BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah Suatu sistem terdiri atas objek - objek atau unsur-unsur atau komponen komponen yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsurunsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan yang tertentu. (Parajudi Atmosudirdjo, 2005) Sistem adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Suatu sistem baru bisa terbentuk bila di dalamnya terdapat beberapa prosedur yang mengikutinya. (Mulyadi, 2010) 2.2 Dokumen Kontrak Konstruksi Membicarakan mengenai dokumen kontrak konstruksi, kita dapat membaginya dalam beberapa pembahasan seperti yang dijabarkan dibawah ini Pengertian Kontrak Menurut Kamus Bahasa Indonesia, (1) Kontrak adalah perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak dalam perdagangan, sewa-menyewa, dll. (2) persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan. Kontrak adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih mengenai hal tertentu yang disetujui oleh mereka. (Edwin W, 2012) Dalam bidang hukum, dikenal pengertian kontrak yang valid (sah) sebagai a binding agreement between two or more parties which creates legal rights and obligations which the II - 1

2 law will enforce (suatu perjanjian antara dua atau lebih pihak-pihak dimana hak dan kewajiban mengikat secara hukum). Sehingga, dari pengertian tersebut lahir pula rumusan hal-hal yang esensial harus ada dalam suatu kontrak, sebagai berikut: 1. Harus ada penawaran (offer) dari pihak Penyedia Jasa dan penerimaan (acceptance) dari Pengguna Jasa. 2. Harus ada keinginan (intention) dari kedua pihak untuk terikat dalam hubungan kontrak secara legal. 3. Harus ada imbalan (consideration) yang sesuai bagi kedua belah pihak dari perjanjian ini. 4. Klausul-klausul dalam kontrak harus secara memadai bersifat jelas dan pasti (certain). 5. Kedua pihak haruslah orang-orang yang memiliki kapasitas secara hukum (legal capacity) untuk terikat dalam kontrak. 6. Harus ada niat baik (genuine consent) dari kedua pihak, tanpa paksaan. 7. Kontrak yang dihasilkan harus memiliki kekuatan hukum (lawful) dan tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan lainnya. Dengan kata lain, Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Kontrak Konstruksi di Indonesia Di Indonesia khususnya, perundangan terbaru yang mengatur mengenai jasa konstruksi telah disahkan sebagai Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang didalamnya menyatakan defenisi dari Kontrak Konstruksi sebagai: keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara penyedia jasa (orang perorang atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi) dengan pengguna jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Sebelumnya, yang menjadi acuan dalam II - 2

3 kontrak konstruksi di Indonesia adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) pasal 1320 mengenai asas kebebasan berkontrak. (Nurul Huda, 2006) Gambaran kondisi kontrak konstruksi di Indonesia ini masih sangat didominasi kenyataan dimasa lalu bahwa posisi tawar Penyedia Jasa adalah sangat lemah terhadap aturan apapun yang ditentukan dan dikehendaki oleh Pengguna Jasa, sehingga sampai sekarang kita masih berada dalam tantangan yang berat untuk menciptakan iklim relasi yang adil dan setara (fair and equal). KUHPerdata BAB II mengenai Perikatan yang lahir dari kontrak atau persetujuan pada Bagian 2 Pasal 1320, seperti yang disebut diatas berbunyi, Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat: 1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; (KUHPerd. 28, 1312 dst.) 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; (KUHPerd dst.) 3. suatu pokok persoalan tertentu; (KUHPerd dst.) 4. suatu sebab yang tidak terlarang. (KUHPerd dst.) Model Kontrak Konstruksi Undang-Undang No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi baru diundangkan tahun 1999 dan baru mulai berlaku tahun 2000, maka sesuai asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam KUHPer Pasal 1320, banyak sekali model Kontrak Konstruksi. (Nazarkhan Yasin, 2009) Kontrak-kontrak tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: a. Versi Pemerintah Biasanya tiap Departemen memilik standar sendiri. Standar yang biasanya dipakai adalah standar Departemen Pekerjaan Umum (Sekarang Departemen KIMPRASWIL). Bahkan Pekerjaan Umum memiliki lebih dari satu standar karena masing-masing Direktorat Jendral (ada 3 buah) mempunyai standar sendiri-sendiri. II - 3

4 b. Versi Swasta Nasional Versi ini beraneka ragam sesuai selera Pengguna Jasa/Pemilik Proyek. Kadang-kadang mengutip standar Departemen atau yang sudah lebih maju mengutip (sebagian) sistem Kontrak Luar Negeri seperti FIDIC (Federation Internationale des Ingenieurs Counsels), JCT (Joint Contract Tribunals) atau AIA (American Institute of Architects). Namun karena diambil setengah-setengah, maka wajah kontrak versi ini menjadi tidak karuan dan sangat rawan sengketa. c. Versi/Standar Swasta/Asing Umumnya para Pengguna Jasa/Pemilik Proyek Asing menggunakan Kontrak dengan sistem FIDIC atau JCT Bentuk-bentuk Kontrak Konstruksi Aspek kontrak konstruksi dapat ditinjau melalui 4 (empat) aspek atau sudut pandang, yakni sebagai berikut : 1. Aspek Perhitungan Biaya a. Fixed Lump Sum Price PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 21 ayat 1, Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 1 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Hal ini ditegaskan oleh Gilbreath, Lump Sum : harga tetap selama tidak ada perintah perubahan. II - 4

5 Fixed Lump Sum Price adalah suatu harga kontrak yang sudah pasti dan tetap selama berlakunya kontrak tersebut dengan volume yang telah disepakati bersama, sesuai gambar-gambar dan spesifikasi yang disyaratkan; kecuali jika ada perintah perubahan tertulis pekerjaan dari pemberi tugas akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah atau kurang dengan harga satuan yang telah ada pada kontrak. Tetapi jika harga satuan tidak terdapat dalam kontrak, maka harga baru dapat disepakati dengan cara negosiasi. b. Fixed Unit price (Kontrak Harga Satuan) PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 21 ayat 2 selanjutnya menyebutkan, Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 2 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa. Gilbreath menyatakan, Unit Price : harga satuan x volume yang sesungguhnya dilaksanakan tidak ada resiko kelebihan membayar bagi pengguna jasa, tapi juga tidak ada windfall profit bagi penyedia jasa. Perlu pengawasan seksama. Fixed Unit Price adalah suatu cara perhitungan biaya kontrak pekerjaan konstruksi dengan menetapkan harga satuan pekerjaan setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan, sesuai dengan dokumen-dokumen yang telah diberikan sebagai acuan dan berlaku selama kontrak berlangsung. Jumlah biaya kontrak seluruhnya dapat dihitung dengan mengalikan volume pakerjaan yang hanya dilaksanakan saja dan dihitung secara bersama antara pihak pengguna jasa dengan penyedia jasa. II - 5

6 c. Fixed Lump Sum Price with Escalation Pengertiannya sama dengan Fixed Lump Sum Price. Bedanya hanya pada eskalasi, maksudnya jika terjadi kenaikan harga upah dan atau material, penyedia jasa akan diberikan tambahan harga. Disini terlihat bahwa risiko penyedia jasa sedikit berkurang tetapi pihak pengguna jasa risikonya dapat bertambah karena masih perlu mengestimasikan biaya tambahan yang akan diberikan kepada penyedia jasa jika terjadi kenaikan harga upah dan atau material. (Agus Widodo, 2012) 2. Aspek Perhitungan Jasa a. Cost without Fee (Biaya tanpa Jasa) Merupakan cara pembayaran yang hanya memperhitungkan biaya upah, material dan sarana penunjang yang diperlukan saja. Pihak penyedia jasa hanya kerja bakti, tidak mendapatkan fee. Biasanya hal ini terjadi pada proyek-proyek sosial. b. Cost plus Fee (Biaya tambah Jasa) Merupakan suatu cara perhitungan biaya suatu pekerjaan konstruksi yang memperhitungkan berapa biaya upah, material, sarana penunjang (cost) yang diperlukan dan tambahan sejumlah keuntungan (fee) penyedia jasa yang besarnya biasanya berdasarkan persentase terhadap biaya total pekerjaan. c. Cost Plus Fixed Fee (Biaya ditambah Jasa Pasti) Pembayaran seperti ini sama dengan Cost Plus Fee, hanya saja fee yang diberikan kepada penyedia jasa sudah ditentukan dalam jumlah tertentu. Sehingga walaupun biaya total pekerjaan tersebut kemungkinan bertambah, pihak penyedia jasa hanya menerima fee yang telah ditentukan saja. (Agus Widodo, 2012) 3. Aspek Cara Pembayaran a. Monthly Payment (Pembayaran Bulanan) II - 6

7 Setiap prestasi diukur pada akhir bulan, lalu dibayar. Kelemahannya adalah sekecil apapun prestasi harus dibayar, namun dimodifikasi dengan syarat prestasi minimum per bulan. b. Stage Payment (Pembayaran atas Prestasi) Pembayaran atas dasar prosentase kemajuan fisik yang telah dicapai. Biasanya dengan memperhitungkan uang muka dan uang jaminan atas cacat. c. Contractor s Full Prefinanced (Pra-pendanaan penuh dari Penyedia Jasa) Pekerjaan didanai penuh terlebih dahulu oleh penyedia jasa sampai selesai. Setelah pekerjaan selesai dan diterima baik oleh pengguna jasa baru mendapatkan pembayaran dari pengguna jasa. Sering dirancukan dengan Design Build/Turnkey. Dari pembayaran memang sama, tapi penyedia jasa tidak ditugasi pekerjaan perencanaan. Dalam sistem ini, penyedia jasa menanggung biaya uang (cost of money) dalam bentuk Interest During Construction (IDC). (Teguh Ungsiadi, 2011) 4. Aspek Pembagian Tugas a. Kontrak Konvensional/biasa Dimana pengguna jasa menugaskan penyedia jasa untuk melaksanakan salah satu aspek pembangunan saja. Setiap aspek satu penyedia jasa; perencanaan, pengawasan, pelaksanaan dilakukan oleh penyedia jasa berbeda. b. Kontrak Spesialis Dimana pekerjaan dibagi berdasarkan spesialisasi masing-masing penyedia jasa, tidak ada penyedia jasa utama/umum. Masing-masing penyedia jasa menutup kontrak dengan pengguna jasa. Adapun keuntungan-keuntungan kontrak ini adalah mutu lebih handal, hemat waktu, hemat biaya, dan mudah mengganti penyedia jasa yang bermasalah. c. Kontrak Rancang Bangun (Design Construct/Build, Turnkey) II - 7

8 Pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan diborongkan kepada satu penyedia jasa. Penyedia jasa mendapatkan imbalan jasa perencanaan dan biaya pelaksanaan. Penyedia jasa; perencanaan, menerima tugas dari penyedia jasa yang biasa disebut Turn Key Builder (bukan dari pengguna jasa). Perlu jaminan pembayaran dari pengguna jasa, bila proyek didanai sepenuhnya lebih dulu oleh penyedia jasa (Turn Key). Pengguna jasa perlu sangat berhati-hati memilih penyedia jasa, bila ada masalah baik perencanaan maupun pelaksanaan sulit mengganti penyedia jasa. d. Kontrak Engineering, Procurement, Construction (EPC) Bentuk ini mirip dengan Design-Build, bedanya bentuk ini biasanya dipakai untuk industri (minyak, gas, petro kimia). Tahapan pekerjaan terdiri dari: perencanaa (Engineering), pengadaan bahan & peralatan (Procurement), konstruksi/pembangunan (Construction). Pembayaran dilaksanakan sesuai tahapan pekerjaan yang telah disediakan. Yang dinilai bukan saja pekerjaan selesai, tapi untuk kerja yang harus sesuai TOR (Term of Reference) yang diminta oleh pengguna jasa. Bentuk kontrak ini banyak dipakai di Indonesia dalam dunia perminyakan dan gas bumi (PERTAMINA). e. Kontrak BOT/BLT (Build, Operation, Transfer/Build, Lease, Transfer) Pola kerjasama antara Pemilik lahan dan Investor yang punya modal/dana. Setelah fasilitas dibangun (Build), investor mendapatkan konsesi untuk mengoperasikan dan memungut hasil (Operate) dalam kurun waktu tertentu. Setelah konsesi selesai, fasilias dikembalikan ke Pemilik (Transfer). Mirip dengan Rancang Bangun, bedanya terletak pada masa mengembalikan fasilitas yang biasa disebut kontrak BOT atau Kontrak Konsesi. Dalam kontrak Konsesi biasanya lebih disukai termasuk masa membangun agar ada rangsangan mempercepat pembangunan, karena masa konsesi yang lebih lama akan menambah keuntungan. Selain itu perlu II - 8

9 kontrak operasi & pemeliharaan untuk menjamin fasilitas dikembalikan kepada pemilik dalam kondisi yang masih memiliki nilai. Build, Lease & Transfer (BLT) beda sedikit dengan BOT dimana pemilik seolah-olah menyewa kepada Investor (Lease) untuk mengembalikan dana Investor secara bertahap. f. Kontrak Swakelola (Force Account) Sesungguhnya bukan kontrak. Pekerjaan dilakukan sendiri, dibayar sendiri. Ada banyak kendala dalam melaksanakan kontrak ini seperti; reaksi pihak luar, keterbatasan SDM, biaya pelatihan pegawai, kesulitan pekerjaan konstruksi, dan resiko kenaikan biaya, transport, logistik, dsbg. (Teguh Ungsiadi, 2011) Istilah-istilah dalam Kontrak Dengan mempelajari sejumlah kontrak yang pernah dilaksanakan oleh kontraktor yang telah berpengalaman, ada beberapa istilah yang sering muncul dalam kontrak, antara lain: 1. Provisional sum, adalah sejumlah biaya yang disediakan oleh pemilik proyek dan termasuk dalam nilai kontrak, untuk mencakup pekerjaan-pekerjaan yang sudah tercantum dalam dokumen kontrak namun dapat dihitung dengan pasti volumenya. Besarnya pembayaran kepada Kontraktor adalah sesuai realisasi volume yang dikerjakan. 2. Prime cost, adalah sejumlah biaya yang disediakan oleh pemilik proyek dan termasuk dalam nilai kontrak, untuk mencakup pekerjaan-pekerjaan yang sudah ditentukan jenis dan harganya, biasanya dikerjakan oleh kontraktor tertentu. 3. Nominated sub contractor (NSC), adalah sub-kontraktor yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, dengan: a. Spesifikasi dan negosiasi disepakati antara pemilik proyek dan NSC b. Pembayaran kepada NSC dilakukan melalui kontraktor utama II - 9

10 c. Kontraktor utama mendapatkan fee koordinasi (coordination fee) untuk melaksanakan koordinasi waktu dan pelaksanaanya. Biasanya besar coordination fee adalah berkisar antara 3-4 persen d. Kontraktor utama tidak bertanggung jawab atas mutu pekerjaan NSC. 4. Direct Contractor (DC), adalah sub-kontraktor yang ditunjuk langsung oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. 5. Defect liability period, atau masa pemeliharaan dalam suatu kurun waktu terhitung sejak dilakukannya Penyerahan Pertama Pekerjaan, untuk menyelesaikan cacat-cacat yang ditemukan pada saat Penyerahan Pertama serta kerusakan-kerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan. Biasanya masa pemeliharaan ditetapkan selama 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan. 6. Escalation Price, adalah perubahan harga bahan, upah dan alat sesuai dengan kondisi pasar, yang dapat mengakibatkan perubahan harga kontrak. Pada kontrak-kontrak tertentu, kontraktor diperkenankan untuk mendapatkan penyesuaian harga akibat eskalasi, yang diatur dalam pasal Penyesuaian Harga. (Feydey Bonenehu, 2008) Kendala Isi Kontrak (Kerancuan, Salah Pengertian, Benturan) Tidak jarang berbagai kontrak konstruksi seperti tersebut dalam Paragraf Model Kontrak mengandung hal-hal rancu, salah pengertian, benturan pengertian dan sebagainya. a. Hal-hal yang rancu: i. Kontrak dengan sistem pembayaran pra pendanaan penuh dari Kontraktor (Contractor s full prefinance) dianggap Kontrak Rancang Bangun (Design Build/Turn Key). ii. Penyelesaian Sengketa: pengadilan atau Arbitrase (dalam kontrak keduanya disebut secara jelas). II - 10

11 b. Salah Pengertian Salah satu salah pengertian yang sering terjadi dalam suatu kontrak konstruksi adalah Kontrak Fixed Lump Sum Price. Karena ada kata-kata fixed, sering diartikan bahwa nilai kontrak tidak boleh berubah. Ini salah besar, sebab bila nilai kontrak tetap, bagaimana dengan perubahan pekerjaan. c. Kesetaraan Kontrak Umumnya Kontrak Konstruksi sampai saat ini belum mencapai predikat adil dan setara (fail and equal) layaknya suatu kontrak sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi dan PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Sebagai contoh i. Apabila Penyedia Jasa lalai, pihaknya akan terkena sanksi berat, namun apabila Pengguna Jasa yang lalai, sanksinya ringan atau tidak ada sama sekali. ii. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan akan dikenakan sanksi (denda) tetapi keterlambatan pembayaran tidak mendapat ganti rugi (interest bank). (Nazharkan Yasin, 2009) Aspek-aspek yang terkandung dalam Kontrak Konstruksi Bidang konstruksi memang sangat didominasi aspek teknik, namun ketika kita bicara kontrak konstruksi, tampaklah bahwa sesungguhnya bidang konstruksi melingkupi banyak aspek selain teknis, seperti: keuangan, administrasi, perpajakan, sosial ekonomi, dan yang tidak kalah penting adalah aspek hukum. (Nurul Huda 2006) Kenyataan bahwa aspek selain teknis kurang mendapat perhatian dari Penyedia Jasa, sering menimbulkan masalah dibelakang hari, ketika para Penyedia Jasa ini dihadapkan pada kondisi yang pelik secara hukum maupun keuangan. II - 11

12 Untuk itu, perlu dicermati aspek-aspek yang terkandung di Kontrak Konstruksi sebagai satu kesatuan yang harus mendapat perhatian secara memadai, sebagai berikut: A. Aspek Teknis Aspek ini memang merupakan aspek dominan, karena aspek teknislah yang sebenarnya mendasari nilai suatu proyek. Sebagai contoh, proyek yang direncanakan secara matang aspek teknisnya, dapat menekan biaya operasional, dan meminimalisir kemungkinan permasalahan di bidang hukum, sosial ekonomi maupun administrasinya. Contoh aspek teknis adalah: Lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan, metode pelaksanaan, jadwal pelaksanaan, metode pengukuran. B. Aspek Hukum Sebenarnya semua dokumen kontrak adalah perangkat hukum bagi para pihak yang terikat didalamnya, tetapi yang akan disebutkan disini adalah aspek hukum yang paling dominan dan sering menimbulkan dampak hukum yang serius dan cukup luas, seperti: penghentian sementara pekerjaan (Suspension of work), pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak, ganti rugi keterlambatan (liquidity damages), penyelesaian perselisihan (settlement of dispute), keadaan memaksa (force majeure), hukum yang berlaku (governing law), bahasa kontrak (contract language), dan domisili. C. Aspek Keuangan/Perbankan Aspek keuangan/perbankan yang penting dalam suatu kontrak konstruksi antara lain adalah: Nilai Kontrak/harga borongan, cara pembayaran, jaminan-jaminan. Adapun macam jaminan yang umum diperlukan dalam kontrak konstruksi adalah : jaminan uang muka (advance payment bond), jaminan pelaksanaan (performance bond), jaminan pemeliharaan (defect liability bond), jaminan pembayaran (payment II - 12

13 guarantee). Yang terakhir disebutkan adalah jaminan yang diberikan oleh Pengguna Jasa, sebagai jaminan kemampuannya membayar Penyedia Jasa. Jaminannya sendiri bisa berupa garansi bank, standby letter of credit, dan surety bond. Adapula bentuk jaminan lain, tetapi daya jaminnya diragukan atau bahkan tidak ada menurut hukum Indonesia, seperti Idemnity, Letter of comfort, dan warranty. D. Aspek Perpajakan Dalam suatu kontrak konstruksi terkandung aspek perpajakan, terutama berkaitan dengan nilai kontrak sebagai pendapatan dari Penyedia Jasa, baik pajak pertambahan nilai (PPN) maupun pajak penghasilan (PPh). Dalam kontrak konstruksi kadangkadang PPN ini dicantumkan secara eksplisit, namun tidak jarang sudah termasuk dalam kontrak/harga borongan. Sehubungan dengan PPN ini, sering kali timbul masalah, bahkan sampai terjadi sengketa yang disebut sengketa pajak, karena kadangkadang Penyedia Jasa tidak menyetorkan PPN yang dipungut dari Pengguna Jasa ke kas Negara Asas-asas dalam Hukum Perjanjian/Kontrak Didalam hukum perjanjian/kontrak terkandung adanya asas-asas yang berlaku yaitu: 1. Asas kebebasan berkontrak Dengan adanya kebebasan berkontrak dimungkinkan berkembang dan munculnya berbagai bentuk perjanjian karena para pihak berdasarkan kesepakatan dapat membuat perjanjian ataupun bentuk kontrak sesuai dengan yang dikehendaki. 2. Asas Konsensualitas Para pihak sebelum mengikatkan diri perlu terlebih dahulu secara bersama-sama membangun consensus dengan cara kesamaan cara pandang tentang segala sesuatu yang diperjanjikan. 3. Asas kepercayaan II - 13

14 Para pihak mengikatkan diri dengan mengadakan Perjanjian berarti adanya kepercayaan diantara mereka untuk memegang janjinya. Sehingga dengan demikian mempunyai kekuatan mengikat sebagai Undang-undang, tanpa kepercayaan tidak akan ada Perjanjian diantara mereka. 4. Asas persamaan hukum Adanya kesederajatan antara para pihak yaitu kedudukan yang sama bagi para pihak dalam perjanjian. 5. Asas keseimbangan Asas ini menimbulkan hak dan kewajiban para pihak dengan hak dan kewajiban yang sama seimbang dengan demikian berarti adanya Bargaining Power antara debitur dan kreditur (para pihak). (Agus Widodo, 2012) Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal 3, Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk, a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas; b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; c. Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi. 6. Asas kepastian Hukum Perjanjian sebagai suatu bentuk dan figur hukum harus ada kepastian hukum yang terlihat pada kekuatan mengikat perjanjian tersebut bagi para pihak. 7. Asas moral dan kepatutan II - 14

15 Suatu Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang tegas-tegas dinyatakan dalamnya, tetapi juga semua yang menurut sifat perjanjian didasarkan pada kepatutan, kebiasaan dan Undang-undang Setiap perjanjian dilakukan dengan itikad baik ini melandasi sikap moral dalam membuat perjanjian. (Nurul Huda, 2006) 8. Asas kebiasaan Selain itu juga terdapat asas: Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjian, dianggap secara diam-diam dimasukkan didalam persetujuan meskipun tidak dinyatakan dengan tegas (merupakan bagian dari perjanjian). Adapun isi kontrak kerja konstruksi Menurut Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 18/1999 Pasal 22 ayat 2 yakni, Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai: a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak; b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan; c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu pertangguhan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa; d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi; e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi; II - 15

16 f. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi; g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan; h. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan; i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat terpenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak; k. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan; l. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial; m. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan. Mengenai penyesuaian harga, disebutkan dalam Perpres 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 92 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut: (1) Penyesuaian Harga dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak berbentuk Kontrak Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan Dokumen Pengadaan; II - 16

17 b. Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen Pengadaan; c. Penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Tunggal dan Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan timpang. (2) Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga adalah sebagai berikut: a. Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan ke- 13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan; b. Penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan dan Biaya Operasional sebagaimana tercantum dalam penawaran; c. Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengana jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam Kontrak awal/addendum Kontrak; d. Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut; e. Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya addendum Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak addendum Kontrak tersebut ditandatangani; dan Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan Dasar Hukum dalam Penyusunan Kontrak Konstruksi Dalam penyusunan kontrak konstruksi, beberapa peraturan yang biasanya menjadi dasar hukum adalah sebagai berikut: 1. Undang Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. II - 17

18 2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. 3. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 4. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. 5. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. 6. Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa pemerintah. 2.3 Penelitian Sebelumnya Jurnal penelitian terdahulu selama 10 tahun terakhir yang relevan terhadap penelitian penulis dapat dilihat pada tabel 2.2 II - 18

19 Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya II - 19

20 (Sumber: Hasil Olahan oleh Penulis, 2017) Dari penelitian penelitian di atas dapat disimpulkan belum ada penelitian tentang analisis kontrak lump sump dengan kontrak harga satuan terhadap waktu dan biaya dan penerapan kontrak dari kontrak lump sump ke kontrak harga satuan. 2.4 Kerangka Berpikir Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui penyebab terjadinya kontrak, penerapan kontrak, dan perbadingan kontrak berdasarkan data-data yang sudah dikumpulkan. Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu penyebab terjadinya kontrak, penerapan kontrak, dan perbadingan kontrak sebagai variabel X dan identifikasi serta analisis perbandingannya sebagai variabel Y. Variabel Y adalah identifikasi penyebab dan analisis, yang dalam proses analisisnya akan menggunakan analisis data dengan Microsoft Excel. Pengumpulan data berupa data primer yang berupa data observasi dan wawancara serta data sekunder berupa data yang didapat dari proyek seperti SPK, dokumen kontrak, bill of quantity dan sebagainya. Kerangka pemikiran disajikan dalam tabel sebagai berikut: II - 20

21 Tabel 2.2 Kerangka Berpikir Variabel X Proses Variabel Y Penyebab kontrak, Kontrak yang digunakan Pengumpulan data sekunder, analisis Identifikasi penyebab kontrak, perbandingan kontrak (Sumber: Hasil Olahan oleh Penulis, 2017) II - 21

BENTUK-BENTUK KONTRAK KONSTRUKSI (RINGKASAN) Oleh: Ir. H. Nazarkhan Yasin

BENTUK-BENTUK KONTRAK KONSTRUKSI (RINGKASAN) Oleh: Ir. H. Nazarkhan Yasin BENTUK-BENTUK KONTRAK KONSTRUKSI (RINGKASAN) Oleh: Ir. H. Nazarkhan Yasin PENGANTAR Bentuk-bentuk kontrak konstruksi dibedakan dari berbagai segi/sudut pandang/aspek termasuk beberapa permasalahan/salah

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sebuah proyek konstruksi diperlukan suatu bentuk perikatan tertulis antara pengguna jasa (pemilik proyek/pemberi

Lebih terperinci

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI KONTRAK KERJA KONSTRUKSI A. DEFINISI KONTRAK KONSTRUKSI Adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat persetujuan bersama secara sukarela antara pihak kesatu dan pihak kedua. Pihak kesatu berjanji

Lebih terperinci

Perbandingan Kontrak Kontruksi Indonesia..I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 64

Perbandingan Kontrak Kontruksi Indonesia..I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 64 ABSTRAKSI PERBANDINGAN KONTRAK KONSTRUKSI INDONESIA DENGAN KONTRAK KONSTRUKSI INTERNATIONAL I GUSTI AGUNG AYU ISTRI LESTARI Fak. Teknik Univ. Islam Al-Azhar Mataram Kontrak konstruksi adalah keseluruhan

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, 2

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, 2 TANGGUNGJAWAB PENYEDIA DAN PENGGUNA JASA KONSTRUKSI MENURUT SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO. 07/PRT/M/2011 & MENURUT GENERAL CONDITION FIDIC RED BOOK Yefta Gavra Garland

Lebih terperinci

DOKUMEN-DOKUMEN PROYEK KONTRAK

DOKUMEN-DOKUMEN PROYEK KONTRAK DOKUMEN-DOKUMEN PROYEK KONTRAK Saifoe El Unas Dokumen-Dokumen Pada Proyek Dokumen Proyek Dokumen Kontrak Dokumen Tender Dokumen Pelelangan 1 Dokumen Pelelangan Gambar-gambar bestek RKS (Rencana Kerja dan

Lebih terperinci

TINJAUAN STANDAR/SISTIM KONTRAK KONSTRUKSI INTERNASIONAL (AIA, FIDIC, JCT, SIA) (RINGKASAN) Oleh : Ir. H. Nazarkhan Yasin

TINJAUAN STANDAR/SISTIM KONTRAK KONSTRUKSI INTERNASIONAL (AIA, FIDIC, JCT, SIA) (RINGKASAN) Oleh : Ir. H. Nazarkhan Yasin TINJAUAN STANDAR/SISTIM KONTRAK KONSTRUKSI INTERNASIONAL (AIA, FIDIC, JCT, SIA) (RINGKASAN) Oleh : Ir. H. Nazarkhan Yasin PENGANTAR Dalam dunia internasional dikenal beberapa standar/sistim kontrak konstruksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada beberapa area. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (mode,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada beberapa area. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (mode, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Bangunan Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal

Lebih terperinci

HUBUNGAN HUKUM PERUSAHAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DENGAN PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI. Oleh Ida Ayu Gita Srinita Gede Putra Ariana

HUBUNGAN HUKUM PERUSAHAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DENGAN PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI. Oleh Ida Ayu Gita Srinita Gede Putra Ariana HUBUNGAN HUKUM PERUSAHAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DENGAN PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI Oleh Ida Ayu Gita Srinita Gede Putra Ariana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract In national

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk proses penelitian dalam membandingkan kontrak lump sump fixed price

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk proses penelitian dalam membandingkan kontrak lump sump fixed price BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini menggunakan metode deskriptif analisis, dimana data-data yang didapat dari berbagai sumber selanjutnya dianalisis dan digunakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN STANDAR DAN PROSEDUR DOKUMEN KONTRAK FIDIC DENGAN STANDAR MENTERI PEKERJAAN UMUM. Abstrak

STUDI PERBANDINGAN STANDAR DAN PROSEDUR DOKUMEN KONTRAK FIDIC DENGAN STANDAR MENTERI PEKERJAAN UMUM. Abstrak STUDI PERBANDINGAN STANDAR DAN PROSEDUR DOKUMEN KONTRAK FIDIC DENGAN STANDAR MENTERI PEKERJAAN UMUM Roby Irawan 1), Rafi e 2), Rianny Pratiwi 2) Abstrak Kontrak merupakan dokumen yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-jenis Kontrak Dalam suatu pekerjaan kita lazim mendengar istilah kontrak. Kontrak adalah kesepakatan antara dua belah pihak yang secara hukum mengikat (Zaini et al, 2009).

Lebih terperinci

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA 1 KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA oleh : Prof. Dr. Y. Sogar Simamora, S.H., M.Hum. (Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Airlangga) Disampaikan dalam Sosialisasi Undang-Undnag dan Peraturan Bidang

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT)

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) 1. Ruang Lingkup 2. Metode Pemilihan Penyedia 3. Proses Lelang RUANG LINGKUP Pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD,,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrak Kontrak merupakan kesepakatan antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa untuk melakukan transaksi berupa kesanggupan antara pihak penyedia jasa

Lebih terperinci

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang)

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang) PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang) Pasal 51 Perpres nomor 54 tahun 2010 mengatur tentang ketentuan kontrak lump sum dengan ketentuan kontrak lump sum

Lebih terperinci

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK TCE-06 DOKUMEN KONTRAK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks PU Pasar Jumat Tlp.

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (UU 2/2017 & PP 29/2000 Jo PP 54/2016) admikon2@gmail.com MODUL BIMBINGAN TEKNIS ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI Modul 1 : Kebijakan Penyusunan Dok. Kontrak

Lebih terperinci

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah jika nilai pengadaan barang, pekerjaan konstruksi,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris yaitu contract sedangkan dalam

BAB II TINJAUAN UMUM. Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris yaitu contract sedangkan dalam BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Pengertian Kontrak Kerja Konstruksi Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris yaitu contract sedangkan dalam bahasa belanda kontrak disebut dengan overeenkomst.dalam beberapa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Pengertian dan Ruang Lingkup Jasa Konstruksi A. 1 Pengertian Jasa Konstruksi Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang

Lebih terperinci

PERLUNYA PEMAHAMAN PENYEDIA DAN PENGGUNA BARANG/JASA TERHADAP PERJANJIAN PEMBORONGAN. Oleh: Taufik Dwi Laksono. Abstraksi

PERLUNYA PEMAHAMAN PENYEDIA DAN PENGGUNA BARANG/JASA TERHADAP PERJANJIAN PEMBORONGAN. Oleh: Taufik Dwi Laksono. Abstraksi PERLUNYA PEMAHAMAN PENYEDIA DAN PENGGUNA BARANG/JASA TERHADAP PERJANJIAN PEMBORONGAN Oleh: Taufik Dwi Laksono Abstraksi Pemahaman terhadap perjanjian pemborongan yang dibuat oleh penyedia dan pengguna

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN. Modul : DCE 03 DOKUMEN KONTRAK

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN. Modul : DCE 03 DOKUMEN KONTRAK PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN Modul : DCE 03 DOKUMEN KONTRAK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya manusia Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi DAFTAR MODUL

Lebih terperinci

KLAIM KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEKERJAAN PENGADAAN GEDUNG KESEHATAN PADA BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA) Herman Susila.

KLAIM KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEKERJAAN PENGADAAN GEDUNG KESEHATAN PADA BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA) Herman Susila. KLAIM KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEKERJAAN PENGADAAN GEDUNG KESEHATAN PADA BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA) Herman Susila Abstrak Klaim merupakan bentuk atau cara permohonan atau permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan pembangunan di Indonesia, maka beberapa puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build Operate and Transfer

Lebih terperinci

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN :

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN : BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SURAT PERINTAH KERJA (SPK) SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL SURAT PERMINTAAN PENAWARAN: PAKET PEKERJAAN : NOMOR DAN TANGGAL

Lebih terperinci

KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN NO: Pada hari ini hari tanggal bulan tahun, kami yang bertanda tangan dibawah ini masing-masing :

KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN NO: Pada hari ini hari tanggal bulan tahun, kami yang bertanda tangan dibawah ini masing-masing : KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN NO: Pada hari ini hari tanggal bulan tahun, kami yang bertanda tangan dibawah ini masingmasing : 1 Nama Alamat Jabatan Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Proyek adalah suatu kegiatan untuk melaksanaan suatu pekerjaan yang bersifat sementara yang menghasilkan suatu produk, jasa atau hasil yang unik (PMBOK, 2004, p.5)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA

PERKEMBANGAN INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA PERKEMBANGAN INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA Kontak konstruksi sangat dipengaruhi oleh proyek konstruksi, tingkat kecanggihan teknologi, dukungan dana, pengguna jasa, penyedia jasa dan tingkat persaingannya.

Lebih terperinci

KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA. Oleh : Rusdian Rasih Hendrato, S.H. Surakarta, 2005

KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA. Oleh : Rusdian Rasih Hendrato, S.H. Surakarta, 2005 KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA Oleh : Rusdian Rasih Hendrato, S.H. Surakarta, 2005 BAGIAN PERLENGKAPAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2005 Yang dimaksud dengan KONTRAK PENGADAAN BARANG / JASA adalah:

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN SYARAT UMUM SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 1. LINGKUP PEKERJAAN Penyedia yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang ditentukan, sesuai dengan volume, spesifikasi teknis

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012 A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012 Untuk PENGADAAN BAHAN MAKAN TARUNA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN TAHUN 2013 BAB I BAB II BAB

Lebih terperinci

ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI

ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI A. PENDAHULUAN 1. Pengertian Kontrak / Perjanjian Kontrak atau Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

HUKUM KONSTRUKSI. Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi. Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM :

HUKUM KONSTRUKSI. Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi. Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM : HUKUM KONSTRUKSI Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM : 03115153 RINGKASAN UU NO 18 TAHUN 1998 TENTANG JASA KONSTRUKSI BAB I Ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 3. Diphohusodo, Istimawan., (1996), Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 1 & 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. 3. Diphohusodo, Istimawan., (1996), Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 1 & 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Anwar, (1996), Tugas Akhir : Analisa Dampak Penerapan Percepatan Durasi Proyek Atas Permintaan Owner. Bandung, ITB. 2. Chandra, P, Herry, (2004), Jurnal Studi Tentang Pengajuan Klaim

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: Keppres 80-2003 lihat: Perpres 32-2005::Perpres 8-2006 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN

Lebih terperinci

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Lebih terperinci

B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 347 B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH... SURAT PERINTAH

Lebih terperinci

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Lampiran I Peraturan Menteri PU Nomor : 06/PRT/M/2008 Tanggal : 27 Juni 2008 PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM J l. P a t t i m u r a N o. 2 0, K e b a

Lebih terperinci

Simulasi Kontrak Konstruksi (Penyusunan dan Pelaksanaan Kontrak)

Simulasi Kontrak Konstruksi (Penyusunan dan Pelaksanaan Kontrak) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI - 2016 Simulasi Kontrak Konstruksi (Penyusunan dan Pelaksanaan Kontrak) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSELISIHAN MELALUI BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA Study kasus A Yani Mega Mall Project

PENYELESAIAN PERSELISIHAN MELALUI BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA Study kasus A Yani Mega Mall Project PENYELESAIAN PERSELISIHAN MELALUI BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA Study kasus A Yani Mega Mall Project Kalih Trumansyahjaya Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Dokumen kontrak yang

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi 3.1.1. Organisasi dan Pihak Yang Terkait Dalam organisasi suatu proyek banyak pihak yang terkait dan mempunyai tugas dan wewenang

Lebih terperinci

struktur Organisasi proyek

struktur Organisasi proyek struktur Organisasi proyek Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama sama dengan kemampuan dan keahlianya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGAJUAN TUNTUTAN (CLAIM) KONSTRUKSI

STUDI TENTANG PENGAJUAN TUNTUTAN (CLAIM) KONSTRUKSI STUDI TENTANG PENGAJUAN TUNTUTAN (CLAIM) KONSTRUKSI Rian Rievanda NRP : 0221043 Pembimbing : Yohanes L. D. Adianto, Ir., MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 355 C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN ANGGARAN 2012

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN ANGGARAN 2012 PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN ANGGARAN 2012 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN Nomor : 027/I.04/404.040/2012 Tanggal : 28 Pebruari 2012 PEKERJAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA BANGUN GUNA SERAH PEMBANGUNAN

PERJANJIAN KERJASAMA BANGUN GUNA SERAH PEMBANGUNAN PERJANJIAN KERJASAMA BANGUN GUNA SERAH PEMBANGUNAN DI LOKASI Nomor : Pada hari ini senin tanggal sebelas bulan januari tahun dua ribu sepuluh (11 Januari 2010), bertempat di, kami yang bertanda tangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Perjanjian antara PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan Proyek Pembangkit Listrik Berbahan Bakar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses

Lebih terperinci

BAB II KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA. A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia. 1. Pengertian Kontrak Secara Umum

BAB II KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA. A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia. 1. Pengertian Kontrak Secara Umum 12 BAB II KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia 1. Pengertian Kontrak Secara Umum Berdasarkan definisinya, kontrak dapat diartikan sebagai perjanjian (secara

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama

Lebih terperinci

F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 391 F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

Lebih terperinci

SENGKETA DALAM KONTRAK KONSTRUKSI

SENGKETA DALAM KONTRAK KONSTRUKSI SENGKETA DALAM KONTRAK KONSTRUKSI Suatu dokumen kontrak konstruksi harus benar-benar dicermati dan ditangani secara benar dan hati-hati karena mengandung aspek hukum yang akan mempengaruhi dan menentukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KONTRAK KONSTRUKSI DI INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 DAN PP NOMOR 29 TAHUN 2000

PENYELENGGARAAN KONTRAK KONSTRUKSI DI INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 DAN PP NOMOR 29 TAHUN 2000 PENYELENGGARAAN KONTRAK KONSTRUKSI DI INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 DAN PP NOMOR 29 TAHUN 2000 A. Definisi Jasa Konstruksi Jasa Konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA OPERASI YANG DAPAT DIKEMBALIKAN DAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN DI BIDANG USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT

BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Analisis Perbedaan Dasar Pengenaan PPh Pasal 23 dan PPN atas EPC Project Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya

Lebih terperinci

PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp50.000.000,- (lima puluh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 408 H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI PENGAWASAN Nomor :.. Nama Kegiatan :.. Nama Pekerjaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 DASAR PERATURAN

Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 DASAR PERATURAN Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 DASAR PERATURAN (1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI UMUM Pembangunan Nasional antara lain dapat diwujudkan melalui upaya mendorong tumbuh

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG: a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia`yang

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3 PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3 ABSTRAK : Pada proyek konstruksi yang berfokus pada bangunan high-rise, atau dengan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN UNIT LAYANAN PENGADAAN ( ULP ) Jl. JA. SUPRAPTO No.08 Pacitan P A C I T A N

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN UNIT LAYANAN PENGADAAN ( ULP ) Jl. JA. SUPRAPTO No.08 Pacitan P A C I T A N PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN UNIT LAYANAN PENGADAAN ( ULP ) Jl. JA. SUPRAPTO No.08 Pacitan P A C I T A N BERITA ACARA RAPAT PENJELASAN (AANWIJZING) Nomor : 02/ULP.II.8/PASCA.PHP/VIII/2011 NAMA KEGIATAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Berpikir Adanya perbedaan volume didalam dokumen tender antara BQ dan

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Berpikir Adanya perbedaan volume didalam dokumen tender antara BQ dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Adanya perbedaan volume didalam dokumen tender antara BQ dan gambar sangat berpengaruh terhadap perubahan biaya. Selain itu diperparah lagi dengan adanya

Lebih terperinci

E. BENTUK SURAT PERJANJIAN KERJA KONSTRUKSI/KONTRAK HARGA SATUAN ATAU KONTRAK TAHUN TUNGGAL ATAU KONTRAK PENGADAAN TUNGGAL

E. BENTUK SURAT PERJANJIAN KERJA KONSTRUKSI/KONTRAK HARGA SATUAN ATAU KONTRAK TAHUN TUNGGAL ATAU KONTRAK PENGADAAN TUNGGAL LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR DOKUMEN PELELANGAN PEKERJAAN JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

DASAR PERATURAN. Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010

DASAR PERATURAN. Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 PERUBAHAN DASAR PERATURAN Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 (1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Hari Tua. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5716). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci