2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Surya Teguh Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sales Promotion Girl (SPG) Mall Sumber daya manusia khususnya kaum wanita di Indonesia cukup mendominasi dan merupakan modal pembangunan yang dapat didayagunakan secara maksimal. Partisipasi dan peran wanita dalam dunia kerja tidak jauh berbeda dengan laki-laki. Hampir semua pekerjaan laki-laki dapat dikerjakan oleh kaum wanita dan sebagian besar perusahaan cenderung lebih membuka peluang kerja bagi wanita khususnya perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak dan tidak mengutamakan keterampilan khusus. Mengacu pada Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 di Indonesia maka hak dan kewajiban tenaga kerja baik wanita maupun laki-laki secara umum sama, meliputi pengaturan jam kerja dan lembur, jam kerja dan istirahat, pengaturan pengajuan istirahat atau cuti, pengaturan jaminan sosial dan pengupahan. Namun terdapat perlindungan khusus bagi tenaga kerja wanita yang meliputi pengaturan jam kerja malam, cuti hamil, melahirkan, keguguran dan haid, serta kesempatan untuk menyusui anak. Mall merupakan pusat pertokoan atau kumpulan beberapa toko baik eceran atau retail dalam satu bangunan atau komplek yang dihubungkan oleh suatu koridor, tidak hanya sebagai tempat berbelanja namun juga sebagai tempat rekreasi. Konsepnya identik dengan bangunan tertutup multilantai yang diisi oleh berbagai jenis unit retail dalam satu struktur yang kompak, sehingga para pengunjung mudah mengakses dari satu unit ke unit retail yang lain (Widyastuti, 2006). Setiap 7
2 8 pembangunan mall akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja baru baik laki-laki maupun perempuan. Tenaga kerja yang cukup banyak diserap dengan adanya mall adalah tenaga kerja wanita sebagai sales promotion girl (SPG) disamping sales promotion boy yang juga semakin banyak dipekerjakan sebagai tenaga sales product. Sales promotion girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Retnasih (2001) menyatakan sales promotion girl adalah seorang perempuan yang direkrut oleh perusahaan untuk mempromosikan produk. Pemasaran produk pada suatu mall cenderung lebih memberdayakan SPG yang memiliki karakteristik fisik menarik untuk mempromosikan produk baru maupun lama. Dalam promosi dan pemasaran produk, SPG dituntut memiliki beberapa kriteria. Menurut Raharti (2001) seorang SPG harus memenuhi beberapa syarat yaitu performance, communicating style dan body language. Performance merupakan tampilan fisik yang dapat diinderakan dengan menggunakan pengelihatan. Dalam perspektif ini, performance juga mengilustrasikan tentang pembawaan seseorang. Pembawaan ini dinilai dari penampilan outlook (penampilan fisik) dan desain dress code (desain pakaian). Penilaian dari pembawaan ini bersifat subjektif. Communicating style atau kemampuan komunikasi mutlak harus dipenuhi oleh SPG karena melalui komunikasi akan mampu tercipta interaksi antara konsumen dan SPG. Body language lebih mengarah pada gerakan fisik (lemah lembut, lemah gemulai, dan lainnya) dan sentuhan fisik (body touch) saat menawarkan produk. Berdasarkan kualitasnya SPG dibedakan menjadi dua jenis yaitu pertama adalah SPG yang terdaftar langsung sebagai tenaga kerja tetap suatu perusahaan yang bertugas untuk mempromosikan suatu barang yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kedua yaitu SPG yang merupakan tenaga kerja yang disewa atau dibayar
3 9 dengan kontrak kerja dalam batas waktu tertentu. Keberadaan SPG ini dapat dari.perorangan atau disediakan langsung dari perusahaan pengerah tenaga kerja atau perusahaan outsourcing. Sebuah mall di dalamnya terdiri dari berbagai jenis toko terdapat beragam jenis sales promotion girl. Beberapa SPG yang bekerja di dalam sebuah mall merupakan tenaga sales promotion tetap mall untuk mempromosikan produk meskipun produk tersebut bukan hasil produksi langsung perusahaan mall tersebut. Beberapa SPG lainnya merupakan tenaga promosi dari pihak perusahaan produk yang ditempatkan di mall tertentu untuk mempromosikan produk mereka dalam kurun waktu tertentu. Terdapat perbedaan kewajiban dan hak antara SPG dari pihak mall dengan SPG dari perusahaan produk. Seluruh SPG dalam sebuah mall wajib mengikuti aturan berpakaian yang dikeluarkan oleh pihak manajemen mall namun tidak demikian dengan kebijakan mengenai hak berupa upah dan jaminan kesejahteraan lain yang ditentukan masing-masing oleh perusahaan SPG tersebut. 2.2 Pemakaian Sepatu Tumit Tinggi Pemakaian sepatu tumit tinggi merupakan salah satu kebijakan tata busana kerja yang harus dipatuhi oleh SPG mall. Kebijakan tersebut bertujuan menunjang penampilan SPG dalam mempromosikan produknya. Seiring dengan perkembangan industri sepatu saat ini muncul sepatu tumit tinggi dengan berbagai desain yang dapat memberikan kesan seksi bagi pemakainya. Selama bekerja, SPG berada dalam posisi berdiri selama 5-8 jam setiap hari. Menurut Sutalaksana (2000) sikap berdiri merupakan sikap siaga fisik maupun mental sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Secara fisiologi berdiri merupakan suatu kerja karena adanya kontraksi otot dalam waktu
4 10 relatif singkat dapat menimbulkan kelelahan sehingga menimbulkan rasa sakit pada otot yang bersangkutan (Karhiwikarta, 1987). Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan duduk (Tarwaka, dkk., 2004). Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi oleh posisi kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir (Astuti, 2007). Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki rangkaian tulang dan sendi yang cukup rumit. Kaki dibentuk oleh beberapa tulang dan membentuk beberapa lengkung yaitu arcus longitudinalis anterior, arcus longitudinalis lateralis, arcus longitudinalis medialis. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu rangkaian yang saling terkait menyerupai layar perahu. Sepatu atau alas kaki yang baik diperlukan agar kaki dapat menjaga tubuh tetap seimbang. Sepatu yang baik adalah sepatu yang dapat menahan kaki bukan direpotkan untuk menahan sepatu (Santoso, 2004). Peningkatan ketegangan pada otot kaki akibat menggunakan kaki untuk menopang tubuh akan menimbulkan musculosceletal pain pada otot-otot kaki (Azmi & Martita dalam Sutajaya, 2001). Desain alas kaki untuk kerja berdiri adalah ukuran alas kaki harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki dan tidak terdapat penahanan yang kuat pada ligamen pergelangan kaki. Dengan demikian otot rangka tidak mudah mengalami kelelahan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan dan keluhan pada kaki akibat pemakaian sepatu antara lain: a. Ukuran Kenyamanan menggunakan alat tergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran alat dengan ukuran manusia. Rancangan yang memiliki kompatibilitas tinggi terhadap pemakainya sangat penting untuk mengurangi
5 11 timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain (design-induced error) (Liliana, dkk., 2007). Dengan demikian ada tidaknya keluhan pada kaki tergantung pada kesesuaian antara ukuran sepatu dengan antropometri kaki. b. Bentuk Seiring perkembangan mode, sepatu mengalami perkembangan dari segi bentuk. Toe box sepatu yang tinggi memberikan keleluasaan bagi jari-jari kaki untuk bergerak dan membuat sirkulasi udara dalam sepatu menjadi lebih lancar. Ujung toe box bulat atau persegi lebih baik dibandingkan ujung runcing untuk menghindari penekukan tulang dan otot kaki. c. Kelenturan Telapak kaki akan melentur saat berjalan sehingga kelenturan alas sepatu yang digunakan sangat penting untuk menjaga kelenturan kaki. Unsur yang berpengaruh terhadap kelenturan sepatu antara lain sol luar, sol dalam, bahan sol dan struktur sol. d. Bahan Bahan sepatu berpengaruh terhadap kenyamanan pemakainya. Sepatu sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak mudah menyebabkan kaki berkeringat dan licin yang dapat berakibat pada ketidaknyamanan dan mudah cidera atau keseleo. e. Berat Aktivitas melangkah merupakan aktivitas mengangkat kaki melawan gravitasi. Memakai sepatu yang berat membuat beban angkat kaki semakin besar.
6 12 f. Sol sepatu Sol sepatu merupakan salah satu bagian dari sepatu yang berpengaruh terhadap keluhan pada kaki. Menurut Turner (1987) dalam Ramdhayani (2010) sol sepatu terdiri dari sol bagian dalam, sol bagian tengah, dan sol bagian luar. Sol bagian dalam adalah sol yang bersentuhan langsung dengan telapak kaki. Fungsinya adalah melindungi telapak kaki dari benturan dan memberikan kepegasan pada sepatu tersebut. Sol bagian tengah adalah lapisan antara sol dalam dan sol luar, memberikan kelenturan dan perlindungan. Sol bagian luar adalah sol yang kontak langsung dengan permukaan lantai atau tanah. 2.3 Keluhan Muskuloskeletal Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon yang sering diistilahkan dengan musculosceletal disorders (MSDs) (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka, dkk., 2004). Akobundu, dkk. (2008) menyatakan bahwa rasa sakit pertama adalah sinyal bahwa otot tendon mulai merasakan sakit dan harus beristirahat serta memulihkan. Secara garis besar keluhan muskuloskeletal dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima pembebanan statis. Namun keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan tersebut dihentikan
7 13 2. keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan rasa sakit pada otot masih terus berlajut. Keluhan muskuloskeletal berdasarkan nordic body map dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu: bagian otot trunkus, bagian otot ektremitas atas (upper extremitas), bagian otot ekstremitas bawah (lower extremitas). 1. Bagian otot trunkus terdiri dari: leher bagian atas, leher bagian bawah, pinggang, punggung, bokong, dan pantat. 2. Bagian otot ekstremitas atas terdiri dari: bahu kanan, bahu kiri, lengan atas kanan, lengan atas kiri, siku kanan, siku kiri, lengan bawah kanan, lengan bawah kiri, pergelangan tangan kanan, pergelangan tangan kiri, tangan kanan, dan tangan kiri. 3. Bagian otot ekstremitas bawah terdiri dari: paha kanan, paha kiri, lutut kanan, lutut kiri, betis kanan, betis kiri, pergelangan kaki kanan, pergelangan kaki kiri, kaki kanan, dan kaki kiri Penyebab terjadinya keluhan muskuloskeletal Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan muskuloskeletal, antara lain: 1. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut tenaga besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan terjadi karena tenaga yang dikerahkan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan,
8 14 maka dapat mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal (Tarwaka, dkk., 2004). 2. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. Semakin lama durasi dalam melakukan pekerjaan yang sama maka risiko yang diterima semakin tinggi dan waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaga semakin lama (NIOSH, 1997). 3. Sikap kerja tidak ilmiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Menurut Manuaba (2000) dalam Tarwaka, dkk. (2004), sikap kerja yang tidak alamiah tersebut umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja, dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Penelitian Surata (2001) menunjukkan penggunaan roda tangan berhendel vertikal pada alat pres parutan kelapa dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal sebesar 23,22% dibandingkan menggunakan pengepresan parutan kelapa dengan alat pres tangkai horizontal. Hal tersebut diakibatkan oleh hendel vertikal mengubah sikap tangan pronasi menjadi netral. Penelitian Adiputra (2003) menunjukkan keluhan subjektif pada subjek pemakai helm AT lebih tinggi daripada pemakai helm BH. Keluhan terjadi pada kepala belakang kiri dan kanan, leher belakang kanan, mata kiri dan
9 15 kanan. Hal tersebut terjadi karena belum dipertimbangkan sepenuhnya unsur antropometri kepala dalam pendesainan helm. 4. Faktor penyebab sekunder Terdapat beberapa faktor sekunder yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan muskuloskeletal yaitu tekanan, getaran, dan mikroklimat. Semakin sering terjadi tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. Getaran dengan frekuensi yang tinggi dapat menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis tersebut menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Sedangkan perbedaan suhu lingkungan yang terlalu besar terhadap suhu tubuh dapat menyebabkan sebagian besar energi dimanfaatkan untuk beradaptasi terhadap suhu lingkungan. Apabila intake energi kurang maka suplai energi ke otot akan berkurang. Hal tersebut mengakibatkan peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot berkurang, metabolisme karbohidrat terhambat sehingga terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot. 5. Penyebab kombinasi Risiko mengalami cidera otot skeletal semakin besar apabila saat melakukan pekerjaan, pekerja menerima terpapar beberapa faktor risiko dalam waktu yang bersamaan. Menurut Tarwaka, dkk. (2004) terdapat faktor individu yang berpengaruh terhadap risiko mengalami keluhan meliputi:
10 16 1. Umur Riihimaki, dkk., 1989 dalam Tarwaka, dkk. (2004) menyatakan umur memiliki hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu. Bahkan ada beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot. Masih dari sumber yang sama, Chaffin (1979) dan Guo, dkk. (1995) menyatakan keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja tahun dan keluhan akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Hasil penelitian Betti e, dkk. (1989) menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara tahun, selanjutkan akan terjadi penurunan kekuatan otot seiring bertambahnya umur. Menurunnya kekuatan otot cenderung diikuti dengan meningkatnya keluhan otot. Namun terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan umur tidak memiliki hubungan dengan keluhan muskuloskeletal salah satunya penelitian Torell, dkk. (1988) dalam Maijunidah (2010) yang tidak menemukan korelasi antara usia dan keluhan muskuloskeletal pada prevalensi dalam populasi pekerja galangan kapal. Mereka menemukan hubungan yang kuat antara beban kerja (dalam kategori rendah, sedang, atau berat) dan gejala atau diagnosis muskuloskeletal. 2. Jenis kelamin Beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hasil penelitian Betti e, dkk. (1989) dalam Tarwaka, dkk. (2004) menunjukkan bahwa rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria khususnya otot lengan, punggung, dan kaki.
11 17 3. Antropometri Antropometri yang meliputi berat badan, tinggi badan, dan masa tubuh memiliki pengaruh untuk menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Keluhan otot tersebut disebabkan karena kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Tubuh yang tinggi pada umumnya memiliki bentuk tulang yang langsing sehingga secara biomekanik rentan terhadap tekukan sehingga risiko terjadinya keluhan otot skeletal lebih tinggi. Tubuh tinggi umumnya sering menderita keluhan sakit punggung, tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan. Werner, dkk. (1994) dalam Tarwaka, dkk. (2004) menyatakan bahwa pasien gemuk (obesitas dengan masa tubuh > 29) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus (masa tubuh < 20), khususnya otot kaki. Menurut Felson, dkk. (1992) dalam Syamsir (2004) meningkatnya tekanan atau bertambahnya beban karena berat badan yang terus menerus mengakibatkan erosi rawan sendi. Sebaliknya pengurangan berat badan sebesar 5 kg, terjadi pengurangan gejala osteoarthritis sendi lutut lebih besar dari 50% pada populasi di Framingham. 4. Kebiasaan merokok Pengaruh faktor kebiasaan merokok terhadap risiko keluhan otot skeletal masih menjadi perdebatan namun beberapa penelitian telah membuktikan adanya kaitan antara kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok maka semakin tinggi pula tingkat keluhan otot muskuloskeletal.
12 18 5. Kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani berpengaruh terhadap keluhan otot skeletal dimana risiko keluhan otot skeletal tinggi apabila kesegaran tubuh rendah. Keluhan otot akan meningkat seiring dengan bertambahnya aktivitas fisik. 6. Kekuatan fisik. Dalam mengerjakan pekerjaan fisik yang memerlukan pengerahan otot maka faktor kekuatan fisik berpengaruh terhadap risiko keluhan dan cidera otot skeletal Pengukuran keluhan muskuloskeletal Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengenali sumber penyebab keluhan muskuloskeletal. Alat ukur ergonomik yang digunakan mulai dari alat yang sangat sederhana hingga alat dengan sistem komputer (Tarwaka, dkk., 2004). Alat-alat tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Checklist Checklist merupakan alat ukur ergonomik yang paling sederhana dan mudah, terdiri dari daftar pertanyaan yang diarahkan untuk mengidentifikasi sumber keluhan atau penyakit. Checklist pada umumnya dipilih untuk pengukuran yang bersifat umum dan lebih cocok digunakan untuk studi pendahuluan dan identifikasi masalah karena hasilnya yang kurang teliti. 2. Model biomekanik Model biomekanik merupakan model yang menerapkan konsep mekanika teknik pada fungsi tubuh untuk mengetahui reaksi otot yang terjadi akibat tekanan beban kerja. Model ini lebih banyak digunakan untuk mendesain tingkat beban dan sikap kerja yang aman bagi pekerja.
13 19 3. Tabel psikofisik Psikofisik merupakan cabang ilmu psikologi yang digunakan untuk menguji hubungan antara persepsi dari sensasi tubuh terhadap rangsangan fisik. Dengan mengetahui persepsi seseorang terhadap suatu pekerjaan maka dapat diukur tingkat kekuatan atau kapasitas kerja seseorang. Hasil pengukuran sangat bergantung pada persepsi seseorang sehingga dapat terjadi perbedaan persepsi yang satu dengan yang lainnya. 4. Model fisik Model fisik merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui sumber keluhan pada otot dengan mengukur tingkat beban kerja. Tingkat beban kerja dapat diketahui dengan menggunakan indikator denyut nadi, konsumsi oksigen dan kapasitas paru-paru. 5. Pengukuran dengan videotape Analisis videotape dilakukan dengan menggunakan video camera yang dapat merekam setiap tahapan aktivitas kerja. Hasil rekaman akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis terhadap sumber terjadinya keluhan otot. Pengukuran dengan metode ini sangat mudah dan hasilnya mudah dipahami. Namun diperlukan biaya yang mahal karena diperlukan beberapa kamera untuk dapat merekam seluruh tahapan aktivitas secara detail. 6. Pengamatan melalui monitor Pengukuran dengan monitor menggunakan alat monitor yang terdiri dari sensor mekanik yang dipasang di bagian-bagian tubuh pekerja yang akan diukur. Aspek fisik yang dapat diukur meliputi posisi, kecepatan dan percepatan pergerakan sehingga nantinya dapat digunakan untuk
14 20 mengestimasi risiko keluhan otot yang akan terjadi serta dapat sekaligus dapat dianalisis solusi ergonomis yang tepat untuk mencegah terjadinya keluhan tersebut. 7. Metode analitik Metode analitik direkomendasikan oleh NIOSH untuk pekerjaan mengangkat dengan menghitung Lifting Index (LI) dan Recommended Weight Limit(RWL) yaitu berat beban yang masih aman untuk dikerjakan oleh pekerja dalam waktu tertentu tanpa meningkatkan risiko gangguan sakit pinggang. Cara ini merupakan cara sederhana untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang berlebihan. 8. Nordic Body Map Nordic body map baik rating maupun rangking merupakan metode subjektif menilai keluhan muskuloskeletal dan mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan mulai dari rasa agak sakit (tidak nyaman) hingga rasa sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan pekerja. Cara ini sederhana namun mengandung subjektivitas yang cukup tinggi. Menghindari bias yang cukup tinggi dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran sebelum dan sesudah aktivitas kerja. Prosedur menggunakan pemetaan tubuh untuk mengetahui letak keluhan dan menilai keluhan baik nyeri, rasa sakit maupun rasa tidak nyaman dapat dilakukan dari rentang keseluruhan jam kerja menggunakan skala 4 Linkert Efek pemakaian sepatu tumit tinggi Memakai sepatu tumit tinggi membuat kaki berada dalam posisi menjijit dalam waktu yang cukup lama. Pemakaian tersebut menyebabkan timbulnya
15 21 efek berupa keluhan subjektif dan keluhan objektif pada kaki. Keluhan subjektif dapat muncul berupa keluhan muskuloskeletal yang umumnya ditandai dengan mengalami pegal-pegal, nyeri dan kesemutan, sedangkan keluhan objektif umumnya telah berupa penyakit ataupun cidera. Penyakit dan cidera yang timbul akibat pemakaian sepatu tumit tinggi merupakan pengaruh dari adanya tekanan pada telapak kaki dan betis yang kemudian mempengaruhi tulang dan otot. Tulang dapat mengalami fraktur karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan memutar, membengkok, dan menarik. Hasil penelitian Kerrigan (2005) dalam Hegrenes (2010) menunjukkan bahwa memakai sepatu tumit tinggi mengakibatkan peningkatan torsi pada lutut yang mengakibatkan peningkatan osteotritis pada lutut secara langsung. Suatu penelitian dilakukan pada perempuan dengan menggunakan sepatu berukuran tumit mulai 1,25 cm, 3,81 cm, 5,08 cm dan 7,62 cm. Hasil analisis biomekanik seperti fleksi plantar art. Talocrurales, fleksi sendi lutut menunjukkan gaya reaksi vertikal pada lantai dan penyebaran gaya anteroposterior meningkat secara bermakna antar pemakai sepatu tumit tinggi 7,62 cm dengan tumit ukuran 5,08 cm. Pada penelitian ini peneliti berkesimpulan untuk tidak menggunakan sepatu yang tumitnya melebihi 5,08 cm untuk memperkecil terjadinya cidera dan mempertahankan kenyamanan (Ebeling, dkk., 1994). Penggunaan sepatu tumit tinggi setinggi 5 cm atau lebih selama 5 hari atau lebih selama satu minggu dapat menyusutkan otot pada betis pemakainya sebesar 13% disamping dapat memendekkan tendon achilles pada betis (Brandt, 2010).
16 22 Proses berjalan terdiri dari 60% fase menopang dan 40% merupakan fase mengayun. Penelitian yang dilakukan Mc Bride, dkk. (1992) dalam Syamsir (2004) pada 11 perempuan pemakai sepatu tumit tinggi saat fase lepas landas (toe off) terjadi peningkatan reaksi gaya pada articulatio metatarsophalangealis I menjadi 1,58 kali berat badan, sedangkan bila tidak memakai sepatu hanya 0,8 kali berat badan. Bila diukur metatarso sesamoidea adalah 1,03 dan tanpa sepatu hanya 0,44 kali berat badan. Bila dihitung gaya resultannya pada pemakai sepatu tumit tinggi menjadi 1,88 kali sedangkan yang tidak memakai sepatu hanya 0,93 kali berat badan. Reaksi sistem otot rangka terhadap adanya gangguan dapat memberikan manifestasi berupa kontraktur dan nekrosis otot. Kontraktur otot terjadi apabila terdapat pemendekan otot dalam jangka waktu tertentu. Pada pemakaian sepatu tumit tinggi otot betis mengalami ketegangan karena kontraksi otot dalam waktu yang lama dan mengakibatkan peningkatan ketegangan serabut otot. Pemendekan otot tersebut menyebabkan tendon achilles menjadi lebih kaku dan tebal. Tendon achilles merupakan gabungan tiga otot yaitu gastroknemius, soleus, dan otot plantaris. Letaknya tepat di belakang pergelangan kaki melekat pada tulang tumit dan menyebabkan kaki untuk berjinjit ketika otot-otot berkontraksi. Pemakaian sepatu tumit tinggi dalam waktu lama dan berubah posisi secara mendadak ke posisi datar dapat menimbulkan ruptur traumatik tendon achilles (Helmi, 2012). Penggunaan sepatu tumit tinggi dalam posisi berdiri terlalu lama juga mengakibatkan terjadinya varises. Varises merupakan pembuluh darah balik yang melebar dan berliku-liku sehingga menonjol dipermukaan kulit. Varises berhubungan erat dengan kelemahan struktur tonus otot pembuluh balik atau
17 23 vena. Pembebanan menyebabkan vena kehilangan kelenturan sehingga meregang dan menjadi lebih panjang dan lebih lebar (Achmad, 2009).
BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara
Lebih terperinciMUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc
MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun
Lebih terperinciOleh: DWI APRILIYANI ( )
ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja Definisi kesehatan kerja mengacu pada Komisi Gabungan ILO / WHO dalam Kesehatan Kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi ke-12 tahun 1995. Kesehatan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK
IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK Murni Nasrun 1 1 Masyarakat Desa Tanah Merah Email: - Abstrak Kawasan
Lebih terperinciSURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Sektor Informal Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pola kegiatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai unsur penunjang dalam pembangunan nasional. Karena tenaga kerja mempunyai hubungan dengan perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal merupakan sistem otot rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot serat lintang
Lebih terperinciBambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sikap Kerja 2.1.1 Definisi Sikap Kerja Sikap kerja merupakan tindakan yang diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh pekerja tersebut yang hasilnya sebanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas
Lebih terperinciRUPTUR TENDO ACHILLES
RUPTUR TENDO ACHILLES LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Definisi Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu dimana dalam penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei
Lebih terperinciSKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI TERHADAP POTENSI TERJADINYA VARISES PADA TUNGKAI BAWAH
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI TERHADAP POTENSI TERJADINYA VARISES PADA TUNGKAI BAWAH DISUSUN OLEH: YURNILA NINGSIH ACHMAD J 110 050 017 DIPLOMA IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Muskuloskeletal Disorders (MSDs) 1. Definisi Muskuloskeletal Disorders(MSDs) MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat mempengaruhi fungsi normal dari jaringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
I-20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi dan Produktivitas 2.1.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Ergonomi 2... Definisi Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Responden Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki kontribusi yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back pain pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap
BAB V PEMBAHASAN Karakteristik responden meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, merokok dan trauma. Di mana untuk karakteristik jenis kelamin semua responden adalah perempuan, tidak merokok dan tidak
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keluhan Muskuloskeletal 2.1.1 Pengertian Keluhan Muskuloskeletal Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) tahun 2007, keluhan muskuloskeletal
Lebih terperinciUniversitas Indonesia
36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi
Lebih terperinciPOSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT
POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot skeletal yang disebabkan karena tubuh menerima beban statis, atau bekerja pada postur janggal secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis
Lebih terperinciAnalisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe
Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan
BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi 2.1.1 Defenisi Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti
Lebih terperinciANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK
ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,
Lebih terperinciSARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI
1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri
Lebih terperincisesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang
Lebih terperinciIdentifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X
Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, Desica Natalia Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta E-mail: iwayansukania@tarumanagara.ac.id,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tempat kerja industri, banyak pekerja melakukan pekerjaan proses dalam posisi berdiri untuk jangka waktu yang panjang. Bekerja di posisi berdiri dapat dihubungkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih
Lebih terperinciLatihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas
Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel
Lebih terperinciLampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun
Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen dan desain / perancangan yang berkenaan pula dengan optimasi,
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra
Lebih terperinciAngkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.
DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN SEPATU BERHAK TINGGI TERHADAP NYERI MYOGENIK PADA OTOT GASTROKNEMIUS SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU BERHAK TINGGI TERHADAP NYERI MYOGENIK PADA OTOT GASTROKNEMIUS SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melaksanakan sebuah pekerjaan dapat membuat seseorang berisiko mengalami gangguan atau cedera. Kebanyakan cedera akibat kerja biasanya mengenai sistem muskuloskeletal.
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran
Lebih terperinciERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR
ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan
Lebih terperinciKELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI
KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Oleh: RIYADI J110050041 DIPLOMA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal maupun yang berada pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar pekerjaan dan aktivitas dalam dunia industri tidak lepas dari penanganan material secara manual (Manual Material Handling). Manual Material Handling
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri
Lebih terperinciANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI
ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA
ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkelok-kelok akibat gangguan (hambatan) aliran darah. Bila hanya melebar saja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Varices 2.1.1. Definisi Varices Varises (varices) adalah pembuluh darah balik (vena) yang melebar dan berkelok-kelok akibat gangguan (hambatan) aliran darah. Bila hanya melebar
Lebih terperinciuntuk Mencegah Sakit Punggung
5 Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Mencegah Sakit Punggung WISNUBRATA Kompas.com - 25/09/2017, 07:45 WIB Ilustrasi sakit punggung dan pinggang(grinvalds) KOMPAS.com - Sakit punggung adalah penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan turut mempengaruhi struktur dari masalah ketenagakerjaan hingga hubungan industrial. Hal ini terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas
Lebih terperinci