PENGEMBANGAN PRODUK INTERPRETASI WISATA KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN PRODUK INTERPRETASI WISATA KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN PRODUK INTERPRETASI WISATA KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA OLEH DIANE TANGIAN SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2007

2 ii SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Produk Interpretasi Wisata Kota Manado adalah karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Sumber dan informasi yang digunakan berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2007 Diane Tangian NIM P

3 iii Abstrak DIANE TANGIAN. Pengembangan Produk Interpretasi Wisata Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR, dan SOEHARTINI SEKARTJAKRARINI. Pemerintah Kota Manado telah mencanangkan visi dan misi Kota Manado sebagai kota tujuan wisata dunia tahun Visi dan misi tersebut harus diikuti dengan kesiapan obyek dan daya tarik wisata Kota Manado, seperti tersedianya produk intepretasi wisata karena produk tersebut dapat meningkatkan daya saing tempat tujuan wisata. Kurangnya produk interpretasi wisata Kota Manado saat ini menyebabkan pengenalan wisatawan akan obyek dan daya tarik wisata juga sangat kurang. Untuk itu diperlukan tindakan kebijakan dalam merumuskan pengembangan produk intepretasi wisata di Kota Manado. Metode yang digunakan adalah survei lapangan mengacu pada kriteria standar penilaian obyek dan daya tarik wisata alam serta wisata sejarah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Kota Manado memiliki potensi wisata yang tinggi, dengan nilai indeks rata-rata di atas 80%. Terdapat dua jalur interpretasi yang potensial berdasarkan waktu dan aksesibilitas yaitu jalur interpretasi paket wisata C (untuk satu sampai dua hari) dan jalur interpretasi paket wisata A (untuk tiga sampai empat hari). Strategi pengembangan produk interpretasi wisata yang perlu dikembangkan di Kota Manado adalah pengembangan produk interpretasi wisata secara keseluruhan baik di dalam kawasan wisata maupun di luar kawasan wisata, karena hal tersebut sangat mempengaruhi daya saing pariwisata Kota Manado.

4 iv ABSTRACT DIANE TANGIAN. Development of tourism product interpretation in Manado, North Sulawesi. Supervaised by ARIS MUNANDAR and SOEHARTINI SEKARTJAKRARINI. The government of Manado has proclaimed its vision and mission as a city of world tourism destination by The vision and mission must be followed by equipping objects and tourism fascination at Manado, is tourism interpretation products of tourism destination. Lack of tourism interpretation product at this time is causing the decreased of tourist recognition of objects and tourism fascination at Manado. Therefore, it is needed a policy action formulating development of tourism interpretation product in Manado. Field survey was used as a method considering the standard criterion assessment of objects and natural recreation fascination, and history tourism. This research indicated that Manado city was having high tourism potency, with index value above 80%. There are two potential tourism interpretation paths according to time and accessibility i.e. tourism Packet C (for one until two days) and tourism Packet A (for three until four days). Suggested development strategies that require to be developing in Manado are development of tourism interpretation product totally, both in tourism area and also outside tourism area, because it is influential the competitiveness of Manado tourism.

5 Hak cipta milik IPB, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

6 i PENGEMBANGAN PRODUK INTERPRETASI WISATA KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA DIANE TANGIAN Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2007

7 ii Judul Tesis Nama NIM : Pengembangan Produk Interpretasi Wisata Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara : Diane Tangian : P Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Aris Munandar, MS Ketua Dr. Ir. Soehartini Sekartjakrarini, MSc Anggota Diketahui, Plh. Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Etty Riani, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Lulus : Tanggal Ujian : 20 Agustus 2007

8 iii Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada PERSEMBAHAN Anakku tercinta Wison Paulus Pijoh Terima kasih atas dukungan doanya Wison yang selalu memberikan inspirasi, semangat dan harapan baru Semoga karya ilmiah ini dapat menjadi pendorong untuk keberhasilan studi Wison Selalu tegar dalam menghadapi kenyataan hidup, dan Andalkan Tuhan Yesus dalam segala hal. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Dia berdiri disebelah kananku, aku tidak goyah. (Kisah Para Rasul 2 : 25) Kakak-kakak dan ponakan-ponakanku Terima kasih atas bantuan dan doa yang kalian berikan selama ini Kalian yang selalu memberikan semangat dan dorongan disaat aku lemah Memberiku harapan untuk menggapai cita-cita Semua itu tentunya tidak lepas dari didikan mami dan papi Saling menopang sebagai saudara, dalam keadaan apapun. Sahabat-sahabatku Sandra, Simon, Audy,Maykel dan Sandi terima kasih atas bantuan yang kalian berikan selama ini. Santi, Indah, Icha, Lasmi, Widhi, Pepen, Masudin, dan Ipul kalian yang selalu memberiku dorongan dan semangat. Leni, Fitri, Tri, Uni, terima kasih atas persahabatan yang kalian berikan, Aang, Andri, Radiso, Amin, Wahit, Budi dan Soleh terima kasih atas kebersamaan selama ini. Persahabatan dan rasa kekeluargaan yang terjalin memberikan semangat dan warna baru dalam hidupku.

9 iv RIWAYAT HIDUP Diane Tangian lahir di Mundung pada tanggal 9 Juni 1972, anak bungsu dari lima bersaudara. Ayah Alfonsus Tangian (almarhum) dan ibu Yuliana Mokorimban (almarhum). Tahun 1994 penulis menyelesaikan studi tingkat dasar di SDN II Mundung, dan pada tahun 1997 menyelesaikan studi tingkat menengah di SMP N. Molompar. Pada Tahun 1990 menyelesaikan studi tingkat atas di SMA N. I Manado, dan pada tahun yang sama penulis diteriama di Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi dan lulus pada tahun Tahun 2001 penulis diterima sebagai Dosen di Politeknik Negeri Manado. Pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB), pada program tudi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

10 v PRAKATA Puji syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, berkat kasih dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Aris Munandar, MS dan Dr. Ir. Soehartini Sekartjakrarini, MSc selaku pembimbing. 2. Dr. Ir. Alinda Fitriani, MS selaku penguji luar komisi. 3. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan periode Dr Ir. Etty Riani, MS selaku Plh. Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. 5. Nixon Munaiseche, SE selaku Direktur Politeknik Negeri Manado beserta seluruh pimpinan dan staf pengajar Jurusan Pariwisata. 6. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Manado. 7. Rekan-rekan angkatan 2005 Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan tesis ini.

11 vi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Perumusan Masalah Manfaat Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Batasan serta Pengertian Pariwisata Batasan serta Pengertian Ekowisata Sejarah Munculnya Istilah Ekowisata Konsep Ekowisata Keterkaitan Ekowisata dengan Interpretasi Interpretasi Pengertian Interpretasi Tujuan Interpretasi Prinsip Interpretasi Perencanaan Interpretasi Cara-cara Interpretasi Unsur Utama Interpretasi Tipe-tipe Interpretasi Daya Saing Pariwisata III METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Analisis Data Analisis Penilaian Potensi... 23

12 vii Analisis Pengunjung Analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Provinsi Sulawesi Utara Kota Manado Kondisi Fisik Kota Manado Sejarah Kota Manado Potensi Obyek Wisata Kota Manado Kebijakan Pemerintah untuk Pengembangan Pariwisata V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Potensi Obyek Wisata Alam Potensi Obyek Wisata Sejarah Potensi Obyek Wisata Buatan Potensi Obyek Wisata Seni dan Budaya Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Sejarah Penilaian Potensi Pengunjung Evaluasi Jalur Interpretasi Evaluasi Alternatif Kebijakan VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

13 viii DAFTAR TABEL 1. a. Hasil penilaian potensi ODTW kawasan TNB (Obyek wisata laut) b. Hasil penilaian potensi ODTW kawasan TNB (Obyek wisata darat) Penilaian potensi ODTW Alam Pantai Malalayang Penilaian potensi ODTW Alam Gunung Tumpa Penilaian potensi ODTW Alam Air Terjun Kima Hasil penilaian potensi ODTW Sejarah Jumlah kunjungan wisata Hasil evaluasi jalur interpretsi paket wisata satu sampai dua hari Skema jalur interpretasi paket wisata satu sampai dua hari Obyek wisata paket satu sampai dua hari Hasil evaluasi jalur paket wisata tiga sampai empat hari Skema jalur interpretasi paket wisata satu sampai dua hari Obyek wisata paket tiga sampai empat hari Skema jalur interpretasi paket wisata satu minggu Obyek wisata satu minggu Hasil pembobotan alternatif kebijakan Hasil evaluasi alternatif kebijakan

14 ix DAFTAR GAMBAR 1. Bagan alir kerangka pikir Pariwisata dari sisi demand dan supplay Diskriminan keunggulan ekowisata terhadap pariwisata Bagan proses perencanaan interpretasi Perspektif produktif life cycle Peta lokasi penelitian Peta wisata alam Peta wisata sejarah Peta wisata buatan Keindahan panorama bawah laut Daya tarik Pulau Manado Tua Perahu katamaran dan jenis transportasi laut Hasil kerajinan masyarakat Akomodasi di Pulau Bunaken Daya tarik Pantai Malalayang Rumah makan terapung a. Pemandangan Kota Manado b. Pemandangan Pulau Manado Tua dan Bunaken Air Terjun Kima Kondisi jalan menuju obyek a. Tugu/waruga Dotu Lolong Lasut b. Waruga abad Batu Sumanti Goa Jepang Peta jalur interpretasi paket wisata satu sampai dua hari Peta jalur interpretasi paket wisata tiga sampai empat hari Peta jalur interpretasi paket wisata satu minggu... 95

15 x DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel kriteria penilaian ODTW alam Tabel kriteria penilaian ODTW sejarah Hasil pembobotan jalur interpretasi Data kunjungn wisata Data kunjungan wisman Obyek wisata SULUT Tempat rekreasi dan hiburan Pusat belanja Daiving center and resort Jalur penerbangan a. Jalur penerbangan domestik b. Jalur penerbangan internasional Data hotel melati dan berbintang

16 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu produk yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam hal kesempatan kerja, peningkatan taraf hidup yaitu dengan mengaktifkan sektor industri lain. Diperkirakan menjelang abad ke-21 pariwisata akan menjadi andalan perolehan devisa negara dan perkembangannya dapat memacu perekonomian suatu negara. Industri pariwisata akan tumbuh secara berlanjut dengan ratarata 4% per tahun dan dengan pasar ekowisata 10% per tahun (WTTC, 2004). Industri pariwisata pada tahun 2010 diperkirakan akan memberikan kontribusi devisa pada gross domestic product (GDP) sebesar 12%. Pertumbuhan pariwisata pada tahun yang sama diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja sebanyak 2,5 juta orang di Indonesia (WTO, 2002 dalam Hengky, 2006) Untuk meningkatkan daya saing, world travel and tourism council menyatakan bahwa pelaku usaha pariwisata di Indonesia perlu mengubah pemanfaatan ODTW secara konseptual, terencana, bertahap, dan berwawasan lingkungan (WTTC, 2004 dalam Hengky 2006). Interpretasi merupakan produk pariwisata yang dilandasi konsep ekowisata yang mengkombinasikan kepentingan industri pariwisata, wisatawan dan para pencinta lingkungan. Trend pariwisata berwawasan lingkungan saat ini makin diperhatikan masyarakat dunia, dan Indonesia juga menindak lanjuti dengan berbagai bentuk pariwisata sejalan dengan pelestarian lingkungan. Provinsi Sulawesi Utara merupakan daerah yang kaya akan obyek dan daya tarik wisata. Keunggulan potensi pariwisata Sulawesi Utara khususnya Manado dapat dilihat dari dua sisi yaitu: pertama sebagai daerah tujuan wisata, terdapat beberapa obyek wisata alam, wisata buatan, wisata sejarah, wisata seni dan budaya. Kedua sebagai pintu gerbang pariwisata regional bahkan nasional, karena posisinya yang strategis sebagai inlet/outlet di kawasan timur Indonesia belahan utara ke pasar pariwisata global, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Adapun visi dan misi pariwisata Kota Manado adalah Manado kota pariwisata dunia tahun 2010.

17 2 Permasalahan yang dihadapi industri pariwisata saat ini yaitu minimnya produk interpretasi yang menyebabkan pengenalan wisatawan akan obyek dan daya tarik wisata daerah ini juga sangat minim. Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan pengembangan produk interpretasi pariwisata untuk mempermudah wisatawan mengenal dan memahami obyek wisata yang ada, di samping itu juga agar wisatawan tidak hanya dicitrakan oleh satu citra saja (capsule image) Bunaken. Interpretasi memberikan/ memungkinkan keragaman obyek wisata sehingga tekanan terhadap suatu obyek wisata yang menjadi capsule image dapat dikurangi. Interpretasi dalam pengertian produk pariwisata adalah suatu kemasan produk dengan muatan nilai-nilai substantif sumber-sumber (alam / budaya), untuk memenuhi harapan pengunjung mendapatkan pengetahuan dan pembelajaran tentang lingkungan setempat (Sekartjakrarini, 2003). Interpretasi sejarah menghubungkan wisatawan dengan keadaan masa lalu, sehingga tergugah perasaannya seakan merasa berada pada masa itu. Interpretasi yang harus dikembangkan pada situs sejarah yang paling utama adalah pemahaman akan situs. Menurut Adelson (1996) interpretasi yang baik akan membantu pengunjung memahami, merasakan, apa yang ditunjukkan, dikatakan atau dilaksanakan sehingga pengunjung merasakan keterlibatan secara pribadi. Jadi interpretasi itu merupakan suatu cara pelayanan untuk membantu pengunjung supaya tergugah rasa sensitifnya dalam merasakan keindahan alam serta hubungan timbal balik dengan lingkungan, rasa ketakjuban dan hasrat untuk mengetahui keberadaan sejarah maupun seni budaya masyarakat lokal sehingga merasa tergugah untuk menjaga kelestariannya. Interpretasi adalah suatu mata rantai komunikasi antara pengunjung dan sumber daya yang ada (Sharpe, 1982). Pengelolaan pariwisata itu sendiri adalah untuk menciptakan interdependensi antara wisatawan dengan obyek-obyek wisata itu sendiri, dan diperlukan paduan yang serasi antara seni dan iptek. Tanpa iptek, sangatlah tidak mungkin pariwisata dapat berkembang secara berkelanjutan (Soewarno, 2002).

18 3 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengindentifikasi dan menganalisis potensi wisata yang ada di Kota Manado. b. Menetapkan jalur interpretasi paket wisata Kota Manado. c. Menetapkan produk interpretasi wisata yang dapat dikembangkan di Kota Manado. 1.3 Kerangka Pemikiran Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara, pariwisata mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melestarikan budaya dan pembelajaran tentang alam dan lingkungan. Dengan melihat potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di Kota Manado, berupa potensi obyek wisata alam, wisata buatan, wisata sejarah, wisata seni dan budaya, perlu dilakukan suatu program pengelolaan secara terpadu untuk tercapainya visi dan misi Pariwisita Kota Manado Manado kota pariwisata dunia tahun Salah satu alternatif pengelolaan dan pengembangan pariwisata yang perlu dilakukan adalah dengan mengidentifikasi dan menganalisa potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada, menetapkan jalur paket wisata, dan selanjutnya menentukan produk interpretasi wisata yang dapat diterapkan di daerah ini. Adapun kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 menunjukkan kerangka pikiran tahap dan proses pelaksanaan penelitian. 1.4 Perumusan masalah Kota Manado memiliki obyek dan daya tarik wisata yang potensial, dan patut diperhitungkan sebagai daerah tujuan wisata. Obyek dan daya tarik wisata berupa obyek wisata alam, buatan, sejarah, seni dan budaya merupakan daya tarik wisata yang potensial untuk dijual. Permasalahan yang dihadapi industri pariwisata saat ini adalah minimnya produk interpretasi wisata, menyebabkan wisatawan kurang mengenal obyek dan daya tarik wisata yang ada. Wisata di Kota Manado dicitrakan sebagai suatu capsule image yaitu Bunaken. Pengembangan produk interpretasi dan pembuatan jalur interpretasi disamping untuk meningkatkan apresiasi pengunjung, juga dimaksudkan untuk meningkatkan keberagaman tujuan wisata serta pelestarian lingkungan obyek wisata unggulan akibat tekanan jumlah kunjungan yang melebihi kapasitas daya dukungnya.

19 4 Adapun dari alur perumusan masalah yang dikembangkan, maka permasalahan yang dicoba untuk dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan produk interpretasi wisata yang dapat diterapkan di Kota Manado untuk menunjang produk pariwisata itu sendiri dan bagaimana bentuk jalur interpretasi paket wisata yang dapat diterapkan di Kota Manado (Gambar 1). 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Menjadi sumber informasi mengenai obyek dan daya tarik wisata yang tersebar di Kota Manado. b. Sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi semua pihak terkait dalam menentukan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata khususnya produk interpretasi wisata Kota Manado.

20 5 PERUMUSAN TUJUAN SURVEI DAN ANALISA FORMULASI KEBIJAKAN DAN REKOMENDASI MANFAAT PRODUK INTERPRETASI BIOFISIK Pengunjung: - Jumlah - Asal - Musim kunjungan - Lama kunjungan ODTW: - Alam - Buatan - Sejarah - Seni dan budaya SOSBUD DAN EKONOMI Penduduk (sosial): - Pendidikan - Pelayanan - Kemampuan berbahasa Analisis karakteristik Analisis ODTW Ananlisis Jalur Interpretasi Evaluasi Jalur Interpretasi Alternatif Kebijakan Evaluasi Alternatif Kebijakan Rumusan akhir manfaat pengembangan Budaya: - Adat istiadat Ekonomi: - Mata pencaharian Prasarana dan sarana: - Akomodasi - Aksesibilitas Umpan Balik Gambar 1 Bagan alir kerangka pikir; tahap dan proses penelitian 5

21 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Ekowisata Batasan Serta Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah pergerakan temporer wisatawan ke obyek dan daya tarik wisata (ODTW) di luar tempat mereka tinggal dan bekerja. Selama tinggal di ODTW tersebut mereka melakukan kegiatan rekreasi di tempat yang terdapat fasilitas akomodasi untuk memenuhi kebutuhan mereka (Mathieson dan Wall, 1982). Menurut Cooper et al. (1999) mendefinisikan pariwisata dari dua sisi demand dan supply. Definisi pariwisata biasanya lebih berorientasi pada sisi demand daripada sisi supply (Gambar 2). Tourism Development Consumer Behavior Motivation Decision Making Tourism Demand Indikator Concept Economic Intermedia Market Accomodation Tourism Supply Atraction Transport Envr Clasification of Tourism Socio- Culture Government Organization Carrying Capacity Destination Gambar 2 Pariwisata dari sisi demand dan supply (Cooper et al, 1999) Adapun ekowisata merupakan suatu konsep yang telah mengakomodasi tourism demand dan tourism supply, dimana hal tersebut terlihat dalam enam unsur yang mengikuti konsep ekowisata yaitu : konservasi, edukasi, etika, sustainable development, impact dan local benefit (Cooper at al, 1999). Sedangkan jika dilihat konsep pariwisata dari sisi demand, sangat dipengaruhi oleh situasi ruang dan waktu; dengan berbagai motivasi yang mengikutinya (McIntosh et al., 1995) meliputi :

22 7 Fisik : motivasi terkait dengan aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi tekanan fisik (penyegaran pikiran, kesehatan dan ketenangan) Budaya : motivasi untuk melihat, mengetahui lebih banyak mengenai budaya lain, gaya hidup, musik, seni dan dansa. Antar-orang : motivasi untuk mendapat pengalaman baru yang berbeda seperti ; bertemu dengan orang baru, teman dan relasi. Status atau prestise : motivasi untuk mengunjungi ODTW yang masih alami dan mengandung unsur pendidikan atau interpretasi. Perilaku wisatawan saat ini telah berubah dimana wisatawan lebih memilih ODTW yang bernuansa alami. Mayoritas wisatawan sekarang ini menginginkan pariwisata yang bersifat rekreasi plus, yaitu dalam bentuk: 1) mendapatkan pengalaman berwisata dalam suasana yang merefleksikan keunikan lingkungan setempat dan terpelihara secara lestari, 2) interaksi aktif dengan masyarakat setempat untuk mengenal lebih jauh tentang budaya, adat istiadat, tradisi dan nilai-nilai soaial masyarakat (Sekartjakrarini, 2004). Kedua bentuk ini selain untuk memenuhi hasrat untuk memperoleh pengalaman berwisata yang khas tidak dijumpai di tempat lain, juga dimaksudkan sebagai pembelajaran (faktor interpretasi) untuk lebih memahami nilai-nilai lingkungan dari tempat yang dikunjungi. Menurut Cooper et al (1999) keputusan wisatawan untuk berwisata ditentukan oleh waktu luang, dana dan perilaku wisatawan itu, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku wisatawan meliputi: promosi, persepsi resiko berwisata dan motifasi. Jika dilihat dari sisi supply, faktor-faktor pariwisata mencakup; transportasi, atraksi, akomodasi, pelayanan, informasi, promosi, sosial budaya, daya dukung, destinasi, dampak fisik lingkungan, kebijakan dan kelembagaan. Dari pemaparan tentang persepsi pariwisata dari sisi demand dan supply menunjukkan bahwa faktor interpretasi merupakan faktor penunjang pariwisata yang perlu dikembangkan untuk menunjang produk pariwisata. Adapun ekowisata itu merupakan bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat (Fandeli dan Muklison,

23 8 2000). Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke arah alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Pengertian baru ekowisata berdasarkan hasi kajian dari 45 pakar, terdiri dari 31 pakar mancanegara dan 14 pakar nasional mengindikasikan ada tiga kelompok ekowisata (Hengky, 2006) yaitu: 1. Tahun menitik beratkan pada mengurangi dampak negatif lingkungan, destinasi dan motivasi wisatawan. 2. Tahun menekankan pada mengurangi dampak negatif lingkungan, penghasilan masyarakat lokal, perjalanan yang bertanggung jawab dan budaya. 3. Tahun menitik beratkan pada mengurangi dampak negatif lingkungan, suastainable development dan penghasilan masyarakat lokal Batasan Serta Pengertian Ekowisata Sejarah Munculnya Istilah Ekowisata Degradasi lingkungan seperti berkurangnya keragaman hayati dapat terjadi sebagai akibat dari pembangunan berbagai sarana akomodasi, transportasi dan perilaku wisatawan yang kurang ramah terhadap lingkungan. Selain itu pelaku industri pariwisata pada umumnya didominasi oleh pengusaha sedangkan penduduk lokal pada banyak kasus hanya menjadi pihak yang menjual tanah, tenaga dan lainnnya untuk kepentingan pengusaha dan kemudian mereka termajinalkan. Keadaan ini mendorong timbulnya kesadaran untuk mengembangkan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan (ecological friendly) dan peningkatan perekonomian masyarakat lokal, sehingga terjadi kesetaraan ekonomi bagi penduduk lokal dangan pengusaha wisata. Perjalanan mengeksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington,Wallacea, Weber, Junghuhn, dan Van Sreines dan masih banyak yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan. Para adventurer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata. Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat

24 9 tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun timur telah mengunjungi Indonesia pada abad lima belas yang lalu. Istilah ekowisata mulai diperkenalkan pada tahun 1987 oleh Hector Ceballos Lascurain. Istilah ekowisata mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun pada hakekatnya pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat, Fandeli (2000). setelah itu beberapa pakar mendefinisikan ekowisata yang masing-masing meninjau dari sudut pandang yang berbeda Konsep Ekowisata Definisi ekowisata menurut The Ecotourism Society, 1990 dalam Fandeli, 2000 adalah suatu bentuk perjalanan wisata kearah alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Menurut Sekartjakrarini dan Legoh (2004) batasan ekowisata adalah pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan, berintikan partisipasi aktif masyarakat, dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif minimum, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan perekonomian daerah dan diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan serta kawasan budaya. The Ecotourism Society (Eplerwood 1999) menyatakan ada delapan prinsip ekowisata, yaitu: 1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. 2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.

25 10 3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelolaan kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. 4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata, demikian pula di dalam pengawasan peran masyarakat di harapkan ikut secara aktif. 5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. 6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Menghindari sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. 7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. 8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat. Ekowisata adalah bagian dari pariwisata berkelanjutan (Wight, 1993; Western dan David, 1993). Perbedaan ekowisata dengan pariwisata (Gambar 3) terletak pada karakteristiknya. Karakteristik ekowisata lebih ke arah primitif dan alami, sedangkan karakteristik pariwisata lebih ke arah hiburan (Wight, 1995).

26 11 Primitif Alami (ekowisata) Hiburan (Pariwisata masal) Karakteristik 1. Lokasi yang leluasa, jauh, dan bebas dari aktivitas 2. Melihat tumbuhan, hewan, margasatwa dan alami 3. Penduduk asli, seni dan budaya 4. Benefit bagi masyarakat setempat 5. Tantangan fisik 6. Tempat belanja dan tempat makan yang baik 7. Atraksi populer 8. Kehidupan malam/hiburan Gambar 3 Diskriminan keunggulan ekowisata terhadap pariwisata (Crosseley dan Lee, 1994) Dilihat dari bentuk kegiatannya, ekowisata tampaknya tidak berbeda dari kegiatan wisata alam biasa. Dalam pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan ekowisata, kepedulian, tanggung-jawab, dan komitmen tersebut harus diwujudkan dengan berpegang teguh pada prinsip dan kriteria-kriteria pengembangan ekowisata. Banyaknya batasan dan definisi ekowisata menunjukkan bahwa ekowisata sebenarnya masih merupakan suatu konsep yang akan terus berkembang. Dalam penulisan tesis ini mengacu pada batasan serta konsep ekowisata menurut Sekartjakrarini dan Legoh (2004). 2.2 Keterkaitan Ekowisata dengan Interpretasi Ekowisata merupakan perpaduan antara aspek rekreasi dengan penyadaran lingkungan agar kelestariannya dapat terjaga, serta meningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat. Wisatawan yang berkunjung di suatu daerah ingin mendapatkan suatu pengalaman yang baru dan kepuasan dalam kunjungannya. Untuk itu perlu dilakukan perpaduan antara keinginan wisatawan dengan pelestarian lingkungan, agar dapat berjalan secara berkelanjutan. Wisatawan pada umumnya tidak memahami atraksi maupun obyekobyek yang ada, sehingga diperlukan panduan / interpretasi untuk mencapai tujuan wisatawan.

27 12 Istilah interpretasi semula berawal dari pemikiran para pengelola kawasan alam yang dilindungi sebagai konsep dan program untuk memberikan pendidikan kepada pengunjung tentang sumberdaya alam dan ekosistemnya dengan maksud agar lebih memahami dan menghargai lingkungan alam. Interpretasi dapat berperan penting dalam ekowisata dengan mendidik wisatawan mengenal alam pada komunitas dan daerah yang mereka kunjungi, dan juga mengenal masalah-masalah sumber daya alam, memberikan informasi tentang konsekwensi pada setiap tindakan mereka dan merangsang wisatawan untuk berperilaku yang melestarikan lingkungan. Menurut Black (2000) pendidikan konservasi dan interpretasi merupakan elemen penting dalam kegiatan Ekowisata dan dapat diberikan kepada pengunjung dengan menggunakan berbagai media baik oleh pelaksana industri wisata, taman-taman wisata, Taman Nasional maupun oleh masyarakat lokal. Kegiatan ekowisata berkaitan erat dengan pendidikan dan kesadaran lingkungan. Menurut Brag (1990) dalam Black (2000) berpendapat bahwa Ekowisata melibatkan organisasi aktif, pendidikan dan interpretasi lingkungan, kesadaran lingkungan, perhatian dan komitmen, melalui peningkatan pemahaman dan apresiasi terhadap alam. 2.3 Interpretasi Pengertian Interpretasi Interpretasi adalah suatu mata rantai komunikasi antara pengunjung dan sumberdaya yang ada (Sharpe, 1982). Istilah interpretasi, bermula dari pemikiran para pengelola kawasan yang dilindungi sebagai konsep dan program untuk memberikan pendidikan kepada pengunjung tentang sumberdaya alam dan ekosistemnya dengan maksud agar lebih memahami dan menghargai lingkungan alam. Berdasarkan pemahaman tersebut diharapkan pengunjung dapat mengambil bagian dalam usaha-usaha perlindungan dan pelestarian lingkungan alam di kawasannya. Seiring dengan pergeseseran nilai di kalangan wisatawan, konsep pengertian interpretasi diadopsi oleh kalangan penyelenggara pariwisata dalam desain dan penawaran produk. Adapun pengertian interpretasi dalam produk pariwisata adalah suatu kemasan produk dengan muatan nilai-nilai substantif sumber-sumber (alam/budaya) untuk

28 13 memenuhi harapan pengunjung mendapatkan pengetahuan dan pembelajaran tentang lingkungan setempat (Sekartjakrarini dan Legoh, 2003). Interpretasi adalah pelayanan kepada pengunjung yang merupakan mata rantai komunikasi antara pengunjung dengan sumberdaya alam dan membantu pengunjung untuk merasakan sesuatu yang dirasakan oleh interpreter tentang keindahan, keunikan alam, keanekaragaman dan berhubungan dengan lingkungan, keajaiban alam dan perasaan ingin tahu. Menurut Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1988), interpretasi merupakan kombinasi dari 6 (enam) hal yaitu: 1) pelayanan informasi, 2) pelayanan pemanduan, 3) pendidikan, 4) hiburan, 5) inspirasi, 6) promosi. Kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pengunjung juga dengan cara memperlihatkan langsung pengunjung dengan obyek interpretasi sehingga pengunjung dapat memperoleh pengalaman langsung melalui panca indranya seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman ataupun perabaan. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa penyelenggaraan pariwisaa kini tidak cukup terfokus pada pengembangan produk rekreatif generik dan penyelenggaraan yang hanya memperhatikan unsur kenyamanan saja, akan tetapi harus memasukkan misi interpretasi di dalamnya. Menurut Tilden (1957), dalam Interpreting Our Heritage menyatakan bahwa Interpretasi adalah kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mengungkapkan arti dan keterkaitan suatu obyek, oleh mereka yang berpengalaman, dengan menggunakan berbagai media, bukan hanya sekedar melakukan komunikasi berdasarkan informasi yang ada. Menurut Muntasib (2003), interpretasi merupakan suatu upaya untuk menjelaskan misteri alam, seni dan budaya kepada pengunjung baik secara langsung (melalui interpreter) maupun tidak langsung ( melalui poster, slide, film, photo ataupun alat peragaan lainnya), berupa seni yang menarik dan merupakan penggabungan berbagai pengetahuan yang terkait (flora, fauna, sejarah, geologi dan sebaginya). Pengunjung yang datang ke suatu kawasan wisata terutama bertujuan untuk menikmati alam dan seisinya baik keindahan, keunikan dan kekhasannya. Melalui interpretasi pengunjung dapat mengerti akan makna dari ODTW yang ada, sehingga membangkitkan emosional pengunjung untuk mencintai dan melestarikan alam dan budaya.

29 Tujuan Interpretasi Tujuan dari pengembangan interpretasi secara umum yaitu sebagai produk, untuk memenuhi kebutuhan pengunjung akan pengetahuan, pembelajaran dan pengalaman baru; juga sebagai proses untuk menumbuhkan pengertian, pemahaman dan penghargaan pengunjung terhadap nilai-nilai substantif sumber-sumber suatu kawasan tujuan pariwisata dan pada gilirannya ikut melindungi dan melestarikan kawasan tersebut. Menurut Sharp (1982), tujuan pokok interpretasi yaitu: 1. Membantu pengunjung membangun kesadaran, penghargaan dan pengertian tentang kawasan yang dikunjungi agar kunjungan kaya akan pengalaman dan kenyamanan. 2. Membantu pihak pengelola untuk mencapai tujuan pengelolaan karena interpretasi dapat mendorong pengunjung menggunakan sumber daya dengan baik serta memperkecil dampak manusia yang merusak lingkungan. 3. Meningkatkan pengertian masyarakat umum terhadap sasaran dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu institusi/instansi, dengan jalan memasukkan perasaan-perasaan dalam program interpretasinya. Pengembangan interpretasi sebagai suatu produk (kegiatan dan fasilitas pelayanan) adalah diperlukannya suatu ruang/tapak untuk mewujudkannya. Interpretasi dapat dikembangkan diberbagai kawasan baik hutan (konservasi, lindung, dan produksi), peninggalan sejarah, pertanian kampung tradisional, bahkan perkotaan. Terkait dengan tujuan dan teknik penyajian interpretasi, program interpretasi yang dikembangkan harus mempertimbangkan: (1) Potensi dan daya tarik pariwisata kawasan, (2) Teknik pengemasan, (3) Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung Prinsip Interperetasi Sejalan dengan pengertian dan tujuan interpretasi, keberhasilan mengembangkan produk interpretasi tergantung pada prinsip-prinsip yang ditetapkan. Menurut Sekartjakrarini dan Legoh (2003), interpretasi merupakan suatu pruduk yang harus layak untuk dijual, untuk itu diperlukan suatu proses yang harus dipenuhi dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

30 15 1. Keterkaitan. Materi yang disajikan, ditujukkan, dan dijelaskan harus ada keterkaitan dengan hal-hal yang ingin diketahui dan dialami oleh pengunjung; 2. Ketepatan. Sesuatu yang ingin diketahui dan / atau dialami pengunjung harus berdasarkan informasi yang lengkap atau akurat; 3. Keutuhan. Penyajian sesuatu yang ingin diketahui dan / atau dialami pengunjung harus secara utuh / komprehensif; 4. Berseni Untuk menarik dan mendorong keingintahuan pengunjung perlu menggabungkan berbagai seni dalam mengkomunikasikan sajian interpretasi, baik sajian tersebut dalam bentuk ilmiah, sejarah maupun yang berkaitan dengan arsitektur bangunan; 5. Ketertarikan. Membangkitkan ketertarikan pengunjung untuk ingin tahu, belajar, mengalami dan selanjutnya menghargai kawasan tujuan bukan memerintah. 6. Pendekatan pasar. Berorientasi melayani dan pendekatan berbeda untuk audience yang berbeda Perencanaan Interpretasi. Proses perencanaan interpretasi menurut Sharpe (1982), dimulai dari penetapan tujuan perencanaan interpretasi, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan, implementasi dan evaluasi. Seperti terlihat pada Gambar 4 proses-proses tersebut cenderung berurutan, interaktif dan berkelanjutan. Setiap tahap berlanjut ke tahap berikutnya dan membutuhkan masukan dan umpan balik sepanjang proses. Masukan Tujuan Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaan Implementasi Evaluasi Umpan Balik Gambar 4 Bagan proses perencanaan interpretasi menurut Sharpe (1982)

31 16 Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1988), mengemukakan langkahlangkah pendekatan dalam proses perencanaan interpretasi yang meliputi: 1. Penentuan arah. Pada tahap ini harus dipastikan mengenai konteks perencanaan yang disusun. Pendekatan ini selalu mengawali kegiatan perencanaan dan yang mendasari kewenangan penyampaian interpretasi suatu kawasan. 2. Perencanaan. Tahap ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana mengemukakan suatu interpretasi dan kepada siapa hal tersebut ditujukan. Langkah ini meliputi pengumpulan informasi, analisis dan sintesis serta penggerak cara-cara pemecahan masalah yang timbul. 3. Implementasi. Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan cara dan tempat pelaksanaan interpretasi, sebab sebenarnya langkah ini dimaksudkan untuk melaksanakan penyampaian cerita yang sekaligus memecahkan permasalahan yang timbul. 4. Evaluasi. Tahap ini merupakan tahap untuk mengukur keberhasilan dari cara-cara yang digunakan untuk memberi reaksi terhadap masuknya tanggapan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Secara rinci langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun sebuah perencanaan interpretasi adalah menyusun tindakan perencanaan, mempelajari penggunaan kawasan oleh pengunjung, mengevaluasi interpretasi yang sudah ada, menyusun tujuan-tujuan, mengumpulkan informasi sumber daya dan tempat-tempat yang dikunjungi pengunjung, menganalisis informasi, mensintesis informasi dan memutuskan media yang digunakan, menyusun pendanaan, mengajukan perencanaan untuk mendapatkan persetujuan dan mengevaluasi interpretasi setelah dilaksanakan.

32 Cara-cara Interpretasi Menurut Sharpe (1982) secara garis besar terdapat 2 (dua) macam cara interpretasi yaitu: 1. Teknik secara langsung (attended service). Kegiatan interpretasi yang melibatkan langsung antara pemandu dan pengunjung dengan obyeknya. Pengunjung dapat secara langsung melihat, mendengar atau mungkin mencium, meraba dan merasakan obyek-obyek interpretasi yang ada. Adanya kontak langsung antara pengunjung dengan pemandu, akan terjadi komunikasi langsung. Peran seorang pemandu sangat besar untuk dapat mengungkapkan secara menarik semua potensi yang ada dalam suatu kawasan. Seorang pemandu yang baik harus dapat membuat suasana menjadi santai sehingga pengunjung dapat bebas bertanya dan menyampaikan keluhan-keluhannya. 2. Teknik secara tidak langsung (unattended service). Kegiatan interpretasi yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu dalam memperkenalkan obyek interpretasi. Interpretasi dilakukan dalam bentuk slide, video, film, rangkaian gambar-gambar dan sebagainya. Program ini biasanya diselenggarakan terutama untuk kawasan yang sangat luas sehingga tidak semua potensi alam mudah dinikmati atau didatangi, daerahnya masih rawan, satwa liar yang besar masih banyak dan sebagainya. Melalui teknik ini diharapkan meskipun pengunjung tidak dapat mengunjungi semua lokasi yang ada tetapi dapat mengetahui dan menikmati kekayaan alam yang ada di lokasi tersebut. Kedua interpretasi di atas sebenarnya tidak dapat dipisahkan karena biasanya pengunjung yang datang ke suatu kawasan yang mempunyai potensi besar dan luas, ingin mengetahui keseluruhan potensi alam yang ada di tempat-tempat tersebut, setelah itu barulah memilih salah satu atau beberapa program interpretasi.

33 Unsur-unsur Utama Interpretasi Unsur utama interpretasi ada tiga (Ditjen PHPA, 1988) yaitu: 1. Pengunjung. Pengunjung menginginkan dalam kunjungannya yang singkat dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melihat, merasakan dan mempelajari keistimewaan kawasan sebagai pengalaman barunya. Beberapa hal yang berkaitan dengan pengunjung perlu dianalisis dan diperhitungkan dalam perencanaan dan pelaksanaan interpretasi antara lain: Tempat-tempat yang paling banyak mendapat perhatian pengunjung. Asal sebagian besar pengunjung. Distribusi musiman pengunjung dan sebagainya. 2. Pemandu wisata. Kualitas pemandu wisata sangat menentukan tingkat keberhasilan program interpretasi. Syarat pemandu wisata harus mempunyai kemampuan: Menguasai beberapa ilmu atau ahli dalam bidang ilmu tertentu (flora, fauna, sejarah, geologi atau budaya) yang berkaitan dengan obyek wisata. Menguasai pengetahuan dibidang pendidikan dan komunikasi masa dan mampu mempraktekkannya. Menguasai cara-cara melaksanakan interpretasi secara benar, tidak hanya sekedar informasi saja. 3. Obyek interpretasi. Obyek interpretasi adalah semua yang ada di kawasan yang bersangkutan yang digunakan sebagai obyek dalam menyelenggarakan interpretasi. Terdapat dua macam obyek interpretasi yaitu sumberdaya alam dan sejarah ataupun budaya. Dalam pemilihan obyek interpretasi harus memperhatikan sifat dan keadaan pengunjung serta sifat sumberdaya alam, sejarah dan budaya yang menjadi obyek interpretasi. Menurut Sekartjakrarini dan Legoh (2003), potensi obyek dan daya tarik kawasan dapat berupa: 1) sumberdaya alam (kawasan hutan khususnya hutan konservasi), 2) fenomena-fenomena alam berkarakter kuat (geologi, tanah dan hidrologi), 3) fenomena

34 19 budaya yang unik berikut legendanya, 4) kekhasan budaya dan kehidupan masyarakat setempat Tipe-Tipe Interpretasi Batasan tipe-tipe interpretasi (Aldridge, 1972 dalam Muntasib, 1999) sebagai berikut: 1. Interpretasi tempat sejarah. Adalah bidang ilmu yang mempelajari seni dalam menjelaskan tempat-tempat yang ada hubungannya dengan sejarah masa lampau atau berhubungan dengan keadaan budaya suatu masyarakat yang sudah turun temurun. Kegiatan ini dilakukan dengan membuat suatu program yang mempertunjukkan gambar-gambar, slide, dan media lainnya di sentra pengunjung dan bisa berbentuk cerita atau dengan suatu tema tertentu. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kesadaran pengunjung akan sejarah tempat yang dikunjungi, sehingga diharapkan dapat memahami sehingga turut melestarikan tempat tersebut. 2. Interpretasi tempat alami. Adalah bidang ilmu yang mempelajari seni dalam menjelaskan atau mengungkapkan kondisi tempat-tempat alami seperti tanah, batuan, tumbuhan, binatang dan kehidupan manusia pada kondisi aslinya. Kegiatan ini bisa dilakukan secara langsung dengan menunjukkan tempat-tempat sebenarnya atau bisa didahului dengan suatu cerita dengan tema yang menarik. Program ini diharapkan juga dapat membangkitkan minat dan kesadaran pengunjung tentang keindahan alam dan potensi yang dikandungnya. 3. Interpretasi lingkungan hidup. Adalah bidang ilmu yang mempelajari seni dalam mengungkapkan hubungan antara manusia dengan lingkungan. Dalam kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menunjukkan langsung tempat-tempat manusia dan lingkungan berinteraksi positif atau sebaliknya berinteraksi negatif. Demikian pula kegiatan ini dilakukan baik secara tidak langsung dengan membuat leaflet, booklet, slide, film yang berisi cerita tentang hasil interaksi manusi dengan lingkungannya baik akibat positif

35 20 maupun negatif. Tujuan kegiatan ini untuk menunjukkan betapa pentingnya peran lingkungan ini bagi kelangsungan hidup manusia. 4. Pendidikan pelestarian. Suatu bidang ilmu yang menpelajari seni dalam memberikan pendidikan berhubungan dengan pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan ini bukan hanya ditujukan bagi pelajar tetapi juga bagi orang-orang yang dianggap harus mengetahui dan ikut melestarikan lingkungan hidup, baik berupa kursus-kursus maupun penyuluhan-penyuluhan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan kesadaran, meningkatkan pengertian tentang kondisi alam dan lingkungannya dan dapat ikut melestarikannya. 2.4 Daya Saing Pariwisata Menurut Pearce dan Robinson (1997) dalam Hengky (2006), kriteria daya saing meliputi: 1) kreativitas dan sumber daya manusia (SDM), 2) keunggulan dalam pengawasan operasional ODTW, 3) efektivitas distribusi promosi ODTW, 4) keunggulan harga, dan 5) kualitas ODTW (Pearce dan Robinson 1997). Menurut Konsolas (2002) untuk meningkatkan daya saing ODTW diperlukan kreativitas dan SDM, yaitu dengan membuat ODTW baru. ODTW baru perlu dipersiapkan, walaupun ODTW lama masih diminati oleh wisatawan (Gambar 5). Product Life Cycle (PLC) ODTW lama perlu diperbaharui bila ODTW tersebut berada pada posisi pendewasaan (J x ) (Gambar 5). ODTW baru tersebut dibuat berdasarkan kreativitas dan SDM dengan tujuan itu untuk menghilangkan kejenuhan pada wisatawan terhadap ODTW lama.

36 21 Kuantitas produk 0 J x Waktu Keterangan: Gambar 5 Perspektif product life cycle (PLC) (Kotler, 1994) = PLC ODTW lama = PLC ODTW baru

37 22 III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada obyek-obyek wisata di Kota Manado (Gambar 6). Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara, secara geografis terletak antara LU dan BT. Luas wilayah Kota Manado berdasarkan PP No. 22 Tahun 1988 adalah ha. Dengan adanya program reklamasi yang dimulai pada tahun 1995, maka luas daratan Kota Manado telah bertambah seluas 76 ha. Jumlah Kecamatan adalah sembilan dan jumlah Kepulauan adalah tiga; Pulau Siladen, Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember-Juni 2007, meliputi survei awal, dan pengumpulan data di lokasi penelitian selanjutnya melakukan analisis dan pengelolaan data. Gambar 6 Peta Loksi Penelitian (Sumber : Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Minahasa-Manado-Bitung, 2002)

38 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis penilaian potensi ODTW, dan untuk analisis jalur interpretasi dan evaluasi alternatif kebijakan menggunakan analisis metode perbandingan eksponensial atau MPE (Ma arif dan Tandjung, 2003). Penelitian dilakukan dengan metode survei (non experimental) melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian. Pengumpulan data ODTW, potensi pengunjung dilakukan dengan teknik in-depth interview dan observasi menurut Kusmayadi (2004). Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, dimana tahap pertama adalah studi literatur untuk merumuskan pengembangan interpretasi pariwisata. Tahap kedua adalah melakukan identifikasi seluruh ODTW melalui survei dan analisis dan selanjutnya analisis pengunjung. Tahap ketiga adalah menyusun rencana pengembangan interpretasi wisata berdasarkan hasil penilaian potensi ODTW, dan selanjutnya menetapkan jalur paket wisata berdasarkan hasil MPE. 3.3 Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui cara mentabulasikan, kemudian dilakukan analisis berdasarkan jenis dan tujuan penggunaan Analisis Penilaian Potensi Analisis penilaian potensi ODTW dilakukan dengan cara menggunakan tabel kriteria penilaian ODTW Alam, yang disesuaikan berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Ditjen Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan tahun Selanjutnya untuk penilaian ODTW sejarah akan menggunakan penilaian potensi ODTW Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Ditjen Hutan dan Konservasi Alam yang dimodifikasi unsur/sub unsur kriteria penilaiannya untuk menilai ODTW Sejarah dengan mengacu pada Gunn (1994) Analisis Pengunjung Berdasarkan data sekunder kemudian dianalisis dengan cara mentabulasikan, menghitung frekuensi dan diuraikan secara deskriptif (Wiranto, 2000). Adapun yang

39 24 menjadi pokok analisis ini berupa jumlah pengunjung, asal, lama kunjungan, dan musim kunjungan Analisis Metode Perbandingan Ekponensial (MPE) Metode perbandingan ekponensial (MPE) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantitasikan pendapat seseorang dalam skala tertentu (Ma arif dan Tanjung, 2003), sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih kuantitatif dan obyektif. Penelitian ini akan menggunakan pendapat-pendapat dari pakar/ahli untuk menetukan derajat kepentingan (bobot) setiap kriteria penilaian untuk evaluasi jalur interpretasi paket wisata dan evaluasi alternatif kebijakan dengan menggunakan metode pembobotan (Eckenrode Method). Konsep metode pembobotan adalah dengan melakukan perubahan urutan menjadi nilai, yaitu urutan pertama dengan nilai yang tertinggi, urutan kedua dengan nilai di bawah dan seterusnya (Marimin, 2004). Penghitungan bobot dengan pembobotan menggunakan rumus di bawah ini. W e = k n λ ej n λ ej e ej e=1 j=1 e λ = 1,2,3,.k = nilai tujuan ke λ oleh ahli ke j, n = jumlah ahli

40 25 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Provinsi Sulawesi Utara Sulawesi Utara adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara Indonesia timur dengan garis horisontal dari barat ke timur jazirah, dan terletak di garis teritorial utara letaknya di Kepulauan Sangihe dan Talaud yang letaknya berbatasan dengan Philipina, sehingga membuat Sulawesi Utara terletak di posisi strategis dalam era globalisasi dan itu terlihat dari sisi letak geografisnya. Provinsi Sulawesi Utara dengan ibukota Manado, secara geografis terletak di antara 0,300 4,300 lintang utara dan 123,00 127,00 bujur timur, dengan luas wilayah ,44 km2. Sebagian besar wilayahnya merupakan perbukitan rendah dengan ketinggian meter di atas permukaan laut. Sulawesi Utara mempunyai 13 wilayah pemerintahan yaitu Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Sangihe, Kabupaten Talaud, Kabupaten Sitaro, Kota Manado, Kota Bitung, Kota Kotamobagu, dan Kota Tomohon yang keseluruhannya mempunyai sumber daya alam yang berpotensi seperti perikanan dan kelautan, pertanian dan peternakan. Untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satu penunjangnya adalah industri pariwisata. Industri pariwisata Sulawesi Utara menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang memberikan kontribusi relatif signifikan terhadap pertumbuhan Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) melalui sub-sub sektor terkait seperti, hotel dan restoran, transportasi, perdagangan, dan tanaman pangan, serta menyerap tenaga kerja secara langsung melalui kegiatan-kegiatan bisnis yang berhubungan dengan industri kepariwisataan. Adapun potensi obyek wisata yang terdapat di Provinsi Sulawesi Utara adalah berupa wisata alam, sejarah dan budaya, wiasta agro, dan wisata buatan. Obyek wisata yang menonjol di daerah ini adalah obyek wisata alam, karena memiliki keindahan dan kekayaan sumber daya alam yang tinggi. 1. Potensi obyek wisata alam Provinsi Sulawesi Utara adalah salah satu daerah yang memiliki karakteristik fisik yang khas, dengan kondisi geografis dan topografis yang beraneka ragam terdiri dari

41 26 daratan, lautan, pulau dan pantai. Obyek wisata alam antara lain, Taman Nasional Bunaken yang merupakan andalan pariwisata Provinsi Sulawesi Utara yang telah dikenal dunia, dan merupakan peringkat ke-dua dunia yang terkenal akan keindahan panorama bawah lautnya. Selain itu juga terdapat Cagar Alam Tangkoko, dimana terdapat Tarsius primata terkecil dunia dan termasuk jenis satwa malam, Yaki (Monyet Hitam Sulawesi). Bagi wisatawan yang mempunyai kegemaran olah raga menantang (panjat tebing dan arung jeram) dapat mengunjungi obyek wisata Batu Dinding Ranoyapo. 2. Potensi obyek wisata sejarah, seni dan budaya Masyarakat Sulawesi Utara yang memiliki beraneka ragam seni budaya, peninggalan sejarah dan purbakala dari suku Minahasa, Bantik dan Bolaang Mongondow. Masyarakat Sulawesi Utara mempunyai sifat khusus seperti: ramah tamah, terbuka, spontanitas, gotong royong, kerukunan beragama yang harmonis dan mantap sebagai cermin dari falsafah Pancasila yang merupakan modal dasar yang menunjang pengembangan pariwisata. Disamping itu berkembang pula seni budaya dari masyarakat pendatang yang tumbuh secara harmonis melengkapi daerah ini dengan beraneka ragam sumberdaya wisata budaya. Pada setiap akhir panen hasil pertanian, masyarakat minahasa memiliki budaya yang dikenal dengan Pengucapan. Pengucapan ini merupakan ungkapan terima-kasih kepada Sang Pencipta atas segala berkatnya, dan sebagai ungkapan syukur seluruh masyarakat membuat masakan dan membawanya ke Gereja untuk makan bersama. Disetiap rumah juga disediakan makanan bagi tamu-tamu yang datang, tanpa membedakan orang yang dikenal atau tidak. Adapun yang menjadi ciri khas makanan pengucapan ini adalah kue Nasi Jaha dan Dodol. Setiap tamu yang akan pulang biasanya akan diberikan kue tersebut. Pengucapan ini sama dengan thanks giving. 3. Potensi obyek wisata agro. Adapun potensi wisata agro yang terdapat di daerah ini antara lain, wisata agro Modoinding yang terletak di Kabupaten Minahasa Selatan yang merupakan pusat pengembangan tanaman hortikultura Sulawesi Utara.

42 27 4. Potensi obyek wisata buatan/binaan. Bukit Kasih merupakan salah satu obyek wisata buatan yang terkenal di Sulawesi Utara, terletak di desa Kanonang Kab. Minahasa. Obyek wisata ini merupakan kawah gunung Soputan yang telah ditatah sebagai obyek wisata ziarah. Dipuncak Bukit Doa terdapat tempat ibadah dari lima agama yang ada di Indonesia sebagai tanda kerukunan umat beragama di Sulawesi Utara. Adapun rencana pemerintah dalam kaitannya dengan pembangunan sektor pariwisata daerah ini adalah sebagai berikut: 1. Sasaran untuk pengembangan pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara, antara lain: Terwujud dan terlaksananya grand design pembangunan pariwisata Sulawesi Utara yang terintegrasi dengan provinsi-provinsi lain dan kawasan regional. Tercapainya jumlah kunjungan wisatawan internasional sebanyak orang dan wisatawan domestik orang pada akhir tahun Terwujudnya Sulawesi Utara sebagai pusat distribusi (hub) turis di Kawasan Indonesia Timur (KIT). Terwujudnya event tahunan pariwisata Sulawesi Utara. 2. Kebijakan Untuk mewujudkan beberapa sasaran pembangunan industri pariwisata, diperlukan beberapa konsep kebijakan sebagai berikut: Mengutamakan penyusunan grand design pembangunan pariwisata berkelanjutan, bersinergi, dan terintegrasi. Melibatkan secara langsung dan aktif semua pemerintah kabupaten dan kota, serta seluruh stakeholders yang terkait secara langsung, serta harus memperhatikan prioritas pemanfaatan sumber daya untuk pengembangan pariwisata yang tidak berbenturan dengan kepentingan-kepentingan sektor dan institusi lain di luar pariwisata. Mengutamakan pembenahan dan penguatan institusi-institusi pemerintah yang berhubungan langsung dengan pariwisata di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan mereposisi Dinas Pariwisata.

43 28 Melakukan pembenahan obyek-obyek wisata, infrastruktur dan sarana pendukung, dan keamanan yang terkordinasi dan terintegrasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dan kota, serta menciptakan obyek-obyek wisata eksotis baru. Menformulasikan dengan jelas strategi untuk menciptakan tambahan penerbangan international dan domestik masuk melalui Bandara International Sam Ratulangi. Peran dan fungsi pemerintah sangat signifikan untuk melakukan koordinasi pembagian tugas dan fungsi semua stakeholder utama seperti Angkasa Pura I, tour operator, perhotelan, perusahan-perusahan penerbangan, Dinas Perhubungan, Imigrasi, Bea Cukai, Karantina, Sekuriti, dan pemda kabupaten dan kota, serta menawarkan beberapa penerbangan domestik untuk memposisikan Bandara Internationa Sam Ratulangi sebagai base utama mereka di KIT. 3. Program dan Kegiatan Memprioritaskan penyusunan grand design pariwisata Sulawesi Utara. Mengutamakan kerja sama pembangunan dan promosi pariwisata dengan provinsiprovinsi tetangga dan regional (Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Irian Jaya Barat, Papua, Kaltim dan Provinsi Bali). Memprioritaskan pembenahan, rehabilitasi, dan peran objek-objek wisata yang sudah berkembang, serta membangun objek-objek wisata baru yang eksotis. Memprioritaskan penguatan, insentif, dan pemberdayaan institusi-institusi yang berhubungan langsung dengan kepari-wisataan. Mendorong pelaksanaan penguatan dan pemberdayaan SDM yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan industri pariwisata. Mengutamakan tersusunnya calender events pariwisata tahunan daerah. Program mendorong peningkatan kerja sama Dinas Pariwisata dengan institusiinstitusi bisnis domestik dan internasional untuk melakukan promosi bersama. Mendorong terwujudnya pembukaan North Sulawesi Tourism Information Center di Makassar, Bali, Jakarta, Cebu, Singapura, dan Hongkong, sebagai pusat-pusat promosi pariwisata. Mengutamakan perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana penunjang yang berhubungan langsung dengan objek-objek wisata.

44 29 Mendorong dan menfasilitasi peningkatkan frekuensi penerbangan domestik dan internasional. Pengembangan kebudayaan dan kesenian. 4.2 Kota Manado Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara berkembang selain sebagai kota jasa, juga sebagai pusat bisnis dan perdagangan. Pentingnya fungsi kota terhadap peningkatan dan pengembangan berbagai kegiatan telah memberikan peluang pertumbuhan ekonomi dan menempatkan Kota Manado pada peran yang lebih luas sebagai pusat kegiatan nasional dan khususnya sebagai pusat pembangunan dan pelayanan bagi kawasan Indonesia bagian timur Kondisi Fisik Kota Manado a. Wilayah dan Pemerintahan Secara geografis, Kota Manado terletak di antara : 1 30' ' Lintang utara ' ' Bujur Timur. Terdapat tiga kecamatan di Kota Manado yang memiliki wilayah yang luas yaitu, Kecamatan Mapanget, Bunaken dan Kecamatan Malalayang. Kecamatan Mapanget adalah kecamatan terluas dan Kecamatan Sario adalah yang terkecil. Kecamatan Bunaken mempunyai dua wilayah yang berbeda yaitu wilayah daratan dan kepulauan. Kota Manado berbatasan dengan : - Sebelah Utara dengan : Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa Utara) & Teluk Manado - Sebelah Timur dengan : Kecamatan Dimembe (Kabupaten Minahasa Utara) - Sebelah Selatan dengan : Kecamatan Pineleng (Kabupaten Minahasa) - Sebelah Barat dengan : Teluk Manado / Laut Sulawesi Luas Wilayah Secara administratif Kota Manado terbagi kedalam sembilan kecamatan dan 87 kelurahan / desa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1988 luas Kota Manado adalah ha. Dengan adanya reklamasi pantai Teluk Manado yang dimulai tahun 1995, maka luas daratan Kota Manado telah bertambah ± 67 ha. Adanya rencana

45 30 pembangunan dan pengembangan reklamasi tahap selanjutnya yang meliputi wilayah pesisir utara yaitu dari pesisir pantai Singkil / Sindulang sampai dengan pesisir Tuminting akan menambah wilayah Kota Manado sekitar 50 ha lagi. Pemerintahan Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sekaligus peningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah Kota Manado melalui peraturan Daerah Nomor 4 dan 5 Tahun 2000 telah melakukan perubahan status Desa menjadi Kelurahan sehingga jumlah kelurahan bertambah dari 68 menjadi 87 kelurahan. b. Kondisi Geografis Topografis Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi untuk tiap kecamatan. Secara keseluruhan, Kota Manado memiliki keadaan tanah yang berombak sebesar 44% dan dataran landai sebesar 38% dari luas wilayah, dan sisanya dalam keadaan tanah bergelombang, berbukit dan bergunung. Ketinggian dari permukaan laut pada tiap-tiap kecamatan di Kota Manado bervariasi. Terdapat dua gunung di Kota Manado, keduanya terletak di Kelurahan Bunaken. Gunung tertinggi adalah Manado Tua dengan ketinggian sekitar 655 meter, dan Gunung Tumpa dengan ketinggian sekitar 610 meter. Morfologis Secara umum kondisi morfologis Kota Manado terbentuk karena kondisi karakteristik alam Kota Manado itu sendiri yang unik dan berbeda dari kebanyakan kota di Indonesia pada umumnya. Kota Manado memiliki bentang alam dengan unsur trimatra yaitu pantai, daratan dan perbukitan, yang terbentang dengan jarak yang relatif kecil (kurang dari 1 km) diantara ketiga matra tersebut. Selain itu, di wilayah Kota Manado terdapat banyak sungai yang pada umumnya mengalir dari daerah perbukitan dan bermuara ke pantai di Teluk Manado. Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan Kota Manado memanjang mulai dari kawasan pesisir pantai utara sampai ke pesisir pantai selatan, yang kemudian membentuk pola pertumbuhan dan perkembangan kota seperti jari tangan. Pola ini mengikuti kondisi topografi Kota Manado, permukiman

46 31 mengelompok secara memanjang pada kawasan yang memiliki topografi datar yang menyusup diantara kawasan perbukitan dengan kondisi lereng cukup tinggi. Akibat kondisi tersebut maka pertumbuhan dan perkembangan kota tidak terjadi secara merata pada seluruh kawasan di wilayah Kota Manado. Geologis Menurut derajat kekuatan geologi teknik, maka di Kota Manado terdapat empat jenis derajat kekuatan geologi teknik berdasarkan data yang diperoleh dari Atlas Surnber daya Wilayah Pesisir: Minahasa - Manado Bitung Tahun Zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah oleh endapan alluvium (Qal) berupa lanau pasiran dan endapan pantai, di Kota Manado zona ini terdapat di Pantai Tumumpa. c. Klimatologi Sebagai daerah yang terletak di garis katulistiwa, maka Kota Manado hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Curah Hujan Data curah hujan yang dianalisis adalah data 20 tahun terakhir yaitu periode tahun 1985 sampai dengan Pola curah hujan Kota Manado dari data yang diperoleh dimana rataan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni, 446,8 mm, sedangkan terendah pada bulan Agustus yakni 84,2 mm. Hasil analisis curah hujan dengan menggunakan pendekatan tipe iklim Oldeman untuk Wilayah Manado termasuk tipe iklim Bl (8 bulan basah berturut-turut dan 1 bulan kering). Suhu Udara Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2003 suhu udara rata-rata pada siang hari berkisar antara 29,40 C sampai 32,20 C, sedangkan suhu udara pada malam hari berkisar antara 21,60 C sampai 23,20 C. Suhu udara maksimum terdapat pada bulan September (32,20 C), sedangkan suhu udara minimum terdapat pada bulan September-Oktober (21,60 C).

47 32 Kelembaban Udara Kota Manado mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 75% pada bulan Juni sampai 92% di bulan Desember tahun Kecepatan dan Arah Angin Pola kecepatan dan arah angin Kota Manado sesuai data yang diperoleh menunjukkan rataan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Agustus yakni sekitar 5,4 km/jam sedangkan terendah pada bulan April yakni 1,6 km/jam. Arah pergerakan angin terbanyak yakni dari Barat hingga Barat Laut terjadi pada bulan Nopember, Desember dan Januari dengan kisaran 60-70%. Untuk bulan Pebruari, Maret dan April angin berhembus terbanyak dari Utara dengan kisaran sekitar 50-60%. Bulan Mei sebagian Utara sebagian lagi dari arah Selatan masing-masing sekitar 40%. Bulan Juni sampai September arah angin terbanyak dari Selatan, sedangkan bulan Oktober arah angin berubah-ubah. Secara umum kecepatan angin tinggi terjadi pada pukul dan pada pukul d. Masyarakat dan Budaya Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat Manado terjadi pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya masyarakat di Kota Manado yang heterogen terdiri dari berbagai macam etnis seperti etnis Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo dan Sangihe Talaud. Masyarakat Kota Manado yang mayoritas penduduknya beretnis Minahasa memiliki budaya yang dikenal dengan sebutan Mapalus. Budaya mapalus atau bekerja bersama dan saling bantu sampai saat ini tetap terjaga dan terpelihara dengan baik, bukan hanya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan saja tetapi budaya ini berlaku disegala segi kehidupan masyarakat. Rumah adat adalah berbentuk rumah panggung, yang terbuat dari kayu dan memiliki tangga. Untuk meresmikan rumah baru atau lebih dikenal dengan sebutan naik rumah baru, biasanya diadakan suatu tarian yang dikenal dengan Marambak, dilakukan dengan cara menyanyi sambil menyentakkan kaki dengan tujuan untuk menguji kekuatan rumah tersebut. Selain itu juga terdapat tarian Maengket dimana menari sambil menyanyi mengenai dewa-dewa kesuburan yang berhubungan dengan tanaman padi, naik rumah baru,

48 33 dan nyanyian cinta. Selanjutnya tarian Cakalele yang merupakan tarian perang dan biasanya dilakukan untuk menyambut tamu-tamu kebesaran Sejarah Kota Manado Manado terletak disuatu daerah yang oleh penduduk asli Minahasa disebut Wanua Wenang. Wanua Wenang telah ada sekitar abad XII dan didirikan oleh Ruru Ares yang bergelar Dotu Lolonglasut bersama keturunannya. Mereka berasal dari Wanua Kinilow dan turun ke daerah pantai mendirikan Ares yang kemudian menjadi Pakasaan Ares. Nama Manado berasal dari bahasa Tombulu yakni Manoir yang sepadan dengan Maharor Maerur atau Maherur dalam bahasa yang sama berarti berkumpul untuk berunding (pertemuan orang Minahasa dan Spanyol). Disisi lain bahwa nama Manado berasal dari kata Manarow atau Wana Rou yang berarti tempat yang jauh. Dikatakan sebagai tempat yang jauh karena menurut sejarah Minahasa bahwa pusat pemerintahan pertama bukan berada di daratan Minahasa tetapi berada di Pulau Manado Tua. Pada tahun 1623 bangsa Spanyol mendirikan benteng di daratan Minahasa khususnya Wanua Wenang, dimana disekitar tahun tersebut terjadi wabah penyakit di Pulau Manado Tua sehingga pusat pemerintahan dialihkan ke daratan Minahasa. Perkembangan selanjutnya oleh Pemerintah Belanda melalui VOC pada tahun 1657 mendirikan benteng yang dinamai De Nederlansche Vatikoid atas perintah Gubernur Simon Cos, dalam benteng terdapat Loji untuk perkantoran VOC (Pusat Pertokoan Pasar 45). Setelah Kota Manado pulih dari kehancuran akibat pemboman yang dialami selama Perang Dunia II maka sejak tahun 1946 kembali berfungsi sebagai Ibukota Kerisidenan. Tahun 1947 Kota Mando diberi status oleh Pemerintah NIT sebagai Neo Staats Gemeente (Kotapraja Gayo Bar), dengan Walikota pertamanya adalah E.R.S. Warouw. Pengaruh situasi politik dan struktur pemerintahan, maka status Kota Manado mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut: Tahun 1951 Gemeente Manado dijadikan Daerah Bagian Kota Manado Minahasa. Tahun 1954 Daerah Bagian Kota Manado diubah statusnya menjadi daerah Kota Manado serta menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangga sendiri.

49 34 Tahun 1957 daerah Kota Manado menjadi Kotapraja. Tahun 1958 pada tanggal 07 April diangkat seorang Walikota/KDH Kotapraja. Pada tahun 1950 ini juga Kota Manado menjadi tempat kedudukan Residen Koordinator Sulawesi Utara. Tahun 1959 Kotapraja Manado ditetapkan kedudukannya sebagai Daerah Tingkat II Manado. Tahun 1965 Kotapraja Daerah Tingkat II Manado disempurnakan namanya menjadi Kotamadya Manado yang dipimpin oleh Walikota/KDH Tingkat II kemudian disempurnakan lagi menjadi Walikotamadya/KDH Tingkat II. Tahun 2002 Kotamadya Manado diubah menjadi Kota Manado yang merupakan daerah otonom. Demikian terbentuknya Kota Manado melalui pembentukan Gemeente pada tahun 1919 sekaligus nama Wenang sebagai nama daerah tempat Kota Manado berdiri menjadi salah satu Desa / Kelurahan. Melalui Sidang Paripurna Dewan Parwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Manado pada tahun 1989 ditetapkanlah hari lahirnya Kota Manado, yaitu tanggal 14 Juli Tahun Penetapan ini diambil dari tiga peristiwa penting yang pernah alami Kota Manado sebelumnya yaitu : Tanggal 14 diambil dari tanggal 14 Februari saat mana terjadi Peristiwa Merah Putih dan pada saat itu para putera daerah bangkit menentang penjajahan Kolonial Belanda. Bulan Juli diambil dari unsur yuridis, yaitu bulan Juli tahun 1919 saat mana Beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda dikeluarkan. Tahun 1623 diambil dari unsur historis saat mana Kota Manado dikenal dan telah berlaku sebagai sebutan yang digunakan dalam surat resmi. Dengan ditetapkannya tanggal 14 Juli 1623 sebagai lahirnya Kota Manado pada tahun 1989, untuk pertamakalinya pemerintah dan masyarakat Kota Manado merayakan Hari Ulang Tahun Kota Manado yang ke Potensi Obyek Wisata Kota Manado Bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam, Kota Manado patut diperhitungkan karena memiliki keindahan alam bawah laut Taman Nasional Bunaken yang

50 35 telah dikenal dunia. Berwisata di daerah ini sangat menarik karena memiliki variasi obyek wisata seperti Taman Laut Bunaken, Gunung Tumpa, air terjun, dan pantai Malalayang. Di sepanjang pantai Malalayang sampai Boulevard terdapat sejumlah restoran dan cafe yang menawarkan menu khas Manado, seperti ikan bakar segar yang disajikan dengan sambal, bubur Manado, gohu, rujak dan pisang goreng yang disajikan juga dengan sambel terasi atau bakasang. Terdapat pusat perbelanjaan sehingga wisatawan yang berbelanja dapat menikmati keindahan pantai dengan variasi pemandangan Pulau Bunaken, Manado Tua, serta keindahan sunset pada sore hari. Kota Manado memiliki ODTW sejarah seperti Klenteng Ban Hin Kiong yang didirikan pada awal abad 19, dan merupakan Klenteng tertua di Indonesia Timur. Setiap tahun diadakan upacara keagamaan yang disebut Toa Pe Kong dan Cap Go Meh. Acara ini juga dimeriahkan dengan adanya pawai mobil hias, barongsay, akrobat-akrobat dan yang sangat terkenal adalah atraksi Ince Pia sehingga menambah semarak kota. Wisatawan nusantara yang ingin menikmati atraksi tersebut, tidak perlu lagi mengunjungi negara lain tapi cukup mendatangi Kota Manado. Selain memiliki obyek-obyek wisata yang menarik, salah satu keunggulan pariwisata Kota Manado adalah letaknya yang strategis ke obyek-obyek wisata di hinterland, khususnya di Minahasa, yang dapat dijangkau dalam waktu 1 s/d 3 jam dari kota Manado. Objek-objek wisata tersebut antara lain, Vulcano Area di Tomohon, Desa Agriwisata Rurukan-Tomohon, Panorama pegunungan dan Danau Tondano, Batu Pinabetengan, Waruga di Sawangan dan Bukit Kasih di Kanonang Kebijakan Pemerintah Untuk Pengembangan Pariwisata Pengembangan pariwisata haruslah dilandasi dengan strategi manajemen yang baik, mengingat pariwisata itu selalu berubah berdasarkan minat dan keinginan wisatawan. Keadaan lingkungan alam merupakan faktor utama yang menjadi perhatian minat wisatawan, dimana wisatawaan saat ini menginginkan suatu lingkungan alam yang memiliki daya tarik tersendiri dan terjaga kelestariannya. Selain itu juga ingin mendapatkan suatu pembelajaran tentang lingkungan dan budaya setempat serta dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal.

51 36 Dalam pengembangan maupun pengelolaan kawasan wisata memerlukan suatu konsep yang menghubungkan unsur lingkungan alam, industri pariwisata dan masyarakat lokal, sehingga dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata dapat berjalan secara berkelanjutan serta dapat meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat lokal. Ekowisata merupakan konsep yang menghubungkan ketiga unsur tersebut, yang dalamnya mencakup prinsip: 1) mencegah dan menanggulangi dampak negatif, 2) pendidikan konservasi, 3) pendapatan langsung untuk kawasan, 4) partisipasi masyarakat dalam perencanaan, 5) penghasilan masyarakat, 6) menjaga keharmonisan dengan alam, 7) daya dukung lingkungan, 8) peluang pengasilan pada porsi yang besar terhadap negara (Eplerwood, 1999). Selanjutnya menurut Munandar (2005), dalam perkuliahan perencanaan dan tata ruang ekowisata mengemukakan bahwa dalam pengembangan ekowisata harus diperhatikan dari dua sisi yaitu, planning scenario (antisipasi terhadap perubahan wilayah, budaya, ekonomi, dan pemerintah) dan strategic business model (mentranformasikan input menjadi output dengan nilai tambah dan kebutuhan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan pasar yang mencakup inovasi, kompetisi, informasi, operasi dan pengendalian). Adapun beberapa key issues strategi ekowisata (Jenkin dan Wearing, 2003) adalah: 1) pengembangan dan pengelolaan secara berkelanjutan, 2) perencanaan dan regulasi, 3) pengelolaan sumber daya alam, 4) pengembangan infrastruktur, 5) monitoring dampak, 6) pemasaran, 7) standar industri, 8) akreditasi, 9) pendidikan ekowisata, 10) pengembangan peluang wisata budaya asli, 11) equity dalam alokasi dan pengelolaan sumberdaya. Menyadari pentingnya suatu perencanaan pengembangan pariwisata, pemerintah Kota Manado mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan pengembangan pariwisata yang bertujuan: a) Meningkatkan apresiasi terhadap lingkungan alam melalui peningkatan kualitas lingkungan dengan implikasi ekonomi dirancang secara berkelanjutan, yang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat lokal, b) Memberdayakan potensi dan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengembangan, serta implementasi pariwisata sehingga terjalin simbiosis mutualisme antara pariwisata dengan masyarakat (RTRW Kota Manado).

52 37 1. Rencana pengembangan pariwista meliputi: a. Pengembangan produk. Pengembangan pariwisata Kota Manado terkonsentrasi secara dominan pada pariwisata bahari, dengan Taman Nasional Bunaken sebagai produk andalan. Sebagai strategi untuk mengantisipasi kunjungan wisatawan melebihi daya dukung lingkungan, maka dikeluarkan konsep pengembangan: Pengembangan kawasan dengan konsep Seisi Kota untuk wisatawan. Produk-produk wisata yang tersebar di kawasan harus diinovasi agar tidak tampil dalam bentuk mentah, untuk itu perlu dilengkapi dengan interpretation board, untuk mengembangkan aspek pembelajaran terhadap kawasan. Mengembangkan icon kota. Untuk mempertegas produk positioning pariwisata kota dengan menetapkan icon kota yang merupakan akumulasi dari sekian produk wisata yang merupakan identitas unik dan tidak dijumpai di daerah lain. Membangun dan menetapkan citra kota. 1) Kota yang bersih, 2) Kota yang tenang, 3) Kota yang ramah. b. Pemantapam usaha konservasi Usaha-usaha konservasi diprioritaskan pada produk-produk sumber daya alam seperti Taman Nasional Bunaken. c. Pengembangan aksesibilitas Ada dua jenis aksesibilitas yang harus dibangun, yaitu: 1) Aksesibilitas fisik yang mempermudah wisatawan secara fisik memasuki kawasan (transportasi termasuk penataan angkutan dari bandara ke pusat kota, jalan termasuk jalur untuk pejalan kaki/pedestrian dan koneksitas antar obyek wisata), 2) Aksesibilitas dari segi informasi yang memudahkan wisatawan mengeksplorasi produk pariwisata. d. Pengembangan infrastruktur dan fasilitas Jalan menuju obyek wisata: pembangunan entry point ke setiap obyek wisata. Toilet umum: toilet yang representatif dan terjamin hyginitasnya. Papan informasi: disetiap obyek wisata yang menjelaskan secara atraktif dan inovatif tentang obyek wisata.

53 38 Pembangunan trail dan pedestrian: dibangun trail/pedestian di setiap obyek wisata, untuk mencegah terjadinya in situ soil dikemudian hari. Jeti: Taman Laut Bunaken adalah andalan pariwisata SULUT, tetapi jeti yang ada di pulau ini menjadi sangat memrihatinkan dari segi keamanan. Klinik yang representatif di daerah pedalaman. e. Pengembangan sumber daya manusia Menata sumber daya manusia pada tipe tingkat manajerial untuk memperoleh SDM yang berkualitas. Pada low level management yakni pada front liner (guide, supir taxi, weiter dll) diwajibkan untuk mengikuti program pelatihan, magang maupun training. Pada middle level management (independen resort, hotel maupun cottage, dll), diwajibkan untuk mengikuti pelatihan managerial skills maupun trend dalam pengembangan pariwisata serta enterpreneural skills. f. Pengembangan insentif Diarahkan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan pariwisata: Pengelolah hotel/resort/restoran. Pengelolah travel. Pengelolah obyek wisata. Pengelolah jasa guide. Pengelolah jasa souvenir. Pengelolah jasa transportasi. g. Pengembangan kebijakan di bidang pariwisata Pengembangan kebijakan umum yang mengakomodasi prinsip-prinsip sustainable tourism. Pengembangan kebijakan di bidang SDM. Pengembangan sistim PIN masuk bagi wisatawan dalam pengelolah perjalan wisata yang memasuki kawasan wisata. Pengembangan parameter dan performance indicator keberhasilan pariwisata yang sifatnya cross section dan holistik.

54 39 Pengembangan kode etik perlindungan terhadap aset budaya dan alam, baik bagi pengelolah maupun wisatawan. Pengembangan distribusi maupun dispersi keuntungan ekonomi pariwisata antara pemerintah dan masyarakat lokal. Pemberdayaan masyarakat lokal dalam perencanaan dan implementasi. Pengembangan program mediasi sehingga semua yang terlibat dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata dapat secara proaktif mengikuti trend pasar dan produk pariwisata. h. Pemasaran Mereview pangsa pasar yang paling potensi dan signifikan dalam peta pariwisata (mengidentifikasi kontribusi demografis, geografis maupun lifestyle wisatawan). Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan kompetitor dan menganalisis peluang ditengah tantangan persaingan, menganalisis ancaman dari produk sejenis dan identik, menganalisis bargaining dan marketing power kompetitor maupun wholesaler, menganalisis persaingan antar kompetitor. Mengaktifkan dan memaksimalkan teknologi informasi dengan on line booking maupun pemasaran produk. Mengembangkan dan memberdayakan jalur komunikasi informal dengan masyarakat kawanua yang tersebar di kota-kota besar dunia, seperti di Amerika, Autralia, London, Amsterdam, dll. Memaksimalkan dengan saluran distribusi pemasaran yang menentukan arah, trend bahkan fashion pariwisata di kawasan Internasional Hub and Spoke seperti Singapura. i. Pengembangan program monitoring Menentukan parameter yang terukur dan dapat dicapai, merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar pengembangan pariwisata dapat terkontrol, dan dilakukan monitoring pada setiap tahunnya.

55 40 j. Penguatan kelembagaan Sebagai industri multi dimensi, pariwisata harus ditinjau dari berbagai sektor dan tidak dapat dikembangkan sebagi sektor individual. 2. Rencana Pengeloaan Pariwisata. Pariwisata Kota Manado menunjukkan model mass tourism sehingga harus dikendalikan dengan regulasi yang ketat, agar dampak negatif dapat diminimalisir. Tapi pada satu sisi pengendalian ini harus memberi ruang yang cukup akomodatif pada partisipasi komunitas di kawasan untuk mencegah resistensi pada saat pengembangan kawasan. Langkah ini dibarengi dengan: a. Pemberdayaan informal group komunitas lokal di kawasan pengembangan. b. Penguatan infrastruktur lokal yang relevan dengan pengembangan pariwisata. c. Mengkoordinasi segenap sumber daya di masyarakat lokal: sektor publik, swasta baik dari segi finansial maupun keahlian. d. Pengembangan pelatihan maupun outreach program untuk masyarakat lokal, individu dan pelaku bisnis untuk menciptakan atmosfir yang konduktif bagi pengembangan. e. Pengaturan sharing management kontribusi ekonomi secara transparan dan akuntabel.

56 41 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Kota Manado Kota Manado sebagai kota pantai dengan panjang garis pantai total 58,7 Km (daratan dan pulau-pulau), oleh sebab itu Manado disebut "Sea View City" atau "Water Front City". Secara umum sektor Pariwisata Kota Manado masih bertumpuh pada Taman Nasional Bunaken (TNB) karena memang telah dikenal luas. Kunjungan wisman ke Manado pada umumnya adalah untuk melakukan aktivitas diving di TNB. Sepanjang pantai Malalayang sampai Boulevard merupakan pusat hiburan Kota Manado, dimana banyak terdapat café dan restoran yang menyajikan menu masakan khas Manado. Selain itu juga kawasan Boulevard merupakan tempat yang cocok bagi wisatawan yang ingin berbelanja sambil menikmati keindahan alam pantai dengan variasi pemandangan Pulau Manado Tua dan Bunaken serta indahnya pemandangan sunset pada sore hari. Adapun potensi obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang terdapat di Kota Manado adalah ODTW alam, buatan, sejarah, serta seni dan budaya (Gambar 7,8,9) Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam a. Pulau Buaken Nenek moyang orang Bunaken pertama kali datang di pulau tersebut untuk mencari nafkah, dan setelah sekian lama menetap maka terbentuklah sebuah perkampungan. Pulau Bunaken dahulunya disebut Pulau Piso, dan kemudian berubah namanya menjadi Bunaken setelah ada pembukaan lahan-lahan baru di Tanjung Parigi sekitar tahun Bunaken berarti tempat persinggahan bagi orang-orang yang berlayar menuju Sangir. Setelah masuknya Suku Sangir dan membentuk perkampungan, kemudian disusul oleh Suku Tidore yang berasal dari Ternate. Sekitar tahun 1850, oleh pemerintah Belanda, dikeluarkan surat perintah yang ditujukan bagi penduduk kampung yang berisi perintah untuk segera meninggalkan perkampungan tersebut untuk dipindahkan ke sebelah selatan pulau. Tempat yang baru tersebut di sebut Tandusang. Tandusang menjadi tempat perkelahian antara suku Sangir dan Mindanao untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Karena dalam pertempuran selalu dimenangkan oleh suku Sangir, maka asal-usul masyarakat Bunaken sebagian besar berasal

57 42 dari Sangihe. Setelah penduduk kampung pindah ke sebelah selatan pulau, maka tempat yang mereka tinggalkan disebut Soa Tinentang Bahasa Sangihe yang artinya negeri yang ditinggalkan. Saat ini tempat tersebut dikenal dengan sebutan tanjung parigi, karena memiliki sumur yang tidak pernah kering walaupun pada musim kemarau. Tempat ini terletak di tengah-tengah Pulau Bunaken. Pulau Bunaken memiliki keindahan alam panorama bawah laut yang telah dikenal dunia, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Kota Manado, pada umumnya ingin menikmati keindahan panorama bawah lautnya. Bunaken mempunyai paling sedikit 40 titik penyelaman yang kaya akan ikan - ikan tropis dan terumbu karang. Lebih dari spesies ikan terdapat dalam kawasan Segi Tiga Emas Papua Nugini, Filipina, dan Indonesia. Bunaken secara Biologis dan strategis terletak di segi tiga ini dan memiliki di antaranya Ikan Hiu, Kura-kura, Mandarin Fish, Kuda Laut, Ikan Pari, dan yang terkenal adalah Ikan Purba Raja Laut. Selain itu juga terdapat terumbu karang baik yang lunak maupun keras dengan membentuk dinding yang terjal, dengan beraneka macam dan warnah karang. Luas wilayahnya sekitar 887,5 ha, dengan kondisi morfologi sedikit bergelombang, dan merupakan salah satu Taman Laut terindah di dunia. Sebagian besar wilayah pantainya terdiri dari hutan bakau dan pasir putih. Keindahan taman lautnya dapat dilihat pada lokasi titik penyelaman yang disebut dengan Lekuan satu, dua, dan tiga, Fukui, Mandolin,Tanjung Parigi, Ron's Point, Sachiko Point, Pangalisang, Muka Kampung, dan Bunaken Timur. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa snorkling, diving (menyelam), underwater photography (foto bawah laut), dan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan panorama bawah laut tapi tidak dapat berenang dapat menikmatinya dengan menggunakan perahu berkaca (katamaran). b. Pulau Siladen Pulau Siladen terletak di Kecamatan Bunaken dengan jarak ± 8 mil dari pusat kota, dan dapat ditempuh dalam waktu 45 menit dengan menggunakan perahu motor. Pulau ini memiliki luas 31,25 ha, dengan dikelilingi pasir putih sehingga menambah keindahan pantainya. Keindahan bawah lautnya terdapat beraneka jenis ikan dan terumbu karang

58 43 dengan beragam bentuk dan warnah sehingga sangat menarik bagi wisatawan yang menpunyai kegemaran diving. Adapun kegiatan wisata yang dapat dilakukan di daerah ini adalah, berupa snorkling, diving (menyelam), underwater photography (foto bawah laut), dan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan panorama bawah laut tapi tidak dapat berenang dapat menikmatinya dengan menggunakan perahu berkaca (katamaran). Kegiatan ini dapat dilakukan pada dua titik penyelaman yaitu Siladen satu dan Siladen dua. c. Pulau Manado Tua Pulau Manado Tua dahulunya bernama Pulau Kima diambil dari nama kerang besar yang terdapat di bagian selatan pulau. Pulau Manado Tua ditinjau dari segi cerita rakyat berasal dari puncak Gunung Lokon yang dipotong oleh Dewa Warere kemudian dibuangnya ke laut dan terbentuklah pulau Manado Tua. Dewa Warere merupakan Dewa yang mendiami Gunung Lokon, namun karena dia mendapat hukuman dan dirasanya hukuman itu tidak setimpal maka dijadikannya Pulau Manado Tua sebagai tempat persembunyiannya. Nama Manado Tua muncul pada saat bangsa Spanyol menjadikan pulau tersebut sebagai kantor dan pergudangan untuk menyimpan barang dagangannya pada abad ke 15. Pulau Manado Tua merupakan pusat pemerintahan pertama sebelum di alihkan ke tanah Minahasa, yang sekarang di kenal dengan Kota Manado. Berada di batasan teluk Manado tepatnya di Kecamatan Bunaken, yang berjarak ± 10 mil dari pusat kota dan dapat ditempuh dalam waktu 60 menit dengan menggunakan perahu motor. Pulau Manado Tua merupakan pulau terbesar dari pulau-pulau yang berada pada batasan teluk Manado. Pantainya terdiri dari campuran pasir putih, dengan keindahan bawah lautnya dihiasi dengan beraneka macam ikan, karang dan biota lainnya. Selain itu juga pada Tanjung Raja terdapat jangkar kapal peninggalan Portugis, sedangkan pada Tanjung Kopi merupakan tempat bertelurnya Tuturuga (Penyu) pada bulan purnama sehingga memiliki daya tarik tersendiri. d. Gunung Tumpa Gunung Tumpa terletak di desa Meras Kecamatan Bunaken yang berjarak 15 km dari pusat kota, dan ditempuh dalam waktu 30 menit dengan kendaraan roda empat maupun

59 44 roda dua. Memiliki keindahan alam karena dikelilingi dengan pepohonan dan area pertanian rakyat, dan pada puncaknya dapat melihat keindahan Kota Manado, Pulau Bunaken, Siladen dan Manado Tua. Selain itu juga terdapat Taman Mamre Green Hills, yang ditata begitu indah sehingga wisatawan yang berkunjung di tempat ini dapat merasakan betapa indahnya alam semesta dan merasakan betapa besarnya keagungan Sang Pencipta. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah menikmati alam dan pemandangan Kota Manado, menikmati indahnya pemandangan alam saat sunrise dan sunset dan ziarah ke Bukit Doa. e. Air Terjun Kima Air terjun Kima terleteak di Desa Kima Atas Kecamatan Bunaken, dengan jarak 13 km dari pusat kota dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua. Pemandangannya yang sangat indah, dengan pepohonan di sekelilingnya. Di sekitar air terjun terdapat perkebunan rakyat sehingga wisatawan yang berkunjung di tempat ini tidak hanya menikmati keindahan alam saja, tapi dapat melihat dan berinteraksi secara langsung dengan para petani yang sedang mengolah lahan pertaniannya untuk lebih mengenal karakteristik masyarakat Kota Manado. f. Pantai Malalayang Pantai Malalayang tepatnya berada di Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang dengan jarak 6,5 km dari pusat kota, dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua. Pantai Malalayang ini merupakan tempat rekreasi masyarakat Kota Manado karena memiliki keindahan pantai, dengan variasi pemandangan Pulau Manado Tua dan Bunaken. Di sepanjang pantai Malalayang terdapat café dan restoran yang menyajikan makanan khas Manado seperti ikan bakar, tinutuan (bubur Manado), gohu, rujak, dan pisang goreng yang disajikan dengan sambel terasi atau bakasang. Pantai Malalayang biasanya ramai dikunjungi pada hari-hari libur, dan merupakan pusat rekreasi masyarakat Kota Manado. Bagi wisatawan yang menyukai alam pantai sebagai tempat rekreasi masih di dalam kota, maka Kota Manado merupakan tujuan wisata yang patut diperhitungkan. Pesona

60 45 keindahan pantainya dapat dilihat dari kawasan Malalayang sampai kawasan Bolevard yang ada di pusat kota. Pantai Malalayang memiliki pantai pasir hitam dengan didominasi bebatuan, yang menawarkan pesona pantai yang indah Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata sejarah a. Gereja Sentrum (Oude Kerk) Gereja Sentrum terletak di pusat kota, tepatnya di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang. Gereja Sentrum merupakan peninggalan Belanda yang dahulunya dikenal dengan Oude Kerk (Gereja tua), dan merupakan gereja pertama di Manado, yang sampai saat ini masih dipertahankan keaslian arsitekturnya dan dipakai sebagai tempat beribadah umat Kristen Protesten, Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM). Pada waktuwaktu tertentu ibadah di Gereja ini menggunakan bahasa Belanda. Ratu Belanda juga pernah mengunjungi Gereja ini. Di depannya terdapat monumen Perang Dunia II untuk memperingati kemenangan tentara Sekutu atas Jepang. b. Veld Box Veld Box ini merupakan peninggalan sejarah pada jaman pendudukan Belanda, yang dijadikan sebagai tempat pertahanan dan perlindungan pada saat terjadi pertempuran. Veld Box menjadi tempat wisata sejarah yang menandakan bahwa Bangsa Belanda pernah mendiami Kota Manado. c. Goa Jepang Goa peninggalan Jepang sebagai tanda bahwa Jepang pernah menduduki Bangsa Indonesi dan mendiami Kota Manado. Goa ini merupakan tempat penyimpanan barang dan sekaligus juga sebagai tempat perlindungan tentara Jepang. Goa Jepang terdapat di wilayah Kota Manado seperti Kelurahan Singkil Satu, dan Tikala Ares. Goa Jepang yang terdapat di Kelurahan Singkil di dalamnya terdapat beberapa bilik/ruangan dan sumur (mata air). d. Meriam Kuno Meriam Kuno terdapat dua buah dan terletak di dua tempat yang berbeda yaitu, di Kelurahan Bumi Beringin Kecamatan Wenang dan Kelurahan Wenang Utara Kecamatan

61 46 Wenang. Meriam Kuno ini adalah peninggalan jaman Belanda, yang menandai bahwa pasukan Belanda pernah mendiami Kota Manado. Meriam kuno ini pertama kali digunakan pada tahun 1808 saat terjadi perlawanan oleh rakyat Minahasa terhadap pemerintahan Belanda. Sampai saat ini Meriam Kuno masih dirawat dengan baik yang dikoleksi di depan Kantor Gubernur Sulawesi Utara dan Markas Korem 131/Santiago Manado. e. Batu Kuangang Batu Kuangang ini terletak di Jalan Sea Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang. Lokasinya terletak di atas gunung, sehingga wisatawan yang berkunjung di tempat ini dapat menikmati pemandangan Kota Manado. Batu Kuangang merupakan batu yang dikeramatkan oleh Suku Bantik, dan dijadikan sebagai tempat ritual untuk mendapatkan kekuatan dari leluhur mereka. Selain untuk memperoleh kekuatan pada saat perang, batu ini dianggap juga dapat memberikan berkah bagi orang yang mengunjunginya dengan cara memohon pada leluhur mereka. Di atas batu ini terdapat 20 lubang berbentuk bulatan kecil, yang konon ceritanya merupakan tempat bermain congklak (permain Cina). Lubang-lubang tersebut dibuat oleh pendekar Bantik yang bernama Sumpabuney bersama istrinya dengan menggunakan sikut tangan, yang dibuat untuk anaknya. Saat pendekar sedang dalam puncak upacara meminta kekuatan untuk berperang melawan musuh di lautan Teluk Manado tiba-tiba anak bungsunya menangis tanpa henti. Untuk membujuk anaknya sang pendekar mendapat ilham dari roh leluhur untuk membuat permainan congklak agar anaknya berhenti menangis dan bermain sehingga pendekar Bantik bersama istrinya dapat berperang. f. Batu Buaya Batu Buaya terdapat di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang, merupakan peninggalan sejarah Suku Bantik. Batu ini merupakan jasad dari Tonaas dari daerah Tombatu/Ratahan yang bernama Barorongan yang berkelahi dengan Tonaas yang bernama Kodoti yang merupakan anak suku Bantik. Perkelahian ini berawal dari Gunung Soputan dan berakhir di daerah Minanga Malalayang. Perkelahian tersebut Tonaas Kodoti hampir kalah sehingga dia meminta bantuan anjing peliharaanya untuk melawan Tonaas Bororongang dan akhirnya berhasil mengalahkannya. Dalam keadaan yang tak berdaya,

62 47 Tonaas Kodoti meninggalkannya dan kembali ke desa dan memberitahukan bahwa dia telah berhasil mengalahkan Tonaas Bororongan. Masyarakat tidak mempercayainya karena menurut kepercayaan, Tonaas Bororongan ini mempunyai kekuatan gaib sehingga bila ia menemui sungai maka dia akan pulih kembali. Tonaas Kodoti kembali ke lokasi tempat perkelahian dan mendapatkan Tonaas Bororongang tersebut sedang merayap menuju sungai. Tonaas Kodoti kemudian memenggal kepalanya, dan pada saat itu jasatnya berubah menjadi batu berbentuk buaya tanpa kepala. g. Batu Bantik Batu Bantik terletak di Kelurahan Bumi Beringin Kecamatan Wenang, tepatnya di Kompleks Perumahan Bumi Beringin. Batu ini merupakan batu peninggalan sejarah anak Suku Bantik, dimana batu ini konon merupakan tempat persembunyian anak suku bantik dan mereka hanya akan keluar dari persembunyiannya pada saat mereka ingin mencari makanan. Adapun makanan mereka berupa kacang hijau yang ditukarkan dengan batubatuan yang sering dijadikan sebagai perhiasan. h. Parigi Tujuh Parigi Tujuh terletak di Kelurahan Kombos Timur Kecamatan Singkil, dan ditempuh dalam waktu 30 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Di namakan Parigi Tujuh karena terdapat tujuh sumur atau mata air. Konon ceritanya Parigi Tujuh ini merupakan tempat pemandian putri-putri yang turun dari kayangan, sehingga orang yang mandi di sumur ini akan tetap awet muda. Sampai saat ini masih terawat dan digunakan masyarakat setempat sebagai tempat mandi. Sumur ini tidak pernah kering walaupun pada musim kemarau panjang. i. Waruga Dotu Lolong Lasut Waruga Dotu Lolonglasut terletak di pusat kota, tepatnya di Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang. Dotu Lolong Lasut adalah orang yang tidak akan dilupakan oleh masyarakat, karena merupakan pendiri Kota Manado. Redel J.G.F. (1870) dalam bukunya berjudul Ijai Jah Aasaren Tua Puhuma Ne Minahasa, yang artinya inilah sejarah purba Minahasa menulis: adapun Dotu Lolong Lasut yang masih terkait keluarga /

63 48 keturunan Ruru Ares pada suatu waktu bersama keluarganya keluar dari Desa Kali menuju suatu tempat di sebelah barat daya negeri Pinoponan di tepi sungai Ares, kemudian menyusul Wongkar dan Kalangi mendiami bagian utara daratan Wenang dan tinggal disana. Ini merupakan awal berdirinya Kota Wenang yang sekerang bernama Kota Manado, yang terkenal dengan julukan Manado Kota Tinutuan. j. Batu Sumanti Terletak di Kelurahan Tikala Ares Kecamatan Tikala sekitar 25 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Batu ini adalah batu bersejarah yang mengingatkan pada seorang leluhur Minahasa, yakni Dotu Sumanti yang sangat dihormati dan merupakan tokoh masyarakat Minahasa. Dotu Sumanti adalah keturunan Dotu Totokai dan Tombarian dimana keduanya merupakan panglima perang. Batu Sumanti ini dianggap sebagai pelindung orang Minahasa, berdasarkan cerita yang didapatkan dari wawancara dengan penjaga batu ini, mengatakan bahwa pada daerah Kelurahan Tikala Ares tidak pernah terjadi pembunuhan, bahkan pada saat terjadi banjir terbesar di Manado sekitar Batu Sumanti ini tidak tergenang air. k. Parigi Puteri Parigi Putri merupakan tempat pemandian Putri Karema, dimana Putri Kerema adalah Dewi yang keluar dari batu yang terbelah dan merupakan pemimpin agama pada masa itu. Putri Kerema adalah yang pertama mendiami tanah Malesung / Minahasa. Parigi Putri terletak di Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Tikala dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Dinamakan Parigi Putri bardasarkan bahasa malayu Manado dimana sumur disebut parigi. l. Klenteng Ban Hin Kiong Obyek wisata lain yang menonjol di Kota Manado adalah Kelenteng Ban Hin Kiong di kawasan Pusat Kota tepatnya di Jalan Asia Afrika (Kampung Cina) yang dibangun pada awal abad 19, dan merupakan Klenteng tertua di Indonesia timur. Biasanya ada sebuah festival yang menarik di bulan Febuari yaitu perpaduan antara kebudayaan China dan kegiatan keagamaan. Di Klenteng ini pada setiap tahunnya diadakan upacara

64 49 keagamaan yang disebut Toa Pe Kong atau Cap Go Meh. Dalam upacara tersebut dimeriahkan dengan atraksi yang dinamai Ince Pia, yakni seseorang yang memotongmotong punggungnya dengan sebilah pedang tajam akan tetapi tidak terluka sedikitpun, juga terdapat barongsay, akrobat-akrobat, atraksi Kuda Locia Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Buatan a. Teater Terbuka Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Terletak di pusat kota tepatnya di Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang dan merupakan pusat pertunjukan seni dan budaya daerah. Di tengah-tengah taman di bangun patung Dotu Lolong Lasut yang berdiri tegar seakan melukiskan betapa uletnya Dotu Lolong Lasut merintis Kota Wenang yang sekarang dikenal dengan Kota Manado. b. Museum Negeri Manado Museum Negeri Manado merupakan tempat rekreasi sambil belajar mengenal berbagai peninggalan sejarah dan kebudayaan Minahasa. Selain itu juga disimpan bendabenda bersejarah peninggalan bangsa / negara yang pernah mendiami Kota Manado seperti: Portugis, Belanda dan Jepang. Museum ini terletak di Kelurahan Komo Dalam, dan dapat ditempuh dalam waktu 5 (lima) menit dari pusat kota. c. Monumen Gugurnya Tentara Jepang Terletak di Kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Teling Kelurahan Teling, dan ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Monumen ini didirikan untuk memperingati gugurnya tentara Jepang, dan pada setiap tahunnya sering dikunjungi para veteran Dai Nipon (Tentara Jepang) yang pernah menjajah Indonesia untuk mengenang kejadian dimasa lampau. d. Patung Batalyon Worang Terletak di pusat kota Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang. Monumen ini merupakan peringatan terhadap perjuangan salah satu Batalyon TNI (Tentara Nasional Indonesia) Angkatan Darat pimpinan Mayor H.V. Worang (mantan Gubernur Sulawesi Utara). Pendaratan Batalion Worang yang ketika itu untuk menjaga keutuhan Negara

65 50 Kesatuan RI dari pemberontakan KNIL orang Minahasa yang ingin membentuk Republik Indonesia Timur. e. Patung DR. Sam Ratulangi Terletak di Kelurahan Ranotana Kecamatan Sario sekitar 20 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Sam Ratulangi lahir di Tondano pada tanggal 5 Nopember 1890, dan merupakan Doktor Matematika pertama di Indonesia. Sam Ratulangi juga yang memprediksi kapan Indonesia merdeka, yaitu setelah laut pasifik terbakar (pada saat terjadi pemboman di Nagasaki dan Hirosima Jepang). Sam Ratulangi adalah pencetus semboyan Sitou Timou Tumou Tou yang artinya manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain. la pula yang menamakan bangsa Indonesia dengan sebutan Indome yakni dari bahasa Tombulu yang artinya menyatukan / bersatu. Sam Ratulangi pernah dipenjara di Makasar ( ) dan di internier ke Irian, dan juga pernah ditangkap oleh tentara Jepang bersama Soekarno (mantan Presiden Rl pertama) pada tanggal 12 Januari Sam Ratulangi akhirnya meninggal dunia pada tanggal 30 Juni 1949 karena gangguan kesehatan. f. Patung Toar Lumimuut Terletak di Kelurahan Komo luar Kecamatan Wenang, dan dapat ditempu dalam waktu 15 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Nampak indah dan mengagumkan menghiasi wajah Kota Manado, mengingatkan pada sejarah asal usul orang Minahasa. Berdasarkan sejarah orang Minahasa mengungkapkan bahwa pertemuan pertama kali terjadi antara Dewi Kerema yang dikenal sebagai pemimpin agama dengan Lumimuut. Dalam pertemuan tersebut Dewi Kereme menanyakan asal usul Lumimuut, dan iapun menjelaskannya. Lumimuut adalah anak dari Wangi dan ayahnya bernama Kawengian, yang pada masa itu kedua orang tuannya meletakannya di atas perahu dan meninggalkannya di laut dan hanya diberi bekal sebongkah tanah, biji-bijian dan sebutir telur. Lumimut pun terhanyut dan dihempas badai dan ombak sampai tidak sadarkan diri, dan akhirnya terhempas di sebuah karang dan sadarlah Lumimuut. Pada saat itu Lumimuut melihat bahwa bungkusan tanah yang diberikan kepadanya telah berubah menjadi sebuah tanah daratan yaitu tanah minahasa, sedangkan biji-bijian telah berubah menjadi tanaman-

66 51 tanaman mudah dan telur telah menjadi binatang. Dewi Keremapun hidup berdampingan secara rukun dengan Lumimuut, dan mereka diberkati sehingga tidak pernah hidup berkekurangan. Dewi Kerema merasa bahwa Lumimuut adalah orang yang dapat menjaga anak, sehingga tergugalah hatinya dan memanggil Lumimuut untuk berdoa meminta pengasihan dari sang pencipta agar Lumimuut boleh mendapatkan anak. Lumimuut akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Toar, kemudian mereka berdua kawin dan keturunan mereka ini adalah orang Minahasa (Wenas, 2007). g. Patung Wolter Monginsidi Terletak di Kelurahan Sario Tumpaan Kecamatan Sario sekitar 25 menit dari pusat kota yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Didirikan sebagai peringatan atas jasa putera yang berasal dari Sulawesi Utara. Wolter Robert Monginsidi atau yang akrab disapa Bote adalah putera Bantik Malalayang yang tewas dibunuh regu tembak Belanda di Makasar Sulawesi Selatan karena berjuang menentang kekuasaan Belanda pada waktu itu. Patung Wolter Mongisidi berdiri dengan tegap, menandakan inilah putera Minahasa yang berjuang tanpa takut mati. h. Patung Maria Walanda Maramis Terletak di Kelurahan Komo Luar Kecamatan Wenang dan ditempuh dalam waktu ± 15 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Ibu Maria Walanda Maramis merupakan pelopor pejuang kaum wanita di Sulawesi Utara dalam bidang pendidikan di jaman pendudukan Belanda serta pendiri organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya). i. Patung W.R Mongisidi dan Piere Tendean Patung W.R Mongisidi dan Piere Tendean terdapat di Kelurahan Sario Tumpaan Kecamatan Sario, dan dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Didirikan untuk mengenang jasa kedua putera yang berasal dari Sulawesi Utara. Wolter Robert Mongisidi atau yang akrab disapa Bote, adalah putera Bantik Malalayang yang tewas dibunuh regu tembak Belanda di Makassar Sulawesi Selatan karena berjuang menentang kekuasaan Belanda. Dalam perjuanggannya dikenal dengan

67 52 semboyan Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan. Adapun Kapten Piere Tendean yang merupakan putera Minahasa yang gugur pada peristiwa G 30 S/PKI dalam perjuangan untuk mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara RI, sehingga digelari pahlawan revolusi. j. Tugu Adipura Tugu Adipura terletak di Kelurahan Mapanget Barat Kecamatan Mapanget,dan daptat ditempuh dalam waktu 45 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan darat. Tugu ini dibangun oleh Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Manado sebagai peringatan atas keberhasilan dalam meraih gelar kota terberih di Indonesia berturut-turut dalam kurun waktu 3 tahun. k. Kawasan Bisnis Boulevard Terletak di sepanjang pesisir pantai Kota Manado di ruas jalan Boulevard sepanjang 3,85 Km. Sebagai hasil dari pembangunan reklamasi Pantai Manado, tempat ini telah menjawdi Kawasan Bisnis terbesar di Indonesia Timur. Selain itu kawasan ini juga merupakan "surga belanja dan hiburan" di Kota Manado. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya pusat-pusat bisnis, hiburan dan perbelanjaan yang bertaraf internasional seperti: Bahu Mall, Boulevard Mall, Manado Convention Center, ManadoTown Square, Mega Mas, ITC Marina Plaza, The Ritzy Hotel, Quality Hotel, Multi Mart, Jumbo Swalayan dan lain sebagainya. Pada malam hari disepanjang pantai Boulevard akan terlihat suasana yang berbeda, café-café menyajikan life music sehingga menambah semarak panorama kota. Wisatawan yang berkunjung dapat menikmati makanan khas daerah sambil menikmati alunan musik, dan indahnya pemandangan pantai yang dihiasi lampu kapal, menjadikan suasana malam yang romantis. l. Pasar Tradisional Pasar Tradisional tersebar di beberapa tempat di Kota Manado, seperti Pasar Bersehati, Pasar Karombasan, Pasar Bahu, Pasar Tuminting dan Pasar Paal II. Tempat ini dapat dijadikan sebagai alternatif berwisata karena mengambarkan masyarakat tradisional Kota Manado yang multi etnis, agama dan ras. Beraneka macam bahan makanan seperti

68 53 sayur-sayuran, ikan segar, rempah-rempah yang dijual, juga yang menjadi ciri khasnya adalah pasar ini menyajikan bahan makanan tradisional masyarakat seperti paniki (kelelawar), anjing, babi, tikus dan ular patola (ular piton) yang merupakan makanan khas masyarakat Manado. Wisatawan yang berkunjung dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat dan pedagang untuk lebih mengenal tradisi/budaya dan dialek masyarakat Kota Manado. Pasar Bersehati mempunyai ciri khas tersendiri, terdapat tempat pelelangan ikan, sehingga dapat dijumpai ikan-ikan segar. Selain itu juga pasar ini dekat dengan pelabuhan Manado, dan merupakan pusat kapal-kapal yang akan menuju Pulau Bunaken, Manado Tua, Siladen, Nain, Montehage dan Sanger Talaud Potensi Objek Wisata Seni dan Budaya a. Atraksi Budaya Bantik Salah satu anak suku bangsa Minahasa yang berdomisili di Wilayah Kota Manado adalah Suku Bantik. Suku Bantik memiliki kekayaan budaya dan seni seperti Masamper yang merupakan tarian dengan diselingi nyanyian, Ampa Wayer merupakan tarian yang dibawakan secara beramamai-ramai dengan aba-aba dari komando, dan Pato-pato dimana tarian ini sangat menarik karena diikuti oleh banyak orang dengan gerakannya yang mudah diikuti. b. Tari Kabasaran Tarian Kabasaran sering juga disebut Tarian Cakalele/Kabasaran, adalah merupakan seni tari perang yang menggambarkan kondisi Suku Minahasa saat menghadapi perang. Berbeda dengan tarian Minahasa lainnya dimana tarian ini tidak sambil bernyanyi tapi para penari hanya saling berhadapan dengan menggunakan pedang, sambil mata melotot dengan tajam. Kabasaran berasal dari kata Wasar yang artinya ayam jantan aduan yang sengaja dipotong mahkotanya agar lebih ganas saat berkelahi. Jadi Kabasaran artinya penari yang menari seperti dua ekor ayam jantan yang berkelahi. Setiap gerakan tarian ini harus dapat mengejutkan penonton, dan inilah yang merupakan daya tarik seni Tarian Kabasaran (Wenas, 2007).

69 54 c. Tari Maengket Tari Maengket merupakan suatu seni tari sambil diiringi dengan nyanyian yang diiringi gendang atau tambur, dan biasanya dilakukan sesudah panen padi sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta dan juga sebagai nyanyian cinta kasih. Tari maengket lainnya adalah Tari Maengket Rumamba, dimana tarian ini biasanya dilakukan pada saat naik rumah baru/menempati rumah baru. Gerakannya memiliki gerakan yang khas dengan hentakan kaki oleh penari dengan tujuan untuk menguji kekuatan rumah tersebut (rumah adat). d. Musik Kolintang Musik Kolintang pada awalnya berbentuk gong dari logam yang diletakkaan diatas kayu, dan dipakai pada acara-acara tertentu seperti acara perkawinan. Alat musik ini telah didatangkan ke Minahasa melalui Ternate oleh para pedagang jaman Majapahit. Alat musik ini tidak dibuat di Minahasa tapi hanya didatangkan dari luar sehingga sulit untuk berkembang. Selanjutnya dengan adanya perkembangan, ketika diadakan seminar musik tradisional Nelwan Katuuk yang berasal dari Tonsea memperkenalkan musik kolintang yang terbuat dari kayu. Sejak tahun 1960 sampai sekarang ini, musik kolintang yang berkembang adalah musik kolintang kayu. Musik kolintang pada saat ini biasanya di mainkan pada acara-acara tertentu seperti penyambutan tamu-tamu penting, acara perkawinan dan acara lainnya. Awalnya musik kolintang ini digunakan untuk mengiringi penyanyi yang membawakan lagu daerah seperti Mapurengkey, namun seiring perkembangannya saat ini musik kolintang juga mengiringi nyanyian daerah setempat pada umumnya. d. Musik Tiup Bambu Musik tradisional ini berasal dari Kepulauan Sangihe Talaud yang diciptakan oleh seorang petani pada tahun Musik tiup bambu terbuat dari bulu tui yang besarnya seukuran ibu jari yang diikat berjejer sebanyak tiga buah. Pada mulanya musik bambu ini hanya merupakan alat penghibur bagi masyarakat petani setelah seharian melakukan aktivitas sebagai petani yang biasanya dimainkan setelah selesai makan malam.

70 55 Perkembangan selanjutnya musik ini telah dikombinasikan dengan alat musik lainnya seperti klarinet orkestra, trompet orkestra, tambur besar, bas bambu, tuba bambu, korno dan corong resonasinya yang terbuat dari lembaran seng aluminium sehingga menghasilkan alunan musik yang indah. Sejak tahun 1957 sudah ada musik bambu seng, karena alat musik yang berfungsi sebagai bas dan tuba terbuat dari seng aluminium. Dewasa ini Musik Tiup Bambu telah menjadi salah satu jenis musik yang sering digunakan pada acara-acara penting daerah, baik untuk menyambut tamu-tamu besar kenegaraan, maupun pada acara-acara masyarakat lainnya seperti acara perkawinan, naik rumah baru, pengucapan dll. Alunan musiknya yang indah sering mengiringi penyanyi dalam membawakan lagu, atupun untuk acara dansa. e. Musik Bia Sekitar tahun 1941 seorang penduduk Desa Batu Minahasa menjadikan bia/keong sebagai satu tumpukan musik dan akhirnya telah menjadi salah satu seni musik tradisional yang turut memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Musik bia ini merupakan musik yang unik, karena keseluruhan alat musiknya terbuat dari bia dan menghasilkan nada-nada yang begitu indah. Dengan hadirnya musik bia ini pada pagelaran-pagelaran kesenian dan acaraacara tertentu, mendatangkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. f. Perayaan Tulude Tulude merupakan suatu kebiasaan hidup masyarakat Kota Manado yang berasal dari suku Sangihe Talaud. Perayaan Tulude atau kunci taong (kunci tahun) diisi dengan perayaan adat yang bersifaat keagamaan Kristiani, yang merupakan ungkapan syukur terhadap Sang Pencipta atas berkat dan rahmatnya selama setahun berlalu serta memohon bimbingannya dalam tahun yang baru akan berjalan. Perayaan ini ditandai dengan pemotongan kue Tamo oleh Pimpinan Adat, selanjutnya dibagikan kepada seluruh peserta upacara. Pertunjukan Tulude ini juga dimeriahkan oleh Tarian Masamper.

71 56 g. Toa Pe Kong Pada setiap tahun sejak awal abad XIX di Klenteng Ban Hin Kiong, diadakan upacara adat oleh pengaruh aliran Kong Hu Chu yang disebut Toa Pe Kong atau Cap Go Meh. Dalam upacara ini dimeriahkan dengan atraksi yang dikenal dengan nama Ince Pia yakni seseorang yang memiliki kekebalan tubuh, dimana tidak akan terluka walau badan dan lidahnya di potong-potong, dan menusuk pipinya dengan jarum yang tajam. Upacara ini juga menampilkan atraksi kuda locia dan pikulan-pikulan serta mobil hias yang diiringi kelompok musik bambu. Upacara ini diikuti oleh seluruh penganut aliran Kong Hu Chu yang ada di Kota Manado dan sekitarnya. h. Lampion / Pawai paskah Memperingati hari kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, umat Kristiani membenahi diri dan lingkungannya dengan berbagai bentuk kegiatan yang mengungkapkan peryataan iman atas penebusan dosa umat manusia oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Perayaan ini dilakukan sepanjang bulan perayaan minggu sengsara sampai kenaikan Yesus Kristus. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain dengan membuat lampion-lampion dan salib di sepanjang jalan, dan pencarian telur paskah, pawai obor oleh anak-anak, sedangkan pemuda dan remaja melakukan kegiatan pawai paskah yang menggambarkan prosesi kematian Tuhan Yesus di Bukit Golgota. Perayaan ini diikuti oleh seluruh umat Kristiani baik Kota Manado maupun Kota Bitung dan Minahasa. i. Pengucapan Syukur Pengucapan merupakan budaya masyarakat umat Kristiani, yang merayakan ucapan syukur atas berkat yang Tuhan berikan sehubungan dengan hasil pertanian. Dalam perayaan tersebut umat Kristiani membawakan hasil pertanian di Gereja beserta makanan untuk dinikmati bersama. Setiap keluarga juga menyediakan makanan di rumah masing-masing untuk menyambut tamu yang datang, dan biasanya tamu-tamu tersebut tidak diundang khusus, siapa saja yang datang pasti akan dilayani tanpa membedakan orang tersebut dikenal atau tidak. Makanan yang disajikan pada acara pengucapan adalah makanan khas Minahasa, selain itu juga yang menjadi ciri khas pengucapan ini adalah kue nasi jaha dan

72 57 dodol. Setiap tamu yang datang akan disajikan kue tersebut, dan saat pulang juga diberikan bungkusan kue nasi jaha, dodol dan makanan khas lainnya. j. Kunci Tahun Masyarakat Kota Manado terdiri dari bermacam etnis dan agama, yang keseluruhannya hidup berdampingan dengan damai dan terkenal dengan semboyan Torang Samua Basudara. Sifat kekeluargaan antar masyarakat sangat kental terasa pada acara perayaan kunci tahun. Selama bulan Desember sampai Januari semua masyarakat saling mengunjungi satu sama lainnya, dengan dimeriahkan Musik Bambu, Maramba, Masamper dan Figura.

73 58 Gambar 7 Peta wisata alam 58

74 59 Gambar 8 Peta wisata sejarah 59

75 60 Gambar 9 Peta wisata buatan 60

76 Penilian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Pencanangan Kota Manado sebagai kota tujuan wisata dunia 2010 oleh pemerintah Kota Manado, merupakan suatu tantangan besar bagi seluruh masyarakat dan pemerintah Kota Manado untuk mewujudkannya. Strategi yang tepat dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, pemerintah dan masyarakat Kota Manado perlu memikirkan untuk meningkatkan daya saing Kota Manado dari kota-kota tujuan wisata lainnya di dunia. Untuk meningkatkan daya saing, pelaku industri pariwisata dan pemerintah Kota Manado perlu mengubah pemanfaatan ODTW secara konseptual, terencana, bertahap, dan berwawasan lingkungan. Adapun interpretasi yang merupakan produk pariwisata dengan dilandasi konsep ekowisata yang menghubungkan kepentingan industri pariwisata, wisatawan dan pemerhati lingkungan, dirasakan perlu untuk disiapkan sebagai suatu strategi peningkatan daya saing. Penilaian potensi ODTW alam Kota Manado serta potensi sosial budaya dan ekonomi dibahas menurut tiga kategori obyek wisata yaitu : obyek wisata bentuk darat, obyek wisata bentuk pantai, dan obyek wisata bentuk laut. Sedangkan nilai indeks dari masing-masing hasil penilaian potensi sumber daya, merupakan total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dievaluasi. Hasil evaluasi yang didapatkan adalah: Kawasan Taman Nasional Bunaken (Pulau Bunaken, Manado Tua dan Siladen) untuk obyek wisata alam bentuk darat 83,25% dan laut 87,09%, sedangkan Pantai Malalayang 86,83%, Gunung Tumpa (Mamre Green Hills) 84,65%, dan Air Terjun Kima 84,22% (Tabel 1a,1b,2,3,4). Perbedaan nilai tersebut dipengaruhi oleh unsur-unsur kriteria penilaiannya yaitu: daya tarik, kondisi lingkungan sosial ekonomi, pelayanan masyarakat, kadar hubungan atau aksesibilitas, akomodasi (radius 15 km dari obyek), prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek), keamanan, tersedianya air bersih, hubungan obyek dengan obyek wisata lain, dan kondisi iklim.

77 62 Tabel 1a Hasil penilaian potensi ODTW kawasan TNB (Obyek wisata laut) Potensi Kriteria Total Nilai¹ Nilai² (N x b) Indeks³ (%) Kelompok SDA Obyek wisata laut Daya tarik Kondisi lingkungan sosek Pelayanan masyarakat Partisipasi masyarakat Kadar hubungan atau Aksesibilitas Sosbud dan ekonomi Akomodasi (radius 15 km dari obyek) Prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek) Sarana dan prasarana penunjang Tersedianya air bersih Hubungan obyek dengan obyek wisata lain Kondisi iklim Paket Wisata Keamanan Total total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dinilai 2 hasil penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam 3 indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai yang dinyatakan dalam presentase N: pilihan nilai setiap unsur dalam kriteria penilaian potensi b: bobot dari setiap kriteria penilaian potensi.

78 63 Tabel 1b Hasil penilaian potensi ODTW kawasan TNB (Obyek wisata darat) Potensi Kriteria Total Nilai¹ Nilai² (N x b) Indeks³ (%) Kelompok SDA Obyek wisata darat Daya tarik Kondisi lingkungan sosek Pelayanan masyarakat Partisipasi masyarakat Kadar hubungan atau Aksesibilitas Sosbud dan ekonomi Akomodasi (radius 15 km dari obyek) Prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek) Sarana dan prasarana penunjang Tersedianya air bersih Hubungan obyek dengan obyek wisata lain Kondisi iklim Paket Wisata Keamanan Total total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dinilai 2 hasil penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam 3 indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai yang dinyatakan dalam presentase N: pilihan nilai setiap unsur dalam kriteria penilaian potensi b: bobot dari setiap kriteria penilaian potensi.

79 64 Tabel 2 Penilaian potensi ODTW alam Pantai Malalayang Potensi Kriteria Total Nilai¹ Nilai² (N x b) Indeks³ (%) Kelompok SDA Obyek wisata pantai Kondisi lingkungan sosek Pelayanan masyarakat Partisipasi masyarakat Kadar hubungan atau Aksesibilitas Sosbud dan ekonomi Akomodasi (radius 15 km dari obyek) Prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek) Sarana dan prasarana penunjang Tersedianya air bersih Hubungan obyek dengan obyek wisata lain Kondisi iklim Paket Wisata Keamanan Total total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dinilai 2 hasil penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam 3 indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai yang dinyatakan dalam presentase N: pilihan nilai setiap unsur dalam kriteria penilaian potensi b: bobot dari setiap kriteria penilaian potensi.

80 65 Tabel 3 Hasil penilaian potensi ODTW alam Gunung Tumpa ( Mamre Green Hills) Potensi Kriteria Total Nilai¹ Nilai² (N x b) Indeks³ (%) Kelompok SDA Obyek wisata darat Daya tarik Kondisi lingkungan sosek Pelayanan masyarakat Partisipasi masyarakat Kadar hubungan atau Aksesibilitas Sosbud dan ekonomi Akomodasi (radius 15 km dari obyek) Prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek) Sarana dan prasarana penunjang Tersedianya air bersih Hubungan obyek dengan obyek wisata lain Kondisi iklim Paket wisata Keamanan Total total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dinilai 2 hasil penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam 3 indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai yang dinyatakan dalam presentase N: pilihan nilai setiap unsur dalam kriteria penilaian potensi b: bobot dari setiap kriteria penilaian potensi.

81 66 Tabel 4 Hasil penilaian potensi ODTW Alam Air Terjun Kima Potensi Kriteria Total Nilai¹ Nilai² (N x b) Indeks³ (%) Kelompok SDA Obyek wisata darat Daya tarik Kondisi lingkungan sosek Pelayanan masyarakat Partisipasi masyarakat Kadar hubungan atau Aksesibilitas Sosbud dan ekonomi Akomodasi (radius 15 km dari obyek) Prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek) Sarana dan prasarana penunjang Tersedianya air bersih Hubungan obyek dengan obyek wisata lain ,55 Keamanan Paket wisata Kondisi iklim Total total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dinilai 2 hasil penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam 3 indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai yang dinyatakan dalam presentase N: pilihan nilai setiap unsur dalam kriteria penilaian potensi b: bobot dari setiap kriteria penilaian potensi.

82 67 Pulau Bunaken, Manado Tua dan Siladen (Kawasan TNB) Daya Tarik Obyek wisata Alam Bentuk Laut Pulau Manado Tua, Bunaken dan Siladen masuk dalam kawasan TNB yang telah dikenal dunia akan keindahan panorama bawah lautnya. TNB kaya akan jenis ikan yang jumlahnya mencapai jenis, antara lain jenis Ikan Purba atau Ikan Raja Laut, Ikan Napoleon, Hiu/Gorango (Carcharhinus melanopoterus), Hiu/Gorango Kakadang (Sphyrna lewini), Ikan Pari (Taeniura lymna), dan Pari Mantra (Aetobatus narinari). Selain itu juga terdapat variasi koral lunak dan keras, adanya padang lamun, tumbuhan laut, mamalia dan reptil laut serta moluska, menjadikan TNB banyak diminati wisatawan untuk menikmati keindahan bawah lautnya (Gambar 10). Hasil evaluasi menunjukkan unsur keindahan obyek wisata bentuk laut 95,83%. Hamparan karang pada daerah ini terutama yang terletak di perairan pantai Pulau Bunaken, lebarnya mencapai 2,5 km dengan formasi yang sangat spesifik, dimulai dengan karang datar pada kedalaman kurang lebih 5 meter membentuk bukit-bukit di bawah air, sampai ke tebing vertikal ke bawah (drop off) yang panjangnya sampai ratusan meter (underwater greatwalls). Pada tebing vertikal terdapat banyak goa, ceruk dan rekahan yang tertutup sponge beraneka warna dan dihuni oleh berbagai jenis vertebrata dan invertebarata laut. Pada habitat ini selain karang terdapat juga biota laut lainnya seperti akar bahar, karang kipas, karang lunak, hydroid penyengat, cacing laut, bintang laut, dan teripang (Atlas Sumberdaya pesisir Manado, Minahasa, Bitung, 2002). Gambar 10 Keindahan panorama bawah laut

83 68 Obyek Wisata Bentuk Darat Pulau Manado Tua memiliki obyek dan daya tarik wisata darat (81,25%). Puncak Gunung Manado Tua merupakan Hutan Lindung yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk dijaga ekosistemnya. Potensi flora dan fauna yang terdapat di Pulau Manado Tua adalah: 1) potensi flora kaya akan jenis palma, sagu woka, silar dan kelapa, 2) potensi fauna monyet hitam sulawesi yaki (Macaca nigra) dan kuskus (Ailurops ursinus), serta jenis burung antara lain burung camar (Sternia sumatrana), cangak merah (Ardea purpurea), kowak (Nycticorax nycticorax). Monyet Hitam Sulawesi Yaki (Macaca nigra) dari ketiga jenis yaki yang tersebar di Sulawesi Utara (Macaca hecki, Macaca nigrescens dan Macaca nigra), yaki merupakan satwa yang paling terancam (Pontonowu, 2006). Yaki dapat dilihat pada saat mereka tidur di pohon pagi hari pada (05.00 WITA) dan saat mencari makan ( WITA), dan pada saat melakukan aktivitas pada sore hari (06.00 WITA) saat mereka akan naik untuk tidur. Gambar 11 Pulau Manado Tua Kadar Hubungan Aksesbilitas Waktu tempuh ke obyek dari pusat kota tergantung besar pk dan kondisi ombak, bila menggunakan perahu motor menuju Pulau Siladen dapat ditempuh dalam waktu ± 20 menit, Pulau Bunaken ±30 menit, Pulau Manado Tua ±50 menit. Untuk mencapai lokasi dapat melalui Pelabuhan Manado, Marina Nusantara Diving Center (NDC) di Kecamatan

84 69 Molas dan Marina Blue Banter Marina. Dari Blue Banter Marina dengan menggunakan kapal pesiar yang tersedia menuju daerah wisata Pulau Bunaken dapat ditempuh dalam waktu menit, sedangkan bagi wisatawan yang mengambil alternatif dari Pelabuhan NDC menuju lokasi penyelaman di Pulau Bunaken dengan menggunakan speed boat ditempuh dalam waktu ± 20 menit. Untuk menuju pulau Manado Tua dan Pulau Siladen dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. a b Gambar 12 a Perahu katamaran dan b jenis transportasi laut Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi Kondisi lingkungan sosial ekonomi yang dinilai adalah tata ruang wilayah, status lahan, tingkat pengangguran, mata pencaharian penduduk, ruang gerak pengunjung, pendidikan, tingkat kesuburan tanah, sumberdaya mineral dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan obyek wisata alam. Hasil penilaian 81,48% dipengaruhi oleh tata ruang wilayah telah diatur dengan dibuatnya zona masyarakat, zona pemanfaatan dan zona inti, dan status lahan dikelolah oleh pemerintah sedangkan persepsi masyarakat sangat mendukung untuk pengembangan obyek wisata alam di daerah ini. Masyarakat pada umumnya bekerja sebagai petani dan nelayan. Dengan ditetapkannya daerah ini sebagai obyek wisata memberikan dampak positif kepada masyarakat, melalui pemanfaatan industri-industri kerajinan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat setempat.

85 70 Gambar 13 Hasil kerajinan masyarakat Akomodasi, Prasarana dan Sarana Penunjang Akomodasi untuk kawasan Taman Nasional Bunaken (TNB) mencapai angka nilai tetinggi 100%, ditunjang dengan ketersediaan sarana akomodasi dengan jumlah kamar >100. Prasarana dan sarana penunjang memiliki nilai 100% dipengaruhi letak obyek wisata dengan pusat kota hanya berjarak 3 mill atau dibawah radius 20 km, sehingga untuk mencapai prasarana dan sarana penunjang adalah mudah. Gambar 14 Sarana akomodasi Pulau Bunaken Pelayanan Masyarakat Masyarakat dalam melayani wisatawan sangat ramah, hanya saja yang menjadi kendala adalah kemampuan berbahasa (66,66%). Masyarakat pada umumnya hanya

86 71 menguasai dua bahasa, yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang menyebabkan kesulitan untuk berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara. Peran pemandu disini sangat dibutuhkan karena pemandu yang akan mengubungkan wisatawan mancanegara dengan masyarakat lokal. Kondisi Iklim Memiliki kondisi iklim dengan suhu udara rata-rata pada siang hari 29,40 0 C - 32,20 0 C sedangkan pada malam hari berkisar antara 29,40 0 C - 23,20 0 C, jumlah bulan kering 8 bulan rata-rata pertahun, kelembaban udara 75% dan kecepatan angin rata-rata berkisaran antara 130 knot/jam. Hasil evaluasi (nilai indeks 90%) menunjukkan kondisi iklim baik, sehingga tidak ada pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan dan dapat dilakukan secara konstan setiap tahunnya. Khusus bulan Nopember sampai Januari banyak terjadi angin barat hingga barat laut sehingga kecepatan angin meningkat hingga mencapai 60-70%, akan tetapi hal ini tidak terlalu mengkuatirkan. Persediaan Air Bersih Air yang tersedia di lokasi adalah mata air dengan jarak 0-3 km dari titik obyek wisata. Kontinuitasnya tersedia sepanjang tahun, sehingga tidak akan mempengaruh persediaan air bersih pada obyek wisata. Ketersediaan air bersih sangat berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata, dimana kebersihan dan kenyamanan akan terjaga jika memiliki sumber air bersih yang memadai. Keamanan dan Hubungan Obyek dengan Obyek Wisata Lain Keamanan kawasan TNB adalah baik karena tidak ada arus berbahaya, tidak ada binatang pengganggu ataupun kepercayaan yang mengganggu sehingga nilai keaman mencapai 100%. Kadar hubungan obyek dengan obyek wisata lain memiliki nilai indeks 95,55%, dipengaruhi adanya kesamaan obyek wisata bentuk darat (Gunung Tumpa) dan obyek wisata pantai (Pantai Malalayang). Kesamaan obyek wisata memberi pengaruh positif terhadap lingkungan TNB, karena dengan demikian pusat kunjangan wisata tidak hanya terpusat pada TNB saja sehingga kelestarian lingkungan dan pariwisata yang berkelanjutan dapat tercapai.

87 72 Obyek Wisata Pantai Malalayang Daya Tarik Pantai Malalayang terletak di perbatasan wilayah Kota Manado dengan Kabupaten Minahasa Selatan, yang memiliki keindahan pantai dengan variasi pemandangan Pulau Bunaken, Manado Tua dan Siladen. Pantai Malalayang memiliki pasir sedikit, dan didominasi bebatuan. Pantai Malalayang ramai dikunjungi pada hari-hari libur, sebagai tempat rekreasi masyarakat Kota Manado. Hasil penilaian potensi ODTW Pantai Malalayang memiliki nilai keindahan alam 77,77%. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di pantai Malalayang ini berupa wisata kuliner, berjemur, berenang, menikmati pemandangan Pulau Bunaken, Manado Tua dan Siladen, serta olah raga dan bersampan. Gambar 15 Daya tarik Pantai Malalayang Kadar Hubungan/Aksesibilitas Kondisi jalan menuju Pantai Malalyang sangat baik, didukung oleh letaknya yang strategis di perbatasan Kota Manado. Wisatawan yang ingin berkunjung di daerah ini sangat mudah dicapai karena letaknya 15 km dari Bandara Internasional Sam Ratulangi, dan dapat ditempuh dalam waktu 45 menit. Sedangkan dari pusat kota dapat ditempuh dalam waktu ± 25 menit dengan menggunakan kendaraan angkutan darat. Kendaraan

88 73 umum yang menuju lokasi lebih dari 50 buah, sehingga kadar hubungan/aksesibilitas mencapai niliai 91,11%, ini menunjukkan aksesibilitas Pantai Malalayang adalah baik. Kondisil Lingkungan Soaial Ekonomi dan Pelayanan Masyarakat Masyarakat yang berdomisili di sekitar Pantai Malalayang memiliki pekerjaan yang bervariasi, yaitu sebagai pegawai negeri, karyawan swasta, pengusaha, petani dan nelayan karena dipengaruhi letaknya dekat dengan pusat kota sehingga kondisi sosial ekonomi masyarakat juga bervariasi. Namun sebagian besar masyarakatnya memiliki pekerjaan sebagai petani dan nelayan dengan pendidikan masyarakat pada umumnya adalah lulusan SLTP ke atas. Persepsi masyarakat sangat mendukung untuk pengembangan obyek wisata, hal ini terlihat dari hasil penilainnya yang mencapai nilai 83,33%. Pelayanan masyarakat sangat baik, dengan ciri khasnya yang ramah melayani wisatawan/pengunjung. Namun yang menjadi kendala dimana masyarakat pada umumnya hanya menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia, sehingga untuk berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara sangat sulit (66,66%). Kondisi Iklim Pantai Malalayang memiliki kondisi iklim yang baik seperti halnya keberadaan wilayah Kota Manado pada umumnya. Kondisi iklim dengan suhu udara rata-rata pada siang hari 29,40 0 C - 32,20 0 C, sedangkan pada malam hari berkisar antara 29,40 0 C - 23,20 0 C dengan jumlah bulan kering 8 (delapan) bulan rata-rata pertahun dan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin rata-rata berkisaran antara 130 knot/jam, dan hasil evaluasi (90%) menunjukan kondisi iklim baik sehingga tidak ada pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan dan dapat dilakukan secara konstan setiap tahunnya. Akomodasi, Prasarana dan Sarana Penunjang (radius 20 km dari obyek) Letaknya yang sangat strategis karena tidak jauh dari Pusat Kota, dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit sehingga sangat memudahkan bagi wisatawan untuk mendapatkan sarana akomodasi maupun prasarana dan sarana penunjang lainnya. Di sepanjang Pantai Malalayang sampai pantai Boulevard, banyak terdapat hotel, rumah makan, cafe, pusat belanja, bank/money changer, toko cinderamata dan pusat hiburan

89 74 lainnya. Pantai Malalayang sangat terkenal dengan rumah makan terapung (Gambar 16) yang menyajikan makanan-makanan khas, seperti ikan bakar segar yang disajikan dengan sambal, atau lebih dikenal dengan dabu-dabu lilang (bahasa daerah), bubur Manado, mie cakalang dan gohu. Untuk menarik para pungunjung, selain menyajikan makanan, juga disediakan life music sehingga pengunjung dapan menikmati makanannya sambil mendenganrkan alunan musik. Pada sore hari dapat menikmati keindahan sunset, pemandangan pantai dengan perahu-perahu nelayan serta pemandangan malam Kota Manado. Hasil penilainnya menunjukkan angka tertinggi dengan nilai 100% untuk akomodasi, prasarana dan sarana penunjang. Gambar 16 Rumah makan terapung Ketersediaan Air Bersih Ketersediaan air bersih pada lokasi obyek wisata adalah sangat baik dengan ketersediaan air sumur dan air PAM. Ketersediaannya sepanjang tahun tanpa dipengaruhi musim, dengan hasil penilaian mencapai 93,33%. Hasil penilaian menunjukkan ketersediaan air bersih pada obyek Pantai Malalayang adalah sangat baik. Keamanan dan Hubungan Obyek dengan Obyek Wisata Lain Kondisi keamannya sangat menunjang dimana tidak ada binatang pengganggu, arus berbahaya, jarang gangguan kamtibmas, tidak ada tanah labil dan bebas kepercayaan mengganggu, sehingga hasil penilaiannya mencapai nilai tertinggi 100%. Hubungan Pantai Malalayang dengan obyek wisata lain memiliki nilai 95,95%, dipengaruhi kesamaan obyek

90 75 wisata pantai yaitu pantai Pulau Siladen. kunjungan wisatawan tidak akan terpusat pada satu obyek wisata saja. Dengan adanya kesamaan obyek wisata, Gunung Tumpa (Mamre Green Hills) Daya Tarik Obyek wisata Mamre Green Hills (Gambar 17) memiliki daya tarik dengan hasil penilaiannya adalah 85,41%. Hasil penilaian ini dimungkinkan karena memiliki variasi pemandangan Kota Manado, Pulau Bunaken dan Manado Tua serta keserasian warna bangunan dalam obyek. Mamre Green Hills memiliki udara yang sejuk, bebas polusi karena jauh dari pemukiman. Hasil penilaian menunjukkan peluang bagi kawasan ini untuk pengembangan atraksi wisata yang beragam, sehingga dengan pengelolaan yang maksimal diharapkan kawasan ini akan menjadi tempat tujuan wisata yang mempunyai daya tarik dan daya saing yang tinggi. a b Gambar 17 a Pemandangan Kota Manado b Pemandangan Pulau Manado Tua dan Bunaken Kadar Hubungan/Aksesibilitas Akses yang sangat mudah dengan kondisi jalan yang baik menjadikan lokasi ini sangat potensial untuk dikembangkan, dengan hasil penilaiannya 91,11%. Kemudahan aksesibilitas lokasi ini didukung oleh jalan menuju obyek yang baik dengan jumlah kendaraan yang memadai, sehingga mempermudah wisatawan mencapai lokasi. Letaknya

91 76 yang strategis karena tidak jauh dari bandara Sam Ratulangi dengan waktu tempuh 30 menit, begitu juga dengan waktu tempuh dari pusat kota adalah 30 menit. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi dan Pelayanan Masyarakat Hasil penilaian kondisi lingkungan sosek adalah 72,22% dimana hasil penilaian ini dipengaruhi oleh status pemilikan lahan yang berupa tanah milik perorangan. Tingkat kesuburan tanah sedang karena banyak bebatuan, dan sekitarnya banyak terdapat pohon kelapa dan tanaman pertanian lainnya. Kondisi lingkungan sosial ekonomi adalah baik, dengan persepsi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di lokasi ini sangat menunjang karena dengan pengembangan tersebut akan menguntungkan masyarakat. Pelayanan masyarakat sangat baik dan ramah melayani pengunjung, namun yang menjadi kendala adalah kemampuan berbahasa dimana pada umumnya masyarakat hanya menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia sehingga nilainya hanya mencapai 66,66%. Akomodasi, Prasarana dan Sarana Penunjang Penilaian akomodasi, prasarana dan sarana penunjang yang berada radius 20 km dari obyek didapatkan hasil yang sangat baik 100%. Ketersediaan fasilitas-fasilitas umum yang sangat lengkap serta sarana penunjang lainnya merupakan daya saing dan daya tarik penunjang bagi obyek-obyek wisata yang ada di Kota Manado. Hal ini didukung oleh letak obyek dekat dengan pusat kota (15 km) dengan waktu tempuh 30 menit. Ketersedian Air Bersih Ketersediaan air bersih sangat vital dalam pengembangan suatu daerah tujuan wisata. Gunung Tumpa memiliki ketersediaan air bersih dengan hasil penilaian mencapai 86,66%. Sumber air bersih di Gunung Tumpa adalah sumur (mata air), yang letaknya di bawah lokasi obyek, sehingga untuk mengalirkannya membutuhkan alat (pompa air). Letak obyek wisata di daerah ketinggian/pegunungan sehingga agak sulit untuk mengalirkan air ke lokasi obyek.

92 77 Keamanan dan Kondisi Iklim Lokasi obyek wisata Gunung Tumpa sangat jarang terjadi gangguan kamtibmas, tidak ada kepercayaan yang mengganggu dan bebas dari gangguan binatang berbahaya (83,33%). Gangguan yang ada hanya dimungkinkan dari struktur tanah yang labil yang bisa saja terdapat pada lokasi ini karena letaknya pada daerah ketinggian atau daerah pengunungan. Pada umumnya keadaan iklim di Kota Manado sangat menunjang untuk lokasi obyek wisata dengan nilai indeks mencapai 90%, sehingga waktu untuk berkunjung di lokasi wisata dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa dibatasi oleh kondisi iklim tertentu. Air Terjun Kima Daya Tarik Keindahan serta suasana alami air terjun (Gambar 18) dengan udara yang bersih dan sejuk karena letaknya jauh dari pemukiman serta bebas dari polusi udara. Disekitarnya terdapat perkebunan rakyat yang ditanami berbagai tanaman pertanian seperti kelapa, jagung, ubi-ubian dan beraneka macam sayuran sehingga memiliki nilai daya tarik (77,08%). Gambar 18 Pemandangan air terjun Pada daerah ini wisatawan dapat melihat langsung bagaimana kegiatan petani menanam dan memanen hasil pertaniannya, juga dapat berinteraksi langsung sehingga wisatawan lebih mengenal adat istiadat masyarakat setempat. Tujuan wisatawan selain

93 78 untuk menikmati keindahan alam juga ingin berinteraksi langsung dengan masyarakat (Sekartjakrarini, 2004). Kadar Hubungan/Aksesibilitas Kemudahan akses menuju obyek dengan kondisi jalan yang baik dengan jumlah angkutan umum yang memadai, serta ditunjang letak obyek yang berdekatan dengan bandara Sam Ratulangi. Hasil penilaian menunjukkan nilai yang baik 91,11% karena letaknya juga tidak jauh dari pusat kota, dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Pariwisata dapat berkembang apabila ditunjang oleh aksesibilitas yang memadai. Gambar 19 Kondisi jalan menuju obyek Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi dan Pelayanan Masyarakat Kondisi soaial ekonomi dinilai dari tata ruang wilayah, status lahan, tingkat pengangguran, mata pencaharian penduduk, ruang gerak pengunjung, pendidikan penduduk, tingkat kesuburan tanah, dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan obyek wisata alam, dan hasil penilaiannya adalah 72,22%. Hasil ini dipengaruhi oleh tidak adanya tata ruang wilayah serta kondisi tanah yang subur, sehingga kemungkinaan terjadi konflik penggunaan lahan. Selanjutnya pelayanan masyarakat pada umumnya baik melayani para wisatawan, dengan ciri khasnya yang ramah. Namun yang menjadi kendala masyarakat hanya menguasai dua bahasa, yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia sehingga hasil penilaian mencapai 66,66%.

94 79 Kondisi Iklim Memiliki kondisi iklim dengan suhu udara rata-rata pada siang hari 29,40 0 C - 32,20 0 C sedangkan pada malam hari berkisar antara 29,40 0 C - 23,20 0 C. Jumlah bulan kering 8 (delapan) bulan rata-rata pertahun, kelembaban udara 75%. Hasil evaluasi memiliki nilai indeks 90%, menunjukkan kondisi iklim baik sehingga tidak ada pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan dan dapat dilakukan secara konstan setiap tahunnya. Akomodasi, Prasarana dan Sarana Penunjang Penilaian akomodasi, prasarana dan sarana penunjang yang berada radius 20 km dari obyek didapatkan hasil yang sangat baik 100%. Ketersediaan fasilitas-fasilitas umum yang sangat lengkap serta sarana penunjang lainnya merupakan daya saing dan daya tarik penunjang bagi obyek-obyek wisata yang ada di Kota Manado. Hal ini didukung oleh letak obyek dekat dengan pusat kota (13 km) dengan waktu tempuh 25 menit. Ketersediaan Air Bersih Unsur-unsur yang dinilai adalah debit air sumber, jarak sumber air terhadap lokasi obyek, dapat tidaknya air dialirkan ke obyek, kelayakan konsumsi, dan kontinuitasnya. Ketersediaan air bersih sangat dekat dengan lokasi obyek, dan ketersediannya sepanjang tahun tanpa dipengaruhi musim. Adapun hasil penilaiannya adalah baik, dengan nilai mencapai 96,66% Penilaian Potensi ODTW Sejarah Penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata sejarah, untuk melihat obyek mana yang memiliki nilai tertinggi, sedang dan di bawahnya. Berdasarkan penilaian tersebut akan diketahui obyek wisata sejarah mana yang merupakan obyek wisata unggulan. Adapun yang menjadi unsur penilaian obyek wisata sejarah adalah: daya tarik (keutuhan situs, nilai sejarah, keunikan), aksesibilitas, sarana penunjang, keamanan dan pelayanan masyarakat. Penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata sejarah menggunakan standar kriteria penilaian ODTW Alam (PHKA, 2002) yang telah dimodifilasi unsur/sub unsur kriteria penilaiannya untuk menilai potensi obyek dan daya tarik wisata sejarah dengan mengacu pada Gunn (1994). Perbedaan kriteria penilaian ODTW Alam dan ODTW Sejarah terletak

95 80 pada unsur/sub unsur kriteria penilaian daya tarik. Unsur/sub unsur kriterian penilaian daya tarik merupakan kriteria penilaian utama sedangkan unsur/sub unsur kriteria penilaian lainnya hanya merupakan penunjang saja. Hasil evaluasi obyek dan daya tarik wisata sejarah menunjukkan waruga memiliki nilai indeks tertinggi 99,96%, selanjutnya Batu Sumanti 95,93% dan Goa Jepang dengan nilai indeks 93,43%. Sedangkan nilai indeks terendah adalah Makam Kanjeng Ratu Kedaton dan Monumen Tentara Jepang dengan nilai indeks 78,28%, dipengaruhi unsur keutuhan situs dimana obyek tersebut sebagian telah dipugar sehingga tidak tampak keasliannya. Tabel 5 Hasil Penilaian ODTW Sejarah No Nama Situs Nilai 1 Indeks 2 (%) 1 Waruga ,96 2 Makam Kanjeng Ratu Kedaton ,28 3 Batu Sumanti ,95 4 Goa Jepang ,43 5 Waruga Dotu Lolong Lasut ,96 6 Veld Box ,37 7 Parigi Tujuh ,78 8 Parigi Puteri ,30 9 Batu Kuangang ,30 10 Batu Buaya ,39 11 Monumen Tentara Jepang ,28 12 Kubur Belanda ,37 13 Kelenteng Ban Hing Kiong ,92 14 Batu Bantik ,91 15 Gereja Sentrum (Oude kerk) ,92 16 Monumen Perang Dunia II ,89 17 Meriam Kuno ,89 1 total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata sejarah yang dinilai 2 hasil penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata sejarah Waruga Waruga merupakan makam peninggalan pada abad (Gambar 20). Waruga memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan makam-makam pada jaman sekarang. Jasad orang yang meninggal tidak diletakkan dengan posisi tidur, tapi dengan posisi duduk dan

96 81 diletakkan di dalam batu/waruga. Keunikan waruga dimana waruga ini dibuat oleh orang itu sendiri sebelum ia meninggal, dengan dihiasi seni ukir berbentuk ular berdasarkan kepercayaan orang Minahasa pada jaman itu. Menurut kepercayaan mereka orang yang meninggal diibaratkan dengan seeokor ular yang mengganti kulit saja, yaitu berpindahnya dari dunia nyata ke dunia roh. Di bagian atas sebelah kanan dan kiri waruga terdapat ukiran menonjol seperti dua buah yang menggantung dalam usaha membentuk relif bunga Tambaloi (Xanthostemon celebicum) yang merupakan simbol kekuatan rohnya untuk lahir kembali ke dunia alam roh. Keutuhan situs adalah baik dimana masih terjaga keasliannya, sehingga wisatawan dapat melihat dan mengetahui bagaimana bentuk makam pada jaman tersebut. Waruga terletak di pusat kota sehingga aksesibilitas dan sarana penunjang sangat memadai, dengan kriteria penilaiannya mencapai nilai indeks 99,96%. Waruga ini banyak tersebar di daerah Manado dan Minahasa. Gambar 20 a Tugu/waruga Dotu Lolong Lasut dan b waruga abad Batu Sumanti Batu Sumanti (Gambar 2) berdasarkan nama seorang pendekar dan merupakan batu yang dikeramatkan oleh suku Minahasa, karena dipercayai sebagai pelindung orang Minahasa. Pada upacara-upacara adat dengan menghadirkan Tarian Cakalele/Kabasaran yang merupakan tarian perang, sebelum pedang-pedang digunakan pada acara tersebut terlebih dahulu di asah pada Batu Sumanti. Batu Sumanti terletak di Kelurahan Tikala Ares, sehingga daerah ini dipercayai selalu terlindungi dan tidak pernah terjadi kasus

97 82 pembunuhan 1. Sarana penunjangnya sangat memadai dengan aksesibilitas yang sangat baik karena letaknya di pusat kota, serta keutuhan situs masih tetap terjaga. Hasil evaluasi menunjukkan Batu Sumanti memiliki nilai potensi obyek dan daya tarik wisata sejarah dengan nilai indeks 95,95%. Gambar 21 Batu Sumanti Goa Jepang Goa Jepang terdapat di Kelurahan Singkil, yang menandakan Bangsa Jepang pernah menduduki Bangsa Indonesia dan mendiami Kota Manado. Keunikan Goa Jepang di dalamnya memiliki beberapa bilik/ruangan dan juga terdapat sumur, dan merupakan tempat perlindungan tentara Jepang. Gambar 22 Goa Jepang 1 wawancara

PENGEMBANGAN PRODUK INTERPRETASI WISATA KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA

PENGEMBANGAN PRODUK INTERPRETASI WISATA KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA PENGEMBANGAN PRODUK INTERPRETASI WISATA KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA OLEH DIANE TANGIAN SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2007 ii SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu produk yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam hal kesempatan kerja, peningkatan taraf hidup yaitu dengan mengaktifkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di CATDS (1º29 N, 125º11 E) wilayah Batuputih, Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (121º-127º BT

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA. Chafid Fandeli *)

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA. Chafid Fandeli *) Ekowisata, ekoturisme, ecotourism Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Menurut Pendit

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKOWISATA PWK-UIGM

KONSEP DASAR EKOWISATA PWK-UIGM KONSEP DASAR EKOWISATA PWK-UIGM 20-10-2016 I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor 17 di dunia (MEP, 2010) Back to Nature ---expansion of life Ekowisata terkait dengan konsep pelestarian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan bentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity) (Polunin, 1983).

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang mengandalkan sektor pariwisata

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan ekowisata yang tidak lepas dari pemanfaatan kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan definisi ekowisata sebagai perjalanan ke wilayah-wilayah

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( L P 3 A ) HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh: Nama : Lina

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata dapat diartikan sebagai seluruh kejadian dan hubungan yang timbul dari atraksi para wisatawan, penyalur jasa, pemerintah setempat, dan komunitas setempat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam. Era globalisasi ini ada dua hal yang dianggap signifikan

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam. Era globalisasi ini ada dua hal yang dianggap signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata prospek yang cerah di negara negara sedang berkembang 1 dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam dan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN

PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN DESAIN TESIS RANDY PRATAMA SALISNANDA 3210.207.008 PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan suatu kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan berbagai kemudahan komunikasi dan informasi yang mengakibatkan kondisi persaingan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan sebuah minat berkunjung yang terdiri dari pengenalan akan

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan sebuah minat berkunjung yang terdiri dari pengenalan akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku wisatawan merupakan serangkaian tindakan yang diambil oleh individu, kelompok atau organisasi. Serangkaian tindakan tersebut terdiri dari input, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah krisis ekonomi dunia, pariwisata masih menjadi sektor andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis yang mampu mendatangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua Asia dan Autralia serta antara Samudera Pasifik dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

Conventional vs Sustainable Tourisms WISATA KONVENSIONAL 1. Satu tujuan: Keuntungan 2. Tak terencana 3. Berorientasi pada wisatawan 4. Kontrol oleh pi

Conventional vs Sustainable Tourisms WISATA KONVENSIONAL 1. Satu tujuan: Keuntungan 2. Tak terencana 3. Berorientasi pada wisatawan 4. Kontrol oleh pi STRATEGI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN WISATA PANTAI DAN LAUT (Ekowisata Berbasis Masyarakat) Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Conventional vs Sustainable Tourisms

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci