BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENELITIAN PENDAHULU Jennifer Mary Campbell dari The University of Edinburg, dalam penilitiannya yang berjudul Safety Hazard and Risk Identification and Management In Infrastructure Management, tahun Melakukan identifikasi bahaya dan mengelola risiko dalam Infrasstructure Management terkhusus pada tools. Tujuan dilakukan penelitian tersebut adalah untuk melakukan perbaikan safety secara terus menerus. Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah bahwa metode tersebut dapat dengan baik digunakan untuk melakukan identifikasi faktor safety berhubungan dengan tools dan perilaku penggunanya. Sehingga dari hasil kekurangan tersebut terdapat kesimpulan untuk dilakukan perbaikan. Pada jurnal Construction Engineering & Management tahun 2006 oleh Gregory Carter dan Simon D. Smith dengan judul Safety Hazard Identification On Construction Project. Identifikasi bahaya yang dilakukan pada U.K Construction Projects terkait dengan pengukuran tingkat bahaya pada Nuclear Industry dan Railway Industry. Cara penggunaan metode tersebut yaitu dengan memberikan level-level tertentu sesuai dengan standar yang dimiliki. Penentuan 6

2 7 level diperoleh dengan antara kombinasi nilai hasil identifikasi dan assessment dibagi dengan total jumlah hazard (bahaya). Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah level dari hazard jauh dari ideal. Hasil tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan untuk melakukan pengembangan dan perbaikan untuk meningkatkan level hazard menjadi ideal. 2.2 MANAJEMEN RISIKO Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengertian risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut Mamduh M. Hanafi dalam bukunya berjudul Manajemen Risiko mengeartikan bahwa manajemen risiko adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuktujuan meningkatkan nilai perusahaan. Pada dunia penerbangan, manajemen risiko terdiri dari 3 kegiatan utama, yaitu identifikasi, analisis dan mitigasi risiko yang terkait dengan operasi organisasi. Hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan alokasi sumber daya dalam menangani semua risiko dan memastikan bahwa pengendalian risiko dan mitigasi yang layak dilakukan pada suatu tempat kerja. Manajemen risiko adalah komponen kunci dari sistem manajemen keselamatan. Ini adalah pendekatan data kemudian diberikan prioritas penilaian, berdasarkan hal tersebut kemudian dilakukan mitigasi sesuai dengan indeks risikonya. Pada kondisi tertentu proses review dapat dilakukan setiap saat bila diperlukan.

3 8 Identifikasi bahaya di Peralatan, Prosedur, Organisasi, Dll IDENTIFIKASI BAHAYA Menganalisis kemungkinan dari terjadinya peristiwa konsekuensi (PROBABILITAS) ANALISA RISIKO Mengevaluasi konsekuensi tingkat keparahan jika terjadi (SEVERITAS) Apakah nilai risiko dapat diterima dalam kriteria kinerja keselamatan organisasi? PENILAIAN RISIKO Yes Menerima risiko No Mengambil tindakan untuk mengurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima MITIGASI RISIKO Gambar 2.1 Flow Process Manajemen Risiko 2.3 IDENTIFIKASI BAHAYA Identifikasi berarti tanda kenal diri dan bahaya adalah sesuatu hal yang mungkin mendatangkan kecelakaan. Penggabungan dari kedua kata tersebut dapat diartikan bahwa identifikasi bahaya adalah suatu proses untuk mengenali sesuatu hal yang dapat menyebabkan kecelakaan. Proses identifikasi bahaya digunakan oleh PT GMF AeroAsia untuk dapat mengurangi akan adanya kecelakaan pada saat melakukan pekerjaan perawatan pesawat. Berdasarkan identifikasi bahaya tersebut kemudian perusahaan menyadari kecelakaaan kerja adalah sebuah risikodan risiko tidak dapat sepenuhnya dieliminasi sehingga diperlukan

4 9 pelaksanaan proses manajemen risiko dan membuat program manajemen keselamatan yang efektif. Identifikasi bahaya adalah bagian dari proses manajemen risiko. Identifikasi bahaya adalah proses di mana bahaya organisasi diidentifikasi dan dikelola sehingga keselamatan yang tidak terganggu. PT GMF AeroAsia memanfaatkan berbagai kegiatan keselamatan untuk mengidentifikasi bahaya yang dapat membahayakan bagian dari operasi. Ruang lingkup untuk bahaya di PT GMF AeroAsia mungkin terkait namun tidak terbatas pada: Faktor Desain, seperti peralatan dan desain tugas Prosedur dan praktik operasi, seperti dokumentasi dan daftar periksa Komunikasi, seperti kemampuan bahasa dan terminologi Faktor Organisasi, seperti kebijakan perusahaan untuk perekrutan, pelatihan, remunerasi, dan alokasi sumber daya Faktor Lingkungan kerja, seperti kebisingan ambien dan getaran, suhu, pencahayaan, peralatan pelindung dan pakaian Pertahanan, seperti deteksi dan sistem peringatan, dan sejauh mana peralatan yang tahan terhadap kesalahan dan kegagalan Faktor manusia, seperti kondisi medis, irama sirkadian dan keterbatasan fisik Faktor Regulatory, seperti penerapan peraturan dan sertifikasi peralatan, personil dan prosedur. Perubahan, seperti perubahan personil, lokasi fasilitas, organisasi, daftar kemampuan, shift kerja dan prosedur handover dan prosedur lainnya, perlengkapan dan peralatan.

5 10 Bahaya dapat diidentifikasi dari proses reaktif, proaktif dan prediktif. Ini termasuk sistem pelaporan sukarela, audit dan survei, laporan kecelakaan atau insiden. Proses identifikasi bahaya dan pelaporan dapat dilakukan oleh setiap karyawan. Ini dapat dilakukan melalui proses formal maupuninformal.identifikasi bahaya dapat dilakukan setiap saat serta di bawah kondisi tertentu yang meliputi: Bila ada kegiatan yang terkait dengan keselamatan atau pelanggaran Bila ada hasil pemeriksaan yang tidak normal Ketika terdapat perubahan operasional yang telah direncanakan Sebelum sebuah proyek baru, peralatan utama ataufasilitas baru Selama periode perubahan organisasi yang signifikan Secara umum, terdapat tiga langkah identifikasi bahaya dan proyeksirisiko: Menyatakan bahaya, misalnya bahaya pada mesin pesawat yang beroperasi Mengidentifikasi komponen tertentu dari bahaya tersebut, misalnya daya hisap mesin pesawat Proyek risiko tertentuyang terkait dengan setiap adanya bahaya, misalnya menelan benda asing (personil, job card, dll) 2.4 PENILAIAN RISIKO Dinas yang melakukan penilaian risiko pada area kerja di PT GMF AeroAsia adalah Dinas Quality Assurance & Safety bersama dengan Safety Action Group dari dinas bersangkutan setelah menerima laporan dari setiap karyawan. Sebelum melakukan penilaian risiko harus dilakukan evaluasi terlebih dahulu untuk menentukan apakah laporan tersebut dapat diidentifikasi sebagai bahaya dan

6 11 apakah perlu dinilai. Tingkat risiko yang dapat diterima didasarkan pada penggunaan matriks indek risiko dan kriteria penerimaan yang sesuai dengan menilai probabilitas risiko dan tingkat keparahan PROBABILITAS Probabilitas merupakan cabang dari ilmu matematika yang dipergunakan dan yang mempelajari tentang tingkah laku dari faktor untung-untungan (Ahmad Fauzy, 2008). adalah suatu ukuran tentang kemungkinan suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang. Probabilitas dinyatakan antara 0 sampai 1 atau dalam persentase. Perhitungan probabilitassuatu kejadian (p) dapat dilakukan dengan cara mencari banyaknya anggota kejadian (x), dibandingkan dengan banyaknya anggota ruang sampelnya (n) atau dirumuskan dengan p = x / n(nana Kartika, 2010). Probabilitas risiko adalah kemungkinan situasi bahaya yang mungkin terjadi. Terdapat beberapa pertanyaan tertentu dapat digunakan untuk memandu penilaian probabilitas, seperti: Apakah ada riwayat kejadian seperti yang sedang dinilai, atau terjadinya peristiwa yang terisolasi? Apakah ada peralatan lainnya, atau sejenis komponen mungkin memiliki cacat serupa? Berapakah jumlah operasi atau pemeliharaan yang personil harus ikuti sesuai prosedur? Seberapa sering peralatan atau prosedur tersebut digunakan?

7 12 Apakah ada aspek organisasi, manajemen atau peraturan implikasi yang mungkin menghasilkan ancaman yang lebih besar untuk keselamatan publik? Probabilitas risiko didefinisikan sebagai berikut: Tabel 2.1 Tingkat Kemungkinan Tingkat Kemungkinan (Probabilitas) Definisi Kualitatif Pengertian Nilai Frequent Kemungkinan terjadi berkali-kali (telah terjadi sering) 1 (satu) kejadian per bulan 5 Kemungkinan terjadi berkali-kali (telah terjadi dalam Occasional sering) 4 1 (satu) kejadian per 3 (tiga) bulan Tidak mungkin, tapi mungkinterjadi (telah terjadi Remote jarang) 3 1 (satu) kejadian per 6 (enam) bulan Sangat tidak mungkin terjadi (tidak diketahui telah Improbable terjadi) 2 1 (satu) kejadian per 9 (sembilan) bulan Extremely Improbable Hampir tak terbayangkan bahwa peristiwa tersebut akan terjadi Tidak ada kejadian dalam satu tahun 1

8 TINGKAT KEPARAHAN Tingkat keparahan merupakan ukuran kemungkinan konsekuensi dari situasi bahaya, mengambil sebagai referensi situasi mendatang terburuk. Keparahan dapat didefinisikan dalam hal properti, kesehatan, keuangan, pertanggungjawaban, orang, lingkungan, citra perusahaan, atau kepercayaan publik. Pertanyaanpertanyaan tertentu dapat digunakan untuk memandu penilaian keparahan risiko, seperti: Berapa banyak risiko terhadap nyawa seseorang (misalnya karyawan, penumpang, pengamat, masyarakat umum)? Apakah ada dampak lingkungan (misalnya tumpahan bahan bakar atau produk berbahaya lainnya, gangguan fisik habitat alam)? Apakah ada keparahan properti, kerusakan keuangan (misalnya penurunan aset langsung, kerusakan infrastruktur penerbangan, kerusakan pihak ketiga, dampak keuangan dan dampak ekonomi bagi negara)? Apakah berdampak pada kerusakan reputasi organisasi? Keparahan risiko didefinisikan sebagai berikut:

9 14 Definisi Penerbangan Catastrophic Hazardous Tabel 2.2 Tingkat Keparahan Tingkat Keparahan (Severity) Pengertian Beberapa korban jiwa Kehilangan artikel Kehilangan persetujuan perusahaan, izin atau sertifikat yang mengakibatkan penghentian semua operasi Beberapa kerusakan pesawat mengakibatkan gangguan jaringan serius dari semua operasi BER (Beyond Economical Repair)> 65% dari nilai aset Penurunan besar dalam margin keamanan, tekanan fisik atau beban kerja sehingga operator tidak dapat diandalkan untuk melakukan tugas-tugas mereka secara akurat atau benar-benar. Kerusakan Artikel utama Satu kematian Cedera serius yang mengakibatkan rawat inap Praktis marjin ada keselamatan operasi kiri Tekanan fisik / beban kerja tinggi mempengaruhi akurasi dan penyelesaian tugas Kerusakan keluar dari batas dan tidak diakui sebelum penerbangan Kehilangan persetujuan perusahaan, izin atau sertifikat Nilai A B

10 15 Major Minor yang mengakibatkan suspensi bagian dari operasi Biaya perbaikan 50% atau 65% dari nilai aset Sebuah penurunan yang signifikan dalam margin keamanan, penurunan kemampuan operator untuk mengatasi kondisi operasi yang merugikan sebagai akibat dari peningkatan beban kerja Cedera / sakit sehingga tidak adanya tidak memerlukan rawat inap Besarnya pengurangan dan operasional dalam safety margin Kerusakan dalam ambang batasdan tidak ada yang diakui sebelum penerbangan Pelanggaran utama dari kebijakan perusahaan atau persyaratan perusahaan tanpa dampak langsung pada persetujuan, sertifikat, izin dengan efek negatif yang signifikan pada kemampuan untuk mengelola operasi Sikap otoritas regulasi terhadap perusahaan telah berdampak negatif Biaya perbaikan > 10% atau <50% dari nilai aset Gangguan, Keterbatasan operasi, penggunaan prosedur alternatif, atau insiden kecil Cedera minor tidak mengakibatkan absen Keterbatasan Operasi C D

11 16 Negligible Tidak menggunakan prosedur dengan benar Ditemukannya kerusakan tepat waktu Pelanggaran utama dari kebijakan perusahaan atau persyaratan perusahaan tanpa dampak langsung pada persetujuan, sertifikat, izin dengan efek negatif yang signifikan pada kemampuan untuk mengelola operasi Jatuh di bawah industri tak terduga "Standard Praktis" Delay Pesawat <1 (satu) jam Biaya repair 10% dari nilai asset Konsekuensi Sedikit Tidak ada cedera Tidak ada efek negatif terhadap keselamatan operasional Tidak ada pelanggaran persyaratan perusahaan Tidak ada dampak pada persetujuan atau izin Tidak ada keterlambatan akibat kerusakan E INDEK RISIKO Setelah nilai probabilitas risiko dan severitas risiko ditentukan, mereka akan (bersama-sama) merupakan "Indek Risiko" untuk kejadian itu. Indeks risiko dijelaskan dalam matriks di bawah ini:

12 17 Tabel 2.3 Indek Risiko Indek Risiko Tindakan yang diperlukan Tidak dapat diterima dalam situasi yang ada 5A, 5B,5C, 4A, 4B, 3A HIGH Jangan mengizinkan operasi apapun sampai tindakan pengendalian yang memadai telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima 5D, 5E, 4C, 3B, 3C, 2A, 2B MEDIUM - HIGH 4D, 4E, 3D, 2C, 1A, 1B MEDIUM - LOW 3E, 2D, 2E, 1C, 1D, 1E LOW Perhatian dan persetujuan tindakan pengendalian risiko / mitigasi yang diperlukan Manajemen Diterima setelah meninjau operasi Diterima

13 MITIGASI RISIKO Mitigasi berasal dari bahasa Inggris, mitigation adalah making something less harmful, unpleasant, or bad (Cambridge Dictionaries Online) atau dalam bahasa Indonesia dengan dihubungkan dengan risiko, adalah suatu tindakan terhadap suatu hal yang berisiko agar menjadi kurang berbahaya. Pengertian lain pada PT GMF AeroAsia yang menyatakan bahwa mitigasi risiko adalah proses penerapan tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan atau keparahan risiko yang terkait dengan bahaya. Ini harus dilakukan oleh General Manager dari unit yang terkait dengan hasil proses mitigasi risiko. Dasar tindakan yang digunakan melakukan mitigasi risiko pada industri penerbangan adalah teknologi, pelatihan dan prosedur (atau peraturan). Ketika menganalisis pertahanan selama proses mitigasi, General Manager harus mempertimbangkan hal-hal berikut: a) Efektivitas. Apakah akan mengurangi atau menghilangkan konsekuensi risikodarikondisi tidak aman? Sampai sejauh mana alternatif mengurangi risiko keselamatan seperti itu? Efektivitasnya dapat dilihat sebagai suatu yang kontinyu, sebagai berikut: 1) Teknik mitigasi: mitigasi ini menghilangkan konsekuensi risiko keamanandari peristiwa yang tidak aman atau kondisi. 2) Kontrol mitigasi: mitigasi menerima konsekuensi risiko keselamatan darikondisi tidak aman tapi menyesuaikan sistem untuk mengurangi risiko keamanan seperti dengan mengurangi ke tingkat yang dapat dikelola.

14 19 3) Mitigasi personil: mitigasi menerima bahwa teknik dan/atau kontrol mitigasi hasilnya tidakefisien atau efektif, sehingga personil harus diajarkan bagaimana cara untuk mengatasi konsekuensi risiko keamanandari bahaya. b) Biaya / manfaat. Apakah manfaatdari mitigasilebih besar daripada biaya? Akankah potensi keuntungan sebanding dengan dampak dari perubahan yang diperlukan? c) Kepraktisan. Apakah mitigasi praktis dan tepat dalam hal teknologi yang tersedia, kelayakan finansial, kelayakan administrasi, undang-undang dan peraturan yang mengatur, kemauan politik, dll? d) Tantangan. Dapatkah mitigasi menahan pemeriksaan kritis dari semua pihak (karyawan, manajer, pemegang saham / administrasi negara, dll)? e) Penerimaan untuk masing-masing stakeholder. Berapa banyak buy-in atau penolakan dari para pemangku kepentingan dapat diharapkan? (Diskusi dengan para pemangku kepentingan selama fase penilaian risiko keamanan dapat menunjukkan opsi mitigasi risiko yang mereka sukai.) f) Keberlakuan. Jika aturan baru (SOP, peraturan, dll) yang dilaksanakan, apakah mereka dapat ditegakkan? g) Daya Tahan. Apakah akan manfaat sementara atau akan ia memiliki utilitas jangka panjang? h) Sisa risiko keselamatan. Setelah mitigasi diimplementasikan, apa yang akan menjadi sisa risiko keselamatan (relatif) terhadap bahaya yang asli? Apakah ada kemampuan untuk mengurangi sisa risiko keselamatan?

15 20 i) Masalah baru. Apakah ada masalah atau (mungkin lebih buruk) dari risiko keselamatan yang baru akan muncul setelah mitigasi diusulkan? Tiga strategi dasar dalam mitigasi risiko adalah sebagai berikut: Penghindaran Operasi atau kegiatan dibatalkan karena risikonya melebihi manfaat dari operasi atau kegiatan. Pengurangan Frekuensi operasi atau kegiatan dikurangi, atau diambil tindakan untuk mengurangi besarnya konsekuensi dari risiko yang diterima.. Pemisahan Aksi diambil untuk mengisolasi efek dari risiko, sesuatu yang berisiko dipilah dan disendirikan sesuai dengan indek risikonya. Dinas Quality Assurance & Safety harus mengevaluasi dan mendokumentasikan efektivitas langkah-langkah perbaikan, pencegahan dan pemulihan yang telah dikembangkan oleh manajer umum masing-masing. 2.6 DINAS LINE MAINTENANCE Maintenance memiliki arti a situation in which something continues to exist or is not allowed to become less (Cambridge Dictionaries Online), merupakan tindakan terhadap sesuatu hal dimana harus terus ada atau tidak diperbolehkan untuk menjadi kurang. Hal tersebut dapat diartikan juga bahwa maintenance adalah proses perawatan agar tetap sesuai dengan standar. Salah satu dinas yang bertugas untuk menjalankan proses perawatan pesawat adalah Dinas Line Maintenance. Dinas tersebutmerupakan salah satu dinasproduksi yang dimiliki

16 21 oleh PT GMF AeroAsia yang bertugas menangani transit service dan situasi emergency AOG (Aircraft On Ground).Selain pekerjaan tersebut, Line Maintenance juga mengerjakan service A Check Level untuk pesawat jenis B737, B747, B777, A320, A330, CRJ1000 dan ATR72. Terdapat sekitar 40 line stations tersebar di seluruh Indonesia dan di luar negeri, seperti Amsterdam, Jeddah, Tokyo, Singapore dan Sydney. Pekerjaan Line Maintenance dibatasi dengan jumlah waktu yang relative singkat, sebagai contoh untuk pekerjaan transit service ditempuh dalam kurun waktu 45 menit. Pada Maret 2014 waktu kerja personil Line Maintenance mengikuti kebijakan baru dari managemen yaitu dengan pola shift 12 jam kerja yang sebelumnya pola shift 8 jam kerja. Diharapkan dengan pola tersebut maka tingkat revenue dapat bertambah tanpa mengurangi tingkat safety, kualitas dan produktifitas. 2.7 SAFETY Safety atau keselamatan menurut Wikipedia adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut. Sedangkan pengertian safety menurut ICAO (International Civil Aviation Organization) adalah keadaan dimana risiko membahayakan orang atau kerusakan properti dapat berkurang dan dipertahankan pada atau di bawah tingkat accpetable level.

17 PRODUKTIFITAS Produktifitas menurut David J. Sumanth dalam bukunya berjudul Productivity Engineering And Management, menyatakan bahwa Productivity is the quotient obtained by dividing output by one of the factors of production. Productivity is concern with the efficient utilization of resource (inputs) in producing goods and/or services. Pengukuran produktifitas yaitu dengan cara Output (O) dibagi Input (I). Semakin besar output dan semakin kecil input maka produktifitasnya semakin besar. Terdapat dua macam pengukuran produktifitas yaitu parsial & total. Pengukuran produktifitas parsial adalah produktifitas dari satu input tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input. Sedangkan pengukuran produktifitas yang berasal dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas total (total productivity measurement) atau dengan kata lain pengukuran produktivitas total didefinisikan sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang, secara total. 2.9 KUALITAS Kualitas atau mutu merupakan istilah yang artinya berbeda-beda untuk berbagai orang. Namun menurut Barry Render dan Jay Heizer dalam bukunya Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi mendefinisikan mutu sebagai totalitas ciri dan kharakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang jelas dinyatakan atau yang samar diimplikasikan. Kualitas adalah tingkat baik dan buruknya atau derajat sesuatu. Pengertian kualitas berdasarkan ISO 9000:2000, "The degree to which a set of inherent characteristics fulfils requirements". Kualitas merupakan hasil dari sebuah proses terstruktur

18 23 yang memastikan bahwa prosedur organisasi dengan tujuan untuk mencapai produk yang diinginkan pelanggan dimana dalam hal ini kualitas sangat menentukan kepuasan dari pelanggan RINGKASAN JURNAL Jennifer Mary Campbell dari The University of Edinburg, dalam penilitiannya yang berjudul Safety Hazard and Risk Identification and Management In Infrastructure Management, tahun Melakukan identifikasi bahaya dan mengelola risiko dalam Infrasstructure Management terkhusus pada tools. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah bahwa metode tersebut dapat dengan baik digunakan untuk melakukan identifikasi faktor safety berhubungan dengan tools dan perilaku penggunanya. Pada jurnal Gregory Carter dan Simon D. Smith dengan judul Safety Hazard Identification On Construction Project, tahun Melakukan identifikasi bahaya untuk mementukan tingkat bahaya pada Nuclear Industry dan Railway Industry. Metode tersebut menggunakan level-level tertentu sesuai dengan standar yang dimiliki. Penentuan level diperoleh dengan antara kombinasi nilai hasil identifikasi dan assessment dibagi dengan total jumlah hazard (bahaya). Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah level dari hazard jauh dari ideal.hasil tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan untuk melakukan pengembangan dan perbaikan untuk meningkatkan level hazard menjadi ideal. Terdapat juga laporan thesis terkait dengan perbandingan pola shift 8 jam kerja dengan pola shift 12 jam kerja. Pertama yaitu laporan thesis Daniel W. Overland dengan judul Comparison of effects of change from 8 to 12 hour shift

19 24 on air force aircraft maintenance workers, tahun 1997 melakukan perbandingan pengukuran tingkat safety dan kelelahan personil yang bekerja pada pola shift 12 jam dan 8 jam kerja. Hasil yang didapatkan adalah tingkat kelelahan personil yang bekerja pada pola shift 12 jam kerja lebih tinggi dibandingkan dengan pola shift 8 jam kerja sehingga dapat menyebabkan terjadinya error pada pekerjaan maintenance. Pada laporan thesis Kelly J. Scott dengan judul A Comparison Of 8-Hour VS. 12-Hour Shifts On Performance, Health And Safety In A USAF Aircraft Maintenance Squadron, tahun Melakukan penelitian tentang perbandingan pola shift antara 8 jam kerja dan 12 jam kerja, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat produktifitas pada saat pola shift 12 jam kerja lebih produktif dibandingan dengan pola shift 8 jam kerja. Selain hal tersebut, hasil nilai Home Station Reliability terkait dengan kemampuan pekerjaan dalam mempersiapkan pesawat terhadap waktu dan jadwal terbang ternyata hasil pada reliability-nya juga menunjukkan penurunan pada saat pola shift 12 jam kerja.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 67 TAHUN 2017 TENTANG PENGECUALIAN DARI KEWAJIBAN PEMENUHAN STANDAR KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (EXEMPTION]

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-02 PEMBUATAN PROGRAM PENGELOLAAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri di Indonesia mendorong munculnya industriindustri berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya kompetisi

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja

Lebih terperinci

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko - 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kebanyakan perusahaan, investasi dalam inovasi mengikuti siklus boom-bust. Survei tahunan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Industri mengkonfirmasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Sebelumnya Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pustaka-pustaka yang mendukung. Pustakapustaka yang digunakan adalah penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Proyek dan Proyek Konstruksi Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Data Kecelakaan Kerja Tahun Cacat Total

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Data Kecelakaan Kerja Tahun Cacat Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan dan penggalian merupakan lapangan kerja yang banyak menyerap sumber daya manusia di Indonesia, menduduki peringkat ke 8 di Indonesia menurut Badan

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Terminologi Proyek (Soeharto, 1999) mendefinisikan kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

Analisis Cost-Benefit pada Pemasangan Lock Out-Tag Out (LOTO) untuk Pengendalian Risiko Keselamatan Pada Pekerjaan Maintenance

Analisis Cost-Benefit pada Pemasangan Lock Out-Tag Out (LOTO) untuk Pengendalian Risiko Keselamatan Pada Pekerjaan Maintenance Analisis Cost-Benefit pada Pemasangan Lock Out-Tag Out (LOTO) untuk Pengendalian Risiko Keselamatan Pada Pekerjaan Maintenance Di PT Kalbe Farma Tbk. Tahun 2012 Abstrak Agung Supriyadi Departemen Keselamatan

Lebih terperinci

RISK MANAGEMENT PROCEDURE RISK MANAGEMENT PROCEDURE

RISK MANAGEMENT PROCEDURE RISK MANAGEMENT PROCEDURE Nama Dokumen RISK MANAGEMENT PROCEDURE 1 / 9 RISK MANAGEMENT PROCEDURE Dibuat oleh Ferdian Diperiksa Oleh Thomas Marsetyo G. S. Disetujui Oleh Jacob Mailoa Nama Dokumen RISK MANAGEMENT PROCEDURE 2 / 9

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian mempunyai peranan sangat penting sekali dalam penelitian tugas akhir, karena pada metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah secara sistematis

Lebih terperinci

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

#10 MANAJEMEN RISIKO K3 #10 MANAJEMEN RISIKO K3 Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Selain itu Risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-01 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK 1. Manajemen Mutu Proyek Proyek Manajemen Mutu mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini mencakup "semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut: 1. Perjanjian Perjanjian ini dibuat pada tanggal ditandatangani, antara pihak (1) LS ICSM Indonesia sebagai lembaga sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Lenteng Agung No. 11B, Jakarta Selatan 12610 dan

Lebih terperinci

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi Selamat Datang di Pelatihan IAPMO R&T Registration Services ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi QMS-100, Rev 1, dated 2/20/2015 1 Agenda Pengenalan Annex SL Perubahan ISO 9001 Ringkasan QMS-100,

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO Bryan Alfons Willyam Sepang J. Tjakra, J. E. Ch. Langi, D. R. O. Walangitan Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

(SAFETY (ADVISORY DEPARTEMEN

(SAFETY (ADVISORY DEPARTEMEN PETUNJUK DAN TATAA CARAA PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) OPERASI BANDAR UDARA, BAGIAN 139 01 (ADVISORY CIRCULAR 139-01, AIRPORT SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO BOYOLALI

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO BOYOLALI EVALUASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO BOYOLALI Sudirman Hi. Umar, S.T.,M.T 1), Hodi, S.IP.,M.M 2), Nurmakkie P.K, S.Kom 3) 1),2),3)

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI Referensi: -. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 -. Berbagai Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dirancang untuk pengajaran siswa dibawah pengawasan guru. Salah satu jenis sekolah di Indonesia adalah Sekolah Menengah

Lebih terperinci

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Manajemen Risiko Daftar Isi Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Latar Belakang Manajemen Risiko Tata Kelola Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Operasi merupakan bagian dari organisasi dalam menciptakan dan mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik secara tersirat atau tidak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean BAB V PEMBAHASAN A. Komitmen terhadap Manajemen Risiko Ditinjau dari Kebijakan Mutu dan K3L pada Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero)

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI Oleh NIA TRI WIJAYANTI 04 03 01 049 6 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, masalah kecelakaan kerja yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Penyusunan naskah tugas akhir ini dapat dilihat secara garis besar dalam bagan alir yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik fisik, mental

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan model House of Risk (HOR) yang merupakan integrasi dari metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas Cibaliung M. AMSOR, SKM NIP.11987031 1008 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO. No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO. No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01 PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01 Jabatan/ Nama Tanda Tangan Tanggal Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh Catatan REVISI No. Halaman Bagian / Sub Bagian Yang Direvisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MODUL E learning Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI) & LP2K TTI Seri KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA () Job Safety Analysis (JSA) Oleh : Bidang : Studi : E Learning Kode E Learning Teknik, dll T.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dari topik yang akan penulis ambil untuk penelitian ini, penulis mencari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk dijadikan referensi. Diharapkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI MATERI 1. Konsep dasar operasi dan produktivitas 2. Strategi Operasi 3. Perencanaan pengendalian operasi, Perencanaan dan 4. persediaan 5. Perencanaan Kebutuhan Bahan (MRP)

Lebih terperinci

PROJECT RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PROYEK) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

PROJECT RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PROYEK) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) PROJECT RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PROYEK) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia SUF MPPL 2014 PENGERTIAN RESIKO

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PROSES PENILAIAN KESELAMATAN

BAB II TEORI DASAR PROSES PENILAIAN KESELAMATAN BAB II TEORI DASAR PROSES PENILAIAN KESELAMATAN 2.1 PENDAHULUAN SAE ARP4761 dikeluarkan oleh SAE (Society for Automotive Engineers) International The Engineering Society for Advancing Mobility Land Sea

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

Plan Asuransi Penerbangan

Plan Asuransi Penerbangan Plan Asuransi Penerbangan Basic Plan Berlaku untuk maskapai bertarif rendah atau low cost carrier (LCC) seperti AirAsia, Jetstar, TigerAir, Citilink, dll. Kapan saja, bepergian pasti lebih aman! Premium

Lebih terperinci

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 ISSN 1979-2409 FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 Iwan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK FMEA SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, preventif, kuratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu

BAB 4 PEMBAHASAN. PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu 73 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Risiko Teknologi Informasi PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu pengerjaan proyek-proyek teknologi informasi dari perusahaan lain.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR Reza Anggara Putra 1), Minto Basuki 2) 1,2 Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya Jl.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN RESIKO DAN TINDAKAN Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar Isi 1. Tujuan...4 2. Ruang Lingkup... 4 3. Referensi... 4 4. Definisi...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan. BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkain kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Barry Render dan Jay Heizer

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Singapura dengan Douglas Aircraft D2/F6 perusahaan KNILM (Koninklijke

BAB III LANDASAN TEORI Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Singapura dengan Douglas Aircraft D2/F6 perusahaan KNILM (Koninklijke BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin 3.1.1. Sejarah Bandara Pra Kemerdekaan Bandara Hasanuddin dibangun pada tahun 1935 oleh Pemerintah Hindia Belanda, dengan nama Kadieng

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul kode pos : 2457 Email :puskesmassaitnihuta@yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan laporan terakhir dalam kegiatan Studi Standardisasi di Bidang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan yang merupakan pemenuhan tugas / kontrak yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis..

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Penyelenggaraan LPSE Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Republik Indonesia No.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 45 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. GMF Aero Asia PT. GMF Aero Asia (Garuda Maintenance Facility) merupakan anak perusahaan dari

Lebih terperinci

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) PEDOMAN TEKNIS MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) RUMAH SAKIT MULIA INSANI TAHUN 2016 TIM K3RS/ TIM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT MULIA INSANI TANGERANG

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Nia Saurina 811

Manajemen Resiko Nia Saurina 811 E-Government, yang di implementasikan dalam Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), adalah salah satu upaya dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi secara cepat, tepat, lengkap, akurat dan terpadu

Lebih terperinci

Pertemuan 11 Manajemen Risiko

Pertemuan 11 Manajemen Risiko Pertemuan 11 Manajemen Risiko Tujuan Memahami konsep manajemen risiko Memahami sumber-sumber risiko Dapat memodelkan risiko dan membuat contingency plan. Risiko Masalah yang belum terjadi Kenapa menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL BAB II TINJAUAN PUTAKA. RIIKO DALAM PROYEK KONTRUKI MERUPAKAN PROBABILITA KEJADIAN YANG MUNCUL 5 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko)

Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko) Tabel 4.6 Risiko Manajemen Alat Produksi Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko) 2. Risiko Pengembangan Infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri sekarang semakin pesat yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang mendukung penggunaan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem IT dan internet, maka risiko dalam sistem-sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang mengenai tema yang akan dibahas, perumusan masalahnya, pertanyaan apa saja yang menjadi acuan dalam melakukan penilaian, tujuan yang

Lebih terperinci

h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d T a u f i q u r R a c h m a n TKT302 K3I Materi #12

h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d T a u f i q u r R a c h m a n TKT302 K3I Materi #12 Materi #12 TKT302 K3I Kemampuan Akhir Yang Diharapkan 2 Mampu menerapkan pemecahan masalah yang terkait dengan K3 di industri, mampu menguraikan konsep K3 dalam dunia industri, mampu menunjukkan hubungan

Lebih terperinci

BAB 3. Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance)

BAB 3. Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance) BAB 3 Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance) 3.1 Definsi RCM Reliability Centred Maintenance (RCM) adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan perawatan

Lebih terperinci

10. SAFETY 10.1 Proses Keselamatan (Safety Process)

10. SAFETY 10.1 Proses Keselamatan (Safety Process) 10. SAFETY Tujuan keselamatan Tim Proyek yang tidak memiliki cedera waktu recordable atau hilang dan untuk mempertahankan daripada industri jumlah rata-rata lebih rendah dari cedera Reportable. Tim proyek

Lebih terperinci

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Definisi Kualitas Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Sukowo, S.Kom, MM. Sistem Informasi

Manajemen Proyek. Sukowo, S.Kom, MM. Sistem Informasi Modul ke: 09Fakultas Bambang Ilmu Komputer Manajemen Proyek Sistem Informasi Dengan semakin banyaknya pekerjaan-pekerjaan bidang TI dan karakteristik TI itu sendiri akan menciptakan adanya proyek-proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT.

ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT. ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT.PETROKIMIA GRESIK Diajukan Oleh: Septian Hari Pradana 2410100020 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.

Lebih terperinci

Bab V SIMPULAN DAN SARAN

Bab V SIMPULAN DAN SARAN Bab V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pada indikasi menurunnya efisiensi dan efektivitas dari tahun ke tahun pada kegiatan operasional PT Rekayasa Engineering, maka dapat disimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan dan penjelasan mengenai apa yang menjadi masalah untuk dipecahkan dalam penelitian ini. Bab ini juga

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi akuntansi adalah proses mengumpulkan data transaksi, mengolah data transaksi, hingga menghasilkan output yang dapat disebar kepada pihak yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. PENDAHULUAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada kerangka pemikiran dasar manajemen risiko yaitu dengan melakukan identifikasi risiko hingga analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk di laksanakan di rumah sakit dan hal

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #12

Pembahasan Materi #12 1 TIN211 K3I Pembahasan 2 Pemeriksaan dan perbaikan Persyaratan pengukuran dan pemantauan Tindakan penanggulangan dan perbaikan Analisis ketidaksesuaian, kecelakaan, dan insiden Kerugian akibat kecelakaan

Lebih terperinci

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial: 1. Sebuah perusahaan yang tidak memikirkan safety dapat membahayakan karyawan. Selain itu, karyawan di dalam perusahaan merupakan salah satu aset perusahaan. Jika tidak memikirkan tentang safety bisa jadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi yang sedang berlangsung. tanpa terkendala waktu, karena kapan pun drone ini dapat terbang dan melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi yang sedang berlangsung. tanpa terkendala waktu, karena kapan pun drone ini dapat terbang dan melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Penggunaan robot di dunia konstruksi telah banyak dilakukan di negara-negara maju, hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mempecepat proses konstruksi yang sedang berlangsung.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

COSO ERM (Enterprise Risk Management) Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang tidak produktif yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan adalah kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan seseorang atau

Lebih terperinci