PENERAPAN HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 PENERAPAN HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA YOGYAKARTA ( Oleh : Triwati Rahayu, Suryadi) Abstrak Penerapan HAM sebagai pembentuk karakter merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karakter terkait dengan sikap individu sedangkan HAM terkait dengan hak hakiki masyarakat di dunia dan merupakan hak dasar yang secara kodrati telah melekat pada diri setiap manusia secara universal. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai tempat pendidikan generasi penerus bangsa yang dipersiapkan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan sebagai tenaga ahli serta pemimpin di masa depan sangat strategis untuk menanamkan nilai nilai HAM kepada para siswanya. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari wawancara dan angket pada 10 SMA di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Pemahaman guru bahasa Indonesia terhadap HAM adalah semua responden sudah pernah mendengar dan mengetahui adanya HAM. Guru sebanyak 60% telah memahami sebagian substansi HAM, tetapi belum memahami seluruh substansi HAM. (2) Pemahaman siswa SMA terhadap HAM adalah semua responden sudah pernah mendengar dan mengetahui adanya HAM. Berdasarkan pusat informasi ternyata media internet dan buku pelajaran PKN lebih berperan untuk menyebarkan informasi tentang HAM pada siswa SMA di Yogyakarta. Siswa sebanyak 46% telah memahami sebagian substansi HAM, tetapi belum memahami seluruh substansi HAM. (3) Secara eksplisit dalam pengembangan materi mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA tidak ditemukan tema yang berkaitan dengan HAM. Hal ini dapat dipahami karena pengembangan materi pada mata pelajaran bahasa Indonesia cukup banyak dititipi tema tema yang sedang menjadi perbincangan publik. Namun demikian, secara implisit materi pembelajaran bahasa Indonesia sudah dijabarkan dalam tema tema yang terkait dengan HAM. Hal ini dapat dilihat pada tema pembelajaran jiwa nasionalisme, nondiskriminasi, kebebasan berpendapat, dan sebagainya. (4) Penerapan hak asasi manusia secara implisit telah ada dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia walaupun secara eksplisit belum ditampilkan dalam perencanaan pengajaran. Proses pembelajaran bahasa Indonesia telah menerapkan HAM pada waktu diskusi. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Kata Kunci : HAM dan Karakter A. Pendahuluan Penerapan HAM sebagai pembentuk karakter merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karakter terkait dengan sikap individu sedangkan HAM terkait dengan hak hakiki masyarakat di dunia dan merupakan hak dasar yang secara kodrati telah melekat pada diri setiap manusia secara universal. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai tempat pendidikan generasi penerus bangsa yang dipersiapkan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan sebagai tenaga ahli serta pemimpin di masa depan sangat strategis untuk menanamkan nilai nilai HAM kepada para siswanya. Hak asasi pada hakekatnya merupakan hak yang bersifat universal yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai bentuk anugerah dari Allah yang wajib dijunjung tinggi dan dihormati sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia bagi bangsa Indonesia sesungguhnya bukan hal yang baru, perjuangan 13

2 panjang untuk memerdekakan diri dari penjajahan merupakan bentuk penegakan hak asasi manusia yang paling mendasar. Pada dasarnya dalam nilai nilai HAM sudah melekat nilai nilai karakter sebuah bangsa sehingga kalau penerapan HAM itu terpenuhi sudah merupakan manifestasi karakter sebagai bangsa yang beradab. Permasalahan yang sekarang sedang hangat dibicarakan adalah upaya pemajuan hak asasi manusia (HAM). Oleh karena itu, pemerintah saat ini telah mengangkat permasalahan HAM tersebut sebagai agenda pembangunan nasional dan dicantumkan dalam gerakan nasional pada perencanaan pembangunan jangka menengah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun Salah satu upaya penyebarluasan informasi HAM telah dikembangkan sistem pendidikan dan diseminasi HAM di semua jenjang, jenis, dan jalur pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada enam pilar utama Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) Indonesia (Yusuf, 2006:6). Masalah penegakan HAM bukan saja merupakan masalah yang dihadapi oleh negara negara tertentu saja, melainkan sudah merupakan masalah yang sifatnya mendunia. Masalah ini akan selalu dihadapi oleh masyarakat internasional, tidak terkecuali Indonesia. Dengan demikian, persoalan HAM ini mengandung aspek universal, lintas budaya, dan lintas bidang ilmu. Pilar ketiga RANHAM Indonesia, yaitu pendidikan dan desiminasi HAM di semua jenjang, jenis, dan jalur pendidikan akan membawa dampak pada semua sektor pendidikan untuk dapat menerapkan HAM dalam berbagai komponen. Guru sebagai pembawa pesan bagi siswa siswanya dituntut untuk dapat menerapkan permasalahan HAM ini dalam proses pembelajarannya. Kesiapan guru untuk merespon gerakan nasional tersebut sangat menentukan keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan agenda nasional itu. Oleh karena itu, penelitian mengenai penerapan HAM sebagai pembentuk karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas ini sangat penting untuk keberhasilan gerakan nasional tersebut. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai tempat pendidikan generasi penerus bangsa yang dipersiapkan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan sebagai tenaga ahli serta pemimpin di masa depan sangat strategis untuk menanamkan nilai nilai HAM kepada para siswanya. Siswa SMA merupakan calon pemimpin bangsa. Oleh karena itu, informasi HAM ini sangat dibutuhkan mereka agar mempunyai wawasan yang luas dalam memahami dan menanggapi berbagai macam situasi kehidupan. Pendidikan HAM sebagai pembentuk karakter dapat diintegrasikan dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran. Di Indonesia, sebagian nilai nilai HAM tercermin dalam Pancasila yang telah diberikan di semua jenjang pendidikan. Hanya yang menjadi perhatian adalah strategi penyajian yang masih terkendala dalam pengembangan nilai nilai Pancasila dan belum sampai pada tataran pengamalan nilai nilai Pancasila. Hal ini merupakan permasalahan yang perlu dipecahkan bersama. Salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan adalah mengintegrasikan HAM sebagai pembentukan karakter ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai nilai perilaku (karakter) kepada peserta didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai nilai, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Nilai karakter meliputi religius, jujur, cerdas, tangguh, demokratis, peduli, nasionalis, patuh pada aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, bertanggung jawab, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, serta kemandirian (Kemendiknas dalam Cholisin, 2011: 3). Jika nilai karakter ini dapat terwujud ke dalam diri peserta didik, maka kehidupan bangsa yang cerdas sebagai tujuan bangsa Indonesia akan tercapai. Menurut Madya (2011: 14

3 11) dua ciri kehidupan yang cerdas dapat diidentifikasi dari perilaku warga yang mengandung kebajikan/kemajuan bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa sebagai amalan ajaran ajaran agama dan nilai nilai Pancasila, dan penerapan ipteks. Kedua, jauh dari perilaku destruktif/merugikan bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa. Selama ini, proses pembelajaran belum banyak mengembangkan kemampuan berpikir dan menghubungkan informasi dengan kehidupan sehari hari. Proses pendidikan di Indonesia tidak diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, dan tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif (Sanjaya, 2007:1-2). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendekatan pembelajaran aktif merupakan cara belajar yang baik bagi peserta didik dengan menggunakan semua inderanya dan dapat mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, objek, tempat, dan lingkungan hidup sehari hari peserta didik. Keterlibatan aktif dengan objek dan gagasan ini mendorong peserta didik aktif berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya (DBE, 2010: 1). Perubahan pemikiran dalam proses pembelajaran yang inovatif dengan memakai metode yang berpusat pada peserta didik (student centered learning) bertujuan mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan perilaku. Dalam proses tersebut, peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mendapatkan pemahaman yang mendalam. Metode integratif dapat dipakai untuk pengembangan program pembelajaran bahasa Indonesia yang dipadukan dengan pembentukan karakter peserta didik. Integratif adalah menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa Indonesia diberi muatan HAM dalam tema pembelajarannya. Misalnya, tema nondiskriminasi dapat dikemas dalam bacaan untuk mengajarkan keterampilan membaca. Tema hak untuk hidup dapat dipakai untuk diskusi atau debat pada waktu mengajarkan keterampilan berbicara. Tema tersebut dapat dipakai untuk mengajarkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara terpadu. Tema tema yang bernilai HAM tersebut masih dapat dibagi lebih kecil ke dalam topik topik. Misalnya, tema hak menggembangkan diri dapat dibuat topik: hak untuk berkomunikasi, hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, hak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, dan hak untuk mengembangkan seni budaya sesuai martabat manusia. HAM juga dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Contoh kegiatan mencari informasi dari berbagai media massa. Kegiatan pembelajaran tersebut dapat mengembangkan karakter kejujuran, kemandirian, kerja keras, kedisiplinan, keingintahuan, cinta ilmu, dan sebagainya. Kegiatan berdiskusi dapat mengedepankan kebebasan berpendapat. Hal ini dapat mengembangkan karakter percaya diri, kemandirian, tanggung jawab, demokratis, kesantunan, kejujuran, dsb. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Peserta didik diajak untuk mengapresiasi karya 15

4 sastra yang bertemakan HAM dari karya bangsa Indonesia sebenarnya sudah menerapkan nilai nasionalisme dan menghargai keberagaman. B. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan secara cermat penerapan hak asasi manusia dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada SMA di kota Yogyakarta. C. Metode Penelitian Berdasarkan sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif bersifat generating theory sehingga teori yang dihasilkan berupa teori subtantif. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Dalam tahap pengumpulan data, data diperoleh dari wawancara dan angket pada pada guru dan siswa SMA di kota Yogyakarta. Peneliti menentukan teknik penarikan data yang bersifat selektif. Penentuan subjek penelitian ini bersifat sampel bertujuan purposive sampling yang terdiri dari 10 SMA yang berlokasi di Yogyakarta. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitik yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistematik. D. Hasil Penelitian 1. Pemahaman Guru Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta Terhadap Hak Asasi Manusia Hasil penelitian pada rumusan permasalahan yang pertama diklasifikasikan berdasarkan pemahaman guru terhadap hak asasi manusia dan pemahaman guru terhadap Undang-Undang HAM. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Pemahaman Guru Terhadap Hak Asasi Manusia No Keterangan Jumlah 1. Mendengar dan mengetahui adanya HAM 100% 2. Mengetahui HAM dari Televisi dan radio 100% 3. Mengetahui HAM dari internet 50% 4. Mengetahui HAM dari surat kabar/majalah 70% 5. Memahami sebagian subtansi HAM 60% 6. Memahami seluruh substansi HAM 0% 7. Mengetahui HAM dari UU HAM 10% 8. Memahami sebagian substansi isi UU HAM 10% 9. Memahami seluruh substansi isi UU HAM 0% Berdasarkan data, semua responden sudah pernah mendengar dan mengetahui adanya HAM. Informasi yang didapat berasal dari media televisi dan radio sebanyak 100% dari responden, sedangkan informasi dari surat kabar dan majalah sebanyak 70%, dan dari internet sebanyak 50%. Berdasarkan pusat informasi ternyata media audio visual dan visual lebih berperan untuk menyebarkan informasi tentang HAM. Padahal informasi tersebut umumnya memberitakan isu isu yang berkembang di masyarakat, sehingga berita yang didengar dan dibaca lebih banyak berita tentang kekerasan dan politik yang dikaitkan dengan HAM. HAM sebenarnya mencakup seluruh kehidupan yang ada di masyarakat, namun yang menarik perhatian publik terkait diskriminasi, hak memperoleh keadilan, hak atas rasa aman, dan hak atas kebebasan pribadi. 16

5 Guru sebanyak 60% telah memahami sebagian substansi HAM, tetapi belum memahami seluruh substansi HAM. Hal ini dapat dilihat karena 90% guru bahasa Indonesia belum pernah membaca UU HAM. Mereka mendapatkan informasi dari media massa yang beritanya terpotong potong, sesuai dengan informasi yang aktual pada waktu berita ditayangkan. Undang Undang HAM berdasarkan substansi isi mempunyai sepuluh aspek. Dari sepuluh aspek ini akan dicermati pemahaman guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Pemahaman guru terhadap aspek aspek HAM dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2 Pemahaman Guru Terhadap Aspek Aspek HAM No. Aspek-Aspek HAM Mengetahui Memahami 1. Hak untuk hidup 100% 50% 2. Hak mengembangkan diri 90% 40% 3. Hak memperoleh keadilan 100% 70% 4. Hak atas rasa aman 100% 80% 5. Hak atas kesejahteraan 100% 60% 6. Hak turut serta dalam pemerintahan 100% 60% 7. Hak wanita 100% 90% 8. Hak anak 100% 90% 9. Kewajiban dasar manusia 80% 40% 10. Hak atas kebebasan pribadi 90% 70% Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum guru sudah mengetahui aspek aspek HAM, tetapi pemahaman terhadap aspek aspek tersebut masih bersifat parsial dan belum memahami secara substansial isi dari aspek aspek tersebut. Aspek yang dipahami guru dengan baik dapat terlihat pada tabel di atas, yaitu hak wanita, hak anak, dan atas rasa aman. Hal ini dapat terkait dengan pemberitaan di media massa yang lebih banyak menayangkan ketiga aspek tersebut. Hak wanita cukup banyak ditayangkan di media massa khususnya pada permasalahan keterwakilan wanita dalam keanggotaan badan legislatif. Begitu juga hak anak pada permasalahan pengasuhan anak. Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan yang sah yang menunjukkan bahwa pemisahan itu demi kepentingan terbaik bagi anak. Hak aman juga sering ditayangkan oleh media massa terkait dengan pasal 28, yaitu setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari Negara lain. Pasal 30, yaitu setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Tabel 3 Pemahaman Guru Terhadap Aspek-Aspek Hak Anak No. Aspek-aspek Hak Anak Mengetahui Memahami 1. Menghormati orang tua, wali, dan guru 100% 90% 2. Mencintai keluarga, masyarakat, dan 100% 80% menyayangi teman 3. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara 100% 70% 4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran 100% 80% agamanya 17

6 No. Aspek-aspek Hak Anak Mengetahui Memahami 5. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia 100% 60% 6. Nondiskriminasi (tidak membedakan) 100% 90% 7. Kepentingan terbaik bagi anak 100% 70% 8. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, 100% 60% perkembangan hidup 9. Penghargaan terhadap pendapat anak 100% 90% 10. Identitas pada akta kelahiran 50% 40% Aspek aspek Hak anak dalam tabel di atas hampir semua sudah diketahui oleh guru, sedangkan pemahamannya juga sudah cukup baik. Dari berbagai aspek di atas, aspek identitas pada akta kelahiran pemahamannya masih cukup rendah, yaitu 40%. Aspek aspek di atas sudah bukan lagi hal baru bagi guru karena aspek aspek tersebut merupakan implementasi dari nilai nilai karakter. Faktor faktor yang mempengaruhi pemahaman guru terhadap hak asasi manusia dan Undang Undang HAM adalah sebagai berikut ini. (1) Guru membutuhkan pemahaman HAM untuk diterapkan dalam tema pembelajaran bahasa Indonesia, namun karena pemahamannya secara substansial tidak menyeluruh sehingga tema tema yang diambil juga yang diketahui saja. (2) Guru kurang tertarik mempelajari HAM melalui UU HAM, karena UU bersifat lugas dan tidak bersifat pragmatik. (3) Ada anggapan HAM merupakan permasalahan pemerintah sehingga kewajiban penyebarluasan informasi tentang HAM kurang disadari. (4) Informasi HAM di media massa banyak terkait dengan kekerasan, sehingga pemahaman HAM dikaitkan dengan kekerasan dan politik. (5) Buku buku di perpustakaan sekolah yang bertema HAM sedikit. (6) Panitia RANHAM belum pernah memberi penyuluhan terhadap para guru. 2. Pemahaman Siswa Sekolah Menengah di Kota Yogyakarta Terhadap Hak Asasi Manusia Hasil penelitian pada rumusan permasalahan yang kedua ini diklasifikasikan berdasarkan pemahaman siswa terhadap hak asasi manusia dan pemahaman terhadap Undang Undang HAM. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Pemahaman Siswa Terhadap Hak Asasi Manusia No Keterangan Jumlah 1. Mengetahui adanya HAM 100% 2. Mengetahui HAM dari televisi dan radio 54% 3. Mengetahui HAM dari internet 76% 4. Mengetahui HAM dari surat kabar/majalah 33% 5. Mengetahui HAM dari buku PKN 82% 6. Memahami HAM dalam bentuk memaknai anti 80% kekerasan 7. Mengetahui adanya Undang-Undang HAM 0% 8. Memahami sebagian substansi isi HAM 46% 9. Memahami seluruh substansi isi HAM 0% 18

7 Berdasarkan data, semua responden sudah pernah mendengar dan mengetahui adanya HAM. Informasi yang didapat berasal dari media televisi dan radio sebanyak 54% dari responden, sedangkan informasi dari surat kabar dan majalah sebanyak 33%, dan dari internet sebanyak 76%. Informasi dari buku pelajaran PKN sebanyak 82%. Berdasarkan pusat informasi ternyata media internet dan buku pelajaran PKN lebih berperan untuk menyebarkan informasi tentang HAM pada siswa SMA di Yogyakarta. Padahal informasi internet yang dibaca siswa umumnya memberitakan isu isu yang berkembang di masyarakat, sehingga berita yang didengar dan dibaca lebih banyak berita tentang kekerasan dan politik yang dikaitkan dengan HAM. Informasi HAM juga didapat melalui buku pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Informasi inilah yang diharapkan dapat memperjelas pemahaman HAM. Dari data ini, informasi dari internet diminati siswa sebanyak 46% telah memahami sebagian substansi HAM, tetapi belum memahami seluruh substansi HAM. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4, bahwa responden belum pernah membaca UU HAM. Mereka mendapatkan informasi dari media massa yang beritanya berdasarkan isu isu yang berkembang di masyarakat. Tabel 5 Pemahaman Siswa Terhadap Aspek-Aspek HAM No Aspek-aspek HAM Mengetahui Memahami 1. Hak untuk hidup 75% 45% 2. Hak mengembangkan diri 63% 40% 3. Hak memperoleh keadilan 80% 70% 4. Hak atas rasa aman 85% 64% 5. Hak atas kesejahteraan 76% 62% 6. Hak turut serta dalam pemerintahan 82% 60% 7. Hak wanita 65% 60% 8. Hak anak 90% 75% 9. Kewajiban dasar manusia 80% 40% 10. Hak atas kebebasan pribadi 63% 55% Berdasarkan tabel 5, siswa sudah mengetahui aspek aspek HAM, tetapi pemahaman terhadap aspek aspek tersebut masih bersifat parsial dan belum memahami secara substansial isi dari aspek-aspek tersebut. Aspek yang dipahami siswa dengan baik dapat terlihat pada tabel di atas, yaitu hak memperoleh keadilan dan hak anak. Hal ini dapat terkait dengan pemberitaan di internet yang lebih banyak menayangkan kedua aspek tersebut. Tabel 6 Pemahaman Siswa Terhadap Aspek-Aspek Hak Anak No. Aspek-aspek Hak Anak Mengetahui Memahami 1. Menghormati orang tua, wali, dan guru 100% 94% 2. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman 100% 86% 3. Mencintai tanah air, bangsa, dan 100% 77% negara 4. Menunaikan ibadah sesuai dengan 100% 71% ajaran agamanya 19

8 No. Aspek-aspek Hak Anak Mengetahui Memahami 5. Melaksanakan etika dan akhlak yang 100% 59% mulia 6. Nondiskriminasi (tidak membedakan) 100% 85% 7. Kepentingan terbaik bagi anak 84% 58% 8. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, 92% 60% perkembangan hidup 9. Penghargaan terhadap pendapat anak 85% 59% 10. Identitas pada akta kelahiran 55% 47% Aspek aspek Hak anak dalam tabel 6 hampir semua sudah diketahui oleh siswa, sedangkan pemahamannya juga sudah cukup baik. Dari berbagai aspek di atas, aspek identitas pada akta kelahiran pemahamannya masih cukup rendah, yaitu 47%. Aspek aspek di atas sudah dipahami oleh siswa, tetapi mereka memahaminya berdasarkan pada nilai nilai karakter bukan bagian dari hak anak. Misalnya, pada aspek menghormati orang tua, wali, dan guru; mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; dan mencintai tanah air, bangsa, dan negara, mereka sudah memahami maksud aspek tersebut dengan baik. Aspek ini selalu diajarkan mulai tingkat dasar sampai SMA sehingga materi ini sudah tidak asing lagi bagi siswa. Faktor faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap hak asasi manusia dan Undang Undang HAM adalah sebagai berikut ini : (1) siswa kurang tertarik mempelajari HAM karena ada anggapan HAM merupakan permasalahan pemerintah dan lembaga HAM. (2) Informasi HAM di media massa banyak terkait dengan kekerasan, sehingga pemahaman HAM dikaitkan dengan kekerasan dan politik. (3) Buku buku di perpustakaan sekolah yang bertema HAM sedikit. (4) Panitia RANHAM belum pernah memberikan penyuluhan terhadap para siswa. 3. Penerapan Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Bahasa Indonesia pada Sekolah Menengah Atas Hasil penelitian ini akan dibahas menjadi dua hal, yaitu penerapan hak asasi manusia dalam kurikulum pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia dan penerapan hak asasi manusia dalam sumber pembelajarannya. Secara eksplisit pada pengembangan materi mata pelajaran bahasa Indonesiadi SMA tidak ditemukan tema yang berkaitan dengan HAM. Hal ini dapat dipahami karena pengembangan materi pada mata pelajaran bahasa Indonesia cukup banyak dititipi tema tema yang sedang menjadi perbincangan masyarakat, misalnya, tema anti korupsi, lingkungan hidup, Undang Undang Lalu Lintas, dan sebagainya. Namun demikian, secara implisit materi dalam pembelajaran tersebut dapat dijabarkan tema tema yang terkait dengan HAM. Hal ini dapat dilihat pada tema pembelajaran pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, jiwa nasionalisme, nondiskriminasi, kebebasan berpendapat, dan sebagainya. Dari data yang ada, dapat disimpulkan bahwa tema pembelajaran belum mencantumkan tema HAM. Padahal, tema HAM tersebut sangat penting diketahui sejak dini oleh setiap warga masyarakat Indonesia agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sumber belajar terdiri atas buku buku pelajaran bahasa Indonesia dan buku suplemen. Selain itu, buku buku yang ada di perpustakaan, internet, dan media massa. Berdasarkan buku buku yang dipakai guru terdapat unsur unsur yang dapat dikaitkan dengan HAM, misalnya, membaca intensif artikel, resensi buku pengetahuan, 20

9 menyampaikan intisari buku, menulis esai berdasarkan topik tertentu, mendengarkan informasi dari radio/tv, mengemukakan pendapat, dan sebagainya. Dalam memilih tema pembelajaran, 80% guru di kota Yogyakarta sudah memasukkan tema HAM dalam perencanaan pengajaran dan 100% guru menyatakan menganggap perlu memasukkan tema HAM dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena HAM merupakan hak dasar yang secara kodrat melekat pada manusia. 4. Penerapan Hak Asasi Manusia dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta Berdasarkan data yang ada, penerapan hak asasi manusia secara implisit telah ada dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia walaupun secara eksplisit belum ditampilkan dalam perencanaan pengajaran. Tema tema yang menyangkut hak dan kewajiban anak secara implisit telah dipakai khususnya pada kewajiban anak untuk menghormati orang tua, wali, guru; mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; dan mencintai tanah air, bangsa, dan negara. Tema tema yang menyangkut hak anak secara implisit lebih banyak pada tema penghargaan terhadap pendapat anak dan identitas diri anak. Selain tema mengenai hak dan kewajiban anak, tema tema yang secara implisit juga telah dipakai untuk tema dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu hak untuk hidup, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, dan hak wanita. Dari berbagai tema yang ada, tema yang terkait dengan hak anak dipakai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Hal ini sesuai dengan usia anak SMA yang masih dikategorikan anak anak. Sekolah juga tidak membedakan anak anak yang cacat fisik untuk ditempatkan pada kelas regular. Namun dari sarana yang harus digunakan pada anak anak yang berkebutuhan khusus tersebut belum seluruhnya dipenuhi oleh pihak sekolah. Misalnya, pada anak tunanetra, sekolah belum menyediakan buku-buku bacaan dengan huruf Braille. Proses pembelajaran juga diperlakukan sama dengan anak-anak normal. Dalam pembelajaran diskusi, siswa sudah diajak untuk menghargai pendapat orang lain. Hal ini sebenarnya pembelajaran itu sudah menerapkan aspek penghargaan terhadap pendapat anak. E. Kesimpulan dan Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Guru bahasa Indonesia sudah pernah mendengar dan mengetahui adanya HAM, tetapi belum memahami seluruh substansi HAM. Mereka mendapatkan informasi dari media massa yang beritanya terpotong potong, sesuai dengan informasi yang aktual pada waktu berita ditayangkan. Siswa SMA sudah pernah mendengar dan mengetahui adanya HAM. Berdasarkan pusat informasi media internet dan buku pelajaran PKN lebih berperan untuk menyebarkan informasi tentang HAM pada siswa SMA di Yogyakarta. Siswa belum memahami seluruh substansi HAM. Secara eksplisit dalam pengembangan materi mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA tidak ditemukan tema yang berkaitan dengan HAM. Hal ini dapat dipahami karena pengembangan materi pada mata pelajaran bahasa Indonesia cukup banyak dititipi tema tema yang sedang menjadi perbincangan publik. Namun demikian, secara implisit materi pembelajaran bahasa Indonesia sudah dijabarkan dalam tema tema yang terkait dengan HAM. Hal ini dapat dilihat pada tema pembelajaran jiwa nasionalisme, nondiskriminasi, kebebasan berpendapat, dan sebagainya. 21

10 Penerapan hak asasi manusia secara implisit telah ada dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia walaupun secara eksplisit belum ditampilkan dalam perencanaan pengajaran. Proses pembelajaran bahasa Indonesia telah menerapkan HAM pada waktu diskusi. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Daftar Pustaka Cholisin, Peran Guru PPKN dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter Makalah disajikan dalam Kuliah Umum di Universitas Ahmad Dahlan. DBE Roll Out Alfhe I UAD: Pembelajaran Aktif di Sekolah dan Kunjungan Sekolah. Yogyakarta: UAD Yusuf, Agus Nugraha Direktorat Jenderal Perlindungan HAM dalam Tahun 2005 dalam Buletin HAM. Jakarta: Dirjen HAM. Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun Madya, Suwarsih Optimalisasi Pemanfaatan TIK untuk Meningkatkan Mutu Hakiki Pendidikan Makalah. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun di Kota Yogyakarta. Sanjaya, Wina Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk manusia untuk berbudaya atau beradab itu lebih mudah jika ia terdidik atau terpelajar. Hal ini tidak berarti bahwa manusia yang terdidik dan terpelajar

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komponen pendidikan merupakan komponen yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembentukan karakter warga negaranya terutama karakter dari setiap

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH DASAR UMUM (MKDU)

PEDOMAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH DASAR UMUM (MKDU) PEDOMAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH DASAR UMUM (MKDU) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (LP3TK) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO 2015 PENGANTAR Undang-Undang No 12 tahun

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A. PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI UNTUK MENJADI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG PROFESIONAL TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea ke Empat yaitu

Lebih terperinci

2013, No Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta

2013, No Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta No. 420, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kabupaten/Kota. Peduli HAM. Kriteria. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Ary Kristiyani, M.Hum. PBSI, FBS, UNY arykristiyani@uny.ac.id atau ary_kristiyani79@yahoo.com Disampaikan pada Seminar Internasional di Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan perpaduan antara belajar dan mengajar. Seperti tercantum pada Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

Lebih terperinci

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi MANAJEMENT MODUL 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

No Profil Lulusan Deskripsi Profil III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN EKONOMI A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan Ekonomi 2. Izin Pendirian : 252/DIKTI/Kep/1996 3. Status Akreditasi : B 4. Visi : Terwujudnya Program

Lebih terperinci

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia)

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia) 86 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA (Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia) Modul 11 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 86 87 1. Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan suatu konsep universal, dan diwajibkan setiap negara untuk memeberikan pendidikan yang layak bagi setiap warga negaranya. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan melakukan usaha-usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan Modul 1 0 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar balakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan warga negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang Dasar 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA Pipin Erlina, Umi Chotimah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya email: pipinerlina6@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) (Siklus I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) (Siklus I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) (Siklus I) MTs : MI Negeri Gubug Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / 2 Standar Kompetensi : 3. Menampilkan sikap positif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki masa globalisasi dan meningkatnya perkembangan teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik secara ekonomi, politik, sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Problem tenaga kerja di Indonesia sangatlah kompleks. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang. Jumlah pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Bangsa akan maju jika para pemuda memiliki karakter nasionalisme. Nasionalisme merupakan bagian penting

Lebih terperinci

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR I. PROGRAM STUDI PGSD JENJANG SARJANA (S1) A. PROFIL Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD-Primary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2013 A. LATAR BELAKANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2013 Anak merupakan awal matarantai manusia yang sangat menentukan wujud dan kehidupan suatu bangsa pada masa depan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang arti penting serta manfaat pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan karakter penting bagi bangsa Indonesia, karena untuk melahirkan generasi bangsa yang tangguh. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK UMUM Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

PLEASE BE PATIENT!!!

PLEASE BE PATIENT!!! PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR

Lebih terperinci

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) NAMA : HARRY FITRI USMANTO NPM : 38412209 KELAS : 1ID08 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dan dianggap memiliki peran yang strategis

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin NEGARA = State (Inggris), Staat (Belanda),Etat (Perancis) Organisasi tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) Standar Kompetensi Lulusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

Mata Kuliah Kewarganegaraan

Mata Kuliah Kewarganegaraan Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: 01 Fakultas Design Komunikasi dan Visual Program Studi Pokok Bahasan PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN Dosen : Cuntoko, SE., MM. Informatika

Lebih terperinci

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia termasuk negara yang sering terjadi bencana alam, seperti banjir, gunung meletus dan lain-lain. Salah satu yang sering terjadi pada tahun 2014 adalah gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari makhluk hidup yang lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila

Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila DISUSUN OLEH: NAMA : LUCKY WAHYU P NIM : 11.11.4996 JURUSAN : S1 TI DOSEN : Tahajudin Sudibyo,Drs DISUSUN UNTUK MEMENUHI SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA STMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merosotnya moralitas bangsa terlihat dalam kehidupan masyarakat dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, kesetiakawanan sosial (solidaritas),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan mengalami tumbuh dan kembang di berbagai macam lingkungan, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Peran manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. 135 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Peserta didik di SMA Negeri Abepura Kota Jayapura) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Berhubungan dengan hal itu, pendidikan memiliki peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan suatu kelompok

I. PENDAHULUAN. terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan suatu kelompok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai bagi setiap orang tua. Kelahiran seorang anak menjadi hal yang paling ditunggu dalam sebuah keluarga. Setiap

Lebih terperinci