BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup mereka, namun tidak semua orang bisa mendapat pekerjaan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup mereka, namun tidak semua orang bisa mendapat pekerjaan."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun tidak semua orang bisa mendapat pekerjaan. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya membangun untuk kemakmuran rakyat Indonesia. 1 Secara normatif, UUD 1945 menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pekerjaan (pasal 27 ayat 2) akan tetapi, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginannya. bisa disebabkan karena keahlian, kemampuan, pendidikan, latar belakang dan faktor ekonomi. Penduduk di Indonesia saat ini sudah melebihi kapasitas penduduk sebagaimana mestinya, sehingga lapangan pekerjaan di Indonesia saat inipun sangat terbatas dan minimnya upah yang diperoleh juga menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan. Banyak penduduk Indonesia lebih memilih untuk berwira usaha, ada juga yang memilih untuk menjadi pengangguran karena tidak ada lagi lapangan pekerjaan yang diperoleh. Namun tidak sedikit pula warga Indonesia yang memilih untuk bekerja diluar negeri untuk mendapatkan pekerjaan serta memperoleh upah yang lebih besar daripada bekerja di dalam negeri. 1 G.Kartasapoetra, R.G.Kartassapoetra, 1986, Hukum Perburuhan di Indonesia Berdasarkan Pancasila, Cetakan ke 1, Bina Aksara, Yogyakarta, hlm.20 1

2 2 Saat ini sudah banyak warga Indonesia yang bekerja di luar negeri dengan iming-iming gaji yang tinggi dan tunjangan yang besar. Rata-rata warga negara Indonesia yang bekerja diluar negeri bekerja di perusahaan Perindustrian, Kapal Pesiar, Hotel, IT, hingga Buruh/pembantu rumah tangga. Dari segi pendapatan, bekerja diluar negeri memang lebih besar pendapatannya dibandingkan dengan bekerja didalam negeri. Salah satu faktor perbedaan upah ini terlihat di kurs mata uang dan jumlah upah minimum yang diterapkan di negara tersebut. Salah satu negara tujuan dari warga negara Indonesia yang akan dikunjungi untuk mendapatkan pekerjaan antara lain: Arab Saudi, Malaysia, Singapore, India, Thailand, Korea, Italia, Jepang, Dubai, Australia, Belanda, Jerman dan masih banyak lagi negara yang dituju oleh warga negara Indonesia untuk mendapat pekerjaan dan memperoleh upah yang tinggi. Karena bagaimanapun juga upah merupakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja atau pegawai. 2 Salah satu alasan seseorang memilih bekerja diluar negeri karena tingginya pendapatan di negara tersebut. Namun sering kali warga negara Indonesia yang bekerja diluar negeri tidak memperhatikan keselamatan dan ketelitian. Tidak sedikit Tenaga Kerja Indonesia (TKI) diluar negeri mengalami masalah dengan majikan atau dengan perusahan jasa tenaga kerja mereka. Masalah yang sering dihadapi sebagian besar TKI yang berada di luar negeri ialah persoalan kekerasan dan upah. Kerap upah mereka tidak dibayarkan oleh majikannya mulai dua bulan sampai lima tahun, bahkan hlm Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta,

3 3 ada yang lebih lama lagi. Sedangkan sisanya, TKI bermasalah tersebut karena lari dari majikan akibat beban pekerjaan yang terlalu berat, memang kurang serius bekerja dan juga karena penganiayaan ringan. Berdasarkan statistik, TKI yang menghadapi permasalahan sekitar 60 hingga 70 persennya karena gaji tidak dibayarkan oleh majikan. Sebagian TKI diluar negeri tidak mendapatkan informasi mengenai lembaga pengaduan atas masalah yang dihadapi dengan majikannya sehingga ketika TKI tersebut mendapat masalah, mereka tidak tau kemana seharusnya mereka mengadu dan menyelesaikan masalah mereka. Dengan demikian pekerja sebagai warga negara Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah agar dapat ikut serta aktif dalam pembangunan. 3 Dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) sangatlah berpengaruh atas upaya pencegahan masalah TKI tersebut sesuai dengan Kep.Menakertrans nomor KEP-104A/MEN/2002 tentang Penempatan TKI ke Luar Negeri. Disnaker perlu memperhatikan dari proses perekrutan, pelayanan, penempatan, hingga perlindungan tenaga kerja tersebut setelah berada di negara tujuan. Saat ini upaya pemerintah dalam melakukan pencegahan sangatlah dibutuhkan untuk mengurangi masalah yang timbul dikalangan TKI setelah berada di negara tujuan. Salah satu cara untuk menekan angka persoalan calon TKI dengan cara memberi informasi, proses perekrutan, seleksi dan prosedur keberangkatan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun disinilah terkadang Dinas Tenaga Kerja Hlm Darwan Prinst, 2004, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung

4 4 kurang memperhatikan prosedur yang ada, seperti memberikan informasi terkait dengan proses keberangkatan hingga kepulangan calon TKI tersebut, sehingga pentingnya informasi kurang diperhatikan terlebih calon TKI awam dengan prosedur yang ada. Lemahnya perlindungan terhadap TKI di luar negeri perlu segera diatasi. Hal tersebut untuk menghindari tindak kekerasan dan perbuatan semena-mena yang dialami TKI di negeri orang. lemahnya sistem pengawasan dan perlindungan TKI ini memberi peluang terjadinya penyimpangan mulai dari proses rekrutmen, pelatihan serta pengurusan dokumen, proses penempatan di negara tujuan hingga pemulangan. Berdasarkan data prapenelitian di Disnaker kota Denpasar, diketahui terdapat beberapa kemungkinan permasalahan yang mendorong tidak efektifnya penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri antara lain: 1. Pertama, rekrutmen TKI yang belum didukung oleh proses yang valid dan transparan. Sehingga tidak ada jaminan kepastian, keadilan dan perlindungan TKI. 2. Belum terpehuni nya standar kualitas TKI sebagai tenaga kerja yang memiliki potensi dan keterampilan khusus di bidangnya agar dalam proses penempatan kerja tidak terjadi kesalahan 3. Data penempatan TKI yang tidak akurat, sehingga tidak membantu upaya perlindungan TKI di luar negeri. 4. Penanganan dan penyelesaian TKI bermasalah di luar negeri kurang efektif 5. Evaluasi yang berkelanjutan terhadap data dan informasi masalah TKI tidak ditangani secara tuntas

5 5 Maraknya TKI yang bermasalah di luar negeri merupakan akumulasi rumitnya birokrasi dari awal proses pendaftaran hingga keberangakatan. Tak sedikit dari TKI tersebut yang menggunakan jasa calo, Padahal mereka perlu mencari informasi ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau BP3TKI (Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI) terlebih dahulu untuk mendapat penjelasan serta prosedur, syarat dan kelengkapan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Saat ini terdapat kurang lebih 4,3 juta TKI yang terdaftar di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Pekerja migran memiliki risiko tinggi karena tidak ada perlindungan dan hak asasi manusia yang belum terlindungi. Dinas Tenaga Kerja Kota Denpasar merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat terkait dengan penempatan TKI diluar negeri yang diselenggarakan di kota madya Denpasar. Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar berkoordinasi dengan BP3TKI dalam pendataan awal calon TKI (CTKI) sehingga peran Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar sangatlah penting dalam mencegah terjadinya masalah TKI diluar negeri. Kebanyakan TKI berpendidikan rendah, sehingga setelah pekerja rumah tangga tiba di negara tujuan tanpa memiliki pengetahuan dan keterampilan muncul ketidaksesuaian antara majikan dan para pekerja, hal inilah yang dapat menjadi alasan atas perbuatan kasar ataupun tidak diberikannya upah oleh majikan. Pada dasarnya semua manusia adalah sama, tidak ada budak yang dimiliki, melainkan semua manusia merdeka dan bersaudara. 4 Dalam hal ini pemerintah perlu Jakarta, hlm.vi 4 Harun Nasution dan Bachtiar Efendi, 1987, Hak-Hak Asasi Manusia, Pustaka Firdaus,

6 6 mengkaji ulang Undang-Undang nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia agar lebih melindungi tenaga kerja Indonesia. Sepertinya kekerasan merupakan keharusan moral yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah atau konflik. Adanya masalah yang sering timbul dikalangan TKI diluar negeri dan kurangnya perlindungan pemerintah dalam hal menangani masalah TKI inilah yang melatarbelakangi pembuatan skripsi dengan judul Peran Dinas Tenaga Kerja Dalam Mencegah Terjadinya Masalah TKI Diluar Negeri 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan diatas maka dapat ditarik rumusan masalah, yakni: 1. Bagaimanakah peran Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar dalam penempatan calon TKI? 2. Bagaimanakah bentuk pencegahan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar untuk mengurangi masalah TKI diluar negeri? 1.3 Ruang Lingkup Untuk menghindari terjadinya kesimpangsiuran dan pembahasan yang bertele-tele dari uraian yang akan dibahas, maka dalam penulisan skripsi perlu dilakukan pembatasan-pembatasan untuk mempermudah pemahaman di dalam pemahamannya. Oleh karena itu dalam pembahasan ini dibatasi terhadap masalah-masalah yang

7 7 berkaitan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas beserta dengan dampak-dampak ataupun efek dari masalah tersebut sejauh data dan informasiinformasi yang diperoleh. Penelitian ini terfokus pada pembahasan mengenai peran Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar dalam penempatan TKI diluar negeri dimana Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar dalam hal ini adalah sebagai tempat pertama yang bertugas mendata calon TKI yang ingin bekerja diluar negeri. Terkait dengan hal itu, penelitian ini juga akan membahas tentang bentuk pencegahan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar untuk mengurangi masalah TKI diluar negeri. 1.4 Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini secara garis besarnya dapat dirinci menjadi dua tujuan yaitu: a. Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui bagaimana peran Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar dalam penempatan calon TKI 2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pencegahan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja kota Denpasar untuk mengurangi masalah TKI diluar Negeri b. Tujuan Khusus 1. Untuk memahami bagaimana peran Dinas Tenaga Kerja dalam penempatan calon TKI

8 8 2. Untuk memahami bagaimana bentuk pencegahan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja untuk mengurangi masalah TKI diluar negeri 1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Memberikan sumbangan bahan pemikiran dalam ilmu yang bersangkutan yaitu ilmu Hukum Ketenagakerjaan 2. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan hukum 3. Untuk membuat studi Mahasiswa di bidang ilmu hukum b. Manfaat Praktis 1. Memberi pengalaman belajar dan mengetahui praktik hukum di masyarakat secara langsung 2. Melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis 3. Pemantapan diri pribadi Mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat 1.6 Landasan Teoritis Lahirnya UU NO. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri adalah sebuah Undang-Undang dalam rangka penempatan dan perlindungan TKI yang bekerja diluar negeri dan sudah lama dinantikan karena selama ini pengaturan mengenai hal tersebut dilakukan berdasarkan Ordonansi tentang Pengerahan Orang Indonesia untuk Melakukan pekerjaan diluar Negeri dan Peraturan Menteri serta peraturan pelaksanaannya yang sudah tentu

9 9 kurang memiliki kekuatan hukum jika dibandingkan dengan undang-undang. 5 Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikatakan sebagai tujuan negara hukum. 6 Pengaturan penempatan dan perlindungan TKI keluar negeri sudah seharusnya diatur dengan undang-undang karena: 1. Bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, dihormati, dan dijamin penegakannya 2. Hak setiap warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak baik didalam mamupun luar negeri sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan 3. Dalam kenyataan selama ini tenaga kerja Indonesia yang bekerja diluar negeri sering dijadikan objek perdagangan manusia, kerja paksa, korban kekerasan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia serta perlakuan lain yang bertentangan dengan HAM 4. Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang bekerja baik didalam maupun luar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan gender dan anti diskriminasi 5. Penempatan tenaga kerja Indonesia keluar negeri perlu dilakukan secara terpadu antara instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dan peran serta masyarakat 5 Lalu Husni, 2009, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.97 6 Philipus M Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 71

10 10 dalam suatu produk hukum yang memadai guna memberikan perlindungan yang maksimal. 7 Sesuai dengan pasal 3 UU No.39 Tahun 2004 Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk: a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi b. menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia c. meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya Bentuk pencegahan (preventif) untuk mencegah masalah yang terjadi dikalangan TKI dari pihak pemerintah daerah yaitu dengan cara melakukan pendataan terhadap calon TKI yang akan bekerja diluar negeri, pelatihan keterampilan dan koordinasi dengan BP3TKI yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.14/MEN/X/2010, karena pemerintah daerah dilimpahkan tanggungjawab oleh pemerintah pusat, Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 5 ayat 2 UU No. 39 Tahun 2004 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat melimpahkan sebagian wewenangnya dan/atau tugas perbantuan kepada pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan upaya penanganan (represif) yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara memperketat sistem penempatan tenaga kerja Indonesia, hal ini terdapat pada pasal 24 UU No.39 Tahun 2004 yaitu Penempatan TKI pada Pengguna 7 Lalu Husni, Op.Cit, hlm.98

11 11 perseorangan harus melalui Mitra Usaha di negara tujuan. Mitra Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbentuk badan hukum yang didirikan sesuai dengan peraturan perundangan di negara tujuan. Sejalan dengan semakin meningkatnya tenaga kerja yang ingin bekerja diluar negeri dan besarnya jumlah TKI yang sekarang bekerja diluar negeri, meningkat pula masalah terkait dengan tenaga kerja Indonesia bahkan perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI khusunya TKI yang bekerja diluar negeri. Penempatan TKI diluar negeri oleh Pemerintah, hanya dapat dilakukan atas dasar perjanjian tertulis atau kesepakatan antara pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum dinegara tujuan. Perlunya kerjasama antar negara juga dibutuhkan untuk melakukan pengawasan dan perlindungan terhadap TKI diluar negeri. berdasarkan keputusan Menteri Tenaga kerja RI No.Kep/92/MEN/1998 perlindungan tenaga kerja Indonesia diluar negeri dilaksanakan melalui asuransi dimana lembaga pelaksana penempatan TKI diluar negeri bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Disamping itu instansi Pemerintah yaitu Dinas Tenaga Kerja sangatlah erat kaitannya dengan segala hal yang menyangkut TKI. Banyak TKI diluar negeri yang tidak mengetahui lembaga yang menampung keluhan mereka, sehingga merekapun terus menerus mendapat perlakuan tidak manusiawi. Padahal, jika kita mengacu pada HAM, Siapapun yang dikategorikan memperkosa hak asasi orang lain, maka orang tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pembicaraan mengenai HAM dan pelanggarannya sudah kurang lebih dari setengah abad yang

12 12 lampau terjadi dan masih menjadi topik yang aktual beberapa abad yang akan datang. 8 Pada hakikatnya HAM terdiri atas dua hak dasar yang paling fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. 9 Dinas Tenaga Kerja sudahlah semestinya ikut memperhatikan, mengawasi, dan ikut membantu atas permasalahan yang dihadapi oleh TKI diluar negeri. Masalah yang sering terjadi belakangan ini mengenai kekerasan dan tidak dibayarnya upah TKI oleh majikan. Secara umum, Wages atau upah adalah merupakan pendapatan. 10 Upah yang tinggilah merupakan faktor utama seorang TKI merantau ke luar negeri untuk mencari pekerjaan. Namun upah itu terkadang tidak diberikan kepada pekerja oleh majikan. Minimnya pengetahuan membuat para TKI semakin tidak berdaya menghadapi perlakuan semena mena dari majikannya. Sudah sepantasnya kita perlu memperhatikan hak-hak dari TKI kita diluar negeri dengan cara membentuk Komnas perlindungan TKI atau badan resmi lainnya untuk menampung keluh-kesah mereka selama bekerja sebagai TKI diluar negeri serta ikut membantu segala permasalahan yang dihadapi oleh TKI tersebut. Selama ini banyak masalah yang di hadapi oleh para TKI tanpa ujung penyelesaian masalah yang membuahkan hasil yang memuaskan. 8 H.Zainuddin Ali, 2005, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.98 9 H. Baharuddin Lopa, 1996, Alqur an dan Hak-Hak Asasi Manusia, Yogyakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, hlm.2 10 Kartasapoetra, 1992, Hukum Perburuhan Indonesia Berdasarkan Pancasila, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.99

13 Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Skripsi adalah suatu karya tulis yang bersifat ilmiah. Oleh karena itu dalam pembahasannya atau penyelesaiannya harus didukung atas bahan hukum atau hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi tentang Peran Dinas Tenaga Kerja dalam Mencegah Terjadinya Masalah TKI di Luar Negeri adalah penelitian hukum yang bersifat empiris. Pendekatan yuridis empiris atau pendekatan kenyataan hukum dalam masyarakat dapat dipahami berbeda dengan pendekatan yuridis normatif atau pendekatan doktrin hukum. 11 Hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang diamati di dalam kehidupan nyata. Sehingga hasil yang diperoleh merupakan hal yang benar-benar dilihat, dirasakan, dialami, atau didengar di lapangan yang disampaikan secara nyata tanpa disertai dengan interpretasi peneliti. b. Sifat Penelitian Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan 11 Donald Black, 1989, Sociological Justice, Academic Press, New York, hlm.21

14 14 yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. 1. Karakteristik Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti: penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan tidak adanya uji hipotesis. 2. Jenis-jenis Penelitian Deskriptif Beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu; Studi kasus, yaitu, suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis. Survei, Studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata. Studi perkembangan. Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh

15 15 informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional. Studi tindak lanjut, yakni, studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu. Analisis dokumenter, Studi ini sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis. Analisis kecenderungan, yakni analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Studi korelasi Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti. c. Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari penelitian lapangan dan kepustakaan, dengan data utama yaitu data primer yang berasal dari penelitian lapangan, sedangkan hasil dari data kepustakaan adalah sebagai data penunjang dalam penulisan ini. Adapun sumber data tersebut dapat diperoleh melalui 2 (dua) sumber data, yaitu: 1. Penelitian lapangan (field research) Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan lngsung di lapangan dan diperoleh melalui penelitian di Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial kota

16 16 Denpasar dengan cara mengadakan wawancara/melakukan penelitian langsung (interview) pada pihak yang terkait dengan permasalahan 2. Penelitian kepustakaan (library research) Penelitian ini bersumber dari penelitian kepustakaan, dilakukan dengan membaca buku-buku, menganalisa dan menginterpretasikan pendapat-pendapat atau ketentuan peraturan perundang-undangan dengan tujuan untuk mendapatkan landasan teoritis berupa pendapat-pendapat dari para sarjana yang berkaitan dengan skripsi ini. Data yang diperoleh bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum. d. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dilapangan melalui teknik wawancara. wawancara adalah proses percakapan dengan maksud mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interview) Burhan (Ed) Bungin, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian Kontenporer, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 143.

17 17 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari membaca literatur, menganalisa ketentuan dalam literatur serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peran Disnaker kota Denpasar dalam penempatan TKI dan bentuk pencegahan yang dilakukan Disnaker kota Denpasar untuk mengurangi masalah TKI diluar negeri. e. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data di lapangan dan hasil pengumpulan data ini siap dipakai untuk analisa. 13 Data yang didapat baik data kepustakaan maupun melalui wawancara kemudian diolah secara kualitatif karena data yang dikumpulkan adalah data naturalistic yang terdiri atas kata-kata yang tidak diolah menjadi angka-angka. Setelah data-data tersebut diolah secara lengkap baru kemudian dianalisa secara deskriptif analisis yaitu teknik pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang ilmiah. Dalam penulisan skripsi ini menjelaskan atau menarasikan data yang diperoleh baik dari lapangan maupun dari bahan kepustakaan, sehingga tercapailah suatu kebenaran dengan suatu kesimpulan yang ilmiah Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cet III, Sinar Grafika, Jakarta, hlm Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cet IV, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 47

PERAN DINAS TENAGA KERJA DALAM MENCEGAH TERJADINYA MASALAH TKI DI LUAR NEGERI

PERAN DINAS TENAGA KERJA DALAM MENCEGAH TERJADINYA MASALAH TKI DI LUAR NEGERI PERAN DINAS TENAGA KERJA DALAM MENCEGAH TERJADINYA MASALAH TKI DI LUAR NEGERI Oleh Soraya Taufik Dewa Gede Rudy I Made Dedy Priyanto Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Basically

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment), BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1 Hal ini harus selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CALON TKI DAN TKI, PROSEDUR PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI DAN PIHAK-PIHAK PELAKSANA PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CALON TKI DAN TKI, PROSEDUR PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI DAN PIHAK-PIHAK PELAKSANA PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CALON TKI DAN TKI, PROSEDUR PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI DAN PIHAK-PIHAK PELAKSANA PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI 2.1 Calon TKI Dan TKI 2.1.1 Pengertian Calon TKI Dan TKI Kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kekuatan yang besar sebagai modal dasar pembangunan. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau kekuatan yang besar sebagai modal dasar pembangunan. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa : tiap-tipa warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pencapaian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua warga negara Indonesia diharapkan memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga pemerintah berupaya untuk membuat peraturan perundangan yang mengatur warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri menunjukkan bahwa kesempatan kerja di luar negeri lebih banyak, menurut Kementerian Tenaga Kerja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai kebutuhan sosial yang harus dipenuhi, oleh karena itu mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu-membantu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu-membantu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Dalam usaha untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Kata kunci: Tanggung jawab, perusahaan.

Kata kunci: Tanggung jawab, perusahaan. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA TENAGA KERJA INDONESIA (PJTKI) TERHADAP PERLINDUNGAN TENAGA KERJA WANITA 1 Oleh : Herdy L. N Pihang 2 A B S T R A K Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum

Lebih terperinci

Disusun dam Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun dam Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA DALAM PERJANJIAN KERJA (STUDI KASUS MANTAN TENAGA KERJA WANITA MALAYSIA DI DESA DONOHUDAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI) Disusun dam Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan ini mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Suriname, New Calidonia, Siam dan Serawak. Di samping itu, banyak pula TKI yang

BAB I PENDAHULUAN. di Suriname, New Calidonia, Siam dan Serawak. Di samping itu, banyak pula TKI yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penempatan TKI diluar negeri telah terjadi sejak zaman Hindia Belanda sekitar tahun 1887. Banyak TKI yang dikirimkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bekerja

Lebih terperinci

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESRA. Pekerja Migran. Pelindungan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 242) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga baik bagi dirinya, keluarganya maupun lingkungannya, oleh karena itu hak

BAB I PENDAHULUAN. berharga baik bagi dirinya, keluarganya maupun lingkungannya, oleh karena itu hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan.pekerjaan dapat dimaknai sebagai sumber penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang sedang mengalami fase Berkembang menuju Negara maju yang sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yaitu kesejahteraan, adil, dan makmur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja atau angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya dengan cara pemberian upah yang sesuai dengan undang-undang dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya dengan cara pemberian upah yang sesuai dengan undang-undang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan pembangunan ketenagakerjaan menurut ketentuan Pasal 4 Undang- Undang No. 13 Tahun 2003, adalah: 1. Memberdayakan dan mendaya gunakan tenaga kerja secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan. dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan. dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL PT. MUTU GADING KARANGANYAR TAHUN 2007

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL PT. MUTU GADING KARANGANYAR TAHUN 2007 TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL PT. MUTU GADING KARANGANYAR TAHUN 2007 SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK 2.1 Perjanjian Kerja 2.1.1 Pengertian Perjanjian Kerja Secara yuridis, pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan era globalisasi pekerja dituntut untuk saling berlomba mempersiapkan dirinya supaya mendapat pekerjaan yang terbaik bagi dirinya sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian pemerintah dan publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan berkembangnya organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan orang lain karena keterbatasan modal bahkan sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan orang lain karena keterbatasan modal bahkan sebaliknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era kehidupan yang serba sulit seperti saat ini, manusia harus dapat melakukan sesuatu hal agar dapat bertahan hidup, untuk itu manusia dituntut bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Subyek hukum manusia adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Subyek hukum manusia adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subyek hukum manusia adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan untuk mendukung hak dan kewajiban. Penyandang cacat juga merupakan subyek hukum. Hal ini dapat

Lebih terperinci

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerja merupakan awal dari lahirnya hubungan industrial antara pemilik modal dengan buruh. Namun seringkali perusahaan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Bernadus Ardian Ricky M (105010100111087) KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa bekerja merupakan hak asasi

Lebih terperinci

NO. UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 DRAF REVISI UU 39 TAHUN 2004 Versi TIMUS CATATAN/ KETERANGAN TIMUS

NO. UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 DRAF REVISI UU 39 TAHUN 2004 Versi TIMUS CATATAN/ KETERANGAN TIMUS MATRIKS PERSANDINGAN UU 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DAN DRAFT RUU PERUBAHAN ATAS UU UU 39 TAHUN 2004 NO. UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 DRAF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan semua warga negara bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya. Sedangkan. ikatan yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya. Sedangkan. ikatan yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kehidupan manusia merupakan kelangsungan hidup yang berkaitan dengan kebutuhan hidup yang layak. Melihat tuntutan untuk hidup yang layak tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan a. Latar belakang masalah Dewasa ini peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan. manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan. manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN

REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN RUU PPILN Harus Sejalan dengan Agenda Pembangunan Nasional: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buruh mempunyai peranan yang penting dalam rangka pembangunan nasional tidak hanya dari segi pembangunan ekonomi namun juga dalam hal mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA PEKERJA

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA PEKERJA MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA PEKERJA Disusun Oleh : Nama : Dharma Satria NIM : 11.12.5904 Kelompok Program studi Jurusan Dosen : Demokrasi : S1 : Sistem informasi : MOHAMMAD IDRIS.P,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengupahan merupakan masalah yang sangat krusial dalam bidang ketenagakerjaan bahkan apabila tidak profesional dalam menangani tidak jarang akan menjadi potensi

Lebih terperinci

16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana -1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA PROVINSI LAMPUNG KE LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya menuntut setiap orang untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu pelaksanaan pekerjaan untuk kepentingan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN SESUAI AMANAT SILA KEDUA PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Oleh : Nama : Aula Datun Nafi ah NIM : 11.02.8064 Kelompok : A Program Studi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Indonesia yang sering disebut Tenaga Kerja Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Indonesia yang sering disebut Tenaga Kerja Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga Kerja Indonesia yang sering disebut Tenaga Kerja Indonesia bekerja dalam berbagai jenis pekerjaan, seperti sebagai pekerja di pabrik, pengasuh anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terutama kebutuhan primer yaitu sandang,pangan, dan papan. Dalam hal mendapatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum perlindungan konsumen selalu berhubungan dan berinteraksi dengan berbagai bidang dan cabang hukum lain, karena pada tiap bidang dan cabang hukum itu senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai sifat, watak dan kehendak sendiri-sendiri. Namun di dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain, mengadakan kerjasama, tolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pelaksanaan. Hotel Poncowinatan, dapat disimpulkan bahwa pihak pemberi

BAB III PENUTUP. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pelaksanaan. Hotel Poncowinatan, dapat disimpulkan bahwa pihak pemberi 65 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Pemeliharaan Kesehatan bagi Pekerja di Hotel Poncowinatan, dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan, antara lain :

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan, antara lain : 69 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan, antara lain : 1. Pelaksanaan jaminan sosial bagi pekerja harian lepas pada PT. Limpah Sejahtera

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN CIANJUR KE LUAR NEGERI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN CIANJUR KE LUAR NEGERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN CIANJUR KE LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan. sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kemajuan di bidang ilmu

I. PENDAHULUAN. masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan. sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kemajuan di bidang ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak ada satu negarapun yang hidup mengisolasi diri dari kehidupan masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum normatif mengkaji data-data sekunder di bidang

Lebih terperinci

SEJAK 2011, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REKOMENDASIKAN MORATORIUM PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KE TIMUR TENGAH

SEJAK 2011, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REKOMENDASIKAN MORATORIUM PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KE TIMUR TENGAH SEJAK 2011, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REKOMENDASIKAN MORATORIUM PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KE TIMUR TENGAH Kompas.com Kepala Biro Humas dan Kerja sama Internasional Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menindaklanjuti adanya laporan atau pengaduan tentang suatu perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menindaklanjuti adanya laporan atau pengaduan tentang suatu perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara yuridis, menjadi kewajiban dari penyelidik dan penyidik untuk menindaklanjuti adanya laporan atau pengaduan tentang suatu perbuatan yang patut diduga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada umumnya dinilai rentan, baik dari aspek ekonomi, pendidikan, keterampilan, maupun kemasyarakatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini disebut dengan TKI) yang sekarang ini bekerja di luar negeri, menumbuhkan pola

BAB I PENDAHULUAN. ini disebut dengan TKI) yang sekarang ini bekerja di luar negeri, menumbuhkan pola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan semakin meningkatnya tenaga kerja yang ingin bekerja di luar negeri dan besarnya jumlah tenaga kerja Indonesia (yang selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang ini disebut sebagai Blue Collar. Sedangkan yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang ini disebut sebagai Blue Collar. Sedangkan yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah buruh sangat populer dalam dunia perburuhan/ketenagakerjaan, selain istilah ini sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari zaman penjajahan belanda juga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Kenyataan telah membuktikan bahwa faktor ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon), yakni makhluk yang tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB II PEKERJA (WAITRESS), DAN KECELAKAAN KERJA

BAB II PEKERJA (WAITRESS), DAN KECELAKAAN KERJA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM, PEKERJA (WAITRESS), DAN KECELAKAAN KERJA 1.1. Perlindungan Hukum 1.1.1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum diartikan sebagai suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang

Lebih terperinci

di segala bidang.banyak sektor yang dibuka untuk para pekerja, salah satunya bidang

di segala bidang.banyak sektor yang dibuka untuk para pekerja, salah satunya bidang BABI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang berusaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya melalui pembangunan di segala bidang.banyak

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENEMPATAN TENAGA KERJA MIGRAN/TENAGA KERJA INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 39 TAHUN 2004 1 Oleh: Bayu Prasetyo Basuki 2 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian atau yang lebih dikenal dengan istilah metode penelitian.

III. METODE PENELITIAN. penelitian atau yang lebih dikenal dengan istilah metode penelitian. III. METODE PENELITIAN Untuk mencari dan menemukan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah diajukan pada bab sebelumnya dalam penelitian ini, maka peneliti akan menggunakan prosedur dan teknik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja memiliki peranan penting sebagai tulang punggung. perusahaan, karena tanpa adanya tenaga kerja, perusahaan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja memiliki peranan penting sebagai tulang punggung. perusahaan, karena tanpa adanya tenaga kerja, perusahaan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja memiliki peranan penting sebagai tulang punggung perusahaan, karena tanpa adanya tenaga kerja, perusahaan tidak dapat beroperasi dan berpartisipasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan

Lebih terperinci

KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)

KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI Latar Belakang Bekerja adalah hak asasi manusia. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapat pekerjaan yang layak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan, "Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskillabour, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskillabour, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mendapatkan biaya hidup seseorang perlu bekerja, secara mandiri atau bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan tetapi merupakan masalah lama yang baru banyak muncul pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA 2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Penanaman Modal Asing 2.1.1. Pengertian Penanaman Modal Asing Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD Tahun 1945 dalam. dengan membayar upah sesuai dengan perjanjian kerja.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD Tahun 1945 dalam. dengan membayar upah sesuai dengan perjanjian kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum bukanlah semata-mata sekedar sebagai pedoman untuk dibaca, dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati.hukum harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. kehidupan sehari-hari entah untuk kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder

BAB I PENDAHALUAN. kehidupan sehari-hari entah untuk kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari entah untuk kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tersier manusia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 107 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengawasan Ketenagakerjaan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan pemerintah akan menimbulkan terselenggaranya hubungan industrial. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang bersifat individual dan juga bersifat sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing yang tentu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO 0 PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Untuk dapat mempertahankan

Lebih terperinci