III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Sintasan Sintasan pada penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yakni setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV selama 12 hari. Nilai sintasan saat perlakuan sinbiotik dan uji tantang disajikan pada Gambar 1. Kelangsungan Hidup (%) ,25 66,88 67,5 69,38 a a a a K P 1 P 2 P 3 Kelangsungan Hidup (%) ,33 43,33 38,33 26,67 20 d a ab bc c K - K + P 1 P 2 P 3 Sebelum Uji Tantang Setelah Uji Tantang a) b) Keterangan : *Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) **K (Kontrol), K- (Kontrol -), K+ (Kontrol +), P1 (Probiotik+Prebiotik 1%), P2 (Probiotik+Prebiotik 2%), P3 (Probiotik+Prebiotik 3%) Gambar 1. Sintasan udang vaname setelah 30 hari perlakuan sinbiotik (sebelum uji tantang) (a), dan setelah uji tantang dengan IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) (b) Sintasan setelah 30 hari perlakuan sinbiotik berkisar antara 66,25% - 69,38%. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05; Lampiran 2) antar perlakuan pada sintasan udang vaname pada perlakuan sinbiotik maupun kontrol. Setelah dilakukan infeksi IMNV melalui injeksi, sintasan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan K- sebesar 93,33%. Pada perlakuan sinbiotik, perlakuan P3 dengan penambahan prebiotik 3% menunjukkan sintasan tertinggi sebesar 43,33% dibandingkan dengan perlakuan K+. Berdasarkan hasil uji lanjut 10

2 dengan Uji Duncan perlakuan P3 tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap P2 namun berbeda nyata (p<0,05; Lampiran 3) terhadap K Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian dihitung setelah 30 hari perlakuan sinbiotik pada masing-masing perlakuan. Pengaruh pemberian sinbiotik terhadap laju pertumbukan harian udang vaname pada masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 2. Laju Pertumbuhan Harian (%/hari) ,36 6,47 6,49 6,67 a a a a K P 1 P 2 P 3 Perlakuan Keterangan : *Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) **K (Kontrol), P1 (Probiotik+Prebiotik 1%), P2 (Probiotik+Prebiotik 2%), P3 (Probiotik+Prebiotik 3%) Gambar 2. Laju pertumbuhan harian udang vaname pada masing-masing perlakuan setelah 30 hari perlakuan sinbiotik (sebelum diinfeksi dengan IMNV) Seperti terlihat pada Gambar 2 laju pertumbuhan harian berkisar antara 6,36-6,67%. Berdasarkan hasil uji lanjut dengan menggunakan uji statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05; Lampiran 4) antar perlakuan baik kontrol maupun perlakuan sinbiotik Rasio Konversi Pakan Rasio konversi pakan dihitung setelah 30 hari perlakuan sinbiotik pada masing-masing perlakuan. Pengaruh pemberian sinbiotik terhadap rasio konversi pakan udang vaname pada masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 3. 11

3 Rasio Konversi Pakan 2,2 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 1,57 1,43 1,24 1,26 a a a a K P 1 P 2 P 3 Perlakuan Keterangan : *Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) **K (Kontrol), P1 (Probiotik+Prebiotik 1%), P2 (Probiotik+Prebiotik 2%), P3 (Probiotik+Prebiotik 3%) Gambar 3. Rasio konversi pakan pada masing-masing perlakuan selama 30 hari perlakuan sinbiotik (sebelum diinfeksi dengan IMNV) Seperti terlihat pada Gambar 3 rasio konversi pakan berkisar antara 1,26 1,57. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05; Lampiran 5) antar perlakuan baik kontrol maupun perlakuan sinbiotik Total Haemocyte Count (THC) Pengukuran THC pada masing-masing perlakuan dilakukan pada akhir perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV. Hasil pengukuran THC pada masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 4. Secara keseluruhan setelah 30 hari perlakuan sinbiotik maupun setelah uji tantang dengan IMNV perlakuan P3 menunjukkan nilai THC yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Setelah dilakukan uji statistik P3 tidak berbeda nyata (p>0,05; Lampiran 6) terhadap P2 namun berbeda nyata (p<0,05) terhadap perlakuan P1, K-, dan K+. Setelah 30 hari perlakuan sinbiotik THC tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan P3 sebesar 7,567 x 10 6 sel/ml dan terendah pada perlakuan P1 sebesar 2,687 x 10 6 sel/ml. Berdasarkan uji statistik, perlakuan P3 berbeda nyata (p<0,05) terhadap perlakuan P1, K-, dan K+, namun perlakuan P3 tidak berbeda nyata 12

4 (p>0,05) terhadap P2, perlakuan P1 sendiri tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap perlakuan K- dan K ,567 Total Hemosit (x 10 6 sel/ml) ,102 3,355 3,355 2,332 2,687 Keterangan : *Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) **K- (Kontrol -), K+ (Kontrol +), P1 (Probiotik+Prebiotik 1%), P2 (Probiotik+Prebiotik 2%), P3 (Probiotik+Prebiotik 3%) Gambar 4. Total hemosit udang vaname pada masing-masing perlakuan setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV Setelah dilakukan uji tantang dengan IMNV, THC tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan P2 sebesar 6,092 x 10 6 sel/ml dan terendah pada perlakuan P1 sebesar 2,143 x 10 6 sel/ml. Berdasarkan uji statistik, perlakuan P2 berbeda nyata (p<0,05) terhadap perlakuan P1, K+ dan K-, namun perlakuan P2 tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan P Aktivitas PO (Phenoloxydase) 2,143 Pengukuran PO dilakukan pada akhir perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV pada masing-masing perlakuan. Nilai PO pada masingmasing perlakuan disajikan pada Gambar 5. 5,105 6,092 4,418 a bc a ab a a ab d b cd K - K + P 1 P 2 P3 Perlakuan Setelah Perlakuan Setelah Uji Tantang Nilai PO setelah 30 hari perlakuan sinbiotik berkisar antara 0,186 0,386 dan setelah uji tantang dengan injeksi IMNV berkisar antara 0,318 0,700. Berdasarkan hasil uji statistik nilai PO setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata 13

5 (p>0,05; Lampiran 7) pada semua perlakuan baik perlakuan sinbiotik maupun kontrol. Aktivitas Phenoloxydase (abs/100µl) 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 0,318 0,341 0,341 Perlakuan Keterangan : *Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) **K- (Kontrol -), K+ (Kontrol +), P1 (Probiotik+Prebiotik 1%), P2 (Probiotik+Prebiotik 2%), P3 (Probiotik+Prebiotik 3%) Gambar 5. Aktivitas enzim phenoloxydase udang vaname pada masing-masing perlakuan setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV Gejala Klinis 0,583 0,186 0,408 0,299 Gejala klinis yang diamati adalah pada perubahan makro anatomi yang tampak pada tubuh udang setelah dilakukan infeksi IMNV. Gejala klinis yang diamati selama uji tantang disajikan pada Gambar 6. 0,700 0,222 K - K + P 1 P 2 P3 0,357 a a a a a a a a a a Setelah Perlakuan Setelah Uji Tantang a c b Gambar 6. Perubahan makro anatomi tubuh udang vaname setelah infeksi IMNV: Udang normal (a), ekor udang memerah (b), terjadi nekrosis pada otot-otot tubuh udang (c) 14

6 3.1.7 Kualitas Air Kualitas air selama masa pemeliharaan udang vaname diukur pada awal, tengah, akhir masa pemeliharaan, dan akhir uji tantang. Parameter kualitas air yang diamati meliputi ph, salinitas, temperatur, kandungan oksigen terlarut (DO), dan amoniak selama pemeliharaan (Tabel 3). Tabel 3. Kualitas air pada media pemeliharaan udang vaname selama perlakuan sinbiotik meliputi ph, salinitas, suhu, DO, dan amoniak pada masingmasing perlakuan Kualitas Air Perlakuan K - K + P 1 P 2 P 3 Literatur ph ,9 7-7,8 7-7,9 7-7,8 7,5 8,5 a Salinitas (ppt) , ,7 3-33, , a Suhu ( o C) 28, , , ,5 31,5 a DO (mg/l) 6,5-7,2 6,3-7,8 6-7,9 6,4-7,3 5,9-7,4 > 3,5 a Amoniak (mg/l) < 0,140 < 0,140 < 0,140 < 0,140 < 0,140 < 0,1 b Keterangan : a ) SNI (2006); b ) Chien (1992) 3.2 Pembahasan Sintasan merupakan salah satu parameter utama yang diamati dalam penelitian ini. Perhitungan nilai sintasan dilakukan setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV. Hasil perhitungan nilai sintasan udang vaname setelah 30 hari perlakuan sinbiotik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan dengan kisaran 66,25-69,38% (Gambar 1a). Nilai sintasan udang vaname selama 12 hari setelah diinfeksi IMNV (Gambar 1b) menunjukkan hasil yang berbeda dengan sintasan udang vaname sebelum diinfeksi dengan IMNV (Gambar 1a). Sintasan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan K- sebesar 93,33%, ini dikarenakan tidak adanya infeksi IMNV pada udang uji. Pada perlakuan sinbiotik sendiri diperoleh nilai sintasan tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 43,33% dan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2, namun berbeda nyata terhadap perlakuan K+. Hasil yang sama disampaikan pada penelitian Damayanti (2011) dan Septiani (2011), bahwa pemberian sinbiotik pada beberapa dosis dan frekuensi setiap hari dapat menghasilkan sintasan udang vaname sebesar 80% dan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol setelah dilakukan infeksi oral IMNV. Pemberian prebiotik dengan dosis 3% mampu 15

7 memberikan kenaikan sintasan sebesar 5% pada udang uji setelah dilakukan infeksi IMNV bila dibandingkan dengan pemberian prebiotik 2%, meskipun setelah dilakukan uji statistik pada kedua perlakuan ini tidak berbeda nyata (Gambar 1b). Kenaikan sintasan sebesar 5% ini membutuhkan penambahan prebiotik sebesar 1%, hal ini berarti dibutuhkan biaya tambahan untuk penambahan 1% prebiotik tersebut. Pemberian sinbiotik dengan dosis prebiotik 3% mampu meningkatkan ketahanan udang terhadap infeksi IMNV. Ketahanan udang uji diduga karena adanya pengaruh dari penambahan bakteri probiotik SKT-b (V. alginolyticus). Seperti yang diungkapkan oleh Gullian et al. (2004), penggunaan V. alginolyticus mampu meningkatkan pertumbuhan serta respon imunitas pada udang vaname. Peningkatan respon imunitas dapat terlihat dari nilai THC udang uji (Gambar 4). Respon imunitas tersebut meningkat diduga karena adanya pemberian prebiotik dengan dosis yang semakin meningkat sehingga memberikan pengaruh terhadap bakteri probiotik yang diberikan ke udang uji. Prebiotik memberikan pengaruh tidak langsung terhadap mekanisme penghambatan patogen, karena prebiotik dimanfaatkan oleh probiotik dan dapat meningkatkan pertumbuhan probiotik (Rastall et al. 2005). Laju pertumbuhan harian dan rasio konversi pakan udang setelah 30 hari perlakuan sinbiotik memperlihatkan hasil yang saling berhubungan. Laju pertumbuhan harian terlihat semakin meningkat sedangkan rasio konversi pakan semakin menurun seiiring dengan peningkatan dosis prebiotik yang semakin besar. Menurut statistik hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata pada perlakuan sinbiotik dan kontrol. Laju pertumbuhan harian yang diperoleh berkisar antara 6,36% - 6,67% (Gambar 2). Berdasarkan hasil ini diduga bahwa pemberian probiotik dan prebiotik dengan beberapa dosis yang diberikan pada penelitian ini belum maksimal dalam meningkatkan laju pertumbuhan harian udang uji. Hal yang berbeda disampaikan oleh Lisal (2005), bahwa penambahan sinbiotik dalam pakan diduga mampu meningkatkan laju pertumbuhan, karena dapat meningkatkan mikroflora normal di dalam usus sehingga pakan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pertumbuhan dengan menghasilkan enzim pencernaan. Terlihat pula pada rasio konversi pakan yang diperoleh pada 16

8 penelitian ini berkisar antara 1,24 1,57 (Gambar 3) dan tidak berbeda nyata pada semua perlakuan baik kontrol maupun pemberian sinbiotik. Rasio konversi pakan (FCR) merupakan suatu ukuran yang menyatakan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging. Semakin besar nilai FCR, maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg daging (Effendi 2004). Krustasea tidak memiliki respon imun spesifik (adaptive) dan bergantung pada berbagai respon imun nonspesifik (innate). Meskipun dianggap demikian, respon imun nonspesifik mampu dengan cepat dan efisien mengenali dan menghancurkan material asing, termasuk patogen (Witteveldt et al. 2003). Respon imun pada krustasea dapat dikenali dari parameter total hemosit serta enzim phenoloxydase yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh. Bachere (2000), menyatakan bahwa proses imun pertama pada krustase adalah pengenalan mikroorganisme penyerang yang dimediasi oleh hemosit dan plasma protein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sinbiotik selama 30 hari berturutturut melalui pakan memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan nilai THC pada perlakuan P2 dan P3 terhadap perlakuan P1, K+, dan K- (Gambar 4). Disampaikan oleh Johansson et al. (2000), hemosit krustase, dan invertebrata lain, memainkan peranan penting dalam sistem pertahanan tubuh terhadap patogen seperti virus, bakteri, fungi, protozoa, dan metazoa. Secara keseluruhan total hemosit pada perlakuan yang diberi sinbiotik dengan dosis prebiotik yang lebih besar (P2 dan P3) terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan P1 maupun kontrol baik sebelum maupun setelah uji tantang dengan IMNV. Dapat dilihat pada Gambar 4, setelah 30 hari perlakuan sinbiotik, nilai THC pada perlakuan P2 dan P3 tidak berbeda nyata, namun menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol. Nilai THC udang uji mengalami peningkatan pada perlakuan K- dan P2 sedangkan total hemosit pada perlakuan K+, P1, dan P3 mengalami penurunan. Pada perlakuan P2 mengalami peningkatan nilai THC diduga karena adanya pengaruh dari sinbiotik yang diberikan selama 30 hari perlakuan, sedangkan pada perlakuan K- terjadi kenaikan nilai THC namun masih lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan sinbiotik (P2 dan P3). Pada perlakuan P3 mengalami penurunan nilai THC namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan K+. Pemberian sinbiotik memberikan pengaruh 17

9 terhadap nilai THC yang berbeda-beda pada setiap perlakuan setelah 30 hari pemberian sinbiotik dan setelah dilakukan infeksi IMNV. Jumlah hemosit dapat sangat bervariasi berdasarkan spesies, respon terhadap infeksi, stres lingkungan, aktivitas endokrin selama siklus molting (Johansson et al. 2000), jumlah hemosit juga dipengaruhi oleh seks, fase perkembangan, status reproduksi dan nutrisi (Song et al. 2003). Phenoloxydase (PO) merupakan suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap proses melanisasi pada krustase sebagai respon terhadap penyerang asing (Sritunyalucksana dan Soderhall 2000). Enzim phenoloxydase (PO) bertanggung jawab terhadap proses melanisasi pada artropoda. Enzim phenoloxydase (PO) terdapat dalam hemolim sebagai inactive proenzym yang disebut propo. Transformasi propo menjadi PO melibatkan beberapa reaksi dikenal sebagai propo activating system (sistem aktivasi propo) (Rodriguez & Le Moullac 2000). Nilai PO setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah dilakukan infeksi IMNV tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (Gambar 5). Nilai PO pada setiap ulangan perlakuan cukup bervariasi, hal ini diduga disebabkan karena tingkat infeksi yang berbeda pada setiap sampel udang uji yang diamati, dimana udang uji yang diamati diambil secara acak. Secara keseluruhan terjadi peningkatan nilai PO setelah dilakukan infeksi dengan IMNV dibandingkan dengan nilai PO sebelum dilakukan infeksi. Hal ini diduga karena adanya peningkatan respon imun terhadap serangan IMNV di dalam tubuh udang. Serangan IMNV pada tubuh udang uji ini diduga mengaktifkan sistem aktivasi propo. Manopo (2011) menyebutkan bahwa sistem propo dapat digunakan sebagai marker kesehatan udang dan lingkungan karena perubahan sistem propo berkorelasi dengan tahap infeksi dan variasi lingkungan. Nilai PO yang diperoleh ini berhubungan dengan parameter sistem imun udang lain seperti hemosit. Menurut Sahoo et al. (2008), aktivitas PO berkaitan erat dengan jumlah hemosit yang dihasilkan, karena hemosit berperan dalam produksi dan pelepasan propo. Manoppo (2011) menambahkan, salah satu fungsi dari hemosit udang adalah dalam produksi dan pelepasan PO ke dalam hemolim dalam bentuk inactive pro-enzyme. 18

10 Pengamatan terhadap gejala klinis dilakukan selama 12 hari setelah dilakukan infeksi IMNV untuk mengetahui perkembangan infeksi terhadap udang uji. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa terjadi perubahan makro anatomi pada tubuh udang uji setelah uji tantang (Gambar 6). Perubahan awal yang terjadi adalah munculnya nekrosis pada bagian abdomen udang. Selain itu gejala klinis juga ditunjukkan dengan terbentuknya otot putih pada ruas-ruas tubuhnya, muncul warna kemerahan pada ekor udang, serta warna tubuh udang seperti udang rebus. Seperti yang disampaikan sebelumnya oleh Senapin et al. (2007), ciri-ciri umum udang yang terinfeksi IMNV meliputi nekrosis pada otot, terutama pada segmen abdominal dan ekor, timbulnya perubahan warna pada otot menjadi putih hingga warna seperti udang rebus. Kematian biasanya terjadi pada saat gejala klinis sudah parah seperti ekor merah dan sebagian atau seluruh tubuh udang memutih. Media tempat hidup organisme akuatik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasannya. Nilai kualitas air selama masa pemeliharaan pada semua perlakuan masih berada pada kisaran untuk pemeliharaan udang vaname sesuai dengan standar SNI (2006) dan menurut Chien (1992) (Tabel 3). Sehingga diasumsikan kualitas air media pemeliharaan selama perlakuan bukan sebagai penyebab terjadinya perubahan sintasan, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, serta respon imun pada udang vaname. 19

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sintasan Sintasan atau kelangsungan hidup merupakan persentase udang yang hidup pada akhir pemanenan terhadap jumlah ikan saat ditebar. Sintasan merupakan parameter utama

Lebih terperinci

NURLITA CHRISTYANINGSIH

NURLITA CHRISTYANINGSIH PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS PREBIOTIK BERBEDA UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI IMNV (INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS) PADA PEMELIHARAAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei NURLITA CHRISTYANINGSIH DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Perlakuan Penelitian II. BAHAN DAN METODE Rancangan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan masing-masing 4 ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN FREKUENSI BERBEDA PADA PAKAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei UNTUK PENCEGAHAN IMNV (INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS)

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN FREKUENSI BERBEDA PADA PAKAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei UNTUK PENCEGAHAN IMNV (INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS) PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN FREKUENSI BERBEDA PADA PAKAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei UNTUK PENCEGAHAN IMNV (INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS) GHITA RYAN SEPTIANI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

pakan -1 pakan dengan protokol pemberian 7 hari pakan yang ditambahkan

pakan -1 pakan dengan protokol pemberian 7 hari pakan yang ditambahkan 77 PEMBAHASAN UMUM Budidaya udang vaname mendapat perhatian serius dari pemerintah Indonesia untuk dikembangkan. Udang ini diimpor ke Indonesia pada tahun 2000 dengan alasan untuk mengganti udang windu

Lebih terperinci

Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: Respon imun krustase (Crustacean immune response) Henky Manoppo, Magdalena E.F. Kolopita.

Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: Respon imun krustase (Crustacean immune response) Henky Manoppo, Magdalena E.F. Kolopita. Review Artikel Respon imun krustase (Crustacean immune response) Henky Manoppo, Magdalena E.F. Kolopita Abstract Crustacean does not have adaptive immune system and mostly depends on innate or nonspecific

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Latar Belakang Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomi penting. Namun dalam budidayanya sering mengalami kendala seperti adanya serangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOFLOK DAN PROBIOTIK TERHADAP KOINFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS

TEKNOLOGI BIOFLOK DAN PROBIOTIK TERHADAP KOINFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS KINERJA IMUNITAS UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DALAM TEKNOLOGI BIOFLOK DAN PROBIOTIK TERHADAP KOINFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS DAN Vibrio harveyi TITI NUR CHAYATI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Udang Vaname Klasifikasi udang vaname menurut (Effendie, 1997) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, dimulai dengan pemeliharaan udang vaname ke stadia uji, persiapan wadah dan media, pembuatan pakan meniran, persiapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2014. Lokasi penelitian di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa UNTUK MENINGKATKAN SISTEM KETAHANAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei YUDIANA JASMANINDAR

PENGGUNAAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa UNTUK MENINGKATKAN SISTEM KETAHANAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei YUDIANA JASMANINDAR PENGGUNAAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa UNTUK MENINGKATKAN SISTEM KETAHANAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei YUDIANA JASMANINDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Imun Tubuh Udang

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Imun Tubuh Udang TINJAUAN PUSTAKA Sistem Imun Tubuh Udang Sistem pertahanan tubuh utama pada udang terdiri dari dua bagian yaitu sistem pertahanan tubuh seluler dan sistem pertahanan humoral. Sistem pertahanan seluler

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau Pengamatan moulting kepiting bakau ini dilakukan setiap 2 jam dan dinyatakan dalam satuan moulting/hari. Pengamatan dilakukan selama

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Persiapan Prebiotik (Oligosakarida)

3 METODE PENELITIAN. Persiapan Prebiotik (Oligosakarida) 10 melibatkan pelepasan enzim ke dalam phagosome dan produksi Reactive Oxygen Intermediate (ROI) yang kini disebut respiratory burst (Rodriquez and Le Moullac 2000). Klasifikasi tipe hemosit pada krustasea

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil pengamatan kelangsungan hidup larva ikan Nilem selama 15 hari dengan pemberian Artemia yang diperkaya dengan susu bubuk afkir 0,3 g/l, 0,5 g/l,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Parameter Imun Udang Vaname diberi Dosis Kappa-Karagenan Berbeda Parameter imun udang vaname yang diamati untuk mengetahui pengaruh pemberian k-karagenan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada Januari sampai Mei 2011 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik

Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik Teknologi Pengelolaan Kualitas Air KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA SEAMOLEC, 2009 LATAR BELAKANG Akuakultur ikan, krustasea,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. *Tanda titik dibaca sebagai desimal

I. PENDAHULUAN. *Tanda titik dibaca sebagai desimal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang merupakan komoditas penting yang harus dikembangkan, karena permintaan konsumsi dalam maupun luar negeri cukup tinggi. Pemerintah telah mencanangkan budidaya udang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang merupakan salah satu komoditas utama dalam industri perikanan budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta permintaan pasar tinggi

Lebih terperinci

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA PADA PAKAN UDANG VANAME UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI IMNV (INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS) DAMAYANTI

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA PADA PAKAN UDANG VANAME UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI IMNV (INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS) DAMAYANTI PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA PADA PAKAN UDANG VANAME UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI IMNV (INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS) DAMAYANTI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertahanan Tubuh Udang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertahanan Tubuh Udang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertahanan Tubuh Udang Mekanisme pertahanan pada krustasea sebagian besar bergantung pada selsel darah dan proses hemolim. Darah udang tidak mengandung haemoglobin, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap I Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan (Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian benih ikan

Lebih terperinci

Jurnal Akuakultur Indonesia 13 (1), (2014)

Jurnal Akuakultur Indonesia 13 (1), (2014) Jurnal Akuakultur Indonesia 13 (1), 11 (1) Pemberian prebiotik, probiotik, dan sinbiotik untuk pengendalian ko-infeksi Vibrio harveyi dan infectious myonecrosis virus pada udang vaname Litopenaeus vannamei

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Februari 2012. Pemeliharaan dan pemberian perlakuan serta analisa parameter

Lebih terperinci

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK 729 Penambahan tepung tapioka pada budidaya udang... (Gunarto) PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK Gunarto dan Abdul Mansyur ABSTRAK Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi udang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi udang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan baik dalam skala nasional maupun global. Berdasarkan data Kementerian Kelautan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Parameter pada penelitian pembesaran ikan lele ini meliputi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, perhitungan jumlah bakteri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data KKP menunjukkan bahwa produksi ikan mas pada tahun 2010 mencapai 282.695 ton, dengan persentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di masyarakat. Selain dagingnya yang enak, ikan mas juga memiliki nilai jual

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA PADA UDANG VANAME DI TAMBAK

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA PADA UDANG VANAME DI TAMBAK PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA PADA UDANG VANAME DI TAMBAK HENDAR KADARUSMAN SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

APLIKASI SINBIOTIK UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

APLIKASI SINBIOTIK UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) P-ISSN : 1978-225X; E-ISSN : 2502-5600 APLIKASI SINBIOTIK UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Synbiotic Application for Prevention of Infectious

Lebih terperinci

JUDUL 4 APLIKASI NUKLEOTIDA DALAM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK

JUDUL 4 APLIKASI NUKLEOTIDA DALAM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK 63 JUDUL 4 APLIKASI NUKLEOTIDA DALAM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK Abstrak Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian oral nukleotida terhadap resistensi

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang sangat potensial, karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Proksimat Fillet Gurami Komponen penting dari komposisi kimia ikan adalah protein dan lemak. Ikan gurami mengandung 75-80% protein dan 6-9% lemak (basis kering) (Tabel 3).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus. e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar   ABSTRAK Volume 4 Nomor 1 Januari-Juni 2013 PENGGUNAAN PREBIOTIK DAN PROBIOTIK PADA PAKAN BUATAN TERHADAP EFESIENSI PAKAN DAN KUALITAS AIR MEDIA PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Buana Basir dan

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Dari penelitian ini, didapatkan data sebagai berikut: daya listrik, kualitas air (DO, suhu, ph, NH 3, CO 2, dan salinitas), oxygen transfer rate (OTR), dan efektivitas

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

UJI TANTANG PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon DENGAN Vibrio harveyi

UJI TANTANG PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon DENGAN Vibrio harveyi 729 Uji tantang pasca larva udang windu... (B.R. Tampangalo) UJI TANTANG PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon DENGAN Vibrio harveyi ABSTRAK B.R. Tampangallo dan Nurhidayah Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Probiotik Penggunaan bakteri untuk kesejahteraan manusia seperti kesehatan dan pertanian sangat menarik perhatian lebih dari satu dekade terakhir. Probiotik sudah digunakan di

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA 853 Upaya peningkatan produksi pada budidaya... (Gunarto) UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA ABSTRAK Gunarto

Lebih terperinci

Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2

Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2 PENINGKATAN PRODUKSI BENIH IKAN KERAPU MELALUI PERBAIKAN MANAJEMEN KUALITAS AIR DI KELOMPOK PEMBENIHAN IKAN MINA SEJAHTERA BUNGATAN KABUPATEN SITUBONDO Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2 1,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 di Laboratorium dan Fasilitas Karantina Marine Research Center (MRC) PT.Central Pertiwi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Lampiran 1. Road-map Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji (15-30 Agustus 2013) Bak ukuran 45x30x35cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, selain

Lebih terperinci

Prebiotik, probiotik, dan sinbiotik untuk mengendalikan koinfeksi Vibrio harveyi dan IMNV pada udang vaname

Prebiotik, probiotik, dan sinbiotik untuk mengendalikan koinfeksi Vibrio harveyi dan IMNV pada udang vaname Jurnal Akuakultur Indonesia 13 (1), 11 (1) Artikel Orisinal Prebiotik, probiotik, dan sinbiotik untuk mengendalikan koinfeksi Vibrio harveyi dan IMNV pada udang vaname Prebiotic, probiotic, and synbiotic

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan patin siam (P. hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi air tawar yang bernilai ekonomis penting karena beberapa kelebihan yang dimiliki seperti

Lebih terperinci

Hasil Penelitian. setelah 100%. Percobaan ke-ii. 38 dan C. Hasil. Sintasan (%) ntasan (%)

Hasil Penelitian. setelah 100%. Percobaan ke-ii. 38 dan C. Hasil. Sintasan (%) ntasan (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian tahap pertama (uji bioassay) Untuk memperoleh suhu subletal, maka dilakukan uji bioassay yang terdiri dari 2 percobaan, masing-masingg dengan 4 perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Pertumbuhan Bobot dan Biomassa Post-Larva Udang Vaname Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan (panjang rerata, SGR, bobot individu, biomassa) post-larva

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Setelah 112 hari pemeliharaan benih ikan selais (Ompok hypophthalmus) didapatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan. pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan

PENDAHULUAN. pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan. pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan usaha budidaya perikanan memiliki tiga tahap yaitu pembenihan, pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan pengadaan benih hingga diperolehnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Larva Rajungan Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva Tingkat perkembangan rajungan pada umumnya tidak berbeda dengan kepiting bakau. Perbedaannya hanya pada fase

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar   ABSTRAK OPTIMALISASI PENGGUNAAN BAKTERI Vibrio alginolyticus UNTUK MENINGKATKAN TOTAL HAEMOCITE COUNT, DIFFERENTIAL COUNT DAN TOTAL PROTEIN PLASMA PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon) Agus suryahman Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi kontrol, kultivasi menggunakan aerasi (P1) dan kultivasi menggunakan karbondioksida

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci