BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin kuatnya kedudukan dan fungsi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai lembaga tinggi negara diikuti dengan semakin meningkatnya tuntutan dan harapan masyarakat terhadap kinerja BPK RI dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemeriksa eksternal pemerintah, memberantas korupsi yang merugikan keuangan negara/daerah, serta mengawasi dan membenahi pengelolaan keuangan negara/daerah. Keberhasilan kinerja suatu organisasi dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia/pegawai yang dimilikinya. Untuk memenuhi kebutuhan pegawai BPK RI yang berkualitas, maka Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) BPK RI memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas pegawai dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Tuntutan kebutuhan diklat untuk para pegawai BPK RI terutama auditor akan semakin meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Di lain pihak, mengingat kedudukan BPK RI sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa ekstern pemerintah, maka Pusdiklat BPK RI juga akan dituntut berperan dalam peningkatan kemampuan auditor pemerintah di luar BPK RI secara keseluruhan. Lebih dari itu, kiprah BPK RI dalam organisasi internasional seperti The International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI) yang merupakan organisasi lembaga pemeriksa eksternal pemerintah sedunia dan Asian Organization of Supreme Audit Institutions (ASOSAI) yang merupakan lembaga pemeriksa eksternal pemerintah seluruh Asia, salah satu kelompok regional di bawah INTOSAI, secara langsung maupun tidak langsung akan melibatkan peran Pusdiklat [1]. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kompetensi para auditor, Pusdiklat BPK RI senantiasa melakukan peningkatan pengelolaan dan pelayanan 1

2 2 pendidikan dan pelatihan (diklat) yang berkualitas. Salah satu bentuk peningkatan pengelolaan dan pelayanan tersebut adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam penyelenggaraan diklat, yaitu melalui sistem informasi pembelajaran secara elektronik (e-learning). E-learning adalah sebuah pembelajaran pada semua tingkatan, formal atau non formal yang menggunakan jaringan komputer (baik internet maupun intranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan atau fasilitas [2]. E-learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu e-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan Information, Communication, Technology (ICT). Sistem pembelajaran secara elektronik (e-learning) dibuat untuk mempermudah pegawai BPK RI dalam memperoleh pengetahuan/pembelajaran melalui intranet BPK RI. Hal ini memungkinkan para pegawai untuk belajar melalui komputer di unit kerja masing-masing sehingga informasi/materi diklat yang didapat melalui pembelajaran di kelas dapat diperoleh juga dengan mengakses komputer. Sistem informasi e-learning menyediakan fasilitas kepada peserta diklat agar dapat melihat dan mengunduh materi diklat, mengunduh dan mengunggah tugas-tugas, mengerjakan soal-soal ujian secara on line, melihat nilai tugas dan ujian, melihat peringkat diklat berdasarkan nilai yang diperoleh saat pelaksanaan diklat dan ikut serta dalam komunitas diskusi [1]. Dengan e-learning, peserta diklat dan instruktur dapat memiliki kesempatan untuk melakukan proses belajar mengajar dengan cara yang efektif dan efisien, tanpa memerlukan kehadiran fisik di tempat yang sama. E-learning juga memungkinkan terjadinya aktivitas pembelajaran secara independen/mandiri. Sistem informasi e-learning diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi para pegawai BPK RI (terutama auditor), sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan mendukung kinerja organisasi. Berdasarkan uraian di atas, kesuksesan implementasi sistem informasi e- learning akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas dan kompetensi pegawai yang kemudian dapat meningkatkan kinerja pegawai dan organisasi.

3 3 Kesuksesan dan kegagalan implementasi sistem sangat bergantung pada penerimaan pengguna terhadap sistem tersebut. Meskipun teknologi memberikan keuntungan pada organisasi, terkadang kegagalan implementasi terjadi bukan karena rendahnya kualitasi dan kapasitas sistem tersebut, namun karena rendahnya tingkat penerimaan pengguna. Sistem informasi e-learning mulai diterapkan pada tahun 2011, namun sampai dengan tahun 2014 belum sepenuhnya dijalankan secara berkesinambungan untuk seluruh diklat yang diselenggarakan oleh Pusdiklat beserta Balai Diklat BPK RI di Yogyakarta, Medan, dan Makassar yang merupakan unit kerja di bawahnya. Evaluasi terhadap sistem informasi e-learning di Pusdiklat BPK RI sebelumnya telah dilakukan oleh Wibowo [3] yang mengevaluasi penerimaan terhadap sistem informasi e-learning di Pusdiklat BPK RI dengan menggunakan model penerimaan teknologi atau Technology Acceptance Model (TAM). Model TAM digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan pengguna terhadap teknologi atau sistem informasi yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo belum menilai kesuksesan sistem informasi e-learning dan hubungan antara manusia-organisasi-teknologi dalam implementasi sistem informasi e-learning. Selain itu menurut Venkatesh et al. [4] menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan, model TAM hanya mampu menghitung hingga 53% dari varian ( adjusted R 2 ) dibandingkan model Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology (UTAUT) yang mampu menghitung hingga 70% dari varian (adjusted R 2 ). Berdasarkan hal tersebut dan saran penelitian Wibowo [3] yang menyatakan bahwa penelitian selanjutnya dapat pula dengan menggunakan metode lain sehingga dapat diperoleh bahan evaluasi penerapan e-learning untuk pengembangan e-learning menjadi lebih baik, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut atas sistem informasi e-learning. Penelitian ini menggunakan model terintegrasi yaitu penggabungan tiga teori sistem informasi yang sangat terkenal. Ketiga teori tersebut adalah model UTAUT, model kesuksesan sistem informasi (SI) DeLone dan McLean, serta model kesesuaian manusia-organisasi-teknologi ( Human Organization Technology-HOT Fit) dengan modifikasi. Penggabungan faktor independen dari

4 4 model UTAUT dan model kesuksesan SI DeLone dan McLean serta penambahan model kesesuaian manusia-organisasi-teknologi HOT Fit menghasilkan model terintegrasi yang dapat memberikan representasi lebih baik untuk menilai penerimaan pengguna atas penggunaan sistem informasi dan kesuksesan implementasi sistem informasi, serta menilai kesesuaian antara faktor manusiaorganisasi-teknologi dalam implementasi sistem informasi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kesuksesan dan penerimaan implementasi sistem informasi e-learning di Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPK RI? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian terhadap sistem infomasi e-learning di Pusdiklat BPK RI sebelumnya telah dilakukan oleh Wibowo [3] yang mengevaluasi penerimaan pengguna terhadap sistem informasi e-learning di Pusdiklat BPK RI dengan menggunakan model penerimaan teknologi atau Technology Acceptance Model (TAM). Model TAM tersebut digunakan untuk menilai persepsi pengguna sistem informasi e-learning berupa persepsi kemudahan dalam menggunakan (perceived ease of use) dan persepsi kegunaan (perceived usefulness) berpengaruh terhadap sikap menggunakan teknologi (attitude toward using technology), perilaku niat penggunaan (behavioral intention use), dan penggunaan teknologi sebenarnya (actual technology use). Penelitian menggunakan model evaluasi terintegrasi telah dilakukan oleh Mohamadali dan Garibaldi yang menggabungkan model UTAUT, model kesuksesan sistem informasi (SI) DeLone dan McLean, serta model Task- Technology Fit (TTF) [5] untuk evaluasi penerimaan pengguna atas teknologi perangkat lunak pada sektor pelayanan kesehatan, namun penelitian tersebut baru sebatas mengusulkan model evaluasi baru dan belum dilakukan pengujian penelitian empiris. Yuliasari [13] melakukan penelitian yang mengacu pada model

5 5 evaluasi terintegrasi [5] dengan menggabungkan model UTAUT, model kesuksesan SI DeLone dan McLean, serta model kesesuaian HOT Fit dengan menambahkan variabel struktur organisasi (organiztion structure) dan lingkungan organisasi (organization environment) pada faktor organisasi sesuai dengan kerangka model HOT Fit. Penelitian Yuliasari [13] dilakukan untuk mengevaluasi faktor penentu kesuksesan sistem informasi yang dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu faktor manusia, organisasi, dan teknologi. Faktor manusia perlu dievaluasi karena sebagai pengguna yang berhubungan langsung dengan sistem. Faktor organisasi perlu dievaluasi karena pengenalan teknologi informasi baru dapat mengubah layanan, operasi, dan struktur organisasi. Faktor teknologi perlu dievaluasi karena merupakan bagian dari sistem. Penelitian tersebut menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam menggunakan Sistem Aplikasi Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (SiAP LKPD) dan imp likasinya terhadap kinerja auditor (studi kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat). Penelitian ini mengacu pada penelitian Mohamandali dan Garibaldi [5] dan Yuliasari [13] dengan menggunakan kerangka integrasi tiga model yang menggabungkan faktor independen pada model UTAUT, kesuksesan SI DeLone dan McLean, serta kesesuaian manusia-organisasi-teknologi HOT Fit dengan modifikasi. Penelitian ini membagi variabel independennya menjadi tiga klasifikasi besar yaitu faktor manusia, organisasi, dan teknologi dengan modifikasi variabel pada faktor manusia dan organisasi. Faktor manusia terdiri dari variabel independen model UTAUT, yaitu variabel harapan kinerja (performance expectancy), harapan usaha (effort expectancy), dan modifikasi dengan mengganti variabel pengaruh sosial (social influence) dengan variabel pengaruh rekan kerja (partners influence). Faktor organisasi terdiri dari variabel independen model UTAUT, yaitu variabel kondisi fasilitasi (facilitating conditions) dan modifikasi dengan menambah variabel dukungan pimpinan (top management support) dan dukungan organisasi (organization support). Faktor teknologi terdiri dari variabel independen model kesuksesan SI DeLone dan

6 6 McLean, yaitu variabel kualitas informasi (information quality), kualitas layanan (service quality), dan kualitas sistem (system quality). 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kesuksesan dan penerimaan implementasi sistem informasi e-learning di Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPK RI menggunakan model integrasi dari model UTAUT, model kesuksesan SI DeLone dan McLean, dan model kesesuaian manusia-organisasi-teknologi HOT Fit dengan modifikasi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan masukan dan saran kepada pihak manajemen Pusdiklat BPK RI dalam melakukan perbaikan dan menjadi landasan pengembangan sistem informasi e-learning. 2. Memberikan sumbangan referensi penelitian khususnya yang berhubungan dengan analisis kesuksesan dan penerimaan pengguna terhadap sistem informasi e-learning.