ABSTRAK. Kata kunci: Keterbukaan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, integrasi ekonomi, ASEAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK. Kata kunci: Keterbukaan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, integrasi ekonomi, ASEAN"

Transkripsi

1

2

3

4

5 ABSTRAK Tahapan integrasi ekonomi yang telah berlangsung di kawasan ASEAN telah mencapai tahap ASEAN Economic Community (AEC). Dengan semakin terbukanya kawasan ASEAN diharapkan dapat membuat kawasan ini lebih terintegrasi dalam perekonomian global. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa keterbukaan perdagangan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara keterbukaan perdagangan dengan perkembangan ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel yang menunjukkan hasil bahwa keterbukaan perdagangan yang telah terjadi tidak memiliki hubungan dengan perkembangan ekonomi di ASEAN. Hasil menarik lainnya yang didapatkan dalam penelitian ini adalah: terbuktinya teori catch-up effect yang terjadi pada negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) dimana penambahan investasi di sektor infrastruktur akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi di negara CLMV lebih besar daripada negara lainnya. Kata kunci: Keterbukaan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, integrasi ekonomi, ASEAN v

6 ABSTRACT The integration process in ASEAN-10 countries has reached ASEAN Economic Community stage. With a more opened ASEAN region, it is hoped that this region can be more integrated within the global economy. Several researches has proven that trade openness of a nation affects its economic growth. This research intends to see the relationship between trade openness and economic development within the ASEAN region. This research utilized panel data regression which then revealed the trade openness that has already happened has no relations with economic development in ASEAN. Another unique result attained from this research is: the catch-up effect is proved to occur within the CLMV nations where additional infrastructure investments lead to higher economic growth in CLMV nations than in the rest of ASEAN nations. Keywords: Trade openness, Economic growth, Economic integration, ASEAN vi

7 PRAKATA Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Dampak Keterbukaan Perdagangan terhadap Perkembangan Ekonomi di ASEAN-10. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Katolik Parahyangan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, koreksi, serta saran-saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama ini diantaranya: 1. Orang tua penulis, Bpk. Ruskin Trio Gunawan Bakkara dan Ibu Sri Budijastuti. Terima kasih atas kasih sayang, kesabaran, bimbingan, dukungan, dan pengorbanannya kepada penulis selama ini hingga akhirnya penulis dapat menempuh pendidikan hingga jenjang S1. Penulis menyadari bahwa ucapan terima kasih tidaklah cukup untuk menggambarkan seluruh pengorbanan yang telah dilakukan oleh bapak dan ibu saya yang tercinta ini. Terima kasih juga kepada kedua kakak kandung saya yaitu Fajarsah Ananta dan Mayasita Ananda yang telah memberikan dukungan dan semangat tiada henti kepada penulis agar menjadi seorang pribadi yang baik dan mandiri. Ucapan terima kasih selanjutnya penulis ucapkan juga kepada Justyna Fleszar dan Kai Mateusz serta seluruh keluarga besar di Polandia karena telah menjadi keluarga baru di dalam kehidupan penulis. 2. Ibu Januarita Hendrani, Ph.D, selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen kajian EIP. Terima kasih atas segala ilmu, arahan, bimbingan, pikiran, kesabaran, tenaga, dan berbagai informasi tambahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam proses penyusunan skripsi. vii

8 viii

9 DAFTAR ISI ABSTRAK... v ABSTRACT... vi PRAKATA... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii 1. PENDAHULAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitan Kerangka Pikir TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Pembentukan ASEAN Integrasi Ekonomi Hambatan Perdagangan: Tarif dan Non-Tarif Teori Pertumbuhan Endogen Teori Catch-Up Effect dan Diminishing Returns Hubungan Keterbukaan Perdagangan dengan Pertumbuhan Ekonomi METODE DAN OBJEK PENELITIAN Metode Penelitian Data dan Sumber Data ix

10 3.3 Teknik Analisis dan Model Penelitian Pemilihan Model Regresi Uji Chow Uji Hausman Objek Penelitian Tingkat Pertumbuhan GDP Tingkat Keterbukaan Perdagangan Hambatan Perdagangan Non-Tarif Gross Fixed Capital Formation (GFCF) Foreign Direct investment (FDI) Labor Rate of Participation (LABOR) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Uji Asumsi Klasik Uji Signifikansi Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Simultan (F-statistic) Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial Koefisien Determinasi (R 2 ) Pembahasan PENUTUP DAFTAR PUSTAKA x

11 LAMPIRAN... A-1 RIWAYAT HIDUP PENULIS... A-2 xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Total perdagangan ASEAN, Intra-ASEAN,share (%), dan Inter-ASEAN, share (%) Tahun Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian... 7 Gambar 3. Grafik Kesesimbangan Tarif Gambar 4. Hubungan Catch-Up Effect dan Diminishing Returns Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan GDP (GDP Growth) Negara ASEAN dari Tahun Gambar 6. Rata-rata Pertumbuhan GDP (GDP Growth) Negara ASEAN dari Tahun Gambar 7. Jumlah Hambatan Perdagangan Non-Tarif (sanitary and phitosanitary (SPS), antidumping, dan safeguard) Negara ASEAN dari Tahun Gambar 8. Rata-rata Total investasi fisik Negara ASEAN terhadap GDP dari Tahun (%) Gambar 9. Rata-rata Nilai FDI (Foreign Direct Investment) Negara ASEAN dari Tahun (juta US$) Gambar 10. Rata-rata Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (15+) Negara ASEAN dari Tahun (juta US$) Gambar 11. Total perdagangan Intra dan Inter ASEAN tahun Gambar 12. Kondisi Ekonomi 4 Tahun terakhir di ASEAN sejak xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Tahapan Integrasi dan Kerja Sama ASEAN Tabel 2. Tahapan Integrasi Ekonomi Bela Balassa Tabel 3. Efek Sesudah dan Sebelum Berlakunya Tarif Tabel 4. Variabel dan Sumber Data Tabel 5. Keterangan Model Tabel 6. Hasil Regresi Model Common Effect Model (CEM) Tabel 7. Hasil Regresi Akhir Tabel 8. Correlation Matrix Tabel Komoditas Ekspor Unggulan ASEAN Tabel Komoditas Ekspor dan Impor Unggulan intra-inter ASEAN xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geoekonomi mempunyai suatu nilai strategis pada kawasan tersebut. Kondisi ini menyebabkan kawasan ini menjadi ajang persaingan pengaruh kekuatan pada era perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Situasi persaingan telah terjadi sejak dulu di kawasan Vietnam ditandai dengan adanya perang Vietnam, kawasan Laos dan Kamboja dengan konflik militernya, serta konflik bilateral antar negara-negara di Asia Tenggara. Persaingan pengaruh ideologi dan kekuatan militer yang dapat menyeret negara-negara di kawasan Asia Tenggara ke dalam konflik bersenjata, membuat para pemimpin negara-negara di kawasan Asia Tenggara sadar bahwa perlu ada suatu kerja sama yang dapat meredakan sikap saling curiga di antara negara anggota serta mendorong usaha pembangunan bersama di kawasan Asia Tenggara. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1967, bertempat di Bangkok, Thailand, lima wakil negara pemerintahan negara-negara Asia Tenggara, yaitu perwakilan dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, menandatangani Deklarasi ASEAN atau lebih dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok inilah yang menjadi awal mula berdirinya organisasi kawasan yang dinamakan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations / ASEAN). Organisasi ini memiliki tujuan awal untuk mendorong terciptanya perdamaian dan stabilitas wilayah, melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi, dan membentuk kerja sama di berbagai bidang dalam kepentingan bersama antar negara anggota. Sejak ASEAN didirikan, negara anggota telah menyadari bahwa kerja sama ekonomi merupakan salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerja sama ekonomi hanya berfokus pada program-program pemberian preferensi perdagangan (prefential trade) dan skema-skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN. Seiring berjalannya waktu, ASEAN mulai mengalami penambahan anggota hingga pada akhirnya jumlah anggota ASEAN mencapai 10 negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. Proses globalisasi yang ditandai dengan semakin meningkatnya ketergantungan antarbangsa dan tidak ada satu pun negara yang mampu menghadapi perubahan global tersebut tanpa mengandalkan negara lain. 1

