TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2016 MENURUN

Transkripsi

1 No.12/02/72/Th.XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,347 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Tengah yang diukur oleh Gini Ratio tercatat sebesar 0,347. Angka ini menurun sebesar 0,015 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio 2016 yang sebesar 0,362. Sementara itu jika dibandingkan dengan Gini Ratio ember 2015 yang sebesar 0,370, Gini Ratio ember 2016 turun sebesar 0,023 poin. Gini Ratio di daerah perkotaan pada ember 2016 tercatat sebesar 0,372 turun dibanding Gini Ratio 2016 yang sebesar 0,387 dan Gini Ratio ember 2015 yang sebesar 0,415. Sedangkan Gini Ratio di daerah perdesaan pada ember 2016 tercatat sebesar 0,308 turun dibanding Gini Ratio 2016 yang sebesar 0,320 tetapi bila dibandingkan Gini Ratio ember 2015 naik sebesar 0,005 poin. Pada ember 2016, distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 19,24 persen. Artinya pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah. Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar persen yang artinya berada pada kategori ketimpangan rendah. Sementara untuk daerah perdesaan, angkanya tercatat sebesar 21,05 persen, yang berarti masuk dalam kategori ketimpangan rendah. 1. Perkembangan Gini Ratio Tahun 2010 ember 2016 Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Secara umum, Gini Ratio Tengah pada tahun 2010 tercatat sebesar 0,37 dan meningkat menjadi 0,38 pada Gini Ratio kembali meningkat pada ember 2011 menjadi 0,388. Pada periode 2012 hingga 2015, nilai Gini Ratio berfluktuasi dan mencapai angka tertinggi pada 2013 yaitu sebesar 0,407. Pada ember 2015 Gini Ratio mulai turun dan terus menurun hingga mencapai angka 0,347 pada ember Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada ember 2016 tercatat sebesar 0,372. Angka ini menurun sebesar 0,015 poin dibanding Gini Ratio 2016 yang sebesar 0,387 dan menurun sebesar 0,043 poin dibanding Gini Ratio ember 2015 yang sebesar 0,415. Untuk daerah perdesaan Gini Ratio ember 2016 tercatat sebesar 0,308. Angka ini menurun sebesar 0,012 poin dibanding Gini Ratio 2016 yang sebesar 0,320 dan meningkat 0,005 poin dibanding Gini Ratio ember 2015 yang sebesar 0,303. Berita Resmi Statistik No.12/02/72/Th. XX, 06 Februari

2 Gambar 1. Perkembangan Gini Ratio, 2011 ember s 2. Perkembangan Distribusi Pengeluaran ember 2015 ember 2016 Selain Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran ketimpangan Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya di bawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara persen, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 persen. Pada ember 2016, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 19,24 persen yang berarti Tengah berada pada kategori ketimpangan rendah. Persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah pada bulan ember 2016 ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi 2016 yang sebesar 19,05 persen. Namun, menurun jika dibandingkan dengan kondisi ember 2015 yang sebesar 19,39 persen. Sejalan dengan informasi yang diperoleh dari Gini Ratio, ukuran ketimpangan Bank Dunia pun mencatat hal yang sama yaitu ketimpangan di perkotaan dan di perdesaan sama-sama berada pada kategori ketimpangan rendah. Namun, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di perkotaan lebih rendah bila dibandingkan dengan di perdesaan yaitu 17,40 persen di perkotaan dan 21,05 persen di perdesaan. Hal Persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 20 teratas di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sebesar 43,75 persen sedangkan di perdesaan hanya sebesar 39,33 persen. 2 Berita Resmi Statistik No.12/02/72/Th. XX, 06 Februari 2017

3 Gambar 2. Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen terbawah ember 2015, 2016, dan ember Mar Tabel 1 Distribusi Pengeluaran Penduduk di Tengah ember 2015, 2016, dan ember 2016 (Persentase) Daerah/Tahun Penduduk 40 persen Terbawah Penduduk 40 persen Menengah Penduduk 20 persen Atas Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) ember ,33 34,07 48, ,21 39,13 44, ember ,40 38,86 43, ember ,44 36,96 40, ,15 37,48 41, ember ,05 39,62 39, ember ,39 35,06 45, ,05 36,49 44, ember ,24 38,05 42, Berita Resmi Statistik No.12/02/72/Th. XX, 06 Februari

4 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbaikan Tingkat Ketimpangan Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perbaikan tingkat ketimpangan pengeluaran selama periode ember 2015 ember 2016 diantaranya adalah: a. Menguatnya perekonomian penduduk kelas menengah (kelompok 40 persen menengah). Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu pekerja tidak dibayar yang merupakan kelompok terbesar pada kelas menengah sebagai dampak dari lebih kondusifnya pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). b. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), terjadi peningkatan jumlah pekerja yang berusaha dibantu pekerja tidak dibayar dari 287,9 ribu (Agustus 2015) menjadi 305,9 ribu (Agustus 2016) atau naik sekitar 6,27 persen. Untuk lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, dan angkutan peningkatannya jauh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 19,91 persen dari 385,9 ribu (Agustus 2015) menjadi 462,8 ribu (Agustus 2016). c. Kenaikan pengeluaran kelompok bawah yang merefleksikan peningkatan pendapatan kelompok penduduk bawah tidak lepas dari upaya pembangunan infrastruktur padat karya, dan beragam skema perlindungan dan bantuan sosial di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan lainnya yang dijalankan oleh pemerintah. 4. Gini Ratio Menurut Provinsi di Pulau pada ember 2016 Pada ember 2016, provinsi di Pulau yang mempunyai nilai Gini Ratio tertinggi tercatat di Provinsi Gorontalo yaitu sebesar 0,410 sementara yang terendah tercatat di Provinsi Tengah dengan Gini Ratio sebesar 0,347 (Gambar 3). Gambar 3. Gini Ratio menurut Provinsi di Pulau ember Tengah Barat Utara Tenggara Indonesia Selatan Gorontalo Dibanding dengan Gini Ratio nasional yang sebesar 0,394, terdapat dua provinsi di Pulau dengan angka Gini Ratio lebih tinggi, yaitu Gorontalo (0,410) dan Selatan (0,400. Angka Gini Ratio ember 2015-ember 2016 menurut Provinsi dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 3. 4 Berita Resmi Statistik No.12/02/72/Th. XX, 06 Februari 2017

5 PROVINSI Tabel 3 Gini Ratio menurut Provinsi di Pulau, ember 2015, 2016, dan ember 2016 ember ember 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 72 Tengah 0,415 0,303 0,370 0,387 0,320 0,362 0,372 0,308 0, Selatan 0,386 0,346 0,404 0,422 0,367 0,426 0,409 0,340 0, Tenggara 0,411 0,355 0,381 0,407 0,367 0,402 0,395 0,352 0, Gorontalo 0,391 0,366 0,401 0,414 0,392 0,419 0,402 0,397 0, Barat 0,383 0,339 0,362 0,393 0,347 0,364 0,441 0,341 0,371 INDONESIA 0,419 0,329 0,402 0,410 0,327 0,397 0,409 0,316 0,394 Berita Resmi Statistik No.12/02/72/Th. XX, 06 Februari