BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Jatinegara, Jakarta Timur. Tapak kawasan berada di Jalan Jatinegara Timur,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Jatinegara, Jakarta Timur. Tapak kawasan berada di Jalan Jatinegara Timur,"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Data Tapak Tapak terletak di kelurahan Balimester dan Kampung Melayu, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tapak kawasan berada di Jalan Jatinegara Timur, Jatinegara Barat, dan Jalan Jatinegara Barat 4, Jakarta Timur, Jakarta. Gambar 4.1 Peta Jakarta Sumber: diakses pada 2 April 2013 Gambar 4.2 Peta Lokasi Sumber: diakses pada 2 April

2 44 Batas-batas wilayah lokasi tapak : - utara = Hunian warga dan area koemrsial - timur = Hunian warga dan area komersial - selatan = Hunian warga dan area komersial - barat = Sungai Ciliwung Gambaran umum tapak Jalan Abdullah Syafi'ie Tabel 4.1 Gambaran Umum Tapak Fungsi Area komersial, hunian Jatinegara Barat Area komersial, kantor, hunian warga, rumah ibadah, universitas Jatinegara Timur Area komersial, kantor, hunian Otista Area komersial, kantor, hunian, sekolah

3 45 Jalan Fungsi Sumber: Data Pribadi,2013 Tata Aturan Total luas lahan = m 2 GSB = 10 m KDB = 60% Luas lantai dasar yang boleh dibangun = 60% x m 2 = m 2 Maksimum lapis = 4 lapis KLB = 2,4 Luas total yang boleh dibangun = 2,4 x m 2 = m 2 Berdasarkan penjabaran aturan tata guna lahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari luas lahan sebesar m 2, luas yang dapat dibangun sebesar m 2. Luas lahan yang tidak terbangun dapat digunakan sebagai jalan, trotoar, area publik, area ruang terbuka hijau, serta lahan parkir.

4 Potensi dan Halangan Analisis pada subbab ini membahas mengenai potensi dan halangan pada tapak. Hasil dari analisis ini bertujuan untuk menghasilkan desain yang lebih baik lagi dibandingkan keadaan saat ini. Peluang (opportunities) Banyaknya moda transportasi yang melalui kawasan Kawasan menjadi hidup karena aktifitas transportasi Ancaman (threats) Kurangnya ketertarikan masyarakat menggunakan transportasi massal Status Tanah Tabel 4.2 Potensi dan Halangan Kekuatan (strenghts) Kelemahan (weaknesses) Rencana kawasan Sirkulasi dalam terminal menjadi terminal belum terlalu transportasi terpadu diperhatikan Area komersial yang Kurangnya lahan parkir ramai pada area komersial Kurangnya fasilitas Merencanakan sebuah kawasan yang mendukung aktifitas transportasi kota sehingga area komersial bertambah ramai Penambahan area komersial yang menarik sebagai daya tarik masyarakat ke dalam kawasan Sumber: Data Pribadi,2013 pejalan kaki Memperbaiki sirkulasi dalam terminal agar moda transportasi memiliki nilai tambah Menambahkan lahan parkir dan fasilitas pejalan kaki agar kawasan menjadi ramai. Perencanaan sebuah kawasan transit oriented development yang dilengkapi area pendukung terminal Status tanah pada lokasi tapak adalah milik pribadi dan milik pemerintah. Bangunan dengan status tanah pribadi adalah yang berfungsi sebagai komersial dan hunian. Tapak dengan status milik pemerintah adalah lahan yang berfungsi sebagai terminal Kampung Melayu. 4.2 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan Analisa lahan perencanaan ini mengacu pada elemen kawasan yang ditulis oleh Hamid Shirvani untuk memudahkan dalam mengenali karakter kawasan dan lingkungan.

5 Urban Texture Analisa mengenai urban texture akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu land use, building mass and form, dan jalan. Land use akan membahas tentang kegunaan lahan, sedangkan building mass and form akan membahas bentukan massa bangunan di lokasi. Analisis jalan akan membahas tentang jalan di lokasi tapak. Land Use Tata guna lahan di Balimester didominasi oleh fungsi hunian dan area komersial. Area komersial berada di sepanjang jalan utama, sedangkan fungsi hunian berada di belakang area komersial. Kegunaan lahan lainnya ditempati oleh fasilitas sosial kawasan, ruang terbuka, serta gedung pemerintah. Fasilitas pendukung tersebar di daerah sekitar tapak. Fasilitas pendukung tersebut terdiri dari sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ibadah, dan sarana olahraga, serta juga terdapat bank, hotel, dan pasar. Bangunan sebagian besar sudah merupakan hak milik pribadi. Bangunan yang bukan milik pribadi adalah seperti kantor pemerintah, sekolah negeri, dan posyandu. Berdasarkan data tersebut, maka pembangunan pada tapak akan melibatkan pihak swasta dan pihak pemerintah, sehingga kepemilikan tanah terbagi atas swasta dan pemerintah.

6 48 Keterangan : Gambar 4.3 Peta Kegunaan Lahan Tapak Sumber: Data Pribadi,2013 = hunian = sungai Ciliwung = komersial Gambar 4.4 RTRW 2030 Sumber: diakses pada 5 April 2013

7 49 Berdasarkan peraturan RTRW tersebut, lokasi tapak yang dipilih berfungsi sebagai lahan campuran untuk daerah Balimester, sedangkan tapak pada daerah Kampung Melayu berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Kesimpulan yang dapat dihasilkan adalah desain lokasi tapak tidak boleh menghilangkan fungsi bangunan yang sudah ada. Bangunan yang telah ada di tapak berupa fungsi hunian, area komersial dan kantor terminal bus. Fungsi bangunan tersebut akan digabungkan dengan fungsi penunjang kawasan TOD. Lokasi tapak yang sudah tidak memiliki lahan kosong, menjadikan desain perencanaan hunian berbentuk rumah susun. Pemilihan objek rumah susun juga dikarenakan kurang tertatanya kawasan tapak sehingga masih terdapat jalan yang sulit dilewati oleh kendaraan bermotor. Building Mass and Form Gambar 4.5 Massa Bangunan Sumber: diakses pada 5 April 2013 Berdasarkan data tersebut, bentuk massa bangunan di kelurahan Balimester didominasi oleh bentuk persegi panjang, dimana bangunan tersebut terdiri dari fungsi hunian, komersial, dan fasilitas pendukung. Penataan pemukiman tersebut tidak tertata rapi, sehingga banyak jalan-jalan sempit

8 50 diantara rumah, atau yang disebut gang. Apabila di lihat dari satelit pun akan terlihat bahwa pola tata kelurahan tersebut belum tertata dengan rapi. Ketinggian bangunan didominasi oleh satu dan dua lantai. Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari dua lantai hanya beberapa saja, seperti kantor pemerintah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan beberapa area komersial. Gambar 4.6 Ketinggian Bangunan Fasad bangunan di kelurahan Balimester juga tidak berkaitan satu dengan lainnya. Keseragaman jenis fasad tidak terlihat di lokasi. Perbedaan bentuk fasad tersebut menimbulkan kesan kurang teraturnya bangunan pada lokasi tapak.

9 51 Gambar 4.7 Fasad Bangunan Material bangunan pada tapak sudah merupakan bangunan permanen, dimana material dinding utama bangunan berupa bata. Bangunan yang tidak permanen masih terdapat pada warung-warung di dalam terminal. Jalan Gambar 4.8 Material Bangunan Jalan pada tapak sudah semuanya berlapis bahan aspal, walaupun sudah dilapisi aspal, tetapi ada jalan yang tidak terlalu diperhatikan perawatannya. Lebar jalan pada lokasi tapak bervariasi dari lebar 2,5 meter sampai 5 meter, dimana jalan tersebut tidak dilengkapi dengan trotoar.

10 52 Gambar 4.9 Jalan Tapak Sintesa desain yang dapat dihasilkan adalah bentuk bangunan sekitar yang didominasi oleh bentuk persegi panjang akan menjadi dasar dari desain bangunan. Bangunan akan mengambil unsur awal persegi panjang agar massa bangunan yang akan masuk ke kawasan sesuai dengan bangunan sekitarnya. Ketinggian bangunan yang akan didesain diusahakan tidak terlalu tinggi agar sesuai dengan suasan sekitar. Fasad bangunan yang berbeda-beda pada tapak saat ini akan diaplikasikan pada area komersial agar area komersial tidak terlihat biasa dengan satu desain fasad. Pada bagian sirkulasi, lebar jalan akan disesuaikan dengan kebutuhan kendaraan yang melalui di atasnya Urban Circulation Analisis urban circulation akan membahas sirkulasi kendaraan, area pejalan kaki dan area lahan parkir kendaraan. Sirkulasi Kendaraan Lokasi tapak berbatasan langsung dengan jalan Jatinegara Timur, Jatinegara Barat, dan Jatinegara Barat IV. Jalan Jatinegara Barat merupakan jalan arteri dan jalan Jatinegara Timur merupakan jalan kolektor, dimana kedua

11 53 jalan tersebut hanya dilalui oleh satu lajur saja. Jalan Jatinegara Barat 3 dan 4 juga hanya dilalui satu jalur. Jalan Jatinegara Barat 4 hanya bisa mengakses jalan ini dari Jalan Jatinegara Timur, sedangkan Jalan Jatinegara Barat 3 hanya dapat diakses dari Jalan Jatinegara Barat. Cawang - Karet Matraman Cipinang Casablanca Cawang - Cakung Gambar 4.10 Jalan Sekitar Tapak Cawang Keterangan : = Jalan Jatinegara Barat 1 = Jalan Jatinegara Barat = Jalan Jatinegara Barat 3 = Jalan Jatinegara Timur = Jalan Jatinegara Barat 4 = Jalan Otto Iskandardinata = Jalan KH. Abdullah Syafi I = Sungai CIliwung Lokasi tapak juga berbatasan dengan sungai Ciliwung yang direncanakan akan dilalui oleh transportasi air kota Jakarta. Jalan KH. Abdullah Syafi I tidak

12 54 secara langsung melintasi area tapak tetapi melintas diatas tapak melalui flyover Kampung Melayu. Sintesa desain yang dihasilkan yaitu perencanaan pintu masuk ke tapak sebaiknya dibuat pada dua tempat, karena tapak dikelilingi oleh jalan satu arah. Pintu keluar dari tapak pun sebaiknya dibuat pada dua titik untuk mengurangi kemacetan pada jalan di depan titik pintu keluar. Pada area hunian, pintu masuk dan keluar berada di jalan Jatinegara 4 karena jalan tersebut relatif sepi kendaraan sehingga area keluar dan masuk hunian tidak langsung bertemu dengan keramaian yang membahayakan anakanak. Pedestrian Ways Area pejalan kaki pada tapak hanya terdapat di depan area komersial yang berbatasan langsung dengan jalan arteri, sedangkan pada area hunian tidak terdapat area pejalan kaki. 2 meter 1,5 meter 1,5 meter Gambar 4.11 Trotoar Area Komersial

13 55 Gambar 4.12 Trotoar Area Hunian Trotoar pada area komersial kurang memenuhi standar karena lebar minimal trotoar bagi kawasan TOD adalah minimum 1,8 meter. Area pejalan kaki juga telah dilengkapi dengan area penghijauan dan memiliki jarak dengan bangunan yang dapat difungsikan sebagai tempat duduk. Hal tersebut berbeda dengan keadaan pada area hunian yang tidak memiliki area pejalan kaki. Hunian dengan jalan hanya dibatasi oleh drainase dengan lebar 30 cm. Sintesa yang dapat dihasilkan dari analisa tersebut adalah perlunya penambahan lebar trotoar agar sesuai dengan standar desain serta penambahan fungsi tempat duduk pada area pejalan kaki. Trotoar pada area hunian perlu ditambahkan dengan ukuran lebar minimal 1,5 meter disertai dengan area tempat duduk Urban Transportation Rute awal dan akhir sebuah angkutan perkotaan berkaitan dengan transportasi yang menunjang kawasan TOD ini. Kawasan tapak saat ini dilalui oleh bus transjakarta dan angkutan kota seperti bus besar, bus sedang, dan mikrolet. Transportasi air dan monorail pun direncanakan akan melalui wilayah Kampung Melayu. Data transportasi tersebut tersusun pada tabel berikut.

14 56 Tabel 4.3 Rute Transportasi Kota No Nama Perusahaan Nomor Trayek Jumlah Kendaraan Jurusan Bus Besar 1 Mayasari Bhakti Kp.Melayu Blok M 2 P.AC Kp.Melayu Kalideres 3 Himpurna P Kp.Melayu Kalideres 4 PPD Kp.Melayu Grogol Kp.Melayu Tanah Abang 6 Steady Safe Kp.Melayu Blok M Kp.Melayu Tanjung Priok 8 P.AC Kp.Melayu Cimone 9 AJA P.AC Kp.Melayu Cimone Bus Sedang 10 Kopaja Kp.Melayu Ragunan Kp.Melayu Cilandak 12 Metromini T Kp.Melayu Pulo Gadung Kp.Melayu Klender Kp.Melayu Cipinang Muara Kp.Melayu Kp.Rambutan Kp.Melayu Pondok Kelapa Kp.Melayu Pondok Kopi Kp.Melayu - Manggarai Bus Kecil 19 Mikrolet Kp.Melayu Senen A 100 Kp.Melayu Senen B 50 Kp.Melayu Senen C 50 Kp.Melayu Senen Kp.Melayu PWI Kp.Melayu Cisalak A 70 Kp.Melayu Gandaria Kp.Melayu Pasar Minggu Kp.Melayu Pondok Gede Kp.Melayu Pulo Gadung Kp.Melayu Bekasi II Kp.Melayu Pulo Gadung Kp.Melayu Pondok Gede Kp.Melayu Pondok Kelapa Kp.Melayu Klender 34 2 Pulogadung Kp. Melayu Kalimalang Karet Tengsin Transjakarta 36 Transjakarta K Kp.Melayu Ancol 37 K Kp.Rambutan Kp.Melayu Waktu tunggu kendaraan di dalam terminal, rata-rata selama menit. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah kendaraan dalam satu rute

15 57 transportasi kota, sehingga setiap menit akan datang mobil lainnya dengan rute yang sama ke dalam terminal ini. Terminal Kampung Melayu yang terletak di persimpangan jalan-jalan arteri membuat transportasi umum yang masuk ke dalam terminal berasal dari beberapa arah. Arah rute kedatangan transportasi umum tersebut tergambarkan pada gambar berikut. Keterangan : Gambar 4.13 Rute Bus Besar = Bus PPD(213 dan 916), Himpurna P.78, Steady Safe 948, dan Mayasari Bhakti P.AC.50 = AJA P.AC.119, Steady Safe 921, dan Mayasari Bhakti 107 = Steady Safe P.AC.104

16 58 Keterangan : Gambar 4.14 Rute Bus Sedang = Metromini(T.46, 50, 52, 53, 54, 506, dan 61) = Kopaja 68 = Kopaja 612 Keterangan : Gambar 4.15 Rute Bus Kecil = Mikrolet(01, 01.A, 01.B, 01.C, 03, 06A, 21, 27, 31, dan 32) = Mikrolet(06, 16, 18, 26, dan 28)

17 59 Gambar 4.16 Persimpangan Kendaraan Gambar tersebut menjelaskan penataan sirkulasi kendaraan di dalam terminal masih kurang baik. Terdapatnya satu jalur dalam terminal yang digunakan untuk kendaraan masuk ke terminal dan keluar dari terminal. Hal tersebut berakibat pada kemacetan di Jalan Otto Iskandardinata karena kendaraan yang akan masuk ke terminal harus menunggu terlebih dahulu apabila ada kendaraan yang akan keluar dari terminal. Berdasarkan perencanaan transportasi Jakarta, terminal Kampung Melayu akan dilalui oleh moda transportasi air dan monorail. Rencana penambahan moda transportasi yang melalui Kampung Melayu tersusun dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4.4 Rencana Penambahan Moda Transportasi No Nama Perusahaan Nomor Trayek Jumlah Kendaraan Jurusan 1 Transjakarta K-14 Pulo Gebang Kp.Melayu 2 Monorail jalur Jalur biru Kp.Melayu Taman Anggrek biru 3 Waterway BKT BKT Cakung Cawang

18 60 No Nomor Jumlah Jurusan Trayek Kendaraan 4 BKS BKS Cawang - Karet Sumber: diakses pada 7 Maret 2013 Gambar 4.17 Rencana Jalur Transportasi Jakarta Sumber: diakses pada 7 Maret 2013 Penataan jalur masuk dan keluar kendaraan dari dan ke arah terminal masih kurang baik. Hal ini tercermin pada bercampurnya akses masuk dan keluar kendaraan pada satu titik. Bercampurnya akses masuk dan keluar terminal ini menjadi masalah ketika ada kendaraan yang akan masuk ke terminal bersamaan dengan kendaraan yang akan keluar dari terminal Urban Economy Analisis ini akan membahas tentang perekonomian masyarakat, karakter masyarakat, dan aktifitas keseharian masyarakat. Analisis ini berhubungan dengan fungsi area komersial dan kebutuhan sehari-hari yang diperlukan.

19 61 Ekonomi Masyarakat Dilihat dari segi hunian, lokasi tapak saat ini memiliki dua macam tipe hunian didalamnya. Macam hunian tersebut dikelompokkan dari adanya masyarakat menengah dan menengah ke bawah. Hunian masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah langsung berhadapan dengan jalan, sebaliknya hunian masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah terletak di dalam gang-gang dan di belakang area komersial. Perekonomian warga Balimester dan Kampung Melayu didominasi oleh sektor perdagangan dan jasa. Hal ini terbukti dengan banyaknya area komersial di sepanjang jalan utama di kelurahan Balimester dan Kampung Melayu. Tabel 4.5 Ekonomi Masyarakat Sumber: diakses pada 20 Maret 2013

20 62 Gambar 4.18 Penyebaran Ekonomi Keterangan: = Hunian menengah = Hunian menengah ke bawah = Area komersial = Terminal Kampung Melayu Berdasarkan data tersebut, maka perancangan kawasan harus memperhatikan fungsi bangunan yang ada saat ini. Perencanaan hunian akan didesain menggunakan rumah susun agar standar infrastruktur dapat mengikuti ketentuan yang berlaku. Karakter Masyarakat Kegiatan keseharian masyarakat pada tapak dan sekitarnya didominasi dengan bekerja bagi kaum laki-laki. Lokasi tempat mereka bekerja tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Sebagian besar masyarakatnya bekerja

21 63 sebagai karyawan pada pertokoan atau perkantoran di area komersial sekitar tapak. Lokasi tempat tinggal yang berdekatan dengan tempat bekerja, menjadikan masyarakat di Balimester memilih berjalan kaki untuk pergi bekerja. Kegiatan kaum wanita lebih didominasi dengan aktifitas berbelanja dan mengantar anak-anaknya ke sekolah. Terminal yang dekat dengan hunian serta letak pasar yang mudah dijangkau dengan transportasi massal menjadikan mereka menggunakan transportasi kota untuk berbelanja. Kegiatan mengantar ke sekolah pun tidak menyulitkan bagi mereka karena jumlah sekolah yang banyak di sekitar tapak serta letaknya berdekatan. Letak tempat bekerja dan fasilitas penunjang yang berdekatan dengan tempat tinggal membuat masyarakat di Balimester lebih memilih berjalan kaki untuk menjalankan aktifitas sehari-hari. Hal tersebut juga yang menjadikan aktifitas berjalan kaki sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Balimester dan sekitarnya. Activity Support Aktifitas keseharian penduduk di kelurahan Balimester adalah sebagai berikut : Berdagang, baik di warung ataupun di area komersial Bekerja dengan menggunakan kendaraan pribadi Bersekolah, baik di tingkat sekolah atau universitas Berbelanja dengan berjalan kaki menuju ke area komersial atau ke terminal dengan menggunakan kendaraan umum Membuang sampah di sembarang tempat

22 64 Berkumpul di dekat ruang terbuka Bermain di tepi jalan atau gang Tabel 4.6 Analisa Aktifitas Masalah Analisa Hasil analisa Sintesa Berdagang dengan menggunakan area yang bukan semestinya Kurangnya tempat yang dapat digunakan untuk berdagang Bekerja dengan menggunakan kendaraan pribadi Bersekolah, baik di tingkat sekolah maupun universitas Berbelanja dengan berjalan kaki menuju ke area komersial atau ke terminal dengan menggunakan kendaraan umum Membuang sampah di sembarang tempat Kurangnya perhatian pada pembangunan terminal transportasi massal menjadikan masyarakat malas menggunakan transportasi massal Sebuah permukiman perlu menyediakan infrastruktur jalan yang aman bagi anak-anak Kurangnya area pejalan kaki pada sebuah hunian membuat warga menggunakan badan jalan untuk berjalan kaki Kurangnya tempat sampah umum pada kawasan berakibat pada pembuangan sampah secara sembarangan pada tepi jalan Kurangnya tempat untuk berdagang berakibat pada penggunaan badan jalan untuk berdagang Penambahan jumlah pengguna transportasi pribadi yang berakibat pada kemacetan kota Masyarakat memerlukan lingkungan yang aman untuk aktifitas anakanak Warga memerlukan area pejalan kaki yang nyaman sebagai penunjang aktifitas seharihari Kawasan memerlukan penambahan titik pembuangan sampah yang lebih tersebar Menyediakan area komersial yang dapat menampung para pedagang agar tidak menggunakan badan jalan untuk berdagang Melengkapi infrastruktur pendukung untuk moda transportasi serta melengkapi rute perjalanan agar masyarakat tertarik untuk beralih ke transportasi massal Melengkapi infrastruktur yang belum terdapat di sekitar tapak Penyediaan area pejalan kaki yang mendukung aktifitas kawasan Penyediaan beberapa titik sebagai tempat pembuangan sampah

23 Masalah Analisa Hasil analisa Sintesa Berkumpul di dekat ruang terbuka Bermain di tepi jalan atau gang Kurangnya lahan terbuka membuat aktifitas sosial warga menjadi terbatas Kurangnya lahan tempat bermain anak Warga tidak memiliki tempat berkumpul apabila tidak terdapat ruang terbuka Minimnya tempat bermain anak berakibat pada penggunaan lahan yang ada untuk bermain Sumber: Data Pribadi, Menyediakan ruang terbuka sebagai tempat sosialisasi warga Menyediakan lahan bermain bagi anak-anak. Berdasarkan analisa tersebut, maka pada tahap perencanaan diperlukannya penambahan fungsi sebagai berikut : Penambahan area komersial yang layak bagi pedagang Melengkapi infrastruktur pendukung untuk moda transportasi Melengkapi infrastruktur yang belum terdapat pada tapak Penyediaan area pejalan kaki yang mendukung aktifitas kawasan Penyediaan beberapa titik sebagai tempat pembuangan sampah ruang terbuka sebagai tempat sosialisasi warga lahan bermain bagi anak-anak Urban Greenery Penghijauan sekitar daerah tapak dapat dikatakan masih kurang. Penghijauan lebih banyak terdapat pada area komersial di jalan Jatinegara Timur yang berfungsi pula sebagai estetika area pejalan kaki. Pada area hunian, penghijauan terdapat pada halaman rumah warga, dimana penghijauan tersebut tidak terdapat di semua hunian.

24 66 Gambar 4.19 Penyebaran Penghijauan Berdasarkan gambar tersebut, jelas terlihat persebaran penghijaun pada area sekitar tapak masih kurang. Area penghijauan paling besar di sekitar tapak berfungsi sebagai pemakaman. Penghijauan sisanya terdapat pada sepanjang jalan dan pada taman kota yang ukurannya pun juga tidak besar. Pada area bantaran sungai Ciliwung, terdapat daerah yang telah ditumbuhi penghijauan, tetapi masih banyak pula yang tidak memiliki penghijauan. Solusi desain yang dapat ditambahkan pada tapak adalah dengan mendesain area pejalan kaki yang ditumbuhi penghijauan serta penambahan area ruang terbuka hijau pada lokasi tapak yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan bermain bagi anak-anak.

25 Urban Infrastructure Analisis ini akan membahas tentang drainase tapak dan sekitarnya serta masalah persampahan pada tapak. Drainase Drainase pada tapak memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran lebar drainase tersebut antara 15 cm sampai 30 cm. Perbedaan ukuran drainase tersebut mengikuti ukuran lebar jalan. Letak jalan yang berada di jalan utama memiliki lebar drainase paling besar, sebaliknya lebar drainase paling kecil berada pada jalan-jalan kecil. Aliran drainase pada tapak mengalir ke arah yang sama. Aliran tersebut menuju ke sungai Ciliwung yang letaknya lebih rendah dibandingkan dengan drainase tapak. Gambar 4.20 Drainase

26 68 Gambar 4.21 Drainase Tapak Sintesa desain yang dapat dihasilkan adalah perlunya memperhatikan ukuran lebar drainase agar tidak terjadi penumpukan air pada saat hujan yang dapat berakibat pada terjadinya banjir. Persampahan Sampah kawasan secara rutin diambil setiap pagi hari dengan menggunakan gerobak. Masalah yang ada pada kawasan adalah kurangnya tempat sampah massal yang berguna untuk mengumpulkan sampah warga pada satu titik. Permasalahan ini berakibat pada terjadi pembuangan sampah secara sembarangan karena sulitnya menemukan tempat sampah publik. Gambar 4.22 Tempat Sampah Publik

27 69 Selain kurangnya tempat sampah publik, ukuran tempat sampah publik yang ada pun tidak terlalu besar yang membuat tempat sampah cepat terisi penuh. Pada area hunian, tidak semua rumah memiliki tempat sampah pribadi, akibatnya penghuni meletakkan sampah di tepi drainase. Gambar 4.23 Sampah Hunian Sintesa desain yang dapat dihasilkan dari hasil analisis adalah perlunya penambahan titik-titik tempat sampah publik untuk menghindari penumpukan sampah pada satu titik. Selain itu, perancangan sebuah hunian turut memperhatikan tempat pembuangan sampah dari hunian tersebut Micro Climate Analisis micro climate akan membahas tentang hubungan matahari dan angin terhadap lokasi tapak. Analisa akan dikaitkan dengan bentuk dari massa bangunan sehingga mendapatkan hasil yang sesuai bagi perancangan.

28 70 Matahari Gambar 4.24 Matahari Berdasarkan skema di atas, dapat disimpulkan bahwa bangunan yang terletak pada lahan tapak di jalan Jatinegara Barat memiliki suhu yang lebih tinggi pada sore hari dibandingkan dengan bangunan yang terletak di jalan Jatinegara Timur. Sintesa desain yang dapat dihasilkan dari analisis tersebut adalah: Perlunya permainan fasad untuk bangunan yang menghadap ke arah barat untuk mengurangi panas yang masuk ke bangunan Arah massa bangunan yang berada pada sisi barat lebih baik yang memiliki luas permukaan yang lebih kecil

29 71 Angin Arah angin yang baik adalah dapat mengarah masuk ke dalam bangunan agar terjadi pertukaran udara pada bangunan. Bangunan juga sebaiknya dilengkapi dengan system cross-ventilation untuk mendukung kinerja angin dalam pertukaran udara pada bangunan. Gambar 4.25 Angin Arah angin yang bertiup pada tapak adalah dari arah utara menuju selatan. Bangunan sekitar yang memiliki ketinggian maksimal empat lantai serta dibatasi oleh jalan yang kecil, menyebabkan angin tidak terlalu kencang bertiup pada tapak karena terhalang bangunan lain yang memiliki jarak yang saling berdekatan.

30 72 Tabel 4.7 Arah Bangunan No Bentuk Kelebihan Kekurangan 1 Bangunan mendapatkan sinar matahari timur secara langsung Pada sore hari menjadi panas dan angin yang di dapat sedikit 2 Mendapat angin langsung untuk crossventilation Kurang mendapatkan sinar matahari 3 Mendapatkan matahari timur serta angin untuk crossventilation Matahari barat masih membuat panas suhu bangunan

31 73 Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa alternatif nomor tiga merupakan alternatif terbaik untuk posisi bangunan. Alternatif pertama dapat pula digunakan tetapi perlunya penambahan sun shading untuk mengurangi panas matahari sore. 4.3 Proyeksi Kebutuhan Terkait Pembangunan di Lahan Perencanaan Analisis ini akan membahas tentang proyeksi jumlah penduduk, kebutuhan hunian dan kebutuhan parkir berdasarkan pada data saat ini Proyeksi Jumlah Penduduk Tabel 4.8 Proyeksi Jumlah Penduduk Kriteria Kampung Melayu Balimester Luas lahan m m 2 Kepadatan ,57 jiwa /km ,85 jiwa /km 2 Jumlah penduduk 246 jiwa 361 jiwa Laju pertumbuhan penduduk Perkiraan jumlah penduduk 10 tahun mendatang Total 9,33 % -1,33 % = 246 x (1 + 0,0933) 10 = 601 jiwa 917 jiwa Proyeksi Kebutuhan Hunian Sumber: Data Pribadi, 2013 = 361 x (1-0,0133) 10 = 315,7 ~ 316 jiwa Tabel 4.9 Proyeksi Jumlah Hunian Kriteria Kampung Melayu Balimester Perkiraan jumlah penduduk 10 tahun mendatang = 246 x (1 + 0,0933) 10 = 601 jiwa = 361 x (1-0,0133) 10 = 316 jiwa Penduduk / KK 3,01 jiwa/kk 2,92 jiwa/kk Jumlah hunian Total hunian = 601 jiwa 3,01 jiwa/kk = 199,6 KK ~ 200 KK 309 hunian Sumber: Data Pribadi, 2013 = 316 jiwa 2,92 jiwa/kk = 108,2 KK ~ 109 KK

32 Proyeksi Kebutuhan Parkir Lahan parkir pada kawasan lebih diperuntukkan bagi area komersial. Saat ini, parkir kendaraan menggunakan tepi jalan dan menggunakan trotoar. Hal ini sangat menggangu apabila keadaan jalan sedang macet dan juga mengganggu pejalan kaki dalam berjalan. Menurut pengamatan di lapangan, satu bangunan area komersial rata-rata perlu menyediakan parkir kendaraan sebanyak dua tempat parkir untuk kendaraan roda empat dan empat tempat parkir untuk kendaraan roda dua. Perhitungan jumlah parkir akan dihitung berdasarkan kebutuhan untuk area komersial dan area hunian, serta perhitungan perkiraan parkir untuk kendaraan dari luar tapak. Perhitungan pertama adalah perhitungan proyeksi jumlah kebutuhan parkir dihitung berdasarkan jumlah area komersial pada kawasan tapak. Tabel 4.10 Proyeksi Kebutuhan Parkir Komersial Kriteria Motor Mobil Kebutuhan saat ini 3 buah / toko 2 buah / toko Luas lahan untuk parkir 3 m 2 30 m 2 outdoor Luas lahan untuk parkir gedung 3 m 2 35 m 2 Jumlah area komersial Perkiraan jumlah kendaraaan Parkir Outdoor Perkiraan kebutuhan luas parkir outdoor 26 toko besar dan 52 toko kecil 234 buah 52 buah (perhitungan berdasarkan toko besar) 702 m m 2 Total luas m 2 Parkir Gedung Perkiraan kebutuhan luas parkir gedung 702 m m 2 Total luas m 2 Total lahan yang diperlukan dengan ketinggian gedung 4 lantai 630,5 m 2

33 Berdasarkan data proyeksi jumlah penduduk pada kawasan tapak, maka didapat perhitungan jumlah parkir untuk hunian sebagai berikut. Tabel 4.11 Proyeksi Kebutuhan Parkir Hunian Kriteria perhitungan Perkiraan jumlah 917 jiwa penduduk Asumsi jumlah mobil 20 jiwa memiliki 1 mobil 917 jiwa 20 = 45,85 mobil ~ 46 mobil Asumsi jumlah motor 2 jiwa memiliki 1 motor 917 jiwa 2 = 458,5 ~ 459 motor Motor Mobil Luas lahan untuk parkir 3 m 2 30 m 2 outdoor Luas lahan untuk parkir 3 m 2 35 m 2 gedung Parkir Outdoor Perkiraan kebutuhan luas parkir outdoor m m 2 Total luas m 2 Parkir Gedung Perkiraan kebutuhan luas parkir gedung m m 2 Total luas m 2 Total lahan yang diperlukan dengan ketinggian gedung 4 746,75 m 2 lantai 75 Perkiraan proyeksi parkir bagi pengguna transportasi umum, dimana perhitungan yang dilakukan berdasarkan pada persentase pengguna kendaraan umum di Jakarta, menurut Masyarakat Transportasi Indonesia, sebesar 12,9% Tabel 4.10 Proyeksi Kebutuhan Parkir Pengguna Transportasi Kota Kriteria Balimester Jumlah penduduk sekitar = jiwa 607 jiwa = jiwa Perkiraan pengguna kendaraan umum = 12,9 % x = 1.509,17 ~ jiwa Asumsi jumlah mobil 20 jiwa memiliki 1 mobil = jiwa 20 = 75,5 mobil ~ 76 mobil Asumsi jumlah motor 2 jiwa memiliki 1 motor = jiwa 2 = 760 motor

34 76 Kriteria Asumsi pengguna kendaraan dari kelurahan sekitar Balimester mobil = 76 x 20% = 15,2 ~ 16 mobil motor = 760 x 20% = 152 motor Total kendaraan 92 mobil dan 912 motor Mobil Motor Luas lahan untuk parkir outdoor 30 m 2 3 m 2 Luas lahan untuk parkir gedung 35 m 2 3 m 2 Perkiraan kebutuhan luas parkir m m 2 outdoor Total Luas m 2 Perkiraan kebutuhan luas parkir m m 2 gedung Total Luas m 2 Total lahan yang diperlukan dengan ketinggian gedung 4 lantai 872 m Perencanaan Subbab ini akan membahas mengenai perencanaan yang berkaitan dengan analisis sebelumnya. Hasil analisis sebelumnya dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel 4.11 Ringkasan Analisis No Pembahasan Analisis Masalah Sintesa Urban Texture 1 Land Use Lahan didominasi oleh fungsi hunian dan komersial 2 Building Form and Mass Bentuk massa bangunan didominasi oleh bentuk persegi panjang dengan sebagian besar material utama adalah dinding bata 3 Jalan Lebar jalan pada tapak antara 2,5-5 meter Maksimalisasi penggunaan lahan membuat kurangnya lahan terbuka dalam tapak Masih terdapat bangunan yang tidak permanen Jalan kurang lebar dan kurang terurus Penyusunan kembali fungsi lahan pada tapak agar memiliki ruang terbuka Desain bangunan ikut serta memperbaiki bangunan yang belum baik Desain lebar jalan yang sesuai dengan kebutuhan akan jalan tersebut

35 77 No Pembahasan Analisis Masalah Sintesa Urban Circulation and Parking 4 Sirkulasi Kendaraan Tapak Tapak Penempatan dikelilingi dua dikelilingi jalan pintu masuk dan jalan arteri yang berpotensi keluar dibagi Jatinegara menimbulkan pada dua titik kemacetan agar tidak menambah kemacetan 5 Pedestrian Ways Pedestrian hanya Pejalan kaki Penambahan terdapat pada tidak memiliki area pejalan area komersial area khusus kaki pada tapak pada zona hunian Urban Transportation 6 Urban Transportation Tapak dilalui oleh berbagai macam transportasi kota Urban Economy 7 Ekonomi Masyarakat Mayoritas penduduk bekerja dalam sektor perdagangan dan jasa 8 Activity Support Keterbatasan ruang karena area hunian yang berdekatan Urban Greenery 9 Urban Greenery Keterbatasan lahan membuat warga kurang mempedulikan area hijau Urban Infrastruktur 10 Drainase Ukuran drainase antara cm 11 Persampahan Titik pembuangan sampah kurang banyak Micro Climate 12 Matahari Ketinggian bangunan disekitar tapak tidak lebih tinggi dari tiga Penataan sirkulasi terminal kurang baik yang Terdapat area komersial yang kurang tepat keberadaannya Keterbatasan ruang menyebabkan aktifitas sosial terbatasi Kurangnya lahan terbuka hijau pada tapak Ukuran drainase yang kecil dapat menyebabkan banjir pada kawasan Warga malas mencari tempat sampah umum sehingga terdapat sampah di jalan Tidak mendapatkan bayangan untuk mengurangi panas pada Mengatur ulang sirkulasi dalam terminal agar tidak menimbulkan kemacetan Merapikan kembali area komersial yang telah ada Merapikan kawasan hunian agar dapat menambahkan fungsi ruang terbuka Desain kawasan juga perlu menyediakan tempat untuk fungsi penghijauan Pelebaran ukuran drainase yang kurang besar Memperbanyak titik pembuangan sampah dengan tempat yang tidak terlampau jauh Menghadapkan massa bangunan ke arah timur laut untuk mengurangi

36 78 No Pembahasan Analisis Masalah Sintesa lantai waktu sore hari matahari dari 13 Angin Angin kurang barat serta terasa pada mendapatkan daerah yang angina yang memiliki lebar banyak jalan kecil Building Envelope Subbab ini akan membahas tentang zoning pembagian area dan peletakkan massa bangunan pada tapak lokasi. Peletakkan massa bangunan dan zoning tersebut berkaitan pada pambahasan analisis di atas. Gambar 4.26 Zoning Tapak Lokasi tapak yang diapit oleh jalan arteri Jatinegara, berakibat pada ramainya arus lalu lintas pada jalan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka area yang berbatasan langsung dengan jalan utama tadi diperuntukkan bagi area publik. Area hunian diletakkan pada bagian utara tapak dengan alasan jalan yang berada di utara tapak tidak sebesar dan tidak seramai jalan arteri Jatinegara.

37 79 Gambar 4.27 Zoning Massa Berdasarkan pembagian zoning diatas, maka pembagian area dapat lebih di spesifikan lagi. Area dengan fungsi komersial diletakkan pada jalan arteri dan pada tengah tapak disekitar area parkir. Area terminal diletakkan pada tempatnya saat ini dan di tepi sungai Ciliwung untuk terminal transportasi air. Area hunian diletakkan pada bagian utara tapak menempati area zona privat. Sisa penggunaan lahan akan difungsikan sebagai ruang terbuka Street pattern and Circulation Subbab ini akan membahas tentang titik letak pintu masuk ke dalam tapak dan pintu keluar dari tapak lokasi. Letak lokasi yang diapit jalan arteri, membuat peletakkan pintu masuk harus diperhitungkan agar tidak menambah kemacetan jalan arteri. Solusi agar tidak menambah kemacetan pada jalan arteri, maka pintu masuk dan keluar di letakkan pada masing-masing jalan arteri. Hal tersebut ikut mengurangi kemacetan karena kendaraan tidak keluar pada satu titik saja, tetapi dapat keluar di tempat lainm sehingga titik kepadatan terpecah menjadi dua bagian.

38 80 Gambar 4.28 Pintu Masuk Infrastructure Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui rencana sirkulasi di dalam kawasan. Sirkulasi yang dimaksud adalah sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan. Selain itu, pembahasan juga menjelaskan arah aliran drainase dari dalam tapak. Sirkulasi Sirkulasi kendaraan di dalam tapak menggunakan pola grid yang bertujuan untuk memudahkan arah sirkulasi pada tapak. arah sirkulasi kendaraan tersebut langsung tersambung ke jalan utama Jatinegara yang turut serta memudahkan pengendara. Pola sirkulasi kendaraan yang berbentuk grid berakibat pada pola pedestrian yang berbentuk grid. Bentuk tersebut mengikuti pola jalan yang telah ada, sehingga letak pedestrian tepat bersebelahan dengan sirkulasi kendaraan.

39 81 Gambar 4.29 Sirkulasi Drainase Sistem pengaliran drainase pada tapak langsung menuju ke sungai Ciliwung. Hal tersebut yang menjadi dasar perencanaan letak titik drainase sehingga arahnya mengalir ke sungai Ciliwung. Arah aliran drainase juga mengikuti pola grid karena letak drainase sendiri berada di samping pedestrian. Gambar 4.30 Drainase

40 Building Layout and Design Perencanaan desain bangunan pada tapak mengikuti standar ukuran yang berlaku internasional. Standar tersebut meliputi: Kamar tidur Gambar 4.31 Layout Kamar Tidur Sumber: Data Arsitek, Neufert Kamar mandi Gambar 4.32 Layout Kamar Mandi Sumber: Data Arsitek, Neufert

41 83 Ruang makan Dapur Gambar 4.33 Layout Ruang Makan Sumber: Data Arsitek, Neufert Gambar 4.34 Layout Dapur Sumber: Data Arsitek, Neufert Ruang duduk Gambar 4.35 Layout Ruang Duduk Sumber: Data Arsitek, Neufert

42 Open Space Pembahasan ini akau menjelaskan peletakkan zona hijau di dalam tapak. penghijauan tersebut diusahakan berada di setiap sisi jalan yang bertujuan untuk mengurangi panas serta sebagai estetika. Zona hijau juga diletakkan pada tengah tapak yang berfungsi sebagai lahan terbuka hijau Kebutuhan Ruang Gambar 4.36 Ruang Terbuka Pembahasan ini akan membahas tentang kebutuhan ruang pelaku kegiatan pada tapak, luas kebutuhan ruang bangunan serta hubungan antar ruang pada tapak. Kebutuhan Ruang Fungsi kebutuhan ruang berkaitan dengan sifat dari ruangan tersebut yang berkaitan dengan peletakkan ruangan tersebut pada denah. Penjabaran kebutuhan pada tapak akan dijelaskan sebagai berikut. Tabel 4.12 Kebutuhan Ruang

43 85 No. Ruang Kegiatan Sifat Ruang Terminal 1 Halte Menurunkan penumpang Publik Menaikkan penumpang Menunggu kendaraan umum 2 Area Transit Sirkulasi penumpang Publik kendaraan umum yang akan naik kendaraan umum dan yang baru turun dari kendaraan umum 3 Kios Perdagangan didalam area Publik transit 4 Toilet Tempat buang air Publik Rumah Susun 1 Lobby rusun Tempat keluar masuknya Semi publik penghuni rusun 2 Ruang bersama Tempat duduk penghuni rusun Semi publik Tempat berkumpul penghuni rusun Tempat santai penghuni rusun 3 Kantor Tempat pengurus rusun Privat Data arsip penghuni rusun 4 Aula Kegiatan bersama penghuni Semi publik rusun dalam jumlah besar seperti untuk seminar, dsb 5 Paud Belajar untuk anak kecil Semi publik Tempat bermain untuk anakanak Tempat mengajar anak-anak 6 Tempat olahraga Fasilitas olahraga bagi Semi publik penghuni rusun 7 Lapangan Fasilitas lapangan terbuka bagi Publik penghuni rusun 8 Kios Perdagangan didalam hunian 9 Utilitas rusun Elektrikal dan mekanikal rusun 10 Toilet Tempat buang air Publik Parkir 1 Area parkir Parkir mobil dan motor dalam Publik kawasan 2 Area penitipan Tempat penitipan helm bagi Publik pengguna motor 3 Ruang kontrol Mengawasi kendaraan yang parkir Tempat utilitas gedung parkir 4 Toilet Tempat buang air Publik Ruko 1 Toko Perdagangan dalam bentuk pertokoaan Publik 2 Tempat tinggal Area tinggal pemilik toko Privat 3 Kamar mandi Mandi pemilik toko Buang air pemilik toko Privat Masjid 1 Ruang Sholat Tempat sholat Publik 2 Ruang pengurus Tempat pengurus masjid Tempat penyimpanan data masjid Privat 3 Ruang peralatan Penyimpanan alat-alat masjid Privat Penyimpanan keperluan masjid No. Ruang Kegiatan Sifat Ruang

44 86 Luasan Ruang 4 Ruang wudhu Tempat wudhu Publik Food Court 1 Kios Menjual makanan dan Privat minuman Membeli makanan dan minuman 2 Tempat makan Area makan dan minum Publik Berdasarakan kebutuhan ruang yang diperlukan pada tapak, makan dapat ditentukan luasan ruang bangunan yang sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Tabel 4.13 Luasan Ruang No Nama Ruang Luas (m 2 ) Sifat Layout Terminal 1 Halte 117 m 2 Publik 2 Area transit m 2 Publik Rumah Susun 1 Unit Studio 36 m 2 Privat e 2 Unit 2 kamar tidur 48 m 2 Privat e

45 87 No Nama Ruang Luas (m 2 ) Sifat 3 Kantor 168 m 2 Semi publik Layout 4 Aula 336 m 2 Semi publik 5 Paud 692 m 2 Semi publik 6 Toilet 56 m 2 Publik Parkir 1 Mobil 2.177,2 8 m 2 2 Motor 2.177,2 8 m 2 Publik Masjid 1 Ruang Sholat 280 m 2 Publik 2 Tempat Wudhu 4,5 m 2 Publik

46 88 No Nama Ruang 3 Ruang Penguru s 4 Ruang Peralata n Foodcourt 1 Foodcou rt Luas Sifat (m 2 ) 9 m 2 Privat 9 m 2 Privat m 2 Publik Layout Pertokoan 1 Ruko 40 m 2 Publik Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dihasilkan perkiraan luas total bangunan yang diperlukan pada tapak. Tabel 4.14 Total Luas No Nama Ruang Luas (m 2 ) Jumlah Unit Total Luas Terminal 1 Halte 117 m m 2 2 Area transit m m 2 Rumah Susun 1 Unit Studio 36 m m 2 2 Unit 2 kamar 48 m m 2 tidur 3 Kantor 168 m m 2 4 Aula 336 m m 2 5 Paud 692 m m 2 6 Toilet 56 m m 2 Parkir 1 Mobil 2.177,28 m ,56 m 2 2 Motor 2.177,28 m ,56 m 2 Masjid 1 Ruang Sholat 280 m m 2 2 Tempat 4,5 m m 2 Wudhu 3 Ruang 9 m m 2 Pengurus 4 Ruang Peralatan 9 m m 2 Foodcourt 1 Foodcourt m m 2 Pertokoan 1 Ruko 40 m m 2 Total ,12 m 2

47 89 Hubungan Antar Ruang Pada tahap perancangan, hubungan antar ruang berkaitan dengan penempatan ruang-ruang pada sebuah denah. Hubungan antar ruang pada tapak dapat dijabarkan menjadi hubungan antar ruang kawasan dan hubungan antar ruang dalam bangunan, yaitu sebagai berikut: 1. Kawasan 2. Bangunan a. Terminal Gambar 4.37 Hubungan Antar Ruang Kawasan Gambar 4.38 Hubungan Antar Ruang Terminal

48 90 b. Rumah susun Rumah susun 1 Gambar 4.39 Hubungan Antar Ruang Rumah Susun 1 Rumah susun 2 Gambar 4.40 Hubungan Antar Ruang Rumah Susun 2 c. Unit rumah susun 36 m 2 Gambar 4.41 Hubungan Antar Ruang Unit Rumah Susun 36 m 2 d. Unit rumah susun 48 m 2 Gambar 4.42 Hubungan Antar Ruang Unit Rumah Susun 36 m 2

49 91 e. Paud Gambar 4.43 Hubungan Antar Ruang PAUD f. Parkir Motor Mobil Gambar 4.44 Hubungan Antar Ruang Parkir Motor Gambar 4.45 Hubungan Antar Ruang Parkir Mobil

50 92 g. Masjid h. Foodcourt Gambar 4.46 Hubungan Antar Ruang Masjid i. Ruko Gambar 4.47 Hubungan Antar Ruang Foodcourt Gambar 4.48 Hubungan Antar Ruang Ruko 4.5 Tahap Pembangunan

51 Gambar 4.49 Tahap Perencanaan 93

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

PERANCANGAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DENGAN METODE WALKABLE URBAN DI BALIMESTER JAKARTA TIMUR

PERANCANGAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DENGAN METODE WALKABLE URBAN DI BALIMESTER JAKARTA TIMUR PERANCANGAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DENGAN METODE WALKABLE URBAN DI BALIMESTER JAKARTA TIMUR Johnsen Susiyo, Noegroho, Yanita Mila Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Senen termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 422 ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Bab ini berisi tinjauan terminal Tipe B di kawasan Stasiun Depok Baru yang dibahas melalui tinjauan tapak terminal, data umum angkutan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah utara relatif berbukit

Lebih terperinci

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan 6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Transportasi kota Jakarta berkembang sangat pesat dikarenakan mobilitas yang tinggi dan masyarakatnya yang membutuhkan kendaraan. Semakin meningkatnya populasi manusia

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari. BAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Manusia Berdasarkan referensi dari studi banding: IV.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan Kompleks Rumah Susun dan Pasar ini akan digunakan oleh: a. Penghuni o Pedagang Pasar Yaitu

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan BAB V KONSEP V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan yang terjadi di sekitar tapak, khusunya jalur pejalan kaki dan kegiatan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6 BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4. Analisa Tapak Luas Tapak : ± 7.840 m² KDB : 60 % ( 60 % x 7.840 m² = 4.704 m² ) KLB :.5 (.5 x 7.840 m² =.760 m² ) GSB : 5 meter Peruntukan : Fasilitas Transportasi 4.. Analisa

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Jakarta merupakan Kota Megapolitan yang ada di Indonesia bahkan Jakarta menjadi Ibu Kota Negara Indonesia yang memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan:

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TOD TERPADU MANGGARAI PERANCANG: FAIZAL (NIM: 41210110018) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Fisik Analisa Fisik merupakan analisa terhadap penempatan bangunan untuk mendapatkan data yang dapat dijadikan pedoman dalam perancangan sehingga bangunan menjadi tepat sasaran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN. yang dulu. Sekarang mahasiswa menyelesaikan desain pada perancangan

BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN. yang dulu. Sekarang mahasiswa menyelesaikan desain pada perancangan BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN 1.1 Deskripsi Proyek dan Lokasi Tapak Skripsi dan perancangan arsitektur 6 menjadi bahan "tugas akhir" bagi mahasiswa semester 8. Format nya cukup berbeda dengan mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dari uraian bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pasar Gembrong Cipinang Besar perlu diremajakan. Hal ini dikarenakan kualitas fisik dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi kawasan pusat perbelanjaan Paris Van Java yang mencakup karakteristik pusat perbelanjaan Paris Van Java, karakteristik ruas

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 FILOSOFI 5.1.1 Filosofi Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN merupakan kawasan perdagangan di kawasan yang terdiri dari beberapa pasar yang diharapkan penataan kawasan harus saling medukung pasar-pasar tersebut.

Lebih terperinci

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota dan pusat perekonomian di Indonesia sudah seharusnya sejajar dengan kota-kota di dunia. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan isu yang kian melekat dengan proses perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Dengan semakin rumitnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan meliputi luasan sebesar 34.240,73 m 2. Koefisien dasar bangunan (KDB) yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan

Lebih terperinci