BAB I PENDAHULUAN. secara hukum pada tanggal 23 April 1993 dengan nama PT. Citra Flour Mills.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Profil Perusahaan PT. Panganmas Inti Persada didirikan oleh Siti Herdiyati Rukmana dan sah secara hukum pada tanggal 23 April 1993 dengan nama PT. Citra Flour Mills. Tujuan didirikan PT Citra Flour Mills adalah untuk memenuhi kebutuhan domestik akan tepung terigu yang bermutu serta untuk mengurangi impor tepung terigu. Pembangunan pabrik dimulai pada tahun 1995 selama kurang lebih 2 tahun. PT. Citra Flour Mills mulai beroperasi mulai Februari 1997 dan diresmikan oleh oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 April 1997 sebagai pabrik terigu di selatan pulau Jawa dan produknya dibeli Bulog untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bagian selatan pulau Jawa dan untuk kebutuhan Industri makanan. PT Citra Flour Mills tumbuh bersama dinamika politik di Indonesia. Setelah berganti kepemilikan Citra Flour Mills Persada Cilacap diganti dengan nama PT. Panganmas Inti Persada. PT. Panganmas Inti Persada berada tepatnya di kawasan pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dan berdiri di atas tanah seluas 6.2 Ha. Secara umum alasan penentuan lokasi di kawasan pelabuhan karena faktor transportasi dan efisiensi biaya. Hal tersebut karena pengangkutan bahan dasar menggunakan transportasi 1

2 laut, maka apabila jarak pabrik terlalu jauh dengan pelabuhan akan membutuhkan sarana transportasi lain yang akan menimbulkan biaya Produk Perusahaan Produk PT Panganmas adalah produk tepung terigu dikemas 25 kg dengan merek: 1. Kantil : Digunakan untuk membuat roti tawar, roti manis, mie instan dan mie kualitas super. 2. Aster : Hampir sama dengan Kantil tetapi kadar protein dibawah kantil. 3. Melati : Digunakan untuk membuat cake dan roti manis. 4. Soka : Digunakan untuk membuat macaroni, mie dan kulit lumpia. 5. Dahlia : Digunakan untuk membuat makanan gorengan, bolu, mie ayam dan kulit lumpia. 6. Raflesia : Digunakan untuk membuat wafer, kue kering, cake yang halus, roll cake. (Tidak bisa dibuat mie) Misi Perusahaan 1. Selalu mengutamakan kepuasan pelanggan dengan menghasilkan produk bermutu dan harga bersaing. 2. Meningkatkan kesejahteraan karyawan sebagai wujud penghargaan perusahaan atas kerjasama dan kinerja yang optimal 3. Meningkatkan kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. 2

3 1.1.3 Visi Perusahaan Menjadi pabrik tepung terigu yang berperan serta dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan menghasilkan produk bermutu dan bergizi tinggi dengan harga yang terjangkau Keamanan Pangan PT. Panganmas Inti Persada adalah pabrik bahan makanan sehingga setiap raw material, proses dan penyimpanan produk di gudang sangat memperhatikan keamanan pangan. Melalui ISO PT Panganmas Inti Persada menjamin bahwa produk-produknya aman untuk dikonsumsi karena telah memenuhi standar Food safety Management System Jaminan Halal Untuk melindungi konsumen muslim maka PT Panganmas Inti Persada memastikan bahwa produknya tidak terkontaminasi dengan barang haram selama proses dan penyimpanannya. Untuk menjamin bahwa produknya halal maka PT Panganmas menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH) Standar Nasional Indonesia PT Panganmas Inti Persada menjamin bahwa produk-produknya memenuhi standar SNI yaitu syarat mutu tepung terigu sebagai bahan makanan 3

4 1.2. Latar Belakang PT Panganmas Inti Persada adalah salah satu dari 5 pabrik terigu tertua di Indonesia. Pabrik-pabrik tersebut adalah PT Bogasari (Sekarang ISM-Bogasari Flour Mills) berlokasi di Jakarta, PT Bogasari (sekarang ISM-Bogasari Flour Mills) berlokasi di Surabaya, PT Berdikari (sekarang PT Eastern Pearl Flour Mills) berlokasi di Makasar, PT Citra Flour mills (sekarang PT Panganmas Inti Persada) berlokasi di Cilacap dan PT Sriboga Ratu Raya berlokasi di Semarang Pada tahun 1998 pemerintah melakukan deregulasi terhadap industri terigu di Indonesia. Industri terigu yang sebelumya dikendalikan oleh pemerintah yaitu oleh Bulog kemudian diserahkan kepada mekanisme pasar. Bulog tidak lagi membeli tepung terigu yang digiling dari 5 pabrik tersebut dan jumlah pabrik tepung terigu sudah tidak dibatasi lagi. Sejak saat itu industri tepung terigu langsung bertumbuh. Industri ini sangat atraktif sehingga banyak bermunculan new entrant. Menurut data Asosiasi Pengusaha Terigu Indonesia (Aptindo) sejak tahun 2007 sampai tahun 2013 ada 16 pabrik tepung terigu yang berdiri. Dengan semakin banyaknya new entrant maka kompetisi yang dihadapi PT Panganmas Inti Persada semakin keras. Dimulai dengan berdirinya pabrik tepung terigu PT Fugui yang melayani raw material untuk mie sedapp kemudian disusul pabrik-pabrik lain. Pabrik pabrik tersebut kebanyakan berlokasi di pulau Jawa. Dari 16 pabrik yang berdiri tersebut 13 diantaranya berada di pulau Jawa 4

5 sehingga tekanan yang dihadapi PT Panganmas Inti Persada semakin berat. Dalam menghadapi persaingan yang sangat keras sekarang ini PT Panganmas Inti Persada harus bisa menjalankan pabrik secara efisien sehingga bisa menjual tepung terigu lebih murah atau dengan harga yang sama tetapi profitnya lebih besar. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memangkas biayabiaya produksi dan meningkatkan extraction rate. Pengurangan karyawan sebesar 10% pada tahun 2007 tidaklah cukup untuk bisa memangkas biaya produksi. Karena cost structure dalam industri terigu bukan pada upah pada tenaga kerja maka pengurangan karyawan tersebut tidak berpengaruh besar pada kinerja perusahaan. Di sebuah pabrik tepung terigu cost yang paling besar adalah untuk membeli raw material. Salah satu cara yang dipakai untuk penghematan raw material adalah meningkatkan extraction rate. Menurut Wanda, K. et. al (2013) dengan menaikkan extraction rate berarti: 1. Saving raw material 2. Increasing product 3. Increasing profit Extraction rate bisa sampai 100% artinya semua biji gandum dapat dibuat menjadi tepung semua akan tetapi kandungan ash-nya melebihi 0,7%. Di luar negeri banyak dipasarkan untuk membuat roti berserat tinggi. Tepung jenis ini di Indonesia kurang laku. Tepung yang laku keras di Indonesia adalah jenis white flour dengan kadar ash tidak boleh melebihi 0,7%. 5

6 Sementara itu mesin-mesin pabrik di PT Panganmas Inti Persada sudah berumur di atas 15 tahun sehingga performance mesin-mesin sudah mengalami penurunan. Di lain pihak pabrik-pabrik yang baru berdiri memiliki mesin-mesin dengan teknologi terbaru sehingga untuk mampu bersaing dalam teknologi sangat berat bagi PT Panganmas Inti Persada. Agar performance mesin-mesin pabrik tetap terjaga baik maka mesin-mesin tersebut harus dirawat. Perawatan dilakukan secara berkala sesuai dengan maintenance schedule. Diharapkan dengan maintenance mesin yang baik kualitas produk tetap terjamin dan extraction rate yang tinggi Rumusan Masalah Menurut Mog (1991) extraction rate tepung terigu dapat dijadikan productivity measurement dalam sebuah pabrik tepung terigu. Extraction rate tepung terigu adalah prosentase tepung yang dihasilkan dalam menggiling biji gandum sebagai bahan baku. Inputnya adalah raw material melalui proses fisik menggunakan mesin-mesin produksi dalam pabrik. Sebagai output adalah tepung terigu. Pabrik Cilacap hanya menerima bahan baku sementara proses dalam pembelian bahan baku diurusi kantor pusat di Kuningan. Jika bisa memilih maka pabrik di Cilacap tentunya akan memilih bahan baku yang baik. Bahan baku yang digiling pada penelitian ini berasal dari Australia China dan Amerika. Untuk melakukan proses produksi dengan baik maka mesin-mesin pabrik juga harus mempunyai performance yang baik. Untuk menjaga performance 6

7 mesin-mesin tetap baik selain dilakukan pemeliharaan terhadap mesin-mesin tersebut maka raw material yang digiling juga harus mempunyai kualitas yang baik. Bagaimana pengaruh bahan baku (biji gandum) dari ketiga negara tersebut terhadap extraction rate dan maintenance performance mesin-mesin untuk menggiling biji gandum di PT Panganmas Inti Persada tersebut? 1.4. Pertanyaan Penelitian Apakah extraction rate dan maintenance performance bisa ditingkat dengan pemilihan bahan baku berdasarkan asal biji gandum? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk: 1. Melakukan analisis data untuk mengetahui apakah biji gandum Austrialia mempunyai extraction rate yang paling tinggi. 2. Melakukan analisis data untuk mengetahui apakah mesin-mesin untuk menggiling biji gandum Australia mempunyai MTBF dan Availability lebih tinggi daripada mesin-mesin untuk menggiling biji gandum Amerika dan China 3. Melakukan analisis data untuk mengetahui apakah mesin-mesin untuk menggiling biji gandum Australia mempunyai MTTR yang lebih rendah daripada mesin-mesin untuk menggiling biji gandum Amerika dan China. 7

8 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah untuk: 1. Bagi perusahaan, dharapkan berguna dalam memberikan sumbangan pemikiran dan saran kepada kantor pusat dalam memilih raw material. 2. Bagi penulis, memberikan pemahaman kepada peneliti mengenai masalah yang dihadapi oleh perusahaan terutama mengenai pemilihan bahan. 3. Bagi pihak lain, penilitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang pengaruh raw material ( biji gandum) terhadap extraction rate dan performance mesin-mesin untuk menggiling raw material (biji gandum) tersebut Ruang Lingkup Masalah dan Batasan Penelitian Ruang lingkup dan batasan penelitian adalah: 1. Penelitian dilakukan di PT Panganmas Inti Persada di Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap. Periode penelitian Januari 2009-Desember Asal biji gandum yang diteliti dari 3 negara yaitu Amerika, China dan Australia. PT Panganmas Inti Persada membeli biji gandum Amerika 18%, gandum China 23% dan gandum Australia 50% dari semua biji gandum yang dibeli selama kurun waktu tersebut 3. Pengukuran extraction rate meliputi jumlah biji gandum yang digiling dalam Kg dan jumlah tepung yang dihasilkan dalam Kg. 4. Pengukuran maintenance performance dilakukan dengan mengukur maintenance performance indicator meliputi planned hours dan breakdown hours pada milling process. 8