BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaturan Badan Usaha Milik Daerah di Bidang Perbankan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Badan usaha juga sering disebut bentuk perusahaan atau bisiness organization (Zaeni Asyhadie,2012:7). Badan usaha sebagai wadah para pelaku usaha untuk mewujudkan tujuan usahanya. Sepertihalnya swasta Daerah dapat membentuk bedan usahanya yang disebut BUMD. BUMD tersebut dapat bergerak dalam usaha perbankan. Sehubungan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka pengaturan BUMD berubah hal ini tentu akan berdampak pada pengaturan BUMD di bidang perbankan. Terhadap pengaturan BUMD di bidang perbankan dikaji dari sisi Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang diubah beberapa kali terkhir dengan Undang Nomor 9 Tahun 2015 untuk selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Pemerintahan Daerah 1. Pengaturan Badan Usaha di Bidang Perbankan dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pengaturan mengenai perbankan diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang selanjutnya disebut Undang- Undang Perbankan. Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam 47

2 melaksanakan kegiatan usahanya (Jamal Wiwoho,2011:27). Sektor perbankan merupakan pemain kunci di sektor keuangan di setiap negara, mereka menempati posisi yang sulit dalam hal penyamaan ekonomi di negara manapun dan baik buruk kerja perbankan selalu mempengaruhi perekonomian pada negara manapun(kenneth Ikechukwu Ajibo, 2015:1). Artinya usaha yang menyangkut perbankan sangat dibutuhkan sebagai lembaga yang menhimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam suatu negara ataupun lintas negara. Bahkan keadaan kesehatan finansial di suatu negara juga dipengaruhi oleh kesehatan bank-bank di negara tersebut. Setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disebut OJK dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan maka fungsi penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan beralih kepada OJK yang mulanya adalah kewenangan Bank Indonesia sehingga wewenang pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank, pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank, pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, pemeriksaan bank adalah kewenangan OJK tak terkecuali perizinan pendirian bank. Berdasarkan Undang-Undang Perbankan yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yaitu berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Perbankan. Selanjutnya Bank Umum juga dikenal dengan nama bank komersial dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu bank umum devisa dan bank umum non devisa. Bank umum yang berstatus devisa memiliki produk lebih luas daripada bank non devisa, antara lain dapat dilaksanakan jasa yang berhubungan dengan seluruh mata uang asing atau jasa bank luar 48

3 negeri(jamal Wiwoho,2011:48). Kemudian Bank Umum dikategorikan lagi menjadi : 1. Bank yang melakukan kegiatan usahannya secara konvensional 2. Bank yang melakukan kegiatan usahanya berdasarkan jasa lalu lintas pembayaran berdasarkan prinsip syariah. Selain Bank Umum ada juga jenis Bank Perkreditan Rakyat yang juga dapat melakukan kegiatan usahanya secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah. Perbedaan mendasar antara Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat adalah berdasarkan kegiatannya, bank umum memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sedangkan pada BPR tidak. Jasa lalu lintas pembayaran itu adalah jasa yang diberikan perbankan untuk nasabah misalnya kliring, dan jual beli valuta asing. Maka dari itu BPR tidak terlibat dalam kliring dan kegiatan usaha valuta asing. Selanjutnya ditinjau dari kegiatan usaha Bank Umum dan BPR perbedaannya terletak pada bentuk simpanan dana yang dihimpun dari masyarakat. BPR tidak menghimpun dana dalam bentuk giro dan sertifikat deposito, hanya menerima dalam bentuk tabungan dan deposito. Maka dari itu, BPR tidak dapat melakukan transaksi giral sedangkan bank umum dapat melakukan transaksi giral. Jadi berdasarkan pengertian dan usaha bank umum dan BPR, perbedaan keduanya terletak pada boleh tidaknya memberikan jasa lalu lintas pembayaran dan bentuk simpanan dana yang dihimpun dari masyarakat. Untuk modal usaha bank, modal minimal yang harus disetor Rp (Tiga Trilyun Rupiah) untuk pendirian Bank Umum; sedang BPR di DKI Jakarta raya: Rp (Lima Miliyar Rupiah), di Ibukota Propinsi di Pulau Jawa & bali dan di wilayah Kabupaten atau Kota Botabek: Rp (Dua Miliyar Rupiah), di Ibukota Provinsi di luar Pulau Jawa & bali: Rp (Satu Miliyar Rupiah), dan wilayah lain di luar wil. di atas: Rp (Lima Ratus Juta Rupiah). Angka-angka tersebut didasarkan pada Peraturan Bank 49

4 Indonesia Nomor 2 27/PB/2000 jo Peraturan Bank Indonesia Nomor. 6/22/PBI/2004. Untuk bentuk hukum usaha perbankan berdasarkan Pasal 21 Undang- Undang Perbankan, bank dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Koperasi dan Perusahaan Daerah sedangkan bentuk hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat yang diatur dalam ayat (2) dapat berbentuk Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas dan bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Maksud dari ketentuan bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah jika ditelusuri dari penjelasan pasal bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan wadah bagi penyelenggaraan lembaga perbankan yang lebih kecil dari Bank Perkreditan Rakyat, seperti bank desa, lumbung desa, badan kredit desa, dan lembaga-lembaga lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58. Pasal 58 berbunyi ; Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD) dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan undang-undang ini dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Maksudnya mengingat lembaga-lembaga dimaksud dalam Pasal ini telah tumbuh dan berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga tersebut diakui. Oleh karenanya undang-undang ini memberikan kejelasan status dari lembaga-lembaga dimaksud. Selanjutnya untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka dengan peraturan pemerintah ditetapkan persyaratan dan tata cara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud sebagai Bank Perkreditan Rakyat (Penjelasan Pasal 58 Undang-Undang Perbankan). Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan 50

5 Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang BPR. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang BPR ini menegaskan bentuk hukum dari bank adalah Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah dan Koperasi yang termaktub dalam Pasal 1. Dari masing-masing bentuk hukum usaha bank baik Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, Koperasi serta bentuk lain yang ditetapkan lain oleh Peraturan Pemerintah untuk BPR adalah untuk memberikan opsional bagi pendiri usaha di bidang perbankan, baik Pemerintah maupun pihak swasta. Bentuk Perseroan Terbatas adalah yang dapat dipilih oleh swasta untuk melakukan usaha bank baik Bank Umum ataupun Bank Perkreditan Rakyat. Perseroan Terbatas atau naamloze vennootschap (dalam bahasa Belanda) dan company limited by shares (dalam bahasa Inggris) adalah suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya (Abdul R. Saliman, 2011:105). Dengan bentuk Perseroan Terbatas ini konsekuensinya harus taat kepada Undang-Undang Perseroan Terbatas, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Undang- Undang Perseroan Terbatas. Dalam bentuk ini modal terbagi atas sahamsaham serta dibentuk atas dasar perjanjian. Minimal pemegang saham adalah 2 orang. Tetapi pengaturan modal minimal tersebut tidak berlaku bagi salah satunya Perseroan Terbatas untuk perusahaan yang dimiliki Negara atau BUMN. Sehingga secara normatif dapat dibentuk Bank atau BPR milik Negara berbentuk hukum perseroan terbatas dengan saham tunggal. Sebelum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah lahir, Daerah dapat memilih opsi bentuk hukum bank dengan Perusahaan Daerah. Dalam hal permodalan bentuk hukum bank berbentuk Perusahaan Daerah akan mendapatkan opsi terbagi oleh saham jika terdiri dari modal beberapa Daerah yang dipisahkan ataupun tidak terbagi atas saham commit jika hanya to user terdiri dari satu (1) modal dari 51

6 kekayaan Daerah yang dipisahkan. Bank dengan bentuk Perusahaan Daerah ini akan taat pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yang selanjutnya disebut Undang-Undang Perusahaan Daerah. Bentuk hukum koperasi adalah bentuk hukum suatu usaha yang menerapkan prinsip usaha bersama. Koperasi harus mencerminkan ketentuan-ketentuan sebagai lazimnya di dalam kehidupan suatu keluarga, dimana segala sesuatunya dikerjakan secara bersama-sama dan ditunjuk untuk kepentingan bersama seluruh anggota keluarga (Abdulkadir Muhammad, 2010 :152). Ciri-cirinya ;Pertama, bukan merupakan kumpulan modal (akumulasi modal). Kensekuensinya adalah harus benarbenar mengabdi kepada kemanusiaan, bukan kepada suatu kebendaan. Kedua, merupakan kerja sama, yaitu suatu bentuk gotong royong berdasarkan asas kesamaan derajat, hak dan kewajiban. Sehingga koperasi benar-benar sebagai wahana demokrasi ekonomi dan sosial. Koperasi adalah milik anggota sehingga kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggota. Ketiga, semua kegiatan harus didasarkan atas kesadaran para anggotanya, tidak boleh ada paksaaan, intimidasi maupun campur tangan luar yang tidak ada sangkut pautnya dengan urusan internal koperasi. Keempat, tujuan koperasi harus merupakan kepentingan bersama para anggotanya dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan karya dan jasa yang disumbangkan para anggotanya dan pembagian sisa koperasi harus dapat mencerminkan perimbangan secara adil dari besar kecilnya karya dam jasa dari para anggotanya(mulhadi, 2010 : 113). Konsekuensi yuridisnya Bank Umum atau BPR berbentuk hukum koperasi adalah harus mensejahterahkan anggotanya, dengan kerjasama dan gotong royong, anggota sebagai pemilik dan kegiatan harus didasarkan kesadaran anggota sehingga bentuk hukum koperasi tidak cocok sebagai entitas bisnis milik Daerah atau BUMD. Dasar hukum bentuk koperasi adalah Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Contohnya dulu adalah Bank Umum Koperasi commit to Indonesia(Bukopoin) user sebelum berubah 52

7 menjadi bentuk Perseroan Terbatas tahun 1993 ( diakses 6 juli 2015). 2. Pengaturan Badan Usaha Milik Daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sebelum lebih membahas ketahap yang lebih lanjut mengetahui apa yang dimaksud dengan BUMD atau Badan Usaha Milik Daerah terlebih dahulu harus mengetahui dahulu apa yang dimaksud Daerah. Menurut Pasal 1 angka (12) Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang dimaksud dengan Daerah atau Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tingkatan Daerah terbagi menjadi dua yaitu Daerah tingkat provinsi atau tingkat I dan Daerah tingkat kota/kabupaten atau yang disebut Daerah dalam arti tingkat II. Daerah tingkat I dipimpin oleh Gubernur sedangkan tingkat II dipimpin oleh kepala Daerah yaitu walikota atau bupati. Masing-masing Daerah baik tingkat provinsi ataupun kabupaten serta kota memiliki otoritas untuk membentuk BUMD ataupun melakukan penyertaan modal pada BUMD. Sedangkan yang dimaksud Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom(pasal 1 angka 3 Undang-Undang Pemerintahan Daerah). Pada Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah yang disusun Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia pada tahun 2011 ternyata tidak secara eksplisit menyinggung tentang BUMD. Pengaturan mengenai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah bagian commit dari urusan to user konkuren Daerah. Concurrence 53

8 function artinya diterapkannya prinsip konkurensi dari setiap urusan pemerintahan(kementrian Dalam Negeri RI, 2011:11). Artinya Apa yang dikerjakan di Pemerintah Pusat, menjadi juga kewenangan provinsi dan kewenangan kabupaten/kota, hanya saja skalanya yang berbeda. Kalau Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan yang berskala nasional atau lintas provinsi, maka provinsi akan mempunyai kewenangan dengan skala provinsi atau lintas kabupaten/kota sedangkan kabupaten/kota mempunyai kewenangan skala kabupaten/kota atas 31 urusan pemerintahan yang di desentralisasikan (Kementrian Dalam Negeri RI, 2011:11). Berdasarkan Pasal 9 ayat (3) Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren menjadi salah satu urusan pemerintahan disamping urusan pemerintahan absolut dan umum berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Dan berdasarkan Pasal 9 ayat (4) : Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Hal tersebut berarti otonomi Daerah adalah realisasi hasil dari urusan konkuren yang kemudian berdasarkan otonomi Daerah, Pemerintah Daerah berhak membentuk badan usahanya sebagai sarana untuk penyelenggaraan urusan konkuren baik sebagai profit oriented ataupun public service. Badan Usaha Milik Daerah atau yang disebut BUMD adalah organisasi parastatal, yang merupakan badan usaha yang didirikan oleh pemerintah Daerah untuk melakukan bidang usaha tertentu. Parastatal di tingkat Daerah dan public enterprise di tingkat nasional dibentuk sebagai institusi untuk mencapai tujuan politik, ekonomi dan sosial dan sangat diminati di negara-negara berkembang ketika sektor swasta belum berkembang secara baik(kementrian Dalam Negeri RI, 2011:216). Jika ditelaah berdasarkan naskah akademik Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang merupakan penganti dari Undang-Undang Pemerintahan Daerah sebelumnya secara filosofi didasarkan atas 54

9 pelaksanaan desentralisasi di Indonesia yang masih mengalami banyak hambatan dan kendala sehingga tujuan dari kebijakan tersebut belum dapat diwujudkan secara optimal. Hambatan dan kendala tersebut muncul sebagian karena pengaturan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 belum mampu secara tepat mengantisipasi dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang berkembang di Daerah yang cenderung menjadi semakin tinggi. Akibatnya, banyak masalah yang muncul di Daerah tidak dapat diselesaikan dengan pengaturan yang ada. Bahkan, dalam beberapa hal pengaturan yang ada di Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sudah tidak lagi cocok dan relevan untuk digunakan, karena situasi yang dihadapi oleh pemerintah baik pusat ataupun Daerah sudah berbeda dengan yang dulu dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Kementrian Dalam Negeri RI, 2011:249). Pengaturan mengenai BUMD pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sejatinya memang dibutuhkan mengingat selama ini tidak ada payung hukum yang kuat mengenai BUMD. Terlebih lagi dilihat dari aspek historis pengaturan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sejatinya telah dianulir keberadaannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Disebutkan pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang bahwa ; Pernyataan tidak berlaku undangundang yang tercantum dalam Lampiran III Undang-Undang ini ditetapkan pada saat undang-undang pengantinya mulai berlaku. Terlebih lagi pada kenyataannya bahwa BUMD yang ada selama ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) tetapi justru lebih banyak suntikan dana dari Pemerintah Daerah commit daripada to user keuntungan yang di dapat (Yudho 55

10 Taruno Muryanto dan Djuwityastuti, 2014:3). Berdasarkan urauan di atas maka restrukturisasi terkait konstruksi dan bentuk BUMD yang masih berbentuk Perusahaan Daerah sangat dibutuhkan karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan dinamika BUMD. Berdasarkan Konsideran Undang-Undang Pemerintahan Daerah, pembentukan Undang-Undang tersebut didasarkan atas amanat Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kemudian berdasarkan Konsideran huruf b : bahwa penyelenggaraan pemerintahan Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing Daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu Daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsideran huruf c : bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan Daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman Daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara. Konsideran huruf d : bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan Daerah sehingga perlu diganti. Di dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah tersebut mengatur mengenai badan usaha yang khusus mengenai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Badan Usaha Milik Daerah yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sedangkan dalam Undangcommit to user Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- 56

11 Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur mengenai persoalaan pemerintahan Daerah sangat sedikit menyinggung mengenai BUMD. Definisi BUMD dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak ditemukan. Istilah BUMD baru muncul dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1990 tentang Perubahan Bentuk Hukum Perusahaan Daerah kedalam dua bentuk Perusahaan Umum Daerah (Perumda) dan Perseroan Daerah (Perseroda), yang menyebutkan istilah BUMD, akan tetapi istilah BUMD dibaurkan dengan istilah Perusahaan Daerah (Yudho Taruno, 2014:128). Hal itu dapat dilihat dalam ; Konsideran huruf c: bahwa pada kenyataannya pada saat ini masih terdapat banyak jenis dasar hukum Badan Usaha Milik Daerah.. Konsideran huruf d : bahwa dengan keberhasilan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, menyebabkan semakin tumbuh dan berkembangnya Perusahaan Daerah. Konsideran huruf e : bahwa pengelolaan Perusahaan Daerah harus diselenggarakan secara efisien dan efektif Konsideran huruf f : bahwa sambil menunggu diberlakukannya undang-undang yang baru tentang Perusahaan Daerah. Konsideran huruf g : 57

12 Bahwa perlu dikeluarkan instruksi Menteri dalam Negeri tentang Bentuk Usaha Milik Daerah. Pembauran istilah BUMD dari Perusahaan Daerah tersirat dalam Instruksi Menteri tersebut. Kemudian pada tahun 1998 lahir Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Namun Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut lagi-lagi tidak secara eksplisit menegaskan definisi dari BUMD. Baru setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah istilah BUMD baru ditegaskan. Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 40 berbunyi Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Dalam Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tersebut yang menyinggung tentang BUMD adalah Pasal 1 angka 40, Pasal 298 ayat (5) huruf c, Pasal 304 ayat (1) dan (2), Pasal 305, Pasal 331, Pasal 332, Pasal 333, Pasal 334, Pasal 335, Pasal 336, Pasal 337, Pasal 338, Pasal 339, Pasal 340, Pasal 341, Pasal 342, Pasal 343, Pasal 402 ayat (2), Pasal 405 dan 409. Walaupun saat penelitian ini ditulis Peraturan Pemerintah pelaksananya Undang-Undang Pemerintahan Daerah tersebut banyak yang belum ada tetapi pengaturan tentang BUMD tersebut cukup baik untuk menjadi dasar pengaturan BUMD saat ini.untuk selanjutnya akan dibahas perpasal dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah tersebut yang khusus menyinggung tentang BUMD. Pasal 1 (40) Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Pasal 1 angka 40 menerangkan tentang definisi BUMD yaitu Badan Usaha Milik Daerah yang commit selanjutnya to user disingkat BUMD adalah badan 58

13 usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.. Pengertian BUMD barulah secara eksplisit ditegaskan dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah tersebut. Pasal 298 (4) Belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapatdiberikan kepada: a. Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah lain; c. badan usaha milik negara atau BUMD; dan/atau d. badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yangberbadan hukum Indonesia. Pasal 298 ayat (5) huruf c Undang-Undang Pemerintahan Daerah memberikan dasar bahwa Daerah dapat menganggarkan belanja hibah yang dapat diberikan kepada salah satunya adalah BUMD. Pemberian belanja hibah sendiri oleh Daerah adalah salah satu bentuk bantuan hibah Daerah pada badan usahanya untuk pengoptimalisasian badan usaha tersebut. Menurut Pasal 298 ayat (4) yang belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 304 (1) Daerah dapat melakukan penyertaan modal pada badan usaha milik negara dan/atau BUMD. (2) Penyertaan modal Daerah sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat ditambah, dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat dialihkan kepada badan usaha milik negara dan/atau BUMD. (3) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. commit Pasal to user

14 (1) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD dapat digunakan untuk pengeluaran pembiayaan Daerah yang ditetapkan dalam Perda tentang APBD. (2) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan untuk pembiayaan: a. pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo; b. penyertaan modal Daerah; c. pembentukan dana cadangan; dan/atau d. pengeluaran pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai dasar langkah investasi Daerah kepada badan usahanya diatur pada Pasal 304 ayat (1) bahwa Daerah dapat melakukan penyertaan modal pada badan usaha milik negara dan/atau BUMD. Hal ini tentu menjadi dasar bagi Daerah untuk memberikan penyertaan modal atau investasi baik kepada BUMD yang dibentuk Daerah itu sendiri ataupun dengan cara Daerah membeli saham badan usaha swasta agar menjadi pemilik modal mayoritas yang otomatis akan membuat badan usaha tersebut menjadi Badan Usaha Milik Daerah karena mayoritas sahamnya dimiliki Daerah melalui penyertaan modal. Kemudian ayat selanjutnya ayat (2) menjelaskan bahwa Penyertaan modal Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambah, dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat dialihkan kepada badan usaha milik negara dan/atau BUMD. Penyertaan modal Daerah kepada badan usaha tentunya menjadi otoritas Daerah melalui pemerintah Daerahnya untuk menambah, mengurangi menjual kepada pihak lain atau mengalihkan kepada badan usaha lain modal tersebut. Penyertaan tersebut sesuai Pasal 305 ayat (1) dan ayat (2) huruf b adalah ketika APBD diperkirakan surplus, kemudian APBD dapat digunakan untuk pengeluaran pembiayaan Daerah yang ditetapkan dalam Perda tentang APBD yaitu salah satunya penyertaan modal Daerah Selanjutnya masuk ke dalam Bab XII yaitu Pasal 331 sampai dengan Pasal 343. Pada Bab tersebut adalah yang membahas secara khusus tentang BUMD. Pasal 331 commit ayat (1) to user menjadi dasar bahwa Daerah dapat 60

15 membentuk BUMD, Pasal tersebut berbunyi Daerah dapat mendirikan BUMD. Pendirian tersebut harus memiliki suatu dokumen legalnya yaitu Peraturan Daerah atau yang familiar disebut Perda, hal ini diatur dalam ayat (2) nya yang berbunyi Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Perda. Kemudian untuk bentuk hukumnya adalah diatur dalam Pasal 331 ayat (3) yang berbunyi BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Perusahaan Umum Daerah dan Perusahaan Perseroan Daerah. Pengaturan tentang BUMD pada Undang-Undang Pemerintahan Daerah tentunya mempertegas konsistensi BUMD, terutama terkait bentuk hukum, dalam hal ini memberikan opsi bentuk Daerah. Daerah dapat membentuk BUMD untuk menitik beratkan kepada pemenuhan kepentingan umum ataupun mencari keuntungan. a) Bentuk Hukum Perusahaan Umum Daerah untuk BUMD Untuk Daerah yang menginginkan memiliki badan usaha yang digunakan untuk pelayanan umum tentunya dapat memilih bentuk perusahaan umum atau yang disebut juga public Corporation. Bentuk hukum Perusahaan Umum sudah diterapkan pada Badan Usaha Milik Negara atau BUMN yang menitik beratkan pada pelayanan umum. Pelayanan umum dapat juga disebut pelayanan public. Untuk melihat pengertian pelayanan public dapat diadopsi dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang mendefinisikan pelayanan publik sebagai berikut dalam Pasal 1 ayat (1) yaitu: Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik." 61

16 Pendirian BUMD ditetapkan dengan peraturan Daerah serta didasarkan pada kebutuhan Daerah dan kelayakan bidang usaha yang dibentuk. Dasar pembentukan yang harus melihat pada asapek kebutuhan Daerah dan kelayakan bidang usaha yang dibentuk ini diatur dalam Pasal 331 ayat (5) Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Kebutuhan Daerah yang dimaksud mengacu pada aspek pelayanan umum dari Perusahaan Umum Daerah. Dalam Penjelasan pasal tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan Daerah dikaji melalui studi yang mencakup aspek pelayanan umum dan kebutuhan masyarakat di antaranya air minum, pasar, transportasi. Dengan demikian kriteria pelayanan umum dari pembuat undang-undang antara lain berupa sektor air minum, pasar dan transportasi. Sejalan dengan ciri-ciri Perusahaan Umum yang bergerak pada bidang-bidang jasa vital (public utilites) (Christine S.T Kansil 2005:57-58). Vital dalam kamus besar bahasa Indaonesia berarti sangat penting (untuk kehidupan). Vital dapat diartikan juga peranannya tidak dapat digantikan oleh peranan organ lain. Dalam hal jenis usaha perusahaan dapat dilogikan bahwa Perusahaan Umum haruslah bergerak dalam jasa vital yang tidak dapat dilakukan oleh pihak swasta. Jika dilakukan oleh pihak swasta dikhawatirkan akan dilakukan monopoli terhadap produk atau jasa yang menyangkut hajat orang banyak atau kepentingan masyarakat umum. Perusahaan Umum (Perum) yang dibentuk oleh pemerintah untuk melaksanakan usaha sebagai implementasi kewajiban pemerintah guna menyediakan barang dan jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berikut ini adalah Pasal-Pasal yang membahas khusus tentang Perusahaan Umum Daerah pada Undang-Undang Pemerintahan Daerah ; Pasal 334 (1) Perusahaan umum Daerah adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh satu Daerah dan tidak terbagi atas saham. 62

17 (2) Dalam hal Perusahaan Umum Daerah akan dimiliki oleh lebih dari satu Daerah, Perusahaan Umum Daerah tersebut harus merubah bentuk hukum menjadi perusahaan perseroan Daerah. (3) Perusahaan Umum Daerah dapat membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki saham pada perusahaan lain. Pasal 335 (1) Organ Perusahaan Umum Daerah terdiri atas kepala Daerah selaku wakil Daerah sebagai pemilik modal, direksi dan dewan pengawas. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organ Perusahaan Umum Daerah diatur dalam peraturan pemerintah. Pasal 336 (1) Laba Perusahaan Umum Daerah ditetapkan oleh kepala Daerah selaku wakil Daerah sebagai pemilik modal sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Laba Perusahaan Umum Daerah yang menjadi hak Daerah disetor ke kas Daerah setelah disahkan oleh kepala Daerah selaku wakil Daerah sebagai pemilik modal. (3) Laba Perusahaan Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditahan atas persetujuan kepala Daerah selaku wakil Daerah sebagai pemilik modal. (4) Laba perusahaan umum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan untuk keperluan investasi kembali (reinvestment) berupa penambahan, peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana pelayanan fisik dan nonfisik serta untuk peningkatan kuantitas, kualitas dan kontinuitas pelayanan umum, pelayanan dasar dan usaha perintisan. (5) Ketentuan lebih lanjut pada mengenai laba Perusahaan Umum Daerah diatur dalam peraturan pemerintah. Pasal 337 (1) Perusahaan umum Daerah dapat melakukan restruksturisasi untuk menyehatkan Perusahaan Umum Daerah agar dapat beroperasi secara efisien, akuntabel, transparan, dan profesional. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai restruksturisasi perusahaan umum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah. Pasal 338 (1) Perusahaan Umum Daerah dapat dibubarkan. (2) Pembubaran Perusahaan Umum Daerah ditetapkan dengan Perda. 63

18 (3) Kekayaan Perusahaan Umum Daerah yang telah dibubarkan dan menjadi hak Daerah dikembalikan kepada Daerah. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembubaran Perusahaan Umum Daerah diatur dalam peraturan pemerintah. Definisi Perusahaan Umum Daerah sendiri ada dijelaskan pada Pasal 334 ayat (1) yaitu Perusahaan umum Daerah adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh satu Daerah dan tidak terbagi atas saham. Dari pengertian tersebut jelas secara tegas bahwa Perusahaan Umum Daerah adalah seluruh modalnya dimiliki Daerah dan tidak terbagi atas saham. Pada Pasal 334 ayat (2) tidak memberikan dispensasi bahwa Perusahaan Umum Daerah yang akan dimiliki oleh lebih dari satu Daerah, Perusahaan Umum Daerah tersebut harus merubah bentuk hukum menjadi Perusahaan Perseroan Daerah. Tentunya bentuk ini sama dengan model Perusahaan Umum pada BUMN yang menitik beratkan pada pelayanan umum. Seperti yang dijelaskan pada Konsideran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum bahwa bentuk ini didasarkan pada perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan persaingan yang semakin tajam sehingga perlu mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing dan pengembangan usaha Perusahaan Umum (PERUM) serta menegaskan otonomi yang lebih luas kepada manajemen dalam melakukan pengurusan Perusahaan Umum. Latar belakang adanya bentuk Perusahaan Umum ini adalah dari hasil penertiban bentuk karena tidak efektif dan inefisien bentuk Perusahaan Negara dahulu sehingga perlu ketegasan terhadap kriteria bentuk hukum badan usaha. Diharapkan Perusahan Umum berperan dalam perekonomian nasional dalam menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan kemakmuran masyarakat karena perusahaan umum bertujuan social sebagai alat pembangun dan pendorong kegiatan usaha yang didasarkan demokrasi ekonomi (Grace Y. Bawole,2011:7). 64

19 Perusahaan Umum dapat membentuk anak perusahaan atau memiliki saham perusahaan lain, hal itu ditegaskan dalam Pasal 334 ayat (3) Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Untuk Organ Perusahaan umum ditegaskan pada Pasal 335 ayat (1) yaitu terdiri atas kepala Daerah selaku wakil Daerah sebagai pemilik modal, direksi dandewan pengawas. Ketentuan mengenai organ ada pada penulisan hukum ini pada Bab Tinjauan Pustaka. Kemudian pengaturan lebih lanjut mengenai organ Perusahaan Umum Daerah adalah dengan Peraturan Pemerintah yang masih belum dikeluarkan. Tetapi sebenarnya pengaturan tersebut dapat mengadopsi pengaturan Perusahaan Umum versi BUMN yang ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum (PERUM). Pasal 336 Undang-Undang Pemerintahan Daerah mengatur tentang laba Perusahaan UmumDaerah. Berdasarkan ayat (1) laba Perusahaan Umum Daerah menjadi otoritas kepala Daerah sebagai wakil selaku wakil Daerah sebagai pemilik modal sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian berdasarkan Pasal 336 ayat (2), (3) dan (4) laba tersebut dapat disetor ke kas Daerah setelah disahkan oleh kepala Daerah, ditahan ataupun digunakan untuk keperluan investasi kembali (reinvestment) berupa penambahan, peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana pelayanan fisik dan nonfisik serta untuk peningkatan kuantitas, kualitas dan kontinuitas pelayanan umum, pelayanan dasar dan usaha perintisan. Perusahaan Umum Daerah dapat melakukan restrukturisasi untuk menyehatkan Perusahaan Umum Daerah agar dapat beroperasi secara efisien, akuntabel, transparan, dan profesional. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 337 Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah struktur perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja commit perusahaan. to user Perbaikan tersebut menyangkut 65

20 berbagai aspek perusahaan, mulai dari perbaikan portofolio perusahaan, perbaikan permodalan, perampingan manajemen, perbaikan sistem pengelolaan perusahaan, sampai perbaikan sumber daya manusia. Sedangkan menurut David Fred Restrukturisasi, sering disebut sebagai downsizing atau delayering, melibatkan pengurangan perusahaan di bidang tenaga kerja, unit kerja atau divisi, ataupun pengurangan tingkat jabatan dalam struktur oganisasi perusahaan. Pengurangan skala perusahaan ini diperlukan untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas (David Fred, 1997:226). Sedagkan tujuan restrukturisasi adalah untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan (Djohanputro, Bramantyo, 2004:2). Untuk Pembubaran Perusahaan Umum Daerah Pasal 338 menegaskan bahwa pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). Kemudian setelah dibubarkan Kekayaan perusahaan umum Daerah yang telah dibubarkan dan menjadi hak Daerah dikembalikan kepada Daerah. b) Bentuk Hukum Perusahaan Perseroan Daerah untuk BUMD Setelah mengkaji tentang bentuk hukum BUMD Perusahaan Umum Daerah kemudian selanjutnya adalah Perusahaan Perseroan Daerah. Bentuk ini adalah bentuk hukum ketika Daerah ingin membentuk badan usahanya yang menitik beratkan untuk mencari keuntungan atau profit oriented sebagai kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan Pasal 339 Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang dimaksud dengan Perusahaan Perseroan Daerah adalah BUMD yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah. Hal itu berarti konsep bentuk hukum adalah Perseroan Terbatas yang tunduk pada Undang-Undang Perseroan Terbatas namun ada penegasan modal yang commit harus to dipenuhi user sebagai Perusahaan Umum 66

21 Daerah yaitu 51% harus dimiliki satu Daerah atau dalam hal pemegang saham perusahaan perseroan Daerah terdiri atas beberapa Daerah dan bukan Daerah, salah satu Daerah merupakan pemegang saham mayoritas. Untuk karakteristiknya mengacu pada ciri-ciri perseroan terbatas seperti halnya dijelaskan dalam tinjauan pustaka pada penelitian hukum ini. Perusahaan Perseroan Daerah dapat membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki saham pada perusahaan lain seperti yang ditegaskan dalam Pasal 341 Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Kemudian pembentukan anak perusahaan sebagaimana dimaksud didasarkan atas analisa kelayakan investasi oleh analis investasi yang profesional dan independen. Untuk pembubaran Perusahaan Perseroan Daerah tidak seperti Perusahaan Umum Daerah yang harus dengan Peraturan Daerah. Pembubaran Perusahaan Perseroan Daerah mengacu pada anggaran dasar pembentukan Perseroan. Sedangkan konsekuensi pembubaran terhadap kekayaan Perusahaan Umum Daerah hasil pembubaran yang menjadi hak Daerah dikembalikan kepada Daerah dan yang menjadi hak pemegang saham lain dikembalikan kepada pemegang saham tersebut. c) Tujuan untuk mendirikan BUMD Kembali pada tujuan pendirian BUMD, dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah yaitu Pasal 331 ayat (4). Pada pasal tersebut disebutkan bahwa tujuan dibentuknya BUMD adalah untuk : (1) memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah pada umumnya; (2) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik; dan 67

22 (3) memperoleh laba dan/atau keuntungan. Kemudian pendirian tersebut dikaitkan dengan kebutuhan Daerah dan kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk. Daerah dapat menitik beratkan kepada mencari keuntungan atau pelayanan umum dalam hal kebutuhan Daerah. Jika ingin membentuk badan usaha yang melayani kepentingan umum atau public service hendaknya memilik bentuk Perusahaan Umum Daerah sebagai entitas usaha yang bergerak pada bidang-bidang jasa vital (public utilites). Sedangkan jika menekankan pada profit oriented serta keterbukaan permodalan hendaknya Daerah memilih bentuk Perseroan Daerah. Untuk kelayakan bidang usaha BUMD yang dibentuk maksudnya adalah layak tidak BUMD tersebut dibentuk didasarkan analisis terhadap kelayakan ekonomi, analisis pasar dan pemasaran dan analisis kelayakan keuangan serta analisis aspek lainnya. Berdasarkan makalah seminar Strategi Peningkatan Kinerja BUMD, pengukuran kinerja BUMD harus disesuaikan dengan tujuan pendirian BUMD. Tujuan pendirian BUMD tersebut yang terdapat pada Perda tentang pendirian BUMD dan/atau Anggaran Dasar. Perlu mendapat perhatian bahwa selama ini perhitungan kinerja BUMD cenderung dari sisi perolehan laba dan/atau keuntungan materi dibandingkan dengan multipler effect dalam bentuk perekonomian local dan kemanfaatan umum. Seharusnya, penilaian kinerja disesuaikan dengan tujuan pendirian BUMD (Riris Prasetyo, 2015;11). d) Sumber modal yang dapat disertakan untuk BUMD Berbicara mengenai permodalan pasti erat kaitannya dengan keuangan Daerah atau keuangan Negara. Berdasarkan Pasal 332 ayat (1) sumber modal BUMD dapat terdiri dari : penyertaan modal Daerah, pinjaman, hibah dan sumber modal lainnya. Sedangkan yang dimaksud sumber modal lain adalah kapitalisasi cadangan, keuntungan revaluasi asset dan agio saham. 68

23 Penyertaan modal Daerah masuk kedalam pengeluaran pembiayaan Daerah. Dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD dapat digunakan untuk pengeluaran pembiayaan Daerah yang ditetapkan dalam Perda tentang APBD. Yang dimaksud Pembiayaan menurut Undang-Undang Pemerintahan Daerah adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Penyertaan modal Daerah kepada BUMD juga seperti diuraikan pada uraian sebelumnya tentang Pasal 304 Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Sedangkan yang dimaksud pinjaman adalah semua transaksi yang mengakibatkan peminjam menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga peminjam tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Daerah sebagai pemilik usaha ataupun BUMD itu sendiri dapat melakukan pinjaman sebagai sumber permodalan BUMD. Sumber modal BUMD selanjutnya adalah hibah. Pengertian hibah dapat ditemui dalam Pasal 295 ayat (2) yaitu bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah Pusat, Daerah yang lain, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Selain tiga sumber permodalan tersebut masih ada sumber permodalan lain yaitu dari kapitalisasi cadangan, keuntungan revaluasi asset dan agio saham. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tidak ada uraian tentang apa itu kapitalisasi cadangan. Kapitalisasi cadangan dapat ditemukan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang artinya adalah penambahan modal disetor yang berasal dari cadangan. Yang kedua adalah revaluasi asset. Dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah tidak ditemukan definisi 69

24 tentang revaluasi asset. Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar yang dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya(kantor Jasa Penilai Publik Anas Karim Rivai & Rekan, diakses pada tanggal 29 Juni 2015 pukul WIB). Yang terakhir adalah agio saham. Yang dimaksud dengan agio saham tidak dijelaskan pada Undang-Undang Pemerintahan Daerah, tetapi dapat ditemukan dalam lampiran Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 35/PM/2003 yang mendefinisikan agio saham merupakan selisih lebih setoran pemegang saham diatas nilai nominalnya dalam hal saham dikeluarkan dengan nilai nominal. Dalam penyertaan modal Daerah untuk BUMD harus ditetapkan dengan Perda. Hal itu ditegaskan dalam Pasal 333 ayat (1) Undang- Undang Pemeritahan Daerah. Kemudian untuk materi yang disertakan dapat berupa uang ataupun barang. Barang milik Daerah sebagaimana dimaksud dinilai sesuai nilai riil pada saat barang milik Daerah akan dijadikan penyertaan modal.nilai riil sebagaimana dimaksud diperoleh dengan melakukan penafsiran harga barang milik Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan digunakan untuk pertanggungjawaban APBD. e) Dasar tata kelola BUMD Setelah membahas permodalan BUMD, kemudian selanjutnya adalah pengelolaan BUMD. Pengelolaan BUMD dibutuhkan untuk mengelola BUMD menuju tujuan BUMD tersebut sesuai hukum 70

25 berlaku. Menurut Pasal 343 ayat (1) Undang-Undnag Pemerintahan Daerah pengelolaan BUMD paling sedikit harus memenuhi unsur : (1) tata cara penyertaan modal; (2) organ dan kepegawaian; (3) tata cara evaluasi; (4) tata kelola perusahaan yang baik; (5) perencanaan, pelaporan, pembinaan, pengawasan; (6) kerjasama; (7) penggunaan laba; (8) penugasan Pemerintah Daerah; (9) pinjaman; (10) satuan pengawas intern, komite audit dan komitelainnya; (11) penilaian tingkat kesehatan, restrukturisasi, privatisasi; (12) perubahan bentuk hukum; (13) kepailitan; dan (14) penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan. Pengelolaan BUMD tersebut tentunya mengacu pada dasar hukum masing-masing yang mengatur baik dari segi hukum perusahaan, ketenaga kerjaan, keuangan negara/daerah, atau pemerintahan Daerah. f) Ketentuan peralihan dan ketentuan penutup yang menyangkut BUMD Yang terakhir mengenai tinjauan Undang-Undang Pemerinahan Daerah adalah pada bagian aturan peralihan dan ketentuan penutup. Pada aturan peralihan khususnya Pasal 402 ayat (2) menyebutkan bahwa BUMD yang telah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang- Undang ini diundangkan. BUMD yang telah ada sebelum Undang- Undang tersebut berlaku adalah BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah dan Perseroan Terbatas. Hal ini tentu mengacu pada dasar 71

26 hukum BUMD terdahulu yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah. Dilihat dari Pasal 404 jocnto Pasal 409 Undang-Undang Pemerintahan Daerah ternyata Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Konsekuensi yuridisnya akan berdampak hilangnya dasar hukum dari Perusahaan Daerah sehingga Bentuk BUMD yang ada sebelumnya menyesuaikan dengan yang diatur dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah bahwa bentuk hukum BUMD yang ada saat ini hanya ada Perusahaan Umum Daerah dan Perusahaan Perseroan Daerah. Dalam hal bentuk hukum tentunya BUMD yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas tidak terkena konsekuensi yuridis dari berlakunya Undang-Undang Pemerintah Daerah karena bentuk hukum Perseroan Terbatas tetap sah berlaku. Tetapi hal itu tidak dengan bentuk hukum Perusahaan Daerah yang dasar hukumnya telah dicabut menjadi tidak sesuai lagi dan harus menyesuaikan bentuk hukumnya dalam bentuk Perusahaan Umum Daerah ataupun Perusahaan Perseroan Daerah sesuai dengan kesesuaian jenis usaha terhitung sejak 3 tahun Undang-Undang Pemerintahan Daerah tersebut diundangkan. Selain itu diperlukan peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang diujudkan dalam Peraturan Pemerintah. Hal tersebut sebagai amanat dari Pasal 331 ayat (6), Pasal 333 ayat (5), Pasal 335 ayat (2), Pasal 336 ayat (5), Pasal 337 ayat (2), Pasal 338 ayat (4), Pasal 340 ayat (2), Pasal 342 ayat (3) dan Psal 343 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang kurang lebih memuat ; a. pendirian; b. tata cara penyertaan modal; c. organisasi dan kepegawaian; d. tata cara evaluasi; e. tata kelola perusahaan yang baik; f. perancanaan, pelaporan, pembinaan, pengawasan ; g. kerjasama; h. pengunaan laba; i. penugasan Pemerintah Daerah; j. pinjaman; k.satuan pengawas 72

27 intern, komite audit dan komite lainnya; l. penilaian tingkat kesehatan, restrukturisasi, privatisasi; m. perubahan bentuk hukum; n. kepailitan; o. pengabungan, peleburan dan pengambilalihan; p. pembubaran 3. Hasil Tinjauan dari Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Terhadap Pengaturan BUMD di bidang perbankan. Setelah menelaah dari Undang-Undang Perbankan dan Undang- Undang Pemerintahan Daerah, untuk membuat BUMD si bidang Perbankan harus berpijak pada Undang-Undang Perbankan dan Undang- Undang Pemerintahan Daerah. Dalam hal BUMD harus berpijak pada pengaturan BUMD yaitu Undang-Undang Pemerintahan Daerah sedangkan dalam usaha banknya berpijak pada Undang-Undang Perbankan. Sebagai BUMD yang bergerak pada usaha perbankan harus memperhatikan : a. Pembaharuan definisi BUMD yang secara eksplisit ditegaskan dalam Pasal 1 angka 40 Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang berbunyi Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. b. BUMD di bidang perbankan sebagai usaha yang bergerak di bidang perbankan berapa pada pengawasan Otoritas Jasa Keuangan yang mulanya adalah kewenangan Bank Indonesia. OJK memiliki wewenang terhadap pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank, pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank, pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, pemeriksaan bank dan perizinan pendirian bank.(sejak 73

28 diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan). c. Pendiriannya adalah dengan Peraturan Daerah kemudian jika berbentuk Perseroan mengikuti ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas (Pasal 331 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah). d. Sebagai BUMD di bidang perbankan dapat memlih jenis usahanya berupa Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dan menyetor modal minimal yaitu : Bank Umum :Rp , BPR di DKI Jakarta raya: Rp di Ibukota Propinsi di Pulau Jawa & bali dan di wilayah Kabupaten atau Kota Botabek: Rp , di Ibukota Provinsi di luar Pulau Jawa & bali: Rp , dan wilayah lain di luar wil. di atas: Rp (Peraturan Bank Indonesia Nomor 2 27/PB/2000 jo Peraturan Bank Indonesia Nomor. 6/22/PBI/2004) e. Sebagai BUMD haruslah berpijak pada tujuan BUMD dalam Undang- Undang Pemerintahan Daerah yaitu (Pasal 331 ayat (4) Undang- Undang Pemerintahan Daerah): 1) memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah pada umumnya; 2) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik; dan 3) memperoleh laba dan/atau keuntungan. f. Sebagai Badan Usaha yang bergerak di bidang Perbankan menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution) yakni sebagai lembaga yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada commit masyarakat to user dalam bentuk kredit atau 74

TINJAUAN HUKUM TERKAIT PENGATURAN BUMD

TINJAUAN HUKUM TERKAIT PENGATURAN BUMD TINJAUAN HUKUM TERKAIT PENGATURAN BUMD www.citygastrk.com I. LATAR BELAKANG Sejak diundangkannya Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD BPR) BANK WONOSOBO

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BANK PEMBANGUNAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa guna mendorong terciptanya

Lebih terperinci

Woww Segini Hutang Gorontalo Fitrah Mandiri

Woww Segini Hutang Gorontalo Fitrah Mandiri Woww Segini Hutang Gorontalo Fitrah Mandiri Diterbitkan pada 5 Oktober 2017 oleh Harian Gorontalo (Situs Berita Gorontalo Post) Gorontalo, hargo.co.id - Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Gorontalo Fitrah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pertemuan 7 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2013 EKONOMI. Lembaga. Keuangan. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS ANEKA USAHA DAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PERSEROAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) SYARIAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA MAKASSAR MENJADI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KREDIT USAHA RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /POJK.03/2016 TENTANG PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PT. PEMBANGUNAN PRASARANA SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PT. PEMBANGUNAN PRASARANA SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PT. PEMBANGUNAN PRASARANA SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN BENTUK HUKUM BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN DARI PERUSAHAAN DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian

Lebih terperinci

daerah, maka Pemerintah Daerah mengadakan penyertaan modal pada

daerah, maka Pemerintah Daerah mengadakan penyertaan modal pada LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH KOTA SALATIGA, PERUSAHAAN DAERAH BADAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN LEMBAGA PERKREDITAN KECAMATAN MENJADI PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT.

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT. QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT. BPRS) KOTA JUANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

Lebih terperinci

Syarat Pendirian Bank dengan Besarnya Modal Dasar dan Modal Disetor

Syarat Pendirian Bank dengan Besarnya Modal Dasar dan Modal Disetor Syarat Pendirian Bank dengan Besarnya Modal Dasar dan Modal Disetor Persyaratan dan Proses pendirian Bank Umum Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.343, 2014 KEUANGAN. OJK. Lembaga Keuangan. Mikro. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5622) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA BATU KEPADA PT. BANK JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANTEN GLOBAL DEVELOPMENT MENJADI PERSEROAN TERBATAS BANTEN GLOBAL DEVELOPMENT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY PERSEROAN TERBATAS BHUMI PANDANARAN SEJAHTERA (PERSERODA) KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 20 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PT. GARUT BANGUN SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT HASIL MERGER MENJADI PERSEROAN TERBATAS Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) TAMAN JURUG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL - 2 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL Tahun : 2013 Nomor : 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KEPADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANGUN BANUA KALIMANTAN SELATAN MENJADI PERSEROAN TERBATAS BANGUN BANUA KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT BANGKIT PRIMA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.342, 2014 KEUANGAN. OJK. Perizinan. Usaha. Kelembagaan. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5621) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG KEPADA PIHAK KETIGA SEKRETARIAT DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2012 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN NAMA DAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BANDUNG MENJADI PERSEROAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2015

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2015 WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PADA PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PERSEROAN TERBATAS (PT) BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) JWALITA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PDAM KABUPATEN BANTAENG DAN PT. BANK SULSELBAR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PADA PT BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERUSAHAAN DAERAH (PD) BANGKA TENGAH PRIMA MENJADI BUMD

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN NAMA DAN BENTUK

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 3 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DIBIDANG USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH MAHIRAH MUAMALAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

RARANCANGAN) (Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

RARANCANGAN) (Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA RARANCANGAN) (Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH ANEKA KARYA KABUPATEN BOYOLALI MENJADI PERSEROAN TERBATAS

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO . PETIKAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. BANK SULTENG

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. BANK SULTENG PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. BANK SULTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BANK ACEH SYARIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BANK ACEH SYARIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BANK ACEH SYARIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKALAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengantisipasi perkembangan ekonomi global

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 27 BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) II.1.1 Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang didirikan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 8 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PADA PT. BANK PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN

Lebih terperinci

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 13 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT A. SEJARAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berakar sejak jaman penjajahan Belanda, Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 668 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) SERANG BERKAH MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH WAHANA RAHARJA PROVINSI LAMPUNG MENJADI PERSEROAN TERBATAS WAHANA RAHARJA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT JWALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (PT) GRIYA DHARMA KUSUMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan perekonomian

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PT. MAPAN KOTA SUNGAI PENUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. PUSAKA JAYA PALU POWER (PJPP)

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. PUSAKA JAYA PALU POWER (PJPP) PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. PUSAKA JAYA PALU POWER (PJPP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, PT. SERANG BERKAH MANDIRI, PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci