BAB V SIMPULAN DAN SARAN
|
|
- Liani Pranata
- 7 bulan lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Studi ini merupakan replikasi sebagian dari studi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Nikolaou & Tsaousis, 2002) yang bertujuan untuk menguji pengaruh komitmen organisasional terhadap stres kerja yang dimoderasi oleh kecerdasan emosional pada perawat di rumah sakit X. Berdasarkan analisis regresi moderator hirarkis pada Tabel 4.6, maka disimpulkan bahwa pertanyaan riset didukung. Hal ini dibuktikan dengan signifikannya interaksi antara komitmen organisasional dan kecerdasan emosional (β = -0,580; p < 0,05) namun komitmen organisasional tidak signifikan. Studi ini menunjukkan bahwa komitmen organisasional (M = 3,48; SD = 0,45), kecerdasan emosional (M = 3,85; SD = 0,44), dan stres kerja (M = 2,91; SD = 0,81). Artinya, komitmen organisasional dan kecerdasan emosional perawat rumah sakit X tinggi, tingkat komitmen organisasional yang dimiliki perawat rumah sakit X juga tinggi, sedangkan stres kerja perawat di rumah sakit X moderat (Tabel 4.4). Studi ini juga menemukan adanya pengaruh secara parsial mengenai pengaruh komitmen organisasional terhadap stres kerja yang dimoderasi oleh kecerdasan emosional. Selain itu, terdapat korelasi positif dan lemah antara kecerdasan emosional dan komitmen organisasional (r = 0,26; p < 0,01). Artinya, kecerdasan emosional secara positif mendukung meningkat atau menurunnya komitmen organisasional
2 Sementara itu, adanya korelasi lemah antara komitmen organisasional dan stres kerja (r = -0,47; p < 0,01). Artinya, meningkatnya komitmen organisasional perawat dapat mengurangi tingkat stres kerja perawat namun hubungannya lemah. Terdapat korelasi negatif dan lemah antara stres dan pendidikan (r = -0,290; p < 0,01). Artinya, semakin tinggi pendidikan perawat maka perawat dapat mengurangi tingkat stres kerja melalui pendidikan yang perawat miliki namun hubungan keduanya lemah. Terdapat korelasi negatif dan lemah antara usia dan stres kerja (r = -0,20; p < 0,05). Artinya, semakin tinggi tingkat usia perawat maka perawat dapat semakin mengurangi stres kerja yang ada sebab semakin dewasa seseorang maka akan semakin bijak dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi khususnya dalam pekerjaannya namun hubungan keduanya lemah. Dalam pengujian suplemental ditemukan bahwa hipotesis pertama didukung, nilai korelasi komitmen organisasional dan stres kerja memiliki korelasi negatif dan kuat (β = -0,860; p = 0,01). Artinya, dengan komitmen tinggi yang dimiliki perawat rumah sakit X, perawat diharapkan dapat mengatasi stres kerja yang terjadi. Pada hipotesis kedua, hipotesis didukung. Nilai korelasi kecerdasan emosional dan stres kerja memiliki korelasi positif dan lemah (β = 0,389; p = 0,05). Artinya, semakin tinggi komitmen organisasional maka akan semakin tinggi stres kerja. Hal ini bertentangan dengan teori sebelumnya (Mayer & Salovey, 1990; Caruso dkk., 2004; Goleman, 2006) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan negatif dengan stres kerja. Hipotesis ketiga bagian a didukung, hipotesis memiliki nilai (β = 0,309; p < 0,05). Artinya, emotional awareness yang tinggi akan meningkatkan stres kerja namun hubungan dan pengaruhnya lemah. Hipotesis ketiga bagian b tidak didukung. Hipotesis ini memiliki nilai (β =0,185) namun tidak 1 0 9
3 signifikan. Hipotesis ketiga bagian c didukung. External emotional control memiliki hubungan positif yang cukup berarti terhadap stres kerja (β =0,425; p < 0,01). Artinya, semakin tinggi external emotional control maka akan meningkatkan stres kerja namun pengaruhnya tidak begitu besar. 5.2 Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, penelitian ini masih merupakan studi awal yang teorinya belum mapan. Kedua, keterbatasan jumlah responden di dalam penelitian. Ketiga, objek dan subjek penelitian ini hanya perawat yang berada di rumah sakit X, khususnya ruang instalasi satu dan kebanyakan subjek penelitian adalah perempuan. Keempat, pengumpulan data hanya mengandalkan kuesioner yang diisi oleh para responden, tidak terdapat data penunjang lainnya. 5.3 Saran bagi Penelitian Mendatang Untuk penelitian mendatang, beberapa saran perlu dipertimbangkan oleh para peneliti di masa mendatang. Pertama, dalam pengumpulan data dapat pula ditambah dengan wawancara atau observasi langsung kepada subjek penelitian. Kedua, pemilihan subjek penelitian perlu diperhatikan, sebaiknya kuesioner disebarkan kepada subjek laki-laki dan perempuan secara lebih imbang agar dapat membandingkan tingkat stres antara subjek laki-laki dan perempuan. Ketiga, objek dan subjek penelitian dapat dilakukan lebih luas, yaitu antar rumah sakit sehingga hasil studi lebih dapat digeneralisasikan
4 Keempat, menambah konstruk-konstruk baru yang berkaitan dan mendukung pengaruh komitmen organisasional, stres kerja, dan kecerdasan emosional. Konstruk yang dapat menjadi anteseden dari komitmen organisasional menurut Steers dalam Chairy (2002) adalah karakteristik personal, karakteristik yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, pengalaman kerja. Faktor personal dan operasional (Schultz & Ellen dalam Bow, 2009). Faktor-faktor personal, situasional, dan posisi dapat memengaruhi komitmen organisasional pegawai (Graham & Van Dyne dalam Coetzee, 2005). Konsekuensi dari komitmen organisasional adalah karyawan lebih stabil dan lebih produktif, keinginan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi (Baron & Greeenberg dalam Novianty, 2010). Ketidakinginan untuk berbagi dan berkorban bagi kepentingan organisasi (unwillingness to share and make sacrifice) (Decotiis & Summers dalam Srimulyani, 2009), low levels of morale (Decotiis & Summers dalam Srimulyani, 2009) dan menurunnya asas mengutamakan orang lain dan pemenuhan (compliance) (Schappe dalam Srimulyani, 2009) juga termasuk dalam hal yang menjadi anteseden dalam komitmen organisasional. Konsekuensi dari komitmen organisasional juga dapat berakibat pada gejala fisiologis, gejala psikologis, gejala perilaku (Robbins, 2006). Untuk konstruk stres kerja juga terdapat anteseden lainnya berikut akan dijelaskan beberapa anteseden dari stres kerja. Anteseden stres kerja menurut Robbins (2006) adalah organizational stressor, life events, individual stressor. Menurut Handoko dalam Martoyo (2000), yaitu on the job stress dan off the job stress. Menurut Rahim dalam Assegaf (2005), yakni physical environment, role conflict, role ambiguity, role overload, role insufficiency. Menurut Noi dan Smith (1994) terdapat perbedaan dampak pada tingkat rangsangan rendah dan tingkat 1 1 1
5 rangsangan tinggi. Selanjutnya Cox dalam Gibson dkk. (1996), yakni secara subjektif, perilaku, kognitif, fisiologis, organisasional. Anteseden kecerdasan emosional adalah pengaruh organisasi dan kebudayaan (Robbins, 2006). Goleman dalam Alytpuspitasari (2010) menyatakan bahwa anteseden kecerdasan emosional merupakan faktor yang bersifat bawaan atau genetik (temperamen) dan faktor lingkungan. Konsekuensi dari kecerdasan emosional adalah: individual memiliki kesehatan sosial, fisik, dan gejala psikologis yang baik (Choubey dkk., 2009). Menghasilkan prestasi dan kinerja yang tinggi. Dengan merekrut karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang baik perusahaan dapat menghemat biaya perekrutan dan pelatihan yang tinggi (Robbins, 2006). Membedakan manajer yang sangat sukses dan manajer yang kurang sukses (Goleman dalam Edwardin, 2006). Kecerdasan emosional yang rendah dapat merusak kesehatan perilaku. Individual dengan kecerdasan emosional yang tinggi bereaksi lebih kuat terhadap suasana induksi prosedur (Furnham & Petrides dalam Choubey dkk., 2009). Menurut Winarno (2008) kualitas emosional yang baik akan menjadikan karyawan dapat menata dirinya dan dalam hubungannya dengan orang lain 1 1 2
6 sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik dan memiliki prestasi yang baik pula. Dengan memiliki kecerdasan emosional yang baik maka karyawan akan memiliki kinerja yang baik serta tingkat stres yang rendah (Hidayati dkk., 2008). Komitmen organisasional tentunya juga memiliki beberapa faktor pembentuk. Anteseden pembentuk komitmen organisasional berdasarkan Steers dalam Chairy (2002) meliputi: 1. Karakteristik personal Karakteristik personal terdiri dari usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, suku bangsa dan kepribadian berkorelasi dengan komitmen organisasional (Mathieu & Zajaca dalam Chairy, 2002; Mowday dkk., dalam Chairy, 2002). Mathieu dan Zajac dalam Chairy (2002) juga menemukan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi negatif kecil dengan komitmen organisasional. Selanjutnya, Mathieu dan Zajac dalam Chairy (2002) menemukan bahwa karyawan pria memiliki komitmen organisasional yang lebih tinggi daripada karyawan wanita. Faktor lama kerja sebagai suatu anteseden pun memiliki pengaruh cukup besar terhadap komitmen organisasional, tetapi terdapat korelasi yang positif rendah antara masa kerja dan komitmen organisasional (Mathieu & Zajac dalam Chairy, 2002)
7 2. Karakteristik yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan Karakteristik yang berkaitan dengan jabatan atau peran memiliki sumbangan yang bermakna pada komitmen organisasional (Chairy, 2002). Penelitian Mathieu dan Zajac dalam Chairy (2002) menemukan bahwa tantangan pekerjaan memiliki hubungan positif dengan komitmen organisasional, sedangkan konflik peran dan ambiguitas peran memiliki hubungan negatif dengan komitmen organisasional. Mathieu dan Zajac dalam Chairy (2002) juga menemukan bahwa tantangan tugas dan variasi keterampilan memiliki korelasi positif sedang dengan komitmen organisasional tetapi otonomi hanya berkorelasi rendah dengan komitmen organisasional. 3. Pengalaman kerja Pengalaman kerja memberikan kontribusi yang paling besar terhadap komitmen organisasional (Chairy, 2002). Pengalaman kerja meliputi keterandalan kerja, perasaan dipentingkan, realisasi harapan, sikap rekan kerja yang positif terhadap organisasi, persepsi terhadap gaji, serta norma kelompok yang berkaitan dengan kerja keras. Hasil penelitian Mathieu dan Zajac dalam Chairy (2002) menemukan korelasi yang cukup besar antara kepemimpinan partisipatori dan komunikasi pimpinan, yang merupakan bentuk pengalaman kerja dengan komitmen organisasional. Van Dyne and Graham dalam Coetzee (2005) memberikan pernyataan bahwa, faktor-faktor: personal, situasional, dan posisi dapat memengaruhi komitmen pegawai pada organisasi
8 4. Faktor Personal Banyak kajian yang mencoba melihat apakah tipe tertentu dari karyawan lebih mungkin merasa terikat dengan pemberi kerja (Srimulyani, 2009). Karyawan yang memiliki sifat sangat teliti, ramah (extroverted) dan umumnya memunyai sudut pandang positif pada hidup (optimis) sering cenderung lebih komit (Srimulyani, 2009). Beberapa faktor personal yang dianggap memiliki hubungan dengan komitmen organisasional, yaitu: Usia dan masa kerja Usia dan masa kerja terbukti memiliki hubungan positif dengan komitmen organisasional (Steers dalam Srimuyani, 2008; Mathieu & Zajac dalam Srimulyani, 2008; Allen & Meyer dalam Srimulyani, 2008). Tingkat pendidikan Berbagai penelitian (Glisson & Durick dalam Srimulyani, 2008; Steers dalam Srimulyani, 2008) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pula harapan individual yang tidak dapat diakomodir oleh organisasi sehingga mengakibatkan komitmen organisasional karyawan semakin rendah. Jenis kelamin Menurut Tomhill dkk. dalam Srimulyani (2008), wanita pada umumnya menghadapi tantangan yang lebih besar dalam pencapaian kariernya sehingga memiliki komitmen organisasional lebih tinggi dibanding laki-laki
9 Status perkawinan Seseorang yang sudah menikah menjadi merasa lebih terikat dengan organisasi tempat ia bekerja dibandingkan seseorang yang belum menikah (Johannes & Taylor dalam Srimulyani, 2008; Tsui dkk. dalam Srimulyani, 2008). Keterlibatan kerja Janis dan Loui dalam Srimulyani (2008) menyatakan bahwa tingkat keterlibatan kerja seseorang berhubungan secara positif dengan komitmen organisasional. 5. Faktor Situasional Faktor situasional meliputi workplace value, organizational justice, job characteristics, dan organizational support. Workplace value Shared values adalah suatu komponen kritis dari hubungan keterikatan (covenantal relationship) (Srimulyani, 2009). Nilai-nilai kerja seperti quality, innovation, cooperation, participation, dan trust akan mempermudah anggota organisasi untuk saling berbagi dan membangun hubungan yang erat yang nantinya akan menimbulkan komitmen organisasional yang tinggi (Srimulyani, 2009). Karyawan akan terlibat dalam perilaku yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan quality product, karyawan juga akan berkeinginan untuk berperan dalam pencapaian kesuksesan organisasi (Srimulyani, 2009)
10 Organizational justice Menurut Schmiesing dan Safrit dalam Srimulyani (2008), persepsi positif dari keadilan organisasi akan mengakibatkan perilaku-perilaku positif seperti komitmen organisasional, kepuasan kerja, dan kepercayaan pada organisasi. Komitmen organisasional akan berkembang secara perlahan dari waktu ke waktu sebagai hasil hubungan pegawai dengan pemberi kerja dan sikap ini secara signifikan dipengaruhi oleh persepsi pegawai tentang keadilan di dalam organisasi yang bersangkutan (Cropanzano & Folger dalam Srimulyani, 2008; Tang & Baldwin dalam Srimulyani, 2008). Job characteristics Karakteristik spesifik dari pekerjaan seperti meaningfull work, otonomi, maupun umpan balik akan meningkatkan rasa tanggung jawab pegawai dan memiliki konsekuensi pada komitmen organisasional karyawan (Srimulyani, 2008). Menurut Jernigan, Beggs, dan Kohut dalam Cotzee (2005) kepuasan atas otonomi (perceived independence), status (sense of importance) dan kebijakan (satisfaction with organizational demands) merupakan prediktor penting dari komitmen (Srimulyani, 2009). Organizational support Pack dan Soetjipto dalam Srimulyani (2008) memaparkan bahwa dukungan organisasi memiliki hubungan yang positif dengan komitmen organisasional. Jika organisasi peduli dengan keberadaan dan kesejahteraan karyawan serta menghargai kontribusi karyawan pada organisasi maka karyawan akan mau mengikatkan diri dan menjadi bagian dari organisasi (Srimulyani, 2008)
11 6. Faktor Posisi Faktor posisi yang dianggap memiliki hubungan positif dengan komitmen organisasional adalah organizational tenure dan hierarchial job level. Organizational tenure Berbagai penelitian (Angle & Perry dalam Srimulyani, 2008; Allen & Meyer dalam Srimulyani, 2008) menunjukkan bahwa salah satu faktor anteseden dari komitmen organisasional adalah masa kerja (tenure) seseorang pada suatu organisasi. Hierarchial job level Status socioeconomic merupakan prediktor komitmen organisasional yang kuat sebab status yang tinggi cenderung akan meningkatkan baik motivasi maupun kemampuan untuk terlibat aktif dalam organisasi (Coetzee, 2005). Berdasarkan pendapat para ahli (Bow, 2009; Chairy, 2002; Coetzee, 2005; Srimulyani, 2009) dapat disimpulkan bahwa anteseden komitmen organisasional meliputi: Karakteristik personal: usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, suku bangsa dan kepribadian berkorelasi dengan komitmen organisasional; Karakteristik yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan: karakteristik ini memiliki peran dan sumbangan yang bermakna pada komitmen organisasional; 1 1 8
12 Pengalaman kerja: seperti keterandalan kerja, perasaan dipentingkan, realisasi harapan, sikap rekan kerja yang positif terhadap organisasi, persepsi terhadap gaji, serta norma kelompok yang berkaitan dengan kerja keras; Faktor personal: faktor yang memengaruhi komitmen organisasional seperti sikap yang positif terhadap rekan kerja; Faktor operasional: yang dapat memengaruhi antara lain pengayaan tugas, pekerjaan, otonomi, dan kesempatan untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki; Penerimaan nilai dan tujuan dari organisasi; Keinginan untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan melakukan tugas dengan baik; Memiliki keinginan kuat untuk tetap berada di dalam organisasi. Konsekuensi dari komitmen organisasional adalah: Komitmen organisasional yang kuat akan mendorong individual berusaha keras mencapai tujuan organisasi (Angel & Perry dalam Sumarno, 2005; Porter dkk. dalam Sumarno, 2005). Karyawan yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan organisasi, selain itu juga, komitmen organisasional berkaitan dengan keinginan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi (Baron & Greeenberg dalam Novianty, 2010)
13 Komitmen organisasional memiliki arah langsung saat berada di bawah tekanan yang dapat menimbulkan stres, karyawan dengan komitmen organisasional tinggi akan secara langsung mengarah pada pekerjaan yang penting dan mengurangi sumber daya untuk aktivitas lain. Sedangkan, karyawan dengan komitmen rendah menanggapi stres dengan mengacuhkan pekerjaan dan tidak berusaha dalam bekerja (Jamal dalam Hunter & Thatcher, 2007). Komitmen organisasional kontinuan dan normatif memiliki hubungan negatif terhadap kinerja karyawan (Panggabean, 2006). Allen & Meyer (1990) mengemukakan bahwa komitmen organisasional yaitu komitmen organisasional afektif khususnya, akan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dan di sisi lain, komitmen organisasional kontinuan dan normatif memiliki hubungan negatif terhadap kinerja karyawan. Terdapat pengaruh negatif komitmen organisasional terhadap turnover, hal ini menandakan bahwa pada individual yang memiliki loyalitas seseorang terhadap organisasi, kemauan untuk mempergunakan usaha atas nama organisasi (kesetiaan terhadap organisasi) dan kesesuaian antara tujuan individual dengan tujuan organisasi akan menyebabkan individual memiliki keinginan yang rendah untuk meninggalkan organisasi tempat ia bekerja sekarang serta kemungkinan individu akan mencari pekerjaan pada organisasi lain (Andini, 2006). Di dalam penelitian Witasari (2009) ditemukan bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap tingkat turnover, artinya 1 2 0
14 semakin tinggi komitmen organisasional semakin tinggi pula tingkat turnover sebuah organisasi, tetapi hal ini diperkuat dengan pernyataan penelitian lain sebelumnya (Mathieu & Zaiac dalam Witasari, 2009; Meyer & Tett dalam Witasari, 2009) yang menyatakan bahwa komitmen organisasional tidak memiliki pengaruh kuat terhadap turnover intentions. Jika dalam suatu organisasi, komitmen dari karyawan cenderung rendah maka akan terjadi kondisi-kondisi yang tidak diharapkan oleh organisasi seperti, ketidakinginan untuk berbagi dan berkorban bagi kepentingan organisasi (unwillingness to share and make sacrifice) (Decotiis & Summers dalam Srimulyani, 2009), low levels of morale (Decotiis & Summers dalam Srimulyani, 2009) dan menurunnya azaz mengutamakan orang lain dan pemenuhan (compliance) (Schappe dalam Srimulyani, 2009)
15 5.4 Saran bagi Pihak Manajemen Rumah Sakit X Bandung Berdasarkan hasil penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang dapat peneliti berikan kepada pihak rumah sakit X Bandung. Manajemen rumah sakit X Bandung perlu mempertahankan dan mengelola kecerdasan emosional yang dimiliki oleh para perawat mengingat tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki perawat termasuk tinggi tetapi para perawat memiliki tingkat stres yang moderat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berhubungan positif dengan stres kerja (r = 0,21; p < 0,05). Pihak rumah sakit X perlu menyikapi tingkat stres kerja perawat dengan baik, sehingga tingkat stres dapat bertahan pada tingkat moderat, dan pihak rumah sakit X perlu mempertahankan serta meningkatkan kecerdasan emosional perawat untuk mendukung komitmen organisasional, hal ini juga dilakukan untuk mencegah meningkatnya tingkat stres. Seperti yang telah dijelaskan hal ini terjadi karena individual tidak memanfaatkan kecerdasan emosional serta potensi yang dimiliki secara penuh (Stoltz, 2000). Stoltz (2000) menambahkan di dalamnya kecerdasan emosional tidak memiliki tolak ukur yang sah dan metode yang jelas untuk mempelajarinya, maka memahami kecerdasan emosional adalah hal yang sulit. Para pemimpin perlu menyeimbangkan kekuatan kecerdasan emosional mereka untuk menjaga hal ini tidak terjadi. Sisi lain dari kecerdasan emosional adalah sebagian orang mengabaikan bahwa kecerdasan emosional bukan sebagai sekadar konsep manajemen tetapi sebuah konsep yang tidak dapat dipelajari dalam waktu singkat, melainkan membutuhkan pengembangan selama periode waktu (Sarna, 2011). Untuk mengelola stres kerja serta mengembangkan kecerdasan emosional rumah sakit X Bandung dapat melakukan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau 1 2 2
16 kegiatan praktik keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Indriyani, 2009). Pihak rumah sakit X juga dapat mengadakan peninjauan kembali pada job description perawat serta mendata ulang jumlah tim perawat dalam setiap ruangan instalasi agar jumlah dan tugas yang harus dijalankan tidak berat sebelah serta untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan telah dijalankan dengan baik atau sebaliknya, sehingga dapat mencari solusi bersama. Pihak rumah sakit X dapat mengadakan rekreasi karyawan bersama keluarganya, event ini merupakan sarana bagi rumah sakit X untuk mengenal keluarga dari para karyawan khususnya para perawat, selain itu pihak rumah sakit X juga dapat membantu menangani masalah konflik peran ganda yang dialami perawat yang mayoritas adalah perempuan dan sudah menikah, jika pihak rumah sakit X tidak serius menangani hal ini akan berdampak pada kinerja rumah sakit X dan akan berujung pada kerugian yang ditanggung pihak rumah sakit X baik materi maupun immateri, pihak rumah sakit X juga dapat memberikan fasilitas berupa pemutar musik dan pemberian ruangan rileks khusus perawat (Indriyani, 2009). Pihak rumah sakit X hendaknya menyertakan perawat dalam proses pelaksanaan kiat seperti waktu yang lebih fleksibel, jadwal kerja alternatif atau jadwal lembur agar tidak dobel atau berturut-turut, kebijakan izin keluarga, dan job sharing (Indriyani, 2009)
BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian besar dari praktisi maupun akademisi telah diberikan kepada pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan dan hasil organisasi.
BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan Smith (1994) mengungkapkan bahwa stres akan terus dialami individual selama masih hidup,
BAB II LANDASAN TEORI. organisasi di antara para ahli dan peneliti (Karim dan Noor, 2006). Sehingga
BAB II LANDASAN TEORI II. A. Komitmen Organisasi Secara teoritis terdapat perbedaan dalam mendefinisikan konsep komitmen organisasi di antara para ahli dan peneliti (Karim dan Noor, 2006). Sehingga berkembang
BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara
BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORI 2.1.1 Budaya Perusahaan Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang akan menjadi pegangan para karyawan dalam menjalankan kewajibannya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,
BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;
BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan
BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja yang terpenting
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidupnya, apapun bentuk organisasi itu dalam mencapai tujuannya.
BAB II LANDASAN TEORI. penting diketahui bahwa pada dasarnya dapat dibedakan pendekatan antara
26 BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Secara teoritis terdapat perbedaan dalam mendefinisikan konsep komitmen terhadap organisasi di antara para ahli dan peneliti
BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Manusia, dalam hal ini karyawan adalah aset utama yang
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era kemajuan khususnya dalam bidang industri, hubungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan era kemajuan khususnya dalam bidang industri, hubungan antara karyawan dengan perusahaan tempatnya bekerja menjadi objek penelitian dari banyak ahli
Stres Affects Job Performance Moderated By Affective Organizational Commitment. Novita Maya Sari ABSTRACT
Stres Affects Job Performance Moderated By Affective Organizational Commitment Novita Maya Sari ABSTRACT This research is a replication of part of the study Hunter and Thatcher (2007) which aims to test
BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak karyawan di masa kini berpindah-pindah tempat kerja. Alasan-alasan karyawan berpindah
TIPOLOGI DAN ANTESEDEN KOMITMEN ORGANISASI. Veronika Agustini Srimulyani Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandala Madiun
1 TIPOLOGI DAN ANTESEDEN KOMITMEN ORGANISASI Veronika Agustini Srimulyani Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandala Madiun ABSTRACT This paper presents a contemporary review of
BAB II LANDASAN TEORI
12 BAB II LANDASAN TEORI Pemerintah merupakan organisasi pelayanan publik yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Pegawai negeri sipil yang merupakan pelaksana tugas-tugas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. individu saat ini ketika sedang melakukan peran spesifik (Lambert dan Lambert,
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Role Stress Fit Role stress adalah konsekuensi dari perbedaan antara persepsi individu dari karakteristik peran tertentu dengan apa yang sebenarnya telah
BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting, karena manusia merupakan sumber daya manusia yang dinamis dan selalu dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan era modern ini, pemandangan wanita bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari budaya Timur yang pada umumnya peran
BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komitmen Organisasional Menurut Robbins (2008), komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya,
BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini memuat landasan empiris mengenai variabel-variabel yang
BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini memuat landasan empiris mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian pertama akan dibahas komitmen organisasional dan bagian kedua membahas
BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) 1.1.1 Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention adalah
BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Industri keuangan syariah di tanah air semakin mendapat tempat di masyarakat. Sejak beroperasi di tahun 1999, sejumlah bank syariah memperlihatkan prestasi
BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah maupun swasta saling bersaing, dengan persaingan yang berfokus pada kepuasan konsumen dituntut
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena efektifitas dan keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kualitas dan
tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam lingkungan kerja. Menurut Chow& Holden (1997), tidak adanya
BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi mempunyai dampak dalam dunia usaha. Globalisasi menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan pasar yang
BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Mowday, Porter, & Steers (1982,dalam Luthans,2006) tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Komitmen Organisasi 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi 1. Mowday, Porter, & Steers (1982,dalam Luthans,2006) Komitmen organisasi paling sering didefinisikan sebagai 1) keinginan
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen bukanlah sesuatu yang bisa hadir begitu saja, karena itu untuk menghasilkan karyawan yang memiliki komitmen yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Di antara para pakar memberikan pengertian tentang kepuasan kerja atau job satisfaction dengan penekanan pada sudut pandang masing-masing.
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan dibahas mengenai teori dari dimensi iklim organisasi dan komitmen afektif yang digunakan penulis sebagai dasar dalam penelitian ini. Pada sub bagian pertama menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap
BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wibowo, 2007:25). Efektifnya organisasi tergantung kepada
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dan pemilik selaku principal. Jensen dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand
BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand theory yang digunakan adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kinerja Karyawan Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Moh As ad, (2003) sebagai kesuksesan seseorang
BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya komitmen yang tinggi tentunya sebuah organisasi atau perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam setiap organisasi, komitmen memegang peranan penting sebab dengan adanya komitmen yang tinggi tentunya sebuah organisasi atau perusahaan akan memiliki karyawan
BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan tersebut berbentuk perusahaan.
HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA. Oleh: Reza Rizky Aditya
HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA Oleh: Reza Rizky Aditya Abstrak Sumber daya manusia salah satu sumber daya perusahaan
BAB I. Perusahaan merupakan suatu organisasi formal yang memiliki tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi formal yang memiliki tujuan jangka pendek untuk memperoleh laba, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu tempat pelayanan umum di bidang kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut untuk menyediakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Intention To Quit 2.1.1. Pengertian Intention To Quit Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya
BAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan tujuan utama seseorang dalam meraih aktualisasi diri terhadap potensi yang dimiliki. Dalam perjalanan kerja, sebagian besar orang mulai merasakan
BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba untuk menjadi sebuah perusahaan atau organisasi yang menjadi pilihan bagi pegawai dimana perusahaan atau
BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu organisasi membutuhkan SDM yang bukan saja berkualitas tetapi juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi membutuhkan SDM yang bukan saja berkualitas tetapi juga memiliki loyalitas. Salah satu untuk mencapai taraf ini adalah dengan menumbuhkan
BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi atau badan usaha profit dimana aktivitas dari perusahaan ini mencakup aktivitas ekonomi yang bersifat komersial dan bertujuan
BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS
BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Konflik peran
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V Kesimpulan dan Saran 202 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh positif dan signifikan secara simultan dan parsial antara budaya
BAB 6 PEMBAHASAN. Aspek penting dari kualitas kerja adalah rasa percaya diri terhadap kontinuitas
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Hasil Penelitian Aspek penting dari kualitas kerja adalah rasa percaya diri terhadap kontinuitas dan progresivitas dari pekerjaan yang sedang dilakukan. Bagi kebanyakan karyawan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini berada pada pasar berkembang Asia. Hal ini dapat dilihat dengan masuknya pasar AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan MEA (Masyarakat
BAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi Dukungan Organisasi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Dukungan Organisasi Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana
BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2. 1. Komitmen Organisasi Terdapat dua pendekatan dalam merumuskan definisi komitmen. Pertama melibatkan usaha untuk mengilustrasikan bahwa komitmen dapat muncul dalam berbagai bentuk,
BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja sebagai sumberdaya manusia (SDM) utama perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kerja sebagai sumberdaya manusia (SDM) utama perusahaan yang dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah dan memberikan kinerja yang optimal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh masing-masing karyawan untuk membantu badan usaha dalam mencapai dan mewujudkan tujuan
BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya,
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan seorang karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kerja yang dimilikinya (Djastuti, 2011). Handayani (2008) berpendapat bahwa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komitmen Organisasi 1) Definisi Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh karyawan yang
BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya komitmen, profesionalisme, dan tingkat kompetensi
BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi yang pengelolaannya ditujukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah suatu institusi yang pengelolaannya ditujukan untuk melayani masyarakat. Sebagai rumah sakit swasta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul dapat
BAB I PENDAHULUAN. Muchlas, (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasional sebagai salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Muchlas, (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasional sebagai salah satu sikap dalam pekerjaan sebagai orientasi seseorang terhadap organisasi dalam arti kesetiaan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh. pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan kerja Menurut Hasibuan (2010:202) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada perkembangan industri untuk semakin maju dan siap melayani kebutuhan dan perubahan yang ada dalam masyarakat.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen
BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS 2.1. Komitmen Organisasi Ketika perusahaan menawarkan pekerjaan dan pelamar kerja menerima tawaran tersebut, pelamar kerja tersebut telah menjadi bagian dari
BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tenaga kerja yang berlebih di Indonesia, membuat beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah tenaga kerja yang berlebih di Indonesia, membuat beberapa perusahaan tertentu merasa memiliki posisi tawar yang tinggi, sehingga manusia atau karyawan
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,
BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya setiap manusia menginginkan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam mempertahankan kehidupannya dengan beragam
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad ke 20 istilah organisasi non pemerintah atau disebut sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai digunakan untuk membedakan
World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global
1 World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global Competitiveness Index-GCI) berada pada peringkat ke-34 dunia. Global Competitiveness
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wanita Karir Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu rumah tangga sebenarnya adalah seorang wanita karir. Namun wanita karir adalah wanita yang
BAB I PENDAHULUAN. baik tidak akan pernah mengabaikan sumber daya manusia mereka, karena dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan yang baik tidak akan pernah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan loyalitas individu terhadap organisasi. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah absensinya
BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan perusahaan, karena peran karyawan sebagai subyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan merupakan aset penting dan mempunyai peran utama dalam menjalankan kegiatan perusahaan, karena peran karyawan sebagai subyek pelaksanaan operasional (Mulyadi,
BAB I PENDAHULUAN. individu yang ditempatkan pada konidisi-kondisi lingkungan yang sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya tuntutan organisasi akan efisiensi dan efektivitas pekerjaan akan mendorong setiap individu untuk lebih dapat bekerja cepat, mampu bersaing, dan mampu mengatasi
BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah akuntan publik 1016 orang. Jumlah ini meningkat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan KAP (Kantor Akuntan Publik) meningkat pesat. Hal ini diperkuat dari penghitungan yang dilakukan IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) pada
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori dan Konsep 1.1.1 Perceived Organizational Support (POS) 2.1.1.1Definisi Perceived Organizational Support Dukungan organisasi didefinisikan
BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan wadah yang menunjukkan adanya pembagian tugas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan wadah yang menunjukkan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor dominan
BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja Menurut kamus psikologi Chaplin (2002) dijelaskan disiplin adalah satu cabang ilmu pengetahuan, kontrol terhadap bawahan, hukuman,
BAB I PENDAHULUAN. individu menjadi tenaga kerja ahli yang terampil dan berkualitas. Ketika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan zaman dan teknologi yang berkembang pesat menuntut individu menjadi tenaga kerja ahli yang terampil dan berkualitas. Ketika seseorang melamar pekerjaan di
BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya (Robbins, 2006). Dalam hal ini adalah karyawan. Karyawan dapat menilai seberapa
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah merupakan salah satu organisasi pelayanan publik yang sering dianggap belum produktif dan efisien dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sebagai penyelenggara
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN HIGH POINT SERVICED APARTMENT SURABAYA
AGORA Vol. 4, No. 2, (2016) 389 PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN HIGH POINT SERVICED APARTMENT SURABAYA Rossalia Mahadewi Tanuwijaya dan Dhyah Harjanti
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Perencanaan Pengembangan Karier
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Perencanaan Pengembangan Karier Mathis dan Jackson (dalam Naliebrata, 2007) mendefinisi kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka.
BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pusat Koperasi Syariah (Puskopsyah) Alkamil Jawa Timur sebagai salah satu lembaga keuangan syariah nonbank yang berbadan hukum koperasi, memiliki kegiatan menyimpan
b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Loyalitas Kerja a. Pengertian Loyalitas Kerja Hasibuan (2005), mengemukakan bahwa loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian
BAB V PENUTUP. signifikan terhadap kinerja guru PAI SMA/SMK di Kabupaten Pati. Artinya
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepemimpinan transformasional kepala berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
DAFTAR PUSTAKA. Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA Afiantari, I. F. (2009). Analisis pengaruh kecerdasan emosional dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan PTK Akamigas STEM Cepu. Skripsi yang tidak dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah,
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Organisasi Menurut Gibson, Ivancevich, Donnelly & Konopaske (2009) organisasi merupakan bagian dari unit - unit yang dikoordinasikan dengan tujuan yang tidak secara individu,
BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan atau organisasi di Indonesia semakin lama semakin pesat, terutama pada era globalisasi saat ini. Hal ini menuntut setiap perusahaan
BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan
BAB I PENDAHULUAN. individunya saling menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia karena akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja. Sumber daya manusia
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Studi ini merupakan pengembangan dari beberapa studi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Amran, 2009; Narmodo, 2008; M Harlie, 2010) yang menyatakan bahwa