Mari Rayakan Cinta. Lembar-lembar berikut adalah kumpulan kidungkidung cinta yang saya dendangkan untuk kekasih hati.

Transkripsi

1 Mari Rayakan Cinta Lembar-lembar berikut adalah kumpulan kidungkidung cinta yang saya dendangkan untuk kekasih hati. Sajak-sajak ini lahir dari wujud kepenuhan rasa. Percik emosi yang meletup secara spontan menggerakkan jari untuk menulis dan mengirimkan kepadanya. Ambil handphone Anda. Nyalakan segala piranti Social Media yang anda punya. Lalu terbangkan kidung-kidung ini untuk segenap jiwa-jiwa di luar sana yang sedang Anda cinta. Silahkan buka halaman berapapun sesuka Anda. Tak perlu urut. Karena setiap halaman adalah curahan cinta dalam segala bentuknya. Mari rayakan cinta. Mari ungkapkan rasa Anda. Dan, rasakan, betapa cinta yang terkirim, akan kembali kepada Anda dengan berlipat-lipat kali bahagianya.

2 Hei sayang. Sudah aku buatkan setangkup rindu untukmu. Reguklah. Juga ada sepotong kecup. Kubuat ia dari adonan termanis jiwa. Gigitlah. Bahkan aromanya akan membekas dalam relungmu. Lama. Hei. Aku sayang kamu. Ada masa dimana sayang itu seperti tangan-tangan dewa yang nakal meremasi jiwa. Geli menggemaskan. Seperti juga pagi ini. Dan semoga juga pagi-pagi berikutnya. Pagi cinta. Aku mulai memasuki kotaku. Tapi hasrat dan rinduku masih menempeli tiap-tiap bayangmu. Bangunlah. Jerang rindu buatku. Pagi peri. Ada banyak cinta untukmu. Di laci, almari, dapur, kamar mandi, bahkan dilipat-lipat bajuku. Tinggallah. Semalam lagi. Dua malam. Atau lalu bermalam-malam. Banyak yang ingin aku eja bersamamu. Lagi dan lagi. 2

3 Hei peri hati. Sudah bangunkah dirimu? Aku akan mencuci baju di kali. Sini luruhkan jubahmu. Bukankah peri akan tetap merupa peri meski tanpa baju. Aku juga sudah masak makanan kesukaanmu. Atau bila kamu mau, masih ada remah bibirku di kulkas sisa gigitmu semalam. Kemarilah. Aku dekap. Hingga meski engkau tanpa baju, hangat pelukku akan melingkupimu. Jalan ke kali sangatlah terjal. Beri aku bibirmu, agar ada yang kukunyah di sepanjang jalanku. Hanya aku tidak mendapat pelukmu kala menikam temaram, jadi pagipun hadir masih berkelahi dengan malam. Pagi. Ada sawah disini. Bangunlah. Saatnya menanam. Anak-anak perlu makan, aku juga perlu sarapan. 3

4 Seperti pagi yang menggantikan mimpi tanpa keriuhan, demikianlah selalu ada tentram di hatiku untukmu. Lihatlah lampu yang direnggut dari pagi. Ada bara yang tersisa. Seperti genggam yang disentakkan. Terbetik rasa tidak berterima. Mungkin pijar yang makin melemah itu adalah ekspresi marah. Atau juga hangat yang belum tercurah. Ia selalu tidak rela ketika direnggut dari malam. Mungkinkah ada hati yang terperangkap dalam bohlam lampu itu. Ataukah pembuatnya sedang mengalami rindu ketika menciptanya. Tahukah kamu, tiap kali aku melambai dalam kereta menjauhi kotamu, aku adalah sebuah bohlam yang dipisahkan dari malam-malam itu. Bangunlah, ada potongan cinta untukmu. Aku iris serupa dadu, agar ringkas ia hingga dapat menyusup ke kantongmu dan meletak pas dibelitan lidahmu. 4

5 Kamu pasti masih tertidur. Ingin menyusup ke sisimu. Mengamati keindahanmu ketika terdiam. Bagaimana bibir yang merupa madu itu melengkung. Mengabarkan ada hangat cinta di dalamnya. Untukku. Kamu tahu? Kamulah subuhku. Pengubah sepi menjadi riuh. Tanpamu aku hanyalah gelap berkepanjangan. Seringlah menjelma. Agar terhapus dinginku. Semalam subuh empat kalipun terserahmu. Ada hangat yang melimpah tiap dekat denganmu. Bahkan tanpa menyentuhmu, pijar hangat dan damai itu telah berpesta pora dalam sumsum dagingku. Ambillah apapun dari diriku untuk menghangatkanmu. Susupilah jemariku. Juga peluklah sukmaku. Apapun. Asal hangat itu lalu menjadi milikmu. 5

6 Hi. Pagi sayang. Di kebun banyak sekali buah kecup belum terkirimkan. Parsel-parsel berbentuk bibir juga menumpuki sudut-sudut hati. Rantingranting berdaun waru juga mengukar menyembulkan aroma wangi. Banyak yang kularung padamu. Sebanyak itu pula mereka kembali menumbuh di hatiku. Bangunlah sayang. Hatiku penuh. Rinduku luruh. Menganak kepadamu. Mengalir ke semestamu. Terimalah kecupku. Dekaplah pelukku. Aku sayang kamu. Hei. Bangun. Tidakkah engkau lihat pagi yang ranum menguning itu? Itulah wujud hatiku. Sudah masak di ujung ranting fajar yang menua. Petiklah sayang. Biar ia meletup merekah. Hirup dan rasakanlah. Lalu biarkan ia lumer menjelmakan semesta hari untukmu. Hanya dengan kecupmulah pagi dapat menjelmakan siang di semesta rayaku. 6

7 Kamu adalah pagiku. Pewangi hari-hariku. Sampai kapanpun, kamu tetaplah yang terpenting bagiku. Hei. Bangunlah. Bagaimana aku dapat memulai hari tanpa gemericik renyah tawamu. Aku seduhkan teh, ya? Atau kamu mau belajar untuk mengeja legit pagutan kopi? Kamu mau sarapan apa? Biar aku keringkan tambak dan aku susupi ranjang belut-belut panjang itu untuk hidang sarapanmu. Atau kamu mau lele bakar? Kesukaanmu. Biar kuberenang menjemputi mereka kalo gitu. Sebelum semua itu sayang, kemari. Bersebelahilah aku. Bukan merupa manusia utuh diriku bila masih saja menenteng-nenteng kecupmu. Kuncupkan sebentar ranum bibirmu. Biar kupanjat pundakmu dan kupetik matang menggoda buah wajahmu itu. 7

8 Lalu biar kutarik jala ini pelan. Bilapun tak kudapati geleparmu. Setidaknya aku tidak merusak desah pagutmu. Lalu beritahu saja siapa yang terperangkap di penjara hatimu. Biar kudobrak. Lalu kutawarkan hidupku. Takdirku adalah menjadi tawananmu. Agar sesekali kamu dapat mengelabuhi waktu, lalu menyelinap ke penjara itu. Genggamlah tanganku. Mari bersama membangun surga. Setidaknya tempat damai dimana kita dapat menjadi sebaik-baiknya jiwa. Bila bukan untuk dunia, setidaknya untuk pasangan kita. Peluk lembutku untukmu. Tubuh yang menyatu. Debar yang berpadu. Hingga tak lagi tersisa ruang ragu. Itulah arti pelukku selalu untukmu, kekasihku. 8

9 Hujan melarung segala resah ia terkirim untuk menjumput gelisah hingga ketika usai ia akan harum semerbak rasa dan segarlah jiwa Bukan hatiku yang kau rindu bukan pula ragaku yang kau tunggu hanya, dalam amuk hujan itu bolehkah aku berlari dan memelukmu Lalu kubasuhkan jemariku pada jendela yang membasah hujan itu dan kupun rasakan hangat rindumu di situ Laut mungkin adalah takdirmu hanya dengan singgah di atap dan pekaranganku akan sempurna perjalanan kembali menjumpai wujudmu 9

10 Selalu ada hati luruh tiap mencelupi aroma pagi. Melihat kulit gelap yang perlahan mengelupas. Mengamati pijar lamat lampu depan yang tak kunjung membiarkan malam terlepas. Bertukar salam dengan keceriaan burung-burung yang sudah ribut di dahan belimbing belakang. Juga sesekali memercikkan air membangunkan rumput-rumput depan yang masih saja keenakan ketiduran. Memuncaki itu semua, keindahan pagi adalah, tergenggamnya lagi dirimu oleh jiwaku. Pagi sayang. Bila kamu punya hujan, maka ku pun punya pagi. Pagi itu indah. Tapi bagiku kamu sungguh lebih indah. Pagi telah nampak di jendela. Gelap menyingkir sudah. Rela ia menyambut terang dan digantikan olehnya. Lihatlah embun di pucuk pohon jambu itu. Meski hanya sebutir, betapa bersemangat ia membangunkan jiwa-jiwa kota yang terlelap. Hei. Selamat pagi. Selamat datang kembali. Semoga pagi dan hari yang digandengnya menyenangkan selalu. 10