B A B PENDAHULUAN. terutama di daerah tropik dan subtropik. Insiden infeksi VD yang meliputi

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B PENDAHULUAN. terutama di daerah tropik dan subtropik. Insiden infeksi VD yang meliputi"

Suparman Salim
6 tahun lalu
Tontonan:

1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Infeksi Virus Dengeu (VD) hingga kini masih menjadi masalah kesehatan terutama di daerah tropik dan subtropik. Insiden infeksi VD yang meliputi Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir semakin meningkat. World Health Organization (WHO) melaporkan 50 juta kasus dengue setiap tahunnya (WHO, 2009). Penyakit ini endemik di 100 negara termasuk Asia. Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropik dan subtropik, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia. Perubahan lingkungan, mobilitas penduduk yang tinggi disinyalir merupakan faktor penyebab meluasnya kasus-kasus infeksi VD di berbagai belahan dunia (Suhendro et al., 2006; Sellahewa, 2013). Sementara itu, di Indonesia jumlah kasus DBD pada periode januari hingga mei 2004 mencapai dengan Incidence Rate (IR) 29,7 per penduduk dan kematian sebanyak 724 orang. Indonesia merupakan salah satu negara endemik infeksi VD dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi setiap tahun dan setiap 5 tahun sekali terjadi KLB besar. Pada tahun 2009, provinsi dengan angka kematian tertinggi adalah Bangka Belitung (4,58%), Bengkulu (3,08%) dan Gorontalo (2,2%) sedangkan angka kematian yang paling rendah adalah Sulawesi Barat (0%), DKI Jakarta (0,11%) dan Bali (0,15%) (Depkes RI, 2009). Sulitnya pengendalian penyakit ini masih menjadi penyebab 1

2 2 peningkatan jumlah kasus DBD. Selain itu hingga kini belum ditemukan adanya vaksin sebagai alat pencegahan penyakit DD maupun DBD (Pusat Data dan Surveilens Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI, 2010). Infeksi VD merupakan penyakit virus yang disebarkan oleh golongan artropoda. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang merupakan anggota genus Flavivirus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Virus dengue termasuk arbovirus yang ditularkan melalui gigitan artropoda. Vektor DBD yang utama adalah nyamuk Aedes aegypti (Juffrie et al., 2000; Chuansumrit dan Tangnararat, 2006; Chaiyaratana et al., 2008; Martina et al., 2009). Walaupun DD dan DBD disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya berbeda. Perbedaan utama adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler yang selanjutnya akan menyebabkan kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi, efusi pleura, hipoalbuminemia, hiponatremia hingga terjadi syok. Kebocoran plasma dimonitor dengan parameter laboratorium (kadar hematokrit, albumin serta natrium) dan parameter radiologi seperti adanya penumpukan cairan di rongga serosa pada kasus asites, efusi pleura, serta adanya penebalan pada dinding kandung empedu (WHO, 1997; Suhendro et al., 2006; Motla, et al., 2011, Sellahewa, 2013). Spektrum infeksi virus dengue bervariasi dari ringan pada DD hingga DBD dengan syok. WHO membagi derajat DBD menjadi 4 yaitu grade I bila didapatkan tes torniket positif tanpa adanya perdarahan spontan, grade II bila

3 3 didapatkan ada perdarahan seperti epistaksis dan ekimosis, grade III bila didapatkan ada gangguan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi yang menyempit atau adanya hipotensi tapi akral masih hangat serta grade IV bila ditemukan adanya tanda-tanda syok seperti tekanan darah dan nadi yang tidak terukur (WHO, 1997). Saat ini derajat DBD dibagi menjadi 3 yaitu Dengue tanpa tanda bahaya, Dengue dengan tanda bahaya, dan Dengue berat. Perjalanan infeksi VD sangat dinamis. Fase kritis infeksi dengue yang disertai dengan peningkatan permeabilitas kapiler serta kebocoran plasma hanya berlangsung jam, sehingga monitoring baik klinis maupun laboratorium sangat diperlukan untuk mengevaluasi setiap perubahan yang terjadi pada fasefase infeksi dengue. Beberapa penelitian sebelumnya telah mencoba mengevaluasi parameter laboratorium untuk dapat menilai dengan tepat perkembangan infeksi dengue, terutama pada saat terjadi kebocoran plasma, namun tidak selalu memberikan hasil yang sama. Oleh karena itu, perlunya penelitian penelitian yang berhubungan dengan parameter kebocoran plasma pada infeksi VD akan sangat membantu, dan feritin merupakan salah satu parameter laboratorium yang perlu dipertimbangkan dalam menilai progresivitas infeksi VD (WHO, 1997; WHO, 2009; Chaiyaratana et al., 2008; Van de weg et al., 2011; Ruslianti et al., 2013). Feritin merupakan reaktan fase akut yang meningkat kadarnya di dalam darah sebagai respon terhadap inflamasi. Feritin diproduksi dan disekresi oleh hepatosit. Feritin disintesis di poliribosom dan sebagian kecil disintesis di retikulum endoplasma kasar. Selain itu, feritin juga disekresi oleh sel lain seperti

4 4 makrofag. Kadar feritin yang tinggi merupakan indikator aktivasi makrofag yang dapat merefleksikan peran makrofag pada patogenesis dengue. Makrofag memiliki peran penting dalam mensintesis dan menjadi sumber feritin pada infeksi fase akut. Peningkatan sitokin inflamasi terutama TNFα dan IL2 seperti yang terjadi pada berbagai jenis infeksi, termasuk infeksi dengue, meningkatkan sintesis feritin oleh sel mesenkim, hepatosit, dan makrofag (Lambote et al., 2003; Chaiyaratana et al., 2008; Huits et al.,2008; Cohen, et al., 2010; Koorts dan Viljoen, 2011). Terkait dengan peningkatan permeabilitas vaskular serta kebocoran plasma pada DBD, pada studi sebelumnya didapatkan bahwa glutaralhydehyd activated ferritin berikatan dengan histamin yang selanjutnya menginduksi terbukanya endothelial junction. Ikatan histamin-feritin memiliki afinitas kuat pada membran plasma. Ikatan ini kemudian menginduksi histamine like effect yang selanjutnya menyebabkan kebocoran plasma dengan terbukanya endothelial junction melalui kontraksi filamen intrasitoplasmik (Bhargava, 1977; Heltianu et al., 1982; Simionecu et al., 1986; Walles dan Huber, 2008). Penelitian sebelumnya tentang kadar feritin serum pada anak dengan infeksi dengue di Thailand memperlihatkan bahwa kadar feritin serum dapat dijadikan sebagai prediktor clinical outcome pada infeksi VD. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kadar feritin serum pada DBD derajat III dan IV lebih tinggi dibandingkan DD serta DBD derajat I dan II. Hal ini diduga berkaitan dengan adanya peningkatan permeabilitas vaskular yang terjadi pada DBD terutama pada derajat III dan IV. Dari penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa

5 5 cut off kadar feritin > 1200 ng/ml dapat digunakan untuk memprediksi progresivitas infeksi dengue (Chaiyaratana et al., 2008). Penelitian tentang hubungan kadar feritin serum dengan derajat infeksi dengue baik pada populasi anak-anak maupun dewasa sudah pernah dilakukan. Namun, penelitian yang mengevaluasi hubungan kadar feritin serum dengan peningkatan permeabilitas vaskular yang terjadi pada infeksi VD hingga kini masih terbatas. Parameter kebocoran vaskuler pada DBD yang sudah dikenal sebelumnya antara lain hematokrit, albumin, serta adanya asites maupun efusi pleura. Peran feritin serum pada kebocoran vaskuler saat ini belum dikenal secara luas, sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mencari hubungan antara kadar feritin serum dengan parameter kebocoran plasma pada infeksi VD. Feritin diharapkan dapat dijadikan salah satu marker prediktor awal terjadinya kebocoran plasma pada infeksi dengue sehingga progresivitas derajat infeksi dengue dapat sesegera mungkin diantisipasi dan pada akhirnya angka mortalitas akibat penyakit ini dapat ditekan sebesar mungkin Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara kadar feritin serum dengan kebocoran plasma pada infeksi virus dengue? 2. Apakah terdapat hubungan antara kadar feritin serum dengan kadar hematokrit serum pada infeksi virus dengue?

6 6 3. Apakah terdapat hubungan antara kadar feritin serum dengan kadar albumin serum pada infeksi virus dengue? 4. Apakah terdapat hubungan antara kadar feritin serum dengan efusi pleura dan/ asites pada infeksi virus dengue? 5. Apakah terdapat hubungan antara kadar feritin serum dengan syok hipotensif pada infeksi virus dengue? 6. Berapa nilai batas (cut of point) kadar feritin serum yang dapat digunakan sebagai prediktor kebocoran plasma pada infeksi virus dengue? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk membuktikan hubungan antara kadar feritin serum dengan kebocoran plasma pada infeksi virus dengue Tujuan Khusus 1. Untuk membuktikan hubungan antara kadar feritin serum dengan kebocoran plasma pada infeksi virus dengue 2. Untuk membuktikan hubungan antara kadar feritin serum dengan kadar hematokrit serum pada infeksi virus dengue 3. Untuk membuktikan hubungan antara kadar feritin serum dengan kadar albumin serum pada infeksi virus dengue 4. Untuk membuktikan hubungan antara kadar feritin serum dengan efusi pleura dan/ asites pada infeksi virus dengue 5. Untuk membuktikan hubungan antara kadar feritin serum dengan syok hipotensif pada infeksi virus dengue

7 7 6. Untuk mencari nilai batas (cut of point) kadar feritin serum yang dapat digunakan sebagai prediktor kebocoran plasma pada infeksi virus dengue Manfaat Penelitian Manfaat Teoritik Meningkatkan pengetahuan tentang infeksi virus dengue terutama yang berkaitan dengan patogenesis infeksi virus dengue, mekanisme kebocoran plasma dan parameter-parameter kebocoran plasma pada infeksi virus dengue, termasuk feritin Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penelitian pendahuluan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang kebocoran plasma pada infeksi virus dengue. Selain itu, feritin serum diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu parameter yang diperiksa pada pasien infeksi dengue dengan kebocoran plasma.

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,