BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Olahraga a. Aktivitas Olahraga Olahraga merupakan bagian gaya hidup sehat yang perlu dikembangkan. Partisipasi olahraga sangat luas, dari usia sangat muda sampai sangat tua, dari tingkat permainan untuk tujuan rekreasi sampai tingkat professional. Alasan keikutsertaan seseorang dalam olahraga bervariasi, diantaranya untuk alasan kesehatan, kebugaran, maupun dengan alasan lain seperti membentuk karakter positif dan sosialisasi. Keterlibatan seseorang dalam olahraga adalah untuk ekspresi manusia yang menyenangkan. Banyak orang menemukan olahraga sebagai sumber kegembiraan dan kepuasandiri. Tidak diragukanlagi bahwa banyakan orang mengalami kematangan kepribadian melalui pengalaman dalam olahraga. Namun demikian, efek pasti olahraga pada pembentukan karakter positif sangat ditentukan kondisi-kondisi yang terjadi saat pengalaman olahraga dialami. Pada hakekatnya olahraga merupakan miniatur kehidupan. Hal ini dapat dikatakan demikian karena di dalam aktifitas olahraga terdapat aspek-aspek yang berkaitan dengan tujuan, perjuangan, kerjasama, persaingan, komunikasi dan integrasi, kekuatan fisik dan daya tahan mental, kebersamaan, sikap responsif, pengambilan keputusan, ekpresi diri, nilai kejujuran dan sportifitas. Semua aspek ini merupakan aspek-aspek yang berada dalam diri manusia baik secara individu maupun secara bermasyarakat. Ikut aktif dalam berolahraga, berarti melatih diri untuk meningkatkan kualitas berbagai aspek yang diperlukan untuk dapat eksis ditengah-tengah masyarakat yang semakin dinamis. Berdasarkan nilai yang terkandung dalam olahraga tersebut, maka sudah selayaknya olahraga ditempatkan pada posisi prioritas, karena nilai-nilai tersebut memang sangat diperlukan oleh suatu bangsa yang ingin maju. Olahraga juga merupakan bagian dari budaya yang bersifat internasional. Keragaman sosial 7

2 8 budayadan kondisi geografis yang spesifik juga menyebabkan keanekaragaman olahraga. Dengan demikian, pembangunan olahraga sesungguhnya tidak cukup hanya diidentifikasi ukuran prestasi yang diidentikkan dengan perolehan medali khususnya emas atau peringkat yang dicapai dalam event olahraga seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) atau pekan-pekan olahraga yang diselenggarakan secara internasional seperti SEA Games, Asian Games, atau Olympic Games. Olahraga sebagai instrument pembangunan hendaknya diposisikan dan diberdayakan dalam arti luas untuk tidak saja pencapaian prestasi demi harkat dan martabat bangsa, tetapi untuk mencapai tujuan nasional antara lain kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Olahraga juga dapat menciptakan kebersamaan, toleransi, dan dapat juga menampilkan aktualisasi diri. Kegiatan olahraga selalu menunjukan wujud nyata dari fisik. Olahraga didifinisikan beragam arti, hal tersebut disebabkan oleh karakteristik olahraga yang semakin berkembang, sehingga semakin lama semakin berubah dan semakin kompleks baik dari jenis dan kegiatannya yang semakin beragam, juga penekanan motif yang ingin dicapai ataupun konteks lingkungan sosial budaya tempat pelaksanaanya, serta perkemangan IPTEK yang semakin berkembang di dunia olahraga. Seperti dalam Undang-Undang Replubik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang system keolahragaan nasional Bab I pasal I ayat 4 menyebutkan olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang dilakukan individu terkait dengan interaksi dengan lingkungannya. Olahraga bukan saja menarik bagi seseorang yang berkecimpung dalam olahraga, tetapi juga telah manarik perhatian pemerintah untuk memajukan olahraga di sutau Negara itu sendiri. Menurut Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 4) olahraga mencangkup a) adanya kegiatan jasmani (fisik), b) adanya kegiatan berupa permainan, c) dilakukan dalam bentuk pertandingan atau perlombaan, d) sasaran belajar olahraga diartikan pada peningkatan prestasi yang setinggi-tingginya dalam upaya memenangkan suatu pertandingan atau perlombaan. Dengan pengertian tersebut

3 9 dapat dikemukakan bahwa tujuan olahraga pada hakikatnya untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian serta meningkatkan kemampuan seseorang kearah yang lebih tinggi bagi kepentingan hidupnya serta, olahraga bertujuan untuk dapat mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, yang pada hakikatnya untuk memenangkan suatu pertandingan atau perlombaan. Kegiatan olahraga juga sebagai salah satu sarana yang ampuh untuk memberikan bentuk positif kepada remaja. Seperti membentuk kedisiplinan, kerjasama, tekat, ulet, cermat, percaya diri dan sebagainya. Oleh karena itu olahraga mengembangkan kualitas-kualitas kepribadian tertentu yang mendasari perbuatn-perbuatan nyata, karena olahraga merupakan sebagai aktivitas fisik, mental, sosial, emosional, dan lain-lain. Dengan melakukan kegiatan olahraga yang teratur dan terus menerus akan dapat membantu meningkatkan kemampuan jasmani dan rohani, baik di masa yang lampau maupaun di masa yang akan datang. Kegunaan dan manfaat dari aktifitas fisik atau olahraga di terapkan pada anak-anak di usia sekolah sudah diakui bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian penting dalam persiapan untuk perkembangan usia anak-anak maupun usia dewasa. b. Ruang Lingkup Olahraga Partisipasi yang tinggi dalam olahraga disebabkan karena olahraga dapat memberikan peningkatan kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang baik dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira, menuju kehidupan serasi, selaras, dan seimbang. Olahraga tidak hanya merupakan kebutuhan manusia, tetapi juga merupakan kebutuhan media untuk mencapai tujuan. Manusia bergerak bukan hanya disebabkan oleh adanya dorongan secara biologis, melainkan juga oleh faktor kejiwaan. Hal itu berarti ketika seseorang melakukan aktivitas gerak dalam berolahraga, yang mengalami peristiwa fisik dan psikis. Dunia olahraga saat ini dan bahkan yang akan datang, tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Olahraga tidak hanya sebagai kebutuhan untuk menjaga kebugaran tubuh, akan tetapi telah

4 10 merasuk dalam semua sektor kehidupan. Lebih jauh lagi, prestasi olahraga dapat mengangkat harkat dan martabat manusia baik secara individu, kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara. Prestasi olahraga suatu negara menjadi tolok ukur kemajuan bangsa dan negara, oleh karena itu persaingan mencapai prestasi olahraga antar negara terus berjalan, sebagai yang di sebutkan dalam Undang- Undang Sistem Keolahragaan Nasional, yaitu UU Nomor 3 Tahun 2005 Bab VI pasal 17 yang menyebutkan ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan : a) olahraga pendidikan, b) olahraga rekreasi, dan c) olahraga prestasi. a) Olahraga pendidikan Olahraga Pendidikan merupakan ketika seseorang atau sekelompok orang melakukan olahraga dengan tujuan untuk pendidikan maka semua aktivitas gerak diarahkan untuk memenuhi tuntunan tujuan-tujuan pendidikan. Oleh karena itu, olahraga yang bertujan untuk pendidikan ini idenitik dengan aktivitas pendidikan jasmani yaitu dengan media cabang olahraga sebagai pendidikan. Olahraga pendidikan biasanya dijumpai disekolah-sekolah dengan implikasinya, diharapkan dalam jangka yang pendek, paling tidak diarahkan para siswa memiliki kebugaran jasmani, kesenangan melakukan aktifitas fisik dan olahraga dan terbentuklah manusia yang sehat secara jasmani. Olahraga pendidikan sering juga disebut pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan Pendidikan jasmani antara lain untuk memenuhi kebutuhan anak akan gerak, mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, menyalurkan energi yang berlebihan, dan merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Pendidikan jasmani merupakan wahana yang mamapu mendidik manusia untuk

5 11 mendekati kesempurnaan hidup yang secara alamiah dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kehidupan sehari-hari. Dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, yaitu UU Nomor 3 Tahun 2005 Bab VI pasal 18 ayat 3 yang berbunyi olahraga pendidikan dimulai pada usia dini. Olahraga pada anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanakkanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal b) Olahraga rekreasi Selain olahraga pendidikan, olahraga juga dapat menjadi olahraga rekreasi. kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan ke suatu tempat. Kegiatan yang dilakukan diwaktu senggang yang bertujuan untuk mengembalikan tenaga setelah bekerja dengan keras. Olahraga rekreasi merupakan aktivitas olahraga yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang yang dilakukan pada waktu senggang (leasuretime) dan bertujuan sebagai rekreasi. Olahraga rekreasi dapat dilakukan di indoor maupun outdoor. Olahraga rekreasi ini disesuaikan dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi nilai budaya masyarakat setempat. Menurut Nurlan Kusmaedi (2002:2) Rekreasi adalah suatu kegiatan pengisi waktu luang yang melibatkan fisik, mental/emosi dan sosial yang mengandung sifat pemulihan kembali kondisi seorang dari segala beban yang timbul akibat kegiatan kegiatan sehari-hari dan dilaksanakan dengan kesadaran sendiri. Tujuan program olahraga rekreasi adalah untuk menginspirasi pertumbuhan pikiran, tubuh, dan jiwa melalui kebugaran, masyarakat, dan fair

6 12 play. Secara psikologi banyak orang di lapangan yang merasa jenuh dengan adanya beberapa kesibukan dan masalah, sehingga mereka membutuhkan istirahat dari bekerja, tidur dengan nyaman, bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan, mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan untuk hidup bebas, dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa pernyataan di atas, maka rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sebagai pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan, diantaranya untuk kesenangan, kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan kekuatan baik fisik maupun mental.banyak nilai yang dapat diperoleh dari rekreasi dengan menggunakan dasar persekutuan. Ketegangan dapat dilepaskan dan energi yang ada dapat digunakan dengan cara-cara yang berguna. Dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, yaitu UU Nomor 3 Tahun 2005 Bab VI pasal 19 ayat 2 menyatakan olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga, dan Bab VII pasal 26 ayat 1 yang berbunyi pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan dan diarahkan untuk memassalkan olahraga sebagai upaya pengambangan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, kebugatan, kegembiraan, dan hubungan sosial. Dari pernyataan tersebut, semua orang dapat melakukan olahraga rekreasi.contoh dari olahraga rekreasi adalah senam, jantung sehat, dll. Sasarannya yaitu untuk semua kalangan masyarakat, dan disesuaikan dengan usianya anak-anak dapat diajari bagaimana berolahraga dalam berbagai kegiatan sehingga kemampuan individu dapat dibangun dan ditingkatkan melalui rekreasi. c) Olahraga prestasi Selain olahraga untuk pendidikan dan rekreasi, olahraga juga untuk prestasi. Adanya pembinaan olahraga di tingkat pelajar mempunyai peran penting dan strategis sebagai upaya untuk menjaring calon-calon atlet berbakat yang memiliki potensi dikembangkan menjadi atlet yang berprestasi di tingkat Asia

7 13 Tenggara, Asia dan Dunia di masa depan. Berbagai program pembinaan atlet usia pelajar sudah dilaksanakan mulai di tingkat nasional dengan adanya Program Indonesia Emas (PRIMA) Pratama, PLP Ragunan dan lain-lain. Di tingkat daerah pembinaan atlet pelajar dilaksanakan dalam bentuk PPLP Daerah. Proses pembinaan olahraga pelajar yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk latihan yang rutin harus diukur sejauh mana pencapaiannya. Salah satu cara latihan yang dapat dilakukan adalah memulai kompetisi, bentuk kompetisi yang ada anatar lain single event dalam kejuaraan antar PPLP cabang olahraga dan kejuaraan nasional tingkat junior. Sedangkan yang dalam bentuk multi event diadakan dalam Pekan Olahraga Pelajar Provinsi, Pekan Olahraga Pelajar Wilayah dan Pekan Olahraga Pelajar Nasional. Adanya pembinaan atlet pelajar ini berguna untuk mencari generasi baru bagi atlet yang berprestasi. Pembinaan serta adanya event-event yang diselenggarakan juga berguna untuk mencari bibit-bibit unggul dalam berbagai olahraga, serta dapat mengharumkan nama bangsa. Upaya melakukan regenarsi dan pembibitan atlet di beberapa cabang olahraga (cabor) memang tak semudah yang dibayangkan. Terutama untuk cabor yang kurang populer di Indonesia. Olahraga populer pun, kadang mengalami kendala dalam proses mencetak atlet berbakat. Minat masyarakat memang cenderung pada olahraga populer saja, seperti bulu tangkis, taekwondo, bola voli, sepak bola, dan bola basket. Selain kompetisi rutin, sosialisasi ke masyarakat melalui media massa kerap dilakukan sebagai upaya merangkul massa untuk ikut menekuni cabang olahraga tertentu. Selanjutnya bibit-bibit olahragawan berbakat yang berhasil diindetifikasi perlu dibina melalui pusat pembinaan seperti PPLP dan PPLM. Pada saat ini, secara keseluruhan, pembinaan olahraga masih bersifat sporadis dan kurang didasarkan pada orientasi jangka panjang, suatu kondisi yang bertentangan dengan kenyataan, bahwa pencapaian prestasi olahraga memerlukan waktu cukup panjang antara tahun untuk dapat mencapai puncak usia prestasi, sesuai dengan watak olahraga masing masing. Oleh sebab itu, perlu diciptakan model dan

8 14 perencanaan program pamanduan bakat dan pembibitan yang lebih sistematis dan terpadu, guna mendukung pembinaan yang berjenjang dan berkesinambungan, melalui penerapan metoda yang tepat dengan memanfaatkan iptek olahraga. c. Pembinaan Olahraga Upaya mencapai prestasi yang tinggi harus dilakukan pembinaan secara sistematis dan terprogram. Sesuai dangan Undang-Undang Republik Indonesia nomor tiga tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional di bidang pembinaan dan pengembangan olahraga salah satunya di sebutkan dalam pasal 22 yaitu Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangaan olahraga melalui penetapan kebijakan, penataran/pelatihan koordinasi, konsultasi, komunikasi, penyuluhan, pembimbingan, pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba, kompetisi, bantuan, pemudahan, perizinan, dan pengawasan. Dan unsur-unsur yang mendukung pencapaian prestasi olahraga harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal. M. Sajoto (1995: 2-4) menyatakan bahwa, Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi dalam olahraga yaitu: aspek biologi (fundamental motor skill), aspek psikologis, aspek lingkungan (enviroment), dan aspek penunjang. Menurut Sudjarwo (1993: 8-9) bahwa, dalam usaha pencapaian prestasi maksimal sebenarnya ada dua faktor yang menentukan yaitu: 1) Faktor indogen Faktor indogen adalah beberapa aspek yang harus dipenuhi oleh seorang atlet untuk dapat mencapai prestasi maksimal seperti: a) Bentuk dan proporsi tubuh yang sesuai dengan cabang olahraga pilihannya, (typology yang berbeda-beda untuk setiap cabang olahraga) b) Kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, ketahanan, koordinasi dan sebagainya c) Kesehatan baik fisik maupun mental d) Keterampilan sebagai penguasaan teknik dan taktik

9 15 e) Aspek kejiwaan yang baik seperti kepribadian, disiplin, ketekunan, kesungguhan, dan daya fikir f) Pengalaman bertanding sebagai usaha untuk meningkatkan penampilan menuju kematangan juara 2) Faktor exogen Faktor exogen adalah faktor di luar atlet yang mempengaruhi pencapaian prestasi maksimal seperti: a) Kerjasama (interaksi) antara pelatih, asisten pelatih, atlet, dan semua orang yang terlibat dalam proses kepelatihan b) Kuantitas maupun kualitas sarana dan prasarana olahraga tersedia c) Kepengurusan dan organisasi cabang olahraga yang bertanggungjawab d) Lingkungan hidup atlet yang menunjang e) Fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang menjamin kehidupan atlet f) Adanya dukungan yang nyata dari pemerintah Pendapat lain dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syariffudin (1996: 104) bahwa, tujuan dari optimalisasi potensi olahraga adalah untuk meningkatkan kekuatan atau kemampuan dalam olahraga ke arah yang lebih tinggi melalui pembinaan yang intensif antara lain mengenai: 1) Pembinaan fisik: a) Spesifik latihan fisik b) Sistem energi predominan latihan fisik 2) Pembinaan teknik 3) Pembinaan taktik 4) Pembinaan mental 5) Kematangan bertanding

10 16 Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam usaha mencapai prestasi yang tinggi, secara garis besar ada dua faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup pembinaan baik fisik, tehnik, taktik, mental, dan kematangan bertanding. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor pendukung dari pembinaan olahraga. 2. Olahraga Anggar Anggar merupakan cabang olahraga yang dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Adapun keberhasilan dalam bermain anggar bukan terletak pada kekuatan fisik melainkan tingkat keterampilan dari pelakunya yang ditopang oleh kemampuan fisik yang memadai. Dalam hal ini Gaugler (1997 : 33) memaparkan. Fencing is a sport in which both sexes can participate on equal footing because success depends on skill rather than physical strength. Dapat diartikan bahwa Anggar adalah olahraga dimana kedua jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dapat berpartisipasi sejajar karena kesuksesan tergantung pada keterampilan daripada kekuatan fisik. Melihat dari sejarahnya anggar ini menjadi aktivitas di kalangan ningrat yang ada di kerajaan. Untuk memperlihatkan keperkasaan seseorang, anggar sering digunakan untuk menjadi instrumen performa individu sebagai yang terbaik. Sebagai cabang olahraga yang menggunakan senjata sebagai media serangan dan tangkisan. Anggar belum demikian populer dikalangan masyarakat karena perangkatnya yang mahal. Namun IKASI berkepentingan untuk memasyarakatkan anggar sebagai olahraga rakyat Indonesia. Etimologi kata "anggar" dalam bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Perancis "en garde", artinya dalam Bahasa Indonesia berarti "bersiap". Kata "en garde" digunakan sebelum permainan anggar dimulai, untuk memberi perintah "bersiap" kepada pemain. Dalam bahasa Perancis sendiri anggar disebut sebagai escrime.

11 17 Dalam artian umum, Anggar adalah seni budaya olahraga ketangkasan dengan senjata yang menekankan pada kemampuan teknik seperti memotong, menusuk atau menangkis senjata lawan dengan menggunakan keterampilan dengan memanfaatkan kelincahan tangan. Dalam artian lebih spesifik, anggar adalah satu cabang olahraga yang diajarkan disekolah - sekolah Eropa pada masa lalu dalam melatih keahlian dalam menggunakan senjata tajam yang akhirnya menjadi salah satu olahraga resmi di Olimpiade. a. Jenis-Jenis Senjata Anggar Dalam olahraga anggar dikenal ada tiga jenis senjata, yaitu floret (foil), degen (epee), dan sabel (sabre). Setiap senjata memiliki perbedaan baik dalam bentuk, bidang sasaran dan karakteristik khas teknik tangkisan serta pegangan. 1. Senjata Floret (Foil) Floret adalah jenis senjata khusus untuk menusuk dengan area sasaran yang sah dalam batang tubuh floret, dari bahu untuk mengunci paha, depan dan belakang. Bukan memasukan lengan, leher, kepala dan kaki. Pakaian seragam pemain floret rompi metalik (disebut lame) yang mana tutupnya sah pada area sasaran, jadi hal itu sah untuk sentuhan akan terdaftar pada mesin penilaian. Pemain memakai kabel/wire dalam seragamnya yang mana menyambungkan senjata floretnya sebuah gulungan kabel/wire, disambungkan untuk mesin penilaian (rolling dan recording). Senjata floret merupakan jenis senjata anggar yang paling ringan diantara pedang anggar lainnya. Pedang floret dapat dikenali dengan ciri pada daun pedang yang cenderung berbentuk menyerupai persegi empat dan kecil dengan pelindung tangan pada bagian pangkal pedang di dekat grip atau pegangan senjata yang berbentuk mangkok (kom) cenderung sangat kecil.

12 18 Gambar 1: Bidang sasaran jenis senjata floret dan senjata floret(foil) 2. Senjata Degen (Epee) Degen/Epee adalah merupakan salah satu jenis senjata anggar yang dipakai khusus untuk menusuk. Epee (melafalkannya EPP- pay), pertandingan anggar antara dua orang, panjangnya sama seperti floret, tapi lebih berat, beratnya kirakira 27 ones, dengan sebuah pelindung yang lebih besar (untuk menutupi tangan dari sentuhan yang sah) dan dan mata pisaunya lebih kaku. Sentuhan hanya akan dinilai dengan nilai mata pisau. Seluruh badan adalah area sasaran yang sah. Bidang perkenaan pada senjata ini adalah pada seluruh bagian badan, yaitu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Jenis pedang ini adalah pedang dengan perlengkapan pertandingan paling minim, karena tidak mempergunakan metallic jacket sebagaimana pada kedua pedang anggar lainnya. Pada senjata degen cukup menggunakan pakaian standar anggar yang berwarna putih-putih. Pada senjata degen dapat dikenali dengan ciri pada daun pedang yang relatif besar berbentuk huruf V dengan pelindung tangan (kom) pada senjata ini bundarannya jauh lebih besar daripada senjata floret. Gambar 2 : Bidang sasaran jenis senjata degen dan senjata degen(epee)

13 19 3. Senjata Sabel (Sabre) Perbedaan yang utama dari sabel adalah dalam penilaian memasukan senjata misalnya memotong senjata (dengan menggunakan mata pisau). Area sasarannya adalah dari belokan pinggul (keduanya depan dan belakang), sampai atas kepala, menirukan kavelary menaiki kuda. Pemain sabel berpakaian jaket metalik, yang mana menutup area sasaran untuk mendaftarkan sentuhan yang sah pada mesin nilai. Topengnya berbeda dari floret dan epee, dengan penutup metalik kepalanya adalah area sasaran sah. Sabel adalah jenis pedang anggar yang berasal dari pedang kavaleri. Berbeda dengan kedua pedang diatas, pada senjata sabel dapat digunakan dengan memukul/memarang dan juga menusuk. Bidang perkenaan pada senjata sabel adalah pada seluruh bagian badan diatas pinggang, yaitu dari pinggang sampai ujung kepala dan tangan. Gambar 3 : Bidang sasaran jenis senjata sabel dan senjata sabel(sabre) Pada senjata sabel ini merupakan jenis senjata anggar yang paling banyak menggunakan alat pertandingan. Selain menggunakan metallic jacket, pada jenis senjata ini juga menggunakan masker electric dan sarung tangan electric. Pada senjata ini dapat dikenali dengan melihat/memadukan senjata model kavaleri yang sering digunakan oleh para Tentara/militer, dengan daun pedang berbentuk seperti huruf V dengan sisi bawah pedang sedikit meruncing. Pada senjata ini memiliki pelindung tangan yang juga relative besar seperti senjata

14 20 degen, tetapi bentuknya melingkar ke pegangan/grip pegangan senjata guna melindungi tangan dari senjata lawan. b. Teknik Dasar Anggar Teknik dasar dalam olahraga anggar terdiri dari teknik on guard position dan movement and distance. Masing-masing teknik mempunyai kedudukan dan peran yang sama penting terhadap rangkaian gerak olahraga anggar. Movement and distance merupakan teknik bergerak dalam olahraga anggar. Teknik movement and distance dalam olahraga anggar diantaranya meliputi direct attack, one step lunge, redoubleman, dan ballestra. a. Teknik posisi siap beraksi (On guard position) Di dalam memposisikan " kuda-kuda", kaki kira-kira berjarak lima belas inci antara kaki depan dan belakang pada sudut kaki 90 derajat. Posisi tumit kaki depan dan belakang adalah pada satu garis yang sama. Kaki yang depan lurus menunjuk ke arah musuh/lawan, sedang kaki yang belakang adalah memutar pada suatu sudut 90 derajat. Untuk meyakinkan kesetimbangan badan, ukuran cara berdiri yang secara tegak maka akan membawa berat beban dari badan dengan sama pada posisi berdiri di atas kedua kaki. Kemudian menaikkan lengan tangan dan membawanya kepada suatu posisi di mana lengan tangan yang bagian atas adalah lurus/sejajar dengan bahu yang kiri, sedang lengan bawah membentuk suatu sudut sembilan puluh derajat. Menekuk pergelangan tangan, menjaga posisi tangan itu sedikit membuka, dan menunjuk ujung tangan mengarah ke arah lawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

15 21 Gambar 4 : posisi siap beraksi (On guard position) b. Teknik serangan langsung (direct attack) Gerakan serang dibentuk mulai dengan memposisikan gerak penuh ke depan dengan kaki depan diimbangi posisi panggul yang harus stabil, bersama-sama dengan lengan tangan diluruskan penuh sebagai ancaman lurus dan mengarah ke lawan, menciptakan suatu power maju dengan tolakan kaki belakang sehingga bergeraknya badan. Pergerakan ini diawali oleh suatu gerak meluruskan lengan tangan yang memegang pedang, yang menjangkau dengan ujung pedang untuk mengarahkan dan menusuk lawan pada area target. Bersamaan waktu dengan tangan yang memegang pedang, kaki dilontarkan menjangkau lurus kedepan dalam mencapai gerak penuh, dengan tumit sepatu kaki depan mendarat ke tanah terlebih dahulu yang akhirnya akan jatuh dalam posisi serangan penuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

16 22 Gambar 5 : Serangan langsung (direct attack) c. Teknik satu langkah serang (one step lunge) One step lunge gerakannya sama dengan gerakan serangan langsung, tetapi sebelumnya didahului oleh gerakan melangkah satu kaki ke depan sehingga terbentuk satu langkah serang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 6 : Satu langkah serang (one step lunge) d. Teknik Redoubleman Redoubleman merupakan serangan yang dilakukan secara berkesinambngan setelah melakukan serangan pertama diselingi dengan sikap anggar dan kembali melakukan serangan kedua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

17 23 Gambar 7: Redoubelman e. Teknik Ballestra Ballestra merupakan suatu bentuk serangan yang dimulai dengan lompatan ke depan dalam posisi melayang di udara. Tangan dan pedang lurus ke arah sasaran. Mengenai ballestra ini dijelaskan oleh Gaugler (1997:17) sebagai berikut: when a jump forward is combined with a lunge the resulting movement is termed a jump lunge. the purpose of the jump lunge, like that of the advance lunge, is to gain distance f. Teknik Flash Flash adalah gerakan serangan langsung yang sangat cepat, gerakan ini banyak dilakukan oleh setiap pemain anggar dari semua jenis senjata. Untuk jenis senjata floret dan degen gerakan ini sama yaitu seperti gerakan kaki melangkah dengan kaki menyilang (cross). Namun untuk jenis senjata sable berbeda yaitu gerakannya hampir sama dengan satu langkah serang, dalam arti ada sikap menerjang dan melayang. Kaki yang pertama kali mendarat adalah kaki depan, dengan catatan kedua kaki tidak boleh menyilang (cross). Seperti yang dijelaskan oleh Gaugler (1997:30) bahwa The glide is an action in which the blade slides along the opposing steel to the exposed target; it is an attacks in one movement that may be used when the adversary's blade is engaged Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

18 24 Gambar 8 : Flash senjata degen 3. Pelatih dan Atlet a. Tugas dan Tanggung Jawab Pelatih Pelatih merupakan seseorang yang mempunyai peranan penting dalam pembinaan olahraga. Pelatih yang berkualitas akan sangat membantu dalam pencapian prestasi yang maksimal. Di samping memiliki pengalaman yang luas, seorang pelatih harus menguasai berbagai disiplin ilmu yang mendukung dalam pembinaan olahraga. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 24) menggambarkan skematis disiplin ilmu yang mendukung dalam pembinaan olahraga sebagai berikut: PHISIOLOGI BIOMEKANIKA PEDAGOGI SPORT MEDICINE METODOLOGI PELATIHAN ILMU GERAK PSIKOLOGI SOSIOLOGI ANATOMI GIZI

19 25 Tabel 1. Skema Displin Ilmu yang Mendukung Metodologi Pelatihan (Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin, 1996: 24) Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa, displin ilmu yang mendukung dalam pembinaan olahraga mencakup phisiologi, biomekanika, pedagogi, sport medicine, ilmu gerak, psikologi, sosiologi, anatomi dan gizi. Macam-macam dispilin ilmu kepelatihan olahraga tersebut harus dikuasai seorang pelatih, agar dalam pelaksanaan pembinaan dapat dilaksanakan dengan baik dan. Sedangkan ciri-ciripelatih yang baik menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 26-27) sebagai berikut: 1) Kemampuan profesional sebagai guru, baru kemudian menjadi pelatih. Proses mengajar (teaching) adalah sangat penting baik formal (di dalam kelas) atau dalam aktivitas olahraga. Satu hal yang membedakan antara pelatih dan pengajar olahraga, pelatih lebih banyak berhubungan dengan prestasi dengan tingkat kemampuan lebih tinggi, dibandingkan dengan tingkat kemampuan siswa pada profesi pengajaran. 2) Mengetahui cara melatihnya (coaching). Dalam kaitan ini pengalaman pemain dapat digunakan dalam melatih, meskipun tidak selalu dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan pelatihan. 3) Kepribadian yang baik. Pelatih yang baik juga mempunyai kualitas pribadi yang menarik, sehingga atlet yang dilatih atau dalam bimbingannya menjadi loyal serta berusaha melakukan perintahnya dengan tidak merasa terpaksa. 4) Karakter. Salah satu kualitas dasar yang harus dipenuhi seorang pelatih adalah masalah karakter. Hal ini sangat penting bagi profesi kepelatihan, sebab karakter ini dapat menunjukkan siapa kita, bagaimana kita dan apa yang orang pikirkan tentang kita. Selain itu, pelatih berada dalam posisi yang mempunyai pengaruh cukup kuat untuk menanamkan kehidupan yang baik kepada orang lain.

20 26 Seorang pelatih yang baik harus memiliki ciri-ciri seperti di atas. Di samping itu juga, seorang pelatih harus memiliki kemampuan yang baik. Menurut Mc. Kinney (1975) yang dikutip Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 27) menyatakan: Pelatih yang baik mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1) Mempunyai kemampuan untuk membantu atlet dalam mengaktualisasikan potensinya. 2) Bila membentuk tim, didasarkan pada keterampilan individu yang telah diajarkan. 3) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis yang seimbang. 4) Mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkat intelektual dengan keterampilan neuromuscular atletnya. 5) Mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam bentuk kondisi atlet. 6) Lebih mementingkan pada unsur pendidikan secara utuh, baru kemudian pada unsur pelatihan. 7) Membenci kekalahan, tetapi tidak mencari kemenangan dengan berbagai cara yang tidak etis. 8) Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dirinya ke arah penyimpangan profesinya. 9) Mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian dengan rentang yang luas terhadap partisipasi atletnya. 10) Mampu menyatakan bahwa keberhasilannya adalah kerja timnya kepada media komunikasi. 11) Mempunyai kemampuan untuk selalu dihormati oleh atlet dan temantemannya. 12) Mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap profesinya. Kemampuan-kemampuan seorang pelatih tersebut seperti tersebut di atas sangat penting untuk dimiliki seorang pelatih. Di samping itu juga, seorang pelatih harus mengetahui tugas dan tanggungjawabnya. Harsono (1988: 5-7)

21 27 menyatakan beberapa tugas utama, peran dan kepribadianpelatih perlu diperhatikan seorang pelatih antara lain: (1) perilaku, (2) kepemimpinan, (3) sikap sportif, (4) pengetahuan dan keterampilan, (5) keseimbangan emosional, (6) imajinasi, (7) ketegasan dan keberanian. Pendapat lain dikemukakan Andi Suhendro(199: 1.3) bahwa, Tugas seorang pelatih di samping sebagai motivator educator atau manager, seperti: menyiapkan program latihan, menyiapkan fasilitas latihan, menyiapkan perangkat alat dan penunjang latihan. Dalam pelatihan pengamatan seorang pelatih dalam latihan dituntut kemajuan sistem dan proses latihan baik individu maupun kelompok. Tugas dan tanggungjawab seorang pelatih dalam pelatihan olahraga sangat penting dan harus diperhatikan. Keberhasilan pelatihan sangat bergantung pada kualitas seorang pelatih. Oleh karena itu, seorang pelatih berfungsi sebagai seorang perencana (planner), seorang pemimpin (leader), sebagai teman (friend), sebagai seorang yang selalu mau belajar (leaner) dan realist (Andi Suhendro (1999: 1.4). b. Karakteristik Atlet yang Baik Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, atlet adalah para pelaku dalam kegiatan olahraga. Atlet sering dieja atlet, dari Bahasa Yunani athlos yang berarti kontes adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Para atlet ini ini harus mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari rata-rata. Kata atlet ini juga seringkali digunakan untuk merujuk pada peserta atletik. Adapun menurut Undang-Undang di Negara Indonesia, atlet adalah pelaku olahraga yang lebih lanjut disebut olahragawan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahragawan meliputi : 1. Olahragawan amatir, yakni melaksanakan olahraga yang menjadi kegemaran dan keahliannya. Olahragawan amatir mempunyai hak sebagai berikut :

22 28 a) meningkatkan prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan olahraga; b) mendapatkan pembinaan dan pengembangan sesuai dengan cabang olahraga yang diminati; c) mengikuti kejuaraan olahraga pada semua tingkatan setelah melalui seleksi dan/atau kompetisi; d) memperoleh kemudahan izin dari instansi untuk mengikuti kegiatan keolahragaan daerah, nasional, dan internasional; dan e) beralih status menjadi olahragawan profesional. 2. Olahragawan profesional, yakni melaksanakan kegiatan olahraga sebagai profesi sesuai dengan keahliannya. Setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional setelah memenuhi persyaratan: a) pernah menjadi olahragawan amatir yang mengikuti kompetisi secara periodik; b) memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan; c) memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan; dan d) memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari olahragawan amatir menjadi olahragawan profesional yang diketahui oleh induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan. Setiap olahragawan berkewajiban: a) menjunjung tinggi nilai luhur dan nama baik bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b) mengedepankan sikap sportivitas dalam setiap kegiatan olahraga yang dilaksanakan; c) ikut menjaga upaya pelestarian lingkungan hidup; dan d) menaati peraturan dan kode etik yang berlaku dalam setiap cabang olahraga yang diikuti dan/atau yang menjadi profesinya. Faktor utama yang dominan untuk mencapai prestasi olahraga adalah atlet. Atlet adalah obyek yang menjadi sasaran untuk meraih suatu prestasi yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, seorang atlet harus memiliki potensi yang optimal terhadap cabang olahraga yang dipelajarinya, sehingga prestasi yang

23 29 tinggi dapat diciptakan. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 60-61) menyatakan karakteristik atlet yang baik antara lain memiliki: 1) Tingkat atau derajat mutu (kualitas) bawaan sejak lahir. 2) Bentuk tubuh (postur tubuh) yang baik sesuai dengan cabang olahraga yang diminatinya. 3) Fisik dan mental yang sehat. 4) Fungsi organ-organ tubuh yang baik seperti: jantung, paru-paru,, syaraf dan lain-lain. 5) Kemampuan gerak dasar yang baik seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi, daya ledak dan sebagainya. 6) Penyesuaian yang cepatdan tepat baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman yang baru dan dapat membuat penglaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipergunnakan apabila dihadapkan pada fakta-fakta atau kondisikondisi yang baru (inetelegnsi tinggi). 7) Sifat-sifat kejiwaan (karajter) bawaan sejak lahir yang dapat mendukung terhadap pencapaian prestasi yang prima, antara lain watak tinggi,kemauan keras, tabah, ulet, tahan uji, pemberani dan semangat juang yang tinggi. 8) Kegemaran untuk berolahraga. Karekteristik seperti tersebut di atas sangat penting untuk dimiliki setiap atlet. Pelatih yang berkualitas, pelatihan yang baik, tanpa didukung dari potensi atlet sendiri, maka prestasi yang tinggi tidak dapat tercapai. 4. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Tahun 2005

24 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum. Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional. Selama ini bidang keolahragaan hanya diatur oleh peraturan perundangundangan di bawah undang-undang bersifat parsial atau belum mengatur semua aspek keolahragaan nasional secara menyeluruh, dan belum mencerminkan tatanan hukum yang tertib di bidang keolahragaan. Permasalahan keolahragaan nasional semakin kompleks dan berkaitan dengan dinamika sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dan bangsa serta tuntutan perubahan global sehingga sudah saatnya Indonesia memiliki suatu undang-undang yang mengatur keolahragaan secara menyeluruh dengan memperhatikan semua aspek terkait, adaptif terhadap perkembangan olahraga dan masyarakat, sekaligus sebagai instrumen hukum yang mampu mendukung pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional pada masa kini dan masa yang akan datang. Atas dasar inilah perlu dibentuk Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional sebagai landasan yuridis bagi setiap kegiatan keolahragaan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang ini memperhatikan asas desentralisasi, otonomi, peran serta masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi, dan akuntabilitas. Sistem pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan nasional diatur dengan semangat kebijakan otonomi daerah guna mewujudkan kemampuan daerah dan masyarakat yang mampu secara mandiri mengembangkan kegiatan keolahragaan. Penanganan

25 31 keolahragaan tidak dapat lagi ditangani secara sekadarnya tetapi harus ditangani secara profesional. Penggalangan sumber daya untuk pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dilakukan melalui pembentukan dan pengembangan hubungan kerja para pihak yang terkait secara harmonis, terbuka, timbal balik, sinergis, dan saling menguntungkan. Prinsip transparansi dan akuntabilitas diarahkan untuk mendorong ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi semua pihak untuk berperan serta dalam kegiatan keolahragaan, memungkinkan semua pihak untuk melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian untuk memperoleh haknya, serta mcmungkinkan berjalannya mekanisme kontrol untuk menghindari kekurangan dan penyimpangan sehingga tujuan dan sasaran keolahragaan nasional dapat tercapai. Dalam Undang-Undang ini, sistem keolahragaan nasional merupakan keseluruhan subsistem keolahragaan yang saling terkait secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Subsistem yang dimaksud, antara lain, pelaku olahraga, organisasi olahraga, dana olahraga, prasarana dan sarana olahraga, peran serta masyarakat, dan penunjang keolahragaan termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan industri olahraga. Interaksi antarsubsistem perlu diatur guna mencapai tujuan keolahragaan nasional yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Seluruh subsistem keolahragaan nasional diatur dengan memperhatikan keterkaitan dengan bidang-bidang lain serta upaya-upaya yang sistematis dan berkelanjutan guna menghadapi tantangan subsistem, antara lain, melalui peningkatan koordinasi antarlembaga yang menangani keolahragaan, pemberdayaan organisasi keolahragaan, pengembangan sumber daya manusia keolahragaan, pengembangan prasarana dan sarana, peningkatan sumber dan pengelolaan pendanaan, serta penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara menyeluruh.

26 32 Undang-Undang ini mengatur secara tegas mengenai hak dan kewajiban serta kewenangan dan tanggung jawab semua pihak (Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat) serta koordinasi yang sinergis secara vertikal antara pusat dan daerah dan secara horizontal antara lembaga terkait baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah dalam rangka pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan nasional. Sebagai wujud kepedulian dalam pembinaan dan pengembangan olahraga, masyarakat dapat berperan serta dengan membentuk induk organisasi cabang olahraga pada tingkat pusat dan daerah. Organisasi/kelembagaan yang dibentuk oleh masyarakat itu membutuhkan dasar hukum sehingga kedudukan dan keberadaannya akan lebih mantap. Keterbatasan sumber pendanaan merupakan permasalahan khusus dalam kegiatan keolahragaan di Indonesia. Hal ini semakin terasa dengan perkembangan olahraga modern yang menuntut pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan didukung oleh anggaran yang memadai. Untuk itu, kebijakan tentang sistem pengalokasian dana di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam bidang keolahragaan sesuai dengan kemampuan anggaran harus dilaksanakan agar pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dapat berjalan lancar. Selain itu, sumber daya dari masyarakat perlu dioptimalkan, antara lain, melalui peran serta masyarakat dalam pengadaan dana, pengadaan/pemeliharaan prasarana dan sarana, dan dalam industri olahraga. Dengan Undang-Undang ini sistem pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional ditata sebagai suatu bangunan sistem keolahragaan yang pada intinya dilakukan pembinaan dan pengembangan olahraga yang diawali dengan tahapan pengenalan olahraga, pemantauan dan pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi. Penahapan tersebut diarahkan untuk pemassalan dan pembudayaan olahraga, pembibitan, dan peningkatan prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional. Semua

27 33 penahapan tersebut melibatkan unsur keluarga, perkumpulan, satuan pendidikan, dan organisasi olahraga yang ada dalam masyarakat, baik pada tingkat daerah maupun pusat. Sesuai dengan penahapan tersebut, seluruh ruang lingkup olahraga dapat saling bersinergi sehingga membentuk bangunan sistem keolahragaan nasional yang luwes dan menyeluruh. Sistem ini melibatkan tiga jalur, yaitu jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang saling bersinergi wntuk memperkukuh bangunan sistem keolahragaan nasional. Sistem keolahragaan nasional ditingkatkan, antara lain, melalui penetapan standar nasional keolahragaan yang meliputi tenaga keolahragaan, isi program penataran/ pelatihan, prasarana dan sarana, penyelenggaraan keolahragaan, dan pengelolaan organisasi keolahragaan, serta pelayanan minimal keolahragaan. Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional ini akan memberikan kepastian hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam kegiatan keolahragaan, dalam mewujudkan masyarakat dan bangsa yang gemar, aktif, sehat dan bugar, serta berprestasi dalam olahraga. Dengan demikian, gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta upaya meningkatkan prestasi olahraga dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa pada tingkat internasional sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan nasional yang berkelanjutan. 5. IKASI ((Ikatan Anggar Seluruh Indonesia) Pada tahun 1951 merupakan awal berdirinya organisasi Anggar di Indonesia dengan nama IPADI (Ikatan Pemain Anggar di Indonesia) dengan Ketua Umum Dr. Singgih dan Sekretaris Umum Rusman Rukmantoro. Ketika PON I tahun 1948, olahraga Anggar masuk dalam acara eksibisi, dan baru pada

28 34 PON II setelah berdirinya IPADI, Anggar masuk cabang olahraga resmi yang dipertandingkan sampai sekarang. Tahun 1953 diadakan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) yang pertama di Jakarta serta Kongres, kemudian memilih R.A. Kosasih sebagai Ketua Umum dan Ong Sik Lok sebagai Sekjen, dan nama IPADI berubah menjadi IKASI (Ikatan Anggar Seluruh Indonesia), berkedudukan di Bandung. 6. Institusi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata Institusi bisa di artikan sesuatu yang di lembagakan oleh undang-undang, adat atau istiadat (seperti perkumpulan, paguyuban,organisasi sosial ), sedangkan pengertian lembaga lebih menunjuk pada sesuatu bentuk, sekaligus juga mengandung tentang seperangkat normanorma, peraturan-peraturan yang menjadi ciri lembaga tersebut. Lembaga merupakan sistem yang kompleks yang mencakup berbagai hal yang berhubungan dengan konsep sosial, psikologis, politik dan hukum. Konsep lembaga/kelembagaan telah banyak di bahas dalam sosiologi, antropologi, hukum dan politik. Dalam bidang sosiologi dan antropologi kelembagaan banyak di tekankan pada norma, tingkah laku adat istiadat, dalam ilmu politik kelembagaan banyak di tekankan pada aturan main, kegiatan kolektif untuk kepentingan bersama. Dalam Psikologi menegaskan pentingnya kelembagaan dari sudut pandang tingkah laku manusia. Sedangkan dari ilmu hukum melihatnya dari sudut hukum atau regulasinya serta instrumen dan litigasinya (Djogo, dkk, 2003) 7. Organisasi a. Pengertian organisasi Organisasi merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dalam suatu kegiatan olahraga prestasi. Hal ini karena organisasi merupakan bagian yang berfungsi mengelola kegiatan pembinaan olahraga prestasi. Seperti yang diungkapkan Sudjarwo (1993: 10) bahwa, Salah satu faktor exogen yang

29 35 mempengaruhi pencapaian prestasi yaitu kepengurusan dan organisasi cabang olahraga yang bertanggung jawab. Pembinaan olahraga prestasi dapat berjalan dengan baik, jika organisasi yang menangani pembinaan tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Tanpa adanya organisasi, maka kegiatan pembinaan olahraga tidak dapat berjalan dengan lancar. Mengutip dari Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional ( UUSKN ) bab XIII yang pertama pasal 35 dilanjutkan pasal 36 telah mengatakan tentang pengelolaan olahraga: Ayat (1) Dalam pengelolaan keolahragaan, masyarakat dapat membentuk induk organisasi olahraga. (2) Induk organisasi cabang olahraga sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat mendirikan cabang-cabangnya di provinsi dan kabupaten/kota. Dan tertera juga dalam pasal 36 ayat (1) Induk organisasi cabang olahraga sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 membentuk suatu komite olahraga nasional. (2) Pengorganisasian komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) induk organisasi cabang olahraga dan komite olahraga nasional sebagaiman dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri. (4) Komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas: (a) membantu Pemerintah dalam membuat kebijakan nasional dalam bidang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi pada tingkat nasional; (b) mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga, organisasi olahraga fungsional, serta komite olahraga provinsi dan komite olahraga kabupaten/kota; (c) melaksanakan pengelolaan, pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi berdasarkan kewenanganya; dan (d) melaksanakan dan mengordinasikan kegiatan multikejuaraan olahraga tingkat nasional. Organisasi pada dasarnya merupakan sekumpulan orang-orang yang melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan organisasi Direktorat Jendral Pendidikan Tingggi yang di kutip Suratmi WS. (1991: 8) menyatakan, organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang

30 36 atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Menurut Dwight Waldo yang di kutip Soebagio Hartoko (1994: 13) bahwa, organisasi adalah struktur hubungan pribadi dalam wewenang formil dan kebiasaan di dalam sistem organisasi. Sedangkan Depdiknas (2001: 803) mendefinisikan pengetian organisasi menjadi dua yaitu: (1) Organisasi merupakan kesatuan (susunan dan sebagaianya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) di perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. (2) Kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan pengertian organisasi yang di kemukakan tiga ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa, unsur utama suatu organisasi yaitu sekumpulan orangorang, melakukan kerjasama dan mencapai tujuan yang telah di tetapkan Sedangkan menurut Sulistriyo, Ign. Wagimin dan Hery Sawiji (2003: 52) bahwa, istilah organisasi dalam kehidupan sehari-hari diartikan dalam tiga kelompok yaitu: (1) Organisasi dalam arti statis, (2) Organisasi dalam arti dinamis dan (3) Orgnisasi dalam arti lembaga atau badan. Organisasi dalam arti statis adalah kerangka hubungan antara orang-orang yang bertangung jawab, dan yang bergerak ke arah usaha untuk mencapai tujuan tertentu jadi organisasi dalam arti statis atau wadah ini merupakan gambaran secara skematis tentang struktur daripada bagian-bagian dari suatu badan atau lembaga. Gambaran organisasi dalam arti statis dapat di lihat dengan indera mata dengan bantuan bagan organisasi. Organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penentuan bentuk dan pola dari suatu organisasi, yang wujud dari kegiatan-kegiatannya meliputi pembagian pekerjaan, pembatasan tugas-tugas, pembatasan kekuasaan dan tanggung jawab, beserta pengaturan hubungan antar bagian-bagian didalam atau badan yang bersangkutan. Organisasi dalam arti badan atau lembaga adalah sekelompok orang yang tergabung dan terikat secara formal dalam sistem kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Atau dengan kata lain, dimana saja dalam kondisi dan keadaan apapun, apabila ada sekelompok orang yang

31 37 bekerjasama untuk mencapai tujuan muncullah apa yang disebut organisasi. Pengertian organisasi dalam arti badan atau lembaga ini dalam arti statis dan dinamis. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, organisasi dalam arti statis merupakan bentuk skematis struktur organisasi yang dapat dilihat. Organisasi dalam arti dinamis merupakan wujud dari kegiatan, pembagian tugas, dan tanggungjawab dalam organisasi. Sedangkan pengertian organisasi dalam arti badan atau lembaga merupakan kumpulan sekelompok orang yang terikat secara formal untik mencapai tujuan. Organisasi salam arti lembaga atau badan mencakup organisasi dalam arti statis maupun dinamis. b. Asas Pokok Organisasi Organisasi merupakan suatu alat atau sarana untuk mencapai tujuan tertentu, dan tujuan tersebut tidak dapat dicapai kalau tidak ada sistem kerjasama sekelompok orang dalam sebuah organisasi. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam organisasi, maka dalam mendirikan organisasi diibaratkan mendirikan rumah. Untuk mendirikan organisasi harus memiliki fondasi dan kerangka organisasi yang baik. Fondasi atau landasan dan kerangka yang dimaksud yaitu asas-asas organisasi. Asas organisasi harus diyakini betul oleh setiap pembentuk organisasi atau pimpinan yang bertanggungjawab secara keseluruhan. Untuk menjaga kontinyuitas organisasi dan semua aktivitas bergerak ke arah tujuan yang hendak dicapai, maka asas tersebut harus betul-betul menjiwai semua anggota organisasi. Menurut Sulistriyo dkk. (2003: 53-57) bahwa ada tujuh asas pokok yang harus diperhatikan oleh setiap organisasi yaitu: a. Perumusan tujuan yang jelas b. Pembagian tugas dan pekerjaan. c. Delegasi kekuasaan. d. Rentangan kekuasaan e. Tingkatan tata jenjang f. Kesatuan perintah dan tanggung jawab

32 38 g. Koordinasi Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, asas pokok dalam suatu organisasi mencakup tujuh macam yaitu: tujuan yang jelas, adanya pembagian tugas, adanya delegasi kekuasaan, adanya rentangan kekuasaan, adanya tingkatan tata jenjang, kesatuan perintah dan tanggungjawab serta adanya koordinasi yang baik dari semua orang yang terlibat dalam organisasi. Ketujuh asas pokok dalam organisasi tersebut harus dipahami dan dimengerti dalam mendirikan organisasi. Untuk lebih jelasnya ketujuh asas pokok organisasi tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut 1) Perumusan Tujuan yang Jelas Sesuatu yang hendak dicapai suatu organisasi hendaknya dirumuskan dengan jelas dan dipahami oleh setiap anggota organisasi. Dengan demikian dapat menjiwai setiap orang dalam melaksanakan tugasnya, atau mungkin dapat menyumbangkan ide, kreasi terhadap tindakan atau langkah yang diambil untuk mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut akan menambah keyakinan, memberi motivasi dalam menjalankan tugas, karena diikutsertakan, diberi wewenang dan merasa mempunyai peranan, maka akan selalu tergugah hatinya untuk dapat mempertanggungjawabkan tugas yang dilimpahkan dengan sebaik mungkin. Apabila setiap orang di dalam organisasi mengetahui tujuan yang hendak dicapai organisasi, menurut Sulistrityo dkk., (2003: 54) ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan yaitu: a. Mereka mengatakan apa yang diharapkan oleh organisasi dari mereka masing-masing b. Mereka dapat memahami apa yang mereka dapat harapkan dari organisasi c. Mereka dapat menilai apakah tujuan organisasi itu sinkron dengan tujuan mereka pribadi.

33 39 d. Jika belum sinkron, mereka dapat memutuskan apakah berusaha untuk mensinkronkan atau tidak, ataukah akan meninggalkan organisasi tersebut. Merumuskan tujuan yang jelas dalam sebuah organisasi adalah sangat penting. Dengan tujuan organisasi yang jelas, maka setiap orang yang terlibat dalam organisasi akan mengetahui dan memahami apa yang diharapkan dari organisasi, dapat menilai tujuan organisasi sinkron atau tidak dengan tujuan pribadi dan mampu mengambil keputusan terhadap tujuan organisasi apabila tujuannya tidak sinkron dengan tujuan pribadinya dengan bertindak mensinkronkan atau keluar dari organisasi. 2) Pembagian Tugas Pekerjaan Berdasarkan unsur utama dari organisasi yaitu kumpulan sekelompok orang, melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar orang-orang yang terlibat dalam organisasi dapat melakukan kegiatan dengan baik, maka perlu dilakukan pembagian tugas pekerjaan, baik pembagian tugas ke dalam satuan-satuan organisasi, ke dalam sub-sub unit, atau sampai ke dalam satuan-satuan pelaksana (operating unit). Di dalam organisasi terdapat satuansatuan organisasi dengan pejabat, tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan satu sama lain yang masing-masing pejabat mempunyai peranan tertentu dalam lingkungan kesatuan utuh. Pembagian tugas pekerjaan dalam organisasi adalah aktivitas untuk membagi-bagi tugas pekerjaan dalam satuansatuan tertentu atau ke dalam bagian-bagian yang khusus. Karena organisasi dalam arti fisiolofis adalah manifestasi kemampuan manusia untuk bekerja secara kooperatif, maka tugas-tugas yang terdapat di dalam organisasi harus dibagi-bagi sesuai dengan kemampuan, keahlian dan bakat orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. 3) Delegasi kekuasaan Delegasi kekuasaan merupakan penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan dari pejabat yang lebih tinggi tingkatannya kepada

34 40 pejabat yang lebih rendah, atau pejabat satu kepada yang lain yang sederajat mengingat bahwa kemampuan seseorang itu terbatas. Hal ini artinya,tidak semua orang mengetahui semua hal dalam organisasi sampai ke hal yang paling kecil,terlebih-lebih organisasi tersebut besar dan kompleks tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk merealisasi tujuan organisasi. Dengan demikian delegasi kekuasaan merupakan suatu asas esensiil, agar organisasitersebut kegiatannya dapat berjalan lancar. Namun demikian, dalam memberikan tugas harus disertakan juga kekuasaan atau batas-batas kewenangan yang sepadan dengan fungsi dan tanggungjawab yang akan diberikan. 4) Rentangan kekuasaan Di dalam organisasi terdapat beberapa orang yang mempunyai predikat pimpinan. Baik pimpinan tingkat atas, tingkat menengah atau pun tingkat bawah.mereka dikatakan pimpinan praktis yang mempunyai bawahan. Asas yang berkenaan dengan penentuan jumlah bawahan atau tanggungjawab yang harus berada di bawah pengawasan seorang pejabat termasuk dalam pengertian rentangan kekuasaan. Menurut Sulistriyo dkk., (2003: 56) bahwa, untuk menentukan jumlah orang atau tanggungjawab yang tepat yang harus berada di bawah pengawasan seorang pejabat ada lima faktor yang harus diperhatikan yaitu: (1) manusia (man power), (20 corak pekerjaan, (3) tata ruang atau tempat kerja, (4) alat perlengkapan dan (5) corak hasil kerja 5) Tingkatan tata jenjang Tingkatan tata jenjang merupakan jumlah tingkatan menurut kedudukan dari atas ke bawah yang tiap-tiap tingkatan terdapat pejabat dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab tertentu. Untuk menentukan jumlah tingkatan atau hirarki, hendaknya diperhatikan benar-benar akan corak daripada pekerjaan. Hendaknya diusahakan jenjang organisasi sependek mungkin, sehingga akan mengurangi hambatan dalam proses penyerahan kekuasaan dan tanggungjawab. Semakin banyak jenjang berarti semakin banyak pula kemungkinan hambatan penyaluran setiap kebijaksanaan. Jenjang atau hirarki ini sangat erat hubungannya rentang kekuasaan. Sulistriyo dkk., (2003: 57) menyatakan bahwa, untuk

35 41 menentukan hirarki organisasi dan rentang kekuasaan, hendaknya diikutsertakan beberapa pertimbangan yaitu: (1) Bilamana rentang kekuasaan luas, maka jenjang organisasi harus pendek. (2) Bilamana rentang kekuasaan sempait, maka jenjang organsiasi harus panjang, dan yang paling baik adalah jenjang organisasi yang pipih (flat of organization). 6) Kesatuan perintah dan tanggung jawab Di dalam organisasi terdapat satuan-satuan tugas yang harus dilaksanakan oleh pelaksana. Oleh karena itu, setiap pelaksana hendaknya hanya menerima perintahdan tanggungjawab dari satu atasan, dan dilaksanakan dengan menggunakan saluran komunikasi yang tegas. Maksudnya agar semua petugas dapat mengetahui dari siapa ia menerima perintah dan kepada siapa ia mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya. Di samping itu, pelaksanaan asas ini dapat menghindarkan kemungkinan adanya kesamaan atau kevakuman dalam pelaksanaan pekerjaan yang disebabkan karena adanya bawahan yang dapatmenerima perintah lebih dari satu atasan. 7) Koordinasi Koordinasi merupakan suatu kondisi dimana terkandung aspek-aspek tidak terjadinya kekacauan, percecokan, kesamaan atau kekosongan pekerjaan, sebagai akibat dari pekerjaan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaan dalam suatu kerjasama yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Aktivitas yang berupa menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya, sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju tercapainya tujuan, inilah yang disebut pengkoordinasian (coordinating). Ketujuh asas organisasi seperti yang diuraikan di atas berguna untuk membina dan menjaga kelestarian organisasi. Dengan mengetrapkan asas-asas organisasi yang tepat dan menjiwai sebagai anggota organisasi senantiasa akan: a. Mengetahui dengan sadar akan arti eksistensi organisasi dan tugas mereka masing-masing.

36 42 b. Mengerti dan yakin akan tujuan yang hendak dicapai c. Mengetahui bagaimana cara dan kebijaksanaa apa yang perlu di tetapkan d. Dapat menempatkan diri baik kedudujanya sebagai anggota organisasi yang mempunyai sikap loyal, maupun dalam kedudukanya sebagi anggita masyarakat. (Sulistriyo dkk, 2003:58) Banyak manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya asas-asas organisasi yang tepat. Dengan asas-asas organisasi, maka setiap orang yang terlibat dalam organisasi akan mengetahui dengan sadar arti dan eksistensi organisasi dan tugasnya, mengerti dan yakin tujuan yang akan dicapai, mengetahui kebijakan yang harus ditetapkan uintuk mencapai tujuan serta dapat menempatkan diri dengan baik sebagai anggota serta loyal terhadap organisasi. c. Prinsip-prinsip Organisasi Prinsip organisasi menurut A.P. Pandjaitan (1992:2) adalah sebagai berikut : 1) Prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas. 2) Organisasi di bentuk atau disusun atas dasar adanya tujuan. Tidak ada organisasi yang tidak mempunyai tujuan. Misalnya: 3) Organisasi kekuasaan (negara) dibentuk untuk mencapai tujuan negara/nasional 4) Organisasi olah raga, dalam hal ini KONI, dibentuk untuk mencapai tujuan agar dalam bidang olah raga tercapai prestasi yang setinggi-tingginya. 5) Organisasi siswa Intra Sekolah (OSIS) dibentuk untuk melatih siswa berorganisasi. 6) Prinsip kesatuan komando. 7) Bahwa seseorang hanya menerima perintah atau komando dan bertanggung jawab terhadap seseorang atasanya. 8) Prinsip pertanggungjawaban

37 43 9) Dalam menjalankan tugasnya, bawahan harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasanya. Sekalipun demikian atasnya tidak dapat menghindarkan pertanggungjawabannya atas segala kegiatan/perbuatan yang dilakukan oleh bawahannya. 10) Prinsip pembagian kerja 11) Setiap orang mempunyai kemampuan yang terbatas dalam melakukan segala macam pekerjaan. Oleh karena itu pembagian pekerjaan berarti bahwa kegiatan-kegiatan dalam melakukan pekerjaan harus dikhususkan secara sempurna. Kegiatan ini harus ditentukan secara jelas demi keefektifan dalam pencapaian tujuan organisasi 12) Prinsip kepemimpinan. 13) Sekalipun susunan organisasi telah ditentukan, wewenang telah dilimpahkan kepada setiap orang sesuai dengan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi, perlu adanya kemampuan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan orang lain, sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana diharapkan, terutama bagi tercapainya tujuan yang diinginkan. d. Organisasi Olahraga Menurut J.S. Husdarta, (2009) kegiatan olahraga, termasuk juga penjas yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan, memerlukan manajemen yang baik. Kegiatan olahraga semakin berkembang dalam corak yang semakin beragam. Aneka motif mulai tumbuh sesuai pula dengan kebutuhan manusia dalam kaitannya dengan olahraga. Ada motif yang bertujuan hanya untuk memenuhi dorongan berafiliasi atau memperoleh pergaulan yang luas, dan ada pula motif untuk memperoleh kekuasaan, dan masih banyak lagi motif lainnya. Keseluruhan kegiatan yang semakin kompleks itu, memerlukan manajemen. Karena dalam kegiatan itu terdapat sejumlah faktor yang harus dikelola. Kegiatannya melibatkan beberapa komponen meliputi: 1) Tujuan: termasuk prioritas.

38 44 2) Manajemen: termasuk koordinasi. 3) Fasilitas: tempat untuk menyelenggarkan kegiatan. 4) Sumber belajar: sumber pendukung bagi kelangsungan program. 5) Program : pengalaman belajar yang harus disediakan. 6) Pelatih/guru: berfungsi sebagai fasilitatir dan manajer perubahan perilaku. 7) Siswa/ atlet: subjek yang menjadi pelaku dan sekaligus mengalami pemberian pengalaman belajar. 8) Kendali mutu: berkaitan dengan evaluasi dan riset. 9) Supervisi: pengendalian mutu, dan terkait pula dengan unsur leading. 10) Biaya: konsekuensi logis dari semua kebutuhan. Organisasi olahraga yang baik harus memenuhi syarat-syarat khusus sebagai organisasi olahraga, sehingga dapat terwujud organisasi olahraga yang sehat, baik dan berjalan dengan lancar. Di indonesia ada lebih dari 30 cabang organisasi olahraga dari beberapa macam cabang satu dengan yang lain berbedabeda sehingga diperlukan wadah untuk menampung aspirasi setiap organisasi dan sebagai induk organisasi olahraga adalah komite Olahraga Nasional Indonesia atau disebut KONI pusat ini membawahi dan mengkoordinir semua organisasiorganisasi olahraga di Indonesia. Kalau sudah ada induk organisasi maka akan terjalin kerjasama yang baik antar organisasi olahraga baik di tingkat daerah maupun pusat. Organisasi Olahraga Anggar menjadi induk organisasi yang berada di daerah adalah Ikatan Anggar Seluruh Indonesia sering disebut IKASI. d. Struktur dan Bagan Organisasi Dalam sebuah organisasi harus dibentuk struktur organisasi setelah terbentuk lalu dimasukkan ke dalam bagan organisasi untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab setiap orang dan juga memperjelas jabatan setiap kegiatan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang hal di atas:

39 45 1) Delton E.Mc Ferland : struktur organisasi adalah pola jaringan berhubungan antara bermacam-macam jabatan dan para pemegang jabatan. 2) Richard A. Johnson, Fermout E. Kast dan J.E Rousseuzweig : struktur organisasi adalah hubungan antara macam-macam fungsi atau aktifitas di dalam organisasi. 3) John Pfiffiner dan Owen Lane : struktur organisasi adalah hubungan antara pegawai dan aktifitas mereka satu sama lain serta terhadap keseluruhan, dimana bagian-bagiannya adalah tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau fungsi-fungsi dan masing-masing anggota kelompok pegawai yang melaksanakannya. Tiga batasan tentang organisasi di atas, dapat di simpulkan bahwa struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing mempunyai peran dalam satuan yang utuh. Bagan organisasi adalah gambaran struktur organisasi yang di tunjukkan dengan kotak-kotak atau garis-garis yang susun menurut kedudukannya yang masingmasing memuat fungsi tertentu, yang satu sama lain dihubungkan dengan garisgaris saluran wewenang dan tanggung jawab. Dalam organisasi menurut Henry G. Hodges dalam Hani Handoko ( 1984) mengemukakan empat bentuk bagan organisasi: 1) Bentuk piramid. Bentuk ini yang paling banyak di gunakan, karena sederhana, karena sederhana, jelas dan mudah dimengerti. 2) Bentuk vertikal. Bentuk vertikal agak menyerupai bentuk piramid, yaitu dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagan vertikal berwujud tegak sepenuhnya. 3) Bentuk horizontal. Bagan ini menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan lain. Bagan bentuk lingkaran jarang sekali digunakan dalam praktek.

40 46 Gambar 9. Bentuk-bentuk bagan Organisasi e. Unsur-Unsur Organisasi Organisasi merupakan kumpulan sekolompok orang yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan,maka dibutuhkan unsur-unsur yang mendukung kelancaran kegiatan organisasi. Menurut T. Hani Handoko (1994: ) unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi yaitu: (1) Pengurus, (2) Anggota, (3) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, (4) Rencana kerja dan (5) Anggaran belanja. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa unsur pokok dalam sebuah organisasi terdiri dari lima bagian yaitu: pengurus, anggota, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, rencana kerja dan anggaran belaja. Untuk lebih jelasnya unsur-unsur organisasi tersebut dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1) Pengurus Pengurus organisasi bertugas mengelola organisasi sesuai dengan jabatan dan kedudukannya masing-masing. Setiap pengurus dituntut memahami keberadaanyahal ini artinya, mereka mempunyai tanggungjawab terhadap jalannya organisasi. Dapat dikatakan, maju dan mundurnya suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian yaitu studi Tentang Perkembangan Kapasitas Institusi Ikatan Anggar Seluruh Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pasca

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dede Syamsul Ma Arif, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dede Syamsul Ma Arif, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga anggar merupakan salah satu olahraga tertua di dunia, hal ini terbukti dengan dipertandingkannya olahraga anggar pada olimpiade pertama di Athena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia pada dasarnya mengarah pada peningkatan kualitas masyarakat Indonesia. Salah satu bagian dari peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga anggar merupakan salah satu keterampilan dalam membela diri dengan cara menangkis atau menyerang yang menggunakan kayu, besi, dan bahkan barang apapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyadari bahwa pemeliharaan kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup sehat jasmani dan rohani. Hal ini

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pencapaian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pencapaian prestasi atlet nasional di tingkat internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Rimasa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Rimasa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang terdapat didalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh kemenangan dan prestasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DAFTAR ISI Hal Menimbang... 1 Mengingat... 1 BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII KETENTUAN UMUM Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN Menimbang : a bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. Pemerintah berkewajiban

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas berolahraga belakangan telah menjadi suatu hal yang fenomenal didunia yang menjadi bagian serta life style tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DZIKRY PURNAMA, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DZIKRY PURNAMA, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang terdapat didalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh kemenangan dan prestasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang terdapat didalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh kemenangan dan prestasi

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN OLAHRAGA TERPADU MELALUI SPORT TRAINING CENTER KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pembangunan keolahragaan di Lampung diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu bentuk aktifitas fisik yang memiliki dimensi kompleks. Dalam berolahraga individu mempunyai tujuan yang berbeda-beda, antara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa pembangunan keolahragaan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2005 Keolahragaan. Standar Nasional. Pembinaan. Pengembangan. Induk Organisasi Keolahragaan (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER,

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagian besar masyarakat Indonesia menyadari bahwa pemeliharaan kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup sehat jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. 1. Bagaimanakah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam penyampaian

PANDUAN WAWANCARA. 1. Bagaimanakah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam penyampaian LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Informan : Aparat Pelaksana Program Fokus : Komunikasi 1. Bagaimanakah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam penyampaian kepada pelaksana dalam Program Pembinaan Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era teknologi maju ini, olahraga semakin penting, supaya manusia tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat menggunakan teknologi

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR 1 BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa dalam upaya pencapaian

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang? undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi? tingginya bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa keolahragaan merupakan upaya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Hakekat pembangunan olahraga nasional adalah upaya meningkatkan kualitas hidup manusia secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggar adalah senibudaya olahraga beladiri dengan menggunakan senjata

BAB I PENDAHULUAN. Anggar adalah senibudaya olahraga beladiri dengan menggunakan senjata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggar adalah senibudaya olahraga beladiri dengan menggunakan senjata yang menekankan pada teknik kemampuan seperti memarang, menusuk atau menangkis. Dalam olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga olahraga menjadi sarana strategis

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL. Setiyawan ABSTRAK

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL. Setiyawan ABSTRAK IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL Setiyawan second.setiyawan@gmail.com ABSTRAK Sebagai Negara hukum Indonesia memiliki aturan hukum yang jelas dan diatur dalam perundangundangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola tangan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1890 oleh seorang tokoh gymnastic dari Jerman bernama Konrad Koch. Akan tetapi permainan bola tangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap 187 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu, khususnya di kalangan pelajar sebagai generasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN I. UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga hingga kini kian meluas dan memiliki makna sebagai sebuah fenomena yang bersifat global, mencakup wilayah kajian hampir seluruh sendisendi kehidupan manusia.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin hari semakin modern didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar melatih

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang Olahraga sepakbola merupakan salah satu cabang Olahraga yang saat ini sudah memasyarakat disemua lapisan masyarakat, baik dari usia anakanak, remaja,

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SALINAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi lari, lempar, dan lompat.kata ini berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat aktifitas fisik manusia semakin berkurang. Hal tersebut menyebabkan aktifitas gerak yang sedikit

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah tantangan di era globalisasi sekarang ini. Sumber daya manusia tersebut, tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang. negara. Pada negara-negara yang baru berkembang pendidikan

I. PENDAHULUAN. berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang. negara. Pada negara-negara yang baru berkembang pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor yang dapat mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu cara untuk menjaga agar kesegaran jasmani tetap berada dalam kondisi yang baik. Sehingga terlihat pria dan wanita, tua atau muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga bola voli di Magelang saat ini belum maksimal. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah diikuti belum

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG -1- QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 2) olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dibidang ilmu dan teknologi serta dibidang lainnya termasuk olahraga. Olahraga adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas. Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas. Psikologi olahraga di Indonesia merupakan cabang psikologi yang sangat baru, sekalipun pada

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demi menghadapi perkembangan zaman dan teknologi yang semakin pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atlet merupakan olahragawan yang berpartisipasi dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Dalam suatu pertandingan atau kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah yang penting dalam usaha pembangunan bangsa adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia,olahraga yang selama ini masih bisa dipandang untuk

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern olahraga telah menjadi tuntutan dan kebutuhan hidup agar lebih sejahtera. Olahraga diperlukan oleh manusia dalam kehidupan yang semakin

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci