3 (6%) (,%) (,%) 2 (,6%) 2 (3,%) 32 (%) 2 (3,9%) (,%) (3,2%) (.%) (,%) 29 (2,6%) 2 (,2%) (,%) 2 (3,%) 3 (,%) 29 (2,6%) 3 (%) 9 (2,9%) (9,%) 3 (,%) 3 (,%) (,%) (.%) 39 (.%) 9 (2,9%) 9 (2,%) (,%) (9,%) (6,3%) (6%) 3 (,9%) 3 (%) (.%) (.%) 2 (29,%) 6 (23,9%) (.%) (.%) (.%) (,.%) Tabel. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan No. Variabel Sikap n Persentase. 2. Positif Negatif 39 29, 2,6 Total 6 Berdasarkan tabel. diperoleh hasil penelitian bahwa sikap remaja dengan perilaku seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan adalah positif sebanyak 39 orang (,%), dan sikap negatif sebanyak 29 orang (2,6%). Tabel.6 Distribusi Indikator Prilaku Remaja Tentang Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan No. Pertanyaan Prilaku Selalu SeringKK TP 2 Melakukan hubungan seksual dengan pacar atau teman, asal di tempat sepi Seks bebas berupa sentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, bercumbu (gerakan meraba-raba daerah erotic pasangan), dan (,3%) (,%) (,2%) (2,6%) 23 (33,%) (,%) 33 (,%) 3 (,2%) Desember 26 I Vol. I No.2

7 3 6 9 melakukan hubungan kontak fisik tetap saya lakukan, meskipun ini dilarang Saya merasa tidak senang jika ada teman yang mempengaruhi saya untuk melakukan seks bebas Melakukan seks kepada teman sebaya sendiri Melakukan perilaku seksual seperti keluar bersama,berpeganan tangan,berpelukan Melakukan perilaku seksual bebas seperti berciuman Melakukan hubungan seksual bebas seperti necking (berciuman sampai daerah dada) Melakukan hubungan seksual bebas seperti petting (saling menempelkan alat kelamin) Melakukan saling meraba atau diraba payudara dan alat kelamin melakukan bersenggama, melakukan hubungan badan layaknya suami istri (2,6%) 3 (,%) 2 (39,%) (26,%) 2 (,6%) (%) (,%) (%) 9 (,2%) 9 (2,9%) (2,6%) 2 (39,%) (9,%) (,%) (,%) (,%) 3 (,6%) (2,6%) (9,%) (,%) (22,%) 9 (2,9%) 2 (,%) (26,%) (2,6%) 32 (,%) (2,6%) (9,%) 2 (,2%) (6,3%) 2 (39,%) 2 (6,%) Tabel. Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan No. Variabel Prilaku n Persentase. 2. Baik Tidak baik , 3,2 Total 6 Berdasarkan tabel. diperoleh hasil penelitian bahwa perilaku seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan adalah baik sebanyak 2 orang (6,%), dan prilaku tidak baik sebanyak 26 orang (3,2%). 2. Analisa Bivariat Tabel. Distribusi Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan Perilaku Seks Bebas Jumlah Pengetahuan Baik Tidak baik Nilai n % n % n % p Baik Cukup Kurang 2 2,6 3,9,3,, 2, , 36, 3,9 Jumlah 2 6, 26 3,2 6 Sumber : Data yang telah diolah Berdasarkan tabel. diketahui bahwa pengetahuan baik berjumlah 22 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak orang (2,6%), dan perilaku seks bebas yang tidak baik berjumlah orang (,%). Pengetahuan cukup berjumlah 2 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak 2 orang (3,9%),,2 dan perilaku seks bebas yang tidak baik berjumlah orang (,%). Pengetahuan kurang berjumlah 2 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak orang (,3%), dan perilaku seks bebas yang tidak baik berjumlah orang (2,6%). Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji Chi-square diketahui bahwa df = 2, p =,2 Desember 26 I Vol. I No.2

8 yanglebih kecil dari, (taraf 9%) sehingga dapat diambil kesimpulan maka Ho ditolak yang menyatakan bahwa ada hubunganpengetahuan dengan perilaku seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. Tabel.9 Distribusi Hubungan Sikap Remaja Dengan Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan Perilaku Seks Bebas Jumlah Sikap Remaja Baik Tidak baik Nilai p n % N % n % Positif 3, 9,2 39,3,3 Negatif 2, , Jumlah 2 6, 2 3,2 6 Sumber : Data yang telah diolah Berdasarkan tabel. diketahui bahwa sikap remaja yang positif berjumlah 39 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak 3 orang (,%), dan perilaku seks bebas yang tidak baik berjumlah 9 orang (,2%). Sikap remaja yang negatif berjumlah 29 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak 2 orang (,%), dan perilaku seks bebas yang tidak baik 3. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk. Demografi Remaja di SMK Swasta Medan Area Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu 39 orang (,%) dan laki-laki yaitu 29 orang (2,6%). Berdasarkan pendidikan orangtua sebagian besar adalah SMA yaitu 6 orang (6,6%), Diploma / PT sebanyak orang (22,%), SLTP sebanyak 6 orang (,%), dan SD sebanyak orang (,%). Berdasarkan dari apa yang dikatakan Notoadmodjo (23), bahwa pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.. Faktor pendidikan, yaitu tingkat pendidikan seseorang akan turut memengaruhi pengetahuan seseorang terhadap suatu hal termasuk pengetahuan tentang kesehatan. Berdasarkan pekerjaan orangtua sebagian besar adalah Wiraswasta yaitu 6 orang (6,6%), Pegawai swasta sebanyak sebanyak orang (2%). Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji Chi-square diketahui bahwa df =, p =,3 yang lebih kecil dari, (taraf 9%) sehingga dapat diambil kesimpulan maka Ho ditolak yang menyatakan bahwa ada hubungan sikap remaja dengan perilaku seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan menjawab pertanyaan penelitian hubungan pengetahuan dan sikap remaja dengan perilaku seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan orang (2,6%), dan PNS/Pensiunan sebanyak orang (,%). 2. PengetahuanRemaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas adalah cukup sebanyak 36,%, baik sebanyak 32,% dan kurang sebanyak 3,9%. Salah satu bentuk stimulus sikap dari luar adalah pengetahuan maka dengan remaja yang mendapat informasi yang benar tentang seksual pranikah maka mereka akan cenderung mempunyai sikap negatif. Seseorang setelah mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan dapat melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi sehingga pengetahuan seksual pranikah dapat Desember 26 I Vol. I No.2

9 6 mempengaruhi sikap individu tersebut terhadap seksual pranikah (Notoatmodjo,2). 3. Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas sikap remaja dengan perilaku seks bebas adalah positif sebanyak,%, dan sikap negatif sebanyak 2,6%.Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku akan menurun juga. Meningkatnya minat pada seks, remaja selalu ingin berusaha mencari lebih banyak lagi informasi mengenai seks, oleh karena itu remaja mencari berbagai sumber informasi yang dapat diperoleh misalnya kebersihan alat kelamin di sekolah atau perguruan tinggi tentang seks dengan jalan masturbasi, bercumbu, atau bersenggama (Hurlock, 2).. Prilaku Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas prilaku seks remaja baik sebanyak 6,%, dan tidak baik sebanyak 3,2%. Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap hingga perubahan praktik. Sarwono (2) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan prilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi yaitu apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial, tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.. Hubungan PengetahuanRemaja Dengan Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. Dari hasil analisa data dapat dilihat hubungan pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas. Pengetahuan remaja baik berjumlah 22 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak 2,6%, dan perilaku seks bebas yang tidak baik sebanyak,%. Hal ini dikarenakan pengetahuan baik yang dimiliki oleh remaja tentang seks bebas tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga masih banyak remaja yang berpengetahuan baik namun memiliki prilaku yang tidak baik terhadap seks bebas. Pengetahuan remaja cukup berjumlah 2 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak 3,9%, dan perilaku seks bebas yang tidak baik sebanyak,9%. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang didapat sebagian remaja secara menyeluruh dari media informasi. Pengetahuan remaja kurang berjumlah 2 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak,3%, dan perilaku seks bebas yang tidak baik 2,6%. Hal ini disebabkan remaja kurang mencari informasi tentang seks bebas, sebagian hanya mengetahuinya melalui teman. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku seks pada siswa di SMK Swasta Medan Area Medan, nilai p value,2 (p<,), artinya semakin tinggi pengetahuan remaja berarti perilaku seks bebas semakin baik atau tidak ada tindakan seks bebas. Perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap hingga perubahan praktik. Pengetahuan dan sikap merupakan sama-sama bentuk dari factor predisposisi dari perilaku, pengetahuan dan sikap dapat berjalan seiring artinya jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka akan ada kecenderungan sikap yang positif. (Notoatmodjo,2). 6. Hubungan SikapRemaja Dengan Perilaku Seks Bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. Dari hasil analisa data dapat dilihat hubungan sikap remaja yang positif Desember 26 I Vol. I No.2

10 berjumlah 39 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak,%, dan perilaku seks bebas yang tidak baik sebanyak,2%. Hal ini disebabkan sikap baik yang dimiliki remaja belum tentu dilakukan untuk tidak memilki prilaku yang tidak baik, ada faktor dari lingkungan. Sikap remaja negatif berjumlah 29 orang dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak,6%, dan perilaku seks bebasyang tidak baik sebanyak 2%. Hal ini karena sikap negatif akan mendorong remaja untuk berprilaku tidak baik terhadap seks bebas. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK Swasta Medan Area Medan, nilai p value,3 (p<,), artinya semakin positif sikap berarti semakin baik perilaku seks pranikah. Sikap sebagai bentuk dari perilaku yang masih tertutup sangat erat kaitannya dengan perilaku sendiri. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap remaja dengan perilaku seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan berdasarkan kuesioner terhadap 6 orang yang diperoleh dari hasil data bahwa mayoritas remaja memiliki pengetahuan tentang seks bebas dengan kategori cukup sebanyak 36,% (n=2) dan mayoritas remaja memiliki sikap tentang seks bebas dengan kategori positif sebanyak,% (n=39). Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap remaja dengan perilaku seks bebas di SMK Swasta Medan Area Medan. SARAN Institusi Sekolah diharapkan untuk mengoptimalkan peran guru BK dan guru agama sebagai tempat untuk konseling dan sebagai bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan khususnya sekolah dalam menentukan program-program yang dapat menyebarluaskan informasi tentang pengetahuan seksual bebas dan menerapkan kurikulum yang sesuai tentang seks bebas terutama bagi remaja yang mempunyai pengetahuan kurang dan sikap yang negatif sehingga remaja terhindar dari dampak yang diakibatkan perilaku seksual bebas tersebut. DAFTAR PUSTAKA Hasan.(2). Analisis data penelitian dengan statistik. PT Bumi Aksara : JakartaHurlock, E. (2). Psikologi Perkembangan. Jakarta :Erlangga Notoadmodjo, S. (2). Metodologi Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta(2). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.(2). Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.(2). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta Rineka Cipta Pinem,S.(29). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi.Jakarta :TIM Sarwono,S.(2).PsikologiRemaja.Jak arta : RGP Desember 26 I Vol. I No.2

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam mempengaruhi perilaku seksual berpacaran pada remaja. Hal ini tentu dapat dilihat bahwa hal-hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun

Lebih terperinci

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG 1 FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG Robertus Richard Louise, Mardjan, Abduh Ridha Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 7 ABSTRAK Di era globalisasi, dengan tingkat kebebasan yang longgar dari

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 The Influence Factors Of Adolescent s Motivation In Preventing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis diantaranya peningkatan emosional, kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN A. SKALA PENELITIAN A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri A-1. Skala Peran Ayah dalam Pendidikan Seksualitas A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri No : Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, dimana masa perkembangan ini berlangsung cukup singkat dari rentang usia 13 18 tahun. Pada masa ini remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) remaja adalah suatu fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang kompleks,

Lebih terperinci

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2) P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti melewati beberapa fase perkembangan, salah satunya yaitu fase remaja. Fase atau masa remaja adalah masa dimana anak berusia 12 sampai 19 tahun.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan seperti perubahan intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spritual. Termasuk didalamnya adalah persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari segi biologi, psikologi, sosial dan ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan krisis sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun sampai 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007, hlm. 20). Pada masa remaja, individu banyak mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON Lisnawati 1), Nissa Sari Lestari 2) 1), 2) Poltekkes Tasikmalaya Program Studi Kebidanan Cirebon e-mail : bidan_lisna85@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari internet. Media

Lebih terperinci

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung Sari MN, Islamy N, Nusadewiarti A Faculty of Medicine in Lampung University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembahasan seks yang di pandang tidak wajar. Tidak saja agama

Lebih terperinci

No :.. II. Sumber Informasi. Universitas Sumatera Utara

No :.. II. Sumber Informasi. Universitas Sumatera Utara LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PUTRI SEKS PRANIKAH DI SMK BISNIS MANAJEMEN PERSATUAN AMAL BAKTI III KECAMATAN MEDAN ESTATE TAHUN 2010 No :.. I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUAL PRANIKAH DI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUAL PRANIKAH DI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUAL PRANIKAH DI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO Titin Eka Nuriyanah*), Rizqi Eri Presmawanti *) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini tengah terjadi peningkatan jumlah remaja diberbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk remaja Indonesia sekitar 43,6

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 SITI WAHYUNI 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma,

Lebih terperinci

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta HUBUNGAN SUMBER INFORMASI SEKS PRANIKAH DARI TEMAN SEBAYA DENGAN SIKAP DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA MAN GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik

Lebih terperinci

Rina Indah Agustina ABSTRAK

Rina Indah Agustina ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL MAHASISWASEMESTER II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Rina Indah Agustina ABSTRAK Remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seksualitas merupakan topik yang sangat menarik bagi remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja mengalami perubahan-perubahan hormonal seksual di dalam diri mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21 ini, termasuk didalamnya perkembangan teknologi yang dapat mengakses berbagai macam informasi oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YANINDIHAS RACHMA NURCAHYANI NIM: 201410104320 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual remaja saat ini sudah menjadi masalah dunia. Tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas. Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Natika Dini 201510104031 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat memprihatinkan. Dalam rentang waktu kurang dari satu tahun terakhir, kenakalan remaja yang diberitakan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mengesankan dan indah dalam perkembangan hidup manusia, karena pada masa tersebut penuh dengan tantangan, gejolak emosi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 Factors Related to Adolescent Sexual Behavior in X School of Health in 2014 Eka Frelestanty Program Studi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ABORSI DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP SEKS PRANIKAH DI KELAS XII SMAN KUTOWINAGUN Evi Wahanani 1, Cokro Aminoto 2, Wuri Utami 3 1, 3 Jurusan Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian SMA Kristen 1 Salatiga merupakan salah satu SMA Swasta favorit yang ada di kota Salatiga. SMA Kristen 1 Salatiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Menurut Robby Susatyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci