PERANCANGAN INTERIOR PADA MUSEUM FILM DI JAKARTA. Yoseph. Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27. Kemanggisan / Palmerah

Transkripsi

1 PERANCANGAN INTERIOR PADA MUSEUM FILM DI JAKARTA Yoseph Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27 Kemanggisan / Palmerah Jakarta Barat 11530, / , yoseph.jap@gmail.com Abstract In the modern era, the role of museums in society slowly becoming obsolete because of the presence of increasingly sophisticated technology and practical. The design of the film museum in Jakarta aims to attract people to come back to the museum and learn the history of the film as well as meet the needs of space and functional in every part of the room at the museum. The design of the museum put on a contemporary style that aims to make the interior of the museum is not rigid and miss because people are more attracted to something different from the other museums. In addition, the design aims to add value to the education of the general public, and as a center of entertainment in the city. Keywords : museum, museum film, society, education, entertaiment, contemporary Abstrak Di era modern, peran museum dalam masyarakat perlahan mulai ditinggalkan karena keberadaan teknologi yang semakin canggih dan praktis. Perancangan museum film di Jakarta bertujuan untuk menarik minat masyarakat untuk kembali datang ke museum dan mempelajari sejarah film serta memenuhi kebutuhan ruang dan fungsional di setiap bagian ruang pada museum. Perancangan museum memakai gaya kontemporer yang bertujuan agar interior museum tidak cenderung kaku dan ketinggalan karena masyarakat lebih tertarik kepada sesuatu yang berbeda dari museum lainnya. Selain itu perancangan bertujuan menambah nilai edukasi terhadap masyarakat khususnya generasi muda dan sebagai pusat hiburan di kota Jakarta.

2 Kata kunci : museum, museum film, masyarakat, edukasi,hiburan, kontemporer PENDAHULUAN Di era yang semakin modern dan terus berkembang, manusia semakin dituntut untuk terus memenuhi setiap kebutuhan hidup yang bermacam-macam. Karena itu pembangunan di segala sektor menjadi tuntutan untuk memenuhi sarana serta prasana di segala bidang. Di zaman yang semakin maju dan berkembang, masyarakat terkadang melupakan akan pentingnya sarana rekreasi yang sekaligus dapat menambah wawasan seperti halnya museum. Rumusan Masalah Kurangnya minat masyarakat yang datang ke museum untuk dapat mempelajari serta mengamati sejarah yang ada Kurangnya fasilitas yang mendukung untuk memperlihatkan sejarah film di Indonesia Penelitian dilakukan di beberapa gedung yang memang bergerak di bidang perfilman, penelitian tidak dapat dilakukan ke museum film karena memang belum adanya museum film di Indonesia khususnya Jakarta. Maka daripada itu penelitian dilakukan ke Usmar Ismail Hall dan Gedung Film yang lebih spesifik sebenarnya lebih kepada lembaga yang mengatur perfilman Indonesia. Tetapi dari penelitian yang dilakukan dapat dipelajari bahwa dibutuhkan sebuah museum film dengan kebutuhan ruang bagi para pengunjung serta petugas. Tujuan Penelitian 1. Merancang interior museum film yang dapat menarik minat masyarakat untuk datang dan mempelajari sejarah film 2. Merancang sebuah interior museum film dengan kebutuhan ruang yang tepat dan fungsional di setiap bagian ruangnya

3 Metode Penelitian 1. Studi Literatur merupakan bentuk sekumpulan data yang bersumber dari internet ataupun buku yang bertujuan mencari informasi yang berkaitan dengan jenis, fungsi serta kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam museum pada umumnya sehingga dapat mempermudah dan membantu selama proses perancangan 2. Survei Lapangan bertujuan untuk dapat mencari informasi detail tentang museum secara langsung serta mengamati secara detail kekurangan yang ada untuk dapat dilengkapi pada perancangan museum 3. Wawancara bertujuan mencari informasi yang lebih mendalam yang berkaitan dengan museum film dengan cara mewawancarai secara langsung kepada pihak yang terkait apa saja yang dibutuhkan HASIL DAN BAHASAN Setelah mengamati bahwa pengunjung merupakan generasi muda yang lebih tertarik dengan segala sesuatu yang bersifat modern dan tidak kaku maka gaya kontemporer merupakan gaya yang cocok untuk diterapkan dalam interior ruang museum. Gaya kontemporer merupakan gaya yang tidak terpaku dengan jaman dan terus berkembang seiring jaman. Maka daripada itu, penulis mengabungkan unsur clean dan gaya kontemporer pada desain museum dengan mengagas konsep " Splendor of Indonesia Film ". Dimana Splendor of Indonesia Film bermaksud menggambarkan perfilman Indonesia yang megah dan terus maju saat ini tanpa melihat sisi kebobrokannya. Dengan menerapkan warna-warna yang netral yang bermaksud membuat pengunjung lebih dapat fokus kepada objekobjek pameran dibandingkan interior museum sendiri sehingga pengunjung dapat mendapatkan nilai edukasi dari sejarah film Indonesia.

4 Sumber : Yoseph, 2015 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Museum film dibangun untuk menjawab semua kebutuhan masyarakat khususnya parapelajar dan sineas film untuk mendapatkan informasi lebih lengkap untuk mempelajari sejarah film Indonesia. Selain itu dimaksudkan untuk menambah minat masyarakat umum terlebih generasimu dan untuk dapat belajar dan mengenali perfilman Indonesia. Melihat dan meninjaukondisi perfilman Indonesia saat ini yang cukup memprihatinkan seperti pengelolaan dan penyimpanan aset film nasional, perancangan museum dimaksudkan untuk menampung peralatan pembuatan film beserta keperluan sejarah lainnya yang terkait dengan perfilman Indonesia.Sehingga museum film Indonesia dapat menjadi icon film di Indonesia dengan perancangan interior museum yang menarik dan berbeda dengan museum film lainnya. Dengan gaya kontemporer yang diterapkan dalam museum dapat menambah nilai visual terhadap para pengunjung agar pengunjung dapat merasa nyaman di dalam museum. Selain itu pemilihan material dan warna yang tepat juga dapat sangat membantu terciptanya ambience ruang yang baik serta ramah lingkungan. Selain itu perancangan juga bertujuan agar kebutuhan setiap ruang dapatf ungsional serta tepat sasaran. Selain bertujuan menambah minat masyaraka tuntuk dating dan mempelajari sejarah film pada museum, perancangan juga bermanfaat untuk menjawab semua permasalahan museum dan dunia perfilman saat ini. Agar generasi penerus tetap bangga dan menjaga apa yang telah ada serta menghargai aset yang belum tentu dimiliki oleh negara lain. Selain itu perancangan juga

5 diharapkan untuk menambah wawasan generasi muda Indonesia serta menjadi obyek pariwisata di ibukota Jakarta. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan perancangan sebelumnya dapat ditarik beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi Universitas agar kegiatan Tugas Akhir dapat berlangsung lebih baik lagi kedepannya, saran tersebut antaralain : Saran Bagi Jurusan Selama penulisan laporan ini, penulis banyak dibantu oleh jurusan, khususnya dosen pembimbing yang membimbing selama penulisan ini dibuat. Beberapa saran penulis kepada pihak jurusan adalah sebagai berikut : 1. Pihak jurusan dan universitas harusbersama-sama menyatukan format pembuatanl aporan tugas akhir agar tidak terjadi perbedaan pengertian dan tujuan penulisan. 2. Pihak jurusan diharapkan menyediakan refensi terhadap pembuatan laporan tugas akhir seperti referensi buku dan majalah terkait topic perancangan demi kematangan konsep perancangan Saran BagiUniversitas Selama penulisan laporan, penulis juga di dibantu oleh universitas terkait informasi petunjuk penulisan laporan, dan fasilitas binus library dalam mencari informasi tugas akhir. Beberapa saran penulis kepada pihak universitas adalah sebagai berikut : 1. Pihak universitas dan jurusan harus bersama-sama menyatukan format pembuatan laporan tugas akhir yang tentu berbeda dengan jurusan lainnya terkait perbedaan format penulisan. 2. Penyesuaian dari pihak layanan informasi mahasiswa dan jurusan terkait informasi yang dapat membantu mahasiswa tugas akhir untuk menghindari kesalahpahaman dalam pengumpulan berkas-berkas.

6 REFERENSI Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (1994). Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman. Direktorat Permuseuman. (1999/2000). Kecil Tetapi Indah pedoman pendirian museum. Jakarta : Departemen Pendidikan McCloud, Kevin. (2003). Choosing Colors. New York: Watson-Guptill Publications. Neufert, Ernest. (1996). Data Arsitek. Penerbit Erlangga. O Shea, Linda., Grimley, Chris., & Love, Mimi. (2013). The Interior Design Reference & Specification Book: Everything Interior Designers Need to Know Every Day, Rockport Publishers. Panero, Julius., & Zelnik, Martin, (2003). Human Dimension & Interior Space, Penerbit Erlangga. Sarumpaet, Sam., Gunawan, Erick. (2012). Job Description Pekerja Film. (versi-1). Jakarta : FFTV-IKJ. Siagian, Gayus. (2010). Sejarah Film Indonesia. Jakarta : FFTV-IKJ. Wulandari, Anak Agung Ayu. (2014). Dasar-Dasar Perancangan Interior Museum, 5(01), Erawan, Anto. (2013). Kenali Empat Jenis Pencahayaan Ruangan, diperoleh ( ) dari Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. (2013). Museum Nasional (Museum Gajah), diperoleh ( ) dari Parhusip, Jonathan. (2012). Arti Penting Museum dalam Pebelajaran Sejarah, diperoleh ( ) dari

7 Saksono, Arie. (2008). Museum Nasional Republik Indonesia, diperoleh ( ) dari republik-indonesia/ Sinematek Indonesia. (2015). Mengenal Lebih Dekat Sinematek Indonesia, diperoleh ( ) dari Zakaria, Mohammad. (2011). Pengertian, Fungsi, dan Jenis-jenis Museum, diperoleh ( ) dari RIWAYAT PENULIS Yoseph lahir di Palembang, Sumatera Selatan tanggal 5 Januari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang ilmu desain interior, terkhusus di bidang hospitality and commercial pada tahun 2015.