BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Desa Ngraji termasuk dalam Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah.Letak Desa Ngraji dekat dengan fasilitas jalan menuju Kota Purwodadi dan dilalui oleh jalan lokal sekunder yaitu jalan Danyang-Kuwu yang memiliki intensitas kendaaran yang cukup tinggi pada jam sibuk. Desa Ngraji terdiri dari 5 (lima) dusun, yakni: Dusun Ngraji, Dusun Ngablak, Dusun Dadabong, Dusun Cabean dan Dusun Tempel serta terdiri atas 6 Rukun Warga ( RW) dan 66 Rukun Tetangga ( RT). Desa Ngraji terletak di bagian Barat Daya Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari pusat kota Purwodadi. Memiliki luas wilayah 564,38 Ha dengan pemanfaatan lahan sebagian besar berupa lahan sawah seluas 387,992Ha, sedangkan lahan untuk bangunan dan pekarangan seluas 90,86Ha, lahan kering seluas 70,861 Ha, dan fasilitas umum lainnya seluas 4,894 Ha. Jumlah penduduk Desa Ngraji jiwa yang terdiri dari 5415 jiwa laki-laki dan 5448 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga di Desa Ngraj isebanyak 2715 diantaranya termasuk dalam penduduk miskin. Sebagian besar penduduk di Desa Ngraji bermata pencaharian sebagai petani, dimana hampir jiwa penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Di Desa Ngraji terdapat 5 kelompok tani yang cukup aktif, yakni Kelompok Tani Ngudi Makmur 1 terletak di Dusun Ngraji, Kelompok Tani Ngudi Makmur 2 terletak di Dusun Ngablak, Kelompok Tani Ngudi Makmur 3 terletak di Dusun Dadabong, Kelompok Tani Ngudi Makmur 4 terletak di Dusun Cabean dan Kelompok Tani Sido Makmur 5 terletak di Dusun Tempel. Kelima Kelompok Tani tersebut tergabung dalam GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) N GUDI MAKMUR. Dalam 1 tahun petani menanam padi sebanyak 2 kali dan 1 kali palawija Selain bekerja sebagai petani, penduduk Desa Ngraji juga mempunyai usaha sampingan sebagai peternak dan sebagai pelaku usaha rumahan kecil menengah. Aktivitas penduduk di Desa Ngraji ini saling terkait dan mengisi, dimana pakan ternak banyak didapat dari jerami hasil pertanian dan ampas dari industri yang tidak terpakai bisa digunakan sebagai pakan ternak. Kegiatan beternak dan sebagai pelakuu usaha industri memberikan keuntungan secara ekonomis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun disisi lain juga menimbulkan masalah terkait limbah kotoran ternak dan industri dalam jumlah besar yang dapat menyebabkan adanya pencemaran lingkungan sehingga sangat mengganggu kenyamanan penduduk sekitar. Permasalahan kotoran ternak sebenarnya merupakan potensi yang sangat menguntungkan bagi masyarakat Desa Ngraji, bahkan memiliki nilai ekonomis jika dikelola menjadi pupuk organik dan biogas (sumber energi alternatif). Hal tersebut telah dibuktikan oleh masyarakat desa sudah ada yang memulai menangani limbah kotoran ternak padat menjadi biogas dengan menggunakan Alat instalasi pengolahan limbah kotoran ternak menjadi gas. Biogas yang dikelola mampu melayani 7 KK untuk kebutuhan gas rumah tangga, biogas ini murni berbahan utama kotoran ternak Untuk penanganan limbah industri contohnya tempe dan tahu di Desa Ngraji sudah didapati beberapa pengrajin memiliki Ipal yang juga bias digunakan sebagai biogas, sedangkan pengrajin tempe skala kecil ampas tempe di jadikan sebagai pakan ternak. Penanganan yang tepat dalam pengelolaan limbah kotoran ternak dan sampah-sampah lain akan menjadikan wilayah Desa Ngraji lebih bersih, sehat, dan nyaman, serta mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Selanjutnya petani juga menjadi lebih mandiri dan kreatif, tidak lagi bergantung kepada pupuk anorganik. Kegiatan masyarakat Desa Ngraji yang sebagian besar berprofesi sebagai petani membentuk karakter khas kawasan, baik secara fisik maupun non-fisik. Secara fisik, hunian atau rumah tinggal yang terbentuk memiliki persil yang cukup luas (minimal 200 m 2 ) dengan bentuk bangunan tradisional/kampung dengan deretan tiang-tiang penyangga di bagian teras rumah, bentuk atap limasan, pembagian fungsi bangunan yang jelas juga tempat penyimpanan hasil pertanian dan kandang ternak. Ketika memasuki persil hunian permukiman terdapat area gerbang masuk berupa gapura. Persil hunian juga masih menyisakan area yang cukup luas berupa pekarangan yang belum dimanfaatkan dan juga sebagai tempat penjemuran padi. Letak kamar mandi, WC, dan sumur pada umumnya terpisah dari hunian. Permasalahan lain yang dihadapi Desa Ngraji adalah masih adanya rumah-rumah penduduk yang tidak layak huni. Penanganannya memerlukan campur tangan dari berbagai pihak untuk memperbaiki dan menata lingkungan permukiman tersebut agar menjadi lingkungan permukiman yang sehat, bersih, nyaman dan teratur. Selain itu, masih terbatasnya kondisi jalan pedesaan yang rusak dan sebagian masih makadam, mengganggu pendistribusian produksi pertanian. Pada tiap persil rumah juga banyak ditemukan kegiatan ekonomi lain yang terkait dengan kegiatan masyarakat setempat, yaitu adanya kandang-kandang ternak (sapi) yang menjadi karakter tersendiri pada sebuah wilayah dengan fungsi pertanian serta didapati juga adanya industri kecil rumah tangga yang banyak dilakukan masyarakat setempat, dan industri rumah tangga kecil dan menengah di Desa Ngraji cukup beraneka ragam hasilnya dan berbeda beda hasil produk industri rumah tangga pada tiap dusunnya, sehingga membentuk suatu karakteristik pada setiap dusun di Desa Ngraji. Secara non-fisik pola kehidupan yang terbentuk sebagai kawasan permukiman dengan sektor pertanian sebagai sumber ekonomi serta tatanan masyarakat pedesaan membentuk sistem kekerabatan dan kegotongroyongan yang sangat kuat yang terlihat dengan partisipasi dan kepedulian terhadap sesama dalam setiap kegiatan yang diadakan, baik oleh individu maupun kelompok, seperti acara pernikahan, khitanan/sunatan, kematian, dan selamatan. I-1

2 Kegiatan-kegiatan tersebut sedikit banyak telah berpengaruh terhadap fisik bangunan yang ada di Desa Ngraji. Acara-acara yang sering diadakan membuat masyarakat Desa Ngraji membuat sebuah area penerima tamu yang cukup luas untuk mewadahi tamu dan juga area servis untuk melayani tamu berupa ruang tamu/penerima yang cukup luas dan dapur yang cukup luas pula untuk menampung tetanggatetangga yang turut membantu (rewang) dalam acara tersebut. Usaha masyarakat yang bersifat rumahan dan hasil pertanian yang menjadi pekerjaan atau profesi dominan di Desa Ngraji memerlukan sarana dan prasarana penunjang untuk lebih bisa ditingkatkan dan berimbas kepada peningkatan ekonomi lokal, permaslahan yang dihadapi adalah ketika hasil panen dan hasil produksi UMKM/Industri Rumah Tangga yang berlimpah mengalami kesulitan untuk pendistribusian, hal ini dikarenakan kondisi prasarana jalan yang kurang mendukung/ banyak ditemukan jalan yang rusak. Selain permasalahan jalan yang rusak permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah kondisi saluran air dan drainase yang masih alami atau masih banyak yang belum diberikan perkerasan menambah permasalahan yang ada, yaitu ketika musim penghujan datang terjadi erosi dan sedimentasi, sehingga banyak ditemukan lokasi yang rawan longsor serta banjir, hal ini akan berdampak langsung pada masyarakat, karena menghambat aktivitas dan merusak lahan pertanian, dimana pertanian adalah profesi dominan di Desa Ngraji. Selain permasalahan jalan yamh rusak atau masih didapati jalan dengan kondisi tanah dan makadam juga permasalahan drainase dan saluran air yang berimbas pada banjir dan longsor juga ditemukan permasalahan yang cukup serius lainnya, yaitu air bersih sebagai kebutuhan dasar manusia, air yang selama ini didapatkan di Desa Ngraji untuk kebutuhan minum dan masak mereka membeli air gallon sedangkan untuk keperluan mandi cuci mereka menggunakan sumur tadah hujan. Sehingga apabila musim kemarau datang air dalam sumur juga ikut berkurang sehingga cukup susah mendapatkan air bersih dikala musim kemarau. Hal ini harus mendapatkan perhatian dan dapat diberikan solusi yang tepat sehingga dapat dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat sehingga mereka mampu berdaya dan selp help untuk keperluan mereka sendiri dan menjadi progam berkelanjutan. Mengingat hanya sebagian kecil saja jumlah keluarga yang sudah terlayani oleh PDAM. Selain itu juga terdapat permasalahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kotoran ternak dan limbah industri, untuk itu perlu penanganan kusus yang melibatkan dinas terkait dalam memberikan pelatihan pemanfaatan limbah kotoran ternak dan insudtri yang ada dikawasan perancangan dan sosialaisasi rumah sehat. Melihat berbagai potensi dan permasalahan yang ada di Desa Ngraji di atas, maka pada dasarnya berbagai permasalahan tersebut bisa dilimitasi dengan mengelola potensi yang ada dan belum tertangani dengan baik hingga menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis serta mampu menciptakan kawasan permukiman yang lebih bersih, sehat, dan nyaman serta mampu mewujudukan desa mandiri dan kreatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal secara lebih baik. Oleh karena itu, perlu disusun Desa Ngraji, yang akan berlaku selama 10 tahun ke depan yaitu tahun RTPLP ini akan menjadi panduan bagi penataan wilayah dan pemanfaatan ruang khususnya pengembangan kegiatan permukiman dan pendukungnya untuk mewadahi perkembangan aktivitas masyarakat Desa Ngraji MAKSUD, TUJUAN, SASARAN, DAN MANFAAT Maksud Penyusunan ini dimaksudkan untuk : 1. Mengenali karakteristik kawasan baik fisik maupun non-fisik untuk memperkuat identitas kawasan prioritas; 2. Melakukan identifikasi potensi dan permasalahan kawasan prioritas serta melihat peluang yang ada sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan kawasan untuk kepentingan masa sekarang dan yang akan datang secara berkelanjutan; 3. Melakukan identifikasi terhadap posisi kawasan prioritas Desa Ngraji dikaitkan dengan fungsinya terhadap wilayah lain disekitarnya serta kawasan yang lebih luas; 4. Melakukan analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh guna penyusunan konsep perancangan kawasan prioritas Tujuan Tujuan dari penyusunan Desa Ngraji adalah sebagai tindak lanjut dari pedoman pengendalian dalam pemanfaatan dan pengembangan lingkungan permukiman yang terkait dengan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan Sasaran Sasaran yang ingin dicapai melalui penyusunan Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) Desa Ngraji adalah : 1. Tersusunnya program pemanfaatan ruang dan pengendalian lingkungan permukiman yang mampu meningkatkan kualitas lingkungan; 2. Tersusunnya program perancangan bangunan dan lingkungan permukiman yang memperkuat identitas setempat sebagai kawasan permukiman; 3. Tersusunnya program peningkatan perekonomian masyarakat berbasis masyarakat mandiri; 4. Tersusunnya kebutuhan investasi dalam menunjang pengembangan ekonomi masyarakat Manfaat 1. Bagi Warga, Komunitas Setempat, dan Pengusaha Menciptakan kawasan Desa Ngraji sebagai kawasan permukiman yang memiliki karakter kuat; Menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik melalui penataan permukiman dan sarana prasarana penunjang permukiman; Mengembangkan ekonomi masyarakat melalui perdagangan lokal dan peluang investasi usaha. 2. Bagi Pemerintah Daerah Melalui dokumen RTPLP yang disusun secara komprehensif dengan mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan memiliki pedoman untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini di kawasan ini; Mengendalikan pertumbuhan fisik kawasan; Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan, dan mengembangkan potensi kawasan LINGKUP RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman ini dibatasi pada kawasan prioritas yang terdiri dari 1 dusun, yaitu: Dusun Cabean dengan pertimbangan adalah : 1. Merupakan kawasan yang terletak diantara lintasan jalan utama antar desa yaitu jalan lokal sekunder yang menghubungkan dua desa yaitu Desa Danyang dan Desa Kuwu; 2. Merupakan kawasan dengan skala pelayanan prasarana dasar permukiman yang masih kurang maksimal. I-2

3 3. Merupakan kawasan yang memiliki banyak bentuk bangunan khas akan tetapi keberadaannya semakin berkurang karena semakin banyaknya bangunan baru; 4. Potensi pertanian dan peternakan serta industi kecil menengah yang cukup besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat Desa Ngraji; 5. Pola penanganan kegiatan pembangunan ditentukan oleh kesiapan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan KELUARAN Keluaran dari kegiatan penyusunan ini adalah suatu dokumen yang berisi ketentuan dan rencana tindak penataan lingkungan permukiman Desa Ngraji yang diwujudkan dalam bentuk program penataan dan pengembangan kawasan untuk mewujudkan lingkungan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan KERANGKA PIKIR DAN METODOLOGI Masalah dan Pendekatan Masalah penataan permukiman pedesaan merupakan bagian kawasan yang menjadi ruang utama bagi aktivitas kegiatan manusia/masyarakat dimana permasalahan yang tidak hanya menyangkut satu pihak (user) saja tetapi juga menjadi permasalahan pemerintah daerah. Beberapa masalah dominan yang muncul bagi perkembangan dan perencanaan permukiman adalah semakin memudarnya karakter permukiman dan menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan penghuninya itu sendiri. Permasalahan lainnya adalah kurang berfungsinya area-area yang sebenarnya sangat mendukung pengembangan ekonomi masyarakatnya seperti area perdagangan dan area pusat pertumbuhan kawasan. Hal ini tentunya tidak hanya menyangkut kepentingan pengguna tetapi juga terkait dengan kepentingan lain yang juga ingin terlibat dalam mengembangkan wilayah yaitu terkait pengelolaan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya. Pada kasus Desa Ngraji, selain mempertahankan pola permukiman yang tumbuh dengan pola organik yang menjadi ciri khas dari perkembangan kawasan desa dan perkembangan fisik kawasan permukiman yang mempertahankan nilai-nilai khas kawasan tradisional (desa), banyak potensi yang perlu dipertimbangkan dalam penataan kawasan permukiman ini. Pola kebiasaan (budaya) masa lalu yang mengandung nilai -nilai luhur dan (pernah) ada di masyarakat Desa Ngraji menjadi sebuah nilai dan karakter yang harus dipertahankan atau bahkan perlu untuk dikembalikan. Hal itu termasuk juga dalam pola kebiasaan masyarakat yang mendukung aktivitas/kegiatan. Potensi-potensi yang telah ada perlu untuk dikembangkan dan penataan yang dilakukan juga diharapkan bisa mendukung ke arah peningkatan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan dan masyarakatnya. Upaya-upaya nyata dan berkelanjutan perlu dilakukan dalam rangka penataan kawasan permukiman untuk mengembangkan kawasan dan mengatasi permasalahan kawasan. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah bagaimana merumuskan suatu pendekatan terpadu yang mempertemukan pendekatan-pendekatan top-down planning dan bottom-up planning dengan fokus pengembangan kawasan sebagai area permukiman dengan kualitas lingkungan yang baik dan mendukung perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat dengan mempertimbangkan potensi-potensi yang ada Kerangka Pikir Secara umum, kerangka kajian dalam penyusunan dokumen ini meliputi kajian pada eksisting kawasan dengan mengacu pada berbagai potensi dan masalah yang ada serta komponen-komponen pendukungnya seperti aturan dan nilai lokal yang berkembang. Setelah itu melakukan perumusan program pengembangan dalam rangka menjadikan kawasan prioritas menjadi satu kawasan permukiman yang produktif, berjati diri, dan terintegrasi dengan mengacu pada nilai-nilai lokal yang sudah lama berkembang Metodologi Metode pendekatan dalam penyusunan RTPLP ini adalah dengan menggunakan pendekatan DEDUKTIF KUALITATIF RASIONALISTIK yang didasarkan pada kajian EMPIRIS. Pendekatan yang digunakan ini mendasarkan pada pengamatan lapangan dan pengkajian data baik primer maupun sekunder yang kemudian dikolaborasikan dengan teori-teori dasar dalam penataan bangunan dan lingkungan sebagai background knowledge. Kajian terhadap potensi dan permasalahan yang terjadi di lapangan ini menyangkut berbagai kondisi fisik lingkungan, ekonomi, dan sosial termasuk nilai-nilai yang berkembang di dalamnya. Selanjutnya dikaji perumusan pedoman pengembangan kawasan desa dalam rangka penyusunan RTPLP (Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman) pada kawasankawasan kajian. Hal yang diatur dalam RTPLP kawasan Desa Ngraji : - Struktur peruntukan lahan - Intensitas Pemanfaatan Lahan - Tata Bangunan - Sistem Sirkulasi atau Jalur Penghubung - Sistem Ruang Terbuka atau Tata Hijau - Tata Kualitas Lingkungan - Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan - Pelestarian Bangunan dan Lingkungan I-3

4 KESEPAKATAN LOKASI KESEPAKATAN SKENARIO KESEPAKATAN MATERI DAN SUBSTANSI KESEPAKATAN PRODUK RTPLP LATAR BELAKANG ANALISIS & JUSTIFIKASI KAWASAN PROGRAM PENATAAN RUANG PERATURAN PENGENDALIAN PROGRAM R MAKSUD TUJUAN KEBUTUHAN PERENCANAAN RTPLP RENCANA UMUM KESEPAKATAN PERATURAN SETEMPAT T P RENCANA KERJA, PERSIAPAN DESIGN GUIDELINE RTPLP RANCANGAN KAWASAN PRIORITAS TERPILIH RENCANA INVESTASI L P Sumber: Tim Penyusun, 2013 Gambar 1.1 Kerangka Pikir dan Metodologi Pendekatan 1.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika Pembahasan dalam dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Prioritas Desa Ngraji sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang permasalahan; maksud, tujuan, sasaran, dan manfaat; lingkup Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; kerangka berpikir dan metodologi; sistematika pembahasan. Bab 2 Gambaran Umum Wilayah Desa Ngraji Bab ini berisi Kedudukan Wilayah Kecamatan Purwodadi dalam arahan RTRW Kabupaten Grobogan; Lingkup Perencanaan dan Batasan Wilayah Studi; Kondisi Iklim; Kondisi Topografi; Kondisi Sosial Ekonomi; Kriteria Delineasi Kawasan Perencanaan untuk Kawasan Desa Ngraji. Bab 3 Potensi dan Permasalahan Bab ini berisi Analisis SWOT kawasan, Strategi Pengembangan, Skenario Pengembangan. Bab 4 Design Guideline Kawasan Desa Ngraji Bab ini berisi Guideline Penataan Permukiman, Guideline Penataan Jaringan Jalan, Guideline Penataan Area Hijau, Guideline Penataan Sarana, Prasarana, dan Utilitas. Bab 5 Rencana Kawasan Prioritas Bab ini berisi rencana pengembangan kawasan prioritas yang siap bangun serta arahan desain. Bab 6 Pedoman Pelaksanaan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Bab ini berisi tentang pedoman Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang tentang yang nantinya menjadi landasan dalam pelaksanaan program penataan lingkungan permukiman di kawasan prioritas. Bab 7 Rencana Investasi Bab ini berisi tentang komponen pembiayaan dan volume yang nantinya menjadi perkiraan biaya yang harus dikeluarkan dalam perencanaan kawasan prioritas. I-4

5 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DESA NGRAJI 2.1. KEBIJAKAN TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN Rencana Sistem Perkotaan Hirarki III Struktur Kota Pusat Desa Besar atau jangkauan pusat pemukiman dapat dilihat pada pusat-pusat pelayanan yang ada, semakin banyak/besar pusat pelayanan tersebut akan semakin besar dan semakin luas pula jangkauan yang dilayani. Dalam proses pengembangan wilayah Kabupaten Grobogan pusat-pusat pelayanan dibagi menurut hirarki sebagai berikut : Tabel II.1 Rencana Pusat Pelayanan Hirarki Kabupaten Grobogan Tahun Hirarki I II Struktur Kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL-1) Pusat Kegiatan Lokal -2 (PKL-2) Keterangan Kota yang akan dikembangkan menjadi PKL-1 adalah kota-kota yang kawasan fungsionalnya telah berkembang lebih dari 1 administrasi kecamatan. Skala fasilitas/ kegiatan yang dikembangkan di kota ini memiliki pelayanan sebagian wilayah kabupaten. Kota yang akan dikembangkan menjadi PKL-2 adalah kota-kota ibukota kecamatan atau kota pusat kegiatan setingkat kecamatan. Kotakota ini merupakan pusat pemerintahan, aktifitas sosial, serta kegiatan perekonomian di tingkat lokal (kecamatan). Kawasan Perkotaan - Koridor Purwodadi Godong - Gubug Keterangan Pusat desa berfungsi sebagai pusat kegiatan perekonomian, yaitu pusat pemasaran dan distribusi input produksi pada daerah yang bersangkutan. Kota (pusat perdesaan) ini berfungsi pula sebagai pusat pelayanan kegiatan sosial, sehingga mengurangi ketergantungan pelayanan kepada kota hirarki di atasnya - Kawasan Perkotaan Penawangan Gabus Toroh Tawangharjo Karangrayung Tanggungharjo Pulokulon Sumber : RTRW Kabupaten Grobogan, Rencana Sistem Perwilayahan Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Grobogan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Grobogan merupakan dasar dari rencana pengembangan wilayah Desa Ngraji Kecamatan Purwodadi. - Wirosari Kradenan Grobogan - Brati Tegowanu Geyer Ngaringan Kedungjati Klambu Sesuai dengan hirarki dan jangkauan pusat-pusat seperti tersebut diatas, semua akan melayani penduduk pada kawasan dengan jangkauan tertentu. Dalam suatu kawasan, masing-masing mempunyai potensi dan permasalahan dengan karakteristik tertentu. Pengembangan wilayah tersebut selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pengembangan fungsi kawasan diperhitungkan terhadap aspek-aspek fisik, sosial dan ekonomi. Pengembangan ini didukung oleh sektor-sektor potensial bagi wilayah setempat. Penentuan sektor-sektor yang akan dikembangkan dikaitkan pula dengan kesesuaian dalam alokasi pemanfaatan lahan. Dengan demikian pengembangan ekonomi wilayah akan mempunyai potensi sumber daya yang menjamin kelanjutan kegiatan sektor tersebut. Kebijaksanaan daerah juga berisi pengaturan kebijaksanan sektoral. Berdasarkan pada kecenderungan perkembangan sosial ekonomi yang dihadapkan pada potensi dan kendala-kendala alam, wilayah Kabupaten Grobogan dibagi menjadi lima Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) yaitu : II-1

6 Sub Satuan Wilayah Pengembangan I dengan pusat di Kota Purwodadi, meliputi Kecamatan Klambu, Brati, Grobogan, Toroh dan Geyer. Wilayah pengembangan ini akan mengutamakan pengembangan sektor pemerintahan, pertanian, transportasi, perdagangan dan jasa, permukiman, pertambangan dan industri. Sub Satuan Wilayah Pengembangan II dengan pusat di Kota Gubug, meliputi Kecamatan Tegowanu, Tanggungharjo dan Kedungjati. Sektor-sektor yang potensial dan akan dikembangkan disini adalah pemerintahan, industri, pertambangan, permukiman, perdagangan, bangunan dan konstruksi. Sub Satuan Wilayah Pengembangan III dengan pusat di Kota Wirosari, meliputi Kecamatan Tawangharjo dan Ngaringan. Pengembangan wilayah ini didukung sektor pemerintahan, pertanian, permukiman, pertambangan, bangunan dan konstruksi. Sub Satuan Wilayah Pengembangan IV dengan pusat di Kota Godong, mencakup Kecamatan Karangrayung dan Penawangan. Sektor-sektor yang dikembangkan adalah pemerintahan, pertanian, perdagangan dan jasa, permukiman. Sub Satuan Wilayah Pengembangan V dengan pusat di Kota Kradenan, mencakup Kecamatan Pulokulon dan Gabus. Sektor-sektor yang dikembangkan adalah pemerintahan, pertanian, perdagangan, pertambangan, angkutan dan komunikasi. Sub Satuan Wilayah Pusat Pengembangan Pengembangan (SSWP) 9. Tegowanu 10. Tanggungharjo SSWP III WIROSARI Tabel II.2 Rencana Satuan Wilayah Pengembangan Kabupaten Grobogan Tahun Sub Satuan Wilayah Pusat Pengembangan Pengembangan (SSWP) SSWP I PURWODADI Kecamatan 12. Tawangharjo Arah Pengembangan SSWP IV 1. Purwodadi 3. Brati 4. Grobogan 5. Toroh 6. Geyer GUBUG 11. Wirosari 13. Ngaringan 2. Klambu SSWP II Kecamatan 7. Gubug 8. Kedungjati Pusat Pengembangan Kab. Grobogan, Pusat Pemerintahan Kabupaten, Industri, Pusat Pertumbuhan SSWP, Pusat Permukiman, Kota Tani Utama, Transportasi, Perdagangan & Jasa. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertambangan, Permukiman, Pertanian lahan basah dan kering. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertanian, Pertambangan, Permukiman, Pertanian lahan basah dan kering. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Peternakan, Industri, Pertambangan, Pertanian lahan basah & kering, Permukiman. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Kota Tani, Pariwisata, Permukiman, Peternakan Pusat Pemerintahan Kecamatan, Hutan negara, Peternakan, Pertanian lahan kering. Pusat Pemerintahan Kecamatan,Pertanian lahan basah & kering, Permukiman, Industri, Pertambangan, Perhubungan & Pusat Pertumbuhan SSWP. Pusat Pemerintahan Kecamatan, GODONG 14. Godong 15. Karanganyung 16. Penawangan SSWP V KRADENAN 17. Kradenan 18. Pulokulon 19. Gabus Arah Pengembangan Pertambangan, Perdagangan & Jasa, Permukiman Pusat Pemerintahan Kecamatan, Permukiman, Industri, Pertanian lahan basah & kering Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertambangan, Perkebunan, Industri, Hutan Negara, Pertanian lahan basah & kering. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Kota Tani, Peternakan Industri, Pertambangan, Perhubungan, Permukiman, Pusat Pertumbuhan SSWP Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertambangan, Permukiman, Pertanian lahan basah & kering. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertanian lahan basah & kering, Pertambangan, Permukiman. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertanian, Perdagangan & jasa, Pusat Pertumbuhan SSWP. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Perkebunan, Pertambangan, Pertanian lahan basah&kering, Permukiman. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertanian Lahan Basah dan Kering, Permukiman. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Perdagangan, Pertambangan, Pertanian Lahan Basah dan Kering, Permukiman. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertanian lahan basah dan kering, Perdagangan, Pertambangan, Permukiman. Pusat Pemerintahan Kecamatan, Pertanian lahan basah&kering, Peternakan, Pertambangan, Permukiman. Sumber : RTRW Kabupaten Grobogan, Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Rencana pola pemanfaatan ruang diharapkan dapat mewujudkan tata ruang Kabupaten Grobogan yang sesuai dengan ketentuan dari UU No. 26 Tahun 2007, yang antara lain memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Aspek-aspek yang dipertimbangkan terhadap perencanaan alokasi pemanfaatan ruang adalah : II-2

7 Potensi dari pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia dalam penentuan kegiatan, 4 kali kedalaman saluran ditambah 5 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan Fungsi-fungsi kegiatan yang ditampung, 4 kali kedalaman saluran ditambah 3 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan Pola dan struktur tata ruang yang ada dan kecenderungan di masa mendatang, Kuantitas dan kualitas ruang, meliputi keadaan ruang yang ada pada saat ini dan tuntutan serta kebutuhan pada tahun-tahun yang akan datang. Mencegah benturan penggunaan ruang, Mencegah penggunaan lahan secara tidak terkendali. dengan debit 4 m3/detik; dengan debit 1-4 m3/detik; 4 kali kedalaman saluran ditambah 2 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit kurang dari 1 m3/detik; Masing-masing diukur dari tepi saluran. Arahan pengelolaan sempadan sungai adalah sebagai berikut : Pada kawasan sempadan sungai yang belum dibangun, pendirian bangunan dilarang (IMB tidak diberikan). Wilayah Kabupaten Grobogan dalam alokasi pemanfaatan ruang dibagi dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya. Sedangkan untuk Desa Ngraji termasuk dalam kawasan lindung setempat dan rawan bencana alam. Sedangkan untuk kawasan budidaya di Desa Ngraji termasuk memiliki kawasan budidaya khususnya pertanian lahan basah dan permukiman. Untuk lebih jelasnya mengenai pola pemanfaatan ruang Desa Ngraji sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada uraian berikut ini. Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan lahan secara luas seperti misalnya pemasangan papan reklame/pengumuman, pemasangan pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi jembatan, dan sebagainya masih bisa diperbolehkan Kawasan Lindung Kegiatan atau bentuk bangunan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan intensitas aliran air sama sekali dilarang atau tidak diperbolehkan. Sesuai dengan RTRW Kabupaten Grobogan , kawasan lindung yang ada di Desa Ngraji dapat dikelompokan menjadi kawasan lindung yang berfungsi kawasan lindung setempat dan kawasan rawan bencana. Kegiatan lain yang justru memperkuat fungsi perlindungan kawasan sempadan sungai tetap boleh dilaksanakan tapi dengan pengendalian agar tidak mengubah fungsi kegiatannya di masa mendatang. 1. Kawasan Lindung Setempat Lokasi di sepanjang seluruh aliran sungai dan seluruh aliran saluran irigasi di Desa Ngraji. Kawasan perlindungan setempat di Desa Ngraji meliputi kawasan-kawasan sebagai berikut: 2. Kawasan Rawan Bencana a. Sempadan Sungai Garis sempadan sungai bertanggul di kawasan perkotaan adalah 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Grobogan terdiri dari kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah, kawasan bencana kekeringan, dan kawasan bencana angin lisus. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kabupaten Grobogan mempunyai kawasan rawan bencana alam yang teridentifikasi terdiri dari : kawasan rawan banjir, rawan longsor dan rawan bencana kekeringan. Dalam rencana alokasi kawasan lindung di Kabupaten Grobogan ini ditetapkan hanya untuk kawasan rawan longsor, rawan banjir dan kekeringan, walaupun juga terdapat bencana angin lisus. Garis Sempadan Sungai Bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah 5 meter di sebelah Lokasi rawan bencana tersebut terbagi sebagai berikut : Sempadan sungai adalah kawasan garis batas pengamanan sungai/saluran. Kriteria sempadan sungai dan saluran dibedakan atas : Sungai Bertanggul luar sepanjang kaki tanggul. Kawasan rawan bencana banjir adalah kawasan yang rutin terjadi bencana banjir dalam kurun waktu tertentu, untuk kawasan ini sebaiknya dihindari sebagai daerah permukiman atau dilakukan usaha-usaha pengurangan banjir. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Grobogan terdapat di Kecamatan Godong, Grobogan, Gubug, Brati, Purwodadi, Tegowanu, Ngaringan dan Klambu, dengan kawasan banjir rutin di Kecamatan Gubug dan Tegowanu. Kawasan rawan bencana longsor berada di Kecamatan Purwodadi, Kradenan, Wirosari, Tanggungharjo, Pulokulon dan Tawangharjo. Kekeringan oleh masyarakat dianggap sebagai bencana karena masyarakat merasa kesulitan air untuk kebutuhan hidup. Kekeringan disebabkan karena jenis tanah yang sulit menyerap air, curah hujan rendah dan sedikitnya penghijauan. Lokasi rawan kekeringan berada di sebagian Kecamatan Geyer, Wirosari, dan Ngaringan. Sungai Tidak Bertanggul di Luar Kawasan Perkotaan : Sungai Besar adalah 100 (seratus) meter; Sungai Kecil adalah 50 (lima puluh) meter; Masing-masing diukur dari tepi sungai pada waktu ditetapkan, pada setiap ruas daerah pengaliran sungai. Saluran Bertanggul : 3 meter untuk saluran irigasi dan pernbuangan dengan debit 4 m3/detik atau lebih diukur dari luar kaki tanggul; 2 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 1-4 m3/detik; 1 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit kurang dari 1 m 3/detik diukur Berdasarkan RTRW Kabupaten Grobogan maka Desa Ngraji dengan melihat kondisi yang ada termasuk dalam kategori kawasan rawan bencana banjir dan longsor (tepian sungai). Arahan pengelolaan kawasan ini adalah sebagai berikut : dari luar kaki tanggul; Saluran Tidak Bertanggul : Kawasan rawan banjir permanen tidak diijinkan untuk permukiman dan kegiatan lainnya. Pada kawasan ini secara bertahap dan terencana kegiatan yang sudah ada dipindahkan. II-3

8 Penataan bangunan dan pemindahan kegiatan (apabila memungkinkan) di sekitar sungai serta normalisasi sungai dan saluran/sistem drainase. kering dalam meningkatkan produksi lahan pangan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kegiatan yang berdampak dapat mempengaruhi kelancaran saluran/sistem drainase di kawasan ini dilarang, sedangkan pembangunan fisik berupa pengembangan saluran drainase diutamakan. Pada kawasan rawan longsor dilarang digunakan untuk kegiatan permukiman. Pada kawasan ini selain untuk kegiatan pertanian lahan kering, juga diperkenankan mengusahakan tanaman keras yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman, dan apabila memenuhi syarat dapat diberikan Hak Guna Usaha (HGU). Selain itu, pada kawasan ini dapat dikembangkan kegiatan agroindustri dan agrowisata. Daerah rawan bencana, hendaknya diberi penyuluhan dan peringatan akan bahaya yang mungkin terjadi di waktu mendatang. Perlu adanya koordinasi lintas sektoral dan daerah berkaitan dengan pengaturan kewenangan pengelolaan wilayah sungai, terutama dengan instansi terkait. Arahan pengelolaan kawasan pertanian lahan kering diatur sebagai berikut : Pengolahan lahan dengan menggunakan teknologi yang sesuai dan ditetapkan pemerintah. Pada kawasan rawan longsor dilakukan kegiatan reboisasi dan penghijauan. Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki produktifitas atau daya saing tinggi. Penambahan sarana diperkenankan. Konversi lahan dapat dilakukan dengan tetap mengingat fungsi utama, daya dukung, dan kesesuaian dengan aktifitas sekitar. Lokasi kawasan pertanian lahan kering tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Grobogan Kawasan Budidaya Kawasan budidaya merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan manusia, dimana kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk segala kegiatan yang menunjang hidup manusia, antara lain: hutan produksi, hutan rakyat, kawasan pertanian, kawasan peternakan, kawasan perikanan, kawasan permukiman, dan sebagainya. Berdasarkan RTRW Kabupaten Grobogan , kawasan budidaya yang ada dan bisa dikembangkan di Desa Ngraji adalah kawasan pertanian, kawasan peternakan, dan kawasan permukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut ini. 1. Kawasan Pertanian A. Kawasan Pertanian Lahan Basah prasarana pendukung dan pengolahan hasil-hasil pertanian 2. Kawasan Peternakan Kawasan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan lahan yang sesuai untuk kegiatan peternakan dalam menghasilkan produksi peternakan seperti ternak dan hasil ternak lainnya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian lahan basah karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang sesuai dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan sesuai untuk lahan basah dalam menghasilkan produksi pangan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan ini merupakan kawasan padang rumput atau semak belukar cukup luas (minimum 2 hektar), yang diperuntukkan bagi melepaskan dan sekaligus memelihara ternak. Lokasi untuk kawasan peternakan diutamakan pada tanah yang tidak produktif dan terpisah dari lahan pertanian penduduk sekitarnya. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi penanaman tanaman padi secara terus-menerus dengan pola tanam yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota setempat. Penggunaan jenis tanaman laian selain padi diperkenankan apabila air tidak mencukupi atau dengan pertimbangan pencapaian target produktivitas optimal melalui tanaman selingan seperti palawija. Pengarahan lokasi kawasan peternakan memperhatikan beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut : Lokasi rencana peruntukan lahan untuk pertanian lahan basah berada di sebagian Kecamatan Tegowanu, Tanggungharjo, Gubug, Godong, Karangrayung, Klambu, Penawangan, Brati, Grobogan, Purwodadi, Toroh, Geyer, Tawangharjo, Wirosari, Pulokulon, Kradenan, Gabus dan Ngaringan. 2. sosial, meliputi aspek keagamaan, polusi udara dan air, aspek keamanan, dan atau kesehatan masyarakat/lingkungan. Kawasan pertanian lahan basah memiliki fungsi dan peran dalam mencukupi kebutuhan pangan. Untuk mengurangi ketergantungan dengan wilayah lain dan sebagai upaya meningkatkan produktifitas, maka usaha-usaha dan pengelolaan yang perlu dilakukan adalah : Pengelolaan sistem irigasi dengan baik sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan status irigasi. Perubahan atau konversi lahan pertanian ke non pertanian, seminimal mungkin dicegah dan harus memperhatikan produktifitas. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung pertanian terutama bangunan untuk irigasi diperbolehkan selama bertujuan untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil pertanian. Penggunaan teknologi dan modernisasi dalam pengelolaan pertanian diperlukan. B. Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan pertanian lahan kering adalah kawasan yang berfungsi untuk kegiatan pertanian lahan kering karena didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadai dengan tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian lahan 1. Fisik, yang meliputi topografi, pola drainase, jarak terhadap permukiman terdekat, ketersediaan air, penggunaan tanah, dan kemampuan tanah. 3. ekonomi, meliputi aspek kesehatan ternak dan aspek kompetisi antar peternak dan aspek pemasaran. Lokasi kawasan peternakan ini tersebar di Kecamatan Toroh dan Wirosari. Pokok-pokok arahan pengelolaan kawasan peternakan adalah sebagai berikut : Usaha peternakan yang sudah ada dan berada di luar kawasan peternakan serta tidak memenuhi persyaratan lokasi, secara bertahap diusahakan pemindahannya ke tempat yang memenuhi syarat atau telah ditetapkan. Kegiatan baru yang merupakan kegiatan yang harus dipindahkan dari kawasan peternakan di antaranya adalah: perumahan, industri dan pabrik. Di dalam RTRW Kabupaten Grobogan memang tidak menyebutkan bahwa Kecamatan Purwodadi (Desa Ngraji) sebagai kawasan peternakan, namun dengan melihat kondisi dan potensi peternakan yang ada di Desa Ngraji maka perlu kiranya di dalam RPLP ini ditegaskan bahwa Desa Ngraji merupakan desa potensial untuk pengembangan kegiatan peternakan. 3. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan. Tujuan dari II-4

9 pengelolaan kawasan ini adalah untuk menyediakan tempat permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. No Jenis Kawasan Ilmu Pengetahuan 3 Kawasan Rawan Bencana Alam B Kawasan Budidaya a. Hutan produksi b. Pertanian lahan basah c. Pertanian lahan kering d. Tanaman tahunan/perkebunan e. Peternakan f. Pertambangan g. Peruntukan industri h. Pariwisata i. Permukiman k. Prasarana Kawasan (jalan, sungai, dll) Jumlah Kriteria kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. Secara keruangan, kawasan permukiman ini terdiri dari permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan. a. Kawasan Perdesaan Kawasan permukiman perdesaan pada dasarnya adalah tempat tinggal yang tidak dapat dipisahkan (atau letaknya tidak boleh terlalu jauh) dengan tempat usaha. Oleh karenanya, pengembangan permukiman atau rumah tempat tinggal di desa yang bersangkutan, dengan jarak maksimum dari pusat desa 250 meter. Kawasan permukiman yang saat ini belum terbangun, diutamakan peruntukannya bagi perluasan permukiman penduduk yang tinggal di perkampungan terdekat. Arahan pemanfaatan kawasan permukiman perdesaan adalah : Kawasan permukiman perdesaan tidak dapat dipisahkan dengan tempat usaha pertanian. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan sebisa mungkin tidak dilakukan melalui konversi (alih fungsi) lahan pertanian. Luas (ha) Persentase ,02% 93,28% 34,10% 32,85% 8,45% 0,51% 1,82% 1,01% 0,84% 0,31% 10,11% 3,28% ,00% Sumber : Tim Penyusun RTRW, 2008 Jika alih fungsi lahan pertanian bagi pembangunan permukiman perdesaan tidak bisa dihindarkan maka sebaiknya alih fungsi tidak dilakukan pada tanah sawah beririgasi KONDISI WILAYAH PERENCANAAN b. Kawasan Perkotaan Kawasan permukiman perkotaan dapat terdiri atas bangunan rumah tempat tinggal, baik berskala besar, sedang, atau kecil; bangunan rumah campuran tempat tinggal/usaha; dan tempat usaha. Pengembangan permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan penduduk di sekitarnya, seperti ibukota kecamatan, ibukota kabupaten, agar dialokasikan di sekeliling kota yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal permukiman yang telah ada. Untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan ini, diperhatikan beberapa hal berikut : Sejauh mungkin tidak menggunakan tanah sawah beririgasi teknis dan setengah teknis, yang intensitas penggunaannya lebih dari satu kali dalam satu tahun. Pengembangan permukiman pada sawah non-irigasi teknis atau kawasan pertanian lahan kering diperkenankan sejauh mematuhi ketentuan yang berlaku mengenai peralihan fungsi peruntukkan kawasan Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Desa Ngraji terletak di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari pusat Kota Purwodadi. Luas wilayah Desa Ngraji 566,470 Ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 294 Ha.. Secara adminstratif Desa Ngraji terbagi menjadi 5 (Lima) dusun, yaitu: Dusun Ngraji, Dusun Ngablak, Dusun Dadabong, Dusun Cabean, Dusun Tempel. Desa Ngraji terbagi atas atas 6 Rukun Warga (RW) dan 66 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk Desa Ngraji adalah jiwa terdiri dari jiwa lakilaki dan jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Desa Ngraji adalah 2715 Kepala Keluarga. Desa Ngraji secara administratif berbatasan dengan: Lokasi kawasan permukiman baik perkotaan maupun pedesaan tersebar di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan, antara lain IKK yang ada di bawah ini : Sebelah Timur : Desa Karanganyar Sebelah Barat : Desa Tambirejo Tabel II.3 Rencana Alokasi Kawasan Lindung dan Budidaya di Kabupaten Grobogan Luas No Jenis Kawasan Persentase (ha) ,72% A Kawasan Lindung Kawasan Perlindungan ,45% 1 Setempat a. Sempadan Sungai ,67% b. Sempadan Danau/Waduk 149 0,08% c. Sekitar Mata Air ,70% 2 Kawasan Cagar Budaya dan 500 0,25% Sebelah Utara : Desa Kalongan Sebelah Selatan : Desa Kandangan II-5

10 Topografi Secara umum wilayah Desa Ngraji merupakan daerah yang landai dengan ketinggian rata-rata 22 m di atas permukaan laut. Wilayah Desa Ngraji memiliki karakteristik daerah pertanian potensial dengan jenis tanaman padi dan holtikultura sebagai komoditas unggulan. Kondisi topografi yang landai ini memiliki keuntungan secara geografis sebagai pengembangan daerah permukiman, namun tetap harus dikendalikan karena berkaitan dengan alih fungsi lahan. Dan sebisa mungkin untuk meminimalisir alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman, mengingat sebagian besar areal persawahan di Desa Ngraji merupakan persawahan dengan irigasi teknis Hidrologi Suatu kawasan ditentukan oleh kondisi geologi termasuk iklim yang terjadi dalam wilayah tertentu/ Kondisi hidrologi memiliki peranan penting dalam kaitannya pengembangan suatu wilayah, kususunya dalam pemenuhan kebutuhan air untuk aktivitas masauarakat setempat. Desa Ngraji yang memiliki potensi pertanian produktif yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan agrobisnis. Dimana potensi pertanian ini didukung oleh saluran irigasi dari Waduk Kedungombo serta embung yang terdapat di Desa Ngraji membuat pertanian sangat potensial untuk dikembangkan, selain itu Desa Ngraji juga dijadikan percontohan untuk holtikultura, sehingga membutuhkan sumber air dalam menunjang kegiatan tersebut. Desa Ngraji pada kondisi eksisting dilewati oleh dua sungai besar dan memiliki embung air, hal ini merupakan potensi untuk pengembangan pertanian dan sumber air untuk irigasi teknis yang menunjang aktivitas masayrakat setempat. Namun disisi lain masih diperlukan penyadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai atau saluran irigasi karena akan mengganggu fungsi yang seharusnya dapat terwadahi. Tetapi dalam suatu musim, misalnya musim penghujan timbul permasalahan diwilayah tersebut yang diakibatkan oleh meluapnya sungai yang terdapat di wilayah tersebut. Kondisi genangan air dari luapan sungai mencapai ke permukiman warga yang letaknya dekat dengan sungai, tidak hanya menggenangi permukiman saja areal pertanian juga ikut tergenangi, hal ini menjadi permaslahan serius apabila tidak segera ditangani karena merugikan masyarakat setempat. II-6

11 II-7

12 Klimatologi Kondisi Klimatologi Desa Ngraji secara umum sama dengan kondisi iklim di Indonesia yaitu iklim tropis yang dipengaruhi oleh 2 musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. Suhu rata-rata Desa Ngraji 35oC, sedangkan suhu maksimum dapat mencapai 40oC. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, sedangkan curah hujan terendah biasa terjadi pada bulan Maret Vegetasi Vegetasi yang mendominasi di Desa Ngraji merupakan vegetasi produktif yaitu areal lahan pertanian padi sawah yang terlihat merata di sekitar areal permukiman. Selain itu, vegetasi yang mendukung di sekitar kana kiri jalan utama Desa Ngraji yang berfungsi sebagai peneduh. Sedangkan vegetasi yang berada di sekitar rumah biasanya merupakan tanaman pekarangan yang berfungsi sebagai peneduh dan pengindah dan ada sebagian yang merupakan tanaman produktif buah-buahan Penggunaan Lahan Desa Ngraji memiliki luas wilayah 564,383 Ha, dengan fungsi lahan sawah yang memiliki luasan paling besar, yaitu 397,882. Sedangkan untuk permukiman dengan luas 90,806 Ha, dan kebun 70, 861 Ha, sedangkan yang paling kecil luasannya adalah fasilitas umum yaitu sebesar 4,894 Ha Tabel II.4 Jenis Penggunaan Lahan Desa Ngraji Tahun (Ha) jenis penggunaan Luasan No lahan (Ha) 1 Permukiman Sawah Kebun Fasilitas Umum jumlah Sumber : Monografi Desa Ngraji, II-8

13 II-9

14 2.3. KEPENDUDUKAN Jumlah Penduduk Komposisi penduduk berdasarkan monografi Desa Ngraji Kecamatan Grobogan dari 2010 hingga 2012 dapat dilihat melalui tabel dibawah ini : Kelompok Umur Laki -laki Purwodadi Kabupaten Tabel II.5 Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur Desa Ngraji Tahun Perem LakiPerem Laki Jml Jml puan laki puan -laki > 60 Jumlah Perem puan muda dituntuk untuk lebih produktif untuk mengimbangi angka ketergantungan tersebut. Sumberdaya alam pertanian dan industri menengah kecil masyarakat serta peternakan di Desa Ngraji membutuhkan sumberdaya manusia (khususnya para pemuda) untuk mampu mengolah secara efektif, efisien dan inovatif dengan teknologi yang semakin berkembang untuk meningkatkan nilai ekonomis yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ngraji. Potensi sumberdaya manusia yang cukup besar untuk mengolah sumberdaya alam di Desa Ngraji juga harus diimbangi dengan kualitas sumberdaya manusia yang ada untuk mampu mengolah potensi alam yang ada dengan sebaik-baiknya dan bijaksana. Berdasarkan data monografi tahun 2012, jumlah penduduk Desa Ngraji sebanyak jiwa, yang terdiri dari 5448 jiwa perempuan dan 5415 jiwa laki-laki. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 dan 2011 jumlah penduduk selalu mengalami kenaikan, pada tahun terjadi kenaikan jumlah penduduk, dan jumlahnya cukup signifikan, yaitu pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk 9277 dan mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 9714 jiwa penduduk. Jml Mata Pencaharian Dominasi aktivitas pertanian terlihat dari data di bawah ini yang menunjukkan bahwa 59,1% penduduk Desa Ngraji melakukan aktivitas di bidang pertanian, disusul kemudian oleh aktivitas sebagai karyawan swasta sebanyak 30,1%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini PNS TNI/POLRI Karyawan (swasta) Wiraswasta Pertukangan Buruh Tani/Petani Pensiunan Pemulung Jasa/Lainnya ,00 Sumber : Monografi Desa Ngraji, Gambar 2.1 Grafik Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur Desa Ngraji Tahun 2012 No Tabel II.6 Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian Desa Ngraji Tahun Jenis/Bidang Pekerjaan Jumlah % Sumber : Monografi Desa Ngraji, 2012 Sumber : Tabel II.3. Dari tabel dan grafik di atas terlihat bahwa ketersediaan sumberdaya manusia cukup besar untuk mampu mengolah potensi sumberdaya alam yang tersedia, khususnya potensi pertanian. juga dapat dilihat angka ketergantungan juga tinggi hal ini dilihat dari banyaknya tingkat usia yang lanjut, sehingga usia II-10

15 Gambar 2.2 Grafik Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian Desa Ngraji Tahun 2012 Sedangkan berdasarkan kondisi fisik bangunan dapat teridentifikasi lokasi permukiman di Desa Ngraji sebagai berikut : Tabel II.8 Kondisi Fisik Bangunan Rumah Tidak Layak Huni RT/ RW Sumber : Tabel II.5. Alas Ventilasi/ Jendela Dinding Atap Kamar mandi WC Saluran Tempat Sampah Penera ngan Tanah Papan Gedek <4 Gen teng lain nya Permanen Permanen ada / tdk ada / tdk ada / tdk Sumber: Hasil PS Desa Ngraji FASILITAS LINGKUNGAN Hunian Pendidikan A. Kondisi Fisik Dasar Permukiman Permukiman di Desa Ngraji dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: rumah permanen, rumah semi permanen, dan rumah tidak permanen. Pengelompokan ini didasarkan pada material penyusun struktur rumah. Rumah permanen tersusun atas tembok/dinding dari campuran batu bata dan semen serta lantai yang berkeramik, untuk rumah semi permanen tersusun atas perpaduan antara tembok/dinding batu bata dan semen dengan papan/bambu. Sedangkan rumah tidak permanen terbuat dari papan/bambu sertai lantai dari tanah. Jumlah rumah di Desa Ngraji didominasi oleh rumah tidak permanen 1054 unit dari total jumlah rumah di Desa Ngraji, sedangkan rumah permanen dan semi permanen sekitar 663 dan 101 unit. Melihat kondisi ini, maka kawasan permukiman di Desa Ngraji memerlukan perhatian khusus untuk peningkatan kualitas permukiman dan penataan bangunan serta lingkungan sekitar untuk mewujudkan lokasi hunian yang lebih bersih, sehat, dan nyaman sebagai tempat tinggal. Tabel II.7 Kondisi Tempat Tinggal Desa Ngraji Berdasarkan Jenis Rumah Tahun Tahun Persentase (%) No Keterangan 1 Permanen Non permanen Semi permanen Jumlah Sumber : Hasil Pemetaan Swadaya, Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk meningkatkankualitas pembangunan suatu wilayah, karena kualitas SDM dapat diukur dari seberapa besar tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat. Kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan warga masyarakat yang baik dan berpendidikan. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia dapat dijadikan sebagai salah satu indikator perkembangan suatu wilayah. Kualitas sumber daya manusia yang baik dan unggul erat kaitannya dengan sarana pendidikan yang baik guna mewujudkan usaha dalam peningkatan mutu kualitas pendidikan di negara ini. Pendidikan merupakan variable input yang mempunyai determinasi kuat terhadap kualitas manusia sebagai individu maupun masyarakat. Output yang dihasilkan adalah produktivitas, kreativitas, etos kerja, dan kemandirian. Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan kemajuan penduduk adalah status, pendidikan tertinggi, partisipasi dan kemampuan baca tulis serta berbahasa Tingkat pendidikan masyarakat Desa Ngraji dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenjang pendidikan yang pernah ditempuh. Dari kelompok tersebut pendudukan yang hanya tamatan SLTP/SLTA menempati jumlah yang paling besar yaitu 8426 jiwa atau 91,01% pada tahun Sedangkan penduduk Desa Ngraji yang menempuh pendidikan lulusan akademi menempati jumlah paling sedikit yaitu 112 orang atau 1,2% saja. Berdasarkan data data tersebut, tingkat pendidikan di Desa Ngraji pada tahun terahir terus meningkat, hal ini berarti kebutuhan akan pendidikan dirasa penting bagi penduduk setemopat. Dengan tingginya partisipasi pendidikan setinglkat SLTP/SLTA diharapkan mampu menjadi sumberdaya manusia yang mumpuni untuk mengolah potensi lokal demi terwujudnya kesejahteraan. Berikut disajikan data pendudukmenurut tingkat pendidikan: II-11

16 Tabel II.9 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Ngraji Tahun No Keterangan Tamat perguruan tinggi Tamat SLTA/SLTP Tidak tamat SD/Tamat SD Belum tamat SD/tidak sekolah Jumlah Tahun Persentase (%) , , , , Sumber: Hasil Pemetaan Swadaya, 2013 Grafik 2.3 Grafik Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Desa Ngraji Tahun 2012 Tabel II.10 Kebutuhan Jumlah Sarana Pendidikan Eksisting Desa Ngraji Jumlah Standar Jenis Sarana Eksisting SNI TK 5 9 SD/MI 5 7 SMP/MTS 2 2 Sumber : Hasil Analisi Tim Penyusun, 2013 Berdasarkan data diatas, jumlah sarana pendidikan di Ngraji masih kekurangan terutama TK, untuk pendidikan anak usia dini perlu penambahan dalam perencanaan kedepan masing-masing memerlukan penambahan untuk TK 4 unit dan SD 2 unit,untuk SMP unit yang ada sudah mampu melayani kebutuhan masyarakat. Penambahan fasilitas pendidikan guna menunjang peningkatan kualitas SDM sehingga salah satu akar penyebab kemiskinan dapat diminimalisir. Selain itu perlu adanya peningkatan mutu pendidikan itu sendiri baik secara fisik maupun sistem pembelajaran terutama untuk Sekolah Dasar Kesehatan Kesehatan sangat dipengaruhi oleh pola dan perilaku masyarakat serta kondisi lingkungannya. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan yang komprehensif dan terintegrasi yang dilakukan oleh semua pihak agar penyelesaiannya efektif. Upaya pembangunan di bidang kesehatan masyarakat, diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat mencakup gizi masyarakat dan perbaikan kualitas lingkungan. Selain itu penambahan fasilitas kesehatan publik juga perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas. Kualitas lingkungan yang buruk menjadi salah satu sumber timbulnya berbagai macam penyakit. Hal ini bisa dilihat masih banyaknya warga Ngraji yang menjadikan dapur sekaligus sebagai tempat ternak sapi ataupun kambing. Selain itu sebagian besar rumah penduduk Ngraji belum dilengakpi dengan WC permanen yang bersih dan layak dibandingkan dengan menggunakan WC Cemlung yang berada dibelakang rumah. Hal ini terjadi terkait kondisi geografis Desa Ngraji yang sedikit memiliki sungai dan lahan belakang rumah atau kebun yang relatif luas. Tabel.II.11 Sarana Kesehatan Jenis Sarana Sumber: Tabel II.9. Berdasarkan data diatas, jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Ngraji selama tiga tahun terakhir ( ) mengalami perubahan yang cukup signifikan dan diindikasikan setiap tahun pendidikan terahir semakin bertambah jumlah penduduknua, tingginya peningkatan ini mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan cukup tinggi. Sementara itu jumlah penduduk yang berpendidikan akademi dan perguruna tinggi paling kecil 1,2% saja.diharapkan sedikitnya jumlah penduduk yang berpendidikan hingga perguruan tinggi tersebut mampu menjadi motor penggerak bagi pembangunan dan kemajuan Desa Ngraji. Disisi lain perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan di Ngraji. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) maka kebutuhan sarana pendidikan formal eksisiting di Ngraji adalah sebagai berikut: Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan/dokter Posyandu Jumlah Eksisting 1 Standar SNI Sumber : Hasil Analisi Tim Penyusun, 2013 Berdasarkan perhitungan Standar Nasional Indonesia (SNI) kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan Posyandu di Desa Ngraji masih perlu penambahan 4 unit namun di Desa tersebut hanya ada 5 dusun dan dengan keberadaan 5 posyandu dirasa cukup melayani kebutuhan akan posyandu bagi masyarakat setempat, untuk pengobatan dokter sudah cukup untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat. Selain itu Desa Ngraji juga sudah mempunya 1 unit Pustu (Puskesmas Pembantu) yang berada di Dusun Ngraji. Berdasarkan jumlah penduduk yang ada seharusnya tidak wajib memliki PUSTU namun dalam kondisi eksisting didapati guna melayani pusat kesehatan masyarakat. II-12

17 Peribadatan Perdagangan dan Jasa Sarana peribadatan merupakan tempat ibadah seseorang terhadap Tuhannya secara langsung. Oleh sebab itu penyediaan kebutuhan sarana seperti masjid, musholla dan gereja perlu ditingkatkan karena hal ini juga secara tidak langsung akan menjaga kerukunan antar umat beragama. Selain itu konflik multi etnis dan golongan pun bisa dihindarkan apabila kehidupan antar umat beragama hidup rukun dan damai. Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama di Desa Ngraji, hampir seluruh masyarakatnya beragam Islam yaitu jiwa atau 99,83% dan sisanya adalah pemeluk agama Kristen sebanyak 6 jiwa, katolik 8 jiwa dan budha sebanyak 4 jiwa, dan hal ini merupakan suatu potensi Sumber Daya Manusia dibidang keagamaan dilihat penduduk yang memelukl agama islam cukup besar, sehingga bisa dikembangkan untuk membuat suatu kelembagaan-kelembagaan ataupun kelompok yang berbasis Islam untuk menciptakan suatu pembangunan yang berorientasi terhadap nilai-nilai Keislaman. Selain itu, potensi kegamaan Islam di Desa Ngraji harus diakomodir terhadap kepentingan peribadatan tersebut dengan menciptakan sarana peribadatan yang sesuai dengan jumlah kebutuhannya. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan sarana peribadatan adalah sebagai berikut: Perdagangan dan jasa merupakan unsur penting terhahadap kelangsungan perekonomian di Desa Ngraji. Terdapatnya pasar umum di Dusun Tempel dan Dusun Ngablak merupakan aktivitas utama perekonomian yang memberikan pelayanan akan kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Selain itu terdapatnya beberapa jumlah toko/ warung yang berada tersebar dipinggir jalan dan di tengah permukiman penduduk yang mudah dijangkau memberikan kemudahan bagi pembeli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan sektor jasa di Ngraji berupa jasa angkutan dan lain-lain. Berikut ini disajikan tabel kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa yang ada di Ngraji. Tabel II.14 Jumlah Sarana Perdagangan Desa Ngraji Tahun Jumlah (unit) Jenis Sarana Pasar umum Kelompok simpan pinjam Toko/kios Sumber: Monografi Desa Ngraji, Jumlah sarana perdagangan di Desa Ngraji selama tiga tahun terakhir ( ) tidak mengalami perubahan. Di Desa Ngraji terdapat pasar lingkungan. Skala pelayanan pasar tersebut yaitu untuk melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat Ngraji. Pasar tersebut hanya beroperasi setengah hari mulai pagi sampai siang. Selain itu terdapat kelompokn simpan pinjam juga di Desa Ngraji dan hingga saat ini baik pasar maupun kelompok simpan pinjam masih beroperasi secara aktif. Sementara untuk aktivitas usaha atau jasa di Desa Ngraji dapat diidentifikasi sebagai berikut: Tabel II.12 Kebutuhan Jumlah Sarana PeribadatanEksisting Desa Ngraji Jumlah Standar Jenis Sarana Eksisting SNI Mushola Masjid 6 4 Gereja 0 0 Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2013 Berdasarkan data diatas, kebutuhan sarana peribadatan berupa masjid sudah mencukupi, sedangkan musholla juga sudah mencukupi bahkan untuk kebutuhan sarana mendatang juga sudagh mampu mencukupi karena banyaknya jumlah mushola yang ada di Desa Ngraji. Sementara untuk gereja dan vihara saat ini belum diperlukan. Selain penyediaan sarana peribadatan, di Desa Ngraji saat ini juga terdapat lembaga-lembaga keagamaan yang memiliki peran startegis sebagai kontrol sosial dan wadah aspirasi keagamaan bagi pemeluknya. Berikut ini lembaga-lembaga kegamaan yang teridentifikasi di Desa Ngraji: Tabel II.15 Banyaknya Usaha atau Jasa Desa Ngraji Tahun Jenis Usaha/jasa Tabel II.13 Banyaknya Lembaga Kegamaan Desa Ngraji Jumlah Jumlah Nama Lembaga (kelompok) Anggota Majelis Masjid Remaja Masjid Majelis taklim Industri rumah tangga Warung makan Perdagangan Angkutan Lain-lain Jumlah (unit) Sumber: Monografi Desa Ngraji, 2012 Sumber: Monografi Desa Ngraji, 2012 II-13

18 Berdasarkan data diatas, jumlah usaha dan jasa di Desa Ngraji selama tiga tahun terakhir mengalami perubahan. Perubahan paling signifikasn adalah home industri yang pada tahun 2010 hanya sebesar 13 pengrajin namun pada tahun 2012 terdapat penambahan 45 pengrajin menjadi 58 pengrajin. Perlu adanya modal usaha yang lebih besar bagi pelaku usaha rumah tangga agar mampu mengembangkan usahanya dan bisa menciptakan inovasi-inovasi serta diversifikasi jenis usaha maupun bahan baku. Adanya jalan lokal sekunder yaitu Jl.Danyang Kuwu yang menghubungkan Desa Danyang dengan Desa Kuwu membuka peluang usaha dibidang perdagangan yaitu usaha berupa warung makan. Selain jumlah pelayanan masyarakat oleh pemerintah, banyaknya pembinanaan perangkat desa yaitu ketua RT dan ketua RW oleh pemerintahan Ngraji juga menjadi indikator tingkat keberhasilan pemerintah yaitu peduli terhadap perangkat terendah tingkat desa. Selama tiga tahun terakhir, pemerintahan Ngraji telah melakukan pembinaan kepada semua ketua RT dan RW masing-masing dusun yang berjumlah 66 orang dan 6 orang. Diharapkan terjadi suatu hubungan yang konstruktif dan terjadi sinergitas antar masing-masing perangkat desa mulain tingkat RT hingga kepala desa. Adapun perangkat desa di Ngraji dibagi menjadi 3 unsur yaitu Kepala Urusan dan Kepala Dusun yang masing-masing berjumlah 5 orang serta dibantu oleh staf. Kepala urusan dibagi menjadi 2 yaitu kaur kesra dan kaur pengairan. Kaur kesra bertugas mengurusi nikah, cerai, talak, rujuk, kelahiran dan kematian. Sedangkan kaur pengairan bertugas untuk pembagian air ataur irigasi petani. Sedangkan Kepala Dusun (kadus) merupakan jabatan fungsional tertinggi ditingkat dusun dengan ketentuan satu dusun dipimpin oleh kadus UTILITAS Pemerintahan JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN Pusat pemerintahan Desa Ngraji berada di Dusun Ngraji dimana terdapat balai desa, kantor desa dan fasilitas umum berupa lapangan tenis dan bulu tangkis yang berada di satu lahan yang sama. Selain itu juga terdapat fasilitas sosial berupa sarana kesehatan yaitu posyandu bagi Dusun Ngraji. Selain berfungsi untuk melayani publik, pemerintahan juga sangat berfungsi untuk urusan tata kelola dan administrasi suatu desa sehingga tercipta suatu kehidupan desa yang terintegrasi dan independen. Salah satu indikasi keberhasilan suatu pemerintahan adalah bukan seberapa banyak suatu kebijakan atau keputusan itu dikeluarkan akan tetapi keberhasilan pemerintahan itu adalah seberapa besar kebijakan dan keputusan itu bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini paling tidak bisa dilihat dari banyaknya jumlah pelayanan masyarakat oleh perangkat pemerintahan Desa Ngraji. Untuk mengetahui jumlah pelayanan masyarakat oleh pemerintahan dapat dilihat pad atabel berikut: Tabel II.16 Jumlah Pelayanan Masyarakat Desa Ngraji Tahun Jumlah (orang) Jenis Pelayanan Pelayanan umum Pelayanan Kependudukan Pelayanan Legalisasi Jumlah Sumber: Monografi Desa Ngraji, 2012 Jumlah pelayanan umum di Ngraji selama tiga tahun terakhir ( ) jumlah aparat pemerintahan yang melayani masayarakat baik pelayanan umum, pelayanan kependudukan dan pelayanan legalisasi tidak ada peningkatan anggota pemerintahan, pada tiap pelayanan didapati ada 1 orang aparat pemeriuntahan yang melayani masayrakat. Untuk kedepannya perlu peningkatan anngota pemerintahan dalam peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, agar pelayanan bias maksimal. Jaringan jalan yang terdapat di Desa Ngraji membentuk pola liner organik yaitu jaringan jalan yang mengikuti perkembangan permukiman dengan sumbu jalan utamanya yaitu Jl. Danyang Kuwu. Berdasarkan fungsinya, jalan di Ngraji terdiri dari 2 fungsi yaitu jalan lokal sekunder yaitu Jl. Danyang Kuwui yang menghubungkan Desa Danyang dengan Desa kuwu dan jalan lingkungan yaitu penghubung antar persil di tengah permukiman warga. Berdasarkan jenis perkerasannya jalan di Desa Ngraji dibagi menjadi 4 yaitu paving, makadam, beton dan tanah. Sedangkan berdasarkan kondisinya jalan di Ngraji dibagi menjadi tiga yaitu baik, sedang dan rusak. Jalan yang sudah dibeton meliputi Jl.Danyang Kuwu yang merupakan jalan lokal sekunder dengan sistem beton penuh yaitu semua sisi badan jalan dibeton dan jalan lingkungan dibeberapa dusun dengan sistem setengah penuh atau rabat beton yaitu hanya kedua sisi pinggir dari badan jalan yang dibeton. Kemudian jalan yang sudah dipaving meliputi jalan lingkungan disebagian kecil Desa Ngraji dengan sistem paving penuh dan setengah penuh. Selanjutnya jalan yang masih berupa makadam dan tanah meliputi hampir sebagian besar dusun di Ngraji. Berikut ini hasil identifikasi data jalan di Desa Ngraji pada tahun Tabel II. 17 Panjang jalan di Ngraji Tahun Tahun (km) Kondisi jalan Jalan desa bukan aspal 1 Jalan desa aspal -1 Jalan kabupaten 2 Sumber: Monografi Desa Ngraji, 2012 Berdasarkan data jalan diatas selama tiga tahun terakhir tidak begitu lengkap, hanya ada pada tahun 2012 keterangan panjang jalan. Pada kondisi eksisting jalan Kabupaten yang ad di Desa Ngraji sudah Beton penuh dnegan kondisi bagus. Jalan-jalan lingkungan yang menghubungkan permukiman warga sebagian besar belum beraspal atau makadam yaitu campuran perkerasan kerikil dan tanah sehingga kalau musim hujan akan menimbulkan genangan air (inundation) dan becek. Hampir semua dusun masih terdapat jalan lingkungan berupa makadam. Namun terdapat juga jalan lingkungan yang sudah berupa beton. Persebarannya semua dusun yaitu meliputi sebagian Dusun Ngraji, Dusun Ngablak, Dusun Dadabong, Dusun Cabean dan Dusun Tempel II-14

19 masih belum teraliri listrik dari PLN dan untuk aliran non PLN didapati 1,11 % atau 31 KK yang jumlahnya mnurun pada tahun sebelumnya sebesar 54 KK menjadi hanya 31 KK pada tahun Jaringan Telepon Terdapat dua sungai yang melintas di Desa Ngraji dipengaruhi oleh kondisi geografisnya. Persilangan antara jalan dengan sungai harus dihubungkan oleh keberadaan jembatan sehingga jaringan jalan tidak terputus dan sistem sirkulasi orang dan barang tetap berjalan. Selama tiga tahun terakhir jumlah jembatan yang ada di Desa Ngraji tidak mengalami peningkatan jumlah yaitu sebanya 2unit. Terdapatnya dua sungai yang menjadi perbatasan dusun tersebut menjadikan keberadaan jembatan sangat penting sebagai penghubung dua dusun tersebut. Konstruksi yang kuat dan perawatan yang baik akan menjadikan jembatan tersebut tidak cepat rusak Jaringan telepon saat ini di Desa Ngraji terdiri dari dua jenis yaitu jaringan kabel yang dilayani oleh PT Telkom dan Jaringan non kabel menggunakan telepon seluler yang dihubungkan dengan tower/bts. Namun untuk pemasangan jaringan telepon kabel masih terbatas pada daerah yang berada di koridor Jl. Danyang Kuwu yaitu penggunaan oleh instansi-instansi pemerintahan dan penduduk dengan tingkat perekonomian menengah keatas. Sedangkan untuk jaringan telepon non kabel yaitu telepon seluler relatif sudah menjangkau seluruh wilayah di Ngraji. Akan tetapi tidak adanya tower/bts di Ngraji yang berfungsi sebagai provider atau konektor antara satelit diluar angkasa dengan telepon seluler berakibat terjadinya naik turun sinyal sehingga sering menyebabkan komunikasi kurang lancar. Namun masyarakat setempat banyak juga yang memutusakan sambungan telepon, hal ini diikarenakan mayoritas masayrakat lebih memilih menggunakan seluler sebagai alat komunikasi Jaringan Air Bersih dan Sanitasi Jaringan Listrik Manfaat adanya listrik yaitu menjadi salah satu sumber kehidupan bagi penduduk di Ngraji. Saat ini aliran listrik di Ngraji sudah menjangkau semua wilayah di Desa Ngraji. Semua pasokan aliran listrik berasal dari PLN melalui jaringan sekunder Jawa-Bali dan dialirkan melalui Gardu Induk. Setelah itu pasokan listrik dialirkan ke desa-desa yang ada ada di Kabupaten Grobogan salah satunya Dusun Ngraji melalui sistem jaringan saluran udara, gardu tiang dan saluran rumah. Jaringan-jairngan listrik yang ada di Ngraji menggunakan jaringan kabel mengikuti jaringan jalan. Total penduduk yang telah mendapatkan aliran listrik dari PLN selama tiga tahun terakhir mengalami perubahan yang kecil yaitu 2718 KK penduduk yang sudah teraliri sumber energy listrik dari PLN. Berdasarkan Pedoman Teknik Analisa Tata dan Pedoman Teknik Baku Perencanaan Tata Ruang standar kebutuhan listrik yang digunakan adalah 120 watt/jiwa untuk orde I dan II, sedangkan untuk orde III dan IV adalah 90 watt/jiwa. Tabel II.18 Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Aliran Listrik (KK) Desa Ngraji Tahun Sumber Pasokan Persentase dibanding jumlah KK 97,66% ,1139 % 2007 Aliran dari PLN Aliran dari non PLN Sumber: Monografi Desa Ngraji 2012 Berdasarkan data diatas 2718 KK yang sudah mendapatkan penerangan listrik atau 97,66% dibandingkan dengan jumlah KK di Ngraji yaitu 2783 KK pada tahun Untuk pelayanan dari PLN aliran listrik sudah mampu dinikmati merata oleh masyarakat Desa Ngraji, nmun masih didapati yang Pelayanan kebutuhan air bersih di Desa Ngraji saat ini terbagi menjadi dua sitem yaitu system perpipaan dan system non perpipaan, sistem non perpipaan yaitu pengambilan air dengan cara langsung dari sumbernya tanpa melalui jaringan perpipaan. Sedangkan sumber perpipaan adalah pengambilan air dengan system pelayanan terpusa yang biasanya dari system perpipaan PDAM ataupun Sumur Artesis. Sumber air non perpipaan di Ngraji berasal dari air permukaan/sumur dan sungai maupun irigasi. Desa Ngraji juga mengambil air permukaan dengan cara menggali tanah untuk dijadikan sumur gali. Kedalaman sumur gali tersebut rata-rata mencapai m untuk mendapatkan air bersih guna memenuhi keperluan seharihari seperti mencuci, masak, mandi dan lain-lain. Adapaun pengambilan air sumur menggunakan mesin pompa dan pompa manual. Sedangkan untuk sanitasi, masih didapati sebagian rumah di Ngraji yang tidak memiliki pembuangan limbah rumah tangga seperti WC permanen. Sebagian besar penduduknya masih menggunakan WC Cemplung sebagai sarana pembuangan limbah yang letaknya sekitar 5 10 m dibelakang rumah. Kondisi lingkungan rumah yang tidak sehat ini sangat berpotensi terhadap timbulnya berbagai macam jenis penyakit karena tidak ada pengelolaan jaringan limbah yang sehat. Selain itu dengan masih didapatinya WC Cemplung akan mencemari air tanah dan menyebabkan degradasi kualitas lingkungan. Perlu adanya pengelolaan jaringan sanitasi yang terpadu dengan membuat septic tank secara komunal sehingga terjadinya pencemaran lingkungan dapat diminimalisir. Banyaknya penduduk yang mempunyai ternak sapi dan kambing dan Unggas dengan posisi kandang dan pembuangan kotoran berada satu lokasi dengan dapur menjadikan kondisi rumah yang tidak sehat dan menimbulkan bau kotoran. Maka perlu adanya pengelolaan kotoran ternak baik dari sistem jaringan II-15

20 pembuangan maupun pengolahannya yaitu dijadikan pupuk bagi pertanian dan biogas dari kotoran sehingga akan tercipta lingkungan permukiman yang sehat dan mandiri yang berbasis pada potensi lokal. dengan kondisi jalan yang rusak menjadikan transportasi lokal disana sepi. Masyarakat Ngraji lebih memilih menggunakan transportasi pribadi yaitu sepeda motor, mobil dan lain-lain. Berikut ini data tentang trasnprtasi di Desa Ngraji: Tabel II.19 Jumlah dan Jenis Sarana Transportasi Desa Ngraji Tahun Tahun Aspek Transportasi Jenis Sarana (jenis) 4 3 Sarana (buah) Jaringan Drainae Jaringan drainase yang ada di Ngraji dibagi menjadi dua yaitu drainase alam dan drainase buatan. Drainase alam yaitu berupa dua sungai yang melintasi Desa Ngraji. Kondisi kedua sungai tersebut kurang terawat terutama kedua sisi sungainya yang tidak bertalud sehingga memungkinkan terjadinya erosi dan sedimentasi yang menghambat aliran air dan berdampak pada luberan air/banjir. Sungai tersebut memiliki fungsi utama sebagai penampung limpasan air dan dimanfaatkan sebagaian penduduknya untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Selain itu juga dimanfaatkan penduduk untuk membuang limbah sehingga sungainya terlihat kotor. Sedangkan drainase buatan di Desa Ngraji berupa talud dan gorong-gorong hasil bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat. Talud dan gorong-gorong tersebut menampung limpasan air dari rumah penduduk pada saat hujan. Kondisi talud dan gorong-gorong tersebut sebagian sudah baik dengan perkerasan semen dikedua sisinya. Perlu adanya perbaikan kualitas sehingga semua talud dan gorong-gorong nantinya ada perkerasan kedua sisinya. Hal ini akan memperlancar aliran airnya sehingga bencana banjir yang pernah terjadi tidak terulangi. Perawatan sangat penting agar fungsinya tetap terjaga dan bertahan lama Jaringan Irigasi Desa Ngraji memiliki hamparan sawah irigasi yang cukup luas sebesar 331 ha dengan system irigasi teknis. irigasi tersebut sangat diandalkan penduduk untuk mengairi lahan pertanian mereka terutama pada saat musim kemarau. Sehingga keberadannya sangat penting bagi kelangsungan pertanian. Kondisi jaringan irigasi tersebut belum ada tanggul/talud di kedua sisinya, sehingga kemungkinan untuk erosi dan terjadinya sedimentasi tinggi. Selain itu terdapatnya rerumputan yang menjorok ke badan irigasi menyebabkan dimensi irigasi semakin kecil sehingga mengganggu aliran air. Kualitas air yang lebih bagus dibandingkan dengan sungai sering dimanfaatkan penduduk untuk melakukaan aktivitas sehari-hari seperti mencuci, memandikan ternak dan lain-lain Jaringan Transpotasi Lokal Desa Ngraji dilalui oleh jalan lokal sekunder yang menghubungkan dua desa yaitu Desa Danyang dan Desa Kuwu. Jalan tersebut merupakan jaringan transportasi lokal yang ada disana dengan beberapa jenis sarana transportasi yaitu transportasi umum dan transpotasi pribadi. Rotasi angkutan dengan frekuensi yang lumayan lama menjadi masalah bagi sektor transportasi di Ngraji. Selain itu aksesibilitas menuju Ngraji Sumber: Monografi Desa Ngraji, 2012 Berdasarkan data diatas selama tiga tahun terakhir jumlah dan jenis sarana transportasi di Desa Ngraji mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor transportasi disana berkembang seiring dengan adanya aktivitas perdagangan dan jasa di koridor jalan lokal sekunder yang,melewati Desa Ngraji ini. Pada koridor jalan tersebut banyak ditemui aktivitas menaikkan turun penumpang disepanjang jalan kawasan perdagangan dan jasa, hal ini mengindikasikan potensi perhubungan yang cukup progesif, namun permaslahan yang ditemui adalah belum ada halte untuk pemberhentian sementara dan lamanya menunggu sarana transportasi umum tersbut melintas RUANG TERBUKA HIJAU Taman Taman merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang dikelompokkan dalam dua jenis yaitu taman aktif dan taman pasif. Pengelompokan jenis taman tersebut didasarkan atas aktivitas yang ada didalamnya. Taman pasif yaitu jika taman tersebut tidak bisa digunakan untuk beraktivitas manusia didalamnya dan hanya bisa dinikmati keindahannya dari luar pagar. Sedangkan taman aktif yaitu jika taman tersebut bisa digunakan untuk beraktivitas didalamnya dan juga bisa dilihat keindahannya tanpa terbatas pagar. Taman yang ada di Desa Ngraji hanya berupa taman pasif yang terdapat di pinggir jalan lingkungan. Selain itu terdapat juga taman sederhana yang sifatnya privat yang hanya ditanami dengan tanaman palm yang tertata rapi dengan jarak pohon yang satu dengan yang lain sama Makam Makam merupakan salah satu fasilitas umum yang digunakan sebagai tempat penguburan orang yang sudah meninggal. Desa Ngraji hanya memiliki 3 makam islam yang terletak di Dusun Tempel, Dusun Ngablak dan Dusun Cabean. kondisi pemakaman di Desa Ngraji untuk di sebagian besar dengan kondisi makam apabila musim penghujan didapati genangan air yang menggenangi, sehingga perlu penanganan agar dapat meminimlisisr genangan air yang menjadi permasalahan bagi warga, selain itu untuk pemakaman di Dusun Ngablak akses jalan menuju pemakaman dengan kondisi rusak sedang sehingga perlu perbaikan agar mempermudah jangkauan masyarakat untuk pergi kemakam. II-16

21 Pekarangan dan Lahan Kosong jelas. Salah satu ciri wilayah perdesaan adalah masih terdapatnya lahan kosong disekitar rumah sepeti di Desa Ngraji. Lahan kosong tersebut biasanya dimanfaatkan untuk menggembala ternak dan dimanfaatkan untuk bercocok tanam berupa ketela pohon, cabai, jagung, pisang, tanaman musiman dan sebagainya sekaligus menjadi pembatas atau jarak antara satu rumah dengan lainnya. Sedangkan lahan kosong belakang rumah dimanfaatkan untuk membuang kotoran ternak dengan cara membuat cekungaan dan WC Cemplung. Ciri perdesaan lainnya adalah setiap rumah memiliki pekarangan yang luas namun tidak pemanfaatannya kurang optimal. Pekaranga rumah tersebut juga tidak memberikan batas kepemilikan yang Lapangan Olahraga Lapangan merupakan salah satu fasilitas umum yang digunakan untuk aktivitas olahraga. Lapangan olahraga yang ada di Desa Ngraji berupa lapangan sepakbola. Lapangan tersebut penyebarannya didapati pada Dusun Ngraji, Dusun Ngablak, Dusun Cabean. Kondisi lapangan tersebut sudah cukup bagus, hanya saja pada lapangan sepak bola tersebut yang sering dipakai untuk menggembala hewan ternak dan kondisinya semakin buruk jika musim hujan KOMODITAS LOKAL Pertanian Komoditi hasil pertanian yang ada di Desa Ngraji secara umum ada dua yaitu Padi dan Jagung. Hasil Pertanian Padi terbesar ada di Dusun Cabean dalam 2 kali panen jumlah yang dihasilkan sebanyak 2125,98 ton. Sedangkan jumlah hasil panen padi terkecil terdapat pada Dusun Tempel. Yang kedua ialah jumlah panen jagung. Jumlah panen jagung tertinggi juga dihasilkan oleh Dusun Cabean Adapun kegiatan pertanian yang ada di Desa Ngraji seperti bawang, palawija, dan tanaman sayuran lainnya namun dengan skala yang kecil. No Wilayah Dusun Ngraji Dusun Ngablak Dusun Dadabong Dusun Cabean Dusun Tempel Total Tabel II.20 Jumlah Panen Padi dan Jagung Tahun 2012 Luas Sawah Jumlah Panen Padi Per Jumlah Panen Jagung Per (Ha) Tahun (2x Panen) / Ton Tahun (1x Panen) / Ton , , , ,98 234, , , , ,77 91, Sumber : Hasil Pemetaan Swadaya, 2013 Gambar 2.4 Grafik Jumlah Panen Padi Tahun Daerah Sempadan Sungai/Saluran Irigasi Sempadan sungai dan saluran irigasi dimaksudkan untuk melindungi saluran dan sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik pinggir dan dasar serta mengamankan aliran air. Kondisi saluran dan sungai yang ada di Desa Ngraji saat ini belum ada talud pada dikedua sisinya sehingga belum mampu mengamankan daerah sempadan saluran dan sungai dari bahaya longsor yang dapat mengganggu aliran air dan meyebabkab sedimentasi atau pendangkalan. Selain itu derah sempadan sungai dan saluran irigasi yang tidak menggunakan perkerasan dikedua sisinya berpotensi terjadi erosi apabila kondisi air pasang dengan aliran air yang cukup deras juga akan berpotensi meluap dan menimbulkan genangan. Pada kondisi eksisting telah didapati sedimentasi atau pendangkalan sungai yang pada ahirnya berdampak pada pengurangan volume air yang mampu ditampung dan dialirkan melalui sungai ini dan akan mengakibatkan banjir bagi wilayah sekitar sungai. Sumber : Tabel II.20 II-17

22 Gambar 2.5 Grafik Jumlah Panen Jagung Tahun 2009 Jenis Ternak Jumlah peternak Populasi Itik Kelinci Ayam Kampung Sumber : Hasil Pemetaan Swadaya, 2012 Sumber : Tabel II Industri Kecil dan Rumah Tangga Industri kecil yang ada di Desa Ngraji selama 3 tahun terakhir mengalami perubahan yang cukup signifikasn, usaha tersebut banyak menyerap tenaga kerja yang akan memicu pertumubuhan ekonomi penduduk. Salah satu jenis usaha yang banyak digeluti masyarakat Desa Ngraji ialah industri pembuatan tahu dan tempe serta usaha pembuatan kasur lantai dan holtikultrura. Jenis industry kecil ini sangat berpotensiuntuk pembuatan kasur lantai merupakan indutri yang ada di Dusun Cabean yang merupakan Industri yang menyerap tenaga kerja paling banyak, yaitu sekitar 100 karyawan yang terserap dalam satu pengusaha di bidang usaha pembuatan kasur lantai. Dalam Hal ini peraan serta pemerintah sangat diharapkan dalam kelangsungan kehidupan UMKM di Desa Ngraji, terutama dalam aspek bantuan pengembangan dan permodalan serta pemasarannya Peternakan Kondisi Peternakan yang ada di Desa Ngraji terdiri dari 5 jenis peternakan yaitu Kambing, Sapi dan itik serta kelinci dan ayam kampung. Jumlah peternakan sapi tertinggi berada di Dusun Ngraji, hal ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat melihat potensi sapi yang tinggi dan kotoran yang dihasilkan juga cukup tinggi maka dibuatkan instalasi pembuatan biogas dari kotoran sapi. Peternakan selanjutnya yang ada di wilayah Desa Ngraji adalah kambing, untuk peternak kambing tersebar di seluruh wilayah dusun, dan untuk peternak unggas kususnya itik tersebar pada wilayah Dusun ngraji, itik yang dipelihara terdapat dua jenis yaitu itik pedagaing dan itik petelur. Untuk penjualan hasil peternakan dijual melalui bakul tetap/tengkulak. Tabel II.21 Jumlah dan Jenis Ternak Desa Ngraji Tahun 2012 Jenis Ternak Jumlah peternak Populasi Sapi Kambing KONDISI PELAYANAN PUBLIK Pelayanan public yang ada di Desa Ngraji Jumlah warga yang terlibat dalam unit baik di tingkat Kelurahan, Dusun, RT, RW maupun unit terkecil lainnya pada tahun 2010 sebanyak 83 orang dan 82orang pada tahun Untuk lebih jelajnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel II.22 Jumlah Pelayanan Publik Desa Ngraji Tahun Tahun No Dusun / RW Lembaga Jumlah Perangkat Kepala Desa/Kelurahan Urusan Kepala 5 5 Dusun Staf II-18

23 No 2 Dusun / RW Pembinaan RT/RW Jumlah Lembaga Jumlah RT Jumlah RW Tahun Sumber : Monografi Desa Ngraji, Organisasi Gabungan Kelompok Tani Bidang pertanian marupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Desa Ngraji karena sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani maka keteraturan harus dapat ditegakkan, dalam bidang pupuk misalnya, dengan adanya program pupuk bersubsidi dari pemerintah dapat meringankan warga masyarakat yang rata-rata berpendapatan rendah, namun apabila dalam mengakses program tersebut tidak adanya struktur organisasi kesemrawutan akan terjadi karena semua orang ingin mendapatkan pupuk berharga murah. Denga contoh permasalahan tersebut maka, beberapa kelompok tani membangun suatu struktur organisasi yang bertujuan untuk meminimalisir permasalahan. Secara spesifik Fungsi dari lembaga ini ialah sebagai berikut: 2.9. KONDISI KELEMBAGAAN 1. Pemersatu kegiatan kelompok-kelompok Tani agar tidak bekerja sendiri-sendiri 2.Penyatuan bibit-bibit, pengadaan kebutuhan pupuk organic dan non-organic agar tidak bersaing Di Desa Ngraji terdapat beberapa lembaga kemasyarakatan baik yang sifatnya formal maupun informal. Pada umumnya lembaga-lembaga ini melakukan pertemuan setiap satu bulan sekali. Kendalakendala yang dialami dalam kegiatan kelembagaan ini diantaranya keterbatasan dana dan kurangnya keaktifan anggota maupun kesadaran masyarakat untuk menjadi anggota. 3.Penyatu persepsi di bidang waktu penanam padi STRUKTUR ORGANISASI GABUNGAN KELOMPOK TANI NGUDI MAKMUR DESA NGRAJI Organisasi Pemerintahan Desa Jalannya Pemerintahan Desa yang sinergis tentunya tidak terlepas dari kelembagaan yang teratur. Kelembagaan Pemerintahan yang ada di Desa Ngraji sudah ada dan dapat berjalan sesuai dengan peraturan tata pemerintahan. Seorang Kepala Desa dipilih oleh rakyat berdasar atas azas- azas Demokrasi yang dianut oleh Negara republik Indonesia. Dalam Melaksanakan tugasnya seorang kepala desa berkoordinasi dengan Badan Permusyawaratan Desa. Dimana Badan Permusyawaratan desa terdiri dari wakil wakil masyarakat yang tergabung berdasarkan bidang ilmu atau keahlian yang dimiliki masingmasing. Kebijakan yang diturunkan oleh pemerintah pusat di musyawarahkan oleh forum ini, sehingga apabila suatu kebijakan dapat sesuai dengan kondisi desa maka kebijakan tersebut akan turun ke Sekretaris Desa yang kemudian di lanjutkan ke masing masing KAUR sesuai dengan bidangnya. Setelah program kebijakan itu diterima KAUR maka Program tersebut diteruskan ke masing masing dusun sehingga program apapun dari pemerintah pusat pihak pemerintah desa berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Grambar 2.6 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Pola Maksimal Desa Ngraji, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan KETUA KETUA 2 SEKERTARIS BENDAHARA SEKSI PEMBANTU 1. Moh.Toyip 2. Totok 3. Suyanto 4. Kusno 5. Purwanto 6. Yitno 7. Zainudin : : : : : SUDIRMAN PARJIMIN YULI PURWANTO SUWAJI Organisasi Karangtaruna Karangtaruna merupakan salah satu organisasi kepemudaan di Desa Ngraji. Peran serta pemuda dan pemudi dalam proses proses pembangunan sangat diperlukan. Karangtaruna merupakan suatu wadah yang dapat memfasilitasi kepentingan tersebut. Di Desa Ngraji terdapat 5 kelompok karangtaruna yang secara garis besar dibagi dalam masing masing Dusun. Setiap dusun memiliki ketua koordinasi yang bertanggung jawab terhadap pimpinan Karangtaruna untuk melaporkan berbagai ide dan permasalahan yang berkembang dalam masyarakat, terutama dalam bidang kepemudaan, seperti keolhragaan, social, kesehatan dan lain sebagainya. Anggota yang termasuk kedalam karangtaruna ini ialah semua pemuda yang bertmpat tinggal di Desa Ngraji. Fungsi dari Karangtaruna ialah sebagai berikut : Memberdayakan para remaja untuk olah raga Mengarahkan kepada kegiatan yang bersifat positif dan berguna bagi para pemuda-pemudi di desa Membantu pemerintah desa di bidang kegiatan olahraga dan sosial lainnya yang berguna bagi warga Ngraji Sumber : Hasil Pemetaan Swadaya, 2012 II-19

24 STRUKTUR ORGANISASI KARANG TARUNA BINA REMAJA DESA NGRAJI PELINDUNG KETUA KETUA 2 SEKERTARIS BENDAHARA SEKSI PEMBANTU 1. AGAMA 2. PENDIDIKAN 3. OLAH RAGA 4. PELATIHAN 5. SOSIAL 6. PEMB.WANITA : : : : : : : : : : ; : KEPALA DESA SUHARTO PARJIMIN SUWARJO ( TEMPEL ) PURWANTO ( TEMPEL ) UP BKM BINA PEMBANGUNAN 1. UPL ( KUSNO ) 2. UPK (SRI SUPRAPTI ) 3. UPS ( NYUMI ) IMRON ( NGRAJI ) NYUMI ( NGRAJI ) MARTONO ( NGRAJI ) FAJAR ADI ANTO ( NGRAJI ) OKA OKI ( NGRAJI ) DARTO ( NGABLAK ) KABUL ( DADABONG ) AMIR ( CABEYAN ) EDY ( TEMPEL ) SITI INAROH ( TEMPEL ) Organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat Bina Pembangunan BKM Bina Sejahtera merupakan salah satu Badan Keswadayaan Masyarakat yang ada di Desa Ngraji. BKM ini membidangi berbagai macam jenis pembangunan yang ada di Desa Ngraji dalam melaksanakan tugas seorang koordinator dibantu oleh 4 jabatan struktural yaitu UP ( Unit Pengelola), UP Keuangan, UP Sosial, dan UP Lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini. Fungsi dari lembaga ini ialah membantu pemerintah Desa di bidang: Pengentasan kemiskinan Kesadaran sosial ada pengabdian (kepedulian) bagi warga miskin Membantu pembangunan sosial ekonomi dan budaya, serta fisik dan pendidikan STRUKTUR ORGANISASI BKM BINA PEMBANGUNAN DESA NGRAJI KETUA SEKERTARIS BKM ANGGOTA 1. PARJIMIN 2. SUHARDI 3. HADI 4. SUWARTI 5. MASHURI 6. MASRUKIN 7. EDY SUTEJO 8. SUHARTO 9. NURHIDAYAH 10. EKA NURAINI 11. ISTIKOMAH 12. SUPRIYONO : : : SUDIRMAN LISTARI II-20

25 BAB III POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH DESA NGRAJI 3.1 PERMASALAHAN Jalan Berdasarkan jenis perkerasannya, saat ini jalan yang ada di Ngraji dibedakan menjadi empat jenis yaitu beton, paving, makadam dan tanah. Jalan beton di Ngraji yaitu Jl..Danyang Kuwu yang merupakan jalan lokal Sekunder yang belum dilengkapi dengan bagian-bagian jalan sesuai Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan PU Bina Marga No. 38/TBM/1997. Bahu jalan yang sudah ada belum diperkeras sehingga berpotensi menimbulkan longsoron material dan amblasan. Bahu jalan berfungsi untuk lajur lalu lintas darurat, ruang bebas samping, penyangga sampai kestabilan perkerasan jalur lalu lintas. Sedangkan permasalahan jalan berupa makadam dan tanah yaitu pada saat musim kemarau kondisi jalan yang berupa menyebabkan timbulnya debu yang sangat mengganggu kesehatan. Sedangkan pada saat musim hujan timbul banyak genangan air yang membahayakan pengendara serta menjadikan jalan becek. Selain itu banyak jalan lingkungan yang belum di tanggul dan dilengkapi saluran air hujan ataupun talud sehingga berpotensi terjadi longsoron dan amblasan serta menyebabkan limpasan air hujan menggenangi lokasi yang memiliki ketinggian yang rendah dibanding daerah sekitar. Hal ini akan memperpendek umur jalan dari yang sudah direncanakan. Tabel III.1 Analisis SWOT Permasalahan Prasarana Jalan di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Perkerasan jalan lokal sekunder (Jl. Danyang - Kuwu) berupa beton Perkerasan jalan lingkungan sebagian sudah berupa beton dan paving, dan aspal Jalan Danyang - Kuwu dan beberapa ruas jalan lingkungan sudah dilengkapi drainase dengan fisik WEAKNESS (kelemahan) Sebagian dari jalan lingkungan berupa tanah dan makadam Beberapa ruas jalan lingkungan belum ditanggul dan dilengkapi jaringan drainase Kondisi jalan lingkungan dan Bahu jalan ruas Jl. Danyang-Kuwu belum diperkeras OPPORTUNITIES (peluang) PNPM PLP-BK Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi Mengembangkan program-program perbaikan fisik lingkungan termasuk prasarana THREATS (ancaman) Jenis tanah Desa Ngraji berupa lempung Setiap musim kemarau menimbulkan debu Setiap musim hujan menimbulkan genangan dan becek Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Faktor Enternal pportunity (peluang) Faktor Internal hreat (ancaman) Tabel III.2 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Merivitalisasi bantuan-bantuan pemerintah terutama bantuan perbaikan fisik lingkungan untuk mengembangkan dan memperbaiki prasarana jalan Meningkatkan penyehatan lingkungan permukiman berbasis pemberdayaan masyarakat ST Strategi Threat Setiap ruas jalan dilengkapi dengan jaringan drainase Meningkatkan kualitas perkerasan jalan yang berbasis lingkungan. akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Meningkatakan kualitas jalan dengan memanfaatkan bantuan pemerintah Memperkeras bahu jalan ruas Jl.Danyang - Kuwu sehingga terstandarisasi WT Strategi Meningkatkan kualitas baik jalan utama maupun jalan lokal dengan berbasis pemberdayaan masyarakat Setiap ruas jalan lingkungan dilengkapi dengan jaringan III-1

26 3.1.2.Air Bersih drainase (talud atau gorong - gorong) Perkerasan jalan lingkungan yang berbasis lingkungan. Jl. Danyang - Kuwu dilengkapi dengan bahu jalan yang diperkeras Ketersediaan air bersih di Ngraji sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik geografisnya. Air bersih yang ada di Desa Ngraji saat ini bersumber dari air permukaan yang ada disana seperti sumur, sungai dan saluran irigasi. Sumber-sumber air tersebut kurang memenuhi syarat-syarat air minum agar dapat digunakan, baik syarat fisik, syarat kimia maupun syarat bakteriologi. Kedalaman rata-rata sumur di Desa Ngraji mencapai m sehingga menyulitkan cara pengambilannya bagi penduduk yang menggunakan pompa tangan atau manual. Diperlukan adanya penyuluhan-penyuluhan tentang air bersih dan bagaimana cara untuk mendapatkan air bersih tersebut, misalnya dengan teknik penjernihan air sederhana ( water treatment) karena kualitas air sumur di Desa Ngraji tidak begitu bagus. Sedangkan teknik pengambilan air sumur dengan mesin pompa memerlukan aliran listrik sehingga menambah beban tagihan listrik. Perlu adanya perencanaan teknik pengambilan yang murah salah satunya dengan memakai penampung atau tandon air secara kolektif. Selain itu masih didapati juga sebagian masayrakat masih menggunakan WC Cemplung di Desa Ngraji akan mencemari air permukaan sehingga menyebabkan degradasi kualitas airnya. Melimpahnya air dari saluran irigasi belum dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air baku yang bisa dikonversi menjadi air bersih dengan menggunakan teknologi pengolahan air baku menjadi air bersih dan selanjutnya dibangun jaringan air bersih lokal untuk melayani kebutuhan air di Desa Ngraji berbasis pemberdayaan masyarakat. Tabel III.3 Analisis SWOT Permasalahan Prasarana Air Bersih di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Terdapat saluran irigasi dan sungai dengan volume air yang banyak sebagai bahan baku Sudah banyak masyarakat yang memiliki sumur tadah hujan WEAKNESS (kelemahan) Sebagian masyarakat mengambil air dengan pompa manual Kedalaman sumur mencapai m OPPORTUNITIES (peluang) PNPM PLP-BK Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi Mengembangkan program-program perbaikan fisik lingkungan termasuk prasarana THREATS (ancaman) Jenis tanah Desa Ngraji berupa lempung Kualitas air yang buruk Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Faktor Enternal pportunity (peluang) Faktor Internal hreat (ancaman) Tabel III.4 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Menciptakan teknologi tepat guna sebagai alat pengolahan air baku menjadi air minum berbasis pemberdayaan masyarakat ST Strategi Threat Mencari sumber-sumber air baku lainnya yang bisa diolah menjadi air minum Memanfaatkan air irigasi untuk sumber air baku yang bisa diolah menjadi air minum Drainase dan Saluran Irigasi akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Memanfaatkan bantuan prasarana untuk membuat tandon sebagai alat pengambilan air secara komunal dan mudah WT Strategi Mentrasfer alat penjernih air sederhana ( water treatment) yang berbasis pemberdayaan masyarakat Mentransfer teknologi tepat guna untuk teknik pengambilan sumur yang dalam Drainase yang ada di Ngraji terdiri dari drainase alam dan drainase buatan. Drainase alam berupa dua buah sungai yang juga menjadi perbatasan alam antara dua desa. Kondisi kedua sungai tersebut kurang terawat terutama kedua sisi tanggul sungainya yang belum bertalud dan terjadi erosi dan sedimentasi pada sungai tersebut. Selain itu menyempitnya dimensi aliran sungai karena adanya rumput yang melintang kebadan sungai menyebabkan aliran sungai sedikit terhambat dan mengurangi kelancaran. Sedangkan drainase buatan berupa talud dan gorong-gorong dengan kondisi fisik sebagian belum disemen secara permanen baik dikedua sisinya maupun disalah satu sisinya. Selain itu masih menyatunya antara saluran drainase dengan sanitasi menjadikan kondisi lingkungan kumuh dan menimbulkan bau. Pada saat musim hujan drainase tersebut akan meluap karena terjadi pendangkalan dan akibatnya terjadi genangan atau banjir yang pada akhirnya berpotensi menjadi penyebab timbulnya berbagai macam penyakit terutama gatal-gatal dan diare. Permasalahan lain yang timbul adalah tidak adanya sistem jaringan drainase yang terintegrasi dan komprehensif sehingga jaringannya terputus dan tidak bisa mengalirkan air limpasan hujan menuju saluran drainase yang lebih besar. Perlu adanya perencanaan masterplan drainase Desa Ngraji agar permasalahan banjir dan segala permaslahan timbulan lainnya dapat diminimalisasi. Pola dan perilaku penduduk yang membuang sampah disaluran atau sempadan drainase juga menyebabkan timbulnya permasalahan sosial baru. III-2

27 Tabel III.5 Analisis SWOT Permasalahan Prasarana Drainase dan Saluran Irigasi di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Terdapat sungai dan saluran irigasi sebagai drainase alam Sebagian drainase sudah menggunakan perkerasan semen WEAKNESS (kelemahan) Pola dan perilaku masyarakat yang masih membuang sampah disaluran dan sempadan irigasi maupun drainase Drainase alam masih belum bertalud dan terdapat sedimentasi/pendangkalan Minimnya perawatan drainase dan irigasi Jaringan drainase dan jaringan sanitasi masih menjadi satu OPPORTUNITIES (peluang) PNPM PLP-BK Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi Mengembangkan program-program perbaikan fisik lingkungan termasuk prasarana THREATS (ancaman) Jenis tanah Desa Ngraji berupa lempung Setiap musim hujan menimbulkan genangan dan becek Bercampurnya air limbah dan air limpasan hujan yang tidak tuntas menyebabkan timbulnya bau Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Faktor Enternal pportunity (peluang) Faktor Internal hreat (ancaman) Tabel III.6 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Merivitalisasi bantuan-bantuan pemerintah terutama bantuan perbaikan fisik lingkungan akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Perbaikan dan pengembangan jaringan drianase yang berbasis pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan dan memperbaiki prasarana drainase alam maupun buatan. ST Strategi Threat Setiap sisi jaringan drainase diperkeras Limbah Manusia Normalisasi saluran irigasi dan jaringan drainase dengan pemberdayaan masyarakat Penyusunan masterplan drainase Ngraji WT Strategi Perbaikan dan normallisasi jaringan drainase dan sanitasi secara menyeluruh dan terintegrasi Sistem pembuangan air limbah di Desa Ngraji pada kegiatan domestik/rumah tangga maupun perdagangan saat ini masih dikelola secara individu sendidir-sendiri (On Site Sanitation) yang dialirkan kesaluran pembuangan umum maupun perseorangan ke dalam tanah. Dengan adanya kenyataan tersebut, dapat menimbulkan terjadinya pencemaran terhadap tanah dan air permukaan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan pencemaran lingkungan. Sumber penghasil air limbah di Desa Ngraji berasal dari kegiatan domestik untuk mencuci, masak, mandi, dan sebaginya sedangkan kegiatan non domestik berasal dari fasilitas umum seperti pasar, fasilitas komersial seperti rumah makan, industri rumah tangga, dan sebagainya. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah air limbah yang dibuang ke lingkungan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan (degradasi) dan pada tingkat yang lebih ekstrim dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Jaringan pembuangan air limbah (sanitasi) di Desa Ngraji saat ini masih menyatu dengan sistem jaringan drainase sehingga menimbulkan kondisi lingkungan kumuh dan bau. Jaringan limbah di Desa Ngraji juga belum terintegrasi dengan jaringan limbah yang lain sehingga air limbah hanya menggenang dibadan saluran dan tidak mengalir. Umumnya limbah domestik dibuang dibelakang rumah dengan membuat cekungan tanah. Hal ini menimbulkan tumbuh dan kembangnya jentik nyamuk. Sedangkan untuk sanitasi manusia, masih ditemui rumah di Ngraji yang tidak memiliki pembuangan limbah rumah tangga seperti WC permanen. Sebagian penduduknya masih menggunakan WC Cemplung sebagai sarana pembuangan limbah yang letaknya sekitar 5 10 m dibelakang rumah. Kondisi lingkungan rumah yang tidak sehat ini sangat berpotensi terhadap timbulnya berbagai macam jenis penyakit karena tidak ada pengelolaan jaringan limbah yang sehat. Selain itu dengan banyaknya WC Cemplung akan mencemari air tanah dan menyebabkan degradasi kualitas lingkungan. Perlu adanya pengelolaan jaringan sanitasi yang terpadu dengan membuat septic tank secara komunal sehingga terjadinya pencemaran lingkungan dapat diminimalisir. Perlu adanya perencanaan upaya-upaya mengatasi maslah limbah seperti: - Penghematan dalam penggunaan air - Penggunaan air bekas untuk penyiraman tanaman - Pengelolaan dan pengolahan air limbah dengan baik sebelum dibuang ke lingkungan - Penetapan baku mutu air limbah. Tabel III.7 Analisis SWOT Permasalahan Prasarana Limbah (sanitasi) di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Sebagian penduduknya sudah menggunakan WC permanen dan memiliki septic tank OPPORTUNITIES (peluang) PNPM PLP-BK III-3

28 WEAKNESS (kelemahan) Sistem pembuangan air limbah manusia dikelola secara individu (on site sanitation) Sebagian penduduk masih menggunakan WC Cemplung Pola dan perilaku masyarakat yang membuang air limbah kedalam tanah Pengumpulan air limbah dengan membuat cekungan tanah dan terbuka Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi Mengembangkan program-program perbaikan fisik lingkungan termasuk prasarana THREATS (ancaman) Jenis tanah Desa Ngraji berupa lempung Setiap musim hujan jaringan air limbah menimbulkan genangan dan becek Air limbah tidak mengalir dan menimbulkan genangan Sistem pembuangan limbah (sanitasi) masih menyatu dengan jaringan drainase Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Faktor Internal Faktor Enternal pportunity (peluang) hreat (ancaman) Tabel III.8 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Meningkatkan penyehatan lingkungan permukiman berbasis pemberdayaan masyarakat ST Strategi akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Membuat jaringan pembuangan limbah (sanitasi) secara komunal berbasis lingkungan Merivitalisasi bantuan-bantuan pemerintah terutama bantuan perbaikan fisik lingkungan untuk membangun MCK bersama Perbaikan dan normalisasi jaringan air limbah (sanitasi) berbasis pemberdayaan masyarakat WT Strategi Threat Membuat jaringan baru untuk pembuangan limbah rumah tangga Pemanfaatan limbah sebagai bahan pupuk berbasis pada potensi lokal Persampahan Mentransfer teknologi pengolahan air limbah terpadu Menumbuhkan partisipasi masyarakat tentang pentingnya penghematan air Pembuatan jaringan air limbah yang terpadu dan komprehensif Sumber-sumber timbulan sampah yang ada di Ngraji berasal dari permukiman, niaga (pasar, industri rumah tangga, toko dan warung), dan fasilitas umum (perkantoran, pendidikan). Sedangkan menurut jenisnya sampah yang dihasilkan di Desa Ngraji berupa organik, kertas, plastik, dan kayu. Saat ini pengolahan timbulan sampah tersebut menggunakan sistem pembuangan on site dengan ditimbun atau dibakar. Namun sebagian penduduk membuang sampah-sampah tersebut ke sungai ataupun irigasi. Hal ini akan mencemari lingkungan baik udara, tanah maupun air. Desa Ngraji belum memiliki sistem pengelolaan sampah berbasis lingkungan mulai dari pewadahan, pengangkutan dan pengolahan. Perlu adanya rencana pengolahan sampah dengan sistem 3R yaitu reduce reuse recycle yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat agar timbulan sampah bisa diminimalisir. Desa Ngraji belum terdapat TPS desa untuk menampung timbulan sampah, namun Desa Ngraji memiliki bank sampah atau alat penghancur sampah. Minimnya jumlah sarana dan prasarana persampahan di Desa Ngraji tersebut menjadi masalah dalam proses pengelolaan. Tabel III.9 Analisis SWOT Permasalahan Prasarana Persampahan di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Memiliki alat penghancur sampah Tersedianya lahan yang masih cukup luas untuk alokasi lahan TPS WEAKNESS (kelemahan) Pola dan perilaku masyarakat yang membuang sampah di halam pekarangan rumahnya atau di tanah tetangga Pengolahan timbulan sampah saat ini dengan sistem on site Belum terdapat TPS di Desa Ngraji OPPORTUNITIES (peluang) PNPM PLP-BK Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi Mengembangkan program-program perbaikan fisik lingkungan termasuk prasarana THREATS (ancaman) Pencemaran udara dan tanah akibat pembakaran sampah Belum memiliki sistem pengelolaan sampah 3R dengan sistem pemberdayaan Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: III-4

29 Faktor Enternal pportunity (peluang) hreat (ancaman) Tabel III.10 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Memaftaatkan bantuan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang sehat ST Strategi Threat Penyediaan sarana dan prasarana sampah yang memadai Pengelompokkan sampah sejak dari buangan rumah tangga Sarana Sosial Faktor Internal akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Menumbuhkan sikap masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan Menumbuhkan sikap masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya Sosialisasi tentang cara pengolahan limbah yang ramah lingkungan WT Strategi Pengolahan sampah dengan 3R yang berbasis pemberdayaan masyarakat Sistem pengelolaan sampah yang baik mulai pewadahan, pengangkutan sampai pengolahan Pemberdayaan kelompokkelompok dan perkumpulan terutama ibu-ibu dalam pengolahan sampah Sarana sosial yang ada di Desa Ngraji terdiri dari makam, pendidikan, peribadatan dan kesehatan. Secara umum sarana social di Desa Ngraji sudah memenuhi standar pelayanan.untuk masayrakat. Namun penyebaran sarana social terutama untuk kesehatan masih belum merata. Kurang baiknya kualitas fisik maupun non fisik juga menjadi masalah utama sarana sosial di Desa Ngraji. Pemandangan makam yang masih banyak vegetasi dan gelap memberikan kesan yang mistis dan angker karena kurangnya perawatan. Tidak adanya pagar pembatas antara makam dengan aktivitas dan penggunaan lahan disekitar memberi kesan kurang tegas antar batas wilayah serta kondisi makam apabila dimusim penghujan digenangi air, sehingga menyuloitkan warga apabila akan melakukan aktivitas pemakaman disana.. Tabel III.11 Analisis SWOT Permasalahan Sarana Sosial di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Secara umum jumlah sarana prasarana sudah memadai Secara fisik beberapa sarana pendidikan dan peribadatan sudah baik WEAKNESS (kelemahan) Minimnyaa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan pemakaman yang nyaman dan tidak menimbulkan kesan mistis Tidak adanya pembatas antara aktivitas pemakaman dengan sekitarnya OPPORTUNITIES (peluang) PNPM PLP-BK Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi Mengembangkan program-program perbaikan fisik lingkungan termasuk prasarana THREATS (ancaman) Persebaran sarana kesehatan masih terpusat Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Faktor Enternal pportunity (peluang) Faktor Internal hreat (ancaman) Tabel III.12 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Memanfaatkan bantuanbantuan pemerintah untuk peningkatan dan pengembangan sarana sosial Peningkatan kinerja dan layanan sosial bagi masyarakat akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Peningkatan kepedulian masyarakat untuk menciptakan lingkungan pemakaman yang indah dan tidak menimbulkan mistis Pemberian pembatas atau pagar sebagai penegas antara dua aktivitas yang berbeda WT Strategi ST Strategi Threat Peningkatan pelayanan sosial Menumbuhkan partisipasi III-5

30 Sarana Ekonomi Menumbuhkan partisipasi masyarakat dan multipihak dalam penguatan organisasi sosial masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih Pemberian pagar sarana pemakaman Peningkatan penyediaan sarana kesehatan dan pendidikan Sarana ekonomi yang ada di Desa Ngraji terdiri dari pasar, toko, warung, industri rumah dan jasa angkutan. Saat ini Desa Ngraji memiliki dua buah pasar yang terletak di Dusun Tempel dan Ngablak yang merupakan pusat kegiatan perekonomian terbesar disana. Namun pasar - pasar tersebut hanya beroperasi setengah hari saja sehingga penduduk yang akan berbelanja siang sedikit mengalami kesulitan karena dagangan sudah habis. Penataan lapak atau warung-warung di pasar tersebut kurang rapi sehingga terlihat semrawut dan kumuh. Barang-barang dagangan disana kurang lengkap sehingga seringkali penduduk harus pergi ke pusat kota untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak adanya area parkir membuat sistem perparkiran dipasar tersebut semrawut dan kurang tertata. Skala pelayanan pasar tersebut hanya untuk melayani kebutuhan penduduk di Desa Ngraji. Permasalahan utama bagi pelaku usaha industri rumah ( home industry) adalah terbatasnya modal usaha dan sulitnya mencari bahan baku yang semakin langka sehingga usaha mereka tidak bisa berkembang. Padahal industri rumahan inilah yang menjadi sumber penghasilan bagi pemilik usaha dan orang lain karena membuka lapangan pekerjaan baru sehingga angka pengangguran dapat diminimalisir. Selain itu minimnya pelatihan dari pemerintah juga menjadi usaha mereka kurang berkembang. Perlu adanya diversifikasi jenis usaha dan bahan baku agar usahanya bisa bertahan. Tabel III.13 Analisis SWOT Permasalahan Sarana Ekonomi di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Terdapatnya industri rumahan Memiliki pasar desa yang melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat WEAKNESS (kelemahan) Penataan lapak dan tempat dagangan lainnya kurang rapi dan nampak masih semrawut Tidak mempunyai kompetensi manajerial yang baik Tidak memiliki arah perencanaan strategi yang jelas OPPORTUNITIES (peluang) PNPM PLP-BK Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi Mengembangkan program-program perbaikan fisik lingkungan termasuk prasarana THREATS (ancaman) Terbatasnya modal bagi pelaku usaha industri rumahan Sulitnya mencari bahan baku Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Faktor Enternal pportunity (peluang) hreat (ancaman) Tabel III.14 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Merevitalisasi bantuan-bantuan bidang ekonomi untuk mengembangkan usaha home industri serta perdagangan dan jasa berbasis pemberdayaan masyarakat ST Strategi Threat Menumbuhkan usaha kecil dan industri rumah yang berbasis pemberdayaan masyarakat 3.2. POTENSI Faktor Internal Sumber Daya Manusia akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Memanfaatkan bantuan lunak untuk meningkatkan modal kerja Melakukan kerjasama dengan pemerintah maupun pihak swasta memberikan pelatihan keterampilan dan cara pemasaran produk home industry. WT Strategi Perlu ada bantuan modal dengan sistem kredit lunak untuk bidang usaha kecil (mikro). Pembentukan usaha dengan menggunakan bahan baku dan Tenaga Kerja lokal Mentransfer Teknologi tepat guna berbasis pemberdayaan masyarakat Peningkatan padat karya untuk segala sector usaha. Komposisi penduduk di Desa Ngraji didominsai oleh tamatan SMP dan SMA. Sumber daya alam yang potensial diharapkan bisa diolah dan dikembangkan oleh para pemuda Ngraji yang dinamis dan kritis. Namun tingkat ketergantungan juga tinggi karena banyak juga penduduk yang usia lanjut. Puluhan orang III-6

31 dengan kualitas pendidikan lulusan akademi dan perguruan tinggi diharapkan mampu menggerakkan para pemuda yang selanjutnya akan mendorong tergeraknya pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan kokoh. Struktur penduduk di Desa Ngraji didominasi oleh buruh tani sebanayak 4165 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi besar terhadap pertanian di Desa Ngraji. Tabel III.15 Analisis SWOT Potensi Sumber Daya Manusia di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Komposisi penduduk didominasi oleh tamatan SMP dan SMA WEAKNESS (kelemahan) komposisi penduduk didominasi oleh usia lanjut OPPORTUNITIES (peluang) Program KB Bantuan pemerintah bidang sosial yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya program-program dan bantuan pemerintah yang berbasis pemberdayaan masyarakat Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi THREATS (ancaman) Menurunnya tingkat kegotongroyongan warga akibat ekses modernitas Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Faktor Enternal pportunity (peluang) Faktor Internal hreat (ancaman) Tabel III.16 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). kesejahteraan penduduk untuk meningkatkan kecerdasan warga ST Strategi WT Strategi Threat Mengoptimalkan peran-peran Meningkatkan kapasitas SDM strategis pemuda sebagai agen dalam bentuk pelatihan/ studi pembangunan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat Sumber Daya Ekonomi Terdapatnya pasar desa di Dusun Ngablak dan Tempel merupakan potensi ekonomi yang bisa terus dikembangkan menjadi pasar yang memiliki skala pelayanan yang lebih besar dibandingkan saat ini. Terdapatnya beberapa industri rumah yang tersebar di Desa Ngraji diharapkan menjadi embrio bagi usaha lain di sana. Terdapatnya toko dan warung yang tersebar hampir seluruh dusun menjadikan kemudahan bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Adapun untuk analisis SWOT Sumber Daya Ekonomi ini hampir sama dengan analisis SWOT Sarana Ekonomi sebagai berikut: Tabel III.17 Analisis SWOT Potensi Sumber Daya Ekonomi di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Terdapatnya industri rumahan Produksi pertanian yang sangat melimpah terutama padi dan jagung dan holtikultura Memiliki pasar desa yang melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat WEAKNESS (kelemahan) Penataan lapak dan tempat dagangan lainnya kurang rapi dan nampak masih semrawut Tidak mempunyai kompetensi manajerial yang baik Tidak memiliki arah perencanaan strategi yang jelas OPPORTUNITIES (peluang) PNPM PLP-BK Dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa tinggi Mengembangkan program-program perbaikan fisik lingkungan termasuk prasarana THREATS (ancaman) Terbatasnya modal bagi pelaku usaha industri rumahan Sulitnya mencari bahan baku Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Strength SO Strategi Opportunity Merevitalisasi program sosial untuk peningkatan Weakness WO Strategi Mengoptimalkan programprogram bidang pendidikan III-7

32 Faktor Enternal pportunity (peluang) Faktor Internal hreat (ancaman) Tabel III.18 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Merevitalisasi bantuan-bantuan bidang ekonomi untuk mengembangkan usaha home industri serta perdagangan dan jasa berbasis pemberdayaan masyarakat ST Strategi Threat Menumbuhkan usaha kecil dan industri rumah yang berbasis pemberdayaan masyarakat Diversifikasi hasil pertanian yang berbasis pada potensi lokal Sumber Daya Alam akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Memanfaatkan bantuan lunak untuk meningkatkan modal kerja Melakukan kerjasama dengan pemerintah maupun pihak swasta memberikan pelatihan keterampilan dan cara pemasaran produk home industry. WT Strategi Perlu ada bantuan modal dengan sistem kredit lunak untuk bidang usaha kecil (mikro). Pembentukan usaha dengan menggunakan bahan baku dan Tenaga Kerja lokal Mentransfer Teknologi tepat guna berbasis pemberdayaan masyarakat Peningkatan padat karya untuk segala sector usaha. Kondisi bentang alam Desa Ngraji didominasi oleh penggunaan lahan berupa sawah irigasi teknis sebesar 397 Ha atau 70 % dari luas total Desa. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumber daya alam di Desa Ngraji berupa pertanian utamanya padi. Selain padi, potensi unggulan di Desa Ngraji yaitu berupa hasil pertanian berupa jagung. Hasil panen padi dan jagung dengan total luas lahan sawah 397 Ha menghasilkan komoditi masing-masing sebanyak 7160,706 ton/tahun dan 2785 ton/tahun. Hasil pertanian ini merupakan komoditi unggulan yang surplus. Tabel III.19 Analisis SWOT Potensi Sumber Daya Alam di Desa Ngraji STRENGTHS (kekuatan) Surplus hasil pertanian terutama padi dan jagung WEAKNESS (kelemahan) Minimnya penggunaan teknologi tepat guna bagi sektor pertanian Tidak adanya sumber informasi penting yang berguna bagi sektor pertanian OPPORTUNITIES (peluang) Bentang alam yang cocok untuk pertanian terutama irigasi teknis THREATS (ancaman) Gagal panen Harga bibit dan pupuk tinggi Harga jual yang rendah Selanjutnya setelah dilakukan analisis SWOT maka hasilnya akan dikombinasikan untuk menghasilkan strategi-strateginya sebagai berikut: Faktor Enternal pportunity (peluang) Faktor Internal hreat (ancaman) Tabel IV.20 Analisis SWOT dan Strategi trength (kekuatan) SO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. ST: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strength SO Strategi Opportunity Diversifikasi tanaman pertanian Tingkatkan mutu dan kualitas hasil pertanian ST Strategi Threat Diversifikasi hasil pertanian yang berbasis pada potensi lokal Pemilihat bibit unggul dan penggunaan pupuk yang tepat akness (kelemahan) WO: Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada WT: Mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Weakness WO Strategi Pengolahan tanah yang baik dan berkelanjutan WT Strategi Mentransfer teknologi tepat guna yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat Revitalisasi pertanian yaitu informasi yang tepat dan infrastruktur yang baik III-8

33 3.3. STRATEGI PENGEMBANGAN Visi Pembangunan Mewujudkan Tata Lingkungan Desa Ngraji Yang Asri, Aman, Dan Nyaman Didukung Potensi Sektor Industri Kecil Menengah, Pertanian dan Peternakan Menuju Kesejahteraan Masyarakat Asri, merupakan suasana lingkungan yang sejuk, rapi, bersih, sehat, teduh, rindang dan teratur. 1. Asri dimana kondisi lingkungan tercipta lingkungan yang bersih dan teduh, rapi lindung dan teratur 2. Aman, kondisi dimana wilayah Desa Ngraji bebas dari kejahatan dan kriminalitas 3. Nyaman, merupakan kondisi lingkungan yang tertata dengan baik, kerukunan antar warga masyarakat, serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Potensi Lokal, pengoptimalkan potensi-potensi yang sudah ada dan penggalian potensi-potensi baru yang dapat mendukung perkembangan dan kemajuan kelurahan Ngraji, meningkatkan kualitas SDM. 5. Kesejahteraan Masyarakat, terpenuhinya kebutuhan masyarakat baik lahir maupun batin, memberi kebebasan masyarakat dalam berpendapat dan berkegiatan sesuai dengan norma yang ada. Sedangkan Misi Untuk Mewujudkan Visi tersebut adalah sebagai berikut 1. Penataan lingkungan permukiman (rumah sehat yang terpisah dari ternak dan didukung sirkulasi Penataan lingkungan permukiman melalui revitalisasi rumah sehat (yang terpisah dari ternak dan cukup ventilasi untuk pergantian udara); 2. Penyediaan sarana penunjang/utilitas permukiman (jalan, drainase, sanita si, air bersih, pengelolaan sampah); 3. Pengembangan industri kecil menengah yang menyerap tenaga kerja lokal sekaligus membuka peluang kerja/usaha bagi masyarakat; 4. Pemberdayaan masyarakat miskin melalui pelatihan usaha ekonomi yang prospektif dan produktif terkait dengan potensi lokal dan; 5. Pengembangan pertanian berbasis organik dengan pengolahan limbah kotoran ternak (sapi & kambing) menjadi pupuk organik dan biogas melalui sistem penampungan kotoran sapi dan urine sapi; Adapun Strategi pengembangan kawasan Desa Ngraji adalah : 1. Peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan, melalui: a. Peningkatan kualitas rumah hunian melalui swadaya maupun kredit bergulir; b. Penyediaan fasiitas pendukung lingkungan permukiman; c. Peningkatan kualitas fasilitas pendukung lingkungan permukiman; d. Pemisahan rumah hunian dari kandang ternak; e. Penyediaan vegetasi di lingkungan permukiman. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur penunjang permukiman, melalui: a. Pengembangan jaringan jalan lokal sekunder maupun jalan lingkungan, dengan cara: Merevitalisasi bantuan-bantuan pemerintah terutama bantuan perbaikan fisik lingkungan untuk mengembangkan dan memperbaiki prasarana jalan; Meningkatkan penyehatan lingkungan permukiman berbasis pemberdayaan masyarakat; Meningkatakan kualitas jalan dengan memanfaatkan bantuan pemerintah; Memperkeras bahu jalan ruas Jl.danyang Kuwusehingga terstandarisasi; Setiap ruas jalan dilengkapi dengan jaringan drainase; Meningkatkan kualitas perkerasan jalan yang berbasis lingkungan; Meningkatkan kualitas jalan berbasis pemberdayaan masyarakat; Setiap ruas jalan lingkungan dilengkapi dengan jaringan drainase (talud atau gorong-gorong); Perkerasan jalan lingkungan yang berbasis lingkungan; Jl. Danyang Kuwu dilengkapi dengan bahu jalan yang diperkeras dan peningkatan kualitas aspal diruas depan pasar. b. Pengembangan jaringan air bersih, dengan cara: Menciptakan teknologi tepat guna sebagai alat pengolahan air baku menjadi air minum berbasis pemberdayaan masyarakat; Memanfaatkan bantuan prasarana untuk membuat tandon sebagai alat pengambilan air secara komunal dan mudah; Mencari sumber-sumber air baku lainnya yang bisa diolah menjadi air minum; Memanfaatkan air irigasi untuk sumber air baku yang bisa diolah menjadi air minum; Mentrasfer alat penjernih air sederhana ( water treatment) yang berbasis pemberdayaan masyarakat; Mentransfer teknologi tepat guna untuk teknik pengambilan sumur dalam. c. Pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan drainase dan saluran irigasi, dengan cara: Merivitalisasi bantuan-bantuan pemerintah terutama bantuan perbaikan fisik lingkungan untuk mengembangkan dan memperbaiki prasarana irigasi; Perbaikan dan pengembangan jaringan drianase yang berbasis pemberdayaan masyarakat; Normalisasi saluran irigasi dan jaringan drainase dengan pemberdayaan masyarakat; Penyusunan masterplan drainase Ngraji; Setiap sisi jaringan drainase diperkeras; III-9

34 Penyediaan sarana persampahan dilingkungan permukiman yang memadai; Perbaikan dan normallisasi jaringan drainase dan sanitasi secara menyeluruh dan terintegrasi. d. Peningkatan kualitas dan penyediaan saluran pengolahan limbah rumah tangga, dengan cara: Meningkatkan penyehatan lingkungan permukiman berbasis pemberdayaan masyarakat; Membuat jaringan pembuangan limbah (sanitasi) secara komunal berbasis lingkungan; Merivitalisasi bantuan-bantuan pemerintah terutama bantuan perbaikan fisik lingkungan untuk membangun MCK bersama; Perbaikan dan normalisasi jaringan air limbah (sanitasi) berbasis pemberdayaan masyarakat; Membuat jaringan baru untuk pembuangan limbah rumah tangga; Pemanfaatan limbah sebagai bahan pupuk berbasis pada potensi lokal; Mentransfer teknologi pengolahan air limbah terpadu; Menumbuhkan partisipasi masyarakat tentang pentingnya penghematan air; Pembuatan jaringan air limbah yang terpadu dan komprehensif. e. Penyediaan dan peningkatan pengelolaan sampah kawasan, dengan cara: Memaftaatkan bantuan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang sehat Menumbuhkan sikap masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan Menumbuhkan sikap masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya Sosialisasi tentang cara pengolahan limbah yang ramah lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana sampah yang memadai Pengelompokkan sampah sejak dari buangan rumah tangga Pengolahan sampah dengan 3R yang berbasis pemberdayaan masyarakat Sistem pengelolaan sampah yang baik mulai pewadahan, pengangkutan sampai pengolahan Pemberdayaan kelompok-kelompok dan perkumpulan terutama ibu-ibu dalam pengolahan sampah 3. Peningkatan ketersediaan sarana dan peningkatan kualitas sarana kawasan, melalui: a. Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana sosial kawasan, dengan cara: Peningkatan kepedulian masyarakat untuk menciptakan lingkungan pemakaman yang indah dan tidak menimbulkan mistis; Pemberian pembatas atau pagar sebagai penegas antara dua aktivitas yang berbeda; Peningkatan pelayanan sosial ; Menumbuhkan partisipasi masyarakat dan multipihak dalam penguatan organisasi sosial; Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih; Pemberian pagar sarana pemakaman; Peningkatan penyediaan sarana peribadatan dan pendidikan. b. Peningkatan sarana ekonomi masyarakat dalam kawasan, dengan cara: Merevitalisasi bantuan-bantuan bidang ekonomi untuk mengembangkan usaha home industri serta perdagangan dan jasa berbasis pemberdayaan masyarakat; Memanfaatkan bantuan lunak untuk meningkatkan modal kerja; Melakukan kerjasama dengan pemerintah maupun pihak swasta memberikan pelatihan keterampilan dan cara pemasaran produk home industry; Menumbuhkan usaha kecil dan industri rumah yang berbasis pemberdayaan masyarakat; Perlu ada bantuan modal dengan sistem kredit lunak untuk bidang usaha kecil (mikro); Pembentukan usaha dengan menggunakan bahan baku dan Tenaga Kerja lokal; Mentransfer Teknologi tepat guna berbasis pemberdayaan masyarakat; Peningkatan padat karya untuk segala sector usaha; Mengoptimalkan lumbung desa/dusun sebagai gudang logistik bagi cadangan hasil pertanian; Diversifikasi hasil pertanian yang berbasis pada potensi lokal. 4. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia yang akan bergerak untuk mengembangan potensi kawasan, dengan cara: Merevitalisasi program sosial untuk peningkatan kesejahteraan penduduk; Mengoptimalkan program-program bidang pendidikan untuk meningkatkan kecerdasan warga; Memanfaatkan bantuan-bantuan pemerintah untuk peningkatan dan pengembangan sarana Mengoptimalkan peran-peran strategis pemuda sebagai agen pembangunan; sosial; Meningkatkan kapasitas SDM dalam bentuk pelatihan/ studi untuk meningkatkan kecerdasan Peningkatan kinerja dan layanan sosial bagi masyarakat; masyarakat. III-10

35 5. Pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan bijaksana untuk keberlanjutan, dengan cara: Diversifikasi tanaman pertanian; Skenario Pengembangan Sarana, Prasarana, dan Utilitas Melalui penataan sarana prasarana umum yang dapat mendukung meningkatkan ekonomi masyarakat dengan penataan pasar maupun fasilitas umum lainnya. Tingkatkan mutu dan kualitas hasil pertanian; Pengolahan tanah yang baik dan berkelanjutan; Diversifikasi hasil pertanian yang berbasis pada potensi lokal; Pemilihat bibit unggul dan penggunaan pupuk yang tepat; Mentransfer teknologi tepat guna yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat; Revitalisasi pertanian yaitu informasi yang tepat dan infrastruktur yang baik Skenario Pengembangan Kawasan Prioritas Melalui pengembangan kawasan prioritas menjadi lingkungan permukiman yang sesuai dengan konsep yang ada yaitu PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MELALUI PERBAIKAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG PERMUKIMAN. Hal tersebut diartikan membangun lingkungan permukiman yang nyaman, aman dan asri ditunjang dengan kelengkapan sarana prasarana permukiman yang memadai SKENARIO PENGEMBANGAN Berdasarkan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Ngraji , dengan melihat potensi kawasan yang dimiliki maka skenario pengembangan kawasan prioritas Desa Ngraji adalah sebagai berikut : Skenario Pengembangan Kawasan Permukiman Melalui penataan permukiman dengan penggunaan aturan dasar bangunan, pemanfaatan pekarangan rumah, penataan permukiman dengan fungsi campuran, penataan bangunan yang dapat memperkuat karakter khas desa, serta penataan permukiman untuk meningkatkan kualitas lingkungan melalui pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga Skenario Pengembangan Infrastruktur Jalan Melalui penataan jaringan jalan yang manusiawi dan sebisa mungkin sesuai dengan aturan yang berlaku yang terlah disepakati oleh seluruh warga dan dilengkapi elemen-elemen pendukung jalan untuk memudahkan hubungan dan jaringan transportasi dengan area lain sekaligus sebagai jalur ekonomi Skenario Pengembangan Area Hijau Melalui penataan ruang publik dan area terbuka hijau yang memiliki fungsi sebagai area interaksi, area komunikasi, area rekreasi, area olahraga, dan area informasi sekaligus sebagai elemen yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan. III-11

36 BAB IV DESIGN GUIDELINE KAWASAN PRIORITAS 4.1. GUIDELINE PENATAAN PERMUKIMAN Konsep Penataan Penataan permukiman menjadi faktor penting dalam penataan sebuah kawasan dikarenakan dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup masyarakat didalamnya. Konsep penataan permukiman dan lingkungan meliputi beberapa aspek yaitu : 1. Pemanfaatan ruang, yang meliputi : - Pengelolaan pekarangan pribadi penduduk sehingga dapat menjadi lahan yang produktif - Pengaturan terhadap kandang yang berada disekitar permukiman sehingga tidak mempengaruhi kwalitas kawasan baik visual maupun limbah yang ditimbulkan. - Pengaturan terhadap limbah ternak yang mengandung bahan pencemar dapat menurunkan kualitas tanah dan sumber air kawasan. - Pengaturan rumah yang menjadi industry rumah tangga sehingga limbah yang ditimbulkan tidak mempengaruhi lingkungan sekitar - Pengaturan dan pengelolaan sampah rumah tangga sehingga dapat di kelola dengan baik dan bisa menjadi nilai tambah bagi masyarakat. 2. KDB dan KLB, yang meliputi garis batas sepadan bangunan dan ketinggian bangunan sehingga Rencana Pemanfaatan Lahan 1. Pekarangan A. Prinsip-Prinsip Prinsip umum dalam perencanaan pekarangan permukiman meliputi: - Pemanfaatan pekarangan menjadi lahan yang produktif - Pekarangan dimanfaatkan sebagai lahan hijau tingkat neighborhood yang dapat meningkatkan kualitas udara sekitar rumah. B. Aturan/Anjuran - Untuk meningkatkan lahan pekarangan menjadi lahan produktif maka pekarangan ditanam berupa tanaman palawija, tanaman buah, dan tanaman produksi lain yang disesuaikan dengan kondisi tanah. Hal ini untuk memberikan nilai ekonomis bagi penghuninya. - Selain lahan produktif, pekarangan juga dimanfaatkan sebagai area hijau peneduh permukiman. Tanaman yang di gunakan adalah jenis tanaman peneduh bertajuk lebar sehingga dapat memberikan kualitas udara yang baik disekitar permukiman. kawasan yang akan terbangun mempunyai acuan dasar guna menempatkan bangunan pada sebuah lahan dalam kawasan. 3. Persyaratan Arsitektur, yang meliputi langgam arsitektur dan ketinggian pagar sehingga kawasan permukiman dapat mempertahankan karakter khas kawasan dan mempunyai ciri khas tersendiri baik ornament maupun pola yang sudah menjadi bagian masyarakat. Dalam pengelolaan dan pengaturan disetiap kawasan perencanaan, aspek kelokalan yang sudah ada menjadi hal utama dalam pertimbangan perencanaan kawasan. Hal ini disebabkan agar tetap terjaganya kulitas dan karakter masyarakat setempat sehingga diharapkan dapat menarik masyarakat untuk berpartisipasi dalam merencanakan dan mengelola kawasan permukiman dan lingkungan mereka sendiri. Sumber : Gambar 4.1 Contoh Pemanfaatan Pekarangan Rumah dengan Tanaman Produktif IV-1

37 Sumber: Rencana Tim, 2014 Letak kandang pribadi Letak hunian Gambar 4.2 Arahan Penataan Hunian Rumah Sehat 2. Mix-Use A. Rumah dengan Kandang a. Prinsip-Prinsip Prinsip umum dalam perencanaan rumah dengan kandang antara lain : Pengaturan letak kandang serta pengeloalan limbah yang dihasilkan menjadi biogas serta menata visual kawasan menjadi target utama dalam pengaturan kandang. Jika dimungkinkan dibuat kandang komunal dan mandiri sehingga memudahkan dalam pengaturan dan pengelolaan limbah kotoran kandang sehingga di dapat sumber biogas yang memadai guna mencukupi kebutuhan penduduk. Dua hingga tiga sapi dapat menghasilkan ±2,5 liter biogas yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga atau jika dibuat kandang komunal yang dapat menghasilkan lebih banyak biogas dapat memberikan nilai ekonomis berupa pemasukan kepada masyarakat yang mengelolanya. Selain itu limbah kotoran ternak bisa dibudidayakan sebagai pupuk organic. 1 (satu) sapi dapat menghasilkan ±40 l kotoran dalam sehari sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Jika dibuat kandang komunal yang dapat menghasilkan lebih banyak pupuk organik dapat memberikan nilai ekonomis berupa pemasukan kepada masyarakat yang mengelolanya. b. Aturan/Anjuran a. Kualitas visual : Pengaturan letak kandang di belakang rumah atau tidak terlihat langsung dari jalan utama. Jika tidak memungkinkan maka di gunakan tanaman/pohon sebagai pelingkup untuk menutupi kandang dari jalan. Hal ini dimaksudkan guna menjaga kualitas visual. Sumber: Rencana Tim, 2014 Area pemanfaatan pekarangan rumah dg tanaman produktif; selain dapat membantu peningkatan kualitas lingkungan juga memberikan nilai ekonomis pemiliknya Gambar 4.3 Arahan Penataan Pemanfaatan Pekarangan Rumah IV-2

38 - Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi dewasa adalah 1,25x2 m atau 2,5x2 m,dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah ( m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Sumber: Rencana Tim, 2014 Gambar 4.4 Contoh Perspektif Rencana Peletakkan Kandang Mandiri di Belakang Rumah Sumber : b. Fisik dan Fungsi - Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. - Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. - Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Di antara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan - Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat - Setiap kandang harus disiapkan tempat penampungan limbah sementara untuk di alirkan ke penampungan limbah komunal. - Setiap kelompok kandang ternak harus menyiapkan penampungan limbah komunal guna menampung limbah ternak dari penampungan sementara. Minimal kelompok adalah 2 buah kandang ternak. Gambar 4.5 Contoh Gambar Skema Pengolah Limbah Ternak/Biogas 4.2. GUIDELINE PENATAAN JARINGAN JALAN Jejalur berupa jaringan jalan adalah penghubung antara komponen kegiatan dari daerah satu dengan daerah yang lain. Disamping itu jaringan jalan juga akan mempengaruhi struktur tata ruang suatu kawasan Pola Jaringan Jalan Rencana jaringan jalan merupakan penelahan pola jaringan jalan eksisting terhadap kecenderungan penduduk dari kawasan lain. Dari hasil pengamatan dapat ditentukan kelayakan pola jaringan yang telah ada, penggal-penggal jalan penunjang pola jaringan jalan, serta arahan bagi bentukan jalan yang baru, pola jaringan yang ada pada desa Ngraji adalah berbentuk linier organik. Rencana pengembangan jalan di desa Ngraji, pola atau struktur jaringan jalan yang diusulkan adalah pola linier formal untuk jalan putar desa dan pola linier organik untuk jalan lingkungan Hirarki Jalan Dalam menunjang pola pergerakan kendaraan diperlukan jaringan jalan yang bersifat operasional. Untuk mendukung jaringan jalan yang operasional tersebut, diperlukan hirarki jalan yang ditentukan IV-3

39 berdasarkan fungsi jalan tersebut sebagai lintasan pergerakan lokal, kota maupun regional, adapun persyaratan jalan desa Ngraji menurut perannya : 1. Jalan Lokal Primer - Kecepatan strategi minimal 20 km/jam - Lebar minimal 6 meter - Tidak terputus walaupun memasuki desa 2. Jalan Lokal Sekunder - Kecepatan strategi minimal 10 km/jam - Lebar badan jalan minimal 5 meter - Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal 3,5 meter Bagian-Bagian Jalan 1. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) a. Ditetapkan oleh pembina jalan b. Diperuntukkan bagi : Median Perkerasan jalan Jalur pemisah Bahu jalan Saluran tepi jalan Trotoar Talud Ambang pengaman Timbunan dan galian Gorong-gorong Perlengkapan jalan Bangunan pelengkap 2. Badan Jalan a. Diperuntukkan bagi arus lalu-lintas dan pengaman konstruksi jalan b. Lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas ditentukan oleh pembina jalan c. Tinggi ruang bebas jalan arteri dan jalan kolektor minimal 5 meter dengan kedalaman lebih dari 1,5 meter 3. Saluran Tepi/Drainase Jalan Untuk penampungan dan penyaluran air, agar jalan bebas dari pengaruh air 4. Bangunan Utilitas Pada sistem jaringan jalan primer dan sekunder dalam kota, dapat ditempatkan dalam DAMAJA a. Untuk yang berada di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau perkerasan jalan sehingga tidak menimbulkan hambatan samping bagi pemakai jalan. b. Untuk yang berada di bawah tanah, ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau perkerasan jalan, sehingga tidak mengganggu keamanan konstruksi jalan. Jarak ditentukan oleh pembina jalan. 5. Pohon-Pohon a. Pada sistem jaringan primer dan sekunder dalam kota, pohon-pohon dapat ditanam di batas DAMAJA, median atau di jalur pemisah b. Di luar ketentuan di atas harus disetujui oleh pembina jalan. Adapun ketegori jenis jalan terbagi atas beberapa kategori yaitu : 1. Jalan utama desa Jaringan jalan yang berfungsi sebagai jalan utama desa yang menghubungkan ke dusun-dusun dan fungsi-fungsi utama desa lainnya. 2. Jalan lingkungan Jaringan jalan pendukung ini berfungsi sebagai sirkulasi antar deret hunian ke deret yang lain maupun ke dusun lain 3. Jalan gang Jaringan jalan ini menghubungkan antar hunian dalam satu dusun 4. Jalan produksi Jaringan jalan ini menghubungkan antar lahan garapan/sawah yang berfungsi juga sebagai jalur pengangkutan hasil pertanian. Aturan/Anjuran 1. Peruntukan jalan diklasifikasikan menjadi : - Jalan lokal primer dengan lebar minimal 6 m dengan bahu jalan samping kiri kanan selebar 1.2 m. Ini untuk mengakomodasi arus lalu lintas pengguna jalan seperti pengguna kendaraan bermotor, juga para petani. Menyediakan trotoar dengan material yang berbeda dengan jalan utama desa bertujuan untuk mengakomodasi pejalan kaki, mempunyai saluran air di sisi pedestrian. - Jalan lingkungan menjadi jalan lokal sekunder lebar minimal 5 m dengan bahu jalan samping kiri kanan selebar 1 m. Ini untuk mengakomodasi arus lalu lintas pengguna jalan seperti pengguna kendaraan bermotor, juga para petani. Menyediakan trotoar dengan material yang berbeda dengan jalan kampung untuk mengakomodasi pejalan kaki, mempunyai saluran air di sisi pedestrian. - Jalan gang, jalan dengan lebar minimal 4 meter, untuk mengakomodasi lalu lintas warga untuk skala rumah tangga, terdapat saluran air disisi kiri dan kanan jalan gang. IV-4

40 - Jalan produksi, yaitu jalan yang terletak di area persawahan untuk mengakomodasi para petani dalam merawat persawahannya juga untuk mendistribusikan hasil panen mereka, lebar minimal 2 m, dengan saluran irigasi berada di sisi kiri dan kanan jalan produksi Adanya street furniture (tempat sampah, tempat duduk, plaza, lampu penerang jalan, pohon) pada jalan utama desa dan jalan lingkungan untuk para pejalan kaki dimaksudkan untuk memberikan ruang yang nyaman, aksesibel, serta akomodatif bagi penggunanya. 2. Penataan Ruang jalan Pertumbuhan dan perkembangan fisik kawasan cenderung mengikuti pola linier jaringan jalan yang ada. Jaringan jalan pada umumnya membentuk pola formal dan organik. Rangka utama struktur jaringan jalan yang di rencanakan antara lain jalan utama desa yaitu yang membentang di tengah tengah desa dan menghubungkan dari satu dusun ke dusun yang lain. Jalan utama desa terhubung dengan beberapa jalan kampung, gang, dan jalan tanah. Penataan Ruang Jalan meliputi: B. Jalan Lingkungan/kampung Sumber: Rencana Tim, 2014 Jalan gang Saluran drainase A. Jalan Utama Desa Gambar 4.7 Contoh Penampang Jalan Lingkungan/kampung C. Jalan Sawah Jalan sawah Saluran drainase Lahan garapan Sumber: Rencana Tim, 2014 Gambar 4.6 Contoh Perspektif Jalan Utama Desa (Jalan Danyang Kuwu Sumber: Rencana Tim, 2014 Gambar 4.8 Contoh Penampang Jalan Produksi IV-5

41 Peletakan Tempat Sampah Pada Jalur Pedestrian Sumber: Rencana Tim, 2014 Gambar 4.9 Contoh Peletakan Tempat Sampah di Jalan Utama Desa dan Jalan Lingkungan 4.3. Guideline Penataan Ruang Terbuka dan Tata Hijau (Lansekap) 1. Konsep Penataan Ruang Terbuka Ruang terbuka digunakan sebagai tempat berkomunikasi dan berinteraksi antar penduduk disekitar kawasan. Penataan ruang terbuka dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan kawasan atas ketersediaan ruang terbuka sehingga standar kawasan dapat terpenuhi serta memberikan pengaruh terhadap psikologis berupa bermain, berkumpul dan bersosialisasi.. Ruang terbuka ini dilingkupi oleh pelingkup yang lunak berupa tanaman peneduh dan tamanan estetika sehingga memberikan kenyamanan udara/kesegaran dan keindahan visual pada lingkungan. Konsep penataan ruang terbuka pada kawasan dapat direncanakan menurut skala komunitasnya adalah ruang terbuka publik skala kawasan atau lingkup desa yaitu ruang publik yang dapat diakses dan digunakan oleh masyarakat pada skala kawasan. Ruang terbuka publik skala kawasan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kawasan atas ketersediaan ruang ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang ruang sosial, rekreasi, olah raga dan pendukung aktifitas. Contoh ruang terbuka adalah : jalan, pedestrian, taman,plaza, lapngan terbang dan lapangan olah raga. Jenis ruang terbuka publik yang akan dikembangkan berupa plaza dan taman. 2. Konsep Penataan Tata Hijau (lansekap) Kawasan terbuka hijau sangat penting untuk disediakan di suatu kawasan terutama pada pusat pusat kegiatan mulai dari tingkat terkecil hingga tertinggi, yaitu fasilitas yang melayani lingkungan permukiman hingga tingkat desa, termasuk juga kawasan konservasi alam, seperti area perbukitan dengan berbagai macam vegetasi. Konsep pengembangan Tata hijau yang direncanakan terdiri dari berbagai jenis, antara lain hutan desa, park dan plein. Perencanaan berupa hutan desa akan dikembangkan pada area perbukitan yang masih banyak terdapat vegetasi dari berbagai strata tanaman dan area ini akan diupayakan sebagai area konservasi alam selain sebagai sarana pendidikan. Konsep penataan berupa park atau taman akan dikembangkan dalam dua area yaitu lingkup desa dan dusun dengan tujuan estetika kawasan lokasinya menyebar di berbagai sub kawasan yang menyatu dengan fungsi ruang terbuka publik sebagai area rekreasi dan ruang komunal. Konsep penataan berupa plein yaitu ruang terbuka yang ditanami pohon perdu yang tidak terlalu rimbun dan tanaman keras pelindung serta beberapa tanaman peneduh akan dikembangkan di sekitar jalan utama desa sebagai dasar pertimbangan tersedianya area hijau diantara ruang jalan. A. Tata hijau pada hutan desa Tata hijau berupa hutan desa yang akan dikembangkan terutama pada daerah perbukitan, yang sekaligus berfungsi sebagai area konservasi dan paru- paru kawasan. a. Prinsip- prinsip : Kondisi topografi yang berbukit bukit dan kondisi tanah yang tidak stabil menyebabkan banyak terdapat area longsor, maka tata hijau pada area ini, harus berfungsi sebagai penstabil kondisi tanah atau pengikat tanah. b. Aturan Anjuran : - Vegetasi harus ditanam disetiap lahan yang bersifat kritis dengan kemiringan diatas 30%. - Jenis vegetasi yang digunakan yang dianjurkan adalah yang memiliki akar tunggang, bertajuk lebar, dan termasuk dalam jenis tanaman konservasi. - pemilihan jenis vegetasi lebih dri satu strata, antara lain pohon, perdu dan semak. B. Tata hijau pada taman (park) Konsep Tata hijau berupa taman (park) akan dikembangkan dengan lingkup skala desa yang berfungsi sebagai area rekreatif, ekologis, estetika dan sekaligus landmark atau node sebuah kawasan. a. Prinsip- prinsip ; Tata hijau atau vegetasi pada area taman (park) ditujukan keindahan atau estetika, serta perbaikan iklim mikro. IV-6

42 b. Aturan dan anjuran : - Tanaman bertajuk lebar digunakan sebagai area peneduh di kawasan taman desa - Fasiltas yang tersedia pada area taman dianjurkan dapat mewadahi aktifitas rekreatif dan interaksi sosial pemakainya. - Strata vegetasi berupa ground cover dan perdu ditata untuk tujuan estetika dan dapat menciptakan iklim mikro lingkungan - Untuk meningkatkan kualitas fungsional dan estetika, digunakan elemen taman yang terdiri dari elemen lunak ( soft material) seperti tanaman, air, tanah dan elemen keras (hard material) seperti paving, pagar, patung, pergola, bangku taman, kolam, lampu taman, dan sebagainya. - elemen soft material terdiri dari 60% luas taman dan elemen hard material terdiri dari 40%luas taman. C. Tata hijau pada Ruang Jalan Tata hijau pada ruang jalan atau yang sering disebut landsekap ruang jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada Iingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi Iahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan. a. Prinsip prinsip : Hal-hal yang dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam perencanaan lansekap jalan agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik jalan adalah sebagai berikut :. - Pada jalur tanaman tepi - Pada jalur tengah (median). - Pada daerah tikungan. - Pada daerah persimpangan. Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain adalah : - Perakaran tidak merusak konstruksi jalan - Mudah dalam perawatan - Batang/percabangan tidak mudah patah - Daun tidak mudah rontok/gugur b. Aturan / anjuran : Pada jalur tanaman tepi - Fungsi peneduh Persyaratan : Ditempatkan pada jalur tanaman Percabangan 2 m di atas tanah. Bentuk percabangan batang Tidak merunduk. Bermassa daun padat. Ditanam secara berbaris. Jenis tanaman : Kiara Payung (Filicium decipiens) Tanjung (Mimusops elengi) Angsana (Ptherocarphus indicus) - Fungsi penyerap kebisingan Persyaratan : Terdiri dari pohon, perdu/semak. Membentuk massa. Bermassa daun rapat. Berbagai bentuk tajuk. Jenis tanaman : Tanjung (Mimusops elengi) Kiara payung (Filicium decipiens) Teh-tehan pangkas (Acalypha sp) Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis) Bogenvil (Bogenvillea sp) Oleander (Nerium oleander) - Fungsi pembatas pandang Persyaratan : Tanaman tinggi, perdu/semak Bermassa daun padat Ditanam berbaris atau membentuk massa Jarak tanam rapat IV-7

43 Jenis tanaman Bambu (Bambusa sp) Cemara (Cassuarina equisetifolia) Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) Oleander(Nerium oleander) Tabel IV.1 Penataan Tanaman Pada Daerah Persimpangan Pada daerah tikungan - Fungsi pengarah pandang Persyaratan : Tanaman perdu atau pohon ketinggian > 2 m Ditanam secara missal atau berbaris Jarak tanam rapat Untuk tanaman perdu/semak digunakan tanaman yang memiliki warna daun hijau muda agar dapat dilihat pada malam hari. Jenis tanaman : o Pohon : o Perdu Cemara (Cassuarina equisetifolia) Mahoni (Switenia mahagoni) Hujan Mas (Cassia glauca) Kembang Merak (Caesalphinia pulcherima) Kol Banda (pisonia alba) Akalipa hijau Runing (Acalypha wilkesiana macafeana) Pangkas Kuning (Duranta sp) Pada daerah persimpangan Persyaratan : Untuk daerah bebas pandang ini ada ketentuan mengenai letak tanaman yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan bentuk persimpangannya. (lihat buku "Spesifikasi Perencanaan Lansekap Jalan Pada Persimpangan No. 02/T/BNKT/1992). Sebagai-contoh dapat dilihat pada tabel berikut. Sumber : Spesifikasi Perencanaan Lansekap Jalan pada Persimpangan Jenis tanaman : o Daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanami tanaman yang menghalangi pandangan pengemudi. Sebaiknya digunakan tanaman rendah berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian <0.80 meter, dan jenisnya merupakan berbunga atau berstruktur indah, misalnya : Ixora stricata (soka berwarna-warni) Lantana camara (lantana) Duranta sp (pangkas kuning) o Penggunaan tanaman tinggi berbentuk tanaman pohon sebagai tanaman pengarah, digunakan Tanaman berbatang tunggal seperti jenis palem Contoh : Oreodoxa regia (Palem raja) Areca Catechu (Pinang jambe) Borassus Flabellifer (Lontar/Siwalan) o Tanaman pohon bercabang > 2 meter Contoh : Khaya Sinegalensis (Srikaya) Lagerstromea Loudonii (Bungur) Mimusops Elengi (Tanjung) IV-8

44 dengan nilai-nilai religi, kepercayaan, norma, dan nilai budaya adat etnis Jawa. Selain itu, rumah tradisi Jawa memiliki makna historis yang perlu dipelihara dan dilestarikan. Peraturan mengenai persyaratan arsitektur didasarkan pada tujuan untuk membentuk suatu estetika visual arsitektur kawasan yang sebelumnya terbentuk secara organik. Selain itu diharapkan dapat mempertahankan identitas dan citra kawasan yang menjadi elamen spesifik yang membedakan dengan kawasan-kawasan lainnya. Kondisi masyarakat yang sebagian berprofesi sebagai petani dengan bentuk bangunan sebagian besar berupa bangunan tradisional Jawa, yaitu kampung menjadi salah satu elemen yang dapat memperkuat karakter khas kawasan pedesaan. Untuk itu ada beberapa poin yang menjadi penentu diantaranya yaitu : A. Langgam Arsitektur dan Dekoratif Sumber : Spesifikasi Perencanaan Lansekap Jalan pada Persimpangan Gambar 4.10 Contoh Rencana Skematik Penataan Tanaman pada Daerah Persimpangan 4.4. GUIDELINE PENATAAN SARANA, PRASARANA, DAN UTILITAS Arsitektur Bangunan 1. Arahan KDB dan KLB Kawasan Desa Ngraji Prinsip-Prinsip : KDB dan KLB mengatur setiap pembangunan dan sebagai acuan guna membangun pemukiman sehingga didapat sebuah pemukiman yang aman dan nyaman baik secara fisik maupun visual. Ketentuan : - Maksimal KDB : 40%-60% - KLB : Ketinggian bangunan : 1-2 lantai (maksimal 10 m) - GSB : Rumah yang berhadapan dengan jalan dusun min 2 m - Ketinggian Pagar : maksimal 1,5 m 2. Arahan Tata Bangunan Kawasan Rumah yang berhadapan dengan jalan desa min 3 m Bangunan tradisional dan rumah adat merupakan suatu perwujudan budaya yang bersifat konkrit. Setiap bagian/ruang dalam rumah adat sarat dengan nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat pemilik kebudayaan tersebut termasuk juga rumah tradisi Jawa. Konstruksi bangunan yang khas dengan fungsi setiap bagian yang berbeda satu sama lain mengandung unsur filosofis yang yang sarat Salah satu karakteristik umum bangunan di pedesaan yaitu pada ragam hias dan elemen dekoratif yang tetap mempartahankan elemen-elemen yang sering dijumpai pada bangunan tradisional jawa khususnya jawa tengah. Elemen-elemen tersebut terdapat pada keseluruhan bangunan mulai dari atap kolom, ukiran pada badan bangunan dan lain-lain. Material bangunan yang digunakan yaitu material yang umum digunakan pada langgam bangunan seperti dinding tembok, kayu, genteng. Selain itu skala dan ketinggian juga adalah faktor penting untuk diperhatikan untuk membentuk keseragaman dan skyline/garis ketinggian bangunan dalam kawasan yang baik. a. Prinsip-prinsip Mempertahankan langgam khas dan menggunakan elemen khas yang sudah ada. Pembuatan bangunan baru dan renovasi memperhatikan aturan-aturan anjuran. Struktur bangunan utama yang bersifat semi permanen diarahkan menuju bangunan permanen dengan standarisasi tahan gempa. b. Aturan / Anjuran Atap Menurut Heinz Frick arti dan fungsi konstruksi atap adalah sebagai pelindung manusia terhadap cuaca, baik pelindung terhadap panas maupun hujan. Curah hujan di Indonesia cukup besar, sehingga air hujan yang jatuh di permukaan atap harus cepat disalurkan ke dalam tanah. Untuk itu dibutuhkan kemiringan bidang atap yang cukup besar, yaitu 30 o. Dengan ini, diharapkan, air hujan dapat langsung dibuang dari permukaan atap. Yang membedakan atap tradisional jawa tengah (joglo dan limasan) dengan bangunan modern atau bangunan tradisional yang lain yaitu pada material, bentuk, corak pada bubungannya.konstruksi rangka atap joglo terdiri dari beberapa tiang yang disebut soko. Konstruksi atap joglo wajib memiliki tiang-tiang yang disebut soko guru. Pada konstruksi atap joglo murni yang diterapkan pada rumah tinggal, soko yang berfungsi sebagai IV-9

45 penyokong atap dengan kemiringan atap cukup curam tidak boleh dihilangkan. Masingmasing jenis tiang tersebut menyokong atap yang memiliki kemiringan yang berbedabeda. Semakin ke arah luar, kemiringan atap akan semakin landai. Bentuk atap yang dianjurkan untuk digunakan yaitu jenis atap joglo, limasan dan perisai. Kemiringan atap yang digunakan berdasarkan aturan yang berlaku di masyarakat mengenai konstruksi rumah joglo. Struktur rangka atap menggunakan rangka baja, aluminium atau kayu. Material atap yang digunakan yaitu genteng (genteng tanah liat, keramik, metal) Warna atap dianjurkan memakai warna coklat tua atau merah. Motif elemen-elemen yang digunakan pada atap mengadopsi bentuk yang umum digunakan pada kawasan Badan Bangunan Ketinggian badan bangunan perlantai antara 320 cm 350 cm. Persentase bukaan (pintu dan jendela) pada fasade bangunan utama yang menghadap ke jalan antara 40% - 75%. Ketinggian bukaan pada fasade bangunan yang menghadap ke jalan maksimal 250 cm diukur dari lantai bangunan terendah. Material pada badan bangunan yang dianjurkan yaitu pasangan batu bata, kayu dan material sebagai elemen estetika seperti batu alam, dan ragam ukiran Struktur Bangunan Struktur bangunan (sloof, kolom, ringbalk, balok) yang dianjurkan untuk bangunan permanen yaitu beton bertulang dan rangka baja. Struktur bangunan pendukung yang bersifat semi permanen dapat menggunakan bahan dasar kayu dengan klasifikasi minimal jenis kayu kelas 2. Struktur dasar bangunan untuk bangunan berlantai 1 menggunakan pondasi batu kali/batu gunung dengan kedalaman antara 30 cm 70 cm dengan pertimbangan jenis dan kondisi tanah. Struktur dasar bangunan untuk bangunan berlantai minimal 2 dianjurkan menggunakan pondasi foot dikombinasikan dengan pondasi baru kali/batu gunung Pagar Konsep dasar yang digunakan dalam penataan pagar bangunan pada kawasan juga didasarkan pada tujuan untuk membentuk suatu identitas dan karakter pada kawasan tanpa mengesampingkan fungsi utama pagar sebagai pengaman dan pembatas zona privat dan zona umum. Jadi pada kasus ini pagar juga difungsikan sebagai elemen estetika kawasan. a. Prinsip-prinsip : Pagar sebagai elemen pembentuk karakter dan identitas. Selain sebagai pembatas, pagar juga difungsikan sebagai elemen estetika. Pagar diharapkan memberi kontribusi positif terhadap kawasan. b. Aturan anjuran : Material pagar Material pagar yang dianjurkan menggunakan tata vegetasi sebagai bahan utama. Bisa berupa penggunaan tanaman perdu dan semak serta jenis tanaman merambat yang dikombinasikan dengan media tanam atau media rambat. Selain itu untuk bahan pendukung bisa digunakan dinding bata, kayu, besi dan batu alam yang difungsikan sebagai konstruksi pagar dan aksen. Ketinggian pagar Ketinggian pagar pada jalan utama yang dianjurkan antara 120 cm 150 cm. hal ini ditujukan agar penggunaan pagar dapat berfungsi juga sebagai buffer terhadap suara dan polusi kendaraan dan debu. Ketinggian pagar pada jalan-jalan lingkungan yang dianjurkan antara 80 cm -120 cm. hal ini ditujukan agar pagar tidak menutupi fasad bangunan sekaligus memberi ruang pandang dan membentuk interaksi secara visual Fasilitas Infrastruktur A. Street Furnitures Elemen-elemen ruang pada ruang publik yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna, seperti: tempat duduk, pohon peneduh dan tempat parkir (Shirvani, 1985). Dalam kasus kawasan Desa Ngraji ini street furniture selain fungsional, juga sebagai elemen estetika dan memberi warna terhadap kawasan. Beberapa jenis street furniture yang akan dibuatkan anjuran yaitu diantara lain lampu jalan, tempat sampah, tempat duduk, papan pengumuman dan pos jaga/ poskamling. Prinsip-prinsip : - Berfungsi sebagai elemen pembentuk karakter dan identitas. - Keberadaan street furniture dan signage tidak menghambat keberlangsungan aktifitas lain. - Signage hendaknya mudah dipahami dan bersifat memberi penerangan, jelas dan memberi kontribusi positif pada kawasan. - Perletakan sesuai dengan kebutuhan. B. Landmark dan Node Landmark dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk visual yang mencolok pada suatu ruang lingkup kawasan yang juga berfungsi sebagai penanda orientasi kawasan. Keberadaan landmark ini juga tergantung pada skala kawasan. Pada beberapa kasus, landmark dapat berfungsi dalam skala yang IV-10

46 luas seperti keberadaan tower atau bangunan tinggi. Dalam skala yang lebih kecil landmark dapat berupa taman, air mancur, tugu atau patung, jam dan lain-lain. Sedangkan node adalah sebuah pusat aktivitas dalam sebuah kawasan. Node juga merupakan salah satu tipe dari landmark yang dalam penggunaannya lebih bersifat aktif dan mewadahi kegiatan. Dalam kawasan desa Ngraji ada beberapa titik pada kawasan yang akan difungsikan sebagai landmark dan node kawasan. Di kawasan Desa Ngraji tujuan utama dari landmark dan node adalah sebagai penanda dan wayfinding dalam memperjelas orientasi terhadap lingkungan. Balai Desa Ngraji adalah salah satu titik yang potensial sebagai node yang dapat diarahkan sebagai landmark kawasan. Penataan pada titik ini akan menguatkan fungsi sehingga citra fungsi sebagai landmark atau penanda kawasan dapat terbentuk. Selain itu sarana olahraga dan persimpangan jalan merupakan potensi yang dapat diangkat. C. Gate Gate sebagai gerbang masuk dan keluar dari kawasan juga akan memberi kejelasan mengenai orientasi. Penataan terhadap gate nantinya dilakukan dengan tujuan menciptakan kognisi dan pembentukan karakter visual kawasan. Gate utama terletak sebagai pintu gerbang dan pintu keluar kawasan. Pada setiap dusun juga dianjurkan memiliki gate sebagai batas wilayah sehingga membentuk kejelasan teritorial setiap dusun tetapi tetap membuat suatu kesatuan dalam lingkup desa Ngraji Fasilitas Utilitas 1. Persampahan A. Pengelolaan sampah rumah tangga Prinsip-prinsip : Sampah merupakan masalah yang menjadi beban bagi sebuah kota maupun kawasan. Dengan pengelolaan yang serius diharapkan dapat menanggulangi masalah ini. Sistem pengelolaan sampah di desa Ngraji dibagi menjadi 2 macam, yaitu komunal dan individu. Pengelolaan komunal dilakukan secara bersama dalam sebuah fasiltas yang disediakan oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat setempat. Sedang untuk pengelolaan individu dikelola secara skala rumahan. Konsep pegembangan persampahan perlu peningkatan melalui peningkatan pelayanan pengangkutan sampah dari unit lingkungan terkecil yaitu rumah tangga menuju dusun kemudian desa dan selanjutnya kota. B. Pengelolaan sampah permukiman di sumber Yang dimaksud sumber adalah sampah dari rumah, sekolah, industri kecil, Hal-hal yang dilakukan adalah : Memilah sampah organik dan anorganik dan menempatkan pada wadah yang terpisah Melakukan pengkomposan sampah organik sesuai dengan kondisi tanah masing-masing rumah Menghindari pembuangan sampah dengan dibakar karena menimbulkan pencemaran lingkungan C. Pengelolaan sampah non perumahan disumber Pengelolaan sampah non perumahan disumber seperti di pasar, sampah penyapuan jalan yang dilakukan dengan pengumpulan langsung. Pengumpulan dan pengangkutan Sampah hasil rumahan dikumpulkan di dalam kantong/bak sampah. Sampah rumahan tidak boleh diletakkan di luar rumah kecuali dalam bak sampah umum. Sampah dikumpulkan petugas minimal 1x sehari dan dibawa ke TPS desa untuk diangkut petugas TPS kota. Hal ini dimaksudkan agar kawasan selau bersih dari pemandangan sampah maupun bau yang timbul akibat adanya timbunan sampah. Rencana Strategi Sistem Persampahan Terpadu (RSSPT): Memilih sampah organik dan anorganik yang ditempatkan pada wadah yang berbeda dan ditandai. Bahan Tong sampah dari bahan yang tidak mudah rusak dan menimbulkan pencemaran serta diberi penutup seperti: tong plastic/fiber, tong dari ban bekas atau tong sampah dari seng. Melakukan komposisasi dalam skala lingkungan, Hal ini untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengeloaan sampah dan dapat meingkatkan pendapatan dengan penjualan kompos atau minimal dapat dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman pribadi. Memilah sampah anorganik sesuai dengan jenisnya, misalnya plastik, kaca, besi untuk kemudian dapat dimanfaatkan dan diolah sebagai barang daur ulang yang memiliki nilai ekonomis. Pelaksanaan pengelolaan sampah non-organik ini dapat dikelola oleh ibu-ibu PKK setempat. 2. Sistem Jaringan Drainase Prinsip-prinsip : Jaringan drainase adalah jaringan yag menampung air hujan, terutama yang berasal dari jalan dan sekitarnya yang dilarikan ke sungai sungai. Jaringan drainase mengikuti pola jalan dan topografi kawasan. Jaringan drainase juga dapat dimanfaatkan untuk air limbah rumah tangga. 3. Sistem Jaringan Air Bersih Penyediaan sumber air bersih dikelola oleh PDAM dan masyarakat yang tidak berlangganan dapat mengunakan air yang berada pada sekitar kawasan, berupa: - Mata Air - Air permukaan (Sungai) - Air tanah dari sumur gali dan sumur pompa. IV-11

47 Aturan / Anjuran : Untuk memenuhi kebutuhan air bersih maka diperlukan peningkatan pengadaan air besih. Tujuan perencanaan air bersih adalah untuk meminimalisir pengambilan air dangkal oleh masyarakat agar keseimbangan terjaga. Untuk memenuhi hal tersebut, maka: Meningkatkan cadangan volume air bersih melalui sumur-sumur resapan, sumur resapan untuk menyimpan air kedalam tanah yang berasal dari air hujan dengan dimensi resapan 1 m dan kedalaman 2 m. Pengendalian kedalaman sumur pompa pada wilayah tertentu guna pengendalian sumber air bersih. Pengendalian lingkungan sekitar sumber air dari pencemaran dengan ditetapkan sebagai area konservasi. Untuk meningkatkan jumlah air tanah maka disetiap rumah/lingkungan dibuat lubang peresapan biofori. Setiap lahan 100 m 2 jumlah ideal LRB (Lubang Resapan Biofori) dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antar lubang 0,5 1 m Sumber :Biofori dalam google.com, 2009 Gambar 4.11 Contoh Potongan Lubang Biofori IV-12

48 BAB V RENCANA KAWASAN PRIORITAS 5.1. RENCANA STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN D direncanakan sebagai pusat aktivitas permukiman yang didukung oleh aktivitas pertanian, peternakan, dan industri rumah tangga. Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancana kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan kertentuan perencanaan dalam tata ruang wilayah. Rencana peruntukan lahan di kawasan prioritas terbagi menjadi beberapa penggunaan lahan yaitu, permukiman, pendidikan, pertanian, industri dan perdagangan jasa serta fasilitas umum lainnya. Perkembangan aktivitas permukiman diusahakan seoptimal mungkin tidak menggunakan sawah irigasi namun memanfaatkan lahan/ruang diantara permukiman yang masih kosong dan memanfaatkan lahan perkebunan yang berada di antara permukiman ini. Optimalisasi pemanfaatan ruang permukiman ini tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB) maksimal 80%. Arahan perencanaan penggunaan lahan untuk permukiman di Blok D sebesar 25,780 Ha yang didukung oleh fasilitas umum Rencana penggunaan lahan di Desa Ngraji diarahkan untuk tetap mempertahankan lahan berupa pendidikan 0,334 Ha, perdagangan dan jasa sebesar 0,583 Ha, keamanan desa 0,039 Ha pertanian irigasi teknis, penggunaan lahan untuk kegiatan permukiman, penggunaan lahan untuk peribadatan dan lapangan masing masing 0,423 Ha dan 0,83 ha. Sedangkan untuk sawah irigasi pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial, penggunaan lahan utilitas umum (jalan dan dipertahankan memiliki luasan sebesar 118,111 Ha, dan untuk perkebunan karena sebagian direncanakan sungai/saluran). sebagai fungsi permukiman yang berdasarkan proyeksi penduduk yang dilakukan semakin bertambah Jumlah penduduk Desa Ngraji akan terus bertambah, hal ini harus diantisipasi dengan penyediaan ruang bagi perkembangan permukiman. Perkembangan permukiman diarahkan tidak menggunakan sawah irigasi teknis. Rencana permukiman tetap diarahkan di sepanjang kiri dan kanan jalan yang sudah jumlah penduduknya maka kebutuhan akan tempat tinggal mengalih fungsikan kebun/pekarangan yang ada sehinnga direncanakan untuk kebun/pekarangan seluas 7,864 Ha.. ada dengan mengoptimalkan ruang diantara rumah yang saat ini masih luas namun tetap diatur koefisien dasar bangunannya maksimal 80%. Untuk rencana pada kawasan prioritas yaitu di Dusun Cabean maka perencanaan penggunaaan lahan kususnya penyediaan permukiman diarahkan di sepanjang jalan utama jalan Ndayang - Kuwu dan jalan local dan lingkungan dengan mengoptimalkan ruang-ruang yang masih ada, selain itu juga direncanakan perbaikan dan peningkatan kualitas rumah melalui bantuan secara bergulir bagi rumahrumah yang tidak layak huni. Sebagian besar masyarakat di Blok D memiliki ternak yang kandangnya masih menjadi satu dengan rumah induk, sehingga perlu direncanakan pemisahan kandang ternak (sapi, kambing & jangkrik) dari rumah induk untuk menjaga kualitas kesehatan permukiman, terutama bagi para penghuninya. Blok Tabel V.1 Rencana Penggunaan Lahan Blok D Blok D Rencana Penggunaan Lahan keamanan desa kebun lapangan pendidikan peribadatan permukiman sawah keamanan desa Jumlah Sumber: Rencana Tim, 2013 Luas (Ha) ,217 V-1

49 V-2

50 Gambar 5.1 Blok Plan Kawasan Perancangan V-3

51 V-4

52 Rencana Arahan Design Kawasan Pendidikan Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembangunan suatu wilayah, karena kualitas SDM dapat diukur dari seberapa besar tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat. Kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan warga masyarakat yang baik dan berpendidikan. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia dapat dijadikan sebagai salah satu indikator perkembangan suatu wilayah. Kualitas sumber daya manusia yang baik dan unggul erat kaitannya dengan sarana pendidikan yang baik guna mewujudkan usaha dalam peningkatan mutu kualitas pendidikan di negara ini. Pelayanan sarana pendidikan di Dusun Cabean dilaksanakan oleh pemerintah. Kegiatan pendidikan ini mencakup kegiatan pendidikan umum, keagamaan, dan keterampilan/keahlian. Gambar 5.2 Bangunan Pendidikan Berdasarkan ketersediaanya jumlah sarana pendidikan di Dusun Cabean sudah mampu menampung jumlah penduduk saat ini dan kebutuhan 10 tahun yang akan datang, sehingga belum perlu penambahan untuk jumlah sarana pendidikan. Dalam perencanaannya kawasan pendidikan yang didominasi oleh anak anak mengingat tersedianya Sekolah Dasar dan Madrasah Tsanawi sehingga diperlukan perancangan yang harus mempertimbangkan hal tersebut. Untuk design sekolah yang ada di kawasan perancangan direncanakan akan dibangun zebracross untuk media penyebrangan siswa yang hendak bersekolah. Zebra cross diperlukan sebagai zona kawasan selamat sekolah sebagai perlindungan terhadap masayrakat setempat. Untuk lebih jelasnya arahan design pada kawasan pendidikan dapat dilihat berikut ini V-5

53 Gambar 5.3 Site Kawasan Zona Selamat Sekolah V-6

54 V-7

55 10. Mempertimbangkan masalah yang perlu segera ditangani dan antisipasi terhadap permasalahan yang 5.2. RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM Rencana Pelaksanaan program pembangunan merupakan sasaran-sasaran program yang mungkin timbul; 11. Mempertimbangkan sektor-sektor kegiatan wilayah yang mempunyai tingkat perkembangan tinggi; 12. Mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas pembangunan. diprioritaskan dalam jangka waktu tertentu dengan disertai sumber dana untuk mewujudkan Rencana Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagi rencana tindak Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) Kawasan Prioritas terpilih Desa Ngraji sesuai dengan penataan lingkungan permukiman yang disusun perlu dibuat suatu sistem prioritas, baik prioritas yang yang dibuat dalam Indikasi sesuai dengan prioritasnya mengingat adanya keterbatasan sumber dana menyangkut lokasi maupun prioritas sektoral. pembangunan dan dapat mencapai tujuan pembangunan itu sendiri bila rencana pembangunan ditunjang hukum yang kuat. Selain lain dapat ditunjang oleh adanya kerjasama antara semua pihak, baik masyarakat, swasta/perorangan maupun instansi pemerintahan RENCANA PENATAAN KAWASAN PRIORITAS Penataan Kawasan Desa Ngraji diwujudkan dalam rencana pelaksanaan program pembangunan Rencana Pelaksanaan program memuat rincian tahapan dan program-program pembangunan yang akan diterapkan di wilayah perencanaan berkenaan dengan penyusunan RTPLP Kawasan Prioritas Kawasan Prioritas Terpilih Desa Ngraji yang lebih bersifat operasional. terpilih Desa Ngraji dimana dalam pentahapan pelaksanaan program direncanakan jenis kegiatan Yang menjadi pertimbangan dalam penentuan dalam rencana pelaksanaan program pembangunan ini pembangunan yang harus dilaksanakan setiap lima tahun. adalah : Adapun pertimbangan dalam membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang 1. atau dalam kaitan wilayah yang lebih luas; tertuang dalam penyusunan Desa Ngraji, yaitu : Tingkat kemendesakan program, yaitu penyelesaian masalah, ekonomi dan dampak atau manfaat program. Besarnya kebutuhan sarana dan prasarana pembangunan yang harus disediakan pada setiap tahapan Sehingga untuk masing-masing tahapan pembangunan disusun berdasarkan komponen-komponen pembangunan; Tingkat kepentingan program, yaitu bagaimana kaitan program dengan rencana pembangunan desa Program yang diprioritaskan adalah yang mendukung tercapai keteraturan tata ruang sebagaimana program yaitu : yang diharapkan; Perencanaan dan legalisasi rencana tata ruang; Ada beberapa unsur dalam kawasan yang perlu diprioritaskan pembangunannya dalam upaya untuk Pembangunan fasilitas yang mendukung terbentuknya sistem kawasan; merangsang arah pertumbuhan kawasan ataupun pelayanan-pelayanan yang mutlak dalam waktu Pembangunan dan peningkatan jalan dan transportasi; yang relatif lebih dekat (lebih mendesak). Pembangunan dan peningkatan jaringan prasarana/infrastruktur; Dimensi pemanfaatan ruang yang dituju untuk membentuk lingkungan fisik desa sesuai dengan Pembangunan sarana produksi yang mendukung struktur perekonomian kawasan. karakteristik potensi dan masalah di Desa Ngraji; Kawasan prioritas adalah kawasan yang memerlukan penanganan secara lebih cepat, lebih besar, 5. Prioritas indikasi program pembangunan skala desa dan blok lingkungan; dan lebih terarah karena memiliki nilai strategis dibandingkan dengan wilayah lainnya dalam wilayah Desa 6. Mempertimbangkan partisipasi dan aspirasi masyarakat serta keterkaitan pengusaha swasta/investor Ngraji. Kawasan prioritas ditetapkan berdasarkan beberapa indikator, antara lain: untuk Penataan suatu kegiatan tanpa bantuan atau dengan bantuan. Aspirasi stakeholder disampaikan pada waktu kegiatan sosialisasi PLP-BK Desa Ngraji diskusi pemaparan hasil selama proses pelaksanaan pekerjaan, maupun program-program pembangunan yang telah disusun sebagai hasil musyawarah rencana pembangunan (musrenbang); 7. Diutamakan bagi program-program pembangunan fisik, sedangkan program-program non fisik sebagai penunjang/pelengkap. Luas wilayah terbangun dibandingkan dengan luas wilayah RW adalah > 70% Jumlah rumah dengan dinding terbuat dari bambu > 50% Jumlah ventilasi rumah < 75% Jumlah warga miskin > 40% Tingkat kerusakan jalan/jalan yang masih tanah/makadam > 50% Kondisi drainase rusak/tidak tersedia drainase > 70% 8. Berdasarkan tingkat kepentingan/kebutuhan yang mendesak; 9. Memperhatikan sektor-sektor yang dianggap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dan Rumah tangga yang belum terlayani air bersih > 50% kesejahteraan penduduk; Jumlah rumah tangga yang belum mengelola sampah > 50% Jumlah rumah tangga yang memiliki jamban < 75% V-8

56 Kawasan yang terkena banjir > 35% Kesepuluh indikator tersebut harus dipetakan yang kemudian dilakukan analisis superimpose untuk mendapatkan alternatif kawasan prioritas yang akan menjadi generator penggerak penataan dan pengembangan wilayah Desa Ngraji 10 tahun yang akan datang. Dari hasil analisis superimpose beberapa indikator tersebut di atas, melalui pengolahan data PS dan RPK maka dihasilkan bahwa kawasan prioritas yang ada di Desa Ngraji yang telah dilakukan kesepakatan dengan masyarakat dan pihak Pengurus Desa dan adalah: 1. Kawasan Prioritas I, meliputi: Blok D ( Dusun Cabean) 2. Kawasan Prioritas II, meliputi: Blok B dan Blok A dan Blok E ( Dusun Ngablak dan Ngraji (RW1)dan Dusun Tempel ); 3. Kawasan Prioritas III, meliputi: Blok C ( Dusun Dadabong). 4. Kawasan Prioritas IV, meliputi : Blok A( Dusun Ngraji (RW II ) Berdasarkan alternatif kawasan prioritas di atas, maka ditetapkan bahwa kawasan prioritas utama Desa Ngraji adalah Kawasan Prioritas I, dengan pertimbangan bahwa: 1. Dampak cakupan dari kegiatan inti yang akan dilakukan akan lebih besar; 2. Lokasi kawasan prioritas I ini termasuk dalam daerah rawan bencana banjir, oleh karena itu memerlukan penanganan yang lebih; 3. Adanya potensi dan embrio kegiatan industri rumah tangga yang sudah dilakukan oleh masyarakat; 4. Adanya potensi petaniann yang potensial di Blok ini; 5. Adanya permasalahan lingkungan permukiman yang cukup mendesak untuk ditangani bencana banjir yang cukup parah dan juga masih banuak jalan yang dengan perkerasan makdam dan tanah serta saluran air yang masih belum bertalud tersebar di seluruh kawasan blok di kawasan prioritas; 6. Adanya sebaran penduduk miskin yang cukup besar; 7. Adanya ketersediaan lahan dari Ngraji. Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan prioritas terpilih dapat dilihat pada gambar di bawah ini. V-9

57 V-10

58 V-11

59 5.4. KONSEP PENATAAN KAWASAN - Setelah tahap penyusunan elemen-elemen pembangunan diselesaikan, maka dapat dilakukan penyusunan rencana penataan kawasan prioritas. Konsep penataan kawasan prioritas terpilih Desa Ngraji yang mempertimbangkan potensi sektoral yang dimiliki oleh masing-masing kawasan tersebut, yaitu: 1. Sektor perumahan Tujuannya adalah penyediaan lingkungan permukiman yang layak sesuai kebutuhan masyarakat. - TAHAPAN PELAKSANAAN PENATAAN KAWASAN Luas kawasan prioritas terpilih ini kurang lebih 153,21Ha. Pada kawasan prioritas terpilih akan Pengembangan perumahan terencana, yaitu pembangunan perumahan dan permukiman sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan ketersediaan lahan. dilakukan 2 tahapan kegiatan selama 10 (sepuluh) tahun yang dirinci 5 (lima) tahunan, tahapan Penataan lingkungan perumahan, yaitu terciptanya lingkungan perumahan dan permukiman capaian kegiatan per 5 (lima) tahunan ini adalah: yang layak dan sesuai dengan perkembangan lingkungan di Kawasan Prioritas terpilih Desa Ngraji Penataan lingkungan permukiman yang sehat dan nyaman Pengembangan kawasan prioritas terpadu (pertanian dan pengembangan UMKM) Pembentukan kelembagaan pengelola kawasan prioritas terpadu Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) lingkungan sekaligus sebagai arena bermain anak Penyediaan air bersih bersama (warung air) Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung permukiman, seperti: jaringan jalan, air berish, drainase, sanitasi, sampah, dsb. Sektor perdagangan dan jasa 1. Tahap I (5 tahun pertama) : a. Tujuannya adalah penyediaan fasilitas perdagangan dan jasa yang mampu mewadahi tuntutan - kebutuhan masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi desa. - Pengembangan perdagangan dan jasa lebih bagaimana memasarkan lebih luas produk lokal yang dihasilkan oleh kawasan perancangan sehingga mampu dikenal sebagai karakter khas desa perancangan. 3. Sektor pertanian dan peternakan b. Tujuannya adalah mengembangkan kegiatan pertanian dan peternakan bagi masyarakat sesuai Pengembangan potensi kotoran ternak sebagai biogas maupun sebagai pupuk organik yang Pengembangan ruang terbuka adalah mempersiapkan dan menciptakan ruang terbuka baru guna mewadahi dan mengantisipasi kegiatan penduduk saat ini dan masa datang sekaligus mengembangkan ruang terbuka yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas ruang terbuka pada kawasan tersebut. 4. Sektor Industri kecil c. Tujuannya adalah mengembangkan kegiatan industri rumahtangga/kerajinan sebagai usaha kecil dan mikro sehingga akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki di Kawasan Prioritas terpilih Desa Ngraji. Penataan Kawasan prioritas terpilih Desa Ngraji yaitu di Blok D meliputi seluruh wilayah Dusun Cabean (RW 5) yang terdiri dari 10 (sepuluh) RT yang diperuntukkan bagi PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MELALUI PERBAIKAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG PERMUKIMAN, Pembentukan kelompok-kelompok masyarakat untuk pengolahan potensi yang dimiliki, yaitu: cluster hasil pertanian, cluster makanan ringan, cluster kerajinan, dan sebagainya; d. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengolahan kotoran ternak (sapi/kambing) menjadi pupuk organik yang siap dikonsumsi sendiri untuk pertanian ataupun untuk dijual/dipasarkan; e Analisis Kawasan Prioritas Terpilih Pengembangan kawasan prioritas terpadu, dengan: Penetapan lokasi kawasan terpadu Pembentukan lembaga pengelola kawasan prioritas terpadu Pembangunan gedung pelatihan dan showroom hasil produksi kawasan prioritas Pembangunan ruang terbuka hijau berupa taman lingkungan yang sekaligus bisa berfungsi sebagai arena bermain anak - Pembangunan kandang komunal - Pembangunan depo pengolahan pupuk organik - Pembangunan sentra pengolahan sampah menjadi pupuk kompos atau kerajinan bernilai ekonomi diharapkan mampu menunjang potensi pertanian yang ada dalam kawasan perancangan. - Penataan rumah sehat Penyediaan air bersih sesuai standar layak konsumsi Penyediaan jamban keluarga Perbaikan jalan lingkungan dengan rabat beton dan makadam Perbaikan saluran drainase yang terhubung dengan saluran primer dan sekunder desa Pembangunan talud penahan tanah pada saluran-saluran drainase yg rawan longsor - dengan potensi yang dimiliki di Kawasan Prioritas terpilih Desa Ngraji. - Penataan lingkungan permukiman melalui: Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos maupun kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi; 2. Tahap II (5 tahun kedua) : a. Perubahan perilaku masyarakat tentang hidup dalam lingkungan sehat dan produktif; b. Evaluasi penataan lingkungan permukiman (lanjutan); antara lain : V-12

60 c. Penguatan lembaga pengelola kawasan prioritas terpadu; d. Evaluasi kinerja kawasan prioritas terpadu. Pada setiap interval 5 tahun, dapat mengevaluasi perkembangan pelaksanaan dan mengevaluasi data proyeksi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian langkah untuk setiap 5 tahun berikutnya selalu dapat berdasarkan pada data yang baru, misalnya tentang kependudukan, transportasi dan tata guna tanah/bangunan dan lain sebagainya. Selama proses evaluasi mengenai penataan Kawasan Prioritas terpilih Desa Ngraji pada setiap interval dianjurkan agar sejak awal sudah mempunyai data dan rekaman keadaan desa. pembangunan setiap bagian tetap saling terkait dan saling mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan Desa Ngraji. Dalam perancangan kawasan di Dusun cabean yang merupakan kawasan prioritas terpilih yang akan menjadi kawasan percontohan bagi Dusun yang lain penekanan arahan pengembangan terbagi menjadi tiga aspek, yaitu Aspek Lingkungan, Aspek Ekonomi dan aspek Sosial. Dimana dalam setiap aspek meliputi berbagai kegiatan yang akan di rencanakan dalam proses kegiatan pembangunan yang akan dilakukan oleh masyarakat Di kawasan Prioritas. Untuk lebih jelasnya perencanaan dalam setiap aspeknya diuraikan seperti dibawah ini yaitu Aspek Lingkungan 5.6. ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN Arahan pengembangan di kawasan Desa Ngraji Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan Dalam perancangan kawasan prioritas terpilih yang termasuk dalam kegiatan pelaksanaan aspek Lingkungan berdasarkan hasil kesepakatan warga yang akan dirancang dan dilakukan pembangunan pada kawasan prioritas terpilih adalah : lebih ditekankan pada wilayah Dusun Cabean yang sebagian besar peruntukan lahanya adalah untuk fungsi lahan permukiman dan pertanian. Arahan ditujukan pada beberapa aspek perencanaan teknis penataan kawasan, seperti tata guna lahan, intensitas pengembangan, jaringan sirkulasi, tata bangunan, tata ruang terbuka hijau, sistem penanda (signange), serta kelengkapan jalan (street furniture). Arahan pengembangan ini merupakan arahan prioritas kawasan yang terbagi atas arahan prioritas kawasan jalan utama desa yang meliputi gerbang kawasan dan elemen-elemennya, arahan prioritas Perbaikan Jalan Pembuatan Talud penahan tanah pada drainase yang rawan longsor dan perbaikan jembatan Penyediaan sumber air bersih Pembangunan sentra pengolahan pupuk organik dan kandang komunal Pembangunan gedung pelatihan dan showroom hasil produksi kawasan prioritas Penataan rumah sehat Untuk lebih jelasnya dalam menunjang konsep perancangan kawasan prioritas terpilih di Dusun kawasan permukiman dan pertanian. Desa Ngraji adalah : Cabean yaitu PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MELALUI PERBAIKAN SARANA 1. Mengembalikan nilai-nilai budaya atau tatanan masyarakat yang pernah ada melalui penataan PRASARANA PENDUKUNG PERMUKIMAN, maka dalam perancangan pada aspek Lingkungan yang bangunan dan lingkungan sehingga dapat memperkuat karakter kawasan diarahkan menunjang konsep tersebut, untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut ini. 2. Memanfaatkan lahan-lahan produktif yang masih banyak sebagai area hijau dan area ekonomi masyarakat Menata pusat ekonomi masyarakat sesuai dengan fungsi dan potensi yang ada sehingga dapat Perbaikan Jaringan Jalan Jalan merupakan eleman penting dalam pengembangan suatu kawasan, hal ini terkait fungsi jalan memberikan input ekonomis yang optimal yang sangat vital, apabila jalan dnegan kondisi baik maka aspek yang lain juga ikut terangkat atau Meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan letak kandang dengan hunian serta jaringan berkembang, dalam perancangan kawasan di Dusun Cabean Pengembangan jaringan jalan diharapkan utilitas dan sanitasi dan penyediaan ruang-ruang terbuka hijau dapat menunjang fungsi kawasan. Pengembangan jaringan jalan meliputi peningkatan jaringan jalan yang Mempertahankan kawasan permukiman penduduk yang tumbuh dengan organis yang merupakan sudah ada. karakter khas tetapi dengan pengaturan tata guna lahan serta intensitas penggunaan lahan yang lebih terencana dan terarah 6. Jaringan Jalan di Dusun Cabean pada kondisi eksisting merupakan jaringan jalan lokal sekunder dan Menyediakan lahan serta merencanakan air bersih yang dikelola masyarakat sebagai area usaha dan jalan lingkungan, Kelas jalan di Desa Ngraji dalam perancangannya akan tetap dipertahankan sesuai ekonomi masyarakat yang lebih tertata dan memberikan nilai ekonomis yang lebih. dengan kondisi eksistingnya, hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan Dalam pengembangan kawasan Desa Ngraji diarahkan pada homogenitas guna lahan dan karakteristik serta kesesuaian lahan yaitu pada kawasan prioritas terpilih. Meskipun begitu, perencanaan dan pola jaringan jalan yang terstruktur dan terencana sesuai dengan pedoman perencanaan yang ada. Pengembangan jaringan jalan di Dusun Cabean diarahkan sesuai hirarki fungsi jalan agar dapat mendukung pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatan pada wilayah perencanaan dan untuk V-13

61 mengarahkan konsentrasi daerah terbangun serta menunjang proses perkembangan tata ruang secara bertahap dan terkendali Permasalahan jalan yang ada dan harus segera dilakukan kegiatan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah kondisi jalan di kawasan priotitas yang masih buruk, kondisi jaringan jalan lingkungan terutamanya pada jalan protokol dan jalan lingkungan penghubung dnegan dusun lainnya memerlukan perbaikan kualitas jalan, hal ini didasarkan peningkatan kualitas jalan adalah pada fungsi jalan, dimana jalan dengan fungsi/hirarki lebih tinggi diupayakan memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini berkaitan dengan beban lalu lintas yang diterima, yakni jalan dengan beban besar memerlukan kualitas yang baik. Peningkatan kualitas jalan dilakukan dengan cara di rabat beton. Jalan protokol pada kondisi eksisting didapati diperkeras dengan paving dengan kondisi rusak dan jalan lingkunan yang dominasi dengan perkerasan macadam, dengan kondisi demikian akan menghambat lalu lintas di kawasan oerancangan dan perkembangan wilayah juga akan ikut terhambat. Untuk itu kegiatan yang diprioritaskan oleh masyarakat adalah perbaikan jalan protokol yang memang merupakan jalan utama Dusun dan jalan lingkungan yang menghubungkan dengan Dusun Tempel dilakukan rabat beton untuk perbaikan kualitas jaringan jalan. Untuk lebih jelasnya Jaringan jalan yang akan dilakukan perbaikan atau peningkatan kualitas adalah sebagai berikut ini Table V.2 Inventarisasi Kegiatan Perbaikan Jaringan Jalan No Lokasi Jalan di Belakang SD, RT 8, RT 1, RT 10, RT 7 Jalan PROTOKOL DARI RT 9, RT 8, RT 2 ( 225 M ) Jalan di RT 5, RT 6 Jalan di RT 04 Jalan di RT 03 Jalan di RT 06 Jalan di Belakang Masjid DARI RT 8, RT 1, RT 10, RT 7 ( 550 M ) Jalan di DI RT 2, RT 9 Volume (m) Panjang Lebar ( Gambar 5.4 Inventarisasi Kondisi Jalan Sumber: Pengukuran Lapangan, 2014 V-14

62 Gambar 5.5 Site Arahan Design Jalan V-15

63 Gambar 5.6 Site Arahan Design Jalan V-16

64 Rencana Peningkatan Pelengkap Jalan diharapkan mampu membuat kenyamanan bagi pengendara kendaraan dan didukung dnegan perletakan lampu, dan tiang-tiang pembatas. Rencana pelengkap jalan (street furniture) yang direncanakan pada kawasan perancangan direncanakan untuk menunjang konsep penataan lingkunga yaitu peningkattan kualitas lingkungan, dengan terpenuhinya pelengkap jalan diharapkan akan tercipta lingkungan hunian permukiman yang sehat, aman dan nyaman, untuk lebih jelasnya yang akan dilakukan perencanaan pelengkap jalan terdiri atas: A. Lampu Penerangan Jalan Lampu penerangan jalan adalah lampu yang berfungsi untuk menerangi jalan utama yang ada di Jl. Danyang Kuwu dan jalan protokol Dusun yang ditata secara linear dan mampu memperkuat 1. Lampu penerangan jalan citra kawasan. Ketentuan dari lampu penerang jalan adalah sebagai berikut ini. 2. Papan penunjuk jalan Rencana desain lampu penerangan jalan utama dan jalan protokol adalah sebagai berikut : 3. Papan reklame 4. Rambu pelengkap jalan Menata kembali titik-titik lampu jalan yang ada dan didukung dengan menambah elemenelemen artistik yang mencerminkan karakter kawasan tersebut; 5. Pos Keamanan Pemilihan material sebagian menggunakan material setempat (lokal), seperti batu andesit 6.Tempat sampah yang berwarna natural ditempatkan pada bagian bawah tiang lampu, sedangkan bagian 7. Vegetasi atas di desain artistik yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat; 8. Hidran Umum 9.Halte bus Jarak antar lampu jalan berkisar antara meter; Ketinggian lampu jalan berkisar 8-10 meter. 10. Kotak surat 11.Bak tanaman Rencana penataan street furniture dimaksudkan sebagai berikut : a. Street furniture menjadi daya tarik. Perlengkapan street furniture seperti lampu jalan yang linier dan berirama sepanjang koridor jalan Protokol akan menjadikan kawasan lebih hidup dan menarik minat/keinginan untuk menikmati suasana pada malam hari. b. Street furniture berfungsi sebagai wadah/pendukung kegiatan. Perletakan street furniture yang berupa pot bunga, tempat sampah, hidran umum, kotak surat akan menambah kenyamanan masayrakat setempatmalam hari dengan penerangan lampu yang cukup. c. Street furniture berfungsi untuk memperkuat citra kawasan. Untuk memperkuat citra kawasan di jalan protokol dusun maka bentuk dan model dari unsur-unsur street furniture dibuat dengan bentuk alamiah artistik dengan menggunakan bahan/material yang baru dan terkesan ringan. d. Street furniture sebagai perangkat terselenggaranya ketertiban kawasan. Perletakan elemen street furniture seperti tempat sampah, lampu-lampu penerangan, bak tanaman, hidran umum dan pos keamanan diharapkan mampu ketertiban dan kenyamanan di dalam Dusun Prioritas. e. Street furniture dimanfaatkan untuk memecahkan beberapa permasalahan lalu lintas. Maksudnya dengan adanya perbedaan jenis, warna, material dan rambu rambu lainnya Gambar 5.7 Site Arahan Design Lampu Jalan Gambar 5. Site Arahan Design Jalan V-17

65 Gambar 5.9 Site Arahan Lampu Design Gambar 5.8 Site Arahan Perspektif Utilitas C. Papan Informasi Papan penunjuk jalan atau papan informasi adalah papan yang memberikan informasi secara langsung kepada masyarakat pengguna untuk mengetahui keberadaan tempat-tempat umum. B. Lampu Taman Lampu taman/lampu hias adalah lampu penerangan di malam hari bagi lalu lintas maupun pejalan kaki yang ditempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis. Lokasi strategis yang dimaksudkan adalah direncanakan diletakkan di areal gedung/bangunan pelatihan dan Papan informasi diletakkan di tempat-tempat strategis atau umum serta keberadaannya tidak mengganggu pengguna jalan yaitu diletakkan di depan gapura(landmark) masuk dusun dijalan protokol. Papan informasi bersifat sosial dan tidak bersifat komersial. Rencana desain untuk papan informasi adalah sebagai berikut : pemasaran produk kawasan. Ukuran papan informasi disesuaikan dengan informasi yang akan disampaikan. Rencana desainnya adalah sebagai berikut : Terbuat dari bahan bangunan setempat dan modern. Memperhitungan kekuatan struktur dan konstruksi untuk papan informasi yang berukuran Tinggi lampu kurang lebih 2 meter Memiliki nilai artistik yang tinggi perpaduan antara elemen arsitektural klasik (candi) dengan elemen arsitektural modern. besar. Desain merupakan perpaduan antara unsur lokal dengan modern. Pemilihan material sebagian menggunakan material setempat (lokal), seperti batu andesit yang berwarna natural ditempatkan pada bagian bawah tiang lampu, sedangkan bagian atas di desain artistik yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. V-18

66 Gambar 5.10 Papan Informasi D. Papan Reklame Gambar 5.11 Papan Informasi pada Koridor Jalan Papan reklame merupakan papan informasi kepada masyarakat yang bersifat komersil yang penempatannya diletakkan ditempat-tempat yang strategis dan tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan. E. Rencana desain untuk papan reklame adalah sebagai berikut : Menata kembali titik-titik papan reklame yang ada dengan memperhatikan titik strategis di sepanjang koridor jalan. Ukuran dan ketinggian papan reklame dibuat sedemikian rupa sehingga lebih informatif dan tidak mengganggu pengguna jalan. Rambu perlengkapan jalan merupakan rambu penunjuk/peringatan/ informasi kepada masyarakat pengguna jalan. Penempatan rambu perlengkapan jalan diletakkan pada lokasilokasi strategis yang diperlukan dan sebisa mungkin mudah terlihat oleh pengguna jalan. Rencana penataan rambu perlengkapan jalan adalah : Terbuat dari bahan bangunan setempat dan modern. Desain disesuaikan dengan papan informasi, dapat mengedepankan unsur futuristik Papan penanda/tulisan lalu lintas terbaca jelas pada jarak maksimal 20 M dari pengendara, dan terletak maksimal 4m sebelum perempatan atau ujung jalan Perlunya papan informasi yang bersifat non komersil yang ditempatkan pada lokasi yang strategis. Menata kembali titik-titik rambu pelengkap jalan yang ada dengan memperhatikan titik strategis di sepanjang koridor. Bentuk papan reklame dituntut memiliki nilai estetis baik terhadap papan reklame itu sendiri dan terhadap koridor secara umum. Rambu Pelengkap Jalan Ketinggian rambu pelengkap jalan dibuat sedemikian rupa sehingga lebih mudah terlihat dan tidak mengganggu pengguna jalan. V-19

67 F. Gambar 5.12 Gambar 5.13 Site Arahan Design Rambu Jalan Site Arahan Pos Keamanan Pos Keamanan Pos keamanan adalah sebuah bangunan yang digunakan aparat keamanan untuk menjaga ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitar bangunan tersebut berada. Sedangkan peletakannya berada di lokasi yang sudah ada pos keamanannya, hanya saja perlu peningkatan kualitas bangunan. Rencana desainnya adalah sebagai berikut : Ukuran pos keamanan disesuaikan dengan petugas yang jaga serta dilengkapi dengan kentongan atau lonceng sebagai penanda. Terbuat dari bahan bangunan setempat dan modern. Desain bangunan mencerminkan sebagai pos keamanan. V-20

68 G. Tempat Sampah Tempat sampah adalah tempat untuk menampung sampah sementara dari sumber langsung (pejalan kaki), pengguna kendaraan, dan penampungan sementara dari penyapuan jalan. Tempat sampah yang dimaksud adalah tempat sampah yang berada di sepanjang koridor protokol dusun atau tempat sampah yang keberadaannya di sepanjang jalan. Tempat sampah dalam perencanaannya dipisahkan menjadi dua bagian, antara organic dan anorganik, hal ini dimaksudkan mempermudah dalam pengolahan selanjutnya. Tempat sampah yang bersifat sebagai penampung kotoran ternak direncanakan di masing-masing rumah tangga yang memiliki ternak yang ditempatkan di samping depan yang mudah dijangkau untuk pengangkutan dan pewadahan menuju kawasan pengolahan pupuk organik melalui mekanisme dan sistem yang disepakati. Rencana penataan tempat sampah adalah sebagai berikut : Gambar 5.14 Dibuat sepraktis mungkin, memudahkan dalam pembuangan sampah dari individu maupun Site Arahan Design Tempat Sampah pengangkutan sampah oleh petugas, tanpa meninggalkan unsur artistik. Setiap pengguna mudah mengenalinya. Terbuat dari bahan lokal dan bahan daur ulang dengan pondasi menggunakan elemen batu andesit. Ditempatkan di sepanjang jalan khususnya di depan permukiman pertokoan, dan sekolah. Jarak antar tempat sampah ± 50 m. H. Ruang Terbuka Hijau dan Vegetasi Ruang hijau di Dusun Cabean sebagai kawasan prioritas cukup diwujudkan dalam lansekap kawasan yang berupa lansekap jalan utama. Untuk mewujudkan suasana yang sejuk, rapi dan indah telah direncanakan penataan ruang hijau di sepanjang koridor tersebut. Ruang terbuka hijau selain jalur hijau yang direncanakan pada koridor jalan yang ditanami dnegan vegetasi adalah perwujudan taman pada sempadan saluran irigasi di sepanjang Jl. Protokol Dusun. Pemanfaatan lahan ini disamping untuk meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau kawasan, juga sebagai bentuk pengendalian dari adanya bangunan ilegal di kawasan sempadan sungai. Selain itu juga ada taman pasif yang bverukuran mini di depan gerbang masuk dusun,hal ini dimaksudkan memperindah kawasan perancangan V-21

69 Gambar 5.15 Site Arahan Design Ruang Terbuka Hijau V-22

70 Vegetasi merupakan salah satu elemen perlengkapan jalan penting dalam sebuah wilayah / - Daya serap air tinggi kawasan. Vegetasi memiliki berbagai fungsi antara lain: - Tahan hama penyakit dan cuaca - Pemeliharaan mudah - fungsi ekologis, yaitu sebagai penghasil Oksigen dan sekaligus penyerap gas CO 2, serta menjaga kesejukan. - Dipilih tanaman glodogan pecut untuk pembatas jalan dan tepian jalan. Sedangkan tanaman fungsi estetis, yaitu sebagai elemen keindahan melalui keragaman alami dari vegetasi yang teh-tehan untuk median jalan dan pot tanaman di pedestrian. ada. - fungsi Pelindung dan Peneduh, yaitu sebagai peneduh dan pelindung pengguna jalan dari panas terik matahari. - Fungsi Pengarah, yaitu sebagai elemen pengarah jalan. Rencana kriteria tata hijau/ vegetasi adalah sebagai berikut : Kriteria vegetasi untuk kawasan depan kawasan pendidikan dan pertokoan : - Jenis tanaman tahunan - Berupa habitat tanaman lokal - Pemeliharaan mudah - Kecepatan tumbuh bervariasi - Jarak tanaman terencana - Memiliki keteduhan, estetika, dan - Berkarakter Gambar 5.16 Dipilih tanaman ketapang dan glodogan I. Halte Bus - Jenis tanaman tahunan atau musiman - Berupa habitat tanaman lokal Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan penumpang umum yang dilengkapi dengan - Pemeliharaan mudah adanya tempat duduk dan atap sebagai peneduh. Penyediaan fasilitas halte/pemberhentian - Kecepatan tumbuh bervariasi kendaraan umum ditempatkan pada tempat-tempat strategis seperti dekat dengan perkantoran, - Jarak tanaman terencana pertokoan dan sekolah. Pada simpul-simpul kegiatan dengan lokasi yang strategis dan mudah - Memiliki keteduhan, dan estetika dicapai oleh pejalan kaki. Penataan halte tidak terlepas dari penataan sirkulasi jalan, pedestrian, Dipilih tanaman buah-buahan, ketapang, dan glodogan Arahan Vegetasi Kriteria vegetasi untuk kawasan depan permukiman: Kriteria vegetasi untuk pembatas jalan dan tepi jalan : parkir, marka penyeberangan jalan dan tata hijau. Penempatan halte tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. Penempatan halte bus ditempatkan sebelum gerbang masuk ke Dusun Cabean yaitu di Jl.Danyang Kuwu. Hal ini dikarenakan pada koridor jalan tersebut ramai dilakukan aktivitas menaik turunkan penumpang, hal ini juga terkait dengan letaknya yang - Penghasil oksigen tinggi - Dapat meredam kebisingan - Dapat menyerap polusi udara Rencana desainnya adalah sebagai berikut : - Memiliki nilai keindahan berdekatan dnegan pusat pemerintahan Desa. Ukuran halte disesuaikan dengan penggunanya dengan prediksi 10 tahun ke depan. V-23

71 Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki adalah 100 meter, jarak minimal halte dari persimpangan adalah 20meter dengan lokasi halte tersebut Desain merupakan perpaduan antara unsur lokal dengan modern. Jarak antar halte adalah kurang lebih 250 meter antar kanan dan kiri jalan. Gambar 5.18 Site Arahan Halte Jalan J. Kotak Surat Kotak surat dimaksudkan untuk mempermudah bagi para pemakai jasa surat-menyurat didalam melakukan kegiatannya tanpa harus pergi ke kantor pos yang terbatas jumlahnya. Letak dan jumlah bis surat disesuaikan dengan jangkauan pelayanan. Perletakannya terdapat di Jalan Danyang Kuwu atau berdekatan dengan Halte bus yang memudahkan untuk dijangkau masyarakat maupun petugas Rencana desainnya adalah sebagai berikut : Gambar 5.17 Site Arahan Design Halte Bus Ukuran desain bis surat disesuaikan dengan standar dari PT. Pos Indonesia. Gambar 5.19 Site Arahan Kotak Surat Desain merupakan perpaduan unsur lokal dan klasik yang kemas dalam bentuk modern yang artistik V-24

72 K. Bak Tanaman Bak tanaman dimaksudkan adalah sebagai penambah estetika kota dan sebagai paru-paru kota. Untuk itu arahan Perletakan pot bunga/bak tanaman pada kawasan di sepanjang koridor wilayah perencanaan adalah di sisi kanan kiri jalan, Rencana desainnya adalah bentuk dan corak dari pot bunga harus tampil dengan jelas dengan sentuhan citra yang spesifik dan selaras dengan arsitektur setempat dengan sedapat mungkin menggunakan material lokal. Gambar 5.21 Site Arahan DesignZebra Cross Jalan Gambar 5.20 Site Arahan Pot Jalan L. Zebra Cros Merupakan tempat untuk penyebrangan jalan. Lebar marka zebra cross 30 cm dengan panjang 2,5 meter dan jarak antar marka sebesar 30cm. zebra cros ditempatkan di depan lokasi pendidikan, hal ini dimaksudkan supaya masayarakat aman dan nyaman ketika menyebrang jalan. V-25

73 M. Hidran Umum Hidrant berfungsi sebagai pertolongan pertama untuk pemadam Pembuatan Talud dan Jembatan kebakaran, penempatan Drainase di kawasan perancangan merupakan drainase alamiah yang berfunsi mengalirkan air Hidran umum ini diletakkan pada gedung pelatihan dan showroom p[enjualan produk lokal limpasan ke sungai, drainase yang ada masih menjadi satu dengan sistem saluran air serta pada kawasan pendidikan. kotor/sanitasi. Drainase di kawasan perancangan didominasi oleh sistem terbka, hal ini dikarenakan fungsi utamanya hanya mengalirkan air hujan. Dalam kenyataanya drainase yang masih berupa tanah dan belum ada perkerasan yang melindungi dari grusan air sering sekali mengalami pendangkalan dan erosi/longsor. Mengingat lokasi perancangan merupakan lokasi yang rawan akan banjir dan longsor, hal ini perlu mendapat perhatian kusus agar tidak menimbulkan banyka dampak negative/kerugian dimasa yang akan datang. Drainase pada kawasan perancangan terklasifikasi dalam drainase primer (sungai)d drainase sekunder yang berada di jalan utama Jl. Ndanyang- Kuwu yang berfungsi sebagai penerus dari drainase lingkungan dan drainase lingkungan yang berfungsi meneruskan air limbah rumah tangga dan limpasan hujan ke drainase sekunder. Dalam perancangan kedepan klasifikasi drainase juga akan dipertahankan agar anatara drainase satu dan lainnya mampu terhubung dengan baik, hanya saja ditingkatkan kualitas fisik dari drainase tersebut mengingat kondisi drainase spade kondisi eksistingnya masih alamiah. Kondisi drainase yang masih alami yang masih tanah sebenarnya memiliki keunggulan juga, air Gambar 5.22 Site Arahan Design Hydran Umum mampu terserap juga dalam tanah, tetapi apabila intensitas hujan tinggi/musim hujan datang sering terjadi erosi dan longsor, sehingga dalam FGD yang dilakukan bersama stakeholder terkait dirumuskan untuk mengatasi permasalahan diatas akan dilakukan pembangunan talud di beberapa titik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya longsor jika musim penghujan tiba/limpasan air yang tinggi. Selain verfungsi sebagai penyangga tanah agar tidak longsor diharapkan juga dengan adanya penahan tanah air juga dapat mengalir lancar sehingga dapat meminimalisisr bencana banjir yang sering menimpa masayrakat ketika intensitas hujan tinggi. Perencangan pembuatan talud di kawasan perencanaan adalah dengan talud pasangan material batu, hal ini agar talud awet dan material batub juga mudah didapatkan di daerah sekitar. Dengan lebar talud 0,3 meter dan tinggi bervariasi anatara 0,7 m hingga 1 meter tergantung dari kedalaman drainasenya. Berikut ini adalah inventarisasi drainase yang akan dilakukan pembangunan talud agar mampu menunjang konsep kawasan yang menciptakan lingkungan permukiman yang nyaman dengan sarana prasarana permukiman yang memadai V-26

74 Tabel V.3 Inventarisasi Rencana Pemasangan Talud Pada Drainase No Lokasi Pemasangan Talud Talud dari RT 2, RT8, RT 10, RT 7 Talur Jalan Protokol Peninggian Talud di RT3 Talud RT 06 Talud RT3 dan RT4 Talud Sebelah Utara Jalan RT8, 10, dan 7 Saluran di RT 7 Panjang Talud (M) 670, Lebar Talud (M) 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 Sumber; Inventarisasi lapangan 2014 Gambar 5.24 Site Arahan Design Talud Gambar 5.23 Inventaris Talud V-27

75 Gambar 5.25 Site Arahan Design Jalan V-28

76 V-29

77 Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transfortasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang. Sedangkan fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang dilalui rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan, baik jalan raya atau jalan kereta api. Berikut beberapa jenis jembatan : Jembatan diatas sungai Jembatan diatas saluran sungai irigasi/ drainase Jembatan diatas lembah Jembatan diatas jalan yang ada / viaduct Pada kondisi eksisting dilapangan, jenis jembatan yang akan dibangun berdasarkan FGD yang dilakukan bersama stake holder terkait dan didapatkan bahwa jembatan yang akan dilakukan pembangunannya adalah jembatan diatas saluran irigasi/drainase. Hal ini terkait dengan akan dilakukannya kegiatan fisik perkerasan jalan dengan demikian jembatan juga ikut diberi pembenahan peningkatan kualitas. Perancangan jembatan pada kawasan prioritas dilakukan dengan plat deker diatas drainase gorong gorong. Drainase dibuat gorong gorong dibawah jembatan bertujuan untuk agar drainase masih berfungsi sebagaimana mestinya mampu mengalirkan air. Hal ini dikarenakan pada kondisi eksistingnya ditemukan jembatan yang di cor dengan tidak sesuai arahan yang ada dan kurang memperhatikan drainase sehingga air mengalir tidak lancar, dan dikhawatirkan akan menyebabkan banjir dikemudian hari jika tidak segera ditangani. Dengan membuat gorong gorong dibawah jembatan adalah solusi yang ada agar tetap bisa mengalirkan air. Berikut ini adalah inventarisasi jembatan yang akan dialkukan kegiatan fisik. Tabel V.4 Gambar 5.26 Inventarisasi Rencana Pembangunan Jembatan No Lokasi Rencana Pembangunan Jembatan Jembatan RT 07 Jembatan RT 02 Jembatan RT 09 Jembatan RT 03 Sumber: Inventarisasi Lapangan, 2014 Site Arahan Design Jembatan Rencana Fisik Plat Decker/Gorong Gorong Plat Decker/Gorong Gorong Plat Decker/Gorong Gorong Plat Decker/Gorong Gorong Penyediaan Air Bersih Permaslahan yang ditemui di kawasan perancangan terkait dengan air bersih adalah susahnya mendapatkan air bersih diwaktu musim kemarau, walaupun masayrakat di Dusun Cabean sebagai kawasan prioritas terpilih terlihat bahwa disetiap rumah memiliki sumur sebagai sumber air bersih, tetapi yang menjadi permasalahan terkait dengan air bersih adalah sumur yang V-30

78 dimiliki oleh masyarakat adalah sumur tadah hujan, yang cadangan air berlimpah hanya pada musim hujan saja, jika musim kemarau datang persediaan air sangat susah didapatkan,masayrakat setempat mengalami bencana kekeringan hampir setiap tahun jika musim kemarau datang. Walaupun banyak masyarakat yang mengakui juga bahwa kebutuhan air bersih untuk konsumsi mereka hartus beli dari air mineral gallon karena air tadah hujan dengan kualitas air yang tidak begitu bagus jika dikonsumsi manusia, namun untuk kebutuhan MCK mereka mengandalkan dari air sumur tadah hujan tersebut. Ketika musim kemarau datang mereka akan berusaha keras untuk mendapatkan air bersih guna kebutuhan MCK. Berdasarkan permasalahan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa kebutuhan akan air bersih sangat mendesak untuk dilakukan. Hal ini juga diperkuat dengan hasil dari musyawarah FGD dengan stakeholder terkait bahwa penyediaan air bersih merupakan permaslahan yang harus dipecahkan, karena menyangkut kepentingan umum Dengan demikian perencanaan kedepan akan direncanakan dibuat sumur bor di beberapa titik Gambar 5.27 yang akan menghasilkan sumber air baru bagi masyarakat. Untuk lokasi dari sumur bor tersebut Rencana Lokasi Sumber Air Komunal diletakkan di tanah dekat dnegan permukiman agar mudah dalam akses mendapatkan fasilitas air bersih tersebut. Selain itu pengelolaan pembangunan penyediaan air bersih akan dilakukan oleh masyarakat setempat, hal ini diharapkan juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat A. Pembangunan Kandang Komunal dan Pengolahan Sentra Pupuk Organik Kandang Komunal selain fungsi utamanya adalah mampu mengatasi permasalahan kekringan yang melanda Di Kawasan prioritas terpilih ini juga diarahkan sebagai kawasan untuk mewadahi salah satu kegiatan kawasan prioritas dikala musim kemarau. ekonomi masyarakat yang cukup penting yang menjadi salah satu sumber mata pencarian utama Dalam rencananya masyarakat akan membeli air bersih yang harganya ditentukan sendiri oleh yaitu sektor peternakan organik dengan komoditi sapi potong. masyarakat itu sendiri dan pengelolanya adlah msyarakat itu juga, dan perputaran uang Adapun peruntukan lahan yang dibutuhkan seluas 1000 m2 untuk: tersebut akan mampu untuk membuka sumber air bersih secara mandiri dan dihgarapkan - 3 (tiga) unit kandang komunal masing-masing kandang untuk 16 ekor sapi. menjadi ekonomi berkelanjutan. - 1 (satu) unit bangunan kantor pengelola Berikut ini adalah arahan desain sumur bor yang akan dikelola oleh masyarakat. Selain sumur bor untuk kebutuhan konsumsi, kedepan juga akan direrncanakan sumur bor untuk kebutuhan pertanian, walaup[un mayoritas sawah mereka merupakan sawah dengan irigasi teknis, namun juga diperlukan sumber air bersih baru untuk mendukung pertanian yang ada, mengingat dominasi pekerjaan yang dilakoni oleh sebagian besar masyarakat di desa Ngraji Kususnya Dusun Cabean adalah petani. Sehingga sector pertanian juga harus dipertahankan guna keberlangsungan paangan. Dengan dibuatkan sumur bor untuk keperluan pengairan diharapkan mampu membantu masyarakat petani dalam mengairi sawah pertanian mereka selain dengan air dari saluran irigasi yang telah ada. Lokasi sumur bor untuk pertanian ditempatkan di dekat areal persawahan agar petani mudah dalam mengalirkan air ke sawah dan lading mereka. Berikut ini adalah arahan desain sumur bor yang akan dikelola oleh keperluan pertanian. masyarakat untuk - 1 (satu) unit bangunan gudang - 1 (satu) unit bangunan untuk menyimpan pakan ternak - Lansekap Dengan rencana pengembangan kandang komunal yang ditempatkan pada area khusus dapat menciptakan kualitas hunian dan permukiman yang lebih baik dengan berkurangnya bahkan hilangnya polusi akibat buangan ternak. Mengingat pada kondisi eksisting kandang ternak masih menyatu dengan rumah penghuni dan pemanfaatan akan limbah ternak juga masih minim, bahakan cenderung masih tradisional hanya dibuang di belakang rumaha tau dialirkan memalui saluran drainase yang ada, yang mampu berdampak buruk bagi kesehatan manusia apabila tidak mendapatkan penangan dengan tepat. Rencana pengembangan kandang komunal dilengkapi dengan sistem pengolahan biogas yang tentunya dapat memberikan income bagi masyarakat selain itu juga mampu menngurangi resiko pencemaran lingkungan akibat limbah ternak. V-31

79 Bahkan ke depannya, keberadaan kandang komunal yang tertata dan bersih serta nyaman dapat dikembangkan menjadi area tujuan wisata atau area studi banding yang juga berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat. Kandang komunal direncanakan ditempatkan pada area tersendiri, yaitu pada tanah milik desa/masayrakat (dengan sitem perjanjian yang sudah ditetapkan terlebih dahulu) dengan jarak minimal 10 m dari permukiman rencana lokasi di RT 04 hal ini dikarenakan sudah ada lahan dan ketersediaan pemilik ternak untuk ditempatkan dalam kandang komunal. Meskipun begitu, penempatan kandang komunal tetap mudah diawasi atau terjaga keamanannya dan mudah diakses melalui jalan yang telah ada. B. APPO (Alat Pengolah Pupuk Organoik) 1. Dalam perencanaan pengolahan pupuk organic terdapat beberapa bangunan yang menunjang sentra pengolahan pupuk organic tersebut dalam satu kesatuan dengan kandang komunal sebgai bahan baku pengolahan pupuk porganik APPO yang ada di dalam kawasan prioritas ini berguna sebagai pengolah limbah ternak sapi yang ada di seluruh Desa Ngraji dan desa sekitarnya menjadi pupuk organik. Sistem dan aturan yang nantinya dilaksanakan harus melibatkan seluruh warga dalam pemanfaatan limbah ternak sapi (kotoran sapi) baik dari pengumpulan, pewadahan, pengangkutan hingga pengolahannya.. Adapun Peruntukkan lahan yang ada dimanfaatkan juga untuk: Ruang Terbuka o Berada di antara cluster kandang komunal yang berfungsi untuk memperkuat karakter Gudang Kandang Komunal APPO Difungsikan sebagai penyimpanan pupuk organik yang sudah jadi dan pengepakannya untuk siap dipasarkan Luasnya 160 m2, didesign dengan kapasitas ternak sapi sebanyak kurang lebih 80 ekor dan dilengkapi sistem pengolahan biogas Alat Pengolah Pupuk Organik sebagai bagunan ini untuk mengolah limbah/kotoran sapi menjadi pupuk organik kandang komunal sebagai area yang bersih yang juga dapat digunakan sebagai area bersosialisasi/berkumpul. Tata hijau o Berada di sekitar kandang, selain sebagai estetika kawasan kandang juga dapat berfungsi sebagai barier untuk menghalau polusi bau yang ditimbulkan ternak sehingga tetap tercipta kualitas udara dan lingkungan yang baik. Adanya tata hijau berupa pohon peneduh juga dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya. V-32

80 Gambar 5.37 Isometri Kawasan Kandang Komunal Gambar 5.28 Situasi Kandang Komunal V-33

81 Gambar 5.29 Perspektif Bangunan Kandang Komunal Gambar 5.30 Perspektif Gudang dan Pengolahan Pupuk Organik V-34

82 Pembangunan Gedung Pelatihan dan Showroom Produk Lokal Pembangunan gedung pelatihan dikawasan perencanaan didasarkan dari usulan warga dalam FGD yang telah dilakukan bersama dengan stake holder terkait. Pembuatan gedung dan balai pelatihan ini bertujuan untuk melatih keterampilan masyarakat agar mampu memberdayakan dirinya untuk memanfaatkan sumber daya yang ad sehingga menjadi lebih berharga, selainh itu juga menambah wawasan masyarakat setempat. Pelatihan pelatihan ini terkait dnegan usaha yang sbelumnya telah mereka geluti, sehingga mutu dan kualitas lebih terjamin, dan dengan adanya pelatihan dioharapkan mampu meningkatkan perekonomian. Untuk sebab itu pembangunan gedung pelatihan diperlukan untuk menunjang hal tersebut. Gedung pelatihan ini nantinya tidak hanya sebagai pelatihan semata namun juga bisa berfungsi sebagai showroom atau outlet penjualan produk lokal hasil masyarakat di akwasan prioritas terpilih. Berdasarkan kondisi eksistingnya ketrampilan masyarakat dalam mengolah sumberdaya di kawasan prioritas masih tradisional, dan ketrampilan dihasilkan dari turun temurun keluarga. Dan penjualan produk usaha juga masih belum memiliki showroom yang jelas. Sehingga memang diperlukan lokasi atau showroom penjualan untuk memperkenalkan hasil usagha masyarakat Desa Ngraji kususnya Dusun Cabean. Selain itu di kawasan ini nantinya juga akan direncanakan sebagai lokasi berkumpulnya masyarakat dan berinteraksi, untuk itu dibangunkan taman aktif yang berukuran kecil karena hanya skala Dusun saja. Lokasi Dengan adanya balai pelatihan dan showroom diharapkan akan memacu pertumbuhan perekonomian lokal kawasan prioritas terpilih. Untuk lebih jelasnya arahan desain dapat dilihat sebagai berikut ini Gambar 5.31 Perspektif Showroom di Kawasan Prioritas V-35

83 Penataan Rumah Sehat Selain diatur ketinggian dan karakteristik bangunan yang masih menggunakan elemen khas yang dipertahankan yang menjadi focus agar menjadi permukiman yang sehat dan ditunjang dnegan Kawasan prioritas ini diarahkan sebagai fungsi kawasan permukiman yang memperhatikan dan menggunakan elemen khas kawasan (budaya lokal) untuk memperkuat karakter kawasan sebagai kawasan permukiman yang tumbuh secara organis dan masih dipengaruhi nilai-nilai budaya lokal. Selain itu, kawasan prioritas ini merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan yang tertata melalui penggunaan aturan dasar bangunan dan intensitas pemanfaatan lahan yang telah ditentukan. fasilitas permukiman yang lengkkap adalah adanya pemisahan anatara bangunan rumah tinggal dengan kandang ternak, hal ini terkait dengan rumah tinggal di kawasan prioritas masih menjadi satu dengan hewan ternak, hal ini perlu mendapat perhatian serius karenan mampu mempengaruhi ksehatan penghuni juga keberlanghsungan lingkungan hidup akibat dari kotoran yang ditimbulkan, selain solusi kandang komunal yang di lakukan, bagi masayrakat yang masih enggan menempatkan ternak di kandang komunal maka arahan yang diberikan adlaah membangun kadang yang letaknya Pemanfaatan pekarangan, selain sebagai area hijau yang menjaga paru-paru kawasan juga diharapkan dapat sebagai salah satu aspek yang dapat memberikan nilai ekonomis bagi pemiliknya. Penataan ini ditunjang dengan jalan lingkungan yang merupakan infrastruktur penting antar hunian. Adanya taman yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau di tengah-tengah permukiman merupakan jauh dari rumah tinggal (tidak menyatu dengan rumah tinggal) dengan fasilitas pembuangan kotoran yang terpusat. Berikut ini adalah arahan design rumah sehat bagi masyarakat yang tinggal di kawasan prioritas agar tercipta lingkungan permukiman yang nyaman dan sehat. wadah bagi masyarakat untuk santai, berinteraksi, berbagi informasi, dan hubungan sosial kemasyarakatan antar warga. Adapun KDB dan KLB dan ketinggian bangunan di kawasan ini yaitu: Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 60 % Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 1.2 Ketinggian Bangunan : maksimal 2 lantai (10 m) Adapun ketentuan GSB di kawasan Prioritas terpilih adalah sebagai berikut: - Perumahan, Perdagangan dan jasa, Perkantoran - Industri dan Pergudangan Gambar 5.32 Ketentuan GSB di Kawasan Prioritas V-36

84 Gambar 5.33 Denah, Situasi Rumah Sehat & Lingkungan di Sekitarnya Gambar 5.34 Perspektif Rumah Sehat & Kandang Pribadi V-37

85 Gambar 5.35 Perspektif Rumah Sehat &Pagar Rumah Sederhana Gambar 5.36 Perspektif Rumah Sehat & Vegetasu Sebagai Pagar V-38

86 Aspek Ekonomi Aspek ekonomi yang dimaksud adalah ekonomi lokal masyarakat dimana adanya kerjasama antar stake Pelatihan ketrampilan dan UMKM o Pelatihan kerajinan (UMKM) o Pelatihan Pengembangan Peternakan holder dalam memanfaatkan potensi lokal sehingga mampu berkembang dan memiliki nilai. Pada hakikatnya ekonomi lokal Menurut Word Bank PEL adalah proses bekerja kolektif dalam bentuk kemitraan antara sektor publik, swasta dan non pemerintah (NGO), untuk menciptakan kondisi yang lebih baik pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja (Word Bank, 2001) Untuk lebih jelasnya rencana arahan dalam aspek ekonomi dapat dilihat sebagai berikut ini: Pembentukan Lembaga Pengolahan Kawasan Prioritas Terpadu Pembentukan lembaga kelompok masyarkat di kawasan prioritas terpilih ini kaitannya dengan PEL pada hakikatnya merupakan proses kemitraan antara pemerintah daerah dengan para progam yang akan dilakukan oleh amsyarakat setempat. Hal ini didasarkan esensi dari PLPBK yakni stakeholder swasta dalam mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusia maupun kelembagaan memberdayakan masyarakat supaya mampu self-help bagi masyarakatnya sendiri dan mampu mandiri secara lebih baik melalui pola kemitraan dengan tujuan untuk mendorong pertumkbuhan kegiatan dan berkelanjutan. Progam fisik yang sudah direncanakan diatas kaitannya dengan perbaikan lingkungan ekonomi daerah dan menciptakan pekerjaan baru.(risfan munir dan bahtiar fitrianto, 2008) Ciri Utama dalam Pengembangan Ekonomi Lokal adalah pada titik beratnya pada kebijakan "endegenous development" mendayagunakan potensi sumber daya manusia, institusiuonal, dan fisik setempat. pengelolaan lanjutan, agar dapat berkelanjutan dan terjaga keberadaanya serta akan diharapkan berimbas pada peningkatan perekonomian lokal masayrakat setempat. Pembentukan lembaga atau kelompok untuk tercipta pembangunan berkelanjutan dan ekonomi PEL menurut word bank, (2001) bertujuan membentuk dan memelihara suatu iklim usaha yang dinamis, permukiman, ketika dilakukan pembangunan oleh masyarakat tentunya pembangunan fisik akan perlu meningkatkan kemakmuran ekonomi dan kualitas hidup seluruh warga. PEL bertujuan juga untuk meningkatkan jumlah dan variasi peluang kerja tersedia untuk penduduk berkelanjutan berdasrkan progam fisik yang dilakukan dan akan dikembangkan potensi ekonominya adalah sebagai berikut ini A. Pembentukan Kelompok Pengelola Air Bersih setempat. dalam mencapai hal tersebut pemerintah dan masyarakat dituntut untuk mengambil inisiatif Air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di Dusun Cabean sebagai dan bukan hanya berperan pasif saja, dengan kata lain kegiatan pembangunan ekonomi lokal daerah prioritas terpilih, kekeringan yang terjadi pada setiap musim kemarau harus segera sebagaimana kegiatan publik lainya juga sifatnya tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait dengan mendapatkan solusi terbaik. Mengingat peranan air bagi kehidupan cukup penting manfaatnya. aspek publik lainnya Konsep pengelolaan air bersih dan sumber air bersih pada dasarnya mencakup upaya serta Pada hakikatnya Ekonomi lokal yang berbasis rakyat perlu pembinaan dan kontinu dari berbagai lapisan, tanpa adanya pembinaan yang kontinue mustahil ekonomi rakyat akan terangkat kepermukaan. kegiatan pengembangan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air berupa menyalurkan air yang tersedia dalam konteks ruang, waktu, jumlah dan mutu pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan masyarakat. Dengan uraian diatas potensi ekonomi yang ada di kawasan prioritas perencanaan perlu mendapatkan Dalam kegiatan perhatian kusus dalam hal pengembangannya, yaitu perlu adanya pelatihan dan pembentukan menyelenggarakan tugas manajemen/pengelolaan. Organisasi tersebut dapat dipandang sebagai kelembagaan dari seluruh lapisan masyarakat yang akan mengelolanya sehingga menjadi ekonomi suatu berkelanjutan. berdasarkan kondisi eksisting, mayoritas masyarakat di Dusun Cabean sudah memiliki sumur sebagai sistem penyediaan apabila air didalamnya bersih, diperlukan terjadi kegiatan suatu organisasi yang bertugas masukan-proses-keluaran. Sebenarnya sumber air, namun yang menjadi permasalahan adalah air bersih yang tertampung dalam sumur Dengan adanya progam PLPBK yang didapatkan oleh Dusun Cabean diharapkan akan mampu memberikan dampak yang besar bagi aspek ekonomi masyrakat. Beberapa poin yang akan dibahas dalam aspek ekonomi terdapat poin penting dalam pengembangannya yatiu: Pembentukan/Penguatan lembaga pengelola kawasan prioritas terpadu tersebut kering pada musim kemarau, hal ini dikarenakan sumur tersbut merupakan sumur tadah hujan. Dan berdasrkan penuturan masyarakat diwaktu adanya FGD dengan steke holder terkait didapatkan informasi bahwa kualitas air di Dusun ini kurang bagus. Sebenarnya ada PDAM yang bisa diandalkan untuk mengatasi permaslahan masyarakat setempat, o Pembentukan kelompok pengelola air bersih namun yang menjadi kendala adalah ketika PDAM mampu memasang jaringan dan mengalirkan air o Pembentukan kelompok pertanian dan kelompok ternak bersih ke semua warga justru aka nada permaslahan yang timbul, yaitu massyarkat di Dusun Cabean o Pembentukan kelompok UMKM mayoritas masyrakat yang berekonomi kebawah, sehingga akan merasakan keberatan jika setiap V-39

87 bulan mereka harus membayar tagihan rekening air bersih. Maka solusi tersebut dianggap kurang mampu berpihak pada masyarakat yang membutuhkan. Berdasarkan uraian diatas permasalahan kekeringan dan ksesulitan sumber air bersih serta kemampuan ekonomi masayrakat yang rendah menjadi pertimbangan kusus dalam mengatasi Gambar 5.37 Skema Sumur Bor permaslahan yang ada, dalam perencanaanya akan dibangunkan suatu sumber air bersih di beberapa titik untuk bisa mengatasi persoalan tersebut. Bantuan sumur bor (tower air) diharapkan dengan adanya pembukaan sumur air bersih baru mampu mengatasi persoalan tersebut. Untuk kaitanya dengan pembangunan berkelanjutan yang akan memacu pertumbuhan perekonomian lokal, di kawasan perencanaan kawasan prioritas terpilih akan dibentuk suatu penguatan kelembagaan, yaitu dengan melibatkan elemen masyarakat yang akan mengurusi air bersih ini. Dengan pendampingan dari pemerintah dan pelatihan sehingga masyarakat mampu menngelola sistem air bersih dilingkugan mereka sendiri. Dalam pelaksanaannya nanti masayrakat yang tergabung dalam kelembagaan pengelola air bersih iniakan mengelola pembagian air bersih sehingga merata kepada masayrakat dan masyarakat konsumen membayar uang untuk keberlangsungan sitem yang sudah terbentuk. Kegiatan kelembagaan kepengurusan asir bersih ini adalah bersifat partisipatif, yang mendorong sebesar besarnya keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam proses perencanaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat sendiri sebagai bagian dari upaya membangun rasa memiliki terhadap prasarana air bersih yang akan dibangun. Hal yang juga perlu dipertimbangkan dalam pembangunan maupun perkuatan kelembagaan yang akan mengelola sistem air bersih komunal di kawasan prioritas adalah mempertimbangkan kemudahan serta berbiaya rendah dalam operasi dan pemeliharaan sistem penyediaan air bersih untuk masyarakat desa, sehingga diharapkan pemanfaatannya akan bisa berkesinambungan (sustainable), dan diharapkan pula mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Kriteria dan pertimbangan dalam pemilihan lokasi penentuan sumber baku air bersih adalah sebagai berikut Kecukupan kuantitas/debit airnya terutama dimusim kering. Kualitasnya tidak memerlukan pengolahan untuk menjadi air bersih atau hanya memerlukan Gambar 5.38 Arahan Desain Air Bersih Komunal pengolahan minimal. Pengaliran dengan sistem gravitasi lebih diprioritaskan daripada perpompaan (karena elevasi sumber lebih tinggi daripada daerah pelayanan). Tidak ada kompetisi dengan penggunaan yang lain (misal untuk irigasi sawah) kecuali tidak B. Pembentukan/Penguatan Kelompok Pertanian dan Peternakan ada sumber lain dan harus ada kesepakatan dengan pihak terkait. Pertanian merupakan sector andalan bagi masyarakat kawasan prioritas, hal ini ditunjukan dengan Jarak sumber terhadap daerah pelayanan diambil dari yang paling dekat (lebih dekat lebih banyaknya penduduk yang bermata pencaharian dalam sector ini, yaitu 732 jiwa buruhtani/petani ekonomis). yang bekerja pada sector ini. Untuk bagan/skema pemanfaatan air tanah hingga mencapai ke konsumen adalah sebagai berikut Hal ini merupakan potensi yang memang harus dikembangkan mengingat pertanian juga ini:. merupakan sumber pokok makanan penduduk di Indonesia, dengan pengembangan pertanian V-40

88 terpadu diharapkan akan lebih terorganisasi dan lebih signifikasn hasil pertanian dan diharapkan Permasalahan lain yang dihadapi saat ini adalah ketergantungan masyarakat setempat akan pupuk dapat memberi dampak terhadap peningkatan perekonomian lokal kawasan prioritas. kimia yang harganya cukup tinggi, sehingga juga menyulitkan petani untuk mendapatkannya serta Program pembangunan pertanian saat ini diseluruh Indonesia mengacu kepada empat sukses dampaknya bagi lingkungan dan kesehatan penkomsumsi juga harus dipertaruhkan. Dalam pembangunan pertanian yaitu :Pencapaian swasembada dan swasembada yang berkelanjutan ( perencanaanya pertanian di kawasan prioritas adalah pertanian yang berkelanjutan. Dengan padi, jagung, kedelai, tebu dan daging sapi ), Peningkatan diversifikasi pangan, Peningkatan nilai demikian bukan hanya masalah kekeringan yang harus dipecahkan, namun juga solusi perencanaan tambah, daya saing dan eksport, Peningkatan kesejahteraan petani. yang tepat agar kelompok tani yang terbentuk mampu memberi contoh bagi kelompok tani yang Terkait dengan proses pembangunan dan khususnya pembangunan sumberdaya manusia pertanian lain dengan tercapainya kelompok tani yang berkelanjutan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka perlu dilakukan upaya pemberdayaan melaului kegiatan penyuluhan pertanian yang pertanian yang berkelanjutan adalah dengan adanya sistem yang memanfaatkan sumber daya yang berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan agar terciptanya pertanian yang ada dan mampu menekan dampak negatif kepada alam. Dari uraian tersebut, kelompok tani Ngudi berkelanjutan sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat adalah dengan Makmur direncanakan mulai menggunakan pupuk organic yang memanfaatkan bahan baku yang pembentukan kelompok-kelompok tani yang mandiri. banyak tersedia di lingkungan mereka. Bahan baku untuk pupuk organic mudah didapatkan di Pada dasarnya pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya lingkungan kawasan prioritas, hal ini terkait dnegan potensi kawasan penduduk yang memiliki ternak yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui cukup banyak, hamper 90an ternak sapi yang dimiliki penduduk dalam satu dusun yang mampu (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap diolah sebagai pupuk orgaink dengan kjetrampilan dari Gapoktan yang dibina oleh dinas terkait lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, untuk mengubah limbah kotoran ternak menjadi pupuk organic. Dengan beralih menggunakan kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan pupuk organic, selain aman bagi lingkungan juga baik bagi manusia dan keberlanjutan kedepan. akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan Dengan adanya PLPBK diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi pertanian dan bagi Pertanian yang dilakukan oleh masyarakat dikawasan prioritas adalah pertanian sawah, mereka perekonomian masyarakat setempat. Untuk itu pelatihan dan pemberian bantuan dari dinas terkait bercocok tanam dengan sistem bergilir, dengan 2 kali tanam padi sawah dan 1 kali palawija. sangat diperlukan untuk tercapainya pertanian berkelanjutan di kawasan prioritas ini. Penanaman palawija misalnya jagung yang juga merupakan sector andalan masyrakat setempat Dengan semakin kuatnya kinerja kelompok, sebenarnya semakin terintegrasinya semua sumberdaya ditanam disaat musim kemarau / air sulit. yang Permasalahan kekeringan bukan hanya terkait dengan air untuk kebutuhan sehari hari, namun juga anggota/peternak, semakin dikenal dan menjadi lebih mudah memperkenalkan ke wilayah yang mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat misalnya bertani. Permaslahan tersebut dalam lebih luas, semakin kuat untuk mempertahankan kelompok. Beberapa hal yang dapat dicapaii perencanaanya di kawasan prioritas direncanakan memperkuat kelembagaan pertanian/kelompok dalam penguatan kelompok tani yaitu : ingin dibangkitkan, semakin meningkatnya pemahaman dan pengetahuan para tani yang sudah ada diperkuat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam kegiatan PLPBK ini, supaya mampu mandiri dan mengatasi permasalahan kedepan dan mampu meningkatkan perekonomian. Kelompok yang kuat dan lestari, selain mendapat pengakuan dari pihak lain, juga menjadi Kelompok tani yang saat ini sudah terbentuk dan berjalan adalah kelompok tanu Ngudi Makmur, agunan dalam mendapat bantuan/kredit dari donasi/kreditor dalam memenuhi kebutuhan namun kinerjanya masih belum maksimal, karena banyak keterbatasan yang menghalangi kinerja pembiayaan dalam proses memperbesar skala usaha tani. mereka. Untuk itu dengan adanya progam PLPBK ini diharapkan kelompok tani Ngudi Makmur Kelompok yang mandiri dan berkesinambungan, lebih leluasa untuk merencanakan setiap mampu menjadi kelompok tani yang mandiri dan produktif dengan bimbingan dari pemerintah langkah-langkah yang sudah diambil untuk mengkomunikasikan (dan memasarkan) hasil setempat dan pelatihan dan pemberian peluang dan wawasan sehingga mampu berperan optimal produksi baik dalam partai kecil maupun partai besar baik di dalam pasar komunal maupun dalam pengembangan pertanian. pasar lokal (kecamatan dan kota). Kelompok tani Ngudi Makmur nantinya dalam perencanaannya untuk mengatasi permasalahan Kelompok yang solid dan rasa memiliki (solidaritas), memungkinkan untuk berbagi beban yang kekeringan yaitu dengan mengemban tugas sebagai pihak pengelola sumber air alternatif yang seharusnya dipikul sendiri menjadi terbantu karena adanya fungsi dan peran masing-masing dilakukan dalam kegiatan fisik. (tower air). Mereka membagikan air secara adil dan merata kepada anggota kelompok. Dalam hal ini setiap anggota kelompok dapat mengusahakan usaha tani petani yang membutuhkan air sebagai pengairan swah mereka. Pada prinsipnya sama dengan dan ternak tetapi juga mendapat manfaat dari sistem pemasaran dan perdagangan yang pengelolaan air bersih untuk konsumsi, yang membedakan hanya air yang disalurkan untuk kegiatan dibebankan pada organisasi kelompok. pertanian. V-41

89 Kelompok yang mampu mengorganisasikan semua anggotanya diharapkan tidak hanya berhasil dalam menumbuhkan proses produksi dan kenaikan hasil produksi tetapi juga terbuka untuk melakukan pemanfataan sumberdaya secara maksimal (produk utama maupun limbah) dan transformasi dari usaha primer (basis peternakan dan pertanian) ke usaha-usaha lain seperti industri rumah tangga, pengadaan input, pengangkutan dan lapangan kerja. Kelompok yang mampu bersatu akan menimbulkan kesadaran tentang apa yang dimiliki (potensi di sekitar lingkungan) dan bagaimana menghitungnya, membangkitkannya dan memikirkan tentang bagaimana seharusnya sumberdaya ditumbuh-kembangkan dan bagaimana memulihkan sumberdaya yang semakin menipis/hilang. Gambar 5.39 Konsep Pertanian berkelanjutan V-42

90 C. Pembuatan dan Penguatan Kelompok UMKM Dalam perencanaanya dengan adanya progam PLPBK untuk sector ekonomi usaha masayrakat bisa UMKM atau usaha rakyat menengah kecil merupakan sector ekonomi yang juga berpotensi untuk dichanelkan dengan dinas terkait dan swasta untuk mengatasi permaslahan permodalan, diharapkan dikembangkan di kawasan prioritas. UMKM sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 akan adanya kredit dengan bunga yang ringan sebagai dana segar untuk mampu berkembang lebih tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) : besar. Pengertian UMKM Selain pemberian kredit sebagai modal usaha, perlu juga diberikan pelatihan tentang mengolah suatu Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan usaha. Hal ini penting karena tanpa pengetahuan yang cukup dalam bidang usaha, kemungkinan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha usaha yang dijalankan tidak akan berjalan lancar. Untuk itu diperlukan usaha pemerintah untuk Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta. meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar bisa produktif dalam berwirausaha. Dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang adanya progam PLPBK diharapkan mampu menjembatani masyarakat dengan dinas terkait untuk perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang bisa diberikan pelatihan bagi masyarakat dan pelaku usaha demi berkembangnya usaha masyarakat perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung yang akan berdampak pada perekonomian dan kemandirian masyarakat. dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana Dengan terus berkembangnya UKM, kesadaran masyarakat untuk membeli produk dalam negeri juga dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar 50 juta sampai harus ditingkatkan. dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar. Selain hal diatas dalam perencanaan kedepannya pembentukan kelompok pengrajin/pengusaha juga Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50 miliar. Berdasarkan pengertian diatas UMKM di kawasan prioritas merupakan usaha rumahan dengan kelas usaha kecil dan menengah. Usaha yang banyak digeluti oleh masyarakat di kawasan prioritas salah satunya adalah usaha kerajinan kasur lantai dan kerajinan batik. Usaha kerajinan kasur lantai merupakan usaha yang cukup besar menyerap tenaga kerja lokal, bahkan juga dari luar dusun diperlukan, hal ini agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antar pengusaha dalam satu kawasan prioritas. Bahkan dengan terbentuknya ukelompok UMKM diharapkan menjadi ajang berbagi dan saling bekerja sama dalam hal produksi dan pemasaran produk. Dengan adanya kelompok pelatihan dari instansi terkait dan bantuan juga akan lebih mudah. Dalam progam pembangunan fisik dijelaskan direncanakan showroom atau ruang pamer produk lokal kawasan prioritas, dengan adanya showroom tersebut dan adanya balai pelatihan memungkinkan untuk lebih mudah masayrakat luas mengenal produk yang ada. Dan mempermudah dinas terkait melakukan pelatihan dan pengembangan wirasuaha tersebut Pelatihan Ketrampilan dan UMKM Pelatihan Ketrampilan dan UMKM dalam aspek perekonomian dimaksudkanbertujuan untuk kawasan prioritas juga ikut menjadi pekerja sebagai selingan selain buruh tani. Kasur yang dapat dihasilkan perharinya adalah mencapai biji. Hal tersebut merupakan potensial memberi ketrampilan masyarakat dalam memanfaatkan potensi lokal dan menjadikannya sebagai suatu untuk dikembangkan lebih besar, mengingat banyak menyerap tenaga kerja lokal yang diharapkan benda bernilai ekonomi yang diharapkan memberikan dampak peningkatan perekonomian. setempat. Dalam progam PLPBK masyarakat di kawasan prioritas menghendaki adanya pelatihan berdasarkan kondisi eksisting yang ditemukan dilapangan, masayrakat pengrajin kasur lantai, belum ketrampilan agar mereka mampu berwirausaha dan memanfaatkan potensi lokal yang ada, beberapa memiliki lembaga atau gabungan pengusaha yang bergerak dalam bidang yang sama, mereka juga pelatihan dan ketrampilan yang dibahas yang menunjang perekonomian masyarakat adalah sebagai masih mengalami kesulitan dalam hal permodalan. Untuk pemasaran para pengrajin sudah memiliki berikut: juga mampu memperbaiki perekonomian masyarakat segmen dan target pasar yang berbeda beda. Para pengrajin memasarkan hasil produk didaerah A. Pelatihan UMKM sendiri, bahkan bisa luar kota dan luar provinsi. Pelatihan UMKM sesuai dengan FGD yang dilakukan dengan masyarakat adalah pelatihan untuk UKM sangat perlu diberdayakan agar masyarakat mampu menghadapi krisis ekonomi yang terjadi mengembangkan ketrampilan untuk mengembangkan usaha yang sudah ada maupun yang ingin dan tidak terlalu bergantung pada pihak luar. Masyarakat harus bisa mandiri untuk mengurangi digali dan menambah wawasan ketrampilan masyrakat, berdasarkan usulan kegiatan pelatihan ketergantungan pada pihak luar, masyarakat adanya pelatihan membatik, membuat kasur lantai yang merupakan usaha dominan di kawasan prioritas dan usaha ternak belut dan belut. V-43

91 Dalam perencanaannya kedepan untuk progam pelatihan akan dilakukan chanelling dengan dinas sebagai lingkungan permukiman yang nyaman dan ditunjang dengan sarana prasarana terkait, misalnya saja untuk kegiatan peternakan belut dan lele, akan dichanelkan dnegan dinas permukiman. Dengan terkelolanya limbah ternak dengan baik diharapkan dapat menunjang pertanian dan perikanan. dalam dokumen RTPLP ini sudah dibahas mengenai pembangunan konsep kawasan tersebut. gedung pelatihan. Dengan adanya gedung pelatihan yang direncanakan dibangunm maka akan Berikut ini adalah arahan skema dalam pembuatan pupuk organic dari limbah ternak yang dapat memudahkan dalam kegiatan pelatihan yang diusulkan, dimanfaatkan oleh masyarakat yang dikelola oleh kelompok ternak: Sedangkan untuk pelatihan ketrampilan pengembangan usaha menengah masyarakat direncanakan dichanelingkan dengan dinas perindustrian dan perdagangan, dengan adanya pelatihan dan ketrampilan pengembangan usahan ekonomi kecil menengah diharapkan mampu menjadi sector basis juga yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. B. Pelatihan Pengembangan Peternakan Peternakan merupakan usaha mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan keuntungan, hewan ternak di kawasan prioritas bermacam jenisnya, yakni ayam (unggas), kelinci, kambing dan sapi. Kususnya untuk sapi merupakan ternak yang menghasilkan kotoran yang cukup melimpah, dan banyak juga ditemui peternak sapi dikawasan prioritas. Jumlah ternak sapi terdapat 90 ekor lebih yang dapat ditemui di kawasan perencanaan. Akan tetapi permasalah yang timbul disini adalah kotoran limbah sapi yang melimpah dibuang di pekarangan ataupun dialirkan bersama di saluran drainase. Peternak di kawasan prioritas juga masih tersebar dalam mengelola ternak sehingga akan sulit dalam mengelola kotoran ternak yang dihasilkan oleh hewan ternak tersebut. Belum adanya kelompok ternak juga merupakan permasalahan ketika akan dilakukan sosialisasi dan pelatihan peternak oleh instasni terkait terkait pengelolaan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak dengan bijak. Pada aspek lingkungan sudah disinggung mengenai pembuatan kandang komunal, hal tersebut merupakan langkah awal dalam mengatasi permaslahan yang ada. Dengan memusatkan peternak yang ada diharapkan akan lebih terorganisir. Selain itu kedepan juga akan direncanakan pembentukan kelompok ternak untuk mengelola kegiatan peternakan di kandang komunal serta akan dilakukan pelatihan pembuatan pakan alternative, pelatihan penggemukan ternak dan yang terpenting adalah pelatihan pemanfaatan limbah ternak sehingga berdayaguna dan smemiliki nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organic yang akan bekerja sama dengan kelompok tani, sehingga pembelian pupuk bisa lebih ditekan karena diproduksi oleh masyarakat setempat sendiri, serta bisa diolah menjadi biogas yang dapat disalurkan ke masayrakat luas sehingga lebih bernilai ekonomis daripada kotoran ternak yang hanya dibuang tanpa dikelola dengan baik. Dengan demilkian peternakan yang terpusat akan memudahkan juga proses pengolahan kotoran untuk menjadi biogas dan pupuk organik dan dampak yang didapatkan selain bernilai ekonomis juga berdampak pada kesehatan dan lingkungan, hal ini sesuai dengan konsep kawasan prioritas V-44

92 Gambar 5.41 Skema Pembuatan Pupuk Organik Gambar 5.40 Skema Pembuatan Biogas V-45

93 Aspek Sosial Tabel V.5 Data Kepemilikan Jamban Pribadi Aspek social yang dimaskud dalam dokumen ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam hal kegiatan social, berdasarkan dari yang diuraikan oleh masyarakat ketika FGD bersama stake holder terkait, aspek social yang diajukan dan menjadi progam kegiatan di kawasan prioritas adalah bantuan terhadap RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) dan bantuan jamban bergulir pada masyarakat yang membutuhkan. Desa Ngraji RW5 WC Jumlah Total Rumah % Jumlah rumah yang memiliki Jamban Permanen Sumber: Monografi Desa 2013 A. Bantuan RTLH Jumlah KK yang ada di kawasan prioritas terdapat 499 KK, dan yang termasuk dalam warga miskin ada 215 warga miskin yang ada disana. Warga miskin yang terdapat dikawasan prioritas jumlahnya cukup banyak, hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi rumah dan penghasilanm warga yang dibawah standard. RTLH tersebut rata rata dengan kondisi rumah berdinding tidak permanen/papan atau bambu, kemudian berlantaikan tanah, dan tidak teraliri air bersih maupun listrik, serta tidak memiliki jamban keluarga. Kondisi seperti ini masih banyak ditemui dikawasan prioritas terpilih. Dalam kegiatan RTPLP diharapkan dalam perencanaan kedepan untuk warga miskin yang memiliki rumah tidak layak huni mendapat dana stimulant atau bantuan untuk memperbaiki kondisi rumah, minimal sebagai percontohan sepuluh KK dalam setiap tahunnya, dengan channeling dengan instasni terkait maupun donatur dari swasta dalam pendanaan kegiatan tersebut. Kegiatan bantuan pembangunan secra bergulir diharapkan mampu memberikan dampak kebersamaan dan rasa solidaritas yang tinggi antar warga masyarakat dan mampu menunjang konsep kawsan prioritas yaitu peningkatan kualitas permukiman. B. Jamban Keluarga Jamban Salah satu permasalahan yang ada di Dusun Cabean adalah masih banyaknya penduduk yang masih belum memiliki jamban pribadi pada setiap KK yang ada, mereka masih membuang kotoran secara sederhana, yaitu dengan menggunakan cubluk sebagai media pembuangan kotoran. Cubluk merupakan permaslahan serius yang harus segera diatasi, hal ini terkait dengan kesehatan masayrakat setempat dan pencemaran yang ditimbulkan, serta estetika juga terganggu dnegan adnaya cubluk ini. Terdapat 108 bangunan yang belum memiliki jamban permanen dari 479 bangunan Dampak terhadap kesehatan jelas karena pembuangan feses tidak sesuai dengan standar sanitasi/kakus yang ada. Untuk pencemaran lingkungan terjadi karena cubluk adalah langsung dibuang pada jumblangan ditanah, dan apabila cubluk letaknya dekat dengan sumber air maka kotoran tersebut juga terserap dalam tanah dan mampu mencemari sumber air tanah yang ada. Berikut adalah data kepemilikan jamban di Dusun cabean : Sumber: Hasil Observasi Tim 2013 Berdasarkan hal diatas dalam perencanaan kedepan dengan adanya kegiatan PLPBK ini diharapkan akan mampu mengatasi permaslahan tersbut dnegan jalan pemberian bantuan jamnban pada 10 KK pada tahun pertama dan bergulir dan berkesinambungan pada tahun tahun berikutnya, dengan adanya bantuan jamban keluarga diharapkan dapat menunjang konsep kawasan yaitu peningkatan kualitas permukiman dengan perbaikan sarana prasarana permukiman. V-46

94 BAB VI PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH DESA NGRAJI 6.1 PENTAHAPAN PELAKSANAAN Landasan Hukum Pelaksanaan Untuk melaksanakan RTPLP Desa Ngraji diperlukan pedoman operasioal berupa ketetapan hukum dalam bentuk Peraturan Desa yang setidaknya berisi : - Kesesuaian pemilihan lokasi menurut RTPLP Desa Ngraji; - Kesesuaian Tapak; - Kesesuaian dengan keserasian lingkungan rancangan kota; - Penentuan luas petak-tanah-kapling; - Penentuan angka-angka banding bangunan dan tanah; - Penentuan garis sempadan bangunan; - Penentuan perpetakan bangunan; - Penentuan ketinggian bangunan. Yang menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan program pembangunan adalah : 1. Tingkat kepentingan program, yaitu bagaimana kaitan program dengan rencana pembangunan kota atau dalam kaitan wilayah yang lebih luas; 2. Tingkat kemendesakan program, yaitu penyelesaian masalah, ekonomi dan dampak atau manfaat program. Adapun Landasan Hukum Pelaksanaan Penataan Lingkungan Permukiman di Desa Ngraji Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 memuat Pedoman Umum Penataan Bangunan dan Lingkungan Desa Ngraji, maka penyusunan RTPLP Desa Ngraji nantinya akan mempunyai kekuatan hukum yang dalam pelaksaaannya diperlukan proses yang cukup panjang dan memakan waktu relatif lama. Di dalam pelaksanaannya, nantinya ditetapkan menjadi Peraturan Desa yang harus diikuti dengan peraturan pelaksanaan yang mengaturnya, antara lain: 1. Tata cara pelayanan pemberian fatwa atau anjuran mengenai rencana bagi pengarahan ruang lokal dan peruntukannya sesuai dengan materi rencananya 2. Tertib bangunan dan penggunaan bangunan yang didasarkan pada materi rencana yang sekurangkurangnya memuat persyaratan tentang: Status hak atas tanah; Aturan peruntukan menurut norma tata ruang; Penetapan bangunan dan penggunaan bangnan datas dasar teknis/ konstruksi bangunan; Fungsi bangunan; Keamanan bangunan; Gangguan dan keserasian lingkungan. 3. Pembebanan retribusi atas pemberian pelayanan peraturan dan ijin mendirikan bangunan Konsep Strategi Pelaksanaan Program Konsep strategi pelaksanaan program pembangunan di Kawasan Prioritas terpilih Desa Ngraji pada tiap sektor adalah : a. Sektor Perumahan Tujuannya adalah penyediaan lingkungan permukiman yang layak sesuai kebutuhan masyarakat dalam bentuk: - Pengembangan perumahan terencana, yaitu pembangunan perumahan dan permukiman sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan ketersediaan lahan. - Penataan lingkungan perumahan, yaitu terciptanya lingkungan perumahan dan permukiman yang layak dan sesuai dengan perkembangan lingkungan di kawasan prioritas Desa Ngraji. b. Sektor Perdagangan dan Jasa Tujuannya adalah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terkait dengan pemasaran produk lokal yang dihasilkan oleh desa di kawasan prioritas dalam bentuk: - Pengembangan pemasaran terkait dengan hasil alam maupun industri masyarakat lokal. Dengan perencanaan yang matang akan lebih memaksilamkan potensi lokal dan berimbas pada peningkatan ekonomi masayrakat. VI-1

95 c. Sektor Pertanian dan Peternakan Tujuannya adalah mengembangkan kegiatan pertanian dan peternakan bagi masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki di kawasan prioritas Desa Ngraji. - Pengembangan potensi kotoran ternak sapi sebagai biogas dan pupuk organik untuk menunjang pertanian yang menjadi sektor basis Desa; - Pengembangan ruang terbuka adalah mempersiapkan dan menciptakan ruang terbuka baru guna mewadahi dan mengantisipasi kegiatan pertanian dan peternakan saat ini dan masa datang sehingga dapat mendukung peningkatan kualitas ruang terbuka pada kawasan tersebut. d. Sektor Industri Kecil Tujuannya adalah mengembangkan kegiatan industri terutama industri kecil/rumah tangga yang nantinya berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki di kawasan prioritas Desa Ngraji. - Pengembangan industri kasur lantai untuk peningkatan ekonomi masyarakat yang banyak sekali menyerap tenaga kerja masyarakat lokal. - Pengembangan kegiatan industri kecil olahan kedelai dengan pemanfaatan bahan baku yang selanjutnya diolah menjadi komoditi ekonomi. Untuk pemanfaatan dan pengendaliannya dirumuskan dalam suatu aturan yang telah disepakati bersama oleh masyarakat sebagai berikut : 1. Segmentasi Tata Guna Lahan Kawasan Prioritas - Pusat permukiman ; - Pendidikan; - Industri Kecil Menengah - Pertanian dan peternakan 2. Penentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Kawasan Prioritas Terpilih - Kawasan perdagangan dan jasa : 80 % - Kawasan permukiman : 60% - Kawasan peternakan : 60 % - Kawasan pertanian : 0%, hanya diperbolehkan bangunan tidak permanen - Kawasan industri rumah tangga : 60% - Kawasan terbuka hijau : 0 %, hanya diperbolehkan bangunan tidak pernamanen 3. Garis sempadan bangunan Garis sempadan bangunan ditetapkan sesuai dengan status jalan yang ada. Ruas Jalan Utama, jarak bangunan: minimum 5 m dari as jalan atau minimum setengah lebar jalan ditambah 1 meter yang diukur dari as jalan; 4. Ketinggian Bangunan Kawasan Prioritas Terpilih : maksimum 3 lantai 5. Koefisien Lantai Bangunan Kawasan Prioritas Terpilih - Kawasan sosial dan pendidikan : 2,4 - Kawasan permukiman : 1,6 - Kawasan industri rumah tangga : 2,4 6. Garis Sempadan Sungai/Saluran Garis sempadan sungai/saluran irigasi sebesar 5 m dari kaki luar tanggul 7. Pemanfaatan Daerah Sempadan Sungai: a. Budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan dan berfungsi tidak merusak konstruksi tanggul dan tidak mengganggu fungsi lindung daerah sempadan b. Kegiatan perdagangan yang tidak menetap c. Pendirian fasilitas lingkungan tidak permanen d. Pemasangan papan reklame, penyuluhan dan peringatan e. Kegiatan-kegiatan bersifat sosial dan kemasyarakatan yang tidak merugikan kelestarian dan keamanan sungai (kebersihan dan kerapian daerah sempadan) 8. Pemanfaatan Daerah Sempadan Jalan : Kawasan Prioritas Terpilih - Jalur hijau - Rambu-rambu lalu lintas - Papan iklan dan pengumuman yang sesuai dengan aturan dan tidak menutup informasi lainnya - Parkir satu lapis sejajar jalan 9. Prasarana dan Sarana Lingkungan a. Tempat sampah di Kawasan Prioritas pada lingkup RT berupa bak sampah kecil minimal 6 m³, merupakan tempat pembuangan sementara sampah-sampah dari rumah. Sampah diangkut 3 x 1 minggu. b. Balai pertemuan warga di Kawasan Prioritas terpilih terdapat di setiap RW. - Luas dari balai pertemuan tersebut menyesuaikan kondisi masyarakat setempat dan sistem pengadaannya adalah swakelola oleh warga. VI-2

96 - Balai pertemuan bukan hanya sebagai sarana kepemerintahan setempat (rapat RW) tetapi juga merupakan sarana kebudayaan dan rekreasi warga setempat. c. Pos hansip/keamanan lingkungan dengan luas lahan yang diperlukan min 12 m². d. MCK umum/bersama dengan luas lahan minimal 42 m² dan luas bangunan minimal 21 m². Lokasi dari MCK umum di kawasan prioritas terpilih ini terletak di pusat lingkungan tingkat 250 penduduk. e. Ruang terbuka hijau: Kawasan Prioritas Terpilih Setiap RT terdapat minimal 1 taman, yang dapat memberikan kesegaran pada lingkungan baik udara maupun cahaya matahari, serta sebagai tempat bermain anakanak. Luas lahan yang diperlukan berdasarkan jumlah penduduk per RT. Standart kebutuhan luas taman adalah 1 m²/penduduk. Setiap RW terdapat 1 daerah terbuka yang berfungsi sebagai taman, tempat main anakanak dan lapangan olah raga. Luas lahan yang diperlukan berdasrkan jumalah penduduk per RW. Standart kebutuhan luas 0.5m²/penduduk. Lokasinya dapat disatukan dengan sarana RW lainnya seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya. Jenis tanaman yang dapat ditanam pada ruang terbuka adalah: Tanaman yang berfungsi sebagai pohon peneduh, memiliki keindahan dan penyaring udara Tanaman hias dalam pot Jalur hijau: standart luas yang dibutuhkan seluas 15 m²/jiwa yang lokasinya menyebar sesuai dengan kebutuhan f. Penyediaan hidran kebakaran : - Untuk daerah komersial jarak antar kran kebakaran 100 meter - Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter - Jarak dengan tepi jalan minimum 3 meter - Apabila tidak memungkinkan tersedianya hidran maka diharuskan dibuat sumur-sumur kebakaran - Untuk perencanaan hidran lebih lanjut mengacu pada SNI tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung. Penyediaan prasarana oleh pemerintah yang wajib tersedia di kawasan perencanaan terdiri dari: a. jalan umum b. jaringan air bersih c. jaringan drainase d. sanitasi lingkungan e. persampahan f. jaringan listrik g. jaringan telepon h. perabot jalan Penyediaan sarana tiap-tiap lokasi di wilayah perencanaan sebagai berikut : Kawasan Prioritas Terpilih Jalur hijau Taman lingkungan (RT) Lapangan olahraga Pos keamanan Tempat sampah Halte Hidran kebakaran 10. Ruang Terbuka Hijau a. Ruang terbuka hijau terdiri dari : - Ruang terbuka hijau sebagai fasilitas umum - Ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, contoh: pekarangan rumah b. Ruang terbuka publik dan ruang terbuka untuk kepentingan pribadi dijaga kebersihan dan kerapihannya sehingga mendukung keindahan kawasan permukiman c. Pemanfaatan lahan-lahan kosong milik pribadi sebagai fasilitas umum ketentuannya diatur dalam suatu surat perjanjian antara Lurah dengan pemilik lahan Pelaksanaan Program Terdapat 4 (empat) kelompok bentuk pelaksanaan program kegiatan penataan kawasan prioritas terpilih yang mempertimbangkan potensi yang dimiliki yaitu : 1. Penataan permukiman Fasilitas : - Permukiman a. Ruang terbuka umum b. Ruang Terbuka Hijau (RTH) c. Perbaikan saluran drainase dan jalan 2. Penataan usaha kecil dan mikro Fasilitas : - Industri kecil rumah tangga - Permukiman - Ruang terbuka umum - Ruang Terbuka Hijau (RTH) VI-3

97 - Perbaikan saluran drainase dan jalan 6.2. PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Pengelolaan Kawasan Pengelolaan kawasan merupakan segala perangkat yang akan mengatur sebagai sebuah aturan dalam pelaksanaan program penataan dan pembangunan di kawasan prioritas maupun di pertanian organik Desa Ngraji. Adapun pengelolaan kawasan ini meliputi: 1. Pengelolaan wilayah perencanaan di Desa Ngraji dilakukan oleh suatu lembaga pengelola yang melibatkan unsur masyarakat Desa Ngraji, pemerintah dan swasta dengan tujuan mengembangkan, memelihara berbagai fungsi dan fasilitas yang ada di wilayah perencanaan 2. Tugas dan fungsi lembaga pengelola adalah mengelola, mengembangkan, mengoptimalisasi potensi kawasan yang meliputi perencanaan, pengorganisasia, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian kawasan 3. Penjabaran wewenang, tugas dan fungsi serta pembentukan struktur organisasi lembaga pengelola ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa 4. Lembaga ini bertanggung jawab langsung kepada Kepada Desa 5. Pembiayaan terhadap pengelolaan wilayah dapat bersumber dari : a. Pemerintah b. Swadaya masyarakat c. Sumber lain yang sah 6. Semua tindakan pengembangan dan pengelolaan lingkungan harus mendapat izin dari Kepala Desa 7. Lahan-lahan kosong diarahkan untuk segera dimanfaatkan guna mendukung fungsi dan dayaguna pengembangan kawasan Prioritas terpilih Desa Ngraji. 8. Pengawasan dan Pengendalian a. Pengawasan terhadap pelaksanaan RTPLP Desa Ngraji dilakukan melalui pemantauan, pelaporan dan evaluasi b. Pengendalian terhadap pelaksanaan RTPLP Desa Ngraji dilakukan melalui perijinan sesuai dengan kewenangan yang ada pada Pemerintah Daerah c. Pengawasan dan pencegahan segala kegiatan pembangunan dan atau pemanfaatan yang tidak sesuai dengan peraturan ini menjadi wewenang dan tanggung jawab dinas /instansi terkait 9. Hak, kewajiban dan peran serta masyarakat a. Masyarakat berhak untuk : - Berperan serta dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian - Mengetahui secara terbuka rencana tindak penataan lingkungan permukiman (RTPLP) Desa Ngraji Kecamatan Purwodadi - Menikmati manfaat perkembangan kawasan dan atau pertambahan nilai kawasan sebagai akibat dari penataan lingkungan permukiman d. Masyarakat wajib untuk : - Berperan serta dalam memelihara kualitas kawasan (kebersihan, keindahan dan keamanan lingkungan) - Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan. - Mentaati rencana pengembangan permukiman yang telah ditetapkan e. Bentuk peran serta masyarakat : - Pengawasan terhadap pemanfaatan lingkungan di kawasan prioritas terpilih Desa Ngraji, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan lingkungan - Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan 10. Sanksi Administratitf lingkungan dan peningkatan kualitas pemanfaatan lingkungan Terhadap setiap orang yang melanggar ketentuan dalam aturan ini : a. Kepala Desa berwenang memerintahkan untuk: - Memberikan surat teguran - Menghentikan pekerjaan - Membongkar dan/atau membangun kembali sesuai dengan ketentuan yang ada b. Dalam hal dilakukan pembongkaran, pembongkaran dibebankan kepada pemilik bangunan/penanggung jawab aktivitas c. Dapat dikenakan tindakan berupa penangguhan dan pembatalan ijin d. Untuk setiap pelanggaran dapat dikenakan denda sebesar-besarnya Rp ,00 (lima juta rupiah) e. Ketentuan jumlah denda yang dikenakan untuk setiap pelanggaran sesuai aturan perundangan yang ada Pemasyarakatan RTPLP Kawasan Prioritas Pemasyarakatan RTPLP Kawasan Prioritas Desa Ngraji dilakukan melalui kegiatan sosialisasi yang berupa: 1. Penyebaran informasi mengenai adanya rencana pelaksanaan kegiatan RTPLP Kawasan Prioritas Desa Ngraji tersebut melalui beberapa media agar diketahui segenap masyarakat; 2. Penyebaran produk RTPLP Kawasan Prioritas Desa Ngraji kepada masyarakat (RT/RW/Kadus) d an instansi Pemerintahan Kabupaten Grobogan yang terkait; 3. Pameran hasil RTPLP Kawasan Prioritas Desa Ngraji baik berupa buku-buku laporan, peta-peta maupun gambar-gambar yang memuat perencanaan sampai akhir tahun perencanaan pada saat acara yang dapat disaksikan/dikunjungi oleh masyarakat VI-4

98 Apabila terjadi perubahan perlu juga diinformasikan kepada masyarakat dalam bentuk buku pegangan informasi dan kontrol penataan, terutama mengenai peraturan bangunan dan rencana pembangunan fisik desa. dapat mengevaluasi perkembangan pelaksanaan dan mengevaluasi data proyeksi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian langkah untuk berikutnya selalu dapat berdasarkan pada data yang baru, misalnya tentang kependudukan, transportasi dan tata guna tanah/bangunan dan lain sebagainya. Selama proses evaluasi mengenai RTPLP Kawasan Prioritas Desa Ngraji dianjurkan agar sejak awal sudah mempunyai data dan rekaman keadaan desa. VI-5

99 BAB VII RENCANA INVESTASI Rencana investasi merupakan rencana pentahapan kegiatan program rencana tindak penataan lingkungan permukiman Desa NGraji yang dirinci berdasarkan tahun dan rencana sumber dana yang bisa digali untuk pelaksanaan program kegiatan yang sudah disepakati. Adapun lokasi dan volume juga dicantumkan dalam rencana investasi untuk mempermudah dalam pelaksanaan program kegiatan nantinya. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana investasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. VII-1

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Dilihat dari peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak diantara dua pegunungan kendeng yang membujur dari arah ke timur dan berada

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BPS KABUPATEN GROBOGAN BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/12/ Th. I, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 209.271 RUMAH TANGGA, TURUN 18,38

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak Penelitian ini diakukan di Kabupaten Grobogan yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Dilihat dari Peta Provinsi Jawa Tengah,

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang    Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tidak tercapainya beberapa sasaran tersebut diatas disebabkan karena beberapa hal, antara lain : PROSE NTASE

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tidak tercapainya beberapa sasaran tersebut diatas disebabkan karena beberapa hal, antara lain : PROSE NTASE IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja disusun berdasarkan Rencana Strategis 2011 2016 dan Rencana Kerja Tahun 2014. Adapun Capaian Sasaran Dinas Bina Marga tahun 2014 tampak sebagai berikut

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada 4.1. KONSEP DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH 4.1.1. Pengembangan Dari Bawah Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada dasarnya

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Sungai juga menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air melewati

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Topografi Desa Banyuroto terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI MENTERI PEKERJAAN UMUM Menimbang : a. Bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang adalah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman 84 BAB V ANALISIS V.1 Fisik Lahan Permukiman V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman Lahan Permukiman Dusun Ngentak berada diatas lahan yang memiliki kemiringan

Lebih terperinci

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan Rumah yang tidak mendapat akses menuju jalan utama lingkungan maupun jalan penghubung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi Desa Pendowoharjo terletak di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai ciri-ciri khas dan kemampuan dalam mengolah potensi sumber daya alam yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi IV. KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi Desa Pendowoharjo terletak di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang merupakan dataran rendah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai. 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan menjadi hal yang sangat penting untuk keseimbangan ekosistem untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan. Kualitas suatu wilayah dipengaruhi oleh

Lebih terperinci