BAB V. KESIMPULAN, SARANDAN RINGKASAN V. 1. KESIMPULAN. 1. Tidak ada perbedaan kadar TNF-α antara kelompok yang diberikan ekstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. KESIMPULAN, SARANDAN RINGKASAN V. 1. KESIMPULAN. 1. Tidak ada perbedaan kadar TNF-α antara kelompok yang diberikan ekstrak"

Transkripsi

1 62 BAB V. KESIMPULAN, SARANDAN RINGKASAN V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tidak ada perbedaan kadar TNF-α antara kelompok yang diberikan ekstrak etanol pegagan dengan kelompok kontrol stres. 2. Tidak ada perbedaan kadar IL-10 antara kelompok yang diberikan ekstrak etanol pegagan dengan kelompok kontrol stres. V. 2. SARAN 1. Bila akan melakukan penelitian untuk mengetahui kadar sitokin IL-10 perlu dipertimbangkan untuk memeriksa kadar sitokin lain seperti IL-1β dan juga hormon-hormon yang berpengaruh terhadap stres seperti hormon glukokortikoid. 2. Pada penelitian selanjutnya mungkin perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis dan juga pemberian ekstrak etanol pegagan dengan jangka waktu yang lebih lama setelah perlakuan stres. 3. Pada penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan untuk memeriksa faktor transkripsi NF-κB yang diduga mendasari mekanisme kerja pegagan sebagai antiinflamasi dan juga mekanisme lain misalnya dengan penghambatan aktivasi reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) pada sel neuron di hippocampus.

2 63 V.3. RINGKASAN Latar Belakang Stres dapat menghasilkan berbagai perubahan neurokimia, neurotransmiter dan hormonal. Penelitian yang dilakukan menggunakan beberapa protokol stres baik secara fisik, psikologik maupun campuran keduanya menunjukkan adanya respon proinflamatorik di otak dan sistem lain terutama ditandai dengan pengeluaran beberapa mediator inflamasi (Garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari sistem limbik yang berperan penting dalam mengatur emosi, seperti rasa senang, nyeri, kepatuhan, ketakutan dan marah. Hippocampus juga terlibat dalam memori dan penciuman (Tortora & Derrickson, 2009). Proses inflamasi akibat stres kronis melibatkan peran mikroglia pada patogenesisnya (Czeh et al., 2011). Mikroglia dapat berkembang menjadi fenotip M1 yang bersifat proinflammatorik dan fenotip M2 yang bersifat anti inflamatorik.. Mikroglia M1 yang teraktivasi akan mengeluarkan substansi seperti Reactive oxygen spesies (ROS) dan sitokin proinflamasi seperti interleukin-1β (IL-1β) dan tumor necrosis factor-α (TNF-α) serta matrix metalloproteinase (MMP) dan glutamat. ROS seperti superoxide, hydrogen peroxide (H 2 O 2 ), nitric oxide(no) tidak hanya dapat membunuh mikroba yang menginvasi tapi juga dapat menyebabkan kerusakan neuron dan mikrogliosis reaktif (Block et al., 2007). Mikroglia M2 mempunyai fungsi protektif penting dengan menghilangkan sel yang rusak, mengaktifkan neurogenesis, menginduksi pembentukan kembali

3 64 lingkungan neuron fungsional dengan memperbaiki selubung mielin. Selain itu, mikroglia juga berperan dalam pelepasan faktor neurotropik serta molekul dan sitokin antiinflamasi seperti interleukin-10 (IL-10) yang dapat menghambat apoptosis mikroglia dan transforming growth factorbeta (TGF-β) yang berfungsi sebagai neuroprotektif (Czeh et al., 2011). Berdasarkan beberapa penelitian dilaporkan bahwa terjadi variasi dalam peningkatan atau penurunan sitokin proinflamasi maupun antiinflamasi pada hewan coba yang diinduksi protokol stres. Salah satu sitokin proinflamasi yang terpengaruh dengan adanya stres adalah TNF-α. Beberapa dekade yang lalu TNFα diidentifikasi sebagai produk dari limfosit dan makrofag yang dapat menyebabkan lisis dari sel tertentu. TNF-α berperan dalam terjadinya beberapa penyakit pada manusia (Locksley et al., 2001). Sebuah penelitian melaporkan bahwa terjadi peningkatan kadar mrna TNF-α yang diinduksi lipopolisakarida pada hippocampus mencit yang mengalami stres prenatal (Chaves et al., 2012). Sedangkan salah satu sitokin antiinflamasi yang terpengaruh dengan adanya stres adalah IL-10. Menurut penelitian yang dilakukan Voorhees et al., (2013), terjadi penurunan sitokin antiinflamasi IL-10 baik pada serum maupun hippocampus mencit yang diinduksi chronic restraint stres (CRS). Pada saat ini, penelitian yang berfokus pada tanaman herbal berkembang luas di dunia. Salah satu tanaman herbal yang banyak digunakan dalam penelitian adalah pegagan (Centella asiatica). Pegagan merupakan tanaman herbal yang cukup penting dan digunakan secara luas di negara timur dan menjadi popular di barat (Gohil et al., 2010). Pegagan selain mempunyai efek neuroprotektif juga diketahui mempunyai efek anti inflamasi(huang et al., 2011).

4 65 Perumusan Masalah Masih belum diketahui apakah pemberian ekstrak etanol pegagan dapat mempengaruhi kadar sitokin proinflamasi TNF-α dan sitokin antiinflamasi IL-10 di hippocampus tikus pascastres listrik 28 hari. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan apakah pemberian ekstrak etanol pegagan dapat mempengaruhi kadar sitokin proinflamasi TNF-α dan sitokin antiinflamasi IL-10 di hippocampus tikus pascastres listrik 28 hari? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakahpemberian ekstrak etanol pegagan dapat mempengaruhi kadar sitokin proinflamasi TNF-α dan sitokin antiinflamasi IL-10 di hippocampus tikus pascastres listrik 28 hari. Landasan Teori Adanya respon proinflamatorik di otak dan sistem lain terutamaditandai dengan pengeluaran beberapa mediator inflamasi (Garciá et al., 2008). Stres kronis ternyata melibatkan peran mikroglia pada patogenesisnya (Czeh et al., 2011). Mikroglia yang teraktifkan dapat berkembang menjadi fenotip M1 yang bersifat proinflammatorik dan fenotip M2 yang bersifat antiinflamatorik. M1 yang teraktivasi akan mengeluarkan substansi seperti ROS dan sitokin proinflamasi seperti IL-1β dan TNF-αyang dapat membunuh mikroba yang menginvasi serta dapat juga menyebabkan kerusakan neuron dan gliosis reaktif (Block et al., 2007). M2 mempunyai fungsi protektif penting dengan menghilangkan sel yang rusak, mengaktifkan neurogenesis, menginduksi pembentukan kembali lingkungan neuron fungsional dengan memperbaiki selubung mielin, dan dengan pelepasan

5 66 faktor neurotropik serta molekul dan sitokin antiinflamasi seperti IL-10 dan TGFβ yang berfungsi sebagai neuroprotektif (Czeh et al., 2011). Pada stres kronis diketahui terjadi kecenderungan peningkatan sitokin proinflamasi dan penurunan sitokin antiinflamasi di hippocampus tikus. Pegagan selain mempunyai efek neuroprotektif juga diketahui mempunyai efek antiinflamasi (Huang et al., 2011; Sharma & Thakur, 2011). Metode Penelitian Hewan Coba Subjek penelitian yang digunakan adalah tikus jantan galur Sprague Dawley umur 1 bulan dengan berat badan sekitar 100 gram yang dikandangkan secara berkelompok. Tiap kandang berisi dua sampai tiga ekor tikus. Tikus ini diberi air minum dan pakan ad libitum. Kondisi ruangan diharapkan bertemperatur 21 0 C dengan kelembaban 50-60%, siklus gelap-terang 12:12 jam. Tiga puluh ekor tikus yang diuji dalam penelitian ini dikelompokkan secara acak ke dalam 6 kelompok (1 5 tikus) perlakuan sebagai berikut:kelompok A (tanpa stres + aquades); kelompok B (stres + aquades), kelompok C (tanpa stres + pegagan dosis 300 mg/kgbb), kelompok D (stres + pegagan dosis 150mg/kgBB), kelompok E (stres + pegagan dosis 300 mg/kgbb) dan kelompok F (stres +pegagan dosis 600 mg/kgbb). Ekstrak etanol pegagan Pegagan mentah yang digunakan dalam penelitian ini dibeli di CV. Merapi Farma Herbal, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan determinasi Pegagan untuk memastikan bahwa tanaman yang dibeli memang benar Pegagan

6 67 (Centella asiatica). Ekstrak etanol Pegagan dibuat dengan metode maserasi di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Paradigma stres Stres pada tikus diinduksi menggunakan alat stres listrik. Alat ini berbentuk kotak (plexiglas shock box), tertutup, berukuran panjang 48 cm, lebar 24 cm, dan tinggi 32 cm yang dilengkapi dengan suatu wired grid floor (Persoons, et al., 1995). Pada bagian tengah kotak terdapat suatu sekat yang di tengahnya terdapat pintu terbuka dengan lebar pintu 8 cm dan tinggi 10 cm. Pada ruang bagian sebelah kiri dan kanan sekat dipasang suatu photoelectric cell yang terletak 2 cm di atas electric grid floor. Kotak ini dihubungkan dengan amperemeter untuk mengukur arus listrik, voltmeter untuk mengukur tegangan listrik dan stabilizer untuk menstabilkan tegangan listrik serta dilengkapi alat penghitung jumlah lintasan. Stres listrik tersebut diperlakukan kepada hewan coba dengan ketentuan sebagai berikut : arus yang diberikan sebesar 0,8 ma, selama total perlakuan 10 menit, dengan pemberian stres secara teratur yaitu setiap 15 detik diberikan aliran listrik selama 5 detik (3 kali per menit, 5 detik per pemberian stres). Isolasi dan pengambilan jaringan hippocampus Pada hari ke 28, hewan coba didekapitasi untuk diambil jaringan hippocampusnya setelah sesi perlakuan terakhir selesai dilakukan. Hippocampus kemudian diisolasi proteinnya untuk digunakan dalam pemeriksaan kadar TNF-α dan IL-10 dengan ELISA. Ekstraksi protein dari hippocampus dilakukan menggunakan PRO-PREP Protein Extraction Solution kit(intron cat no 17081).

7 68 Pemeriksaan konsentrasi protein TNF-α dan IL-10pada jaringan hippocampus tikus dengan metode ELISA Kadar TNF-α dan IL-10 diperiksa menggunakan Rat Tumor-Necrosis Factor-α ELISA-Kit for cell and tissue lysates (Sigma RAB0480-1KT) dan Rat IL-10 ELISA Kit for cell and tissue lysates (Sigma RAB0247-1KT). Prosedur pengukuran konsentrasi TNF-α dan IL-10 dilakukan sesuai dengan protokol dari produsen. Data kadar TNF-α dan IL-10 menggunakan metode immunoassay semikuantitatif berupa konsentrasi TNF-α dan IL-10 yang sudah dikonversi dari O.D. absorbansi menggunakan kurva standard. Tiap sampel diperiksa sebanyak 2 kali dan hasilnya dilaporkan sebagai rerata ± SE. Analisis Statistik Data diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Berdasarkan uji tersebut dapat diketahui bahwa distribusi datanya homogen sehingga bisa dilakukan uji ANOVA satu jalur dan selanjutnya dilakukan uji posthoc. Hasil Berat Badan Tikus Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan berat badan tikus pada semua kelompok baik yang diberikan stres listrik maupun tidak. Sementara itu, secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan rerata berat badan tikus antarkelompok pada setiap pengukuran berat badan (nilai p>0,05).

8 69 Kadar TNF-α pada Jaringan Hippocampus Berdasarkan hasil analisis dengan ELISA untuk mendeteksi kadar TNF-α pada jaringan hippocampus dari enam kelompok dapat dilihat bahwa kelompok A (tikus tanpa stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades) mempunyai rerata kadar TNF-α paling rendah. Kelompok B (tikus dengan stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades) mempunyai rerata kadar TNF-α lebih tinggi dibanding dengan kelompok A. Pada kelompok D, E dan F (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis masing-masing 150 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, 600 mg/kgbb) mempunyai rerata kadar TNF-α lebih rendah dibanding kelompok B. Kelompok C (tikus tanpa stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 300mg/kgBB) juga mempunyai rerata kadar TNF-α lebih rendah dibanding kelompok E (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 300mg/kgBB) tetapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok A. Berdasarkan analisis didapatkan perbedaan secara statistik (nilai p<0,05) antara kelompok A (tikus tanpa stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades) dengan kelompok B (tikus dengan stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades). Sedangkan bila dibandingkan antara kelompok B (tikus dengan stres tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades) dengan kelompok D, E dan F (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis masing-masing 150 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, 600 mg/kgbb) ternyata tidak ditemukan perbedaan secara statistik (nilai p>0,05). Bila dibandingkan antara kelompok C (tikus tanpa stres dan

9 70 diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 300mg/kgBB) dan kelompok E (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak (nilai p>0,05). Kadar IL-10 pada Jaringan Hippocampus Berdasarkan hasil analisis dengan ELISA untuk mendeteksi kadar IL-10 pada jaringan hippocampus dari enam kelompok dapat dilihat bahwa kelompok E (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 300 mg/kgbb) mempunyai rerata kadar IL-10 paling tinggi. Kelompok B (tikus dengan stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades) mempunyai rerata kadar IL-10 lebih tinggi dibanding dengan kelompok A (tikus tanpa stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades). Pada kelompok D dan E (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis masing-masing 150 mg/kgbb dan 300 mg/kgbb) mempunyai rerata kadar IL-10 lebih tinggi dibanding kelompok B. Kelompok E (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 300mg/kgBB) mempunyai rerata kadar IL-10 lebih tinggi dibanding kelompok C (tikus tanpa stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 300mg/kgBB) dan kelompok A. Berdasarkan analisis tidak didapatkan perbedaan secara statistik (nilai p>0,05) antara kelompok A (tikus tanpa stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades) dengan kelompok B (tikus dengan stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades). Bila dibandingkan antara kelompok B (tikus dengan stres tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades) dengan kelompok D, E dan F (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis masing-masing 150 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, 600 mg/kgbb) diketahui bahwa nilai p<0,05. Namun, setelah dilakukan analisis

10 71 posthoc untuk mengetahui perbedaan antar kelompok ternyata yang berbeda bermakna adalah antara kelompok D (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 150 mg/kg BB) dengan kelompok F (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 600 mg/kg BB). Sementara itu, bila dibandingkan antara kelompok C (tikus tanpa stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 300 mg/kg BB) dan kelompok E (tikus dengan stres dan diberikan ekstrak etanol pegagan dengan dosis 300 mg/kg BB) ternyata didapatkan perbedaan secara statistik (nilai p<0,05). Pembahasan Kadar TNF-α pada tikus yang diberikan stres pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan tikus yang tidak diberikan stres. Hal ini mendukung penelitian yang melaporkan bahwa stres dapat menyebabkan inflamasi di hippocampus dibuktikan dengan adanya peningkatan kadar mediator inflamasi IL- 1β, IL-6, dan TNF-α di hippocampus tikus yang diberi stres kronik dibandingkan dengan tikus tanpa streshippocampus tikus yang diberi stres kronik dibandingkan dengan tikus tanpa stres (Tagliari et al., 2011). Efek antiinflamasi ekstrak etanol pegagan pada hippocampus diduga bekerja dengan menghambat produksi sitokin proinflamatorik TNF-α. Caranya dengan menghambat sel yang menghasilkan sitokin TNF-α, seperti sel mikroglia. Mekanisme kerjanya kemungkinan melalui penghambatan ekspresi TNF-α dengan menurunkan pengaturan aktivasi nuclear factor-kappa B (NF-κB) melalui penekanan fosforilasi IκB kinase dan mitogen-activated protein kinase (p38,erk1/2, JNK)(Yun et al., 2008). NF-κB merupakan salah satu faktor

11 72 transkripsi yang mengatur ekspresi enzim dan sitokin proinflamasi seperti inos, COX-2, dan TNF-α (Huang et al., 2011). Hasil kadar TNF-α pada hippocampus tikus stres yang diberi pegagan pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan kontrol stres meskipun tidak ada perbedaan signifikan. Pada penelitian ini, tikus dikorbankan pada hari yang sama setelah pemberian stres listrik yang terakhir. Hasil ini kemungkinan mengindikasikan bahwa dosis pegagan belum adekuat dalam mencegah peningkatan produksi TNF-α pada hippocampus tikus selama stres kronis. Pada penelitian selanjutnya mungkin perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis dan juga jangka waktu pemberian yang lebih lama setelah stres. Pengaruh pegagan dalam menurunkan kadar TNF-αdi hippocampus pascastres ini mendukung data sebelumnya tentang penurunan kadar TNF- α pada serum setelah pemberian pegagan pasca inflamasi (Huang et al., 2011;Li et al., 2009). TNF-α merupakan mediator utama yang dihasilkan sebagai respon terhadap inflamasi (Saad et al., 2011). TNF- α pada serum bisa berasal dari berbagai sumber. Efek dari sitokin proinflamasi lokal lebih signifikan dalam menyebabkan kerusakan selular pada jaringan. Pada penelitian ini, peningkatan TNF-α lokal lebih menggambarkan proseskerusakan pada hippocampus dibandingkan dengan hasil pada serum. Sementara itu, berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat diketahui bahwa tidak didapatkan perbedaan kadar IL-10antara kelompok tikus tanpa stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades dengan kelompok tikus dengan stres dan tanpa pemberian ekstrak etanol pegagan/hanya aquades.penelitian lain melaporkan bahwa terdapat penurunan kadar IL-10 pada

12 73 hippocampus tikus yang diberi stres(voorhees et al., 2013), Sebaliknya, penelitian lain melaporkan adanya peningkatan kadar IL-10 pada hippocampus tikus yang diberi stress (You et al., 2011).Perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan antara lain oleh protokol stres yang diberikan. Pada penelitian ini protokol stres yang digunakan adalah stres listrik. Sedangkan pada penelitian lain tersebut menggunakan chronic mild stress(you et al., 2011) dan chronic restraint stress(voorhees et al., 2013). Sitokin IL-10 berperan sebagai imunomodulator yang dapat meningkat selama inflamasi untuk menggantikan kaskade sinyal sitokin proinflamasi (You et al., 2011).Pada kondisi normal, peningkatan hormon glukokortikoid dapat meningkatkan produksi IL-10 (Roque et al., 2009). IL-10 dan glukortikoid ini akan merangsang mekanisme umpan balik negatif dan menghambat poros hipotalamus-pituitari-adrenal (Roque et al., 2009). Namun bila kenaikan glukokortikoid terlalu tinggi sebagai respon terhadap stres yang berlangsung terus menerus, maka sel akan menjadi resisten terhadap glukokortikoid. Hal ini menyebabkan kegagalan mekanisme umpan balik negatif poros hipotalamuspituitari-adrenal. Resistensi glukokortikoid juga akan menyebabkan penurunan produksi IL-10 yang selanjutnya akan memicu ketidakseimbangan sitokin proinflamasi dan antiinflamasi (Roque et al., 2009).Pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan hormon-hormon yang berpengaruh pada keadaan stres. Selain itu, produksi sitokin IL-10 sendiri dipengaruhi oleh modulasi imun dari sitokin lain seperti IL-1β(Song et al., 2009). Sedangkan pada penelitian ini tidak diperiksa kadar sitokin IL-1β.

13 74 Penelitian tentang pegagan dan hippocampus yang telah dilakukan sebelumnya sebagian besar mengkaji tentang peran pegagan sebagai neuroprotektifpenelitian sebelumnya melaporkan bahwa pemberian ekstrak etanol pegagan diketahui dapat meningkatkan kadar Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) pada serum tikus pascastres kronis (Sari et al., 2013). Pemberian pegagan juga dilaporkan dapat meningkatkan fungsi memori pada tikus yang mengalami stres kronis (Sari &Ar-Rochmah, 2012) serta meningkatkan memori dan pembelajaran spasial pada tikus neonatus yang diberikan stres (Mohandas et al., 2005). Penelitian lain melaporkan bahwa pemberian ekstrak etanol pegagan mempunyai efek neuroprotektif dengan meningkatkan titik percabangan dendrit pada neuron CA3 hippocampus serta meningkatkan percabangan antara dendrit bagian apikal dan basal pada neuron CA3 hippocampus. (Hemamalini & Rao, 2013). Laporan tersebut mengindikasikan bahwa efek neuroprotektif dari C. Asiaticamungkin dihasilkan dari beberapa mekanisme lain seperti menghambat eksitotoksisitas, melalui beberapa jalur karena stres kronis dapat menginduksi kematian sel neuron seperti atropi dendritik melalui peningkatan aktivitas reseptor glutamat N-methyl-D-aspartate (NMDA)(Katayama et al., 2012; Hemamalini & Rao, 2013).Namun karena kematian sel neuron akan menginduksi aktivasi mikroglia, dan menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut, maka kontribusi dari efek antiinflamasi dari C. Asiaticadalam mendukung efek neuroprotektif tidak dapat dikecualikan.

14 75 Kesimpulan dan Saran Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kadar TNF-α dan IL-10 pada kelompok yang diberikan ekstrak etanol pegagan dengan kelompok kontrol stres. Pada penelitian selanjutnya mungkin perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis dan juga pemberian ekstrak etanol pegagan dengan jangka waktu yang lebih lama setelah perlakuan stres.

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari 14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dengan nomor 19/Ka.Kom.Et/70/KE/III/2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan di zaman modern ini, menuntut manusia bekerja dengan beban lebih untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan di zaman modern ini, menuntut manusia bekerja dengan beban lebih untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin kompleksnya kebutuhan di zaman modern ini, menuntut manusia bekerja dengan beban lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Beban dalam bekerja akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini masyarakat tertarik pada usaha untuk mengobati diri sendiri ketika merasa mengalami keluhan kesehatan yang bersifat ringan. Dalam kurun waktu tahun 2000 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah mengajukan izin kelayakan penelitian ke Komite Etik FK UII dengan nomor protokol 12/Ka.Kom.Et/70/KE/XII/2015. Hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi oksidasi nitrat oksida (NO) atau reaksi reduksi senyawa

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 16 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Ekstrak buah mahkota dewa digunakan karena latar belakang penggunaan tradisionalnya dalam mengobati penyakit rematik. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus putih Sprague Dawley yang belum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus putih Sprague Dawley yang belum 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan tikus putih Sprague Dawley yang belum pernah mendapat perlakuan, usia 4-5 bulan, sehat, siap kawin dan bunting. Tikus dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Seiring dengan kebutuhan untuk menyerap dan. kehidupan, khususnya sebagai seorang pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Seiring dengan kebutuhan untuk menyerap dan. kehidupan, khususnya sebagai seorang pembelajar BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan untuk menyerap dan mengingat kembali berbagai informasi dalam menjalani kehidupan, khususnya sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian (Stirban et al., 2012). Merokok telah menjadi gaya hidup tidak sehat hampir di seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun pelarut dan reagensia (Syabatini, 2008). Dalam dunia kesehatan

I. PENDAHULUAN. maupun pelarut dan reagensia (Syabatini, 2008). Dalam dunia kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut dan reagensia (Syabatini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia

Lebih terperinci

PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA

PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) MENURUNKAN ESKPRESI IL-1β MELALUI PENGHAMBATAN EKSPRESI SELULER NF-Kβ PADA PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA Rattus Novergicus ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker kolorektal adalah suatu penyakit yang mana sel-sel pada kolon atau rektum menjadi abnormal dan membelah tanpa terkontrol membentuk sebuah massa tumor.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan pada usus besar dan rektum. Gangguan replikasi DNA di dalam sel-sel usus yang diakibatkan oleh inflamasi kronik dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk menganalisis

Lebih terperinci

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Deskripsi subjek penelitian Subjek penelitian adalah tikus putih galur Wistar (Rattus Norvegicus) jantan usia sekitar 3 bulan dengan berat badan 120-220 gram.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan. berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross

BAB I PENDAHULUAN. Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan. berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross & Pawlina, 2011). Machluf et al. (2003) menyatakan bahwa sel

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan the post test only control group design. Percobaan dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit gigi dan mulut termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, cukup banyak laporan tentang kasus hepatotoksisitas; walaupun jumlah kematian akibat hepatotoksisitas tidaklah begitu tinggi. Salah satu penyebab hepatotoksisitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al.,

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al., BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Posttraumatic stress disorder (PTSD) merupakan suatu gangguan ansietas pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al., 2013). Para

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini viabilitas sel diperoleh dari rerata optical density (OD) MTT assay dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Viabilitas sel (%) = (OD perlakuan / OD kontrol)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap jejas yang terjadi dalam tubuh manusia. Inflamasi, bila terjadi terus menerus dalam waktu lama maka merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen.. BAB VI PEMBAHASAN Pembentukan adhesi intraperitoneum secara eksperimental dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu model iskemia, model perlukaan peritoneum, model cedera termal, dengan benda asing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker ketiga tersering di dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua di Amerika Serikat, setelah kanker paru-paru. Pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia memiliki pasar yang besar dan cepat berkembang dalam teknologi handphone. Pada tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak perubahan. Hal ini terlihat dengan meningkatnya penggunaan handphone (Hp). Banyak keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test controlled group design terhadap hewan uji. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS MN / PMN LPS. NLRP3 ASC Adaptor protein OLIGOMERASI INFLAMMASOME. IL-1β SEPSIS SURVIVAL

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS MN / PMN LPS. NLRP3 ASC Adaptor protein OLIGOMERASI INFLAMMASOME. IL-1β SEPSIS SURVIVAL BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual dan Hipotesis LPS CD14 TLR 4 TRAF poliubikuitinisa IKK MN / PMN LPS EKSTRA SEL SITOSOL Degradasi IKB NFƙB aktif Migrasi ke dalam nukleus NLRP3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian dilakukan pada pasien pneumonia yang dirawat inap di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Selama bulan September 2015 hingga Oktober 2015 diambil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Kedua faktor yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit seperti kanker paru dan tumor ganas lainnya, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan kardiovaskular.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. orang pada tahun 2030 (Patel et al., 2012). World Health Organization (WHO)

BAB I. PENDAHULUAN. orang pada tahun 2030 (Patel et al., 2012). World Health Organization (WHO) BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit dengan insidensi yang cukup tinggi di masyarakat. Saat ini diperkirakan 170 juta orang di dunia menderita DM dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu predisposisi terjadinya kanker kolon (Popivanova et

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu predisposisi terjadinya kanker kolon (Popivanova et BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory bowel disease (IBD) adalah suatu kelompok heterogen penyakit pada saluran pencernaan yang ditandai dengan respons imun mukosa yang berlebihan dan bersifat

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit Jumlah total leukosit sebelum diberikan perlakuan pada kelompok kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia masalah penyakit hepar masih menjadi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 1999). Kerusakan sel hepar dan fungsi hepar disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes Mellitus terjadi akibat keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes Mellitus terjadi akibat keterbatasan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) adalah sindroma gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes Mellitus terjadi akibat keterbatasan insulin dan menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamatory bowel disease (IBD) mewakili suatu kondisi inflamasi kronik usus yang idiopatik. IBD terdiri atas dua jenis penyakit, yaitu Crohn's disease (CD)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit ginjal stadium akhir, pasien dengan transplantasi ginjal mempunyai harapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Cerda et al., 2008). Berbagai macam strategi pencegahan telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Kimia dan 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa-senyawa yang dapat memodulasi sistem imun dapat diperoleh dari tanaman (Wagner et al., 1999). Pengobatan alami seharusnya menjadi sumber penting untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur kehamilan 20

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit tidak menular yang cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah kasusnya terus meningkat.

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design. 53 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Ekstraksi Bawang putih (Allium sativum) Dua ratus delapan gram bubuk bawang putih kering diekstraksi menggunakan metode sokletasi dengan pelarut ethanol 80% yang dipanaskan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia 1.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia 1. Salah satu penyebab

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan oneway Annova. Digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata n sampel, bila pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian yang dilakukan telah lolos kaji etik. Keterangan lolos kaji etik dikeluarkan oleh Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap kadar enzim transaminase (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus musculus)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui cucukan nyamuk anopheles betina. Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat BAB VI PEMBAHASAN Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat menyebabkan perlemakan hati non alkohol yang ditandai dengan steatosis hati, inflamasi dan degenerasi ballooning hepatosit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola post testonly

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola post testonly 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola post testonly control group design. Menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Seseorang yang telah lama merokok mempunyai prevalensi tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Terapi kanker payudara yang berlaku selama ini adalah dengan pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi bersifat terapi definitif lokal, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci