BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Ade Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kebudayaan a. Definisi Kebudayaan Manusia sebagai mahluk hidup yang memiliki kebudayaan. Kebudayaan tersebut mempengaruhi manusia yang menjadi bagian dari masyarakat. Manusia sebagai bagian dari masyarakat marupakan perseorangan (individual) yang membawa keunikan kepribadian. Kepribadian ini tidak lepas dari masyarakat dan kebudayaan dimana manusia itu hidup. Kebudayaan mempengaruhi tindakan manusia yang terjadi dalam rangka mempertahankan dirinya demi kelangsungan hidup di masyarakat. Manusia dan kebudayaan menjadi satu kesatuan, karena antara manusia dan kebudyaan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman kebudayaan yang berkembang. Kebudayaan yang berkembang merupakan hasil dari budi, cipta, rasa, dan karya manusia. Pengertian kebudayaan menurut Herusatoto (2008: 8-9) adalah sebagai ukuran dalam hal hidup dan tingkah laku manusia di dalamnya tercakup hal-hal tentang bagaimana tanggapan manusia terhadap dunianya, lingkungan, dan masyarakatnya, seperangkat nilai- 12
2 13 nilai yang menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya, bahkan untuk mendasari setiap langkah laku yang hendak dan harus dilakukannya terkait dengan pola hidup dan cara kemasyarakatannya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa manusia pada hakikatnya adalah mahluk budaya. Menurut beberapa ahli tentang pengertian kebudayaan dapat didefinisikan bahwa kebudayaan secara sempit mencakup kesenian dengan semua cabangcabangnya, dan definisi secara luas mencakup semua aspek kehidupan manusia. Meinarno (2011: 90-91) mendefinisikan bahwa kebudayaan berasal dari kata buddayah yang berarti akal, maka tentunya budaya hanya dicapai dengan kemampuan akal yang tinggi tingkatannya yang dalam hal ini dimiliki oleh manusia. Manusia yang memiliki kebudayaan tinggi disebut sebagai insan berbudaya. Menurut Depdikbud (1981) kebudayaan dalam arti sempit adalah kesenian yang bertitik berat pada estetika. Dalam arti luas merupakan perwujudan dan keseluruhan hasil logika, etika, dan estetika manusia dalam rangka perkembangan kepribadiannya, hubungannya dengan manusia lain, dengan alam sekitar dan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat dalam Meinarno (2011: 90) mendefinisikan kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan manusia dengan belajar. Berdasarkan definisi kebudayaan menurut pendapat beberapa tokoh diatas
3 14 membawa kita pada satu keadaan yang sama, yaitu kebudayaan ada ditengah-tengah masyarakat, kebudayaan muncul karena adanya tingkah laku dalam masyarakat dan yang utama kebudayaan adalah untuk dipelajari. Kebudayaan terlahir karena adanya tingkah laku dari masyarakat. Kebudayaan harus dipelajari melalui enkulturasi, yaitu proses sosial budaya yang dipelajari dan ditransmisikan dari generasi ke generasi. Tujuannya adalah agar kebudayaan tidak terpinggirkan seiring dengan berkembangnya jaman. Kebudayaan yang ada bukanlah milik seseorang saja, namun kebudayaan adalah milik seluruh anggota masyarakat. Indonesia merupakan negara kepulauan, negara kesatuan, Bhineka Tunggal Ika, serta menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila. Negara Indonesia berkembang bermacam-macam suku, ras, budaya, agama, bahasa, kebiasaan, dan adat istiadat yang tersebar dari pulau Sabang sampai pulau Marauke. Berbagai macam suku, ras, budaya, agama, bahasa, kebiasaan, dan adat istiadat yang berkembang telah mengantarkan Indonesia pada destinasi wisata budaya warisan dunia. Berkembangnya berbagai macam suku, ras, budaya, agama, bahasa, kebiasaan, dan adat istiadat berkembang di Indonesia tidak menjadikan Indonesia saling terpecah-belah dengan perbedaan yang ada. Berbagai macam perbedaan tersebut merupakan suatu hal yang menjadikan masyarakat Indonesia dapat bersatu, hidup rukun, saling menghormati perbedaan satu dengan yang lainnya sesuai dengan
4 15 semboyannya yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetap satu yaitu Indonesia. Bercerita tentang kebudayaan yang berkembang di Indonesia tidak akan ada habisnya dikarenakan Indonesia memiliki macam suku, ras, budaya, agama, bahasa antara daerah satu dengan daerah yang lain berbeda-beda. b. Globalisasi dan Kearifan Lokal Globalisasi dan kearifan lokal merupakan satu kesatuan dimana dampak dari arus globalisasi akan berdampak pada kearifan kebudayaan lokal yang berkembang pada suatu wilayah. Dampak postif dan negatif dari globalisasi dapat berpengaruh pada penurunan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat. Globalisasi telah banyak menimbulkan dampak negatif berupa pengikisan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan digantikan dengan budaya asing yang seringkali bertentangan dengan budaya masyarakat Indonesia. Fenomena yang terjadi merupakan bentuk ketidakmampuan individu masyarakat dalam menghadapi dinamika sosial budaya melalui proses belajar dari budaya asing. Arus globalisasi merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas daerah. Mengetahui kearifan lokal di suatu wilayah hendaknya dapat memahami nilai-nilai budaya yang berkembang pada wilayah tersebut, mulai dari adat istiadat, budaya, bahasa, dan lain sebagainya. Definisi kearifan lokal menurut Meinarno (2011: 98) adalah sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu dan
5 16 mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu. Kearifan lokal merupakan cara-cara dan praktik-praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat yang berasal dari pemahaman mendalam mereka akan lingkungan setempat yang terbentuk dari tempat tinggal di tempat tersebut secara turun-temurun. Kearifan lokal berasal dari dalam masyarakat sendiri, disebarluaskan secara non formal, dimiliki secara kolektif oleh masyarakat yang bersangkutan, dikembangkan selama beberapa generasi dan mudah diadaptasi, dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat sebagai saranauntuk bertahan hidup. Indonesia memiliki masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam suku dengan budayanya masing-masing, sehingga Indonesia memiliki jumlah kearifan lokal yang sangat banyak. c. Budaya Banyumasan Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Tengah bagian barat, salah satunya adalah budaya Banyumasan. Budaya Banyumas menurut Fidiyani (2008: 23) adalah sub kultur Jawa yang memiliki corak ragam tersendiri yang tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari pola kehidupan wong cilik yang hidup di daerah pedalaman dengan ciri kultur agraris, sederhana, egaliter, dan sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran kuno. Disisi lain budaya Banyumas terbentuk sebagai akibat kondisi geografis yang terletak diantara dua kekuatan budaya besar yakni budaya Jawa dan budaya Sunda. Perpaduan dua budaya itu mengakibatkan corak
6 17 kebudayaan Banyumas yang tidak lepas dari kedua kutub besar tersebut. Berbicara mengenai budaya, setiap daerah pasti memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda dengan daerah lain, seperti halnya dengan Banyumas. Budaya Banyumaan adalah hasil budi dan daya serta cipta, karsa, dan karya yang berupa barang bergerak atau tidak termasuk kepercayaan yang khas dimiliki masyarakat banyumas yang mungkin tidak terdapat di daerah lain. Kebudayaan yang berkembang merupakan warisan asli Banyumas dan dikembangkan oleh masyarakat terdahulu sebagai tradisi yang mencerminkan kehidupan masyarakat tempo dulu. Diharapkan kebudayaan yang telah ada jangan sampai terkikis seiring berkembangnya jaman terhadap arus globalisasi. Dampak arus globalisasi dapat menurunkan serta mempengaruhi kebudayaan Banyumas apabila masyarakat yang mendiami wilayah Kabupaten Banyumas tidak tanggap dengan kebudayaan. Dampak yang lain adalah dampak kepada generasi penerus bangsa, bisa jadi generasi penerus bangsa tidak dapat melihat dan merasakan budaya Banyumasan. 2. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangan, perubahan atau
7 18 perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan yang dimaksud dalam artian perbaikan pendidikan pada semua jenjang pendidikan yang ada dan perlu dilakukan perbaikan terus-menerus sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan tidak akan pernah berakhir karena pada dasarnya pendidikan akan berlangsung secara kontinyu (terus-menerus) sampai akhir hayat. Kosasih (2010: 3) mendefinisikan pendidikan sebagai upaya yang terorganisir, berencana, dan berulang kontinyu (terus-menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa, dan berbudaya (civilized). Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa pengertian pendidikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan mencakup semua aspek yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, tidak hanya ilmu pengetahuan yang diperoleh siswa namun siswa juga memperoleh pengetahuan budaya untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat siswa tinggal dan berlangsung terus-menerus sepanjang hayat.
8 19 Dunia pendidikan menurut Soleh (2011: 11) adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia yang selalu diiringi pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Pepatah mengatakan bahwa tidak ada zaman yang tidak berkembang, tidak ada kehidupan manusia yang tidak bergerak, dan tidak ada manusia pun yang hidup dalam strategi peradaban dan semua itu bermuara pada pendidikan, karena pendidikan adalah pencetak peradaban manusia. Penjelasan mengenai pendidikan dan dunia pendidikan adalah bahwa antara pendidikan dan dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa dapat memperoleh pendidikan lebih berupa ilmu pengetahuan sebagai bekal dimasa yang akan datang. Pengertian sekolah menurut Kosasih (2010: 4) adalah salah satu lembaga pendidikan tempat belajar dimana siswa akan berusaha membina, mengembangkan dan menyempurnakan potensi dirinya serta dunia kehidupan dan masa depannya. Pendidikan merupakan salah satu tempat mempersiapkan generasi muda menjadi menusia dewasa dan berbudaya. Melalui sekolah diharapkan dapat: 1) Dibina hari esok kehidupannya (tomorrow s life) anak, disiapkan untuk hidup dalam dunia nyata (real life) yang didiami atau dilakoninya hari ini dan yang diperkirakan masa mendatang. Fungsi sekolah sebagai laboratorium atau stasiun transit benarbenar terlaksana.
9 20 2) Tertib sekolah, Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (TIK) setiap pelajaran, perilaku warga sekolah hendaknya memuat dan mencerminkan nilai-nilai utama yang diinginkan mempribadi dan menjadi budaya anak dikehidupan di hari esoknya. Nilai-nilai luhur pancasila dan kepribadian Indonesia hendaknya terbaca dalam kehidupan peraturan, TIK, dan budaya sekolah. b. Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah berkembangnya potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, dan kemandirian peserta didik secara optimal melalui kegiatan di luar kegiatan intrakurikuler. Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional tahun 2014 menjelaskan bahwa pedoman khusus mengenai kegiatan ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah sudah diatur oleh undang-undang tahun Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Pengembangan potensi siswa sebagimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dapat menentukan dan
10 21 mengembangkan potensi siswa,serta memberikan manfaat sosial yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain. Melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas siswa yang berbeda-beda. Kegiatan ekstrakurikuler menurut Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan menengah adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh siswa di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian siswa secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan dua prinsip: 1) partisipasi aktif yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler menurut keikutsertaan siswa secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing; dan 2) menyenangkan uaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi siswa. Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler dilakukan secara berkelompok, yaitu berkelompok dalam datu kelas (klasikal), berkelompok dalam kelas paralel, dan berkelompok antarkelas. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di sekolah merupakan suatu bentuk perhatian sekolah kepada siswa supaya siswa dapat
11 22 melakukan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Kegiatan ekstrakurikuler menurut Arikunto (1998:57) dalam Suryosubroto (2009: 287) adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa. Tujuan dari ekstrakurikuler adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa dapat mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya membina pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. 3. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat belajar siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar siswa. Sadiman (2008: 6-7) mendefinisikan media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajan menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dalam Sadiman (2008: 7) adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak
12 23 maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Batasan media menurut pendapat di atas dapat disimpulan bahwa ada persamaan media yaitu, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. b. Peranan Media Peranan media menurut Herry, Badru, dan Cepi (2008: 4) adalah dalam proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi guru berperan sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan kepada siswa. Siswa bertindak sebagai penerima pesan (communican). Media pembelajaran memiliki tujuan agar pesan yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka diperlukan wahana penyalur pesan. Proses komunikasi divisualisasikan pada gambar dibawah ini: Gambar 2.1 Proses Komunikasi dalam Pembelajaran c. Fungsi Media Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat untuk mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas.
13 24 Fungsi utama media pembelajaran Herry, Badru, dan Cepi (2008: 11) adalah sebagai sarana untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Media pembelajaran bukan sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata. Media pembelajaran harus dijadikan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Fungsi lain dari media pembelajaran adalah untuk mempercepat proses pembelajaran dan meminimalisir adanya salah penafsiran. d. Jenis jenis Media Pembelajaran Jenis media pembelajaran salah satunya adalah media visual yang tidak diproyeksikan. Media yang tidak diproyeksikan menurut Herry, Badru, dan Cepi (2008: 31) contohnya adalah media tiga dimensi. Media tiga dimensi adalah media pembelajaran yang dapat lihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Media tiga dimensi ini ter diri atas media realita dan media model. Media realita adalah alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman secara langsung kepada para siswa (direct experiences). Media realita merupakan model dan objek nyata dari suatu benda. Menggunakan benda nyata dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat dianjurkan, sebab siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan. Penggunaan benda atau objek nyata bisa dilakukan melalui kegiatan pemeranan kelas atau sekolah.
14 25 Media model merupakan media tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa kedalam kelas dan sulit dipelajari siswa wujud aslinya. Media model menurut Herry, Badru, dan Cepi (2008: 31) adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Media model terdiri dari bebrapa jenis, antara lain model padat (solid model), model penampang (cutaway model), model susun (build-up model), model kerja (working model), mock-up, dan diorama. Berdasarkan beberapa jenis media model yang ada, peneliti memilih diorama dengan alasan diorama sesuai dengan kriteria media pembelajaran yang akan peneliti buat. Diorama menurut Herry, Badru, dan Cepi (2008: 32) adalah sebuah bentuk tiruan tiga dimensi mini yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu suasana atau keadaan yang sebenarnya. Diorama biasanya terdiri atas objek-objek yang ditempatkan pada suatu pentas mini yang berlatar belakang suatu lukisan yang mendukung penyajiannya. Diorama yang disajikan merupakan gambaran keadaan objek sesungguhnya yang dikemas dalam bentuk minatur menyerupai bentuk dan keadaan sesungguhnya. Tujuan utama diorama yang dibuat adalah untuk memperkenalkan keadaan yang sesungunya di lapangan serta menyampaikan suatu informasi yang penting kepada siswa.
15 26 e. Manfaat Media Manfaat media pembelajaran salah satunya adalah dapat mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas. Herry, Badru, dan Cepi (2008: 13) mengatakan bahwa guru dapat mengefektifkan pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran melalui penggunaan media secara optimal, sebab media ini memiliki nilai dan manfaat yang sangat menguntungkan, diantaranya: 1) Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak 2) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar 3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil 4) Memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau lambat f. Kriteria Pemilihan Media Dasar pertimbangan sebelum memilih media yang sesuai sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan peneliti terhadap media yang dikembangkan. Menurut pendapat Mc. Connel (1974) (Sadiman, 2008: 84) mengatakan bila media itu sesuai pakailah (If The Medium Fits, Use It!). Pernyataan dari bila media itu sesuai pakailah maka dapat disimpulkan bahwa media yang akan digunakan dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa dan juga disesuaikan dengan karakteristik siswa. Media yang dibuat tidak
16 27 hanya bersifat menghibur tapi juga melihat sisi kebermanfaatan media itu sendiri, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pemilihan media pembelajaran yang tepat merupakan faktor utama dalam pemilihan sebuah media pembelajaran, tidak semua media pembelajaran dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Faktor yang dipertimbangkan dalam pemililhan media menurut Dick dan Carey (1978) (Sadiman, 2008: 86) menyebutkan ada empat faktor, antara lain: 1) Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. 2) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri ada dana, tenaga dan fasilitasnya. 3) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya media bisa digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. 4) Efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang. 4. Permainan Melaksanakan proses pembelajaran di kelas dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya adalah dengan permainan. Permainan (games) menurut Sadiman (2008: 75-76) adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti
17 28 aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pemain harus memiliki empat komponen utama, yaitu: a. Adanya pemain (pemain-pemain) b. Adanya lingkungan dimana para pemain berinteraksi c. Adanya aturan-aturan main d. Adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai Penggunaan permainan pada saat pembelajaran di kelas dapat membuat proses belajar menjadi lebih menyanangkan. Kelebihan dari permainan (games) menurut Sadiman (2008: 78-80), antara lain: a. Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur. b. Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar. c. Permainan dapat memberikan umpan balik langsung. d. Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peranperan kedalam situasi dan peranan yang sebenarnya di masyarakat. e. Permainan bersifat luwes. Keluwesan berarti dapat mengadaptasikan permainan ke kondisi-kondisi khusus yang ada. Permainan dapat dipakai untuk: 1) Mempraktikan keterampilan membaca dan berhitung sederhana 2) Mengajarkan sistem sosial dan sistem ekonomi
