BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bumi terdapat sekitar 1,3-1,4 milyar km 3 air dengan komposisi 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es, 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, airtanah dan sebagainya, serta 0,001% berbentuk uap di udara (Sosrodarsono & Takeda, 2006). Air di bumi ini terus-menerus mengalami sirkulasi proses penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah mengalami beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian akan langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah. Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuklekuk permukaan tanah kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara, sebagian masuk ke sungaisungai dan sebagian besar akan tersimpan sebagai airtanah. Air permukaan dan airtanah yang dibutuhkan untuk kehidupan adalah air yang terdapat dalam proses sirkulasi ini. Jadi apabila sirkulasi ini tidak merata, maka akan terjadi bermacam-macam kesulitan. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka berkembanglah ilmu Hidrologi, yakni ilmu yang mempelajari sirkulasi air itu (Sosrodarsono & Takeda, 2006). Manajemen air yang baik akan menunjang adanya kehidupan yang lestari antar makhluk hidup. Dalam hal ini yang menjalankan manajemen air 1

2 tersebut adalah manusia. Manajemen air diperlukan untuk mengendalikan kualitas dan kuantitas air, oleh karena itu manusia harus mampu mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan sumberdaya air. Mengingat pentingnya air bagi kehidupan manusia, maka air harus dijaga kelestariannya. Namun, permasalahan yang terjadi serta sistemnya perlu menjadi perhatian dalam kehidupan perkotaan, terutama pada sistem drainase perkotaan. Perkembangan kota saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini tentu berdampak pada tata air di wilayah kota. Perkerasan lahan berupa penutupan lahan dengan pendirian perumahan baru, tempat parkir, sarana pendidikan, pusat perbelanjaan, daerah komersial dan lain-lain semakin meningkatkan jumlah air hujan yang menjadi limpasan permukaan. Di lain pihak, jumlah penduduk kota semakin meningkat dengan pesat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk tersebut akan mempengaruhi kinerja tata kota, dalam hal ini tata saluran air juga meningkat karena berkurangnya daerah resapan air. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang menyebabkan terjadinya banjir atau genangan air di perkotaan pada waktu hujan. Diperlukan suatu usaha dalam mengurangi kemungkinan terjadinya bencana banjir. Salah satu usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya banjir adalah dengan pembuatan sumur resapan air hujan. 1.2 Perumusan Masalah Sebagian wilayah Kota Semarang berada di bagian hilir DAS Garang. Banjir bukan merupakan fenomena yang baru karena kota ini sering dilanda banjir. Pembuatan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada abad ke-19 merupakan salah satu usaha yang telah dilakukan agar Kota Semarang dapat terhindar dari banjir. Akan tetapi pada tahun-tahun terakhir frekuensi banjir yang terjadi di Kota Semarang semakin meningkat dan daerah yang terkena dampaknya pun semakin luas (Suripin, 2004). 2

3 DAS Garang terdiri dari 4 sub DAS, yaitu sub DAS Garang Hulu, sub DAS Garang hilir, sub DAS Kreo dan sub DAS yang memanjang dari Gunungapi Ungaran hingga Pantai Utara Jawa. DAS Garang melintasi wilayah dengan elemen resiko yang tinggi seperti permukiman padat di Kota Semarang sehingga memiliki resiko banjir bandang yang tinggi. DAS Garang merupakan DAS yang sering mengalami banjir bandang, tercatat rata-rata kejadian banjir bandang 2 kali dalam setahun (Suhandini, 2012). Jumlah penduduk Kota Semarang yang terus bertambah meningkatkan kebutuhan lahan untuk permukiman yang juga terus meningkat. Padahal luas wilayah kota tidak bertambah. Akibatnya terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan non-permukiman menjadi lahan permukiman (Kodoatie, 2002), dan hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan aliran langsung, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap debit puncak. Purwadi Suhandini (2012) mengatakan bahwa banjir di DAS Garang terutama disebabkan oleh curah hujan. Faktor kondisi fisik DAS, termasuk perubahan penggunaan lahan, secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya banjir, hal ini dikarenakan nilai infiltrasi yang lebih rendah dari curah hujan. Untuk itu, diperlukan langkah lebih lanjut dalam mengatasi bencana banjir pada kawasan tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Berapa nilai intensitas hujan periode ulang tertentu di daerah penelitian? 2. Berapa nilai dan sebaran koefisien permeabilitas tanah di daerah penelitian? 3. Daerah mana yang layak dibuat sumur resapan air hujan yang aman dan efisien? 4. Bagaimana desain sumur resapan untuk meresapkan air hujan di daerah penelitian? 3

4 Berdasarkan perumusan diatas, maka maka diadakan penelitian mengenai imbuhan airtanah buatan dengan judul: Rancangan Sumur Resapan di Sub DAS Garang Hilir, Semarang, Jawa Tengah. I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui nilai intensitas hujan periode ulang tertentu di daerah penelitian. 2. Mengetahui nilai dan sebaran koefisien permeabilitas tanah di daerah penelitian. 3. Menentukan daerah yang layak untuk dibuat sumur resapan di daerah penelitian. 4. Mendesain sumur resapan untuk meresapkan air hujan pada daerah penelitian. I.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Dapat menerapkan ilmu Geografi khususnya cabang ilmu Hidrologi dalam hal pemecahan permasalahan lingkungan berupa banjir pada daerah penelitian. 2. Membantu dalam hal masukan data dan pertimbangan bagi instansi terkait untuk perencanaan pembangunan bangunan air (sumur resapan) untuk mengatasi permasalahan banjir yang terjadi di daerah penelitian. I.5 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredarannya dan persebarannya, sifat-siat kimia dan fisikanya, serta reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk hidup (International Glossary of Hydrology, 1974). Karena perkembangannya yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi ilmu dasar dari pengelolaan sumberdaya air secara terencana (Seyhan, 1990). 4

5 Daur Hidrologi Daur hidrologi menurut International Glossary of Hydrology (1974) diberi batasan sebagai : Suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer, meliputi evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air dan evaporasikembali. Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas matahari dengan laju dan jumlah penguapan yang bervariasi. Uap air ini dibawa oleh udara yang bergerak lalu mengalami kondensasi dan membentuk butir-butir air, yang pada gilirannya akan jatuh kembali sebagai presipitasi. Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi menyebar dengan berbagai cara, sebagian akan tertahan sementara di permukaan bumi, sebagian mengalir ke saluran atau sungai, sebagian meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dan sebagian lainnya akan kembali ke atmosfer melalui penguapan dan transpirasi oleh tanaman. Air yang tergenang di permukaan, yang mengalir sebagai aliran permukaan maupun yang mengalir sebagai airtanah akan menuju ke lautan yang kemudian menguap dan kembali lagi ke atmosfer (Suripin, 2002). Berdasarkan pada uraian tersebut, dapat digambarkan suatu daur hidrologi sebagai berikut : Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Sumber : Evans, ga.water.usgs.gov) 5

6 Hujan (presipitasi) Semua air yang bergerak di dalam bagian lahan dari daur hidrologi secara langsung maupun tidak langsung berasal dari presipitasi (Seyhan, 1990). Udara membawa air yang diuapkan dari samudera dan bergerak hingga air tersebut dingin sampai di bawah titik embun dan jatuh ke bumi sebagai hujan ataupun dalam bentuk presipitasi yang lain seperti embun, salju, kabut dan lain sebagainya. Data hujan merupakan data yang mempunyai sifat fundamental dan sangat diperlukan untuk keperluan perencanaan maupun pekerjaan yang terkait dengan hidrologi seperti pengendalian banjir, irigasi dan ketersediaan air. Subarkah (1980) mengatakan bahwa untuk mengevaluasi besarnya banjir yang akan terjadi di masa mendatang dengan peluang kejadian tertentu yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perencanaan bangunan air, maka data hujan yang dibutuhkan adalah hujan rata-rata harian maksimum pada suatu wilayah selama beberapa tahun yang kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan teori peluang sehingga dihasilkan hujan maksimum rancangan dengan periode ulang tertentu. Analisis ini menunjukkan bahwa hujan yang besarnya tertentu mempunyai periode ulang tertentu pula. Seyhan (1990) mengatakan terdapat empat unsur hujan yang digunakan untuk mencirikan hujan yang jatuh pada suatu titik, yaitu: 1. Intensitas : jumlah hujan yang jatuh pada saat tertentu (mm/menit, cm/jam, dan lain-lain) 2. Lama hujan : periode hujan jatuh (menit, jam, dan lain-lain) 3. Frekuensi : mengacu pada harapan bahwa suatu hujan tertentu akan jatuh pada suatu saat tertentu 4. Luas areal : luas areal tertentu dengan suatu curah hujan yang dapat dianggap sama Hujan memiliki berbagai faktor yang akan menentukan besarnya aliran yang harus dibuang/dialirkan dan nantinya dengan besar debit aliran tersebut dapat direncanakan desain bangunan air (saluran drainase, sumur 6

7 resapan dan lain-lain) atau untuk mengetahui besarnya kapasitas bangunan air tersebut. Beberapa faktor hujan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Intensitas curah hujan Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi (Lubis, 1987). Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai curah hujan rata-rata yang diasumsikan jatuh seragam di atas daerah tangkapan hujan untuk menentukan durasi dan frekuensi (interval rata-rata periode ulang). Satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan intensitas hujan adalah mm/jam. Pada daerah tangkapan hujan yang kecil, besarnya durasi tergantung pada waktu konsentrasi atau lamanya aliran dari daerah tangkapan hujan ke saluran keluar (outlet). Sedangkan untuk daerah tangkapan hujan yang lebih besar digunakan pola aliran sementara agar intensitas curah hujan berubah-ubah selama periode yang berbeda dari durasi hujan. Untuk daerah tangkapan hujan terbesar, unsur-unsur di area digunakan untuk mendapat batas intensitas curah hujan agar diperoleh curah hujan aktual yang tidak seragam di atas daerah tangkapan. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda tergantung lamanya hujan dan frekuensi terjadinya. Pengaruh intensitas hujan terhadap limpasan permukaan sangat tergantung laju infiltrasi. Jika intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi limpasan permukaan sesuai dengan peningkatan intensitas curah hujan. Peningkatan limpasan permukaan tidak akan selalu sesuai dengan peningkatan intensitas hujan karena ada penggenangan di permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh pada debit maupun volume limpasan. b. Durasi hujan Durasi hujan adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian), yang diperoleh dari hasil pencatatan alat pengukur hujan 7

8 otomatis. Dalam perencanaan bangunan air, durasi hujan sering dikaitkan dengan waktu konsentrasi. Khususnya pada perencanaan bangunan air di daerah perkotaan, diperlukan durasi yang relatif singkat/pendek mengingat akan toleransi terhadap lamanya genangan. Intensitas hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak sangat luas (Sudjarwadi, 1987). Hujan yang meliputi daerah luas jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi biasanya berlangsung dengan durasi yang cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dan durasi yang panjang sangat jarang terjadi. Hubungan antara intensitas dan waktu adalah semakin besar intensitas hujan umumnya semain singkat pula kejadian hujannya. c. Lengkung intensitas (Kurva Basis) Lengkung intensitas adalah grafik yang menyatakan hubungan antara intensitas hujan dengan durasi hujan, hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk intensitas hujan dengan kala ulang hujan tertentu. Analisis Data Hujan Hujan harian maksimum rancangan adalah hujan yang ditentukan dengan periode ulang terenu. Pentingnya menentukan hujan rancangan adalah untuk rancangan drainase perkotaan, rancangan drainase landasan terbang dan rancangan drainase jalan raya (Chow & Maidment, 1988). Hujan rancangan dapat dijadikan data utama untuk menentukan banjir rancangan bila tidak tersedia data debit yang memadai (Subarkah, 1980). Hujan rancangan yang penting bagi rancangan drainase, perancangan bangunan-bangunan air maupun untuk prediksi faktor-faktor bahaya adalah hujan harian maksimum rancangan. Penghitungan hujan harian maksimum rancangan erat kaitannya dengan perhitungan tebal dan intensitas hujan untuk periode ulang tertentu, namun waktu dan saat yang tepat terjadinya peristiwa hujan tersebut tidak dapat ditetukan (Subarkah, 1980). 8

9 Subarkah (1980) dalam bukunya Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air menjelaskan beberapa metode analisis frekuensi hujan, yaitu distribusi teoritis log-normal, distribusi log-pearson type III, distribusi Gumbel type I dan distribusi Frechet. Tujuan dari analisa frekuensi hujan biasanya memperkirakan variasi curah hujan untuk masa ulang yang panjang, maka data hujan dianggap sebagai parameter statistik dengan merubah garis lengkung frekuensi hujan menjadi garis lurus untuk memudahkan ekstrapolasi data untuk menunjang analisis. Dalam analisis intensitas hujan, hubungan antara intensitas hujan, lama hujan dan frekuensi hujan dinyatakan dalam Kurva Intensitas-Durasi- Frekuensi atau pada istilah lain disebut Intensity-Duration-Frequency Curve (IDF Curve). Diperlukan data hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit atau per jam untuk membentuk lengkung IDF. Data hujan jenis ini hanya dapat diperoleh dari stasiun penakar hujan otomatis. Berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut dapat dibuat lengkung IDF dengan persamaan Talbot atau Sherman. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia dan hanya terdapat data hujan harian maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe. Permeabilitas Tanah Permeabilitas menyatakan suatu sifat bahwa zat cair dapat mengalir melalui bahan berpori. Tanah termasuk bahan yang permeabel sehingga air dapat mengalur melalui pori-pori tanah. Purnama (2000) mendefinisikan permeabilitas suatu batuan atau tanah sebagai kemampuan batuan atau tanah untuk meloloskan cairan. Derajat permeabilitas tanah ditentukan oleh: Ukuran pori Jenis tanah Kepadatan tanah yang dinyatakan dalam k (cm/s atau m/s) Todd (1980) menyatakan nilai koefisien permeabilitas beberapa macam variasi batuan sebagai berikut: 9

10 Tabel 1.1 Klas Koefisien Permeabilitas Berbagai Material menurut Bureau of Reclamation Sumber : Todd (1980) Pengukuran koefisien permeabilitas (hydraulic conductivity) dapat dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan beberapa metode seperti Auger Hole dan pumping test. Nilai representatif koefisien permeabilitas berbagai jenis batuan disajikan dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Nilai Representatif Hydraulic Conductivity Menurut Morris dan Johnson Sumber : Todd (1980) 10

11 Limpasan Jika intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka kelebihan air mulai berakumulasi sebagai cadangan permukaan. Bila kapasitas cadangan permukaan dilampaui (merupakan fungsi depresi permukaan dan gaya tegang muka), limpasan permukaan mulai sebagai suatu aliran lapisan yang tipis. Pada akhirnya, lapisan aliran ini berkumpul ke dalam saluran sungai yang diskrit (Seyhan, 1990). Dalam artian yang umum, air yang mengalir pada saluran-saluran kecil, parit-parit, sungai-sungai dan aliran-aliran merupakan kelebihan curah hujan terhadap evapotranspirasi, cadangan permukaan dan air bawah tanah. Limpasan adalah semua air yang bergerak keluar dari pelepasan (outlet) daerah pengaliran ke dalam sungai melalui alur, baik di atas permukaan maupun di bawah permukaan sebelum mencapai sungai tersebut (Soemarto, 1987). Limpasan permukaan terjadi ketika curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah dan muncul sebagai aliran permukaan dalam bentuk banjir atau genangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor meteorologis dan faktor karakteristik daerah tangkapan air atau Daerah Aliran Sungai (DAS). Faktor meteorologi yang berpengaruh terhadap limpasan antara lain : Intensitas hujan Pengaruh intensitas hujan pada limpasan permukaan tergantung dari kapasitas infiltrasi. Jika intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka besarnya limpasan permukaan akan segera meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas curah hujan. Durasi hujan Setiap daerah aliran memiliki suatu durasi hujan yang kritis. Jika lamanya curah hujan itu kurang dari durasi hujan kritis, maka lamanya limpasan tersebut akan sama dan tidak tergantung dari intensitas hujan. Jika lama curah hujan lebih panjang maka lama limpasan permukaan akan menjadi lebih panjang. Durasi hujan menyebabkan penurunan 11

12 kapasitas infiltrasi. Untuk curah hujan dalam waktu panjang, limpasan permukaan akan menjadi lebih besar meskipun intensitasnya adalah relatif sedang. Distribusi curah hujan Banjir yang terjadi di daerah pengaliran yang besar terkadang terjadi oleh curah hujan yang lebat dengan distribusi merata, dan sering kali terjadi oleh curah hujan biasa yang mencakup daerah yang luas meskipun intensitasnya kecil. Sebaliknya, di daerah pengaliran yang kecil debit puncak maksimum dapat terjadi oleh curah hujan dengan daerah hujan yang sempit. Faktor karakteristik daerah tangkapan saluran atau daerah aliran sungai yang berpengaruh terhadap limpasan antara lain: Penggunaan lahan Besar kecilnya limpasan sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Daerah hutan yang lebat akan meningkatkan kapasitas infiltrasi, sebaliknya jika daerah hutan itu kosong atau berubah fungsi menjadi area kedap air maka akan menyebabkan kapasitas infiltrasi berkurang dan air hujan akan lebih mudah mengalir di permukaan serta lebih cepat terkumpul di sungai maupun saluran drainase. Bentuk dan luas daerah pengaliran Jika semua faktor curah hujan itu tetap maka air limpasan tersebut selalu sama dan tidak bergantung pada daerah pengaliran. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa aliran per satuan luas itu tetap. Dengan demikian maka hidrograf aliran akan sebanding dengan luas daerah pengaliran. Semakin luas daerah pengaliran maka semakin lama air limpasan mencapai outlet. Topografi Elevasi, gradien arah dan lain-lain dari daerah pengaliran akan sangat mempengaruhi air limpasan. Elevasi mempengaruhi suhu dan curah hujan sedangkan kemiringan mempengaruhi lamanya waktu tempuh aliran. 12

13 Koefisien limpasan Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara laju puncak airan permukaan terhadap intensitas hujan. Suripin (2004) menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah, kemiringan lahan, tanaman penutup lahan dan intensitas hujan. Koefisien ini juga bergantung pada sifat dan kondisi tanah, laju infiltrasi turun pada hujan yang terus-menerus dan dipengaruhi juga oleh kondisi kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang juga mempengaruhi nilai C adalah airtanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi. Nilai C tergantung pada beberapa karakteristik dari daerah tangkapan hujan, yaitu : relief atau kemiringan daerah tangkapan air; karakteristik daerah seperti perlindungan vegetasi, tipe tanah dan daerah kedap air. Airtanah Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Airtanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Kadar kandungan airtanah di suatu daerah ditentukan oleh: 1. Iklim/musim atau banyaknya curah hujan. 2. Banyak sedikitnya tumbuh-tumbuhan; misalnya hutan, padang, dsb. 3. Topografi, misalnya lereng, datar, cekungan. 4. Derajat kesarangan/derajat celah atau pori-pori batuan Airtanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup kira-kira 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km 3. Akhir-akhir ini pemanfaatan air meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat nilai eksploitasinya sampai tingkat yang membahayakan. Menurut Suripin (2002), kecenderungan memilih airtanah sebagai sumber air bersih dibandingkan air permukaan mempunyai keuntungan sebagai berikut: 13

14 1. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga kebutuhan bangunan pembawa/distribusi lebih murah 2. Debit (produksi) sumur biasanya lebih stabil 3. Lebih bersih dari bahan pencemar (polutan) permukaan 4. Kualitasnya lebih seragam 5. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut atau tumbuhan dan binatang air. Kerusakan sumberdaya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan lingkungan di sekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhi ketersediaan sumber air. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan adalah: 1. Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan permukiman penduduk akan cenderung meningkatkan permintaan airtanah. 2. Pemakaian air beragam sehingga berbeda dalam kepentingan, maksud serta cara memperoleh air. 3. Perlu perubahan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung boros dalam penggunaan air serta melalaikan unsur konservasi. Sumur Resapan Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan: 1. Pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar 2. Tidak memerlukan lahan yang luas 3. Bentuk konstruksi SRA sederhana Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan di atas permukaan rumah dan meresapkannya ke dalam tanah. 14

15 Konsep dasar sumur resapan pada hakekatnya adalah suatu sistem drainase dimana air hujan yang jatuh di atap atau lahan kedap air ditampung pada suatu sistem resapan air (Suripin, 2002). Berbeda dengan cara konvensional dimana air hujan dibuang atau dialirkan ke sungai kemudian ke laut, cara ini mengalirkan air hujan ke dalam sumur kosong dengan maksud kapasitas tampungannya cukup besar sebelum air meresap ke dalam tanah. Dengan adanya tampungan, maka air hujan mempunyai cukup waktu untuk meresap ke dalam tanah sehingga pengisian tanah menjadi optimal. Kedalaman efektif sumur resapan dihitung dari tinggi muka airtanah bila dasar sumur berada di bawah permukaan airtanah tersebut, dan diukur dari dasar sumur bila muka airtanah berada di bawah dasar sumur. Sebaiknya dasar sumur berada pada lapisan tanah dengan permeabilitas tinggi. Menurut Suripin (2002), Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi sumur resapan meliputi: Luas permukaan penutupan, yaitu lahan yang airnya akan ditampung dalam sumur resapan, meliputi luas atap dan perkerasan-perkerasan lain; Karakteristik hujan, meliputi intensitas hujan, lama hujan dan selang waktu hujan. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi intensitas hujan dan semakin lama berlangsungnya hujan memerlukan volume sumur resapan yang semakin besar, sementara selang waktu hujan yang lama akan dapat mengurangi volume sumur resapan yang diperlukan; Koefisien permeabilitas tanah, yaitu kemampuan tanah dalam meloloskan air per satuan waktu. Tanah berpasir memiliki koefisien permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan tanah berlempung; Tinggi muka airtanah. Pada kondisi muka airtanah yang dalam, sumur resapan perlu dibuat secara besar-besaran karena tanah benar-benar memerlukan pengisian air melalui sumur-sumur resapan. Sebaliknya, pada lahan yang muka airtanahnya dangkal pembuatan sumur resapan 15

16 kurang efektif, terutama untuk daerah pasang surut atau daerah rawa, dimana airtanahnya sangat dangkal. Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain: Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi; Mempertahankan tinggi muka airtanah dan menambah persediaan airtanah; Mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai; Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan airtanah yang berlebihan; Mengurangi konsentrasi pencemaran airtanah. Penelitian sebelumnya Sunjoto (1991) mengadakan penelitian mengenai imbuhan buatan yang dalam hal ini adalah sumur resapan. Dalam perhitungan dimensi sumur resapan, Ia menggunakan parameter kedalaman sumur (H), permeabilitas tanah (K), durasi/waktu pengaliran (t) dan luas atap bangunan serta faktor geometrik sumur dalam perhitungan kemampuan sumur dalam meresapkan air hujan. Hasil yang didapatnya adalah terjadi perbedaan volume sumur resapan yang sangat bergantung dari luasan atap bangunan dan nilai permeabilitas tanah. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai alternatif pemecahan masalah sumberdaya air dengan sistem drainase berwawasan lingkungan. Sutanto (1992) melakukan penelitian dengan judul Disain Sumur Peresapan Air Hujan di daerah Perumnas Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Dalam penelitian ini telah didapatkan suatu formula untuk perhitungan volume sumur resapan air hujan. Formula tersebut telah diuji di daerah penelitian. Parameter-parameter penting dari 16

17 rumus yang dikemukakan Sutanto adalah hujan rencana, permeabilitas, luas atap bangunan dan koefisien perjalanan aliran. Hidayatullah (1999) mengadakan penelitian tentang perencanaan pembuatan sumur resapan di Kota Srandakan, Bantul. Tujuan dari penelitian tersebut adalah membandingkan perhitungan volume sumur resapan antara metode Sutanto dan metode Sunjoto. Hasil penelitiannya adalah metode Sunjoto lebih efektif diterapkan pada daerah penelitian, hal ini dikarenakan perhitungan dimensi sumur resapan metode Sutanto melebihi kedalaman muka airtanah di daerah penelitian. Namun ada sebagian daerah penelitian yang dapat diterapkan sumur resapan metode Sutanto, yaitu pada daerah yang memiliki koefisien permeabilitas tanah tinggi (lebih dari 6 mm/hari). Ridzal Fahrozi (2009) melakukan penelitian dengan judul Rancangan Sumur Resapan di DAS Celeng. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah yang layak untuk dibuat sumur resapan, mengetahui nilai dan sebaran koefisien permeabilitas, mengetahui nilai dan sebaran intensitas curah hujan pada periode ulang tertentu, serta mendesain sumur resapan. Penentuan lokasi sumur resapan didasarkan pada tiga aspek, yaitu kemiringan lahan, penggunaan lahan dan bentuklahan. Suherman Setiawan (2010) melakukan penelitian di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman yang bertujuan untuk menentukan daerah yang cocok untuk menjadi prioritas pembuatan sumur resapan, menentukan nilai koefisien permeabilitas dan curah hujan, serta menentukan desain sumur resapan yang cocok diterapkan di daerah penelitian. Hasil penelitiannya adalah wilayah Kecamatan Cangkringan bagian selatan cocok sebagai daerah pengembangan sumur resapan dengan ukuran kedalaman sumur resapan rencana yang efektif diterapkan adalah 0,85-2,64 meter, tergantung kepada luas atap. I.6 Kerangka Penelitian Konsep dasar sumur resapan pada hakekatnya adalah suatu sistem drainase dimana air hujan yang jatuh di atap atau lahan kedap air ditampung 17

18 pada suatu sistem resapan air (Suripin, 2002). Sederhananya bahwa teknik sumur resapan dengan memanfaatkan luas atap bangunan ini bertujuan untuk mempercepat laju infiltrasi sehingga air hujan yang turun akan lebih cepat menuju permukaan air tanah kemudian masuk ke aliran Sungai Garang dan tersalurkan melalui sistem aliran sungai menuju ke laut. Rancangan sumur resapan pada penelitian ini berupa rancangan lokasi dan desain sumur resapan pada daerah penelitian. Faktor-faktor yang dibutuhkan untuk menentukan lokasi pembuatan sumur resapan dalam penelitian ini meliputi: 1. Kemiringan lahan Data kemiringan lahan ini diperlukan untuk memilih lokasi sumur resapan agar tidak terjadi longsor lahan pada daerah penelitian. Data kemiringan lahan diperoleh dari analisis data atribut kontur topografi daerah penelitian, yang kemudian dianalisis di studio untuk mendapatkan kelas kemiringan lahannya. 2. Penggunaan lahan Pada penelitian ini, pemilihan lokasi sumur resapan diutamakan pada area permukiman dimana sumur resapan yang akan didesain mendasarkan pada volume air hujan yang tertangkap oleh atap bangunan. Untuk mengetahui sebaran area permukiman digunakan Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian. 3. Geomorfologi (bentuklahan) Suatu lahan terbentuk akibat beberapa proses alami, baik yang masih berjalan maupun yang sudah selesai dan berganti proses yang lain. Keterangan bentuklahan daerah penelitian diperoleh dari interpretasi data digital yang kemudian dicek di lapangan. Parameter yang dibutuhkan untuk merancang dimensi sumur resapan dalam penelitian ini meliputi : 1. Intensitas hujan pada periode ulang tertentu Intensitas hujan dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe. Data intensitas hujan ini akan digunakan untuk menghitung debit masuk 18

19 rencana. Debit masuk rencana dihitung dengan Metode Rasional. Data yang dibutuhkan adalah curah hujan maksimum rencana pada periode ulang tertentu (Ptr) dan lama hujan turun (T). 2. Luas dan koefisien aliran atap bangunan Besarnya aliran yang masuk ke sumur resapan sangat ditentukan dengan area tangkapannya, dalam hal ini atap bangunan merupakan area tangkapan air hujan. Dalam penelitian ini atap bangunan diasumsikan rata jika dilihat dari atas. Luas atap bangunan digunakan untuk menghitung debit masukan dalam rumus rasional. Asumsi yang digunakan untuk jenis atap pada daerah penelitian adalah sama, sehingga nilai koefisiennya juga akan sama. 3. Koefisien permeabilitas tanah Data ini digunakan untuk menghitung debit peresapan air dalam tanah. Metode yang digunakan untuk mengukur nilai permeabilitas tanah adalah Inverse Auger Hole. 4. Kedalaman muka airtanah Data ini digunakan untuk menentukan kedalaman maksimum sumur resapan. Kedalaman efektif sumur resapan dihitung dari tinggi muka airtanah bila dasar sumur berada di bawah permukaan airtanah tersebut, dan diukur dari dasar sumur bila muka airtanah berada di bawah dasar sumur. Keempat parameter untuk merancang dimensi sumur resapan diukur dan dianalisis hanya pada lokasi yang cocok untuk sumur resapan saja. Dimensi sumur resapan pada penelitian ini menggunakan model sumur resapan dengan menampilkan grafik korelasi antara parameter-parameter penentu rancangan sumur resapan. Berdasarkan data yang diperoleh, akan dihasilkan grafik korelasi antara kedalaman sumur dengan luas atap dan koefisien permeabilitasnya masing-masing. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar

20 Gambar 1.2. Kerangka Pemikiran Penelitian I.7 Batasan Operasional Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah kesatuan ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air beserta sedimen dan unsur hara dalam sistem sungai dan keluar melalui outlet tunggal (Seyhan, 1990). Airtanah (groundwater) adalah air yang berada di bawah permukaan tanah dan digambarkan sebagai air yang terdapat pada bahan yang jenuh di bawah muka airtanah (Seyhan, 1990). Hujan Rancangan adalah suatu pola hujan tertentu yang dirancang untuk dapat digunakan pada suatu sistem hidrologi (Chow & Maidment, 1988). 20

21 Periode Ulang adalah banyaknya tahun dimana suatu kejadian hujan disamai atau dilampaui tetapi tidak berlaku secara teratur (Sosrodarsono & Takeda, 2006). Imbuhan Buatan (Artificial Recharge) adalah penambahan aliran alami air permukaan ke dalam formasi bawah tanah dengan beberapa cara konstruksi, dengan menyebarkan/mendistribusikan air atau dengan mengubah kondisi alami (Bouwer dalam Todd, 1980). Infiltrasi adalah perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah (Soemarto, 1987). Koefisien permeabilitas (Hydraulic Conductivity) adalah suatu konstanta yang menunjuk pada sebuah ukuran permeabilitas media porus (Todd, 1980). Sumur Resapan (Recharge Well) adalah sumur yang mengalirkan air dari permukaan menuju air yang berada di akuifer (Bouwer dalam Todd, 1980). 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah air di bumi adalah 1,386 milyar km 3 yang sebagian besar merupakan air laut yaitu sebesar 96,5%. Sisanya sebesar 1,7% berupa es di kutub; 1,7% sebagai air tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada akhirnya berimplikasi pada pembangunan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permukaan bumi kita sebagian besar tertutupi oleh air sehingga sangat mudah terjadinya proses penguapan air ke atmosfer, kondensasi, kemudian terjadilah hujan. Hujan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peil Banjir Peil Banjir adalah acuan ketinggian tanah untuk pembangunan perumahan/ pemukiman yang umumnya di daerah pedataran dan dipakai sebagai pedoman pembuatan jaringan drainase

Lebih terperinci

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. BAB I SIKLUS HIDROLOGI A. Pendahuluan Ceritakan proses terjadinya hujan! Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. Tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian REKAYASA HIDROLOGI Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri Pengertian Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang mengkondensasi dan jatuh dari atmosfer ke bumi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN

RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN Agung Hidayat agunghidayat@mail.com Slamet Suprayogi ssuprayogi@mail.ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi 4 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang terjadi secara terus menerus, air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang ditutupi

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana seluruh airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya

Lebih terperinci

Surface Runoff Flow Kuliah -3

Surface Runoff Flow Kuliah -3 Surface Runoff Flow Kuliah -3 Limpasan (runoff) gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda ada cekungan-cekungan dan aliran bawah permukaan (subsurface flow) Air hujan yang turun dari atmosfir

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi BAB II TEORI DASAR 2.1 Hidrologi Hidrologi adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi, sorotan khusus pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan. Khususnya mempelajari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daur hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut, air tersebut akan tertahan (sementara)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN DIMENSI SUMUR RESAPAN DI KELURAHAN MINOMARTANI, KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN. Nur Wiryanti Sih Antomo

RANCANGAN DIMENSI SUMUR RESAPAN DI KELURAHAN MINOMARTANI, KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN. Nur Wiryanti Sih Antomo RANCANGAN DIMENSI SUMUR RESAPAN DI KELURAHAN MINOMARTANI, KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN Nur Wiryanti Sih Antomo nurwiryantigeo@gmail.com Slamet Suprayogi slametsuprayogi@yahoo.com Abstract The purpose

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bumi terdiri dari air, 97,5% adalah air laut, 1,75% adalah berbentuk es, 0,73% berada didaratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kerusakan lingkungan yang berdampak pada rusaknya potensi persediaan air tanah antara lain disebabkan perubahan tata guna lahan khususnya di kawasan resapan

Lebih terperinci

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi

Lebih terperinci

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN Oleh: Rachmat Mulyana P 062030031 E-mail : rachmatm2003@yahoo.com Abstrak Banjir dan menurunnya permukaan air tanah banyak

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN Oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan lahan memiliki dimensi ruang yang berkaitan dengan pola penggunaan lahan dan dimensi waktu yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan. Bentuk penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stasiun Pengamat Hujan Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI

DAERAH ALIRAN SUNGAI DAERAH ALIRAN SUNGAI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Limpasan (Runoff) Dalam siklus hidrologi, bahwa air hujan yang jatuh dari atmosfer sebelum air dapat mengalir di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hujan / Presipitasi Hujan merupakan satu bentuk presipitasi, atau turunan cairan dari angkasa, seperti salju, hujan es, embun dan kabut. Hujan terbentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Daur Hidrologi. B. Daerah Aliran Sungai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Daur Hidrologi. B. Daerah Aliran Sungai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daur Hidrologi Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam bentuk hujan sebagai hasil dari penguapan air laut. Proses proses yang tercakup dalam peralihan uap

Lebih terperinci

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Novitasari,ST.,MT. TIU & TIK TIU Memberikan pengetahuan mengenai berbagai metode dalam penanganan drainase, dan mampu menerapkannya dalam perencanaan drainase kota:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bumi, air yang berada di wilayah jenuh di bawah air permukaan tanah secara global, kira-kira sejumlah 1,3 1,4 milyard km3 air: 97,5 % adalah airlaut 1,75 % berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA Ronaldo Toar Palar L. Kawet, E.M. Wuisan, H. Tangkudung Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi. Sekitar 396.000 kilometer kubik air masuk ke udara setiap tahun. Bagian yang terbesar sekitar 333.000 kilometer kubik naik dari samudera. Tetapi sebanyak 62.000 kilometer kubik ditarik dari darat, menguap

Lebih terperinci

dasar maupun limpasan, stabilitas aliran dasar sangat ditentukan oleh kualitas

dasar maupun limpasan, stabilitas aliran dasar sangat ditentukan oleh kualitas BAB 111 LANDASAN TEORI 3.1 Aliran Dasar Sebagian besar debit aliran pada sungai yang masih alamiah ahrannya berasal dari air tanah (mata air) dan aliran permukaan (limpasan). Dengan demikian aliran air

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1 1. Keberadaan air yang terdapat di permukaan bumi jumlahnya... tetap semakin berkurang semakin bertambah selalu berubah-ubah

Lebih terperinci

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi 1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Siklus hidrologi (hydrological cycle) merupakan rangkaian proses perubahan fase dan pergerakan air dalam suatu sistem hidrologi (Hendrayanto 2009). Menurut

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada II. DAUR HIDROLOGI A. Siklus Air di Bumi Air merupakan sumberdaya alam yang sangat melimpah yang tersebar di berbagai belahan bumi. Di bumi terdapat kurang lebih 1,3-1,4 milyard km 3 air yang terdistribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam esensial, yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang memiliki

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir dan genangan air dapat mengganggu aktifitas suatu kawasan, sehingga mengurangi tingkat kenyamaan penghuninya. Dalam kondisi yang lebih parah, banjir dan genangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (raifall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran, baik melalui

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Bambang Sudarmanto Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM) Jl. Soekarno-Hatta Semarang Abstrak Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN 1 LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN SUMUR RESAPAN UNTUK MASYARAKAT PERDESAAN DI KECAMATAN NGAGLIK BAGIAN UTARA KABUPATEN SLEMAN Oleh: Suhadi Purwantoro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan bahwa volume

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE Fasdarsyah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Rangkaian data hujan sangat

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.6 Analisa Debit Limpasan Permukaan Analisa ini bertujuan untuk mengetahui debit air pada kawasan kampus Kijang, Universitas Bina Nusantara, Kemanggisan, Jakarta Barat, pada

Lebih terperinci

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*) MODEL PENANGGULANGAN BANJIR Oleh: Dede Sugandi*) ABSTRAK Banjir dan genangan merupakan masalah tahunan dan memberikan pengaruh besar terhadap kondisi masyarakat baik secara social, ekonomi maupun lingkungan.

Lebih terperinci

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA Ai Silvia Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Majalengka Email: silviahuzaiman@gmail.com

Lebih terperinci

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam EVALUASI DAN PERENCANAAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG Muhammad Faisal, Alwafi Pujiraharjo, Indradi Wijatmiko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jalan M.T Haryono

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE TL 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 BAB VI Air Tanah Air Tanah merupakan jumlah air yang memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan kehidupan dan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

DRAINASE PERKOTAAN SUMUR RESAPAN

DRAINASE PERKOTAAN SUMUR RESAPAN DAINASE PEKOTAAN SUMU ESAPAN Novitasari,ST.,MT. TIK Mampu merancang sistem drainase sumur resapan P E N G G A N T A Konsep dasar sumur resapan pada hakekatnya adalah memberikan kesempatan dan jalan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK Tujuan utama dari pemanfaatan air tanah adalah sebagai cadangan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih jika air permukaan sudah tidak memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode Rasional di Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode Rasional di Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arkham Fajar Yulian (2015) dalam penelitiannya, Analisis Reduksi Limpasan Hujan Menggunakan Metode Rasional di Kampus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke

Lebih terperinci

REKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU

REKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU SELASA 11.20 13.00 SABTU 12.00 13.30 MATERI 2 PENGENALAN HIDROLOGI DATA METEOROLOGI PRESIPITASI (HUJAN) EVAPORASI DAN TRANSPIRASI INFILTRASI DAN PERKOLASI AIR TANAH (GROUND WATER) HIDROMETRI ALIRAN PERMUKAAN

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup yang tidak akan pernah lepas dari kebutuhan hidup. Salah satu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah

Lebih terperinci

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Arkham Fajar Yulian, Teguh Marhendi, Amris Azizi* Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci