PENERAPAN TEAMS GAME TOURNAMENT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII.C

Transkripsi

1 PENERAPAN TEAMS GAME TOURNAMENT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII.C Dwi Noviawan SMP NEGERI 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2011/2012 Alamat: Desa Taman Bogo, kec. Purbolinggo, kab. Lampung Timur No hp: dwi_noviawan@ymail.com Abstrak Tujuan penelitian adalah: 1) Untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan penerapan model cooperative learning tipe TGT pada siswa kelas VII.C semester genap SMP Negeri 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2011/ ) Untuk meningkatkan hasil belajar dengan penerapan model cooperative learning tipe TGT pada siswa kelas VII.C semester genap SMP Negeri 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2011/2012. Data dalam penelitian diambil dengan menggunakan teknik observasi dan tes. Analisis data dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang diperolah dari hasil observasi dan tes pada siklus I sampai III dianalisis secara kuantitatif dengan cara menghitung persentase setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukan persentase aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII.C pada siklus I aktivitas keterlibatan belajar 25,12%, kerja sama 29,68%,tanggung jawab 14,06%, persaingan sehat 31,13% dan hasil belajar 50%. Persentase aktivitas dan hasil belajarpada siklus II aktivitas keterlibatan belajar 28,34%, kerja sama 31,28%, tanggung jawab 12,56%, persaingan sehat 27,82% dan hasil belajar 84,2%. Sedangkan optimalisasi tindakan pada siklus III aktivitas keterlibatan belajar 24,74%, kerja sama 30,07%, tanggung jawab 16,15%, persaingan sehat 29,04% dan hasil belajar 92,3%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model TGT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas VII.C semester genap SMP Negeri 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2011/2012. Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, teams game tournament (tgt) Abstract Research target is: 1) To increase student activity with the applying model the cooperative learning of type TGT of at student of even class VII.C even semester 2 of SMP NEGERI 2 Purbolinggo of School Year 2011/ ) To increase result of learning with the applying model the cooperative learning of type TGT of at student of even class VII.C even semester 2 of SMP NEGERI 2 Purbolinggo of School Year 2011/2012. Data in research taken by using technique of observation and test. Analyse the data from this research is descriptive qualitative. Data which got from result of observation and test of at cycle I until III analysed quantitatively by counting percentage of each, every its cycle. Result of research of presenting of activity percentage and result of learning student of class VII.C [of] [at] cycle of I of involvement activity learn 25,12%, job of is of equal 29,68%, responsibility 14,06%, healthy emulation 31,13% and result of learning 50%. Activity percentage and result of learning at cycle of II of involvement activity learn 28,34%, job of is of equal 31,28%, responsibility 12,56%, healthy emulation 27,82% and result of learning 84,2%. While optimalisasi action of at cycle of III of involvement activity learn 24,74%, job of is of equal 30,07%, responsibility 16,15%, healthy emulation 29,04% and result of learning 92,3%. Pursuant to inferential research result that model TGT can improve the activity and result of learning IPA of student of even class VII.C even semester 2 of SMP NEGERI 2 Purbolinggo of School Year 2011/2012. Keywords: activitiy, learning outcome, teams game tournament (TGT) 102

2 1. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan mutupendidikan di sekolah adalah dengan cara perbaikan proses belajarmengajar atau pembelajaran. Guru sebagai pendidik yang mendudukiposisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia, dituntut untukterus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam duniapendidikan [1]. Dari hasil pra survei dan dokumentasi daftar nilai serta diskusi dengan guru mata pelajaran dalam proses belajar IPA di kelas VII.C SMP Negeri 2 Purbolinggo yang telah dilakukan pada 28 November Pada semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh data hasil belajar IPA dalam tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Nilai Hasil Belajar IPA Kelas VII.C SMP Negeri 2 Purbolinggo Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011 No Nilai Kriteria Jumlah Siswa Persentase 1 62 Tuntas % 2 < 62 Tidak Tuntas % Jumlah % Sumber: Buku Daftar Nilai IPA Semester Genap Kelas VII.C SMP Negeri 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2010/2011 Dari hasil pengamatan di kelas serta diskusi dengan guru, terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dan berdasarkan hasil diagnosis, maka ditemukan beberapa kelemahan diantaranya: 1. Partisipasi siswa rendah dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak diam saat guru mengajukan pertanyaan. 2. Dominasi siswa tertentu dalam proses pembelajaran, terlihat dari siswa yang berperan aktif hanya siswa-siswa yang sama. 3. Sebagian besar siswa kurang tergerak untuk belajar. 4. Guru lebih aktif, dan sangat vokal dalam proses pembelajaran. Berdasarkan alasan tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas guna memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai aksi atau tindakan yang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajarmengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran [2]. Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan mengaplikasikan suatu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Belajar aktif mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa secara aktif menggunakan potensi otak, dalam hal menemukan ide pokok, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari. Dengan belajar aktif, siswa akan turut serta dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menikmati suasana yang lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat dimaksimalkan [3]. Berdasarkan uraian latar belakang di atas tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan penerapan model cooperative learning tipe TGT pada siswa kelas VII.C semester genap SMP Negeri 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2011/ ) Untuk meningkatkan hasil belajar dengan penerapan model cooperative learning tipe TGT pada siswa kelas VII.C semester genap SMP Negeri 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2011/ METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 pada siswa kelas VII.C SMP NEGERI 2 Purbolinggo pada Standar Kompetensi (SK): memahami keanekaragaman makhluk 103

3 hidup, yang terdiri dari Kompetensi Dasar (KD): Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup, Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki, Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang meliputi tahap-tahap dalam penelitian yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan evaluasi tindakan, dan 4) refleksi dari perjalanan setiap siklus yang dilaksanakan selama pembelajaran. Siklus I dilaksanakan selama 3 pertemuan dengan alokasi waktu 6x 40 menit dan materi yang diajarkan yaitu ciri-ciri makhluk hidup. Siklus II dilaksanakan selama 5 pertemuan dengan alokasi waktu 10 x 40 menit dan materi yang diajarkan yaitu klasifikasi makhluk hidup. Sedangkan untuk siklus III dilaksanakan selama 4 pertemuan dengan alokasi waktu 8 x 40 menit dan materi yang diajarkan yaitu organisasi kehidupan (mulai dari sel sampai organisme). Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 06 Januari 2012 sampai tanggal 21 Februari Lokasi penelitian di SMP NEGERI 2 Purbolinggo pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan subjek penelitian siswa kelas VII.C dengan jumlah 40 siswa yang memiliki tingkat kemampuan beragam. Sedangkan objek penelitian yaitu model pembelajaran cooperative learning tipe teams game tournament. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Diagram Batang Hasil Aktivitas Siklus I, II, III. Berdasarkan gambar 1 di atas dapat dideskripsikan hasil indikator aktivitas pada siklus I aktivitas keterlibatan belajar 25,12%, kerja sama 29,68%, tanggung jawab 14,06%, persaingan sehat 31,13%. Persentase aktivitaspada siklus II aktivitas keterlibatan belajar 28,34%, kerja sama 31,28%, tanggung jawab 12,56%, persaingan sehat 27,82%. Sedangkan optimalisasi tindakan pada siklus III aktivitas keterlibatan belajar 24,74%, kerja sama 30,07%, tanggung jawab 16,15%, persaingan sehat 29,04%. Pada siklus I kerja sama dan persaingan sehat sudah terlaksana dengan baik. Pada siklus II keterlibatan sudah diperbaiki dan kerja sama sudah terstruktur dengan baik. Pada siklus III diskusi kelompok semakin baik dan persaingan sehat semakin terbentuk. Jadi, siswa sudah terbangun untuk melakukan kerja sama dalam belajar, serta persaingan sehat dalam game/tournament dilaksanakan dengan baik sehinggga mendidik siswa untuk bersikap jujur. Serta tanggung jawab semakin tertanam dalam diri siswa setiap melakukan tugas belajar. 104

4 Gambar 2. Diagram Batang Hasil Belajar Siklus I, II, III. Berdasarkan data gambar 11 halaman 85 di atas dapat dideskripsikan rata-rata hasil belajar siswa dari pra survei sebesar 64,92% mengalami penurunan menjadi 62,32% pada siklus II. Disebabkan karena siswa belum siap dengan model pembelajaran yang diberikan. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 65,11% berdasarkan dari refleksi dan evaluasi tindakan dari siklus I. Pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 69,44%. Berdasarkan pemantapan dan optimalisasi dari refleksi dan evaluasi dari siklus II. Sedangkan siswa yang mencapai KKM dengan target 70% 62 dari pra survei menurun 51% menjadi 50% di siklus I. Setelah mengalami perbaikan meningkat menjadi 84,2%. Sedangkan untuk hasil belajar siswa siklus III menjadi 92,3% setelah dilakukan optimalisai tindakan kelas. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik utama yaitu: dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri [4]. Penelitian dengan menggunakan model TGT menunjukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar. Karena pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru bidang studi IPA. Tindakan kelas dilaksanakan dengan tahapan melakukan survei dan observasi terlebih dahulu, kemudian membuat rencana tindakan dan melaksanakan tindakan yang berpedoman pada silabus dan rencana pembelajaran. Saat pelaksanaan tindakan, kolaborasi antara guru dan peneliti sangat diperlukan. Dalam pembelajaran siswa terlibat aktif melalui kegiatan membaca modul materi yang dipelajari dengan tekun, bertanya dan menjawab pertanyaan, kerja sama berdikusi, mengemukakan pendapat, ide dan gagasan yang dilakukan terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Serta nantinya percaya diri untuk mengerjakan soal dengan penuh tanggung jawab. Kemudian saat game/tournament berlangsung, siswa memiliki kesempatan untuk menjawab soal pertanyaan, berlomba-lomba untuk meraih skor 105

5 tertinggi sehingga mendapat penghargaan/hadiah sebagai team terbaik. Pada akhir tindakan diadakan tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam aktivitas pembelajaran diantaranya: kegiatan visual yang dilakukan siswa dalam proses belajar, membaca modul, mengamati siswa lain melakukan game. Kegiatan lisan siswa bertanya mengeluarkan pendapat atau menjawab pertanyaan dan berdiskusi kelompok. Kegiatan mendengarkan, siswa mendengarkan penyajian bahan materi dari peneliti, mendengarkan percakapan diskusi kelompok, dan mendengarkan siswa yang sedang melakukan game. Kegiatan menulis siswa membuat rangkuman hasil kerja diskusi team. Kegiatan metrik peneliti menyelenggarakan suatu game/tournament. Kegiatan mental siswa merenungkan suatu jawaban pertanyaan game untuk membuat keputusan menjawab. Kegiatan emosional siswa tenang, antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan pendapat Paul Dierich [5] membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok antara lain kegiatan visual, oral, mendengarkan, menulis, mengambar, kegiatan metrik, kegiatan mental dan emosional. Pada siklus I banyak siswa yang ramai bermain. Sehinga keterlibatan belajar dengan membaca modul materi ajar masih kurang. Siswa yang aktif bertanya sedikit begitu pula siswa yang mengajukan pendapat untuk menjawab soal baik secara pribadi maupun di suruh juga masih sedikit. Sikap menghargai teman saat berdiskusi masih kurang. Siswa yang pasif lebih banyak dari pada yang aktif memberikan masukan. Kurang percaya diri dalam mengerjakan soal tes. Pelaksanaan game/tournament belum efisien ditunjukan dengan sikap yang belum serius dan fokus baik bagi peserta atau juri dalam tournament. Sedangkan untuk persaingan sehat siswa ada yang ribut, dan masih menjawab soal game saat waktu habis. Persiapan guru belum matang. Hasil belajar siswa 50% siswa yang mencapai KKM 62 dan belum sesuai target yaitu 70%. Untuk pembelajaran kelas siklus II berjalan lebih baik. Siswa mulai mengerti, paham dengan maksud dan tujuan pembelajaran dengan penerapan model TGT. Dengan model TGT keaktifan siswa dalam pembelajaran semakin meningkat yang dapat dilihat pada saat keterlibatan belajar siswa yang membaca modul materi ajar. Bertanya dan menjawab pertanyaan. Saat berdiskusi lebih serius dan lebih banyak yang aktif mengutarakan pendapat dalam kerja sama team. Sedangkan prosedur aktivitas tanggung jawab dan persaingan sehat dalam tournament perlu dibenahi. Hasil belajar siswa mencapai 84,2% siswa mencapai KKM 62 dan melebihi target 70%. Dengan rasa percaya diri serta perhatian terhadap pelajaran, maka hasil yang dicapai menjadi baik. Pembelajaran tindakan kelas siklus III berpedoman pada optimalisasi keterlibatan belajar dan kerja sama team dalam diskusi, serta evaluasi aktivitas tanggung jawab dan persaingan sehat. Sehingga pembelajaran tindakan kelas siklus III dilaksanakan. Ternyata ini jauh lebih baik dibandingkan tindakan kelas siklus I dan II. Peneliti sudah menjadi fasilitator dan memberi bimbingan kepada siswa secara menyeluruh. Hasil belajar siswa mencapai 92,3% siswa mencapai KKM dan melebihi jauh dari terget yaitu 70% mencapai KKM 62. Pada pembelajaran TGT, siswa dilatih, dituntut agar dapat bekerja sama, tidak malu untuk berbicara tentang materi yang belum dipahami dan dikuasai, saling meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Pembelajaran itu aktif apabila siswa melakukan aktivitas, mereka menggunakan potensi otak untuk 106

6 mengkaji ide-ide, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari [6]. Dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru harus: melibatkan siswa secara aktif; menarik minat dan perhatian siswa; membangkitkan motivasi siswa; dan memperhatikan perbedaan individu siswa [7]. 4. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1. Meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas VII.C SMP Negeri 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2011/2012 semester genap. 2. Meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VII.C SMP Negeri 2 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2011/2012 semester genap. Saran dalam penelitian ini adalah 1. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya banyak berlatih, membiasakan diri untuk mengeluarkan ide dan gagasannya, serta aktif dalam proses pembelajaran. b. Siswa hendaknya tidak takut atau malu untuk menanyakan tentang materi pelajaran yang belum dipahami. c. Siswa hendaknya mengutamakan kerja sama dalam pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran tutor sebaya. 2. Bagi Guru a. Guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran cooperative tipe TGT dalam pembelajaran IPA sebagai alternatif pembelajaran agar siswa tidak jenuh karena pembelajaran tersebut berguna untuk melatih siswa dalam bekerja sama dan berdiskusi sehingga pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik. b. Guru diharapkan tidak monoton dalam menyampaikan materi pelajaran. Karena adanya variasi saat menyampaikan materi pelajaran, akan menarik siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. c. Guru hendaknya mampu memilih model pembelajaran yang tepat sehingga materi pelajaran yang diberikan mudah diterima dan dipahami oleh siswa. 3. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendaknya memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebagai pendukung proses pembelajaran guna mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik. b. Dapat menjadi pertimbangan perbaikan proses pembelajaran di sekolah, sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa. 4. Bagi peneliti a. Sebagai salah satu pedoman strategi pembelajaran yang nantinya diterapkan dalam proses pembelajaran siswanya. b. Sebagai pijakan untuk menerapkan strategi pembelajaran dengan materi yang berbeda. c. Memotivasi peneliti untuk menyempurnakan strategi TGT lebih lanjut, dalam pembelajarannya. DAFTAR PUSTAKA [1] Suryosubroto, B Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. [2] Wibawa, B Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas. 107

7 [3] Zaini, H.,, B. Munthe., S. A. Aryani Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD. [4] Sagala, S Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. [5] Hamalik, O Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. [6] Silberman, M. L Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. [7] Usman, M.U Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 108