18 29 3) Membentu siswa atau warga belajar meningkatkan kemampuan komunikatifnya: memahami pendapat orang lain, memimpin diskusi kelompok yang efektif, dan sebagainya 4) Membantu siswa atau warga belajar yang sulit dapat belajar dengan metode tradisional f. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran media permainan dalam pembelajaran dapat membuat siswa seolah-olah mereka sedang bermain sehingga rasa tegang dan jenuh dalam diri siswa dapat dikurangi. Proses pembelajaran di sekolah pada akhirnya dapat berjalan dengan lancar dan optimal. Tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan yang diinginkan. Media permainan dalam pembelajaran digunakan seperti layaknya permainan pada umumnya, yaitu permainan tetap disajikan dengan cara yang menarik, mudah di mainkan, sehingga siswa merasa senang dan tidak merasa bosan. 5. Permainan Edukatif a. Permainan Edukatif Permainan edukatif bertujuan untuk merangsang siswa supaya dapat bermain sambil belajar. Educational games (permainan edukatif) menurut Ismail, (2006: 119) adalah suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang sifatnya mendidik. Permainan yang digunakan dalam proses
19 30 pembelajaran dan dalam permainan tersebut mengandung unsur mendidik atau nilai-nilai pendidikan. b. Permainan Monopoli Monopoli adalah suatu media pembelajaran siswa yang dikemas dalam suatu permainan berbebtuk papan persegi. Permainan monopoli merupakan permainan yang paling banyak peminatnya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Permainan monopoli, pemain berlomba untuk mengumpulkan kekayaan yang melibatkan pembelian, penyewaan, dan pertukaran tanah dengan menggunakan uang mainan. Pemain mengambil giliran untuk melemparkan dadu dan bergerak di sekeliling papan permainan mengikuti angka yang diperoleh pada saat melempar dadu. c. Permainan Monopoli Peta Budaya Monopoli peta budaya adalah suatu media permainan berbasis kebudayaan Kabupaten Banyumas yang dikemas dalam suatu permainan monopoli. Konsep permainan monopoli peta budaya adalah penggabungan dua media menjadi satu antara permainan monopoli dengan diorama berupa miniatur kebudayaan. Penggabungan dari dua media ini berisi tentang eksplorasi kebudayaan yang berkembang di wilayah Kabupetan Banyumas. Permainan monopoli peta budaya pada dasarnya sama dengan permainan monopoli pada umumnya. Perbedaannya adalah dalam
20 31 media monopoli peta budaya terdapat diorama yang terletak ditengah monopoli. Monopoli dan diorama padukan menjadi permainan edukatif yang bertujuan agar siswa kelas IV dapat bermain serta dapat memahami kebudayaan Banyumas lebih dekat. Permainan monopoli dalam permainannya hampir sama dengan permainan monopoli pada umumnya, hanya saja dalam permainan ini pemain dituntut untuk siap menjawab pertanyaan yang nantinya akan muncul pada saat permainan berlangsung. Pertanyaan yang akan muncul didalam permainan berisi ilmu pengetahuan kebudayaan yang berkembang di wilayah Kabupaten Banyumas. Permainan monopoli peta budaya memerlukan pengetahuan tentang kebudayaan Banyumas. B. Penelitian yang Relevan Efendi (2014) dengan penelitiannya yang berjudul Implementasi Kearifan Budaya Lokal pada Masyarakat Adat Kampung Kuta sebagai Sumber Pembelajaran IPS melakukan penelitian tentang kearifan budaya lokal dan pentingnya kebudayaan bagi siswa. Penelitian yang dilakukan Agus Efendi telah dikatakan berhasil. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan penyerapan kebudayaan asing yang datang secara selektif, artinya disesuaikan dengan suasana dan kondisi setempat. Nilai-nilai budaya lokal mulai terabaikan dalam kehidupan masyarakat pada jaman sekarang. Menanggapi permasalahan yang timbul dari arus globalisasi adalah usaha mencari solusi alternatif guna menyikapi dampak globalisasi yang makin
21 32 menghawatirkan. Dampak dari globalisasi diperlukan berbagai pendekatan dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki sebuah bangsa, termasuk kearifan lokal suatu masyarakat. Sistem budaya lokal merupakan modal sosial (social capital) yang besar, telah tumbuh dan berkembang secara turutemurun yang hingga kini kuat berakar-akar di masyarakat. Kearifan lokal mempunyai peranan yang penting dalam menyelamatkan kebudayaan dari arus globalisasi. Issa (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Crosss Cultural Differences In Management melakukan penelitian tentang perbedaan lintas budaya dimana perbrdaan sikap, perilaku, dan sikap yang menjadi latar belakang adanya perbedaan lintas budaya di kalangan pelajar, mahasiswa, dan pekerja dalam mengolah menagement. Penelitian yang dilakukan Tagreed Issa Kawar telah dikatakan berhasil. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa budaya hendaknya dikenalkan mulai dini pada masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak merupakan masa dimana anak memiliki kemampuan untuk menyerap norma-norma budaya dari lingkungan budaya dimana anak itu tinggal dan bermain. Budaya dapat membantu manusia untuk dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, walaupun dalam lingkungan tersebut berbeda kebudayaannya. Budaya menjadi ciri khas dalam membedakan manusia satu dengan yang lainnya. Park, Hyungsung (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Relationship between Motivation and Student s Activity on Education Game melakukan penelitian tentang hubungan antara permainan pendidikan
22 33 dengan meningkatkan motivasi pembelajaran di kalangan mahasiswa. Penelitian yang dilakukan Hyungsung Park telah dikatakan berhasil. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam peranan permainan pendidikan dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, keefektifan, serta meningkatkan pengetahuan siswa dalam menerima materi yang diajarkan guru. Siswa lebih menyukai pembelajaran dengan cara bermain, dengan bermain dapat membantu siswa meningkatkan motivasi untuk belajar. Hasil utamanya adalah pembelajaran dengan menggunakan permainan (games) siswa lebih termotivasi untuk belajar. Berdasarkan hasil jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya mengenalkan kebudayaan kepada anak mulai sejak kecil. Manfaat dari mengenalkan kebudayaan sejak kecil kepada anak dapat memberikan dampak yang positif bagi kebudayaan lokal dan kearifan lokal. Kearifan lokal mempunyai peranan yang penting dalam menyelamatkan kebudayaan dari arus globalisasi. Budaya dapat membantu manusia untuk dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, walaupun dalam lingkungan tersebut berbeda kebudayaannya. Kebudayaan berkembang secara turuntemurun, apabila tidak dilestarikan maka akan menurunkan nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Budaya menjadi ciri khas dalam membedakan manusia satu dengan yang lainnya. Penurunan nilai-nilai kebudayaan salah satunya adalah adanya arus globalisasi yang dapat menurunkan nilai budaya asli daerah dan menggantinya dengan kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat Indonesia. Mengajarkan kebudayaan kepada anak
23 34 atau siswa dapat menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan media permainan (games) yang sesuai dan menarik untuk siswa. Media permainan (games) dapat merangsang siswa untuk berfikir sportif, kreatif, dan mandiri. C. Kerangka Pikir Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan yang dilakukan di luar strtktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran agar dapat memperluas wawasan pengetahuan siswa dan kemampuan siswa. Sebab itu, guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga membuat siswa merasa senang saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan salah satunya adalah belajar dengan cara permainan. Permainan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, karena siswa menerima materi melalui permainan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada kegiatan ekstrakurikuler belum tersedianya media permainan yang tentang kebudayaan. Hasil yang telah didapat peneliti pada saat obervasi berupa informasi dari siswayang wawancara bersama guru bahwa siswa akan merasa senang dan antusias mengikuti pembelajaran pada saat guru dalam memberikan materi menggunakan media. Media pembelajaran berupa permainan edukatif bernama monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan. Melalui permainan siswa akan lebih cepat memahami materi
24 35 yang disampaikan, karena dalam memahami kebudayaan dibutuhkan pemahaman mulai dari dasar salah satunya menggunakan media. Rencana dan desain pengembangan media yang akan dilakukan peneliti adalah dengan menyesuaikan materi kebudayaan, merencanakan media seperti apa yang dapat menarik perhatian siswa, serta menyusun dan merencanakan desain pengembangan yang cocok digunakan pada siswa kelas IV. Peneliti melakukan evaluasi berdasarkan latar belakang masalah untuk menciptakan dan mengembangkan media yang belum tersedia dalam kegiatan ekstrakurikuler. Bentuk media yang akan dibuat meliputi dari pengembangan desain, bentuk, ukuran, uang-uagan, tata cara permainan, dan peraturan permainan. Proses pengembangan akan melalui tahap validasi dan uji coba untuk menghasilkan media pembelajaran yang baik. Proses validasi akan dilakukan dengan 2 validator yaitu validasi ahli materi dan validasi ahli media. Setelah proses validasi telah selesai dan tidak ada revisi maka media monopoli peta budaya dapat diujicobakan. Proses uji coba siswa akan mengerjakan pretest dan posttest untuk mengetahui keefektifan media monopoli peta budaya guna meningkatkan pengetahuan siswa tentang kebudayaan sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan media. Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa akan memberikan respon terhadap media pembelajaran monopoli peta budaya. Akhir dari proses penelitian ini diharapkan pengetahuan siswa tentang kebudayaan Banyumas meningkat.
25 36 Gambar 2.2 Kerangka Pikir D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Kondisi faktual pemanfaatan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan budaya Banyumasan. 2. Bentuk pengembangan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan budaya Banyumasan. 3. Validasi pengembangan media pembelajaran media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan. 4. Respon guru terhadap media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan.
26 37 5. Respon siswa terhadap media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan kebudayaan. 6. Pengaruh media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan budaya Banyumasan. 7. Kelayakan media pembelajaran monopoli peta budaya berbasis pengetahuan budaya Banyumasan.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar
1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas masalah pendidikan tidak dapat terlepas dari pengertian pendidikan secara umum. Pendidikan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Pendidikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia wajib ditempuh yakni wajib belajar 9 tahun. Dari jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran seni di sekolah, merupakan suatu proses belajar mengajar yang membuat siswa mampu menginterpretasikan pengalamannya, serta mengembangkan kreativitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki karakter, integritas, dan kompetensi yang bermakna dalam kehidupan.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusis sehari-hari, yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusis sehari-hari, yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan
Lebih terperinciKONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan
KONSEP PENDIDIKAN Imam Gunawan KONSEP MENDIDIK Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan, dalam
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinci2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses pendidikan yang merupakan proses untuk meningkatkan harkat serta martabat bangsa. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan merupakan hal mendasar yang dibutuhkan manusia selama hidup. Selama hidup manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk budaya, berbicara mengenai makhluk budaya tentu saja kita akan kembali membahas tentang asal muasal manusia atau hakikat dari manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa. Negara dapat dikatakan maju jika kualitas dan mutu pendidikan sangat baik dan dapat diterapkan
Lebih terperinciMEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media
MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak
Lebih terperincidengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.
Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan paling efektif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses interaksi yang baik didasari oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses interaksi yang baik didasari oleh kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan bangsa dan negara. Agar keberlangsungan bangsa dan negara dapat tercapai, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peralihan sistim pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi telah menjadikan perubahan paradigma berbagai unsur penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu meningkatkan kualitas bangsa baik pada bidang ekonomi, politik, sosial budaya, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengingat zaman semakin maju, sekarang ini banyak sekali bermunculan permaian anak yang semakin beraneka ragam. Seiring dengan kemajuan tersebut membawa dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman ditandai dengan kemajuan teknologi, dituntut untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi yang telah ada. Begitu halnya dengan jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena menjadi salah satu
Lampiran 18. Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II 162 Lampiran 19. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Sintetik (SAS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter
Lebih terperinciTim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan sekarang ini sangat pesat. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat ilmu pengetahuan yang berkembang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu perantara untuk memperoleh ilmu sehingga menjadi manusia berguna. Ilmu yang berguna tidak hanya bersifat teoritis atau hanya mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi ini, dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Perubahan dan permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode role playing pada proses belajar mengajar jarang atau tidak pernah dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, juga merupakan senjata yang paling ampuh untuk meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
Lebih terperinciTUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :
TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan
Lebih terperinciPrinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta Didik dan Lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan berencana yang dimiliki semua masyarakat sebagai siswa di dalam dunia pendidikan yang tersusun secara sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya penelitian dan pengembangan, asumsi dan keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk manusia dengan tujuan tertentu dan merupakan upaya manusia secara sadar untuk mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter
Lebih terperinciKurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kodrati, manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Akal dan pikiran tersebut merupakan modal awal dari terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dalam pengembangan pribadi, hasilnya dapat terwujud dalam perubahan tingkah laku, pengetahuan, sikap dan keterampilan
Lebih terperinciMEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*
MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa* Abstrak Selama ini, pembelajaran apresiasi puisi sering menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses yang kompleks (rumit), namun dengan maksud yang sama yaitu, memberi pengalaman belajar pada siswa sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan, manusia juga akan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Nelayan Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama
Lebih terperinci2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian demi
Lebih terperinci