15 Proses integrasi yang terjadi di berbagai kawasan di dunia telah menyediakan sarana bagi negara-negara anggota yang tergabung dalam integrasi ekonomi untuk melakukan berbagai bentuk kerja sama baik kerja sama bilateral maupun multilateral. Akan tetapi beberapa integrasi ekonomi yang telah berlangsung masih memiliki banyak kekurangan dan perlu dikaji kembali pelaksanaanya. Argumen dasar yang menjadikan integrasi ekonomi ataupun integrasi regional menjadi penting adalah manfaat yang ditawarkan bagi negara anggota untuk memperluas pasar dan mempromosikan kompetisi dengan menghilangkan berbagai hambatan perdagangan di antara negaranegara yang menjadi anggota integrasi ekonomi tersebut. Proses integrasi yang terjadi di kawasan ASEAN telah menghasilkan kebijkan untuk mengurangi beberapa hambatan tarif dan non-tarif yang diterapkan oleh negara anggota ASEAN. Hal ini bertujuan agar akses pasar antar negara dapat lebih terbuka. Akan tetapi hampir saat ini perkembangan ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN masih belum dapat dinikmati secara merata, khususnya bagi negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam). Pertumbuhan dan perkembangan negara ASEAN-6 (Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Brunei Darussalam) masih menjadi motor utama penggerak ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Menurut Mazumdar (1996) manfaat dari liberalisasi perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara bagi pertumbuhan negaranya bergantung pada komposisi perdagangannya. Mazumdar (1996) juga berhipotesis bahwa komposisi perdagangan dapat menentukan kekuatan dari motor pertumbuhan suatu negra (engine of growth). Selanjutnya, hubungan keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara menjadi salah satu topik yang telah memunculkan banyak hasil penelitian. Hal ini ditunjukkan pertama kali oleh Smith (1937) dan Ricardo (1973) dalam Pigka- Balanika (2013). Penelitian mereka menunjukkan hubungan positif antara keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan. Menurut Smith dalam model Ricardian, keterbukaan dapat meningkatkan pendapatan per kapita suatu negara ketika negara tersebut memiliki spesialisasi khusus yang diperoleh dari produktfitas tenga kerjanya (comparative laborproductivity advantage). Keterbukaan juga secara tidak langsung dapat menyebabkan perkembangan melalui jalur kegiatan yang berbeda-beda seperti: transfer teknologi, diversifikasi produk, adanya peningkatan skala ekonomi (economies of scale), serta adanya alokasi sumber daya yang lebih efisien. Banyak ekonom mendukung pendapat bahwa proteksionisme dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Sementara itu, beberapa analis 2

16 liberal berpendapat bahwa tingkat keterbukaan perdagangan suatu negara yang semakin tinggi akan menyebabkan kinerja ekonomi yang lebih baik pula (Pigka-Balanika, 2013). Dualisme pandangan tentang negara yang lebih proteksionis dan lebih terbuka tersebut menjadi dasar pemikiran serta pertanyaan penelitian, yaitu apakah keterbukaan perdagangan memiliki hubungan terhadap pertumbuhan ekonomi negara anggota ASEAN. Dalam dokumen cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN juga disampaikan bahwa dalam menuju AEC (ASEAN Economic Community) ASEAN memerlukan wawasan keluar agar tetap menjaga hubungan kerja sama dengan negara lain. Artinya dalam kegiatan integrasi yang dilakukan ASEAN tidak menutup kemungkinan ASEAN menjadi lebih terbuka lagi baik kerja sama antar anggota ASEAN maupun dengan negara-negara di luar ASEAN. Perkembangan perekonomian dunia dan pola hubungan antar negara secara umum seolah-olah menjadi semakin menurun. Hal ini tentu saja membuat semakin terbukanya perdagangan antar negara sehingga diharapkan dapat meningkatkan akses pasar suatu produk ke negara lain. Keterbukaan ekonomi dan perdagangan memiliki 2 konsekuensi, yaitu tantangan dan peluang. Semakin terbukanya perdagangan antar suatu negara dengan negara lainnya dapat memberikan peluang meningkatnya akses pasar suatu produk dalam negeri di pasar internasional sekaligus juga tantangan persaingan produk dalam negeri dengan produk luar negeri. Perkembangan dari pertumbuhan faktor produksi dan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara memiliki pengaruh dalam pergeseran batasan produksi suatu negara. Tinggi rendahnya volume perdagangan suatu negara dapat bergantung pada dua faktor yang dinilai penting. Hal penting yang pertama, yaitu bergantung pada tingkat di mana output dari komoditas yang dapat diekspor dan diimpor oleh suatu negara itu dapat tumbuh. Kemudian yang kedua, bergantung pada pola konsumsi suatu negara seiring dengan berkembangnya pendapatan nasional melalui pertumbuhan dan aktifitas perdagangan. Menurut Baliamoune-Lutz & Ndikumana (2007) beberapa teori dan literatur menyatakan bahwa liberalisasi perdagangan dapat memperluas peluang perdagangan, meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya (terhadap sektor yang paling efisien), dan mempercepat perkembangan teknologi terutama melalui kegiatan liberalisasi impor. Pada akhirnya semakin tinggi teknologi yang diimpor oleh suatu negara diharapkan dapat meningkatkan inovasi dalam negeri, sehingga meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan. 3

17 Penghapusan hambatan perdagangan dan peningkatan akses dalam kegiatan perdagangan yang berlangsung di ASEAN telah menjadi inisiatif awal yang menunjukkan bahwa ASEAN mampu mengikuti perkembangan dunia yang ada. Penghapusan hambatan perdagangan yang memiliki fokus khusus dalam penghapusan tarif di intra- ASEAN telah berjalan sejak komitmen CEPT (Common Effective Prefential Tariff) diberlakukan ketika pembentukkan AFTA (ASEAN Free Trade Area). Berkat diberlakukannya ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada bulan Mei 2010 lalu, penghapusan pembatasan perdagangan tarif yang lebih komprehensif diambil sebagai langkah untuk lebih memfasilitasi kegiatan perdagangan antar sesama anggota maupun dengan negara di luar ASEAN. Salah satu kebijakan dari adanya ATIGA yang dinilai dapat memfasilitasi aktifitas perdagangan di ASEAN adalah kebijakan bea cukai yang harus lebih sederhana, harmonis, efisien, mempersingkat prosedur dan aturan-aturan, serta penghapusan hambatan teknis lainnya yang dapat menghambat aktifitas kegiatan perdagangan. 1.2 Rumusan Masalah Kerja sama ekonomi di kawasan ASEAN yang menghendaki terciptanya sebuah kawasan perdagangan bebas yang memiliki program komprehensif untuk mereduksi tarif regional berawal dari dibentuknya AFTA. AFTA melalui perjajian skema CEPT, merupakan bentuk kerja sama antar negara anggota ASEAN yang menjadi awal mula kerja sama di bidang ekonomi pada kawasan ini. AFTA diharapkan dapat mempercepat terjadinya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara menjadi suatu pasar produksi tunggal dalam lingkup regional. Pencapaian AFTA juga diharapkan mampu mempercepat terjadinya liberalisasi perdagangan intra-asean dan peningkatan investasi melalui skema CEPT. Akan tetapi, pasca AFTA, kondisi share perdagangan intra-asean belum menunjukkan perkembangan yang berarti jika dibandingkan dengan share perdagangan inter-asean. 4

18 Gambar 1. Total Perdagangan ASEAN, Intra-ASEAN trade share (%), dan Inter-ASEAN trade share (%) Tahun % ,476 2,512 2,388 2,529 2,009 1,897 1,661 1,537 $3,000 $2,500 $2,000 $1, Intra-ASEAN Inter-ASEAN Total Perdagangan, US$ milyar $1,000 $500 $0 Sumber: ASEAN Integration Report, 2015 Berdasarkan gambar 1 kondisi perdagangan pasca AFTA masih belum menunjukkan adanya peningkatan hasil perdagangan di kawasan ASEAN. Kondisi yang terjadi menunjukkan bahwa rata-rata total perdagangan intra-asean hanya mampu mengambil sebanyak 25% saja jika dibandingkan dengan total perdagangan inter- ASEAN yang memiliki rata-rata sebesar 75% sejak tahun 2007 hingga Jika dilihat dari data di atas, kondisi negara-negara anggota ASEAN yang semakin terbuka sejak diberlakukannya AFTA dan beberapa perjanjian kawasan lainnya ternyata masih belum mampu dimanfaatkan untuk mengembangkan volume perdagangan antar negara ASEAN. Perkembangan kegiatan integrasi dan kerja sama yang telah terjadi di kawasan ASEAN saat ini telah mencapai tahapan AEC (ASEAN Economic Community). Hasil perdagangan pasca AFTA ini tentu menjadi masalah yang perlu diperhatikan bagi ASEAN dalam menempuh tahapan AEC. Ditambah lagi tahapan integrasi ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN tidak mengikuti kaidah teoritis tentang tahapan integrasi ekonomi yang dikembangakan oleh Balassa (1961). Menurut Balassa (1961) tahapan dalam integrasi ekonomi dimulai dari Prefential Trade Agreement (PTA), Free Trade Area (FTA), Custom Union (CU), Common Market (CM), Economic Union (EU), dan Complete Economic Integration dimana masing-masing tahapan ini seharusnya dilakukan secara 5

19 berurutan. Jika dilihat rangkaian perjalanan tahapan integrasi yang telah berlangsung, ASEAN melewati tahapan Custom Union dimana pada tahapan ini perjanjian tarif dengan negara mitra dagang telah terintegrasi. Beberapa permasalahan yang telah dikemukakan perlu menjadi perhatian bagi negara-negara anggota ASEAN yang saat ini telah semakin terbuka karena perjanjian-perjanjian dagang dan tahapan integrasi yang terjadi telah membuat hambatan perdagangan menjadi berkurang. Oleh sebab itu, perlu diteliti lebih lanjut apakah keterbukaan perdagangan yang terjadi di ASEAN memiliki pengaruh terhadap perkembangan ekonomi negara-negara anggotanya. 1.3 Tujuan Penelitian Pada saat waktu yang bersamaan kecepatan dalam pertumbuan ekonomi di masing-masing negara relatif berbeda. Alasan utama atas kesenjangan pertumbuan ekonomi yang berbeda-beda di masing-masing negara disebabkan oleh adanya perbedaan kebijakan ekonomi yang diterapkan. Hubungan keterbukaan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN menjadi menarik untuk dibahas karena kegiatan integrasi yang telah terjadi serta perjanjian antar kawasan ASEAN selama ini telah menghasilkan banyak keputusan yang secara tidak langsung memiliki tujuan untuk menghapus segala bentuk hambatan perdagangan tarif maupun non-tarif dengan agar memberikan kemudahan dalam aktivitas perdagangan. Adapun pengelompokan pemilihan negara yang akan dianalisis dalam pembahasan yaitu, negara ASEAN-6 dan negara CLMV. Pemilihan pembatasan pembahasan negara yang dilakukan karena negara ASEAN-6 dan negara CLMV memiliki kebijakan penerapan penurunan tarif yang berbeda. Menurut ASEAN Annual Report (2014) baik ASEAN-6 dan CLMV telah melakukan kebijakan penurunan tarif sejak tahun 2000 hingga tahun 2013, namun perbedaan bagi ASEAN-6 dan CLMV terlihat bahwa pada tahun 2010 ASEAN-6 telah berhasil melakukan penurunan tarif hingga 0% dan untuk CLMV pada tahun 2010 masih menerapkan tarif sebesar 0.6%. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah keterbukaan perdagangan yang terjadi di kawasan ASEAN berdampak pada perkembangan ekonomi negara anggota ASEAN. 6

20 1.4 Kerangka Pikir Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Keterbukaan Perdagangan Hambatan Perdagangan non-tarif Gross Fixed Capital Formation Pertumbuhan Ekonomi Foreign Direct Investment Labor Rate of Participation Variabel Dummy DCLMV*GFCF Apakah suatu sistem perekonomian yang terbuka tumbuh lebih cepat daripada sistem ekonomi yang tertutup? Hampir semua studi empiris tentang pertumbuhan dan keterbukaan suatu negara telah memberikan jawaban yang kuat untuk pertanyaan ini. Alasan kuat untuk menjawab kebiasan yang mendukung liberalisasi perdagangan sebagian besar didasarkan pada kesimpulan dari berbagai studi empiris, yang menyatakan bahwa ekonomi yang berorientasi keluar (outwards-oriented) secara konsisten memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada negara-negara yang berorintasi kedalam (inward-oriented) (Yanikkaya, 2003). Perlu diperhatian bahwa keterbukaan perdagangan suatu negara menjadi lebih penting lagi ketika negara-negara mitra dagang memiliki kemiripan yang asimetris dalam artian bahwa mereka memiliki teknologi yang sangat berbeda dan endowment yang berbeda juga sehingga hal ini dapat mepengaruhi pertumbuhan masing-masing negara jika integrasi ekonomi dilakukan (Grossman dan Helpman, 1991). Adanya keterbukaan perdagangan ini juga diharapkan dapat mampu lebih meningkatkan perdagangan antar negara kawasan dengan asumsi hambatan perdagangan yang semakin menurun. Ketika intensitas perdagangan telah meningkat maka hasil dari pendapatan negara akibat melakukan perdagangan diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi negara. Jadi, 7

21 hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah semakin terbukanya suatu negara diharapkan memiliki pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Sejak dibentuknya WTO (World Trade Organization) pada tahun 1995, kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan dalam forum tersebut menghasilkan beberapa bentuk kebijakan tentang masalah tarif. Akibat dari turunnya hambatan tarif diantara negara-negara anggota WTO, tarif bea masuk terhadap produk-produk impor yang masuk ke negara mereka menjadi lebih rendah bahkan untuk beberapa kawasan integrasi ekonomi penurunan tarif hingga mencapi nol. Dalam kasus ini terlihat ASEAN telah melakukan kebijakan penurunan tarif sampai saat ini. Akan tetapi penurunan tarif masih belum menghilangkan seluruh hambatan perdagangan yang terjadi saat ini. Hambatan perdagangan non-tarif yang semakin menurun juga dapat mempengaruhi pendapatan negara yang ikut menurun juga akibat pendapatan dari adanya hambatan perdagangan non-tarif menjadi berkurang. Pada akhirnya, permasalahan hambatan nontarif menjadi penting untuk dicermati sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dari aktifitas perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara. Gross Fixed Capital Formation (GFCF), Labor participation rate (Partisipasi Angkatan Kerja), dan Foreign Direct Investment (FDI) menjadi variabel kontrol yang dapat membantu menjelaskan arah hubungan yang terjadi antara keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi. Ketiga variabel ini digunakan penulis dalam menyusun kerangka pemikiran karena dinilai memiliki kaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Gross Fixed Capital Formation (GFCF) atau yang lebih dikenal dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. PMTB mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan (BPS, 2016). Ketersediaan infrastruktur sangat diperlukan negara dalam menunjang aktifitas kegiatan perdagangan. Dalam hal ini peran infrastruktur dinilai merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kegiatan perdagangan antar negara yang bertujuan agar arus barang dan jasa dapat berpindah dengan mudah. Adanya infrastruktur yang memadai diharapkan mampu menciptakan kegiatan perdagangan antar negara maupun dalam negeri menjadi semakin lancar dan dapat mengurangi hambatan dalam kegiatan distribusi input maupun output dari suatu kegiatan produksi. Infrastruktur juga dapat mempelancar kegiatan dari mobilitas input dan hasil output dalam kegiatan produksi. Jika 8

22 suatu negara memiliki sarana infrastruktur yang masih rendah, misalkan sarana jalan raya, bandara, pelabuhan, sarana informasi serta infrastruktur pendukung lainnya yang masih belum tersedia, maka daya saing negara tersebut menjadi rendah jika dibandingkan dengan negara yang telah jauh lebih maju dalam penyediaan sarana infrastruktur. Menurut Bhattacharyay (2009) peran infrastruktur sangat penting dalam pembangunan sosial ekonomi dan integrasi ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur merupakan faktor dasar yang mampu mendorong perubahan ekonomi di berbagai sektor lokal maupun internasional. Pada akhirnya tanpa adanya peran infrastruktur dan teknologi maka kegiatan produksi tidak akan berjalan dengan efektif dan memiliki banyak kekurangan. Labor participation rate (Partisipasi Angkatan Kerja) atau lebih dikenal dengan sebutan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) adalah presentase banyaknya angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk yang berumur 15 tahun ke atas (BPS, 2016). Pemilihan variabel Labor participation rate (Partisipasi Angkatan Kerja) yang berusia 15 tahun ke atas ini digunakan penulis untuk menggambarkan kondisi demografi yang ada di ASEAN. Usia produktif yang terletak antara 15 tahun hingga 64 tahun merupakan sumber potensi sumber daya potensial negara dalam bidang sumber daya manusia. ASEAN memiliki rata-rata tingkat partisipasi angkatan kerja yang berumur 15 tahun ke atas sebesar 71.20% selama tahun Hal ini tentu saja memberikan gambaran bahwa telah terjadi kenaikan jumlah angkatan kerja potensial di ASEAN. Semakin tinggi TPAK suatu negara maka semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labor supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Sebelum melakukan perdagangan, suatu negara berusaha untuk menghasilkan output yang nantinya akan diperdagangkan atau dikonsumsi dalam negeri. Dalam aktifitas memproduksi suatu output, dibutuhan input. TPAK dinilai dapat menggambarkan bagaimana ketersediaan tenaga kerja aktif yang dapat bekerja untuk menghasilkan output di suatu negara. Menurut Jati (2015), bonus demografi harus dioptimalkan semaksimal mungkin demi pertumbuhan ekonomi melalui investasi sumber daya manusia yang modern. Ledakan penduduk usia kerja ini akan memberikan keuntungan ekonomi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Penawaran tenaga kerja (labor supply) yang besar meningkatkan pendapatan per kapita jika mendapatkan kesempatan kerja yang produktif; (2) Adanya peranan perempuan, yaitu jumlah yang sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar tenaga kerja dan membantu meningkatkan pendapatan; (3) Adanya tabungan (savings) masyarakat yang 9

23 diinvestasikan secara produktif; dan (4) Modal manusia (human capital) yang berkualitas jika ada investasi untuk itu. Semakin terbukanya negara-negara di ASEAN melalui kesepakatan integrasi ekonomi yang telah terjadi membuat kesempatan para investor baik berasal dari ASEAN maupun non-asean untuk melakukan investasi di kawsan ini. FDI yang masuk ke suatu negara dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara atau suatu kawasan tersebut. Selain itu, peningkatan GDP suatu negara juga dapat menggambarkan peningkatan ukuran pasar sehingga negara-negara yang mengalami peningkatan GDP tersebut menjadi sasaran para investor untuk menjadi basis dalam melakukan penjualan produknya. FDI juga dinilai dapat memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi suatu negara melalui aliran investasi asing yang masuk sehingga dengan adanya FDI, kapital untuk kegiatan produksi dalam domestik menjadi bertambah, kualitas input menjadi lebih baik, sehingga diharapkan output dari kegiatan produksi menjadi meningkat. Adanya kualitas produk yang semakin baik diharapkan dapat menjadi daya tarik negara lain dalam menggunakan hasil produk dari negara tersebut. Selanjutnya dengan adanya penambahan variabel dummy pada penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan interaksi antara kelompok negara-negara CLMV dan ASEAN-6 jika terjadi perbedaan infrastruktur. Hal tersebut digambarkan dengan variabel dummy negara CLMV dikalikan dengan variabel GFCF yang dalam penelitian ini digunakan oleh penulis untuk menggambarkan kondisi infrastruktur masingmasing negara ASEAN. Kondisi infrastruktur ini sangat penting menjadi perhatian dalam kegiatan integrasi yang telah terjadi di ASEAN karena kondisi geografi negara-negara ASEAN yang tidak berada dalam satu kepulauan. Oleh sebab itu, untuk menganalisis lebih lanjut peran pengaruh infrastruktur terhadap perkembangan ekonomi bagi kelompok negara CLMV maupun non CLMV penulis menggunakan bantuan variabel dummy interaksi untuk menggambarkan pengaruhnya. 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya 58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing integration for better jobs

Lebih terperinci

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA? JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; 81-90 SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA? Christianus Yudi Prasetyo Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta ABSTRAK Negara-negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan Indonesia-Thailand Agreement On The Common Effective Preferential Tariff Scheme For The ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-DAG/PER/3/2015

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa dihindari oleh suatu negara sebagai anggota masyarakat internasional. Salah satu bentuk liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperluas ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya keterbukaan, baik keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang : BAB 5 PENUTUP Berkembangnya regionalisme yang dipicu dari terbentuknya pasar Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu contoh integrasi ekonomi regional yang paling sukses, telah menarik negara-negara lain

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini, globalisasi ekonomi merupakan hal yang harus dihadapi oleh suatu negara apabila negara tersebut ingin memiliki keunggulan bersaing. Globalisasi ekonomi sudah dimulai

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL

PEMASARAN INTERNASIONAL PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pesat merupakan tujuan utama dari kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendeklarasikan AEC sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam kerangka

BAB 1 PENDAHULUAN. mendeklarasikan AEC sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam kerangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN telah mendeklarasikan AEC sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam kerangka besar Visi ASEAN 2020

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN periode 1980-2009 cenderung fluktuatif (Gambar 4.1). Hal ini disebabkan dominansi pengaruh

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses liberalisasi perdagangan mengalami perkembangan yang signifikan, ditandai dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

Lebih terperinci

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

MEMBANGUN TIM EFEKTIF MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci