BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang
|
|
- Herman Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang saling mempengaruhi atau memperkuat satu dengan yang lainnya. Kedua hal tersebut pun semakin kuat pada masa yang akan datang, seiring dengan kemajuan teknologi serta peningkatan pendapatan perkapita dan pertambahan jumlah penduduk dunia. Munculnya dua hal ini mengubah tatanan perekonomian dan perdagangan dunia yang akan berpengaruh sangat kuat terhadap setiap negara termasuk negara Indonesia. 1 Perekonomian Indonesia yang tadinya berorientasi ke dalam atau lebih mengutamakan penggunaan sumber daya dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan, akhirnya harus berubah menjadi oreintasi keluar atau menggunakan sumber daya dari luar untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri Indonesia. Hal ini dibuktikan pada masa awal kemerdekaan atau dikenal dengan masa Orde Lama, perekonomian Indonesia lebih mengedepankan penggunaan kemampuan dalam negeri. Perekonomian Indonesia pada masa Orde Lama menutup diri dari sektor-sektor asing dengan tujuan untuk melindungi industriindustri dalam negeri dari pengaruh liberalisasi negara barat. 2 Namun pada akhirnya perekonomian Indonesia harus jatuh dikarenakan tingginya tingkat inflasi serta habisnya cadangan devisa yang dimiliki oleh indonesia. 1 Hubungan Internasional, unikom_r-i.pdf, diakses pada tanggal 15 juni 2015 pukul WIB. 2 Luthfiana Chandra A.M., Perkembangan Ekonomi Pembangunan di Indonesia dan Kedua Orientasinya, Pekembangan%20Ekonomi%20Pembangunan%20di%20Indonesia%20dan%20Kedua%20Orienta sinya.html, diakses tanggal 15 juni 2015 pukul WIB
2 Untuk memperbaiki hal tersebut, maka pemerintah Orde Baru merubah orientasi ekonomi Indonesia menjadi berorientasi keluar. Hal yang dilakukan pemerintah Orde Baru pada waktu itu adalah dengan cara mengendalikan inflasi agar tidak setinggi pada masa pemerintahan Orde Lama dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan berorientasi keluar artinya Indonesia membuka peluang investor asing untuk masuk ke Indonesia dengan harapan dapat meningkatkan tingkat perekonomian Indonesia pada masa itu. Orientasi ke luar memanfaatkan sumber-sumber dari luar negeri untuk mencapai stabilitas ekonomi sedangkan pengkritiknya menekankan masyarakat bisnis pribumi dan memanfaatkan bantuan dan investasi asing dengan hati hati. 3 Perubahan perekonomian seperti yang dialami Indonesia pada waktu itu ternyata tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, melainkan banyak negara. Banyak negara yang berubah haluan dan menganut sistem ekonomi terbuka atau berorientasi keluar, atau sering disebut era keterbukaan global. Namun keadaan semacam ini nampaknya memberikan dampak yang kurang baik bagi ekonomi dunia, dikarenakan tidak semua negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang sama. 4 Negara yang tergolong kedalam negara maju yang mana tingkat pertumbuhannya baik mengalami peningkatan yang sangat pesat karena keadaan ini, namun negara yang tergolong dalam negara berkembang yang mana pertumbuhan ekonominya lambat malah mengalami penurunan ekonomi dikarenakan tidak dapat mengikuti persaingan global. Dengan demikian sistem ekonomi baru yang tadinya diharapkan dapat menyelesaikan masalah perekonomian dunia di masa lampau malah membuat masalah baru, negara-negara semakin terbagi menjadi dua kutub yang berbeda, yaitu negara berkembang dan negara maju. Untuk menanggulangi hal itu maka anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk 3 akbar, reza, Perkembangan%20Ekonomi%20Indonesia%20di%20Masa%20Orde%20Baru.html, diakses tanggal 16 Juni 2015 Pukul Hubungan Internasional, Op. cit., hlm. 3.
3 sebuah wadah yaitu GATT (General Agrement On-Tarriff and Trades). GATT sendiri awalnya bermula ketika negara-negara anggota PBB mengadakan konferensi-konferensi pada tahun 1947 dan Konferensi ini bertujuan untuk membentuk sebuah organisasi yang bergerak di bidang perdagangan internasional yang diberi nama ITO (International Trade Organization). Konferensi ini disahkan pada tahun 1948 di Havana, dan dikenal sebagai Piagam Havana yang menjadi pedoman bagi negara sebagai pelaku perdagangan internasional. Namun dikarenakan Piagam Havana tidak bisa langsung berlaku (enter into force), maka guna mengisi kekosongan hukum perdagangan internasional dibentuklah sebuah wadah yang bernama GATT (General Agrement On-Tarriff and Trades) pada tahun Pada awalnya, GATT 1947 dibuat dengan tujuan sebagi payung hukum dari ITO. Namun dikarenakan ITO tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka ITO dibubarkan dan membuat GATT yang tadinya hanya bersifat sebagai pedoman dalam perdagangan internasional menjadi sebuah organisasi. 5 GATT yang menggantikan tugas dan fungi dari ITO ternyata dapat menjalankan tugas dan fungsi itu dengan baik. Berbagai konferensi dilakukan oleh GATT sejak tahun 1947 dengan tujuan untuk membentuk tatanan perdagangan internasional yang baik. Salah satu konferensi yang dilakukan oleh GATT berlangsung di Uruguay yang kemudian dikenal dengan Putaran Uruguay pada tahun Putaran Uruguay inilah yang menjadi dasar terbentuknya sebuah organisasi perdagangan internasional baru yaitu WTO (World Trade Organization) yang berdiri pada tahun 1994 dan tidak hanya bergerak dibidang perdagangan barang namun juga perdagangan jasa. Dengan berdirinya WTO ini maka tugas dan fungsi dari GATT 1947 digantikan oleh WTO. Namun tidak seperti sebelumnya dimana pada saat GATT 1947 menggantikan ITO kemudian ITO dinyatakan 5 Huala Adolf, 1998, Hukum Ekonomi Internasional, Rajawali Grafindo. Jakarta, hlm 21
4 bubar, perjanjian-perjanjian dari GATT masih berlaku dibawah persetujuan dari WTO. Salah satu ketentuan yang terdapat dalam GATT dan digunakan oleh WTO adalah prinsip non diskriminasi sebagaimana tercantum dalan pasala I dan III GATT. 6 Pasal III GATT menerangkan tentang National Treatment, yaitu prinsip dimana negara anggota harus memberikan perlakuan yang sama antara produk dalam negeri dengan produk luar negeri. Sedangkan pasal I GATT menjelaskan tentang Most Favoured Nation, yaitu prinsip dimana negara anggota satu harus memberikan perlakuan yang sama kepada negara anggota yang lain tanpa perlakuan istimewa apapun. Masuknya Indonesia sebagai salah satu anggota dari WTO pada tahun 1994 membuat mau tidak mau Indonesia harus menaati prinsip tersebut dan mempunyai konsekuensi secara hukum untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan nasional agar sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan dalam WTO. 7 Selain itu, hal ini mempunyai konsekuensi bahwa Indonesia harus mengedepankan prinsip non diskriminasi dan membuka lebar-lebar pintunya agar barang dan jasa dari pihak luar dapat masuk ke Indonesia tanpa ada halangan apapun. Hal ini tentunya dikhawatirkan membuat potensi pasar dalam negeri tidak bisa bersaing dengan masuknya barang dan jasa dari luar. Oleh karena itu negara berkembang seperti Indonesia berusaha membentengi potensi dalam negerinya dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonominya dengan cara memberikan persyaratan-persyaratan khusus agar memberikan keuntungan maksimal bagi perekonomian Indonesia. Salah satu persyaratan khusus tersebut adalah persyaratan penggunaan kandungan local (local content requirement) yaitu persyaratan dimana pihak asing atau investor asing yang 6 FX, Soedijana, Triyana Yohanes, Untung Setyardi, 2008, Ekonomi Pembangunan Indonesia (Tinjauan Aspek Hukum) Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, hlm 69 7 Asmin Nasution, 2008, Transparansi Dalam Penanaman Modal, Pustaka Bangsa Press, Medan, hlm. 14.
5 berniat untuk berinvestasi di Indonesia diharuskan untuk menggunakan sumber daya lokal sepeti produk-produk, tenaga kerja, dan lain-lain, dalam jumlah atau persentase tertentu. Sebenarnya penggunaan ketentuan kandungan lokal ini masih menuai perdebatan karena penggunaan ketentuan ini bertentangan dengan ketentuan dalam WTO tentang National Treatment dan juga ketentuan dalam TRIMs (Trade Related Investment Measures) yang mana kedua ketentuan WTO tersebut mengedepankan prinsip non diskriminasi dalam kegiatan perdagangan internasional dan investasi. Namun pada tatanan praktek, persyaratan tentang kandungan lokal banyak digunakan oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dengan adanya persyaratan khusus tersebut diharapkan masing-masing pihak mendapat keuntungan. Disatu sisi pihak yang satu mendapat keuntungan dengan bisa melakukan usahanye di negara tujuan, disisi lain negara penerima mendapat keuntungan yaitu penggunaan potensi lokal yang dapat memacu perekonomian negara tersebut. Selama tidak ada pihak yang dirugikan maka persyaratan kandungan lokal tersebut bukanlah menjadi suatu masalah. Belakangan ini, persyaratan kandungan lokal (local content requirement) ini juga digunakan dalam sektor minyak dan gas (migas) baik di indoneisa maupun di negara lain. Persyaratan kandungan lokal untuk sektor migas di Indonesia ini diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas. Pengaturan penggunaan produk dalam negeri ini bertujuan untuk mendukung dan menumbuhkembangkan produk dalam negeri sehingga mampu mendukung kegiatan usaha hulu migas dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian, mendukung dan menumbuhkembangkan inovasi/teknologi produk dalam negeri, meningkatkan penggunaan produk dalam negeri pada kegiatan usaha hulu migas dengen tetap mempertimbangkan prinsip
6 efektifitas dan efisiensi, dan mewujudkan tertib penyelenggaraan peningkatan pengguanaan produk dalam negeri pada kegiatan usaha hulu migas. 8 Dengan adanya Peratutan Menteri ESDM ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia serta meningkatkan kualitas sumber daya Indonesia agar dapat bersaing dengan dunia luar. Selain itu Peraturan tersebut juga dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan bagi investor asing yang bergerak dibidang Minyak dan Gas Bumi yang hendak berinvestasi di Indonesia agar dapat menggunakan potensi lokal dalam persentase yang sudah ditentukan. Namun, meskipun sudah diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri ESDM tersebut, nyatanya penerapan persyaratan kandungan lokal ini masih memiliki beberapa masalah diantaranya masih banyak perusahaan yang penggunaan kandungan lokalnya masih dibawah persyaratan yang ditentukan yaitu 60% serta peraturan yang belum ada sinkronisasi antara satu dengan yang lain. Untuk meningkatkan tingkat penggunaan kandungan lokal itu, baru-baru ini pemerintah mengatakan akan memberikan insentif berupa pengurangan pajak bagi pelaku usaha migas yang menggunakan kandungan lokal minimal 60%. 9 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang penggunaan kandungan lokal (local content) oleh Perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia. B. Rumusan Masalah berdasarkan uaraian diatas, maka dalam penulisan ini penulis mengangkat rumusan permasalahan sebagai berikut: 8 Permen ESDM No. 15 Tahun 2013 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Pasal 1 9 Republika Online, Tantangan Penerapan Konten Lokal Sektor Migas, diakses pada tanggal 16 Juni Pukul WIB
7 1. Bagaimana pengaturan tentang penggunaan kandungan lokal (local content) bagi perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia? 2. Bagaimana penerapan peraturan tersebut oleh perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Objektif a. Mengetahui dasar hukum atau aturan tentang penggunaan kandungan lokal (local content) bagi perusahaan migas asin yang beroperasi di Indonesia. b. Mengetahui implementasi atau penerapan peraturan tersebut oleh perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk mencari dan memperoleh data akurat yang berkaitan dengan penggunaan kandungan lokal (local content) oleh perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia dalam rangka penyusunan penulisan hukum. b. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan Strata Satu di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan Penulis di bidang Hukum Dagang terutama dalam hal ketentuan tentang kandungan lokal (local content) yang mana penulis pelajari saat dibangku kuliah. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para investor atau pelaku usaha migas asing mengenai pentingnya penggunaan kandungan lokal olrh perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia. b. Manfaat bagi pengembangan hukum di Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah maupun instansi terkait untuk mengambil kebijakan hukum dan penyusunan peraturan di sektor migas yang lebih melindungi dan memanfaatkan potensi yang terdapat di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian penelitian, maka Penulis melakukan penelusuran penelitian terhadap karya-karya yang dapat dikatakan sejenis yakni pencarian secara komperhensif di
9 Pepustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan belum ada penulisan hukum yang membahas tentang kebijakan kandungan lokal terhadap perusahaan Migas asing di Indonesia. Akan tetapi penulis menemukan ada penulisan hukum yang memiliki kemiripan atau kesamaan, yaitu: 1. Skripsi dengan judul Pengaruh Pembentukan WTO (World Trade Organization) terhadap Perkembangan Perusahaan Transnasional di Indonesia yang disusun oleh Andreas L. Purba pada tahun Karya tulis ini memiliki kemiripan dengan penelitian penulis dalam hal subjek dan objek penelitiannya karena persyaratan kandungan lokal merupakan bahasan dari WTO, serta objek penelitiannya yaitu perusahaan transnasional. Namun penelitian/karya tulis tersebut masih bersifat sangat umum karena hanya membahas dampak terbentuknya WTO terhadap berdirinya Perusahaan Transnasional di Indonesia. Berbeda dengan penelitian penulis yang lebih spesifik yaitu mengenai Tinjauan Yuridis Penggunaan Kandungan Lokal (Local Content) oleh Perusahaan Minyak dan Gas Asing yang Beroperasi di Indonesia. 2. Tesis dengan judul Kajian Kebijakan Liberalisasi Industri Minyak dan Gas Bumi Tinjauan terhadap Ketahanan Energi Migas Nasional yang disusun oleh Hayu Susilo Prabowo pada tahun 2007 dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang menjadi latar belakang kebijakan liberalisasi Migas dengan ditetapkannya ketentuan UU No. 22 Tahun 2001? 2. Bagaimana proses implementasi dari kebijakan ini dan dampaknya pada perkembangan Industri Migas Nasional?
10 3. Persepsi-persepsi apakah yang timbul mengenai keefektifan tujuan serta pencapaian kebijakan ini? Jika kita cermati, penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian ini membahas tentang implementasi dari kebijakan liberalisasi sektor migas beserta dampaknya secara umum. Namun berbeda dengan penelitian ini, penulis meneliti dalam hal yang lebih spesifik lagi yaitu persyaratan kandungan lokal sebagai salah satu solusi dalam mengurangi dampak dari liberalisasi sektor Migas. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka Penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini asli dan layak untuk diteliti. Namun, apabila terdapat penelitian serupa diluar sepengetahuan Penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi.
BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia mengamanatkan pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya kepada negara untuk digunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi diartikan sebagai suatu proses transformasi sosial yang membawa kondisi umat manusia yang berbeda, terpencar di seluruh dunia ke satu kondisi yang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala. Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005.
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Adolf, Huala. Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005. Adolf, Huala. Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciSEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009
BAHAN KULIAH WORLD TRADE ORGANIZATION Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 SEJARAH TERBENTUKNYA GATT (1) Kondisi perekonomian
Lebih terperinciANALISIS HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KANDUNGAN LOKAL DALAM KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI BERDASARKAN KESEPAKATAN WTO SKRIPSI
ANALISIS HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KANDUNGAN LOKAL DALAM KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI BERDASARKAN KESEPAKATAN WTO SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10
BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 PENANAMAN MODAL TERKAIT PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (THE TRADE RELATED INVESTMENT MEASURES-TRIMs) A. Agreement on Trade
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi
66 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi internasional yaitu World Trade Organization. Sektor pertanian merupakan salah satu bidang yang menjadi
Lebih terperinciPERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI
BAHAN KULIAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 HUBUNGAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Perdagangan internasional merupakan
Lebih terperinciPENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI
PENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI Oleh Ida Ayu Reina Dwinanda I Ketut Wirawan Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This article
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menjadi suatu kenyataan yang dihadapi setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Proses interaksi dan saling pengaruh memengaruhi, bahkan pergesekan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan mendatangkan atau membeli barang-barang kebutuhan tersebut dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kenyataannya, sejak zaman dahulu sampai sekarang, tidak ada satu negara pun yang bisa memenuhi semua kebutuhan konsumsi rakyatnya. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciANALISIS PEMBERIAN INSENTIF KEPADA INVESTOR ASING MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
ANALISIS PEMBERIAN INSENTIF KEPADA INVESTOR ASING MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL Oleh : Any Prima Andari I Wayan Wiryawan Desak Putu Dewi Kasih Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mekanisme WTO (World Trade Organizations) dengan bentuk salah satu
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perdagangan internasional dipengaruhi oleh sistem, ketentuan dan mekanisme WTO (World Trade Organizations) dengan bentuk salah satu aturan main adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World Trade Organization ditandatangani para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek sebagai salah satu bentuk dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) mempunyai peranan yang penting dalam hal perdagangan terutama dalam menghadapi era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses gobalisasi sudah melanda hampir di semua negara di dunia,termasuk di Indonesia. Globalisasi berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia dan juga negara-negara,tidak
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan ekonomi suatu negara saat ini tidak bisa terlepas dari negara lain. Perdagangan antar negara menjadi hal yang perlu dilakukan suatu negara. Disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade Organization (WTO), Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan
Lebih terperinciHAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI) 1. Pembahasan HAKI Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam hubungan antar manusia dan antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciE UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Implementasi agreement on trade related investment measures (persetujuan tentang kebijakan investasi yang berkaitan dengan perdagangan) oleh pemerintah Indonesia Beteng Sehi E.0000074 UNIVERSITAS SEBELAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain. Kehidupan bersama itu menyebabkan adanya interaksi atau hubungan satu sama lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman dan kekayaan seni, budaya, suku, bangsa, dan agama. Keanekaragaman akan memberikan suatu identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan umum merupakan cita-cita luhur yang ingin dicapai setelah lahirnya bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciRechtsVinding Online. menjadikan Migas merupakan bagian dari sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
Kaji Ulang Penawaran Participating Interest Bagi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dalam Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Oleh: Muhammad Yusuf Sihite * Naskah diterima: 20 Januari 2016; disetujui:
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN STUDI ANTISIPASI GATT
LAPORAN PENDAHULUAN STUDI ANTISIPASI GATT Lembaga Penyelidikan Ekonnomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Salemba Raya 4, Jakarta, 10430 Telepon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk, tingkat pengangguran, keadaan sosial budaya, kemajuan. per kapita ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya suatu negara dapat diukur dari perkembangan banyak aspek. Baik dari kondisi penduduk yang meliputi pertumbuhan penduduk dan kualitas penduduk, tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di negara negara maju bidang hak kekayaan intelektual ini sudah mencapai suatu titik dimana masyarakat sangat menghargai dan menyadari pentingnya peranan hak kekayaan
Lebih terperinciANALISIS HUKUM ATAS PEMBATASAN INVESTASI ASING PADA SEKTOR INDUSTRI JASA PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI
ANALISIS HUKUM ATAS PEMBATASAN INVESTASI ASING PADA SEKTOR INDUSTRI JASA PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008
BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum Staf Pengajar Fakultas Hukum USU Jl. BungaAsoka Gg. AndalasNo. 1 AsamKumbang, Medan Cellphone : 0813 62260213, 77729765 E-mail
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI DI INDONESIA. 1. Dasar Hukum Kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI)
BAB III KEBIJAKAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI DI INDONESIA A. Dasar Hukum dan Perkembangan 1. Dasar Hukum Kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI) Adapun dasar hukum dari kebijakan Daftar Negatif Investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dunia perdagangan tidak dapat dilepaskan dari pembangunan di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang pelaksanaannya dititikberatkan
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN DASAR PEMERINTAH TERHADAP INVESTOR ASING DAN DOMESTIK BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
BAB II KEBIJAKAN DASAR PEMERINTAH TERHADAP INVESTOR ASING DAN DOMESTIK BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL A. Kebutuhan Indonesia Terhadap Penanaman Modal Asing Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan Nasional, perlu melakukan perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang ekonomi yang mengarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia, pembangunan nasional merupakan salah satu alternatif untuk meningkatan taraf hidup suatu
Lebih terperinci1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan usaha dalam pasar perdagangan semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan strategi dan menciptakan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang tertuang di dalam Bab I sampai dengan Bab IV tesis ini, maka sebagai penegasan jawaban atas permasalahan penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangkauannya. Para pelaku bisnis tidak hanya melakukan kerja sama dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan bilateral di dunia internasional memiliki andil yang cukup signifikan dalam hal pelaksanaan bisnis dunia. Sebagai salah satu contohnya, perkembangan dalam praktik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi itu pasti akan berpengaruh terhadap kehidupan di muka bumi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi seperti globalisasi ekonomi, perdagangan barang selain produk seperti perdagangan jasa secara signifikan meningkat dengan pesat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN PRINSIP NON DISKRIMINASI PENANAMAN MODAL DI INDONESIA
PENGARUH PENERAPAN PRINSIP NON DISKRIMINASI PENANAMAN MODAL DI INDONESIA Oleh: I Made Yoga Dharma Susila Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai ketenagakerjaan. 1 Ruang lingkup dari ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat arus informasi telah berkembang dengan sedemikian rupa sehingga pengaruhnya dapat dengan cepat terlihat
Lebih terperinci2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak negara di berbagai penjuru dunia dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar belakang berdirinya the World Trade Organization (WTO) tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang berdirinya the World Trade Organization (WTO) tidak terlepas dari peristiwa sejarah yaitu Perang Dunia II (PD II). Pada waktu berlangsungnya PD II, Negara
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN I. UMUM Untuk mencapai tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Republik Indonesia yang diamanatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang berkualitas. Akan tetapi karena hal tersebut, maka mengakibatkan timbulnya persaingan antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaedah hukum yang berbentuk peraturan dibedakan menjadi peraturan atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif ialah yang memberikan kewenangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang berbeda antara negara yang satu dengan negara lainnya. Salah satu usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Usaha ke arah tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mendorong
12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mendorong peningkatan volume perdagangan internasional terutama ekspor produk non migas. 5 Perdagangan ekspor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin
Lebih terperinciANALISIS PENGATURAN KRITERIA FASILITAS PENANAMAN MODAL DIKAITKAN DENGAN PRINSIP MOST FAVORED NATION (MFN)
ANALISIS PENGATURAN KRITERIA FASILITAS PENANAMAN MODAL DIKAITKAN DENGAN PRINSIP MOST FAVORED NATION (MFN) oleh : Ni Made Wulan Kesuma Wardani Kadek Sarna Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel, timah hitam,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian saat ini telah berkembang pesat mengikuti globalisasi perekonomian dunia. Dengan adanya globalisasi yang semakin marak ini membuat perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat mempengaruhi kegiatan bisnis di dunia, tidak terkecuali Indonesia sebagai negara yang ingin mencapai tujuannya
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN
ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian nasional dan dunia saat ini ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung secara
Lebih terperinciHUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Perdagangan Internasional Dan Lingkungan Hidup
BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Perdagangan Internasional Dan Lingkungan Hidup Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciKANTOR PUSAT KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA DI KAWASAN KEMAYORAN JAKARTA ( dengan penekanan desain konsep arsitektur Renzo Piano)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KANTOR PUSAT KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA DI KAWASAN KEMAYORAN JAKARTA ( dengan penekanan desain konsep arsitektur Renzo Piano) Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)
BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap
Lebih terperinciTunjung Irmawati B
iii PENGARUH TUNTUTAN PROFESIONALISME DI ERA GLOBALISASI TERHADAP MINAT MAHASISWA UNTUK MENEMPUH PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (Study Kasus pada Mahasiswa di Surakarta, Semarang dan Yogyakarta) SKRIPSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia akan dihadapkan pada perekonomian regional dan global, dimana batas antarnegara sudah tidak menajdi hambatan lagi. Kesepakatan yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendorong manusia untuk berbondong-bondong memenuhi kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang terjadi seiring berjalannya waktu tentu banyak mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia di berbagai sektor kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua tantangan besar yang dihadapi lndonesia saat ini, yaitu bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu kita juga harus mencermati globalisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui, perdagangan bebas telah menjadi topik kebijakan publik yang paling hangat diperdebatkan menjelang penerapan perdagangan bebas dunia. Salah satu
Lebih terperinciLatar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015
WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral
Lebih terperincipokok-pokok pemahaman penanaman modal langsung serta lingkup hukum investasi di Indonesia
Bahan Kuliah hukum investasi pokok-pokok pemahaman penanaman modal langsung serta lingkup hukum investasi di Indonesia FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NAROTAMA I.A. BUDHIVAYA, S.H., M.H. 1 PRAKATA Catatan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekitar bandara juga memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan Bandara Adisutjipto di Yogyakarta memberi keuntungan bagi masyarakat Yogyakarta maupun sekitar Yogyakarta, bahkan wisatawan luar negeri. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era industri migas dikelompokkan menjadi tiga era yaitu era kolonial belanda, era awal kemerdekaan, dan era industri migas modern. Era kolonial Belanda ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD adalah salah satu kewajiban utama dari pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaran dan pemerintahan untuk menata masyarakat yang damai, adil dan bermakna. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini juga sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perekonomian nasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional yang harus diwujudkan oleh negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun. penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan segala kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memperkerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperkerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layanan yang diperdagangkan kepada masyarakat. memperluas penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat. Selain itu, semakin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jasa memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan masyarakat. Jasa merupakan : setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
Lebih terperinci