BAB III RELAY LINE CURRENT DIFFERENTIAL
|
|
- Hengki Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III RELAY LINE CURRENT DIFFERENTIAL 3.1 Umum Kemajuan teknologi saat ini membuat manusia hidup semakin nyaman. Dulu seseorang harus berdiri dan mendekat ke televisi untuk mengganti saluran yang diinginkan. Sekarang hanya dengan menggunakan sebuah remote, bisa mengganti saluran sesuai keinginannya tanpa harus bergeser sedikit pun dari tempat duduk. Para peneliti terus mengembangkan berbagai teknologi untuk memudahkan kehidupan dan memenuhi kebutuhan manusia, khususnya teknologi komunikasi dan informasi yang saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan utama manusia. Banyak media yang melayani kebutuhan tersebut, untuk koneksi internet misalnya, bisa memilih menggunakan DSL atau kabel. Kedua media tersebut memiliki kelebihan masingmasing, namun kekurangan keduanya adalah kurang fleksibel untuk dibawa kemanamana karena masih harus menggunakan kabel. Saat ini teknologi wireless atau nirkabel sudah cukup dikenal. Teknologi wireless memungkinkan kita menghantarkan suatu gelombang tanpa menggunakan kabel. Contoh teknologi wireless yang sering kita dengar adalah IR (Infra Red) dan Bluetooth Namun ada satu lagi teknologi wireless terbaru yang saat ini sedang hangat dibicarakan yaitu Broadband Wireless Access (BWA) yang juga didukung oleh perangkat lain seperti, wireless, twisted pair Ethernet, atau kabel Cat5e, serat optik dan TCP/IP. 18
2 System Proteksi Dalam melaksanakan pembangkitan, penyaluran dan distribusi tenaga listrik, gangguan tidak dapat dihindari. Gangguan kebanyakan merupakan hubung singkat antar fasa atau antara fasa dengan tanah atau keduanya. Gangguan hubungan singkat semacam ini menimbulkan arus yang besar yang dapat merusak peralatn sehingga diperlukan sistem proteksi untuk mengamankan peralatan. Sistem proteksi selain harus mengamankan peralatan instalasi terhadap gangguan, juga berfungsi melokalisir gangguan. Ini berarti apabila terjadi gangguan di suatu bagian instalasi, sistem proteksi hanya akan men-trip PMT yang berdekatanndengan gangguan sehingga interupsi pasokan daya dapat dilakukan di sekitar tempat terjadinya gangguan saja (tidak meluas). Sistem proteksi digunakan untuk melokalisir adanya gangguan, gangguan adalah peristiwa yang menyebabkan trip-nya PMT di luar kehendak operator (fault). Gangguan umumnya disebabkan karena terjadinya hubungan singkat. Hubungan singkat ini dapat terjadi antara fasa dengan fasa atau antara fasa dengan dengan tanah. Gangguan yang paling banyak adalah gangguan satu fasa ke tanah. Macam-macam gangguan dapat dikelompokkan menjadi : 1) Gangguan Temporer Merupakan peristiwa yang menyebabkan trip-nya PMT tetapi beberapa saat kemudian (setelah 5 detik), apabila PMT dimasukkan, maka keadaannya akan normal kembali (gangguan sudah hilang). Gangguan temporer banyak terjadi pada saluran transmisi, sedangkan penyebabnya adalah petir. Pada saluran udara distribusi, gangguan temporer kebanyakan disebabkan oleh sentuhan dahan pohon atau laying-layang. 2) Gangguan Permanen Merupakan peristiwa yang menyebabkan trip-nya PMT, kemudian bila PMT dimasukkan kembali, PMT tersebut trip lagi. PMT baru bisa dimasukkan kembali secara normal setelah dilakukan perbaikan atas bagian yang menimbulkan gangguan. Beberapa gangguan permanen seperti kerusakan isolasi atau penuaan isolasi (agging).
3 20 Efek gangguan dapat membahayakan pada : a. Generator, Trafo dan peralatan lain. b. Busur akan merusakan kontak. c. Dapat merubah sistem tegangan. d. Tegangan menjadi tidak simetris atau urutan negative arus. Statistik gangguan : a. Fasa ke Netral (Akibat dari gangguan transient) : 80% b. Fasa ke Fasa (akibat gangguan permanen) : 20% Relay Proteksi : Gambar 3.1 Skematik sederhana relay proteksi Komponen-komponen Sistem Proteksi : a. CT / VT b. CB / PMT
4 21 c. Relay (OCR), Line Current Differential Relay, Distance Relay, Directional Comparison Relay. d. DC Supply e. Wiring Instalasi f. Teleproteksi (Komunikasi antar Relay). Syarat-syarat dari Sistem Proteksi : a. Cepat Sistem proteksi haruslah merupakan sistem yang cepat karena gangguan bisa merusak peralatan. b. Selektif Sistem proteksi harus selektif dalam memilih lokasi yang terganggu dengan yang tidak terganggu. c. Andal Sistem proteksi harus handal dalam bekerja. Sistem harus bekerja saat terdapat gangguan dan stabil saat tidak ada gangguan. d. Ekonomis Waktu dari gangguan hingga CB terbuka. 3.3 CT (Current Transformer) / VT Voltage Transformer) Current Transformer (CT) digunakan untuk mengukur arus listrik. Current Transformer (CT) bersama dengan Voltgage Transformer (VT) (Potential Transformer (PT)) diketahui sebagai instrument transformer. Ketika arus pada sirkuit terlalu tinggi untuk di apply pada pengukuran instrument, maka transformator ini akan mengurangi arus secara akurat dan proporsional sebanding dengan arus yang ada dalam sirkuit, dimana dapat dengan baik terhubung ke pengukuran dan recording instrument. CT juga mengisolasi pengukuran instrument dari tegangan yang sangat tinggi pada monitoring sirkuit. CT juga digunakan pada metering dan proteksi relay pada electrical power industry.
5 CB (Circuit Breaker) / PMT (Pemutus Tegangan) Pemutus Tegangan (PMT) adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan / memutuskan arus / daya listrik sesuai dengan ratingnya. Karena PMT digunakan untuk memutus beban maka harus dilengkapi dengan pemadam busur api. Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya terbagi dalam enam jenis yaitu saklar PMT Udara, saklar PMT minyak, saklar PMT dengan gas SF6, saklar PMT vakum saklar PMT udara tekan, saklar PMT Medan Magnet. 1. Saklar PMT Udara Bentuknya runcing, busur listrik akan timbul (meloncat) pada bagian yang runcing terlebih dahulu pada saat kontak-kontak saklar berpisah. Karena berat jenis busur listrik lebih kecil daripada berat jenis udara, maka busur listrik akan mengapung ke atas sehingga busur listrik memanjang dan akhirnya putus. 2. Saklar PMT Minyak Saklar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 ka dan pada rangkaian bertegangan sampi dengan 500 kv. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi di dalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergangtung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas dari hasil dekomposisi minyak. Gambar 3.2 Pemadaman Busur Api Pada Pemutus Daya Minyak
6 23 Gas yang ditimbulkan dekomposisi minyak menimbulkan tekanan terhadap minyak, sehingga minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di leher bilik, minyak ini melakukan kontak dengan busur api. Hal ini menyebabkan pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi dan menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api. Minyak yang berada di antara kontak sangat efektif untuk memutuskan arus. Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus secara cepat. Saklar PMT dibagi dalam dua jenis : 1. PMT dengan menggunakan minyak banyak (Bulk Oil Circuit Breaker) Pada tipe ini kontak-kontak saklar direndam dalam minyak yang berfungsi sebagai pemutus media busur listrik. Minyak diletakkan dalam tangki sehingga dimensi Pemutus Tenaga Minyak Banyak menjadi besar. Gambar 3.3 Konstruksi ruang pemadaman PMT Bulk Oil Circuit Breaker secara sederhana 2. PMT dengan menggunakan minyak sedikit (Low Oil Circuit Breaker) Media pemutus busur yang digunakan adalah minyak seperti pada PMT Minyak Banyak, hanya saja pada PMT Minyak Sedikit ada bagian PMT yang menghasilkan minyak maupun pada waktu PMT ditutup. Dengan menggunakan minyak bertekanan, maka dimensi PMT Minyak Sedikit
7 24 menjadi lebih kecil dari PMT Minyak Banyak. Pada PMT Minyak Sedikit, kualitas minyak PMT perlu diawasi secara teliti, terutama setelah PMT bekerja setelah ada gangguan. Pada saat memutus busur listrik arus gangguan, minyak yang menyemprot busur listrik yang besar karena gangguan akan mengalami karbonisasi yang besar pula. Karbon tidak bersifat isolasi. Oleh karena itu, harus dilakukan penggantian minyak PMT apabila minyak sudah kelihatan hitam oleh karbon. Selain mengandalkan penyemprotan minyak untuk memutus busur listrik yang terjadi, teknik memanjangkan busur listrik juga digunakan di sini, yaitu dengan meruncingkan bentuk kontak jantan dan kontak betina. 3. Saklar PMT Gas SF 6 Prinsip kerjanya hampir sama dengan prinsip kerja PMT Minyak Sedikit, bedanya terletak pada media pemutus busur yang digunakan, yaitu Gas SF 6. Gas SF 6 memiliki sifat isolasi yang baik selain sifatnya sebagai pendingin yang baik. Pada PMT Gas SF 6 timbul masalah perapat (sealing) antara bagian PMT yang bergerak dengan diam karena gas dapat menyelinap (bocor) di antara dua bagian yang bergeseran ini. Untuk itu diperlukan perapat (sealing) yang baik agar dapat meminimumkan kebocoran Gas SF 6. Pada PMT Gas SF 6 terdapat pengukur tekanan gas sehingga apabila tekanan Gas SF 6 sudah berkurang, maka dapat dilakukan pengisian Gas SF 6 kembali. Dibandingkan dengan PMY Minyak Sedikit, PMT Gas SF 6 mempunyai dimensi yang kira-kita sama tetapi pemelihataannya lebih mudah. 4. Saklar PMT Vakum Dalam PMT Vakum tidak ada media pemutus busur listrik. Oleh sebab itu, teknik pemutus busur listrik dalam PMT Vakum semata-mata tergantung pada teknik memperpanjang busur listrik. Konstruksi PMT Vakum menghindari adanya celah udara sehingga pergeseran bagian yang bergerak dengan bagian yang tetap (statis) yang dapat menimbulkan celah udara dapat dihindari dan sebagai penggantinya digunakan logam fleksibel berbentuk gelombang yang dapat diperpanjang dan diperpendek.
8 25 Fleksibilitas logam sampai saat ini masih menjadi salah satu kendala bagi perkembangan PMT Vakum. Hal ini disebabkan karena jarak antara kontak-kontak PMT vakum menjadi terbatas sehingga tegangan operasinya juga terbatas. Sampai saat ini PMT Vakum baru bisa dibuat untuk tegangan operasi 38 kv. 5. Saklar PMT Udara Tekan (Air Blast Circuit Breaker) Prinsip kerja PMT ini serupa dengan prinsip kerja PMT Gas SF 6, hanya saja pada PMT Udara Tekan yang menjadi media pemutus busur listrik adalah udara tekan. Karena kemampuan isolasi udara tekan lebih rendah dari pada Gas SF 6, maka pada PMT Udara Tekan dibutuhkan tekanan udara yang lebih besar dari tekan Gas SF 6 pada PMT Gas SF Saklar PMT Medan Magnet (Magnetic Circuit Breaker) Prinsip kerjanya seperti PMT Udara, hanya saja di sini terdapat magnet yang berfungsi menghasilkan medan magnet yang akan menarik busur listrik yang timbul sewaktu pembukaan PMT sehingga busur listrik menjadi lebih panjang dan akhirnya putus. 3.5 Line Current Differential Protection Bentuk lain dari sistem proteksi untuk perlengkapan seperti transformer, busses dan saluran listrik yaitu current differensial. Tipe proteksi ini bekerja berdasarkan teori dasar dari hukum Kirchoff yang menyatakan bahwa jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar maka sebuah node akan bernilai nol. Hal ini sangat penting untuk mencatat arah dari arus dan juga besar arusnya, karena merupakan vektor. Hal ini membutuhkan seperangkat transformator arus (transformer yang lebih kecil yang mengubah currents down ke tingkat yang dapat dihitung) pada tiap akhir saluran listrik, atau pada tiap sisi dari transformer. Secara umum pengaman differensial ini merupakan saluran yang mengukur besaran arus pada kedua sisi dari saluran transmisi. Perangkat yang digunakan dalam proteksi Line Current Differential ini adalah Line Current Differential Relay. Relay ini harus
9 26 bekerja jika ada gangguan di daerah proteksi dan harus stabil jika gangguan di luar daerah proteksi. Relay ini bekerja secara instaneous. Rumus impedansi SUTT : ZFL = Z1. Ln. k.(3.1) RFL = R1. Ln. k..(3.2) Dimana: ZFL dan RFL = impedansi SUTT Z1 = impedansi R1 = impedansi Ln = panjang kabel K = nilai konstanta 3.6 Line Current Differential Relay Menyampaikan arus differensial adalah salah satu metode untuk membandingkan arus yang mengalir pada line yang sama. Hasilnya tergambar dalam skema proteksi sederhana dengan tingkat sensitifitas yang tinggi dan kecepatan, keserentakan, melakukan tripping pada kedua jalur dengan tingkat tinggi. Perbedaan skema tidak dipengaruhi oleh efek eksternal seperti faults, load dan power swings. Perbedaan arus dapat dihitung dengan metode yang berbeda seperti : 1. Magnitude Comparison 2. Phase Comparison 3. Phasor Comparison (magnitude and angle) 4. Charge Comparison 5. Combination of these Tanpa memperhatikan metode yang digunakan, semua line differential relays beroperasi pada arus yang berbeda yang dibandingkan antara arus yang masuk dengan arus yang keluar. Untuk kesalahan internal, arus akan mengalir pada kedua line. Arus
10 27 local I L akan secara praktis berada dalam fasa dengan arus remote I R. Perbedaan fasa kecil antara dua arus disebabkan karena perbedaan derajat sumber pada local dan remote end. Untuk kesalahan eksternal atau load, arus akan mengalir pada satu terminal dan keluar pada terminal lainnya. Arus lokal I L akan 180 o out of phase dengan arus remote I R dan besarnya akan sebgaian besar sama, yang membedakan hanya dari kesalahan pengukuran transformer. Rumus menghitung beban total : dimana: Bt = beban total B = beban Ln = panjang kabel Bt = B. Ln (3.3) Rumus menghitung reaktansi capasitas : Xc =...(3.4) Dimana : Xc = reaktansi 3.7 Prinsip Kerja Line Current Differential Relay Relay diferensial arus membandingkan arus yang melalui satu titik (Hukum Kirchoff). Pada keadaan tanpa gangguan atau gangguan eksternal ΣI = 0 Pada keadaan gangguan internal ΣI 0 Dipasang pada asing-masing ujung saluran dan merupakan unit protection. Unit Protection : - Daerah pengamanan adalah di dalam daerah yang dilingkupi CT (Current Transformator) yang tersambung ke relay differensial. - Bekerja seketika. - Tidak perlu dikoordinasikan dengan pengaman lain. - Merupakan pengaman utama dan tidak berlaku sebagai pengaman cadangan.
11 28 Prinsip pengukuran Line Current Differential adalah Circulating Current atau Balanced Voltage. Karena ujung-ujung saluran transmisi dipisahkan oleh jarak yang jauh maka masing-masing sisi dihubungkan dengan : - kabel pilot - saluran telekomunikasi : microwave, fiber optic. Gambar 3.4 Line Current Differential Relay Tanpa gangguan atau gangguan eksternal I A + I B = 0 Keadaan gangguan internal I A + I B 0 (=I F ) Rumus menghitung arus charging primary : Dimana : Ic = arus charging Kv = tegangan nominal Xc = reaktansi Ic =...(3.5) Rumus menghitung arus charging secondary : Ics =...(3.6) Dimana : Ics = arus charging sekunder Ic = arus charging CT = trafo arus
12 Dasar Pengukuran Diferensial Arus Pilot Wire Gambar 3.5a Circulating Current in Normal Condition Gambar di atas menunjukan sirkulasi arus melalui pilot wire dalam keadaan normal. Arus akan berjalan sesuai alurnya tanpa melewati relay karena pada relay terdapat hambatan yang menimbulkan tegangan. Gambar 3.5b Circulating Current with Internal Fault Gambar di atas menunjukan sirkulasi arus melalui pilot wire saat terdapat internal fault atau gangguan internal. Arus bersikulasi dengan arauh yang saling bertemu sehingga arus menuju relay. Besar arus yang menuju relay (I) sebesar penjumlahan dari kedua arus yang masuk (I A + I B). Rumus kegagalan arus: Ifmin =...(3.7)
13 30 Dimana : Ifmin = kegagalan arus Kv = tegangan nominal Rf = resistansi Fiber Optic Gambar 3.6 Circulating Current using Fiber Optic Gambar di atas merupakan sirkulasi arus pada fiber optic pada kondisi normal. Arus mengalir dari sumber dan masuk pada relay A. Arus yang mengalir pada transmitter Relay A (T x) akan dialirkan melalui fiber optic ke receiver (R x) pada relay B. begitu pula sebaliknya apabila arus mengalir pada relay B, arus akan di alirkan dari transmitter relay B ke receiver relay A. Arus yang mengalir pada (1) berupa arus analog, sedangkan arus yang mengalir pada (2) berupa arus digital. Dalam analog arus akan dijumlah berdasarkan polaritas arus. 3.9 Cara Kerja Line Current Differential Relay 1) Digital Current Differential Relay menggunakan sinyal sampling dari kontrol sinkronisasi untuk mensample arus misalnya setiap 30 sudut listrik.
14 31 2) Sample arus ini diubah ke dalam bentuk digital dan selanjutnya diolah dalam Relay Calculation Unit CPU dan dalam waktu yang sama diubah ke dalam bentuk data serial dan ditransmisikan ke relay lain melalui saluran komunikasi. 3) Sisi penerima menerima dan memeriksa data arus dari relay lain, data serial diubah ke data parallel dan data ini diolah dalam Relay Calculation Unit CPU. 4) Kedua data arus di atas digunakan dalam proses penghitungan relay diferensial setelah terlebih dahulu kedua data melalu proses sampling matching. 5) Unit transceiver melaksanakan proses sinkronisasi sampling agar kedua data arus diolah dalam kondisi waktu yang sama. 6) CPU 1 melakukan proses penghitungan relai diferensial, perintah trip, reclosing dan perintah-perintah lainnya. 7) CPU 2 melakukan proses kontrol untuk mengirimkan dan menerima data termasuk kontrol sinkronisasi sampling.
BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
Lebih terperinciBAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI RELAY
SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK
Lebih terperinciLANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk
II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 PENGERTIAN Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Instalasi Listrik Dari Pusat Listrik Generator atau altenator merupakan komponen utama dari suatu pembangkit listrik, baik pembangkit tersebut berasal dari energi air, uap,
Lebih terperinciANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB
ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga
Lebih terperinciL/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK
L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH
Lebih terperinciJARINGAN GARDU INDUK DISTRIBUSI
1.2. Sistem Proteksi Jaringan 1.2.1. Peralatan Proteksi Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu induk dan jaringan) dan jaringan distribusi.
Lebih terperinciBAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk
BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik
Lebih terperinciBAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA
BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA 2.1 Fungsi Pemutus Tenaga Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan ratingnya.
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI.
13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control
Lebih terperinciPENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan
PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) terpasang pada
Lebih terperinciBAB 2 KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI DAN PROTEKSINYA
3 BAB 2 KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI DAN PROTEKSINYA 2. PENGERTIAN SALURAN TRANSMISI Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)
27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga
Lebih terperinciBAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk
Lebih terperinciGround Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay
Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi dapat berfungsi melokalisir gangguan dan mengamankan peralatan instalasi terhadap gangguan. Ini berarti apabila terjadi gangguan di suatu bagian
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga kontinuitas dan kualitas supply
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem proteksi merupakan bagian penting dalam sebuah sistem kelistrikan yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan bagian dari sistem
Lebih terperinciBAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA
41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI
BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga
Lebih terperinciIII PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2 dengan kapasitas maksimum 425MW, unit 3 dan 4 dengan kapasitas maksimum
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Kelistrikan Suralaya PLTU Suralaya terdiri dari 7 buah unit pembangkit, diantaranya unit 1 dan 2 dengan kapasitas maksimum 425MW, unit 3 dan 4 dengan kapasitas maksimum 400MW
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian
Lebih terperinciSISTEM TENAGA LISTRIK
Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN
Lebih terperinciBAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG
BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150
BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150 Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama, seperti pada blok diagram berikut, Gambar 3.1 Blok diagram
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA
BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 3.1 Sistem Proteksi Pada Transformator Daya 3.1.1 Peralatan Proteksi Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak
Lebih terperinciANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASA SIMETRI PADA CIRCUIT BREAKER DENGAN TEGANGAN 4360 V
NLISIS GNGGUN HUUNG SINGKT TIG FS SIMTRI PD CIRCUIT RKR DNGN TGNGN 4360 nggakara Syahbi S., Ir. Sulasno 2 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik lektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof.
Lebih terperinciSTUDI KEANDALAN DISTANCE RELAY JARINGAN 150 kv GI TELLO - GI PARE-PARE
A. Muhammad Syafar, Studi Keandalan Distance Relay Jaringan 150 kv GI Tello GI Pare-Pare \ STUDI KEANDALAN DISTANCE RELAY JARINGAN 150 kv GI TELLO - GI PARE-PARE A. Muhammad Syafar Dosen Program Studi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gangguan yang Terjadi pada SKTT Gangguan yang terjadi pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) umumnya bersifat permanen dan diikuti kerusakan sehingga diperlukan perbaikan
Lebih terperinciGangguan pada Sistem Distribusi Daya. (Faults)
Gangguan pada Sistem Distribusi Daya (Faults) Pendahuluan Gangguan pada sistem tenaga listrik : Berbahaya (bisa membunuh) Dapat mengakibatkan kebakaran Gangguan pada tegangan (atau penurunan kualitas daya)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Pada suatu sistem tenaga listrik, meliputi pelayanan umum, industri, komersil, perumahan maupun sistem lainnya, mempunyai maksud yang sama yaitu menyediakan energi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang gangguan pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi tenaga listrik, dan metoda proteksi pada transformator daya. 2.1 Gangguan dalam Sistem Tenaga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING
BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI
STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI Oleh ADRIAL MARDENSYAH 04 03 03 004 7 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciJl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak
Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DAN DASAR RELE ARUS LEBIH PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN REGION JAWA TENGAH DAN DIY Fa ano Hia. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.
Lebih terperinciOleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta
Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI
BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum [1] Generator ialah mesin pembangkit tenaga listrik, pembangkitan diperoleh dengan menerima tenaga mekanis dan diubah menjadi tenaga listrik, tenaga mekanis untuk generator
Lebih terperinciGambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus
Lebih terperinciProtection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008
Protection on Electrical Power System Hasbullah Bandung, Juni 2008 Latar Belakang Saluran tenaga listrik merupakan bagian sistem tenaga listrik yang sering mengalami gangguan Gangguan yang terjadi dapat
Lebih terperinciPENGAMAN DIFERENSIAL ARUS UNTUK SISTEM TRANSMISI IR. JEMJEM KURNAEN MT
PENGAMAN DIFERENSIAL ARUS UNTUK SISTEM TRANSMISI IR. JEMJEM KURNAEN MT 23-26 September 2002 Kursus "Protection for Transmission Line" 1 End A I A Relai Diferensial Arus Protected Zones End B I B R Gambar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Transformator Tenaga Transformator tenaga adalah merupakan suatu peralatan listrik statis yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya listrik arus bolak-balik dari tegangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK
TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi / pengaman suatu tenaga listrik yang membentuk suatu pola pengaman tidaklah hanya rele pengaman saja tetapi juga Trafo Arus (Current Transformer)
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS CADANGAN GAS TURBIN GENERATOR PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK II
Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS CADANGAN GAS TURBIN GENERATOR PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK II 1 Mahasiswa dan 2 M. Hasbi Hazmi B. 1, Karnoto, ST, MT. 2 Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. Ir. Zulkarnaini, MT. TATAP MUKA XIV & XV. Oleh: Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro
Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK TATAP MUKA XIV & XV. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT. 2011 1/25/2011 1 Relay Pilot 1 Rele pilot adalah adaptasi dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir. Judul
1 Judul ANALISA PENGGUNAAN ECLOSE 3 PHASA 20 KV UNTUK PENGAMAN AUS LEBIH PADA SUTM 20 KV SISTEM 3 PHASA 4 KAWAT DI PT. PLN (PESEO) APJ SEMAANG Disusun oleh : Kunto Herwin Bono NIM : L2F 303513 Jurusan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500. kv KRIAN - GRESIK
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500 kv KRIAN - GRESIK 4.1 Umum Relai jarak pada umumnya dipakai untuk proteksi saluran transmisi. Relai jarak mempunyai zona zona proteksi yang disetel
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian mengenai pengaman yang terdapat pada busbar 150 kv telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan pengaman
Lebih terperinciInstalasi Listrik MODUL III. 3.1 Umum
MODUL III Instalasi Listrik 3.1 Umum Instalasi listrik system distribusi terdapat dimana mana, baik pada system pembangkitan maupun pada system penyaluran (transmisi/distribusi) dalam bentuk instalasi
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT
BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT 1.1 Sistem Proteksi Suatu sistem proteksi yang baik diperlukan pembangkit dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia listrik untuk dapat melindungi
Lebih terperinciD. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... v MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv INTISARI...
Lebih terperinciSIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK
Simulasi Proteksi Daerah Terbatas... (Setiono dan Arum) SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Iman Setiono
Lebih terperinciEVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR
EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR Edo Trionovendri (1), Ir. Cahayahati, M.T (2), Ir. Ija Darmana, M.T (3) (1) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT
23 BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT 3.1. Sistem Proteksi SUTT Relai jarak digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada SUTT/SUTET dan sebagai backup untuk seksi didepan. Relai
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. ANALISA PENGGUNAAN DAN PENYETINGAN RELAI DIFFERENSIAL PADA TRAFO STEP UP 11,5/150 kv di PLTGU BLOK I U.P MUARA KARANG
TUGAS AKHIR ANALISA PENGGUNAAN DAN PENYETINGAN RELAI DIFFERENSIAL PADA TRAFO STEP UP 11,5/150 kv di PLTGU BLOK I U.P MUARA KARANG Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Daya Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator
Lebih terperinciKomponen Sistem Proteksi 1. Peralatan Utama Sistem Proteksi Sistem proteksi pada sistem tenaga didukung oleh beberapa peralatan utama.
Komponen Sistem Proteksi 1. Peralatan Utama Sistem Proteksi Sistem proteksi pada sistem tenaga didukung oleh beberapa peralatan utama. Peralatan utama ini lah yang berfungsi langsung mengatasi gangguan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current
BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau
Lebih terperinciBAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA
BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1. JENIS PENGAMAN Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983) Bagian Satu, C) : Relai Buchollz
Lebih terperinciABSTRAK Kata Kunci :
ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang
Lebih terperinciBAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )
BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) 2.1 SEJARAH GIS GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah teknologi yang maju dan telah
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya listrik. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari instalasi PHB-TM (Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah), TD (Transformator Distribusi),
Lebih terperincidalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam
6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.
Lebih terperinciAnalisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok
Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Yusuf Ismail Nakhoda, Awan Uji Krismanto, dan Maskur Usmanto Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciGARDU INDUK TRANSFORMATOR
Bab 4 GARDU INDUK DAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR
SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR GANGGUAN PADA GENERATOR Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh : 1. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK
STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK Nama : Sandi Agusta Jiwantoro NRP : 2210105021 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Dedet Candra Riawan, ST.
Lebih terperinciBAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang
BAB III RELAI JARAK 3.1. UMUM Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang sangat tinggi
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA
BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...
Lebih terperinciCIRCUIT BREAKER (CB) ATAU PEMUTUS TENAGA LISTRIK (PMT)
CIRCUIT BREAKER (CB) ATAU PEMUTUS TENAGA LISTRIK (PMT) Circuit breaker atau Pemutus Tenaga Listrik adalah salah satu peralatan pemutus rangkaian pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka
Lebih terperinciCIRCUIT BREAKER TEGANGAN 4160 V PADA PLTU TAMBAK LOROK PT INDONESIA POWER SEMARANG
Makalah Seminar Kerja Praktek CIRCUIT BREAKER TEGANGAN 4160 V PADA PLTU TAMBAK LOROK PT INDONESIA POWER SEMARANG Oleh : Hannan Afifi L2F 007 035 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI
BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI 3.1 Generator dan Transformator Unit Generator Suatu alat listrik yang merubah energi gerak berupa putaran dari turbin yang dipasang seporos dengan generator, kemudian
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN POMPA
35 BAB III PERENCANAAN POMPA 3.1 Pemilihan Pompa PT. Wira Putra adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan gedung khususnya untuk pabrik-pabrik home industri. Pada pengambilan data
Lebih terperinci