BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelolah berbagai
|
|
- Veronika Inge Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Blakely, (1989) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelolah berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Tentu saja makna pembangunan daerah tersebut amat tergantung dari masalah fundamental yang dihadapi oleh daerah itu (Lihat Kuncoro, 2004: 110). Pelaksanaan pembangunan daerah harus memanfaatkan aspek-aspek yang secara ekonomi berpotensi untuk dikembangkan. Secara harafiah, potensi ekonomi dalam kerangka pembangunan daerah dapat diartikan sebagai kesanggupan kekuatan dan kemampuan di bidang ekonomi yang dimiliki oleh suatu daerah untuk membangun daerahnya masing-masing. Potensi ekonomi dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, letak geografis daerah yang dekat dengan sarana dan prasarana serta pendukung lainnya (Sudarti, 2009). Menurut Arsyad (2005: 109) tujuan utama pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat setempat. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah harus mampu membuat prediksi tentang semua potensi sumberdaya yang ada, pemerintah daerah dan 1
2 2 masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembanguan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisispasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu mengeksplorasi potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan selama ini selalu menjadi sektor pinggiran dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan posisi semacam ini sektor kelautan dan perikanan bukanlah menjadi penentu utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini menjadi ironis mengingat perikanan dan kelautan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sehingga sangat logis jika kelautan dijadikan tumpuan dalam perekonomian nasional. Peranan sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produk kelautan dan perikanan, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani atau nelayan serta menunjang pembangunan nasional. Sejalan dengan itu, maka kebijaksanaan umum pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi pada peningkatn produktivitas, nilai tambah, perluasan kesempatan kerja dan efisiensi usaha serta peningkatan pendapatan usaha sektor kelautan dan perikanan. Menurut Fauzi (2006: 98) perikanan, seperti halnya sektor ekonomi lainnya, merupakan salah satu aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu sumber daya alam yang bersifat
3 3 dapat diperbaharui (renewable), pengelolaan sumber daya ini memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati. Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2003, Kabupaten Kepulauan Aru dibentuk menjadi Daerah Otonom. Kabupaten Kepulauan Aru memiliki jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus tahun 2000 tercatat sebanyak jiwa, di tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Aru sebanyak jiwa, ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak jiwa, tahun jiwa dan jiwa di tahun Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur adanya pembangunan wilayah. Salah satunya parameter terpenting adalah meningkatnya pendapatan masyarakat, peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan juga sangat terkait dengan peningkatan pendapatan wilayah (Tarigan, 2007: 13) Kemampuan suatu daerah untuk mengelolah potensi ekonominya dapat digambarkan lewat penggunaan indikator-indikator yang paling sering digunakan adalah Produk Domestik Bruto Regional (PDRB). PDRB dapat dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan hargaharga tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga tahun dasar. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Aru
4 4 merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menggambarkan kondisi ekonomi satu daerah pada kurun waktu tertentu. PDRB Kabupaten Kepulauan Aru dapat jelaskan pada Tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Distribusi Prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Aru Menurut Harga Konstan 2000, tahun No Sektor Tahun 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 1 Pertanian 112, , , , Pertambangan 1, , , , Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan 2, , , , Perdagangan, Hotel, restoran 57, , , , Angkutan/Komunikasi 2, , , , Bank/Keu/Perum 4, , , , Jasa - jasa lainnya 15, , , , Total 197, , , , Pertumbuhan Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB pada penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menunjukan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru dari sisi sektor ekonomi, masih di dominasi oleh sektor pertanian yang mencapai ratarata per tahun dari tahun , kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, mencapai rata-rata per tahun 29.3 persen, dan selanjutnya dan jasa lainnya yang berkisar diatas 7,8 persen, ketiga sektor tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru. Untuk pertumbuhan ekonominya tahun 2012, mengalami kenaikan sebesar 6.5 persen dengan nilai Rp234, bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang
5 5 hanya mencapai Rp220, dengan laju pertumbuhan 5.7 persen, pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan interaksi dari tiap-tiap sektor ekonomi. Sektor perikanan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Aru. Seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.2. No Tahun Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Subsektor Perikanan terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun PDRB Perikanan (Rp) PDRB Kab. Kepulauan Aru (Rp) Kontribusi % , , , , , , , , Rerata Sumber : Lampiran 2, diolah Dari tabel di atas tergambarkan rata-rata kontribusi sektor perikanan selama periode sebesar persen, kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2010 sebesara persen sedangkan kontribusi terendah pada tahun 2009 sebesar persen. Hal ini menunjukan kemampuan sumber daya subsektor perikanan yang sangat menjanjikan baik sebagai pemenuhan kebutuhan pangan karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sumber pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Olehnya itu subsektor perikanan perlu dikembangkan sebagai modal kemampuan daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka mendukung pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Aru ke depan. Tabel 1.3 menunjukan pertumbuhan PDRB subsektor perikanan tertinggi
6 6 pada tahun 2010 mencapai 7.95 persen melebihi pertumbuhan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru yang hanya sebesar 5.81 persen, sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 4.03 persen pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru yang mencapai 5.66 persen. Pada tahun 2012 pertumbuhan subsektor perikanan mencapai angka 6.91 persen, PDRB Kabupaten sebesar 6.50 persen. Rata-rata prosentase pertumbuhan ekonomi subsektor perikanan lebih besar dari prosentase rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten kepulauan Aru selama periode tahun No Tahun Tabel 1.3 Pertumbuhan Subsektor Perikanan dan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun PDRB Perikanan (Rp) % PDRB Kab. Kepulauan Aru (Rp) , , , , , , , , Rerata Sumber : Lampiran 2, diolah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru Nomor 34 Tahun 2008 tentang Retribusi Ijin Usaha Perikanan (IUP) dan Peraturan daerah Kabupaten Kepulauan Aru Nomor 35 tahun 2008 tentang Retribusi Pengiriman Hasil Perikanan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru sesuai Tugas Pokok dan Fungsinya bertanggungjawab penuh dalam rangka peningkatan Retribusi Daerah melalui Ijin Usaha Perikanan dan Pengiriman Hasil Perikanan. %
7 7 Tabel 1.4 Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap PAD Kabupaten Kepulauan Aru Tahun No Tahun Retribusi Perikanan (Rp) PAD Kab. Kepulauan Aru (Rp) Kontribusi % ,665,402, ,313,470, ,493,451, ,139,712, ,509,981, ,826,272, ,043,624, ,374,804, Sumber : BAPEDA Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Pada Tabel 1.4 menunjukan kontribusi subsektor perikanan terhadap PAD terbesar pada tahun 2010 sebesar persen, bila dilihat dari jumlah pendapatan maka yang terbesar pada tahun 2012 dengan nilai 2,043,624, milyar atau kontribusinya sebesar 13,29 persen. Bila dibandingkan kontribusi subsektor perikanan terhadap retribusi daerah maka kontribusi sektor perikanan memberikan kontribusi yang sangat besar mencapai nilai 1,493,451, milyar dengan kontribusi sebesar persen pada tahun 2010 dan yang terendah sebesar persen namun nilainya mencapai 2,043,624, milyar, seperti ditunjukan pada Tabel 1.5. Tabel 1.5 Kontribusi Subsektor Perikanan terhadap Retribusi Daerah Tahun No Tahun Retribusi Perikanan (Rp) Retribusi Daerah (Rp) Kontribusi % ,665,402, ,244,281, ,493,451, ,715,315, ,509,981, ,969,648, ,043,624, ,746,150, Sumber : BAPEDA Kab. Kepulauan Aru, 2013
8 8 Pada laju pertumbuhan subsektor perikanan dan PAD Kabupaten Kepulauan Aru mengalami pasang surut seperti yang digambarkan pada Tabel 1.6. bahwa pertumbuhan tertinggi di sektor perikanan terjadi pada tahun 2012 mencapai persen dengan nilai sebesr milyar. Sementara laju pertumbuhan PAD Kabupaten Kepulauan Aru periode mencapai angka persen dengan nilai milyar di tahun 2011, bila dibandingkan tahun 2010 dan 2012 yang mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar persen dan persen. Tabel 1.6 Laju Pertumbuhan Subektor Perikanan terhadap PAD Kabupaten Kepulauan Aru Tahun No Tahun Retribusi Perikanan (Rp) % PAD Kab. Kepulauan Aru (Rp) ,665,402, ,313,470, % ,493,451, (10.32) 10,139,712, (83.46) ,509,981, ,826,272, ,043,624, ,374,804, (38.07) Sumber : BAPEDA Kab. Kepulauan Aru, 2013 Ekspor hasil perikanan selama periode mengalami pertumbuhan yang sangat besar dengan nilai yang sangat signifikan. Tabel 1.7 menunjukan bahwa pertumbuhan ekspor hasil perikanan Kabupaten Kepulauan Aru sangat tinggi di tahun 2010 dengan laju pertumbuhan persen. Sementara tahun 2011 dan 2012 mengalami pertumbuhan masing-masing persen dan 30.84, namun mempunyai nilai yang sangat besar yaitu ,20 $ dan ,05 $ bila dibandingkan dengan nilai di tahun 2010 yang hanya
9 9 mencapai ,48 $. Hal ini menujukan bahwa sumber daya perikanan bukan hanya diminati oleh dalam masyarakat dalam negeri saja tetapi juga sangat disukai dan minati oleh masyarakat dan kalangan pengusaha internasional. Sumber daya perikanan sangat prospek untuk dijadikan lahan bisnis, karena dapat diolah bukan hanya dalam bentuk hidangan cepat saji tetapi juga dapat dikemas dalam bentuk obat-obatan maupun cinderamata perikanan yang sangat berharga. Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekspor Subsektor Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun No Tahun Hasil Perikanan Pertumbuhan Jumlah (Kg) Nilai (US $) % ,313, ,135, ,606, ,026, ,226, ,424, ,493, ,941, Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Tingginya daya serap tenaga kerja di subsektor perikanan perlu diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan. Pengembangan ini memiliki peranan strategis dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan dan dilaksanakan melalui bidang pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Keadaan perkembangan tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Aru seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.8, di mana sektor pertanian memberikan kontribusi yang sangat besar dan mengalami peningkatan selama periode Kontribusi terbanyak terjadi pada tahun 2012 mencapai angka orang atau persen dari total tenaga kerja Kabupaten Kepulauan Aru yang berjumlah
10 orang. Kemudian disusul dengan sektor bangunan dan jasa-jasa lainnya, masing-masing sebanyak 850 orang (16.80 persen) dan 465 orang atau 9.19 persen. No Tabel 1.8 Distribusi Tenaga Kerja Kabupaten Kepulauan Aru Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun Sektor Tahun 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 1 Pertanian , Pertambangan Indsutri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan/Komunikasi Bank/Keuangan Jasa-jasa lainnya Total 1, , , , Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2013 Perencanaan dan penganggaran yang berkualitas dan tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Untuk Alokasi anggaran Dinas Kelauatan dan Perikanan seperti ditujukan pada Tabel 1.9, distribusi prosentase anggaran Dinas Kelautan dan Perikanan selama periode Kurang lebih 42 % anggaran tersebut telah digunakan untuk program non fisik sedangkan 68 % telah digunakan untuk kegiatan fisik berupa peningkatan sarana dan prasarana perikanan.
11 11 Tabel 1.9 Distribusi Prosentase Anggaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun No Tahun Anggaran DKP (Rp) APBD (Rp) % ,198,969, ,999,569, ,350,630, ,967,518, ,453,421, ,872,142, ,892,727, ,200,547, Sumber : BAPEDA Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Perencanaan dan penganggaran yang telah disusun dalam bentuk rencana kerja yaitu pada tahun 2012 tercatat sebanyak 15 program dan 38 kegiatan, untuk sebanyak 11 program dan 27 kegiatan di tahun 2011, di tahun 2010 dilaksanakan 11 program dan 27 kegiatan, serta 22 kegiatan dan 11 program dilaksanakan di tahun Program-program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan implementasi dari strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Aru. Selanjutnya dengan ditetapkan Paraturan Menteri Kalutan dan perikanan Nomor PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPPI), maka Kabupaten Kepulauan Aru berada pada WPPI 718 yang meliputi laut arafura dan Laut Aru seluas ± km², memiliki potensi perikanan sebesar 1,6 juta ton dengan JTB sebesar ton/tahun. Pengelolaan dan pemanfaatn potensi perikanan yang merupakan kewenangan daerah otonom kabupaten/kota (0-4 mil), maka potensi perikanan Kabupaten Kepulauan Aru di perkirakan sebesar ton dengan JTB sebesar 205,944,80 ton/tahun. Pertumbuhan produksi perikanan Kabupaten Kepulauan Aru selama
12 12 periode yaitu pemanfaatan potensi perikanan Kabupaten Kepulauan umumnya masih didominasi oleh usaha perikanan tangkap yakni sebesar 84,23 persen, usaha budidaya perikanan sebesar 22,51 persen, pengolahan hasil perikanan sebesar 4,26 persen. Tabel 1.10 menunjukan pertumbuhan produksi hasil perikanan baik tangkap maupun budidaya di Kabupaten Kepulauan Aru setiap tahun mengalami kenaikan. Produksi perikanan umumnya berasal dari penangkapan ikan yang bersumber dari pengolahan hasil perikanan/pasca panen periode tahun Pemanfaat potensi perikanan selama 2012 sebesar ton/tahun sekitar 41.8 persen dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan. Tabel 1.10 Pertumbuhan Produksi Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun No Tahun Produksi (ton) Nilai (Rp) % , ,883,950, , ,324,168, , ,628,629, , ,541,500, Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Kelemahan dari penggunaan armada kecil antara lain para nelayan memiliki hari layar yang singkat (one day fishing), daya tampung ikan hasil tangkapan yang kecil, kualitas ikan yang kurang terjaga atau tingginya tingkat kehilangan mutu (losses) yang berakibat pada daya jual yang rendah sedangkan biaya produksi terus meningkat. Kelemahan tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan dan produksi nelayan untuk perlu adanya penerapan teknologi modern bagi armada penangkapan, alat penangkapan dan pengetahaun nelayan sendiri.
13 13 Tahun Tabel 1.11 Perahu/Kapal Motor Penangkap Ikan Menurut Jenis Tahun Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor Sumber : DKP kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Produktivitas para nelayan Kabupaten Kepulauan Aru hingga saat ini masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan penggunaan armada perikanan yang masih didominasi kapal berukuran kecil, yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal ikan berukuran 0,5 sampai 7 Gross Tonnage (GT). Seperti yang ditunjukan Tabel 1.11 di atas. Alat penangkapan merupakan sarana pendukung utama yang digunakan untuk produksi hasil tangkapan nelayan. Untuk alat penangkapan ikan yang sering digunakan dapat ditujukan pada Tabel 1.12 dibawah ini. Tabel 1.12 Alat Penangkapan Ikan Kabupaten Kepulauan Aru Menurut Jenis Tahun Jenis Tahun Pukat Udang Pukat Ikan Jaring Insang Jaring Angkat Pancing Alat Pengumpul Kerang Sero Pengumpul Rumput Laut Bubu Lain-lain Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Aru, 2013
14 14 Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Jumlah nelayan dan kelompok nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya namun pada tahun 2010 jumlah nelayan mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan jumlah nelayan pada tahun 2009 seperti yang ditunjukan pada Tabel Tabel 1.13 Nelayan dan Kelompok Nelayan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun Tahun Nelayan Kelompok Nelayan Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Aru, 2013 Terdapat sejumlah tantangan dan permasalahan mendasar bagi Indonesia jika ingin berpaling membangun ekonomi berbasis kelautan dan perikanan. Persoalan yang harus dipecahkan mulai dari identifikasi dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, manajemen pemerintah melalui peraturan dan birokrasi, penurunan nilai investasi serta kompleksitas permasalahan perikanan yakni sumber daya ikan yang kian kritis akibat menurunnya areal penangkapan, kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, tingkat pengetahuan dan peralatan nelayan dan kualitas produk perikanan yang dihasilkan. Untuk menjawab segala tantangan dan permasalahan tersebut, pemerintah perlu melakukan usaha yang lebih signifikan guna menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi bangsa. Dengan adanya dukungan semua pihak serta usaha yang lebih
15 15 komprehensif dan nyata dari pemerintah, diharapkan sektor kelautan dan perikanan mampu menjadi sektor basis yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi negara. Pertumbuhan tersebut akan menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan negara secara keseluruhan serta memacu pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Dengan demikian mengacu pada latar belakang, penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan: (1) seberapa besar kontribusi sektor perikanan terhadap pembangunan ekonomi regional Kabupaten Kepulauan Aru; (2) seberapa besar basis ekonomi atau sektor unggulan, yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan; (3) berapa besar produksi perikanan (hasil tangkapan) yang didapatkan oleh para nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru. 1.2 Keaslian Penelitian Fokus penelitian ini untuk melihat potensi atau basis sektor ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan hasil tangkapan nelayan yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi regional Kabupaten Kepulauan Aru. Adapun beberapa penelitian sebelumnya mengenai basis ekonomi dan faktor produksi hasil perikanan adalah sebagai berikut. Putra dan Kartika (2013) melakukan penelitian tentang analisis sektorsektor potensial dalam menentukan prioritas pembangunan di Kabupaten Badung, dengan menggunakan alat analisis yaitu Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Analisis overlay. Hasil penelitiannya bahwa sektor dominan di Kabupaten Badung adalah sektor bangunan, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
16 16 Papaioannou, dkk (2012) meneliti tentang pengembangan dan penggunaan basis data spasial untuk kemajuan dan karakterisasi sektor perikanan skala kecil Jerman Baltic. Database yang digunakan mengenai teknis spesifikasi kapal SSF (panjang kapal, tenaga mesin dll), jangkuan operasional, spesies sasaran utama, lahan perikanan, pelabuhan pendaratan, volume dan harga pendaratan. Model analisinya yaitu model Perikanan Skala Kecil (SSF) Sistem Informasi Geografis (GIS). Hasil analisis menunjukkan karakterisasi keadaan Jerman Baltic SSF untuk tahun 2008 memberikan gambaran rinci dan keterkaitan antara: ukuran armada, karakteristik teknis kapal, distribusi pelabuhan perikanan, sasaran utama spesies, kisaran operasi sektor ini, distribusi pendaratan per daerah penangkapan (ICES Rectangle), berat dan harga dari pendaratan per pelabuhan. Penelitian yang dilakukan Erawati dan Yasa (2011) tentang analisis pola pertumbuhan ekonomi dan sektor potensial Kabupaten Klunkungan, dengan alat analisis yang digunakan berupa Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Analisis overlay dan Rasio Penduduk Pengerjaan (RPP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klunkung periode berada pada zona daerah makmur yang sedang. Sektor ekonomi yang potensial dikembangkan, yaitu sektor bangunan dan jasajasa. Peluang kesempatan kerja yang diciptakan sektor bangunan rata-rata hanya 3.01 persen dan sektor jasa rata-rata 5.96 persen. Fauziyah, Agustriani, dan Afridanelly (2011) melakukan penelitian di pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Sungailiat Provinsi Bangka Belitung tentang model produktivitas hasil tangkapan bottom gillnet. Faktor-faktor yang
17 17 diduga berperan dalam meningkatkan produktivitas hasil tangkapan adalah trip penangkapan, ukuran mesin kapal (GT), jumlah bahan bakar (BBM), ukuran alat tangkap dan tenaga kerja (ABK). Metoda ekonometrika yang digunakan model regresi linier. Hasil penelitiannya bahwa model terbaik menggunakan pendekatan persamaan regresi linier dengan metoda backward analysis regression yaitu Y= X X2, untuk itu menjadi tolok ukur produktivitas hasil tangkapan bottom gillnet adalah jumlah trip (X₁) dan GT kapal (X₂). Penelitian yang dilakukan Setyowijanarko (2010) mengenai peranan subsektor perikanan dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Belitung dengan metoda analisis yang digunakan adalah kontribusi terhadap PDRB, PAD, ekspor, tenaga kerja yang terserap serta analisis LQ, MRP dan regresi cross section faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi nelayan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subsektor perikanan mempunyai kontribusi rata-rata terhadap PDRB sebesar persen, PAD sebesar, 1.59 persen, ekspor, 0.07 persen daya serap tenaga kerja, persen. Subsektor perikanan merupakan sektor unggulan dan basis ekonomi yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Regresi cross section menunjukkan bahwa ukuran kapal dan jumlah pancing tidak signifikan mempengaruhi hasil produksi, sedangkan jumlah bubu, jumlah ABK dan waktu melaut signifikan mempengaruhi hasil produksi nelayan. Akanni (2008) melakukan penelitian tentang tingkat produksi penangkapan dan tingkat penanaman modal nelayan artisanal di Lagos State, Nigeria. Dalam tiga dekade terakhir, pasokan ikan di pasar Nigeria terus menurun disebabkan tingkat tangkapan yang rendah akibat penggunan teknik penangkapan yang
18 18 bersifat tradisional dan faktor terkait lainnya. Data kuisioner sebanyak 222, terdiri dari 120 nelayan kapal tanpa motor (MPF) dan 102 nelayan menggunakan kapal dengan motor (MF). Hasil penelitian dengan statistik deskriptif dan probit model rata-rata tangkapan mingguan untuk operator MPF adalah 26.1 kg, yang hanya mewakili 41.0 persen dari 64.1 kg operator MF. Tingkat pendidikan nelayan, jarak memancing, tingkat menangkap ikan, fasilitas kredit yang tersedia, jumlah kontak dengan penyuluh dan jenis kelamin berpengaruh dalam penggunaan teknologi perikanan. Penelitian yang dilakukan mukhlisa (2006) mengenai optimalisasi pengembangan usaha perikanan di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Alat analisis yang digunakan yaitu metoda ekonometrika regresi linear berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi adalah ukuran kapal (X₁), kekuatan mesin (X₂), konsumsi bahan bakar (X₃), panjang jaring (X₄), tinggi jarring (X₅), jumlah ABK (X₆) dan jumlah lampu (X₇). Hasil penelitian secara parsial, kekuatan mesin (X₂), panjang jaring (X₄), dan jumlah lampu (X₇). yang memberikan pengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi mini purse seine pada α 5 persen. Penelitian yang dilakukan Suharso (2006) mengenai elastisitas produksi perikanan tangkap kota tegal, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai elastisitas melalui analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan untuk analisis kuantitatif menggunakan program computer SPSS. Hasil penelitian menjelaskan bahwa model ketiga dengan tujuh variabel bebas nilai R2 = 0,78. Model kedua dengan tiga variabel bebas dengan R2 = 0,43 dan model pertama dengan satu
19 19 variabel bebas nilai R2 = 0,032. Ketiganya berpengaruh nyata terhadap produksi perikanan laut Kota Tegal pada taraf kepercayaan 95%. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertimbuhan (MRP), overlay, Rasio Penduduk-Pengerjaan (RPP) dan metoda ekonometrika dan beberapa variabel pendukung sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggabungan alat analisis yang digunakan, variabel produksi ikan (hasil tangkapan) di Kabupaten Kepulauan Aru, lokasi penelitian, dan data penelitian. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Menganalisis sektor basis ekonomi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Aru. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru Manfaat penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah. 1. Sebagai bahan kajian bagi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru, dalam rangka meningkatkan kontribusi subsektor perikanan terhadap pembangunan ekonomi regional Kabupaten Kepulauan Aru.
20 20 2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dinas kelautan dan perikanan dalam menyusun arah kebijakan dan rencana strategi ke depan. 3. Sebagai bahan referensi serta informasi bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian di Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematikan penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I pengantar menggambarkan latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II tinjauan pustaka dan alat analisis menguraikan tinjauan pustaka, landasan teori, metoda penelitian dan alat analisis yang digunakan. BAB III hasil dan pembahasan menjelaskan tentang cara penelitian, hasil analisis dan pembahasan. BAB IV kesimpulan dan saran berisikan kesimpulan hasil analisis dan saran-saran dalam perumusan arah kebijakan dan rekomendasi sesuai temuan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru
V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pembangunan harus dilakukan adil dan merata agar setiap masyarakat dapat menikmati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai terdiri dari empat pulau besar dan berpenghuni yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Setelah Indonesia merdeka dan sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO
Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciVII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN
102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman
Lebih terperinciII PENDAHULUAN PENDAHULUAN
I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract
ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA Disusun oleh : Karmila Ibrahim Dosen Fakultas Pertanian Universitas Khairun Abstract Analisis LQ Sektor pertanian, subsektor tanaman pangan,
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas usaha perikanan tangkap umumnya tumbuh di kawasan sentra nelayan dan pelabuhan perikanan yang tersebar di wilayah pesisir Indonesia. Indonesia memiliki potensi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
73 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Penyebaran kuesioner terhadap kelompok nelayan dan pengusaha dalam penelitian ini dilakukan terhadap 100 responden, dimana masing-masing mewakili
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terlebih dahulu memerlukan berbagai usaha yang konsisten dan terus menerus dari seluruh stakeholders
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan
16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciEVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006 EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) 1) Fakultas
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang
Lebih terperinci4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas
26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki beribu-ribu pulau di mana dua per tiga wilayahnya terdiri dari lautan. Kondisi ini menyediakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral, dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ± 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 Km dan luas laut sekitar 3.273.810 Km². Sebagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANGKA BELITUNG KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kondisi tanah dan keterbatasan lahan Kota Pangkal Pinang kurang memungkinkan daerah ini mengembangkan kegiatan pertanian. Dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dan perkembangan suatu
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT
KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek
Lebih terperinci