DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I"

Transkripsi

1 DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I Oleh Atina Ahdika, S.Si, M.Si Ayundyah Kesumawati, S.Si, M.Si (Program Studi Statistika) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 214/215

2 Daftar Isi Daftar Isi iii Daftar Gambar v 1 Turunan dalam Ruang Berdimensi n Fungsi Dua Peubah Pendahuluan Domain Fungsi Dua Peubah Grafik Fungsi Dua Peubah Limit Fungsi 2 Peubah atau Lebih Kekontinuan Fungsi 2 Peubah Turunan Fungsi 2 Peubah atau Lebih Turunan Parsial Turunan Fungsi Implisit Fungsi Lebih dari Dua Variabel Turunan - turunan Lebih Tinggi Keterdiferensialan Turunan Berarah dan Gradien ii

3 1.4.7 Hubungan Turunan Berarah dengan Gradien Aturan Rantai Aturan Rantai (Versi Kedua) Maksimum dan Minimum Syarat Cukup untuk Titik Ekstrim Metode Lagrange Interpretasi Geometri Metode Lagrange Teorema : Metode Lagrange Untuk Batasan Lebih dari Satu Integral dalam Ruang Berdimensi n Integral Lipat-Dua atas Persegi Panjang Integral Berulang Integral Lipat-Dua atas Daerah Bukan Persegi Panjang Integral Lipat-Dua dalam Koordinat Kutub Penerapan Integral Lipat-Dua Kalkulus Vektor Medan Vektor Integral Garis Kebebasan dari Lintasan Pembahasan 89

4 Daftar Gambar 1.1 Fungsi Satu Peubah Fungsi Dua Peubah Keluaran Maple Output Program Maple Output Fungsi f(x, y) = 1 xy ilustrasi pendekatan perpotongan garis Partisi Dua Peubah Volume Persegi Panjang R k Irisan oleh Bidang y = konstanta Irisan oleh Bidang x = konstanta Integral di Bawah Daerah Sebarang Himpunan Sederhana-y Benda Padat dari Himpunan Sederhana-y Himpunan Sederhana-x Benda Padat dari Himpunan Sederhana-x Bidang di Bawah Kurva dengan Koordinat Kutub Partisi-partisi R iv

5 2.12 Himpunan Sederhana-r Himpunan Sederhana-θ Lamina Partisi Lamina Partisi P pada Daerah S S bukan Persegi Panjang Medan Vektor F(p) Partisi P Tirai Vertikal Melengkung Potongan Kurva C kurva C

6 BAB 1 Turunan dalam Ruang Berdimensi n 1.1 Fungsi Dua Peubah Pendahuluan Sejauh ini kita telah membahas kalkulus dengan fungsi-fungsi variabel tunggal. Tetapi pada dunia nyata, besaran-besaran yang digunakan seringkali bergantung pada dua variabel atau lebih. Misalkan pada perhitungan suhu T di sebuah titik pada permukaan bumi pada sebarang waktu yang diberikan bergantung pada lintang x dan bujur y titik tersebut. Kita dapat memikirkan T sebagai fungsi dua variabel x dan y, atau sebagai fungsi dari pasangan (x, y). Ditunjukkan ketergantungan fungsional ini dengan menuliskan T = f(x, y). Pada bagian ini akan dibahas perluasan konsep pada fungsi satu peubah ke fungsi dua peubah atau lebih. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: Menentukan domain dan range suatu fungsi dua peubah atau lebih Membuat sketsa grafik fungsi dua peubah Menentukan limit dan menyelidiki kekontinuan fungsi dua peubah 1

7 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Pada Kalkulus I, kita telah membahas tentang fungsi satu peubah, baik eksplisit maupun implisit. Berikut kita ingat kembali fungsi satu peubah Gambar 1.1: Fungsi Satu Peubah Pada fungsi satu peubah, f : A B. A R dan B R dengan R = himpunan semua bilangan real. Grafik fungsi f = {(x, y) y = f(x), x D f }, berupa himpunan titik di R 2, dapat berupa garis lurus atau lengkung. Selanjutnya pada kalkulus lanjut ini, akan dibahas tentang fungsi dengan dua variabel atau lebih. Kita telah belajar fungsi satu peubah, y = f(x), dalam hal ini x merupakan peubah bebas dan y peubah tak bebas. Akan diperluas menjadi fungsi dengan peubah lebih dari satu, misal: f(x, y) = 2x 2 + y 2 g(x, y, z) = 2xe yz h(x 1, x 2, x 3, x 4 ) = 2x 1 2x 2 + 4x 3 + x 4 Pada fungsi dua peubah, f : A B A R R dan B R Grafik fungsi f = {(x, y, z) z = f(x, y), (x, y) D f } berupa himpunan di R 3, dapat berupa luasan di R 3. Perhatikan bahwa notasi fungsi dengan peubah lebih dari satu tidak berbeda dengan penulisan fungsi dengan satu peubah. 2

8 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Gambar 1.2: Fungsi Dua Peubah Fungsi z = f(x, y) adalah fungsi dengan dua peubah, dengan peubah bebas x dan y, serta z sebagai peubah tak bebas. Fungsi w = g(x, y, z) adalah fungsi dengan tiga peubah. Peubah x, y dan z merupakan peubah bebas dan w peubah tak bebas. Misalkan : Suhu T di sebuah titik pada permukaan bumi pada sebarang waktu yang diberikan bergantung pada lintang x dan bujur y titik itu. Kita dapat memikirkan T sebagai fungsi dua variabel x dan y, atau sebagai fungsi dari pasangan (x, y). Kita tunjukkan ketergantungan fungsional ini dengan menuliskan T = f(x, y). Nilai dari fungsi dengan dua peubah atau lebih dapat ditentukan dengan memasukkan nilai - nilai x dan y. Contoh 1: f(x, y) = 2x 2 + y 2 f(2, 3) = = 17 f(4, 3) = ( 3) 2 = 41 Definisi Suatu fungsi f dari dua variabel adalah suatu aturan yang memberikan kepada masing - masing pasangan terurut bilangan real (x, y) di sebuah dalam himpunan D sebuah bilangan real unik yang dinyatakan oleh f(x, y). Himpunan D adalah daerah asal dari f dan daerah nilainya adalah himpunan nilai yang digunakan f, atau dengan kata lain,f(x, y) (x, y) D. 3

9 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Domain Fungsi Dua Peubah Jika domain tidak diberikan, maka domain adalah himpunan semua titik sedemikian sehingga fungsi terdefinisi. Contoh 2: Pada bidang xy, Tentukanlah daerah asal alami untuk f = (x, y) = x2 + y 2 25 x (1.1) penyelesaian Domain dari f adalah himpunan semua pasangan (x, y) yang memenuhi x 2 + y 2 25 dan x, sebab x 2 + y 2 25 akan bernilai riil jika x 2 + y Jadi, domain f adalah himpunan (x, y) yang berada di luar dan pada lingkaran x 2 + y 2 = 25, tapi x. Contoh 3: Carilah daerah asal dari fungsi f(x, y) = 25 x 2 y 2 (1.2) penyelesaian Domain f(x, y) adalah himpunan semua titik yang memenuhi: 25 x 2 y 2 (1.3) 25 x 2 + y 2 (1.4) Perhatikan bahwa domain akan berupa himpunan titik di pada dan di dalam lingkaran: x 2 + y 2 = 25 (1.5) 4

10 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Contoh 4: Tentukan domain dari fungsi: g(x, y, z) = x 2 + y 2 + z 2 16 (1.6) Penyelesaian Perhatikan bahwa g adalah fungsi dengan tiga peubah, sehingga domainnya tidak berada dalam bidang XY, tetapi di sistem koordinat tiga dimensi. Sehingga, fungsi akan terdefinisi jika: x 2 + y 2 + z 2 16 atau x 2 + y 2 + z 2 16 (1.7) Grafik Fungsi Dua Peubah Ketika kita menyebut grafik (graph) dari fungsi f dengan dua peubah, yang dimaksud adalah grafik dari persamaan z = f(x, y). Grafik ini normalnya merupakan sebuah permukaan, dan karena terhadap masing - masing (x, y) di dalam daerah asal hanya berhubungan dengan satu nilai z, maka setiap garis yang tegak lurus terhadap bidang xy akan hanya memotong permukaan di satu titik. Penggambaran grafik fungsi akan sangat membantu dalam memahami suatu fungsi. Grafik dapat memberikan ilustrasi atau sebagai representasi visual dari suatu persamaan. dalam subbab ini kita akan mencoba menggambarkan grafik fungsi dua peubah tetapi tidak dapat menggambarkan grafik dari fungsi dengan 3 peubah atau lebih. Contoh 5: Tentukan domain dan range dari fungsi berikut dan buat sketsa grafiknya. z = f(x, y) = 25 x 2 y 2 (1.8) Penyelesaian: Dari contoh 1 kita telah tahu bahwa domainnya berupa himpunan titik - titik pada da di dalam lingkaran dengan jari jari 5, yaitu himpunan titik - titik yang memenuhi pertaksamaan: 5

11 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n x 2 + y 2 25 (1.9) Range dari z adalah semua kemungkinan nilai z. Range ini harus non negatif, karena z adalah akar - akar prinsip dengan domain: x 2 + y 2 25 (1.1) Nilai dalam akar bervariasi antara dan 25. Jadi range-nya adalah z 5. Dengan mengkuadratkan kedua sisi persamaan, akan diperoleh: z = 25 x 2 y 2 (1.11) z 2 = 25 x 2 y 2 (1.12) x 2 + y 2 + z 2 = 25 (1.13) Persamaan diatas merupakan persamaan bola dengan jari - jari 5. Tetapi perhatikan bahwa fungsi: z = 25 x 2 y 2 (1.14) dan persamaan: x 2 + y 2 + z 2 = 25 (1.15) tidaklah sama. Persamaan tidak merepresentasikan z sebagai suatu fungsi dari x dan y, artinya setiap (x, y) tidak memberikan nilai tunggal untuk z. Bahwa fungsi di atas mempunyai range z 5, berarti bahwa fungsi ini berupa sebagian setengah atas dari bola. Langkah selanjutnya adalah menggambar grafik, terlebih dahulu kita akan menggambarkan titik - titik di bidang koordinat. 1. Jejak di bidang xy (z = ). = 25 x 2 y 2 atau x 2 + y 2 = 25 6

12 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n merupakan lingkaran berpusat di O dengan jari - jari 5 di bidang xy. 2. Jejak di bidang yz (x = ) z = 25 y 2 atau y 2 + z 2 = 25 Lingkaran berpusat di O berjari - jari 5 pada bidang yz. 3. Jejak di bidang xz (y = ) z = 25 x 2 atau x 2 + z 2 = 25 Lingkaran berpusat di O berjari - jari 5 di bidang xz. Selanjutnya kita dapat menggambarkan jejak di bidang yang sejajar dengan bidang koordinat. 4. Untuk z = 3 3 = 25 x 2 y 2 atau x 2 + y 2 = 16 Jadi pada bidang z = 3, yang sejajar dengan bidang xy, jejak berupa lingkarang berpusat di (,, 3) dengan jari - jari Untuk z = 4 4 = 25 x 2 y 2 atau x 2 + y 2 = 9 Maka pada bidang z = 4, yang sejajar dengan bidang xy, jejak berupa lingkarang berpusat di (,, 4) dengan jari - jari 3. Berdasarkan kelima jejak di atas, yaitu tiga jejak di bidang koordinat ditambah dua jejak di bidang yang sejajar dengan bidang xy, maka diperoleh sketsa grafiknya sebagai berikut: Grafik Komputer Beberapa perangkat lunak, seperti Maple mampu menghasilkan grafik berdimensi 3 dengan tingkat kerumitan tertentu dengan mudah. seperti pada contoh beberapa grafik hasil keluaran Maple berikut ini: Latihan 1. Sketsakan grafik (luasan permukaan) dari fungsi: 1. z = 36 x 2 y 2 2. z = x2 y 2 7

13 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Gambar 1.3: Keluaran Maple Gambar 1.4: Output Program Maple 8

14 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 1.2 Limit Fungsi 2 Peubah atau Lebih Secara umum, teorema limit dan konsep ketaktehinggaan, dan sebagainya pada fungsi satu peubah juga berlaku untuk fungsi - fungsi dengan dua variabel atau lebih, dengan modifikasi yang sesuai. Definisi limit diberikan sebagai berikut. Definisi Diketahui fungsi bernilai real f dengan daerah definisi himpunan terbuka D di R 2 dan (a, b) D, lim f(x, y) = L (1.16) (x,y) (a,b) Jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ε > terdapat bilangan δ > sehingga untuk setiap (x, y) D yang memenuhi < (x a) 2 + (y b) 2 berlaku f(x, y) L < ε. (1.17) Contoh 1. lim (x,y) (,) 2x 3 y 3 x 2 + y 2 = 2. lim (x,y) (a,b) y = b Beberapa sifat yang dimodifikasi berdasarkan sifat limit pada fungsi satu peubah: Teorema 1 Jika lim (x,y) (x,y ) f(x, y) = L 1 dan lim (x,y) (x,y ) g(x, y) = L 2 maka 1. lim (x,y) (x,y )[f(x, y) + g(x, y)] = L 1 + L 2 2. lim (x,y) (x,y )[f(x, y) g(x, y)] = L 1 L 2 3. lim (x,y) (x,y )[f(x, y).g(x, y)] = L 1.L 2 4. lim (x,y) (x,y ) k.g(x, y) = k.l 2 5. lim (x,y) (x,y ) f(x, y) g(x, y) = L 1 L 2 untuk g(x, y) 9

15 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Catatan: Dalam konsep limit ini: 1. f tidak harus terdefinisi di (a, b) 2. Jika lim (x,y) (a,b) f(x, y) = L ada bagaimanapun caranya (x, y) mendekati Contoh (a, b) nilai f(x, y) selalu mendekati L. Jika f(x, y) = x2 y 2 x 2 +y 2 Bukti: maka lim (x,y) (,) tidak ada. Titik (, ) dapat didekati melalui tak hingga banyak arah. Untuk itu akan dilihat ketika (x, y) mendekati (, ) sepanjang sumbu x, sumbu y dan garis y = mx. Jika (x, y) mendekati (, ) sepanjang (melalui) sumbu x, jadi, y =, maka lim f(x, y) = lim (x,y) (,) x 2 y 2 (x,y) (,) x 2 + y = 2 lim x 2 (x) () x 2 + = lim x 2 (y) () x = 1 2 Di sisi lain (x, y) mendekati (, ) sepanjang (melalui) sumbu y(x = ), maka lim f(x, y) = lim (x,y) (,) x 2 y 2 (x,y) (,) x 2 + y = 2 lim y 2 (y) () + y = lim y 2 2 (y) () y 2 = 1 Terlihat bahwa dari dua arah yang berbeda diperoleh nilai yang berbeda, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa limit f tidak ada untuk (x, y) (, ). Pada contoh diatas kita tidak perlu mencari limit f dari arah lain, karena dari dua arah sudah didapatkan nilai yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa limitnya tidak ada. Jika dari dua arah tersebut nilainya saman maka perlu dicari dari nilai atau pendekatan garis yang lain yg melalui titik tersebut misalnya y = mx. Latihan 2. Tentukan nilai limit fungsi berikut jika ada. 1. lim (x,y) (3, 2) x 2 + y x 2 + y 2 2. lim (x,y) ( 2,1) x 2 + 3xy + 2y 2 x + 2y 3. lim (x,y) (3, 2) x 2 + y 1

16 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 4. lim (x,y) (,) x 2 x2 + y 2 5. lim (x,y) (,) y 2 x2 + y 2 6. lim (x,y) (,) x 2 y x4 + y 2 7. lim (x,y) (,) xy x 4 + y Kekontinuan Fungsi 2 Peubah Kekontinuan fungsi dua peubah diberikan dalam definisi berikut: Definisi Misalkan f fungsi bernilai real yang terdefinisi pada daerah D R 2 dan (a, b) D, maka f dikatakan kontinu di (a, b) jika lim f(x, y) = f(a, b) (x,y) (a,b) Fungsi f dikatakan kontinu pada D jika f kontinu di setiap titik di D. Jadi untuk menunjukkan f kontinu di titik (a, b) harus ditunjukkan ketiga syarat berikut dipenuhi. i. f(a, b) ada ii. lim (x,y) (a,b) f(x, y) ada iii. lim (x,y) (a,b) f(x, y) = f(a, b) Jika salah satu syarat di atas tidak dipenuhi, maka f tidak kontinu di (a, b). Sifat Operasi Aljabar Pada Fungsi Kontinu Jika f dan g keduanya kontinu di (a, b) maka 1. f + g kontinu di (a, b) 11

17 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 2. f g kontinu di (a, b) 3. fg kontinu di (a, b) 4. f g kontinu di (a, b) asalkan g(a, b). Contoh Tentukan apakah f kontinu di (, ) x 2 y jika (x, y) (, ) f(x, y) = x 2 + y 2 jika (x, y) = (, ) Penyelesaian: Dengan menggunakan kriteria kekontinuan fungsi: (i) f(, ) = (ada) (ii) Diselidiki apakah limit f(x, y) ada untuk (x, y) (, ) Jika (x, y) mendekati (, ) sepanjang (melalui) sumbu x, jadi y =, maka lim f(x, y) = lim (x,y) (,) (x,y) (,) x 2 y x 2 + y 2 = lim (x) () x 2 x = lim (x) () Jika (x, y) mendekati (, ) sepanjang (melalui) sumbu y(x = ), maka lim f(x, y) = lim (x,y) (,) (x,y) (,) x 2 y x 2 + y 2 = lim (y) ().y y 2 = lim (x) () Jika (x, y) mendekati (, ) sepanjang (melalui) y = x, maka lim f(x, y) = lim (x,y) (,) (x,y) (,) x 2 y x 2 + y 2 = Dapat disimpulkan bahwa lim (x,y) (,) x 2 y (iii) lim (x,y) (,) = = f(, ) x 2 + y2 Jadi f kontinu di (, ). lim (x) () x 2 x x 2 + x 2 = x 2 y x 2 + y 2 = lim (x) () x 3 2x 2 = x 2 = y 2 = lim x (x) () 2 = 12

18 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Latihan Carilah limit, jika memang ada, atau perlihatkan jika tidak mempunyai limit a. lim (x,y) (5, 2) x 5 + 4x 3 y 5xy 2 b. lim (x,y) (6,3) xycos(x 2y) c. lim (x,y) (,) x 2 x 2 + y 2 d. lim (x,y) (,) (x + y) 2 x 2 + y 2 e. lim (x,y) (,) 8x 2 y 2 x 4 + y 4 2. Diberikan f(x, y) = x2 + 2y x 2 2y dan g(x, y) = x4 4y 4 x 2 + 2y 2 Tunjukkan bahwa: a. limit f(x, y) untuk (x, y) (2, 2) tidak ada. b. limit g(x, y) untuk (x, y) (, ) sama dengan nol. c. limit g(, ) = apakah g(x, y) kontinu di (, ). 3. Selidiki titik-titik kekontinuan fungsi berikut : 2x y jika (x, y) (, ) f(x, y) = x + y jika (x, y) = (, ) 4. Selidiki titik-titik kekontinuan fungsi berikut: xy jika (x, y) (, ) f(x, y) = x 2 + y 2 1 jika (x, y) = (, ) 13

19 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 1.4 Turunan Fungsi 2 Peubah atau Lebih Turunan Parsial Umumnya, jika f adalah fungsi 2 peubah x dan y, andaikan kita misalkan hanya x saja yang berubah-ubah sedangkan y dibuat tetap, katakan y = b, dengan b konstanta. Baru sesudah itulah kita sebenarnya meninjau fungsi satu peubah x yaitu g(x) = f(x, b). Jika g mempunyai turunan di a, maka kita menamakannya turunan parsial dari f terhadap x di (a, b) dan menyatakannya dengan f x (a, b). Jadi f x (a, b) = g (a) dengan g(x) = f(x, b) (1.18) Menurut definisi turunan, kita mempunyai g (a) = g(a + h) g(a) lim (h) () h (1.19) sehingga perluasannya menjadi f x (a, b) = f(a + h, b) f(a, b) lim (h) () h (1.2) Dengan cara serupa, turunan parsial dari f terhadap y di (a,b), dinyatakan dengan f y (a, y), diperoleh dengan membuat x tetap (x = a) dan mencari turunan biasa di b dari fungsi G(y) = f(a, y): f y (a, b) = f(a, b + h) f(a, b) lim (h) () h (1.21) Misalkan titik (a, b) berubah-ubah dalam persamaan diatas, f x dan f y menjadi fungsi dua peubah yang dapat disimpulkan sebagai berikut Jika f adalah fungsi dua peubah, turunan parsialnya adalah f x dan f y yang didefisikan oleh f x (x, y) = f(x + h, y) f(x, y) lim (h) () h (1.22) 14

20 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n f y (x, y) = f(x, y + h) f(x, y) lim (h) () h (1.23) Notasi untuk Turunan Parsial Jika z = f(x, y), kita tuliskan f x (x, y) = f x = f x = z f(x, y) = x x = f 1 = D 1 f = D x f (1.24) f y (x, y) = f y = f y = z f(x, y) = y y = f 2 = D 2 f = D y f (1.25) Untuk menghitung turunan parsial, yang harus dilakukan adalah mengingat dari persamaan f x (a, b) bahwa turunan parsial terhadap x tidak lain adalah turunan biasa dari fungsi g dari variabel tunggal yang diperoleh dengan membuat y tetap. Aturan untuk Pencarian Turunan Parsial dari z = f(x, y) 1. Untuk mencari f x, pandang y sebagai konstanta dan diferensialkan f(x, y) terhadap x 2. Untuk mencari f y, pandang x sebagai konstanta dan diferensialkan f(x, y) terhadap y Contoh 1 Jika f(x, y) = x 3 + x 2 y 3 2y 2, carilah f x (2, 1) dan f y (2, 1) Penyelesaian Contoh 2 Jika f(x, y) = sin x f, carilah 1 + y x dan f y Penyelesaian Turunan Fungsi Implisit Umumnya, sebuah persamaan seperti F (x, y, z) = mendefinisikan satu peubah, misalnya z, sebagai fungsi dari dua peubah lainnya x dan y. Karenanya z kadang - kadang disebut fungsi implisit dari x dan y, yang berbeda dengan apa yang disebut fungsi eksplisit f, di mana z = f(x, y), yang sedemikian rupa sehingga F [x, y, f(x, y)]. 15

21 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Diferensiasi F [x, y, f(x, y)] =, variabel - variabel bebas adalah x dan y dan bahwa z = f(x, y). Untuk menentukan f f dan, pada mulanya kita menulis x y (amati bahwa F (x, t, z) adalah nol untuk semua pasangan domain (x, y), dengan kata lain adalah konstanta): = df = F x dx + F y dy + F z dz (1.26) dan kemudian menghitung turunan parsial F x, F y dan F z meskipun x, y, z membentuk himpunan variabel bebas. Pada tahap ini, kita menggunakan ketergantungan z pada x dan y untuk memperoleh bentuk diferensial dz = f f dx + dy. Melalui x y subtitusi dan sejumlah operasi aljabar hasil-hasil berikut ini diperoleh: f x = F x F z, f y = F y F z (1.27) Contoh 3 Carilah dz dz dan, jika z didefinisikan secara implisit sebagai dx dy fungsi x dan y oleh persamaan x 3 + y 3 + z 3 + 6xyz = 1 Penyelesaian Jika F (x, y, z) = = x 3 + y 3 + z 3 + 6xyz 1 dan z = f(x, y) maka F x = 3x 2 + 6yz, F y = 3y 2 + 6xz, dan F z = 3z 2 + 6xy. Maka f x = + 6yz 3x2 3z 2 + 6xy, f y = + 6xz 3y2 3z 2 + 6xy Fungsi Lebih dari Dua Variabel Turunan parsial dapat juga didefinisikan untuk fungsi tiga variabel atau lebih. Misalnya, jika f adalah fungsi tiga variabel x, y, dan z, maka turunan parsialnya ter- 16

22 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n hadap x didefinisikan sebagai berikut f x (x, y, z) = f(x + h, y, z) f(x, y, z) lim (h) () h dan ditemukan dengan cara memandang y dan z sebagai konstanta serta mendeferensialkan f(x, y, z) terhadap x. Jika ω = f(x, y, z), maka f x = ω dapat ditafsirkan x sebagai laju perubahan ω terhadap x ketika y dan z dianggap konstan. Tetapi untuk kasus 3 peubah kita tidak dapat menafsirkannya secara geometrik karena grafik f terletak di ruang empat dimensi. Umumnya, jika u adalah fungsi n variabel, u = f(x 1, x 2,..., x n ), turunan parsialnya terhadap variabel x i ke-i adalah u f(x 1,...x i 1, x i + h, x i+1,..., x n ) f(x 1, x 2,..., x n ) = lim x i (h) () h atau dapat dituliskan dalam bentuk lain u = f = f xi = f i = D i f x i x i Contoh 4 Carilah f x, f y dan f z jika f(x, y, z) = e xy lnz. Penyelesaian Turunan - turunan Lebih Tinggi jika f adalah fungsi dua peubah, maka turunan parsialnya f x dan f y juga fungsi dua peubah, sehingga kita dapat menghitung untuk turunan parsial kedua dari f. 17

23 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Jika z = f(x, y), kita gunakan notasi: (f x ) x = f xx = f 11 = ( ) f x x (f x ) y = f xy = f 12 = ( ) f y x (f y ) x = f yx = f 21 = ( ) f x y (f y ) y = f yy = f 22 = ( ) f y y = 2 f x 2 = 2 z x 2 = 2 f y x = = 2 f x y = = 2 f y 2 = 2 z y 2 2 z y x 2 z x y Jadi, notasi f xy bermakna bahwa pertama kita mendiferensialkan terhadap x dan kemudian terhadap y, sedangkan dalam menghitung f yx urutannya dibalik. Contoh 5 Jika f(x, y) = x 3 + x 2 y 3 2y 2, carilah turunan parsial keduanya untuk masing-masing x dan y Latihan Soal 1. Jika φ(x, y) = x 3 y + e xy2 tentukanlah a. φ x (x, y) b. φ y (x, y) c. φ xx (x, y) d. φ yy (x, y) e. φ xy (x, y) f. φ yx (x, y) 2. Tentukan dz dx dan dz dy dari: a. x 2 z + yz 2 + 2xy 2 z 3 = ( y ) b. x 2 tan 1 = x c. x 2 yz xy + yz = d. x 3 e y+z ysin(x z) = e. xy z 2 + 2xyz = 18

24 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Keterdiferensialan Untuk sebuah fungsi satu peubah, keterdiferensialan (dif f erentiability) dari f di x berarti adanya turunan f (x). Sehingga, keterdiferensialan ini akan ekuivalen dengan grafik dari f yang mempunyai garis singgung tak vertikal di x. Konsep untuk keterdiferensialan sebuah fungsi dua peubah berhubungan dengan kaidah normal tentang keberadaan sebuah bidang singgung, dan jelas bahwa hal ini membutuhkan lebih dari sekedar keberadaan turunan-turunan parsial dari f semata, karena turunan-turunan tersebut mencerminkan sifat f hanya dalam dua arah. Ilustrasi: Misalkan ada fungsi dua peubah: f(x, y) = 1 xy yang ditunjukkan pada output program Gambar 1.5: Output Fungsi f(x, y) = 1 xy Untuk f x (, ) dan f y (, ) keduanya ada dan sama dengan ; meskipun tidak dapat dipastikan bahwa grafiknya mempunyai sebuah bidang singgung di titik asal. Alasannya adalah, tentu bahwa grafik dari f tidak dapat dihampiri dengan baik di titik asal tersebut oleh sebarang bidang (khususnyam bidang xy) kecuali dalam dua arah. Sebuah bidang singgung seharusnya akan menghampiri grafik tersebut dengan sangat baik dalam segala arah. Cara lain untuk dapat melihat keterdiferensialan sebuah fungsi dengan peubah tunggal adalah sebagai berikut: Ilustrasi: Jika f dapat dideferensialkan di a, maka terdapat sebuah garis singgung yang mela- 19

25 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n lui (a, f(a)) yang mendekati fungsi tersebut untuk nilai x dekat a. Dengan kata lain, f hampir mendekati linier dekat a. gambar berikut mngilustrasikan hal ini untuk fungsi satu peubah, ketika grafik y = f(x) diperbesar, garis singgung dan fungsi tersebut hampir tidak dapat dibedakan. Untuk lebih tepatnya, kita dapat meng- Gambar 1.6: ilustrasi pendekatan perpotongan garis atakan bahwa sebuah fungsi f disebut linier setempat di a jika terdapat sebuah konstanta m sedemikian rupa sehingga f(a + h) = f(a) + hm + hε(h) dimana ε(h) adalah sebuah fungsi yang memenuhi lim h ε(h) =. Dengan menyelesaikan ε(h) akan menghasilkan ε(h) = f(a + h) f(a) h m Fungsi ε(h) adalah perbedaan antara kemiringan garis potong yang melalui titik (a, f(a)) dan titik (a + h, f(a + h)) dengan kemiringan garis singuung yang melalui (a, f(a)). Jika f bersifat linear setempat di a, maka yang berarti bahwa [ ] f(a + h) f(a) lim ε(h) = lim m = h h h f(a + h) f(a) lim h h = m Kita dapat menyimpulkan bahwa f pasti dapat dideferensialkan di a dan bahwa m pasti sama dengan f (a). Sebaliknya, jika f dapat dideferensialkan di a, maka 2

26 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n f(a + h) f(a) lim h = f (a) = m, sehingga f linear setempat. Dengan demikian, pada kasus satu peubah, f akan linear setempat di a jika dan hanya jika f dapat h didefensialkan di a. Konsep kelinieran setempat ini juga berlaku pada situasi sama dimana f adalah fungsi dua peubah. Berikut definisi linear setempat untuk fungsi dua peubah Definisi Fungsi f dikatakan linear setempat di (a, b) jika f(a + h 1, b + h 2 ) = f(a, b) + h 1 f x (a, b) + h 2 f y (a, b) + h 1 ε 1 (h 1, h 2 ) + h 2 ε 2 (h 1, h 2 ) dimana ε 1 (h 1, h 2 ketika (h 1, h 2 ) dan ε 2 (h 1, h 2 ketika (h 1, h 2 ) Berdasarkan uraian diatas maka kita dapat mendefinisikan keterdiferensialan yang sama dengan kelinearan setempat. Definisi Fungsi s dapat dideferensialkan di p jika fungsi tersebut linear setempat di p. Fungsi f dapat dideferensialkan pada sebuah himpunan terbuka R jika fungsi tersebut dapat dideferensialkan di setiap titik di R. Vektor (f x (p), f y (p)) = f x (p)i + f y (p)j dilambangkan dengan f(p) dan disebut gradien dari f. Jadi, f dapat dideferensialkan di [p] jika dan hanya jika f(p+h) = f(p) + f(p).h + ε(h.)h dimana ε(h) ketika h. Operator dibaca del dan sering disebut operator del. Dalam hal-hal yang telah dikemukakan diatas, gradien menjadi analog dengan turunan. Aspek-aspek yang tersirat dari definisi diatas adalah: 1. Turunan f (x) adalah sebuah bilangan, sedangkan gradien f(p) adalah sebuah vektor. 2. Hasilkali f(p).h dan ε(h).h adalah hasilkali titik. 3. Definisi-definisi keterdiferensialan dan gradien dapat dikembangkan dengan mudah menjadi ruang berdimensi berapapun. Teorema 21

27 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n jika f(x, y) mempunyai turunan-turunan parsial kontinu f x (x, y) dan f y (x, y) pada sebuah himpunan D yang bagian dalamnya mengandung (a, b), maka f(x, y) dapat dideferensialkan di (a, b). Jika fungsi f dapat dideferensialkam di p, maka ketika h mempunyai besaran yang kecil f(p + h) = f(p ) + f.h dengan menganggap p = p +h kita menjumpai fungsi T yang didefinisikan sebagai T (p) = f(p ) + f(p ).(p p ) Harusnya menjadi hampiran yang baik untuk f(p) jika p dekat dengan p. Persamaan z = T (p) mendefinisikan sebuah bidang yang menghampiri f di dekat p. Biasanya ini disebut bidang singgung. Contoh Soal Tunjukkan bahwa f(x, y) = xe y + x 2 y dapat diturunkan dimanapun dan tentukan persamaan bidang singgung di titik (2,). Penyelesaian Pertama buktikan bahwa turunan parsial dari masing-masing variabel kontinu. f x = ey + 2xy dan f y = xey + x 2 Latihan Soal Tentukan persamaan bidang singgung 1. f(x, y) = x 2 y xy 2, di p=(-2,3) 2. f(x, y) = x 3 y + 3xy 2, di p=(2,-2) 3. f(x, y) = cosπx sinπy + sin2πy, p=( 1, 1 2 ) 4. f(x, y) = x2 y, p=(2,-1) 5. f(x, y, z) = 3x 2 2y 2 + xz 2, p=(1,2,-1) 6. f(x, y, z) = xyz + x 2, p=(2,,-3) 22

28 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Turunan Berarah dan Gradien Untuk sebarag vektor satuan u, misalkan D u f(p) = lim h f(p + hu) f(p) Limit ini, jika ada disebut turunan berarah (dirrectional derivative) dari f di p pada arah u Gambar dibawah menunjukkan interpretasi geometrik dan turunan berarah. Vektor u menentukan sebuah garis L di bidang xy melalui (x, y ). Bidang yang melalui L ini tegak lurus terhadap bidang xy dan memotong permukaan z = f(x, y) pada kurva C. Persinggungannya di titik (x, y, f(x, y )) mempunyai kemiringan di D u f(x, y ). Interpretasi yang lain adalah bahwa D u f(x, y ) mengukur laju perubahan f terhadap jaraka dalam arah u Hubungan Turunan Berarah dengan Gradien berdasarkan f(p) = f x (p)i + f y (p)i didapatkan Teorema A Misalkan f dapat didefernsialkan di p. Maka f mempunyai turunan berarah di p 23

29 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n pada arah vektor satuan u = u 1 i + u 2 j dan D u f(p) = u. f(p) yakni D u f(x, y) = u 1 f x (x, y) + u 2 f y (x, y) Contoh: 1. Jika f(x, y) = 4x 2 xy +3y 2, tentukan turunan berarah dari f di (2, 1) pada arah vektor a = 4i + 3j 2. Tentukan turunan berarah dari fungsi f(x, y, z) = xysinz di titik (1, 2, π 2 ) pada arah vektor a = i + 2j + 2k Teorema B (Laju Perubahan Maksimum) Sebuah fungsi meningkat paling cepat di p pada arah gradiennya (dengan laju f(p) ) dan menurun paling cepat pada arah yang berlawanan (dengan laju f(p) ) Contoh: Andaikan seekor serangga berada pada paraboloid hiperbolik z = y 2 x 2 di titik (1,1,). Ke arah manakah seharusnya serangga tersebut bergerak untuk melewati lintasan yang paling curam dan bagaimanakah kemiringannya ketika serangga tersebut mulai keluar? Aturan Rantai Jika z = f(x, y), dimana x dan y adalah fungsi-fungsi dari t, maka masuk akal apabila kita menyatakan dz, dan tentunya terdapat sebuah rumus untuk itu. dt Teorema Aturan Rantai Misalkan x = x(t) dan y = y(t) dapat diderensialkan di t, dan misalkan z = f(x, y) dapat dideferensialkan di (x(t), y(t)), maka z = f(x(t), y(t)) dapat dideferensialkan di t dan dz dt = z dz x dx + z dy y dt 24

30 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Contoh 1. Andaikan z = x 3 y dimana x = 2t dan y = t 2. Tentukan dz dt 2. Ketika sebuah silinder lingkaran tegak yang padat dipanaskan, jari-jari r dan tingginya h akan meningkat, sehingga luas permukaannya S juga meningkat. Andaikan pada waktu sesaat ketika r = 1 cm, dan h = 1 cm, r meningkat,2 cm per jam dan h meningkat,5 cm per jam, Seberapa cepatkah peningkatan S pada waktu tersebut? Aturan Rantai (Versi Kedua) Jika z = f(x, y), dimana x = x(s, t) dan y = y(s, t), maka masuk akal apabila kita menanyakan z z dan s t Teorema Aturan Rantai (Versi Kedua) Misalkan x = x(s, t) dan y = y(s, t) mempunyai turunan parsial pertama di (s, t) dan misalkan z = f(x, y) dapat dideferensialkan di (x(s, t), y(s, t)). Maka z = f(x(s, t), y(s, t)), mempunyai turunan parsial pertama yang dinyatakan dengan dan Contoh z s = z x x s + z y y s z t = z x x t + z y y t 1. Jika x = 3x 2 y 2, dimana x = 2s + 7t dan y = 5st, tentukan z dan nyatakan t dalam s dan t. 2. w = x 2 + y 2 + z 2 + xy, dimana x = st, y = s t, dan z = s + 2t. tentukan w t dan w s 25

31 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 1.5 Maksimum dan Minimum Misalkan p=(x,y) adalah sebuah titik peubah dan p = (x, y ) adalah sebuah titik tetap apada bidang berdimendi dua (kedua titik tesebut berlaku untuk titik-titik pada ruang berdimensi n) Definisi Misalkan f adalah fungsi dengan daerah asal S, dan misalkan p adalah sebuah titik di S. 1. f(p ) adalah nilai maksimum global dari f di S jika f(p ) f(p) untuk seluruh p di S. 2. f(p ) adalah nilai minimum global dari f di S jika f(p ) f(p) untuk seluruh p di S. 3. f(p ) adalah nilai ekstrim global dari f di S jika f(p ) bukan nilai maksimum global dan bukan nilai minimum global. Teorema A Jika f kontinu pada sebuah himpunan S tertutup terbatas, maka f mencapai nilai maksimum (global) dan nilai minimum (global) di himpunan tersebut. Titik kritis (critical point) dari f di S ada tiga jenis: 1. Titik batas (boundary point) 2. Titik Stasioner (Stationary Point). Kita menyebut p adalah sebuah titik dalam di S di mana f dapat dideferensialkan dan f(p ) = di titik tersebut, suatu bidang singgung akan horizontal. 26

32 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 3. Titik - titik singular jika p adalah suatu titik dalam dari s dimana f tidak dapat dideferensialkan. Teorema Titik Kritis Andaikan f dideferensialkan pada suatu himpunan S yang mengandung p. Jika p. Jika p adalah suatu ektrim, maka p haruslah berupa suatu titik kritis, p berupa salah satu dari: 1. Suatu titik batas dari S, atau 2. Suatu titik stasioner dari f, atau 3. Suatu titik singular dari f. Latihan Cari nilai maksimum dan minimum lokal untuk 1. f(x, y) = x 2 + 4y 2 4x 2. f(x, y) = x2 a 2 + y2 b Syarat Cukup untuk Titik Ekstrim Andaikan bahwa f(x, y) mempunyai turunan parsial kedua kontinu di suatu lingkungan dari x, y dan bahwa f(x, y ) =. Ambil D = D(x, y ) = f xx (x, y )f yy (x, y ) (f xy (x, y )) 2 maka: 1. Jika D > dan f xx (x, y ) < maka f(x, y ) adalah nilai maksimum lokal 2. Jika D > dan f xx (x, y ) > maka f(x, y ) adalah nilai minimum lokal 3. Jika D <, f(x, y ) bukan merupakan nilai ekstrim atau x, y adalah sebuah titik pelana 4. Jika D = uji yang dilakukan tidak mempunyai hasil/tidak dapat disimpulkan. 27

33 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n Latihan 1. Tentukan titik ekstrim, jika ada, dari fungsi F yang didefinisikan dengan F (x, y) = 3x 3 + y 2 9x + 4y 2. Tentukan jarak minimum dari titik asal dan permukaan z 2 = x 2 y Metode Lagrange Metode ini digunakan untuk mencari nilai minimum dari suatu bidang yang terbatas. Untuk mencari nilai minimum dari x 2 +2y 2 +z 4 +4 adalah suatu masalah nilai ektrim yang bebas. Tetapi, bila diminta mencari nilai minimum dari x 2 +2y 2 +z 4 +4 dengan batasan x + 3y z = 7 untuk menyelesaiakan nilai ekstrim terkendala (terbatas) dapat digunakan Pengali Lagrange Interpretasi Geometri Metode Lagrange maksimumkan atau minimumkan f(x,y) terhadap batasan g(x,y)=. Untuk memak- 28

34 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n simumkan f terhadap batasan g(x,y) = adalah mencari kurva ketinggian f(x,y) = k dengan kemungkinan k terbesar yang memotong kurva batasan yaitu pada titik P (x, y ) dan P 1 (x, y ). Pada titik P danp 1, kurva ketinggian dan kurva batasan memiliki suatu garis singgung bersama, kedua kurva tersebut mempunyai suatu garis tegak lurus bersama. Vektor gradien f dan g sejajar di titik P dan P 1, maka: f(p ) = λ g(p ) dan f(p 1 ) = λ 1 g(p 1 ) λ dan λ 1 adalah bilangan tak nol Teorema : Metode Lagrange Untuk memaksimumkan atau meminimumkan f(p) terhadap batasan/kendala (p) =, selesaikan sistem persamaan f(p) = λ g(p) dan g(p) = Tiap titik p yang demikian adalah suatu titik kritis untuk masalah nilai ekstrem terkendala dan λ yang berpadanan disebut pengali lagrange. Langkah- langkah penyelesaian: 1. Tentukan vektor gradien dari masing-masing persamaan 2. Tentukan persamaan lagrange 3. Tentukan pengali lagrange 29

35 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 4. Subtitusikan ke persamaan lagrange yg terbentuk 5. Dapatkan nilai kritis dan lakukan uji nilai titik kritis Contoh 1. Gunakan metode lagrange untuk mencari nilai-nilai maksimum minimum dari f(x, y) = y 2 x 2 pada elips x2 4 + y2 = 1 Penyelesaian: (a) Vektor Gradien g(x, y) = x2 4 + y2 = 1 g(x, y) = x 2 + 4y 2 = f = 2xi + 2yj g = 2xi + 8yj (b) Persamaan Lagrange (i) -2x=λ 2x (ii) 2y = λ 8y (iii) x 2 + 4y 2 = 4 jadi (iii) x dan y tidak dapat disama dengan nol. (c) Persamaan (i) λ = 1 Persamaan (ii) y = x2 4 + = 1 x = ±2 Jadi titik -titik kritis (±2, ) (d) Bila y λ = 1 4 dari persamaan pertama, bila x =, maka dari persamaan ketika y = ±1 maka (, ±1) juga titik - titik kritis. (e) Uji titik kritis f(x, y) = y 2 x 2 f(2, ) = y 2 x 2 = 4 f( 2, ) = y 2 x 2 = 4 f(, 1) = y 2 x 2 = 1 f(, 1) = y 2 x 2 = 1 Dari uji titik kritis di atas didapatkan bahwa nilai minimum untuk f(x,y) adalah -4 dan nilai maksimum nya adalah 1 3

36 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 2. Tentukan minimum f(x, y, z) = 3x + 2y + z + 5 terhadap batasan g(x, y, z) = 9x 2 + 4y 2 z =. Penyelesaian (a) Vektor Gradien f(x, y, z) = 3i + 2j + k g(x, y, z) = 18xi + 8yj k Titik kritis, bila f(x, y, z) = λ g(x, y, z) dan g(x, y, z) = (b) Persamaan Lagrange Untuk (x, y, z, λ) dengan λ pengali Lagrange. (i) 3 = 18 λx (ii) 2 = 8y λ (iii) 1 = - λ (iv) 9x 2 + 4x 2 z = (c) Dari (iii) λ = 1 subtitusikan ke (i) dan (ii), didapat x = 1 6 dan x = 1 ( 4 subtitusi dari persamaan (iv)9 6) 1 2 ( z = 4) z = 1 2 (d) Sehingga penyelesaian sistem persamaan simultan tersebut adalah ( 16, 14, 12 ) (, 1 satu-satunya titik kritis adalah 1 6, 1 4, 1 ) 2 ( (e) maka minimum f(x,y,z) terhadap kendala adalah f 1 6, 1 4, 1 ) = Untuk Batasan Lebih dari Satu Misalkan terdapat dua batasan g(x,y,z) = dan h(x,y,z) =, maka persamaannya menjadi f(x, y, z) = λ g(x, y, z) + µ h(x, y, z) g(x,y,z) = ; h(x,y,z) = dimana λ dan µ adalah pengali lagrange sehingga sistem lima persamaan simultannya adalah : 31

37 BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n 1. f x (x, y, z) = λg x (x, y, z) + µh x (x, y, z) 2. f y (x, y, z) = λg y (x, y, z) + µh y (x, y, z) 3. f z (x, y, z) = λg z (x, y, z) + µh z (x, y, z) 4. g(x,y,z) = 5. h(x,y,z) = 32

38 BAB 2 Integral dalam Ruang Berdimensi n 2.1 Integral Lipat-Dua atas Persegi Panjang Pada bab sebelumnya, kita telah mempelajari mengenai pendiferensialan dalam ruang berdimensi n, selanjutnya yang akan kita pelajari adalah pengintegralan dalam ruang berdimensi n. Pada dasarnya, masalah-masalah yang dipecahkan dengan menggunakan integral pada ruang berdimensi n memiliki prinsip yang sama dengan integral pada satu variabel. Pada bab ini, kita akan menggunakan integral lipat untuk menghitung volume benda padat, luas permukaan, dan pusat massa dari lapisan tipis (lamina), dan benda-benda padat dengan berbagai kerapatan. Pengintegralan berlipat ini akan disederhanakan menjadi pengintegralan tunggal berurutan di mana Teorema Dasar Kalkulus Kedua memainkan peranan yang penting. Ingat kembali mengenai integral Riemann pada fungsi satu variabel di mana kita membagi interval [a, b] menjadi interval-interval kecil dengan panjang x k, k = 1, 2,..., n, berdasarkan partisi p : x 1 < x 2 <... < x k mengambil sebuah titik contoh x k dari interval ke-k, kemudian b a f(x)dx = lim p n f( x k ) x k k=1 33

39 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Prinsip tersebut berlaku pula pada ruang berdimensi dua sehingga kita dapat mendefinisikan integral untuk fungsi dua peubah. Misalkan f(x, y) kontinu pada himpunan berbentuk persegi panjang R yaitu R = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuklah partisi p pada himpunan R yaitu garis-garis yang sejajar dengan sumbu x dan sumbu y menjadi persegi panjang-persegi panjang kecil dengan panjang sisi-sisinya masing-masing x k dan y k (perhatikan Gambar 2.1). Gambar 2.1: Partisi Dua Peubah Pembuatan partisi ini membagi R menjadi persegi panjang-persegi panjang yang lebih kecil sebanyak n (notasi: R k ), k = 1, 2,..., n. Misalkan panjang sisisisi R k masing-masing adalah x k dan y k dan misalkan luas persegi panjang ke-k yaitu A k = x k y k. Pada persegi panjang R k ambil sebuah titik ( x k, ȳ k ) sehingga dapat ditentukan bentuk jumlah Riemann-nya yaitu n f( x k, ȳ k ) A k k=1 34

40 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Gambar 2.2: Volume Persegi Panjang R k Dengan demikian, berikut adalah definisi dari integral lipat-dua. Definisi Integral Lipat-Dua Misalkan f adalah fungsi dengan dua peubah yang didefinisikan pada sebuah persegi panjang tertutup R. Jika lim p n f( x k, ȳ k ) A k, k=1 ada, maka f dapat diintegralkan di R. f(x, y)da disebut integral lipat-dua dari f atas R dan dapat dinyatakan R dengan Contoh: Hampirilah R R f(x, y)da = lim p n f( x k, ȳ k ) A k k=1 f(x, y)da berikut dengan menghitung jumlah Riemann di mana f(x, y) = 64 8x+y2 16 dan R = {(x, y) : x 4, y 8} Penyelesaian: 35

41 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Titik-titik contoh yang diperlukan dan nilai-nilai yang berhubungan pada fungsi tersebut adalah sebagai berikut Karena A k = 4, maka diperoleh ( x 1, ȳ 1 ) = (1, 1), f( x 1, ȳ 1 ) = ( x 2, ȳ 2 ) = (1, 3), f( x 2, ȳ 2 ) = ( x 3, ȳ 3 ) = (1, 5), f( x 3, ȳ 3 ) = ( x 4, ȳ 4 ) = (1, 7), f( x 4, ȳ 4 ) = ( x 5, ȳ 5 ) = (3, 1), f( x 5, ȳ 5 ) = ( x 6, ȳ 6 ) = (3, 3), f( x 6, ȳ 6 ) = ( x 7, ȳ 7 ) = (3, 5), f( x 7, ȳ 7 ) = ( x 8, ȳ 8 ) = (3, 7), f( x 8, ȳ 8 ) = R f(x, y)da = 8 f( x k, ȳ k ) A k = 4 k=1 8 f( x k, ȳ k ) k=1 4( ) = 16 =

42 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Teorema Keterintegralan Jika f terbatas pada suatu persegi panjang tertutup R dan jika fungsi ini kontinu di R, kecuali pada sejumlah hingga kurva mulus, maka f dapat diitegralkan pada R. Secara khusus, jika f kontinu di seluruh R, maka f dapat diintegralkan di R. Sifat-sifat Integral Lipat-Dua 1. Bersifat linear a. kf(x, y)da = k f(x, y)da; R R b. [f(x, y) ± g(x, y)]da = f(x, y)da ± g(x, y)da R R R 2. Bersifat aditif (penjumlahan) pada daerah yang saling tumpang tindih hanya pada sebuah ruas garis f(x, y)da = f(x, y)da + R R 1 R 2 f(x, y)da 3. Perbandingan pada integral lipat-dua, jika f(x, y) g(x, y) untuk seluruh (x, y) di R, maka f(x, y)da g(x, y)da R R 37

43 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Perhitungan pada Integral Lipat-Dua Jika f(x, y) = 1 di R maka integral lipat-dua merupakan luas dari R, kda = k 1dA = ka(r) R R Contoh: Misalkan f adalah fungsi tangga, yaitu misalkan 1 x 3, y 1 f(x, y) = 2 x 3, 1 y 2 3 x 3, 2 y 3 Hitung f(x, y)da di mana R = {(x, y) : x 3, y 3}. R Penyelesaian: Buat persegi panjang R 1, R 2, dan R 3 sebagai berikut R 1 = {(x, y) : x 3, y 1} R 2 = {(x, y) : x 3, 1 y 2} R 3 = {(x, y) : x 3, 2 y 3} 38

44 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Dengan menggunakan sifat penjumlahan pada integral lipat-dua diperoleh: f(x, y)da = f(x, y)da + f(x, y)da + f(x, y)da R R 1 R 2 R 3 = 1A(R 1 ) + 2A(R 2 ) + 3A(R 3 ) = 1(3) + 2(3) + 3(3) = 18 39

45 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Latihan Misalkan R = {(x, y) : 1 x 4, y 2}, hitung { R 2 1 x 3, y 2 f(x, y) = 3 3 x 4, y 2 f(x, y)da di mana 2. Misalkan: R = {(x, y) : x 2, y 2} R 1 = {(x, y) : x 2, y 1} R 2 = {(x, y) : x 2, 1 y 2} Misalkan pula: R f(x, y)da = 3 g(x, y)da = 5 R g(x, y)da = 2 R 1. Hitunglah: a. [3f(x, y) g(x, y)]da R b. [2g(x, y) + 3]dA R 1 3. Hitunglah (1 + x)da di mana R = {(x, y) : x 2, y 1}. R (Petunjuk: sketsalah benda padat tersebut). 4

46 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n 2.2 Integral Berulang Sekarang yang akan kita hadapi adalah menghitung f(x, y)da di mana R adalah persegi panjang R = {(x, y) : a x b, c y d} dan menginterpretasikannya sebagai volume V dari benda padat di bawah permukaan V = f(x, y)da (2.1) R R Terdapat cara lain untuk menghitung volume benda padat yaitu dengan mengiris benda padat tersebut menjadi lempengan-lempengan tipis yang sejajar dengan bidang xz atau yz. Misalkan kita akan menggunakan lempengan-lempengan tipis yang sejajar dengan bidang xz, perhatikan Gambar 2.3 berikut. Gambar 2.3: Irisan oleh Bidang y = konstanta Misalkan A y adalah luas muka lempengan sedangkan y merupakan ketebalan lempengan, maka volume dari lempengan tersebut dapat dihampiri dengan V A(y) y atau V = d A(y)dy c 41

47 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Di sisi lain, luas A y dapat dihampiri dengan b A(y) = f(x, y)dx a Dengan demikian, volume dari benda padat tersebut dapat diperoleh yaitu d d V = A(y)dy = b f(x, y)dx dy (2.2) c c a Dengan menggabungkan persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh f(x, y)da = d b f(x, y)dx dy R c a Persamaan tersebut disebut integral berulang. Selanjutnya, dengan cara yang sama, penghitungan volume juga dapat dilakukan dengan mengiris lempengan sejajar dengan sumbu yz. Gambar 2.4: Irisan oleh Bidang x = konstanta 42

48 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Pengintegralan yang terjadi dalam urutan yang berlawanan yaitu f(x, y)da = b d f(x, y)dy dx R a c Contoh: Tentukan volume V suatu benda padat di bawah permukaan z = 4 x y dan di atas persegi panjang R = {(x, y) : x 2, y 1}. Penyelesaian: V = f(x, y)da = A(x)dx = = R x=2 y=1 x= y= x=2 x= R (4 x y)dy dx = [ ] 7 2 x dx = 5 x=2 x= [4y xy y2 2 ] 1 dx 43

49 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Latihan Hitunglah integral berulang berikut a. b. c ln 3 ln 3 1 (xy + y 2 )dx dy ln 2 e x+y dy dx xye xy2 dy dx 2. Sketsa dan hitunglah volume benda padat berikut a. 2 2 (x 2 + y 2 )dy dx b. Benda padat di antara z = x 2 + y dan z = 1 dan terletak di atas R = {(x, y) : 1 x 1, y 1} 3. Hitung integral berulang berikut x 2 y 3 dy dx 44

50 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n 2.3 Integral Lipat-Dua atas Daerah Bukan Persegi Panjang Misalkan himpunan S tertutup dan terbatas pada bidang. Himpunan S tersebut terkandung dalam sebuah persegi panjang R dengan sisi-sisi sejajar sumbu koordinatnya. { f(x, y) jika (x, y) di S Definisikan, f(x, y) = jika (x, y) di R-S Gambar 2.5: Integral di Bawah Daerah Sebarang f bisa diintegralkan di S jika f dapat diintegralkan pada R f(x, y)da = f(x, y)da S R Penghitungan Integral Lipat-Dua atas Himpunan Umum 1. Himpunan Sederhana-y Sebuah himpunan S dikatakan sederhana-y jika himpunan tersebut sederhana pada arah y, artinya bahwa sebuah garis pada arah ini memotong S dalam selang tunggal (atau titik atau tidak sama sekali). S = {(x, y) : g 1 (x) y g 2 (x), a x b} 45

51 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Gambar 2.6: Himpunan Sederhana-y Untuk tiap nilai x, luas penampang yang diperoleh jika benda diiris tegak lurus sb-x adalah A(x) = y=g 2 (x) y=g 1 (x) f(x, y)dy Himpunan sederhana-y tersebut apabila digambarkan dalam bentuk benda padat dan dihitung volumenya maka Gambar 2.7: Benda Padat dari Himpunan Sederhana-y 46

52 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n atau V = S x=b x=a A(x)dx = f(x, y)da = x=b x=a x=b x=a y=g 2 (x) y=g 1 (x) y=g 2 (x) y=g 1 (x) f(x, y)dy dx f(x, y)dy dx 2. Himpunan Sederhana-x Himpunan S disebut sederhana-x jika terdapat fungsi h 1 (y) dan h 2 (y) pada selang [c, d] sedemikian rupa sehingga S = {(x, y) : h 1 (y) x h 2 (y), c y d} Gambar 2.8: Himpunan Sederhana-x Untuk tiap nilai y, luas penampang yang diperoleh jika benda diiris tegak lurus sb-y adalah A(y) = x=h 2 (y) x=h 1 (y) f(x, y)dx 47

53 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Himpunan sederhana-y tersebut apabila digambarkan dalam bentuk benda padat dan dihitung volumenya maka Gambar 2.9: Benda Padat dari Himpunan Sederhana-x atau V = S y=d y=c A(y)dy = f(x, y)da = y=d y=c y=d y=c x=h 2 (y) x=h 1 (y) x=h 2 (y) x=h 1 (y) f(x, y)dx dy f(x, y)dx dy Contoh: Gunakan integral lipat-dua untuk menentukan volume dari tetrahedron yang dibatasi oleh bidang-bidang koordinat dan bidang 3x + 6y + 4z 12 =. Penyelesaian: Daerah segitiga pada bidang xy yang membentuk alas tetrahedron dilambangkan dengan S. Kita akan menghitung volume benda padat di bawah permukaan 3x + 6y + 4z 12 = atau 3 (4 x 2y) dan di atas daerah S. 4 48

54 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Bidang tersebut memotong bidang xy di garis x + 2y 4 =, suatu ruas yang merupakan bagian dari batas S. Karena persamaan ini dapat ditulis sebagai y = 2 x dan x = 4 2y, maka S dapat dipandang sebagai himpunan sederhana-y 2 S = {(x, y) : x 4, y 2 x 2 } atau sebagai himpunan sederhana-x S = {(x, y) : x 4 2y, y 2} Dengan memperlakukan bidang S sebagai himpunan sederhana-y (hasilnya sama dengan cara yang lain), maka volume benda padat tersebut adalah V = = S 4 = 3 16 = (4 x 2y)dA = 4 3 [ ] 4y xy y 2 2 x 2 dx 4 4 (16 8x + x 2 )dx [16x 4x 2 + x3 3 ] 4 2 x 2 = 4 3 (4 x 2y)dy dx 4 49

55 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Latihan Sketsalah benda padat berikut kemudian tentukan volumenya dengan integral berulang. a. Tetrahedron yang dibatasi oleh bidang-bidang koordinat dan bidang z = 6 2x 3y b. Benda padat di oktan pertama yang dibatasi oleh bidang-bidang koordinat dan bidang-bidang 2x + y 4 = dan 8x + y 4z = c. Benda padat di oktan pertama yang dibatasi oleh silinder y = x 2 dan bidang-bidang x =, z =, dan y + z = 1 2. Hitunglah sin(y 3 )da, di mana S adalah daerah yang dibatasi oleh y = x, S y = 2, dan x =. Petunjuk: Jika suatu urutan pengintegralan tidak berhasil, cobalah urutan lainnya. 5

56 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n 2.4 Integral Lipat-Dua dalam Koordinat Kutub Terdapat beberapa kurva tertentu pada suatu bidang yang lebih mudah dijelaskan dengan menggunakan koordinat Kutub. Misalkan z = f(x, y) menentukan sebuah permukaan atas R (lihat gambar) dan andaikan f kontinu dan tak negatif. Gambar 2.1: Bidang di Bawah Kurva dengan Koordinat Kutub Maka volume V benda padat di bawah permukaan tersebut dan di atas R dapat dinyatakan V = f(x, y)da R Di dalam koordinat kutub, persegi panjang kutub R mempunyai bentuk R = {(r, θ) : a r b, α θ β} di mana a dan β α 2π. Demikian pula, persamaan permukaan dapat ditulis sebagai z = f(x, y) = f(r cos θ, r sin θ) = F (r, θ) Kita akan menghitung volume V dengan cara baru yaitu dengan menggunakan koordinat kutub. Selanjutnya, kita akan membagi R menjadi partisi-partisi yang lebih kecil berbentuk persegi panjang kutub R 1, R 2,..., R n dengan menggunakan kisi kutub, dan 51

57 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n misalkan r k dan θ k menyatakan dimensi potongan R k. Luas A(R k ) dinyatakan dengan A(R k ) = r k r k θ k di mana r k adalah jari-jari rata-rata R k. Gambar 2.11: Partisi-partisi R Jadi, volumenya dapat dihitung V n F ( r k, θ k ) r k r k θ k k=1 Ketika kita menggunakan limit sebagai aturan pembagian partisi yang mendekati nol, maka kita akan memperoleh volume yang sebenarnya. Limit ini adalah sebuah integral lipat-dua. V = F (r, θ)r dr dθ = f(r cos θ, r sin θ)r dr dθ R R Dari uraian di atas, kita mempunyai dua rumus untuk V yaitu f(x, y)da = f(r cos θ, r sin θ)r dr dθ R R 52

58 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Contoh: Tentukan volume V dari benda padat di atas persegi panjang kutub (lihat gambar) R = { (r, θ) : 1 r 3, θ π } 4 dan di bawah permukaan z = e x2 +y 2. Penyelesaian: Karena x 2 + y 2 = r 2, maka V = e x2 +y 2 da = = R π/4 π/4 3 1 e r2 r dr dθ = π/4 [ 1 2 er2 ] 3 dθ (e9 e)dθ = π 8 (e9 e) 3181 Daerah Umum 1. Himpunan Sederhana-r Himpunan S dikatakan himpunan sederhana-r jika himpunan tersebut berbentuk S = {(r, θ) : φ 1 (θ) r φ 2 (θ), α θ β} 53

59 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Gambar 2.12: Himpunan Sederhana-r Maka volume V dapat dihitung V = θ=β r=φ 2 (θ) θ=α r=φ 1 (θ) f(r, θ)r dr dθ 2. Himpunan Sederhana-θ Himpunan S dikatakan himpunan sederhana-θ jika himpunan tersebut berbentuk S = {(r, θ) : a r b, ψ 1 (r) θ ψ 2 (r)} Gambar 2.13: Himpunan Sederhana-θ 54

60 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Maka volume V dapat dihitung V = r=b θ=ψ 2 (r) r=a θ=ψ 1 (r) f(r, θ)r dθ dr Contoh: Hitunglah S yda di mana S adalah daerah di kuadran pertama yang berada di luar lingkaran r = 2, serta di dalam kardioid r = 2(1 + cosθ) Penyelesaian: Karena S adalah himpunan sederhana-r, kita dapat menuliskan integral di atas sebagai integral kutub berulang dengan r sebagai peubah pengintegralan sebelah dalam. Di dalam pengintegralan sebelah dalam ini, θ dibuat tetap; pengintegralan dilakukan di sepanjang garis tebal (pada gambar) dari r = 2 sampai r = 2(1+cosθ). yda = π/2 2(1+cosθ) (rsinθ)r dr dθ S = 2 π/2 [ r 3 3 sinθ ] 2(1+cosθ) 2 dθ 55

61 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n = 8 3 π/2 [(1 + cosθ) 3 sinθ sinθ]dθ = 8 [ 1 ] π/2 3 4 (1 + cosθ)4 + cosθ = 8 [ 14 ] 3 + ( 4 + 1) = 22 3 Integral Probabilitas Pada materi ini, kita dapat membuktikan bahwa integral dari fungsi kepadatan peluang normal standar bernilai satu yaitu f(x)dx = 1 dengan f(x) = 1 2π e x2 /2 Pertama, kita akan menunjukkan bahwa I = Ingat kembali bahwa e x2 dx = π 2. I = b e x2 dx = lim e x2 dx b Misalkan V b merupakan volume benda padat yang terletak di bawah permukaan z = e x2 y 2 dan di atas bujursangkar dengan titik potong (±b, ±b), lihat gambar, maka 56

62 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n V b = = b b b b b e x2 y 2 dy dx = b e x2 dx b b e y2 dy = e x2 b b b e x2 dx e y2 dy dx 2 b = 4 b b e x2 dx 2 b adalah Ternyata volume daerah di bawah z = e x2 y 2 V = lim b V b = lim = 4 b 4 e x2 dx 2 b = 4I 2 dan di atas seluruh bidang xy e x2 dx 2 Di sisi lain, kita juga dapat menghitung V dengan menggunakan koordinat kutub. Di sini, V adalah limit ketika a dari V a, volume benda padat tersebut di bawah permukaan z = e x2 y 2 = e r2, di atas daerah melingkar berjari-jari a yang berpusat di titik asal (lihat gambar), maka 57

63 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n V = lim a V a = lim a = lim a 2π 1 = lim a 2 = lim a π 2π a [ 1 2 e r2 ] a dθ 2π [ 1 e a2] dθ [ 1 e a2] = π e r2 r dr dθ Dengan memasukkan kedua nilai yang diperoleh untuk V dengan menggunakan integral biasa dan integral dalam koordinat kutub di atas, akan dihasilkan 4I 2 = π atau I = 1 2 π. Selanjutnya, setelah diperoleh I = e x2 dx = π, akan ditunjukkan bahwa 2 1 2π e x2 /2 dx = 1 58

64 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Berdasarkan sifat simetri, 1 2π e x2 /2 dx = 2 1 e x2 /2 dx 2π Lakukan substitusi u = tetap sama sehingga kita memperoleh x 2 sehingga dx = 2du. Batas-batas pada integral 1 2π e x2 /2 dx = 2 1 e u2 2du 2π = 2 2 e u2 du 2π = 2 2 2π π 2 = 1 Jadi terbukti bahwa integral dari fungsi kepadatan peluang normal standar bernilai satu. 59

65 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Latihan Hitung integral-integral berulang berikut a. b. π/2 cos θ π 1 cos θ r 2 sin θ dr dθ r sin θ dr dθ 2. Tentukan luas daerah S dengan menghitung r dr dθ dan sketsa daerah tersebut terlebih dahulu S a. S adalah daerah di dalam lingkaran r = 4 cos θ dan di luar lingkaran r = 2 b. S adalah daerah di luar lingkaran r = 2 dan di dalam lemniskat r 2 = 9 cos 2θ 3. Hitung integral berikut dengan menggunakan koordinat kutub dan sketsa daerah pengintegralannya terlebih dahulu a. e x2 +y 2 da, di mana S adalah daerah yang dibatasi oleh x 2 + y 2 = 4 S S b. 4 x2 y 2 da, di mana S adalah sektor kuadran pertama dari lingkaran x 2 + y 2 = 4 di antara y = dan y = x 6

66 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n 2.5 Penerapan Integral Lipat-Dua Penerapan lain dari integral lipat-dua antara lain adalah menghitung pusat massa, momen inersia, dan luas permukaan. Tinjaulah sebuah lembaran tipis yang sedemikian tipisnya sehingga kita dapat memandangnya sebagai objek berdimensi dua, kita menyebut lembaran ini lamina. Di sini, kita akan mempelajari lamina-lamina dengan berbagai kerapatan, yaitu lamina yang terbuat dari material tak-homogen. Gambar 2.14: Lamina Andaikan sebuah lamina menutupi sebuah daerah S pada bidang xy, dan misalkan kerapatan (massa per satuan luas) di (x, y) disimbolkan dengan δ(x, y). Daerah S dipartisi menjadi persegi panjang-persegi panjang kecil R 1, R 2,..., R k seperti ditunjukkan pada Gambar Ambil sebuah titik ( x k, ȳ k ) pada R k. Gambar 2.15: Partisi Lamina Maka massa R k secara hampiran adalah δ( x k, ȳ k )A(R k ), dan massa total la- 61

67 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n mina tersebut secara hampiran adalah m n δ( x k, ȳ k )A(R k ) k=1 Massa sebenarnya, m diperoleh dengan mengambil limit rumus di atas sebagai norma partisi mendekati nol, yang tentu saja merupakan sebuah integral lipat dua m = δ(x, y)da S Contoh 1: Sebuah lamina dengan kerapatan δ(x, y) = xy dibatasi oleh sumbu x, garis x = 8, dan kurva y = x 2/3. Tentukan massa totalnya. Penyelesaian: m = xy da = 8 x 2/3 xy dy dx = S 8 = 1 2 [ xy 2 2 ] x 2/3 dx = 1 2 [ ] x1/3 = x 7/3 dx =

68 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Pusat Massa Jika m 1, m 2,..., m n berturut-turut adalah kumpulan titik-titik massa yang masing-masing terletak di (x 1, y 1 ), (x 2, y 2 ),..., (x n, y n ), maka momen total terhadap sumbu y dan sumbu x dapat dinyatakan dengan M y = n x k m k M x = k=1 n y k m k k=1 Lebih lanjut, koordinat ( x, ȳ) dari pusat massa (titik keseimbangan) adalah x = M y m = n x k m k k=1 n m k k=1 ȳ = M x m = n y k m k k=1 n m k k=1 Sekarang perhatikan sebuah lamina dengan kerapatan berupa peubah δ(x, y) yang melingkupi daerah S pada bidang xy (Gambar 2.14). Buat partisi seperti pada Gambar 2.15 dan asumsikan sebagai sebuah hampiran bahwa suatu massa dari setiap R k terpusat di ( x k, ȳ k ), k = 1, 2,..., n. Gunakan limitnya sebagai suatu aturan pembagian partisi yang mendekati nol. Cara ini menghasilkan rumus umum, x = M y m = xδ(x, y)da S δ(x, y)da S ȳ = M x m = yδ(x, y)da S δ(x, y)da S Contoh 2: Tentukan pusat massa dari lamina pada Contoh 1. Penyelesaian: Pada Contoh 1, kita telah mendapatkan massa m dari lamina yaitu Momen M y dan M x yang mengacu pada sumbu y dan sumbu x adalah 63

69 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n M y = xδ(x, y)da = 8 x 2/3 x 2 y dy dx = 1 2 S 8 M x = = 1 3 S 8 x 1/3 dx = yδ(x, y)da = x 3 dx = = x 2/3 xy 2 dy dx = Maka x = M y m = = 6.15 ȳ = M x m = 22 9 = 2.22 Momen Inersia Dari pelajaran fisika kita pelajari bahwa energi kinetik, KE, dari sebuah partikel dengan massa m, dan kecepatan v, yang bergerak dalam sebuah garis lurus dirumuskan dengan KE = 1 2 mv2 (2.3) Jika suatu partikel tidak bergerak dalam sebuah garis lurus tetapi berputar dalam sebuah sumbu dengan kecepatan sudut sebesar ω radian per satuan waktu, maka kecepatan linearnya adalah v = rω, di mana r adalah jari-jari dari lintasan perputarannya. Ketika kita mensubstitusikan ini ke dalam (2.3), maka kita akan memperoleh KE = 1 2 (r2 m)ω 2 Suku r 2 m disebut momen inersia dari suatu partikel dan dilambangkan de- 64

70 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n ngan I. Jadi, untuk sebuah partikel yang berputar KE = 1 2 Iω2 (2.4) Kita simpulkan dari (2.3) dan (2.4) bahwa momen inersia dari benda dalam gerak berputar memainkan peranan yang serupa dengan massa benda dengan gerak linear. Untuk sebuah sistem dengan n partikel pada suatu bidang dengan massa m 1, m 2,..., m n dan pada jarak-jarak r 1, r 2,..., r n dari garis L, maka momen inersia sistem terhadap L didefinisikan sebagai I = m 1 r m 2 r m n r 2 n = n m k rk 2 k=1 Dengan kata lain, kita melakukan penjumlahan momen inersia dari setiap partikel. Misalkan sebuah lamina dengan kerapatan δ(x, y) yang melingkupi daerah S pada bidang xy. Jika kita mempunyai partisi S, membuat hampiran untuk momen inersia dari setiap bagian R k, menjumlahkan dan menentukan limitnya, maka akan diperoleh rumus-rumus berikut. Momen inersia (disebut juga momen kedua) dari suatu lamina terhadap sumbu x, sumbu y, dan sumbu z dinyatakan dengan I x = y 2 δ(x, y)da I y = x 2 δ(x, y)da S I z = (x 2 + y 2 )δ(x, y)da = I x + I y S S Contoh 3: Tentukan momen inersia terhadap sumbu x, y, dan z dari lamina pada Contoh 1. Penyelesaian: 65

71 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n I x = S I y = xy 3 da = x 3 yda = 8 8 x 2/3 x 2/3 xy 3 dy dx = x 11/3 dx = x 13/3 dx = S I z = I x + I y = x 3 y dy dx = Luas Permukaan Pada materi ini, kita akan membahas mengenai luas permukaan yang didefinisikan dengan z = f(x, y) atas sebuah daerah spesifik. Andaikan G adalah permukaan atas sebuah daerah S yang tertutup dan terbatas pada bidang xy. Asumsikan bahwa f mempunyai turunan-turunan parsial pertama kontinu f x dan f y. Kita akan mulai dengan membuat partisi P pada daerah S dengan garis-garis sejajar dengan sumbu x dan sumbu y (Gambar 2.16 kiri). Misalkan R m, m = 1, 2,..., n, menyatakan persegi panjang-persegi panjang yang dihasilkan dan terletak sepenuhnya di dalam S. Untuk setiap m, misalkan G m adalah bagian dari permukaan yang diproyeksikan ke R m, dan misalkan P m adalah suatu titik dari G m yang diproyeksikan ke sudut R m dengan koordinat x dan koordinat y yang terkecil. Misalkan T m menyatakan suatu jajaran genjang dari bidang singgung di P m yang diproyeksikan ke R m, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16 kiri, dan perincian selanjutnya ditunjukkan pada Gambar 2.16 kanan. Selanjutnya, kita mencari luas jajaran genjang T m yang proyeksinya adalah R m. Misalkan u m dan v m menyatakan vektor-vektor yang membentuk sisi-sisi T m. Maka, u m = x m i + f x (x m, y m ) x m k v m = y m j + f y (x m, y m ) y m k 66

72 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Gambar 2.16: Partisi P pada Daerah S Luas jajaran genjang T m adalah u m v m di mana i j k u m v m = x m f x (x m, y m ) x m y m f y (x m, y m ) y m = ( f x (x m, y m ) x m y m )i (f y (x m, y m ) x m y m )j + ( x m y m )k = x m y m [ f x (x m, y m )i f y (x m, y m )j + k] = A(R m )[ f x (x m, y m )i f y (x m, y m )j + k] Dengan demikian, luas T m adalah A(T m ) = u m v m = A(R m ) [f x (x m, y m )] 2 + [f y (x m, y m )] Kemudian, jumlahkan luas dari bidang-bidang singgung jajaran genjang T m 67

73 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n ini, m = 1, 2,..., n, dan ambil limitnya agar diperoleh luas permukaan G. A(G) = lim P m=1 = lim = P S n A(T m ) [f x (x m, y m )] 2 + [f y (x m, y m )] 2 + 1A(R m ) [f x (x m, y m )] 2 + [f y (x m, y m )] 2 + 1dA Singkatnya, A(G) = S f 2 x + f 2 y + 1dA Gambar 2.16 dibuat seolah-olah daerah S pada bidang xy adalah sebuah persegi panjang, tapi prakteknya tidak selalu demikian. Gambar 2.17 berikut memperlihatkan apa yang terjadi ketika S bukan merupakan sebuah persegi panjang. Gambar 2.17: S bukan Persegi Panjang Contoh 1: Jika S adalah daerah persegi panjang pada bidang xy yang dibatasi oleh garis x =, x = 1, y =, dan y = 2, tentukan luas dari bagian permukaan silindris z = 4 x 2 yang diproyeksikan ke S. 68

74 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Penyelesaian: Misalkan f(x, y) = 4 x 2. Maka f x = x 4 x 2, f y =, dan A(G) = = S 1 2 fx 2 + fy 2 + 1dA = 1 2 dy dx = 4 4 x 2 S x 2 4 x + 1dA = 2 S 2 4 x 2 da 1 [ dx = 4 sin 1 x ] 1 = 2π 4 x Contoh 2: Tentukan luas permukaan z = x 2 + y 2 di bawah bidang z = 9. Penyelesaian: Bagian G (yang diarsir) dari permukaan tersebut diproyeksikan ke daerah melingkar S di dalam lingkaran x 2 +y 2 = 9. Misalkan f(x, y) = x 2 +y 2. Maka f x = 2x, f y = 2y, 69

75 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n dan A(G) = 4x2 + 4y 2 + 1dA Bentuk S menyarankan kita untuk menggunakan koordinat kutub. A(G) = = = 2π 3 2π 2π 1 8 S 4r2 + 1r dr dθ [ ] (4r2 + 1) 3/2 dθ 1 12 (373/2 1)dθ = π 6 (373/2 1)

76 BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n Latihan Tentukan massa m dan pusat massa ( x, ȳ) dari lamina yang dibatasi kurvakurva berikut dengan kerapatan yang diberikan. a. x =, x = 4, y =, y = 3; δ(x, y) = y + 1 b. y = e x, y =, x =, x = 1; δ(x, y) = 2 x + y 2. Tunjukkan bahwa momen inersia dari sebuah lamina persegi panjang homogen dengan panjang sisi a dan b terhadap sumbu tegak lurus melalui pusat massanya adalah I = 1 12 (a3 b + ab 3 ) Di sini k adalah konstanta kerapatan. 3. Sketsalah daerah-daerah berikut dan hitung luas permukaannya. a. Bagian dari permukaan z = 4 y 2 yang tepat berada di atas bujursangkar pada bidang xy dengan verteks-verteks (1, ), (2, ), (2, 1), dan (1, 1). b. Bagian dari permukaan z = 4 y 2 pada oktan pertama yang tepat berada di atas lingkaran x 2 + y 2 = 4 pada bidang xy. c. Bagian dari bola x 2 +y 2 +z 2 = a 2 di dalam silinder lingkaran x 2 +y 2 = ay (r = asinθ pada koordinat kutub), a >. 71

77 BAB 3 Kalkulus Vektor 3.1 Medan Vektor Perhatikan sebuah fungsi F yang menghubungkan sebuah vektor F(p) dengan setiap titik p dalam ruang berdimensi-n. Contoh yang khas dalam ruang berdimensi dua adalah F(p) = F(x, y) = 1 2 yi xj Berdasarkan sejarahnya, kita menyebut fungsi seperti ini sebagai medan vektor. Bayangkan setiap titik p pada sebuah daerah ruang dikenai sebuah vektor F(p) yang memancar dari p. Kita tidak dapat menggambar seluruh vektor ini, tetapi sebuah contoh yang cukup mewakili dapat memberikan gambaran pemahaman yang baik tentang medan vektor. Gambar 3.1 merupakan gambaran untuk medan vektor F(x, y) = 1yi + 1xj. 2 2 Gambar 3.1: Medan Vektor F(p) 72

78 BAB 3 : Kalkulus Vektor Medan vektor ini merupakan medan kecepatan dari putaran roda pada laju konstan sebesar 1 radian per satuan waktu (lihat Contoh). 2 Contoh: Tunjukkan bahwa setiap vektor dari medan vektor F (x, y) = 1 2 yi xj menyinggung sebuah lingkaran yang berpusat di titik asal dan mempunyai panjang setengah jari-jari lingkaran tersebut. Penyelesaian: Jika r = xi + yj adalah vektor posisi dari titik (x, y), maka r.f(x, y) = 1 2 xy xy = Jadi, F(x, y) tegak lurus terhadap r, dan dengan demikian menyinggung lingkaran yang berjari-jari r tersebut. Maka F(x, y) = ( 1 ) 2 ( ) y + 2 x = 1 r 2 Gradien dari Medan Skalar Misalkan f(x, y, z) menentukan sebuah medan skalar dan andaikan f dapat didiferensialkan. vektor yang dinyatakan dengan Maka gradien dari f, dilambangkan dengan f, adalah medan F(x, y, z) = f(x, y, z) = f x i + f y j + f z k Sebuah medan vektor F yang merupakan gradien dari medan skalar f disebut medan vektor konservatif, dan f adalah fungsi potensial-nya. 73

79 BAB 3 : Kalkulus Vektor Contoh: Misalkan F adalah gaya yang dihasilkan dari hukum kuadrat invers, yakni, misalkan F(x, y, z) = c r r = c xi + yj + zk 3 (x 2 + y 2 + z 2 ) 3/2 di mana c adalah konstanta. Tunjukkan bahwa f(x, y, z) = c (x 2 + y 2 + z 2 ) 1/2 = c(x2 + y 2 + z 2 ) 1/2 adalah fungsi potensial untuk F, dan oleh karenanya F bersifat konservatif (untuk r ). Penyelesaian: f(x, y, z) = f x i + f y j + f z k = c 2 (x2 + y 2 + z 2 ) 3/2 (2xi + 2yj + 2zk) = F(x, y, z) 74

80 BAB 3 : Kalkulus Vektor Latihan Tentukan f a. f(x, y, z) = x 2 3xy + 2z b. f(x, y, z) = sin(xyz) c. f(x, y, z) = y 2 e 2z 2. Sebuah benda dengan massa m, yang berputar dalam orbit melingkar dengan kecepatan sudut yang konstan ω, dikenai gaya sentrifugal yang dinyatakan dengan F(x, y, z) = mω 2 r = mω 2 (xi + yj + zk) Tunjukkan bahwa f(x, y, z) = 1 2 mω2 (x 2 + y 2 + z 2 ) adalah sebuah fungsi potensial untuk F. 75

81 BAB 3 : Kalkulus Vektor 3.2 Integral Garis Salah satu jenis generalisasi integral tentu b a f(x)dx diperoleh dengan menggantikan himpunan [a, b] yang kita integralkan menjadi himpunan berdimensi dua dan berdimensi tiga. Generalisasi yang benar-benar berbeda diperoleh dengan menggantikan [a, b] dengan kurva C pada bidang xy. Integral yang dihasilkan f(x, y)ds disebut C integral garis atau integral kurva. Misalkan C adalah sebuah kurva bidang mulus; dalam hal ini, misalkan C dinyatakan secara parametris dengan x = x(t), y = y(t), a t b di mana x dan y kontinu dan tidak secara simultan nol pada (a, b). Kita mengatakan bahwa C berorientasi positif jika arahnya berhubungan dengan peningkatan nilai-nilai t. Andaikan C berorientasi positif dan C hanya dapat ditelusuri sekali ketika t berubah dari a ke b. Jadi, C mempunyai titik awal A = (x(a), y(a)), dan titik akhir B = (x(b), y(b)). Perhatikan pembagian partisi P dari selang parameter [a, b] yang diperoleh dengan memasukkan titik-titik a = t < t 1 < t 2 <... < t n = b Partisi dari [a, b] ini menghasilkan pembagian kurva C menjadi n subbusur P i 1 P i di mana titik P i berhubungan dengan t i. Gambar 3.2: Partisi P 76

82 BAB 3 : Kalkulus Vektor Misalkan s i melambangkan panjang busur P i 1 P i dan misalkan P merupakan aturan untuk mempartisi P ; yaitu misalkan P adalah t i terbesar = t i t i 1. Pilih sebuah titik contoh Q i ( x i, ȳ i ) pada subbusur P i 1 P i. Selanjutnya, lihat jumlah Riemann n f( x i, ȳ i ) s i i=1 Jika f taknegatif, jumlah ini akan menghampiri luas tirai vertikal melengkung yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 3.3: Tirai Vertikal Melengkung Jika f kontinu pada daerah D yang mengandung kurva C, maka jumlah Riemann ini memiliki sebuah limit ketika P. Limit ini disebut integral garis dari f di sepanjang C dari A ke B terhadap panjang busur, dalam hal ini C f(x, y)ds = lim P n f( x i, ȳ i ) s i i=1 Untuk f(x, y), fungsi tersebut mewakili luas eksak dari tirai melengkung pada Gambar 3.3. Hasil perhitungan terbaik dapat dicapai dengan menyatakan segala sesuatunya dengan menggunakan parameter t dan menghasilkan integral tentu 77

DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I

DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I Oleh Atina Ahdika, S.Si, M.Si Ayundyah Kesumawati, S.Si, M.Si (Program Studi Statistika) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 214/215

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n A. Fungsi Dua Variabel atau Lebih Dalam subbab ini, fungsi dua variabel atau lebih dikaji dari tiga sudut pandang: secara verbal (melalui uraian dalam kata-kata) secara aljabar

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange Pertemuan Minggu ke-11 1. Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange 1. BIDANG SINGGUNG, HAMPIRAN Tujuan mempelajari: memperoleh persamaan bidang singgung terhadap permukaan z

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Maksimum, Minimum, dan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Titik Kritis Misalkan p = (x, y) adalah sebuah titik peubah dan p 0 = (x 0, y 0 ) adalah sebuah titik tetap pada bidang berdimensi dua

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu ke Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai

Pertemuan Minggu ke Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai Pertemuan Minggu ke-10 1. Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai 1. Keterdiferensialan Pada fungsi satu peubah, keterdiferensialan f di x berarti keujudan derivatif f (x).

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I dan Gradien dan Gradien Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia dan Gradien Turunan-turunan parsial f x (x, y) dan f y (x, y) mengukur laju perubahan (dan kemiringan garis singgung) pada arah sejajar

Lebih terperinci

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n 1. FUNGSI DUA PEUBAH ATAU LEBIH fungsi bernilai riil dari peubah riil, fungsi bernilai vektor dari peubah riil Fungsi bernilai riil dari dua peubah riil yakni, fungsi

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I dan Fungsi Implisit dan Fungsi Implisit Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia dan Fungsi Implisit Ingat kembali aturan rantai pada fungsi satu peubah! Jika y = f (x(t)), di mana baik f maupun t

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah [MA114] Sistem Koordinat Kuadran II Kuadran I P(,) z P(,,z) Kuadran III Kuadran IV R (Bidang) Oktan 1 R 3 (Ruang) 7/6/007

Lebih terperinci

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n Kalkulus II Diferensial dalam ruang berdimensi n Minggu ke-9 DIFERENSIAL DALAM RUANG BERDIMENSI-n 1. Fungsi Dua Peubah atau Lebih 2. Diferensial Parsial 3. Limit dan Kekontinuan 1. Fungsi Dua Peubah atau

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I atas Persegi Panjang Integral dalam uang Berdimensi n: atas Persegi Panjang Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 2014 atas Persegi Panjang Sifat-Sifat Perhitungan pada Masalah-masalah yang dipecahkan

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Integral Lipat-Dua dalam Koordinat Kutub Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 214 / 2 Integral Lipat-Dua dalam Koordinat Kutub Terdapat beberapa kurva tertentu pada suatu

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Definisi KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-7) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Definisi 1 Definisi 2 ontoh Soal Definisi Integral Garis Fungsi f K R 2 R di Sepanjang Kurva

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 214 Salah satu jenis generalisasi integral tentu b f (x)dx diperoleh dengan menggantikan himpunan [a, b] yang kita integralkan menjadi himpunan berdimensi dua

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Salah satu jenis generalisasi integral tentu b f (x)dx diperoleh dengan menggantikan himpunan [a, b] yang kita integralkan menjadi himpunan berdimensi dua dan

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Integral Lipat-Dua dalam Koordinat Kutub Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Terdapat beberapa kurva tertentu pada suatu bidang yang lebih mudah dijelaskan dengan menggunakan koordinat Kutub.

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Keterdiferensialan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Fungsi y = f (x) terdiferensialkan di titik x 0 jika f (x 0 + h) f (x 0 ) lim = f (x 0 ) h 0 ( h ) f (x0 + h) f (x 0 ) lim f (x 0 ) = 0 h

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II KALKULUS MULTIVARIABEL II Integral Garis Medan Vektor dan (Minggu ke-8) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia 1 Integral Garis Medan Vektor 2 Terkait Lintasan Teorema Fundamental untuk

Lebih terperinci

Pengoptimalan fungsi dua peubah Secara geometri diferensial

Pengoptimalan fungsi dua peubah Secara geometri diferensial Pengoptimalan fungsi dua peubah Secara geometri diferensial Drs. Johannes P. Mataniari FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu peubah

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I atas Persegi Panjang Integral dalam uang Berdimensi n: atas Persegi Panjang Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia atas Persegi Panjang Masalah-masalah yang dipecahkan dengan menggunakan integral

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 4 April 2014

Hendra Gunawan. 4 April 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2013/2014 4 April 2014 Kuliah yang Lalu 12.1 Fungsi dua (atau lebih) peubah 12.2 Turunan Parsial 12.3 Limit dan Kekontinuan 12.4 Turunan fungsi dua peubah

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Penerapan Integral Lipat-Dua Atina Ahdika,.i, M.i tatistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 214 Penerapan Integral Lipat-Dua Penerapan Integral Lipat-Dua Penerapan lain dari integral lipat-dua antara

Lebih terperinci

1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih

1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih ] 1 Pada Bab 1 ini akan dibahas antara lain sebagai berikut. 1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih Tema sentral dari bab ini adalah kalkulus dari fungsi peubah

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT INTEGRAL LIPAT

SIFAT-SIFAT INTEGRAL LIPAT TUGAS KALKULUS LANJUT SIFAT-SIFAT INTEGAL LIPAT Oleh: KAMELIANI 46 JUUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA AN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVESITAS NEGEI MAKASSA 4 SIFAT-SIFAT INTEGAL LIPAT A. SIFAT-SIFAT INTEGAL

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 KALKULUS ELEMENTER I BAB III. TURUNAN

Catatan Kuliah MA1123 KALKULUS ELEMENTER I BAB III. TURUNAN BAB III. TURUNAN Kecepatan Sesaat dan Gradien Garis Singgung Turunan dan Hubungannya dengan Kekontinuan Aturan Dasar Turunan Notasi Leibniz dan Turunan Tingkat Tinggi Penurunan Implisit Laju yang Berkaitan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70 Matematika I: APLIKASI TURUNAN Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 70 Outline 1 Maksimum dan Minimum Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 70 Outline

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2016/2017 15 Maret 2017 Kuliah yang Lalu 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kurva di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1

Lebih terperinci

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA-UPI BANDUNG HAND OUT TURUNAN DAN DIFERENSIASI OLEH: FIRDAUS-UPI 0716 1. GARIS SINGGUNG 1.1 Definisi Misalkan fungsi f kontinu di c. Garis singgung ( tangent line )

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran. January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran. January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd IDENTITAS MAHASISWA NAMA : KLS/NIM :. KELOMPOK:. A l f i a n i A t h m a P u t r i R

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Pada Bidang Bentuk Vektor dari KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-9) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Pada Bidang Bentuk Vektor dari 1 Definisi Daerah Sederhana x 2 Pada Bidang

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x,y) pada = {(x,y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

Kuliah 3: TURUNAN. Indah Yanti

Kuliah 3: TURUNAN. Indah Yanti Kuliah 3: TURUNAN Indah Yanti Turunan Parsial DEFINISI Misalkan fungsi f: A R, dengan A R n adalah himpunan buka. Untuk setiap x = (x 1,..., x n ) A dan setiap j = 1,..., n limit f x j x 1,, x n f x 1,,

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN PEANGKAT PEMBELAJAAN MATA KULIAH KODE : KALKULUS LANJUT : MKK415515 DOSEN PENGAMPU : ISNA FAAHSANTI, M.Pd. POGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGUUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVESITAS VETEAN BANGUN

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22 TERAPAN INTEGRAL Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 22 Topik Bahasan 1 Luas Daerah Bidang Rata 2 Nilai Rataan Fungsi (Departemen Matematika

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi periodizer kutub tersebut dapat dituliskan pula sebagai: p θ, N, θ 0 = π N N.0 n= n sin Nn θ θ 0. () f p θ, N, θ 0 = π N N j= j sin Nj θ θ 0 diperoleh dengan menyubstitusi variabel θ pada f θ =

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim h 0 f ( x h) f( x) h KELAS : XI MIA SEMESTER : (DUA) SMA Santa Angela Bandung Tahun Pelajaran 06-07 XI MIA Semester Tahun Pelajaran 06 07 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd IDENTITAS MAHASISWA NAMA : KLS/NIM :. KELOMPOK:. Daftar Isi Kata Pengantar Peta Konsep Materi. BAB I Analisis Vektor a. Vektor Pada Bidang.6

Lebih terperinci

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Kalkulus Differensial dan Integral sangat luas penggunaannya dalam berbagai bidang seperti penentuan maksimum dan minimum. Suatu fungsi yang sering digunakan mahasiswa

Lebih terperinci

Turunan Fungsi dan Aplikasinya

Turunan Fungsi dan Aplikasinya Bab 8 Sumber: www.duniacyber.com Turunan Fungsi dan Aplikasinya Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, sifat, dan aturan dalam perhitungan turunan fungsi; menggunakan turunan

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

DERIVATIVE Arum Handini primandari

DERIVATIVE Arum Handini primandari DERIVATIVE Arum Handini primandari INTRODUCTION Calculus adalah perubahan matematis, alat utama dalam studi perubahan adalah prosedur yang disebut differentiation (deferensial/turunan) Calculus dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

5. Aplikasi Turunan MA1114 KALKULUS I 1

5. Aplikasi Turunan MA1114 KALKULUS I 1 5. Aplikasi Turunan MA4 KALKULUS I 5. Menggambar grafik fungsi Informasi yang dibutuhkan: A. Titik potong dengan sumbu dan sumbu y B. Asimtot fungsi C. Kemonotonan Fungsi D. Ekstrim Fungsi E. Kecekungan

Lebih terperinci

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor ANALISIS VEKTOR Aljabar Vektor Operasi vektor Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran

Lebih terperinci

Pertemuan : 4 Materi : Fungsi Bernilai Vektor dan Gerak Sepanjang Kurva Bab II. Diferensial Kalkulus Dari Vektor

Pertemuan : 4 Materi : Fungsi Bernilai Vektor dan Gerak Sepanjang Kurva Bab II. Diferensial Kalkulus Dari Vektor Pertemuan : 4 Materi : Fungsi Bernilai Vektor dan Gerak Sepanjang Kurva Bab II. Diferensial Kalkulus Dari Vektor Standar Kompetensi : Setelah mengikuti perkuliahaan ini mahasiswa diharapkan dapat : 1.

Lebih terperinci

BAB III Diferensial. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia

BAB III Diferensial. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia BAB III Diferensial Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia BAB III. TURUNAN Kecepatan Sesaat dan Gradien Garis Singgung Turunan dan Hubungannya dengan Kekontinuan Aturan Dasar Turunan Notasi Leibniz

Lebih terperinci

Pertemuan : 7 Materi : Integral Garis dan Teorema Dasar Integral Garis Bab III. Integral Kalkulus Dari Vektor

Pertemuan : 7 Materi : Integral Garis dan Teorema Dasar Integral Garis Bab III. Integral Kalkulus Dari Vektor Pertemuan : 7 Materi : Integral Garis dan Teorema Dasar Integral Garis Bab III. Integral Kalkulus Dari Vektor Standar Kompetensi : 1. Memahami Integral Kalkulus dari Vektor. 2. Memahami Integral Garis,

Lebih terperinci

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Fungsi Variabel Banyak Bernilai Real Turunan Parsial dan Turunan Wono Setya Budhi KK Analisis dan Geometri, FMIPA ITB Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Turunan Parsial dan Turunan Usaha pertama untuk

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim h 0 f ( x h) f( x) h KELAS : XII IIS SEMESTER GANJIL SMA Santa Angela Bandung Tahun Pelajaran 017/018 XII IIS Semester 1 Tahun Pelajaran 017/018 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI

Lebih terperinci

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )=

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )= Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ()= (+) () Penyusun Zulfaneti Yulia Haryono Rina Febriana Nama NIm : : Untuk ilmu yang bermanfaat Untuk Harapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa pengertian dari optimasi bersyarat dengan kendala persamaan menggunakan multiplier lagrange serta penerapannya yang akan digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

TIM MATEMATIKA DASAR I

TIM MATEMATIKA DASAR I MATEMATIKA DASAR I DIKTAT KULIAH DISUSUN OLEH TIM MATEMATIKA DASAR I FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2013 KATA PENGANTAR Mata kuliah Matematika Dasar merupakan mata kuliah dasar yang diwajibkan

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Non Linear Fungsi non-linier merupakan bagian yang penting dalam matematika untuk ekonomi, karena pada umumnya fungsi-fungsi yang menghubungkan variabel-variabel ekonomi

Lebih terperinci

Kalkulus II. Institut Teknologi Kalimantan

Kalkulus II. Institut Teknologi Kalimantan Tim Dosen Kalkulus II Tahun Persiapan Bersama Institut Kalkulus Teknologi II Kalimantan January 31, () 2018 1 / 71 Kalkulus II Tim Dosen Kalkulus II Tahun Persiapan Bersama Institut Teknologi Kalimantan

Lebih terperinci

INTEGRAL. disebut integral tak tentu dan f(x) disebut integran. = X n+1 + C, a = konstanta

INTEGRAL. disebut integral tak tentu dan f(x) disebut integran. = X n+1 + C, a = konstanta INTEGRAL Jika f(x) = F (x) adalah turunan pertama dari fungsi F(x) maka F(x) adalah antiturunan dari f(x)dan ditulis dengan F(x) = (dibaca integral f(x) terhadap x) = lambang integral, f(x) = integran.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA

BAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA 142 LAMPIRAN III BAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA Pernahkan kamu melempar sebuah bola tenis atau bola voli ke atas? Apa lintasan yang terbuat dari lemparan bola tersebut ketika bola itu jatuh

Lebih terperinci

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Fungsi Peubah Banak Prof. Dr. Bambang Soedijono PENDAHULUAN D alam modul ini dibahas masalah Fungsi Peubah Banak. Dengan sendirina para pengguna modul ini dituntut telah menguasai pengertian mengenai

Lebih terperinci

Bab 2 Fungsi Analitik

Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 ini direncanakan akan disampaikan dalam 4 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: () Pertemuan I: Fungsi Kompleks dan Pemetaan. (2) Pertemuan II: Limit Fungsi, Kekontiuan,

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018 Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 07/08 -. Jika diketahui x = 8, y = 5 dan z = 8, maka nilai dari x y z adalah.... (a) 0 (b) 00 (c) 500 (d) 750 (e)

Lebih terperinci

Pertemuan : 9 Materi : Teorema Green Bab IV. Teorema Green, Teorema Divergensi Gauss, dan Teorema Stokes

Pertemuan : 9 Materi : Teorema Green Bab IV. Teorema Green, Teorema Divergensi Gauss, dan Teorema Stokes Pertemuan : 9 Materi : Teorema Green Bab IV. Teorema Green, Teorema Divergensi Gauss, dan Teorema Stokes Standar Kompetensi : 1. Memahami Teorema Green Kompetensi Dasar : 1. Menyebutkan kembali pengertian

Lebih terperinci

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG BAB I VEKTOR DALAM BIDANG I. KURVA BIDANG : Penyajian secara parameter Suatu kurva bidang ditentukan oleh sepasang persamaan parameter. ; dalam I dan kontinue pada selang I, yang pada umumnya sebuah selang

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1986

Matematika EBTANAS Tahun 1986 Matematika EBTANAS Tahun 986 EBT-SMA-86- Bila diketahui A = { x x bilangan prima < }, B = { x x bilangan ganjil < }, maka eleman A B =.. 3 7 9 EBT-SMA-86- Bila matriks A berordo 3 dan matriks B berordo

Lebih terperinci

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2 Kurikulum 3/6 matematika K e l a s XI APLIKASI TURUNAN ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Dapat menerapkan aturan turunan aljabar untuk

Lebih terperinci

BAB VI INTEGRAL LIPAT

BAB VI INTEGRAL LIPAT BAB VI INTEGRAL LIPAT 6.1 Pendahuluan Pada kalkulus dan fisika dasar, kita melihat sejumlah pemakaian integral misal untuk mencari luasan, volume, massa, momen inersia, dsb.nya. Dalam bab ini kita ingin

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

Materi UTS. Matematika Optimisasi. Semester Gasal Pengajar: Hazrul Iswadi

Materi UTS. Matematika Optimisasi. Semester Gasal Pengajar: Hazrul Iswadi Materi UTS Matematika Optimisasi Semester Gasal 6-7 Pengajar: Hazrul Iswadi Daftar Isi Pendahuluan...hal Pertemuan...hal - Pertemuan...hal - 9 Pertemuan...hal - 5 Pertemuan 4...hal 6 - Pertemuan 5...hal

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 11 April 2014

Hendra Gunawan. 11 April 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan emester II, 2013/2014 11 April 2014 Kuliah ang Lalu 12.1 Fungsi dua (atau lebih) peubah 12.2 Turunan Parsial 12.3 Limitdan Kekontinuan 12.4 Turunan fungsi dua peubah

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI2101 Fisika Matematik IA

Catatan Kuliah FI2101 Fisika Matematik IA Khairul Basar atatan Kuliah FI2101 Fisika Matematik IA Semester I 2015-2016 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Bab 6 Analisa Vektor 6.1 Perkalian Vektor Pada bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan BAGIAN KEDUA Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan 51 52 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 53 6. FUNGSI 6.1 Fungsi dan Grafiknya Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried Wilhelm von Leibniz

Lebih terperinci

SRI REDJEKI KALKULUS I

SRI REDJEKI KALKULUS I SRI REDJEKI KALKULUS I KLASIFIKASI BILANGAN RIIL n Bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli : n 1, 2, 3, 4, 5,. n n Bilangan asli membentuk himpunan bagian dari klas himpunan bilangan yang lebih

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012 Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 01 Tanggal Ujian: 13 Juni 01 1. Lingkaran (x + 6) + (y + 1) 5 menyinggung garis y 4 di titik... A. ( -6, 4 ). ( -1, 4 ) E. ( 5, 4 ) B. ( 6, 4) D. ( 1, 4 )

Lebih terperinci

DIFERENSIAL TOTAL. 1 Kalkulus Lanjut Blog: aswhat.wordpress.com. dz dx dy x y dx x y dy. dz , ,04 0,65

DIFERENSIAL TOTAL. 1 Kalkulus Lanjut   Blog: aswhat.wordpress.com. dz dx dy x y dx x y dy. dz , ,04 0,65 DIFERENSIAL TOTAL 1. Pendahuluan Ingat kembali konsep diferensial pada fungsi satu variabel y = f(x). suatu diferensial dx terhadap variabel bebas didefinisikan sebagai: dy = f (x) dx selanjutnya, misalkan

Lebih terperinci

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR A. Pengertian Turunan dari fungsi y f () Laju rata-rata perubahan fungsi dalam interval antara a dan a h adalah : y f( a h) f( a) f ( a h) f( a) = = (dengan syarat

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 5. Kalkulus Diferensial 5.1 Konsep Turunan Beberapa Definisi yang Setara Kekontinuan dan Keterdiferensialan secara Kontinu 5.2 Sifat-Sifat

Lebih terperinci

Suryadi Siregar Metode Matematika Astronomi 2

Suryadi Siregar Metode Matematika Astronomi 2 Suryadi Siregar Metode Matematika Astronomi Bab 4 Integral Garis dan Teorema Green 4. Integral Garis Definisi : Misal suatu lintasan dalam ruang dimensi m pada interval [a,b]. Andaikan adalah medan vektor

Lebih terperinci

5.1 Menggambar grafik fungsi

5.1 Menggambar grafik fungsi 5. Aplikasi Turunan 5. Menggambar graik ungsi Inormasi yang dibutuhkan: A. Titik potong dengan sumbu dan sumbu y B. Asimtot ungsi Deinisi 5.: Asimtot ungsi adalah garis lurus yang didekati oleh graik ungsi.

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian Modul 1 Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian Drs. Sardjono, S.U. M PENDAHULUAN odul 1 ini berisi uraian tentang persamaan diferensial, yang mencakup pengertian-pengertian dalam

Lebih terperinci

Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih

Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih Warsoma Djohan Prodi Matematika, FMIPA - ITB March 11, 2011 Kalkulus 2 / MA-ITB / W.D. / 2011 (ITB) Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih March 11, 2011 1 / 34 Fungsi

Lebih terperinci

Fungsi Grafik Fungsi. Kalkulus 1. Fungsi dan Grafik Fungsi. Atina Ahdika, S.Si, M.Si. Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia

Fungsi Grafik Fungsi. Kalkulus 1. Fungsi dan Grafik Fungsi. Atina Ahdika, S.Si, M.Si. Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Kalkulus 1 Fungsi dan Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Fungsi Definisi Suatu fungsi f adalah suatu aturan korespondensi yang menghubungkan setiap objek x dalam satu

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z

Lebih terperinci

TURUNAN, EKSTRIM, BELOK, MINIMUM DAN MAKSIMUM

TURUNAN, EKSTRIM, BELOK, MINIMUM DAN MAKSIMUM TURUNAN, EKSTRIM, BELOK, MINIMUM DAN MAKSIMUM Fungsi f dikatakan mencapai maksimum mutlak di c jika f c f x untuk setiap x I. Di sini f c dinamakan nilai maksimum mutlak. Dan c, f c dinamakan titik maksimum

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987 MATEMATIKA DASAR TAHUN 987 MD-87-0 Garis singgung pada kurva y di titik potong nya dengan sumbu yang absisnya positif mempunyai gradien 0 MD-87-0 Titik potong garis y + dengan parabola y + ialah P (5,

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Turunan Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Turunan Pertemuan - 4 a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 SKS : 3 SKS Turunan Pertemuan - 4 a home base to excellence TIU : Mahasiswa dapat memahami turunan fungsi dan aplikasinya TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50 TURUNAN Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, 2012 1 / 50 Topik Bahasan 1 Pendahuluan 2 Turunan Fungsi 3 Tafsiran Lain Turunan 4 Kaitan

Lebih terperinci

G. Minimum Lokal dan Global Berikut diberikan definisi minimum local (relatif) dan minimum global (mutlak) dari fungsi dua variabel.

G. Minimum Lokal dan Global Berikut diberikan definisi minimum local (relatif) dan minimum global (mutlak) dari fungsi dua variabel. G. Minimum Lokal dan Global Berikut diberikan definisi minimum local (relatif) dan minimum global (mutlak) dari fungsi dua variabel. Definisi. (i) Suatu fungsi f(x, y) memiliki minimum lokal pada titik

Lebih terperinci

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua II. LANDASAN TEORI 2.1 Limit Fungsi Definisi 2.1.1(Edwin J, 1987) Misalkan I interval terbuka pada R dan f: I R fungsi bernilai real. Secara matematis ditulis lim f(x) = l untuk suatu a I, yaitu nilai

Lebih terperinci