BAB I PENDAHULUAN. menuntut dipakainya strategi-strategi pemasaran di dalam politik. Saat ini diperlukan
|
|
- Harjanti Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemasaran politik adalah sebuah cabang ilmu yang baru saja tumbuh. Zaman menuntut dipakainya strategi-strategi pemasaran di dalam politik. Saat ini diperlukan pendekatan-pendekatan baru dalam kehidupan politik, termasuk di Indonesia sebagai negara yang berniat menerapkan demokrasi yang adil dan beradab. Tidak ubahnya aktivitas sosial lain, dunia politik telah menjadi lebih terbuka dan transparan. Sebagaimana halnya dalam dunia bisnis, dunia politik juga penuh dengan persaingan, bahkan dunia ini lebih kental dengan persaingan, dan untuk setiap bidang yang membutuhkan persaingan, disanalah dibutuhkan ilmu pemasaran. Persaingan dalam dunia politik terjadi untuk memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka memilih kandidat (partai politik atau kontestan individu) masing-masing selama pemilihan umum. Persaingan ini menuntut masing-masing produsen untuk memikirkan cara dan metode yang efektif untuk mampu berkomunikasi dan meyakinkan konstituen bahwa kandidat dan partai politik merekalah yang layak dipilih. Keberhasilan upaya untuk mempengaruhi konsumen sangat ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap selebriti yang menjadi icon sesuatu produk. Dengan dipersepsikannya seorang celebrity endorser secara positif oleh masyarakat, diharapkan positif pula citra yang terbentuk di benak konsumen. Namun demikian, 1
2 tidak menutup kemungkinan munculnya citra dalam pikiran konsumen yang tidak relevan dengan persepsinya terhadap celebrity endorser. Dengan kata lain, tidak selamanya seorang celebrity endorser dalam iklan dapat membangun citra yang baik dalam benak konsumen, seperti yang diinginkan pengiklan. Demikian juga halnya dalam hal politik, setelah reformasi di negara kita, demokratisasi yang bergaung luas, ditunjang dengan disahkannya UU No.22 Tahun 2007 oleh DPR-RI tentang penyelenggaraan pemilihan umum, yang memperbolehkan pemilihan langsung dalam Pemilihan Kepala Daerah, Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif yang diperkuat dengan Fatwa Mahkamah Konstitusi tentang suara terbanyak yakni revisi atas UU No.10 tahun 2008 tentang penetapan calon legislatif terpilih, menyebabkan terciptanya persaingan diantara para kandidat, sehingga membuka peluang terciptanya pengiklanan untuk mempromosikan dirinya masing-masing, sebagaimana telah lama terjadi di Amerika Serikat. Partai-partai politik di Indonesia benar-benar mengeluarkan banyak dana pada masa kampanye politik awal 2009 lalu. Parpol mengalokasikan dana sekitar Rp 1,06 triliun untuk meningkatkan citra dengan beriklan di media-media. Tabel I.1 Belanja Iklan Terbesar di Televisi Bidang Kwartal IV 2008 Kwartal I 2009 Kosmetik Rp. 920 Milyar Rp. 1,160 Triliun Partai Politik Rp. 289 Milyar Rp. 1,065 Trilliun Telekomunikasi Rp. 954 Milyar Rp. 1,004 Triliun Sumber: Kompas, Edisi 27 April 2009 (Data diolah)
3 Salah satu strategi pengiklanan yang di ambil dari dunia pemasaran dan di praktekkan pada dunia politik adalah pemilihan Susilo Bambang Yudhoyono yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat sebagai celebrity endorser untuk memenangkan Partai Demokarat Pada Pemilihan Calon Legislatif tahun Dalam hal ini, Susilo Bambang Yudhoyono dijadikan bintang iklan, untuk mengajak masyarakat menentukan pilihannya pada Partai Demokrat dalam pemilihan Calon Legislatif 2009 baik untuk DPRD maupun DPR-RI. Keberadaan selebriti atau orang-orang terkenal memberi dampak dalam berbagai segi kehidupan manusia, dari waktu ke waktu. Popularitas seorang tokoh publik memang tak dapat dipungkiri menjadi suatu fenomena tersendiri karena menjadi salah satu fokus publisitas di berbagai media cetak dan media elektronik, dan bahkan kehidupan pribadinya sangat ditunggu para insan pers sebagai tajuk utama berita. Saat ini dalam berbagai iklan khususnya untuk produk baru, penggunaan selebriti sebagai salah satu strategi pemasaran, sangat efektif untuk membentuk stopping power bagi audience. Kehadiran selebriti dimaksudkan untuk mengkomunikasikan suatu merk produk dan membentuk identitas serta menentukan citra produk yang diiklankan. Pemakaian selebriti sebagai daya tarik iklan, dinilai dapat mempengaruhi preferensi konsumen karena selebriti dapat menjadi reference group yang mempengaruhi prilaku konsumen. Bagi produk baru, penggunaan endorser atau pembicara merupakan upaya pengiklan untuk meraih publisitas dan perhatian produk tersebut. Meskipun mereka adalah aktor, selebriti, eksekutif, atau
4 kepribadian yang diciptakan, endorser terbaik adalah mereka yang bisa membangun brand image yang kuat. Fenomena munculnya para selebriti dalam politik telah terjadi semenjak dua kali Pemilihan Umum yang lalu, dan semakin terasa pada Pemilu Legislatif April 2009 yang lalu. Para selebriti tersebut diharapkan akan menaikkan perolehan suara partai secara nasional, karena utamanya para selebriti ini bertarung untuk memperebutkan kursi anggota DPR RI. Tentu penetapan Calon Legislatif yang berlatar belakang selebriti ini telah didahului proses pemilihan yang dilakukan internal partai terutama menyangkut kredibilitas Caleg tersebut. Kredibilitas merupakan kriteria dasar seorang selebriti dijadikan endorser. Seseorang yang dipercaya dan dipersepsi memiliki pemahaman yang baik terhadap partai akan mudah mempengaruhi pemilih. Dengan kata lain, kredibilitas adalah kata kunci efektivitas endorser. Kredibilitas berarti adanya tendensi kuat dalam mempercayai seseorang. Ketika seorang endorser dipersepsikan sebagai kredibel, sikap audiens atau pemilih akan berubah lewat sebuah proses psikologis yang dinamakan internalisasi. Proses ini terjadi ketika penerima pesan menerima posisi endorser sebagai isu yang sama dengan dirinya. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai celebrity endorser tentu berbeda posisinya dengan selebriti lain yang juga ikut mendukung sesuatu partai politik. Jika selebriti lain bertugas memenangkan dirinya sendiri sebagai Calon Legislatif DPR- RI, sedangkan Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono dicitrakan untuk mendorong perolehan suara Partai Demokrat untuk memperebutkan kursi DPR-RI, DPRD
5 Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota, bahkan untuk beberapa Provinsi tertentu Calon Anggota DPD yang non-partai dan kebetulan bernomor urut 31 (Nomor urut Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif 2009 lalu) juga memperoleh dukungan suara yang sangat signifikan, yang mungkin sekali terpengaruh oleh keberhasilan endorsement Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Partai Demokrat yang bernomor urut 31 (tiga puluh satu). Pemilihan endorser berdasarkan kredibilitas yang dimilikinya di tengah-tengah masyarakat menjadi sangat penting, karena pencitraan yang dibawa oleh pribadi tersebut nantinya akan menjadi citra partai. Semakin baik citra endorsernya ditengah masyarakat, semakin baik pula persepsi masyarakat akan partai tersebut, demikian sebaliknya, kekurangan-kekurangan pada figur endorser suatu partai akan dipersepsikan masyarakat sebagai kekurangan yang ada pada partai politik tersebut. Sudah sejak orde lama, di negara kita dipakai figur tokoh terkenal untuk membesarkan atau mendorong popularitas suatu partai politik. Hal ini dimulai sejak orde lama ketika Bung Karno dicitrakan sebagai penggagas, pendiri dan pelindung Partai Nasional Indonesia (PNI) dan PNI berhasil memenangkan Pemilu pertama di negara kita pada tahun 1955 untuk memilih anggota DPR dan anggota konstituante, dengan perolehan suara 22,3 %. Semenjak itu pula, loyalitas pemilih merupakan hal yang diusahakan oleh partai politik di negara kita dari generasi ke generasi, dalam istilah Politik hal ini disebutkan pemilih tradisional. PDI-P yang dianggap secara ideologi merupakan metamorfosis PNI dengan Bung Karno sebagai bapak ideologi dan figur utamanya dan sampai hari inipun foto-foto Bung Karno tetap dipajang oleh
6 pendukung PDI-P jika akan menghadapi Pemilu, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilukada. Demikian juga Gus Dur untuk PKB dan Pak Harto yang merupakan pendiri figur utama Partai Golkar selama 32 tahun, sehingga orang-orang yang bersimpati kepada perjuangan Bung Karno cenderung setia kepada PDI-P, Gus Dur untuk PKB dan Pengagum Pak Harto cenderung untuk memilih Golkar, dan para pengagum tersebut cenderung mereferensikan pilihan ini kepada orang-orang terdekat maupun keturunannya. Tidak seperti Endorser dalam bisnis yang dibayar mahal untuk periode waktu tertentu sesuai perjanjian kontrak, endorser pada politik tidak terikat waktu, dan cenderung abadi, dimana ketokohan sang tokoh tetap melekat pada partai walaupun yang bersangkutan telah tiada. Tentu loyalitas pendukung tersebut dapat diakibatkan kredibilitas yang dimiliki sang tokoh, terkait kharisma, gaya berbicara, kejujuran dan kesetiaan pada ideologi yang diusung yang tetap dikenang massa pendukungnya. I.2 Perumusan Masalah 1. Sejauhmana pengaruh kredibilitas Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Celebrity Endorser, yang terdiri dari: daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) terhadap keputusan pemilih Partai Demokrat di Kota Medan? 2. Sejauhmana pengaruh kredibilitas Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Celebrity Endorser, yang terdiri dari: daya tarik (attractiveness), kesukaan
7 (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) terhadap loyalitas pemilih Partai Demokrat di Kota Medan? I.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Penerapan Celebrity Endorser yang terdiri dari; daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) terhadap keputusan pemilih Partai Demokrat di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Penerapan Celebrity Endorser yang terdiri dari; daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) terhadap Loyalitas pemilih Partai Demokrat di Kota Medan. I.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi partai politik maupun para politisi untuk mengetahui pengaruh pengiklanan, dalam hal ini penggunaan Celebrity Endorser terhadap keputusan dan loyalitas pemilih guna meningkatkan pemilih mereka pada pemilihan-pemilihan selanjutnya. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan bagi pihak akademisi untuk pembahasan mengenai marketing politik, khususnya penerapan celebrity endorser dalam kaitannya terhadap keputusan dan loyalitas pemilih.
8 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman peneliti mengenai hal-hal yang berhubungan dengan teori perilaku konsumen, dalam hal ini pemilih dan penerapannya di lapangan. 4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya pada permasalahan atau subjek yang sama demi pengembangan baik secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar penelitian. 1.5 Kerangka Berpikir Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal, karena daya jangkaunya yang luas. Iklan yang disenangi konsumen terlihat menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang lebih dari pada produk dengan iklan yang tidak mereka sukai. Penggunaan narasumber sebagai figur penarik perhatian dalam iklan merupakan salah satu cara kreatif untuk menyampaikan pesan (Kotler dan Keller, 2006). Pesan yang disampaikan oleh nara sumber yang menarik akan lebih mudah dan menarik perhatian konsumen. Shimp (2003) membagi endorser ke dalam dua tipe, yaitu celebrity endorser dan typical-person endorser. Penggunaan selebriti di dalam mendukung iklan memiliki empat alasan utama, yaitu: Pemasar rela membayar tinggi selebriti yang banyak disukai oleh masyarakat. Selebriti digunakan untuk menarik perhatian khalayak dan meningkatkan awareness produk. Pemasar mengharapkan persepsi konsumen terhadap produk tersebut akan berubah.
9 Penggunaan selebriti menimbulkan kesan bahwa konsumen selektif dalam memilih dan meningkatkan status dengan memiliki apa yang digunakan oleh selebriti. Sedangkan pemasar memilih typical-person endorser untuk mendukung iklan, dengan alasan: Typical-person endorser biasanya digunakan sebagai bentuk promosi testimonial untuk meraih kepercayaan konsumen. Typical-person endorser dapat lebih diakrabi oleh konsumen karena mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri yang aktual, nilai-nilai yang dianut, kepribadian, gaya hidup, karakter demografis, dan sebagainya. Selebriti diasumsikan lebih kredibel daripada non selebriti. Tampilan fisik dan karakter non fisik selebriti membuat sebuah iklan lebih menarik dan disukai oleh konsumen. Performa, citra, dan kepopuleran selebriti dapat lebih menarik perhatian target audience untuk menyaksikan iklan yang dapat mempengaruhi persepsi mereka untuk membuat keputusan dalam melakukan pembelian. Sedangkan, dengan menampilkan pendukung non selebriti atau orang biasa dapat membuat konsumen merasa lebih dekat dan merasa akrab, akan menghasilkan keterlibatan pesan yang cukup tinggi, dan akhirnya akan mempengaruhi persepsi konsumen, sehingga tercipta persepsi yang positif terhadap produk yang diiklankan. Tugas utama para endorser ini adalah untuk menciptakan asosiasi yang baik antara endorser dengan produk yang diiklankan sehingga timbul sikap positif dalam diri konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra yang baik pula di mata konsumen. Iklan merupakan elemen yang penting dan saling berpengaruh dalam
10 menanamkan brand image kepada konsumen, seiring dengan ciri fisik dan kualitas produk yang mengikuti suatu brand tertentu. McCracken (1989) menemukan bahwa celebrity endorser dan produk itu sendiri memainkan peranan penting terhadap interpretasi akhir produk yang di iklankan. McCracken (1989) menemukan bagaimana teori transfer untuk menjelaskan bagaimana karakteristik dari selebriti ditransfer ke dalam produk, artinya bahwa persepsi karakteristik dari selebriti akan ditransfer kedalam merk, dalam hal ini adalah kandidat atau partai politik. Tubbs dan Moss (2000) memetakan karakteristik celebrity endorser kedalam 4 aspek yakni: Daya tarik, Kesukaan, Kepercayaan dan Keahlian. Keempat faktor diatas diduga mempengaruhi keputusan memilih konsumen, hal ini disebabkan ketertarikan pemilih kepada sesuatu partai disebabkan ketertarikan akan figur-figur orang di partai tersebut, dalam hal ini ketertarikan terhadap endorser dari partai tersebut. Hal ini sesuai denga teori transfer yang dikemukakan oleh McCracken (1989), bahwa persepsi konsumen tentang endorser akan ditransfer menjadi persepsi konsumen akan produk, dalam hal ini partai yang di endorse-nya. Oleh sebab itu, jika seorang tokoh yang dicitrakan menjadi icon partai tersebut dianggap menarik, disukai, dapat dipercaya dan dianggap mempunyai keahlian, maka partai yang di endorsernya pun dianggap pula menarik, disuka, dipercaya dan dianggap diisi oleh orang-orang ahli oleh masyarakat, demikian juga sebaliknya, jika seorang endorsernya dianggap kurang menarik, tidak disuka, tidak dipercaya dan tidak memiliki keahlian, maka partai tersebut juga dianggap kurang menarik, tidak
11 disukai, tidak dapat dipercaya dan tidak diisi orang-orang ahli oleh masyarakat pemilih. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh McCracken (1989) bahwa penggunaan endorser tidak selalu membawa dampak positif kepada citra produk atau perusahaan yang di endorse-rnya. Firmanzah (2008) menyatakan bahwa produk politik atau kandidat individu adalah produk tidak nyata (intangible) yang sangat kompleks, tidak mungkin dianalisis secara keseluruhan. Sebagai konsekuensinya, kebanyakan pemilih menggunakan penilaian terhadap keseluruhan konsep dan pesan yang diterima. Penilaian ini diantaranya berdasarkan iklan yang ditampilkan oleh suatu partai politik, kemasan serta endorser dalam iklan tersebut, menjadi penilaian keseluruhan akan partai tersebut dan menjadi dasar keputusan memilih akan partai tersebut. Keputusan Memilih Pada Pemilu Firmanzah (2008) menyatakan bahwa keputusan memilih selama pemilihan umum dapat dianalogikan sebagai perilaku pembelian dalam dunia bisnis dan komersial, hanya dalam dunia bisnis dan komersial, keputusan pembelian yang salah akan berdampak langsung terhadap subjek dengan kehilangan utilitas barang atau jasa yang dibelinya. Sedangkan pemilihan yang salah dalam pemilu tidak berdampak langsung bagi si pengambil keputusan, karena keputusan individu tidak berarti apaapa kecuali dalam jumlah besar. Ketidakhadiran insentif ekonomi ketika pemilih menentukan pilihan politik membuat banyak kalangan berpendapat bahwa secara individual, memilih lebih merupakan keputusan konsumsi ketimbang keputusan investasi (Aidt, 2000). Insentif
12 ekonomi dilihat sebagai keuntungan secara ekonomis ketika pemilih memberikan dukungan kepada salah satu kontestan politik. Dalam perspektif individual, keputusan memilih akan dilihat sebagai perilaku konsumsi dan pembelanjaan yang dengan cepat hilang dan habis, bukan aktivitas yang akan didapat hasilnya dalam jangka panjang. Selain itu perilaku memilih selama pemilu juga memiliki biaya ekonomis berupa sedikit waktu dan usaha, seperti yang diungkapkan oleh Niemi (1976) dan Aldrich (1993). Menurut mereka, usaha untuk memberikan dukungan berupa pencontrengan dalam bilik-bilik suara nyaris tanpa biaya secara ekonomis. Dengan tidak terdapatnya biaya ekonomis itu, tak heran apabila pemilih dapat menjatuhkan pilihannya kepada siapapun. Pemilih berada dalam posisi indifferent secara ekonomis. Artinya memilih satu kandidat tidak menjadi lebih mahal atau murah dibandingkan dengan memilih kandidat lain secara ekonomis pada saat membeli, kendati harus diingat bahwa sesungguhnya pilihan salah yang dilakukan oleh banyak orang akan berakibat pada kebijakan politik dan selanjutnya pada perekonomian masyarakat secara umum, termasuk perekonomian si individu. Hal ini juga yang mengarahkan pada pemahaman bahwa memilih selama pemilu lebih didorong oleh alasan-alasan non-ekonomis seperti ideologi dan budaya. Lipset (1972) mendefenisikan perilaku memilih sebagai suatu aktivitas untuk memberikan dukungan kepada suatu partai yang pada prinsipnya mewakili kepentingan kelas-kelas politik yang berbeda, seperti kelas bawah, menengah dan atas. Selain itu terdapat pula faktor-faktor lain yang menentukan dukungan seseorang
13 terhadap parpol atau kandidat tertentu, misalnya status sosial ekonomi, agama, etnis, keturunan, jenis kelamin, umur dan asal tempat tinggal. Bone dan Ranney (1983) berpendapat yang sama dengan menambahkan bahwa terdapat faktor-faktor sosial, agama, dan pengaruh keluarga yang ikut menentukan sikap memilih seseorang pada pemilu. Kavanagh (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih dalam pemilu dapat dilihat dari lima jenis pendekatan, yakni struktural, sosiologis, ekologis, psikologi sosial dan pilihan rasional yang semuanya merupakan kegiatan yang otonom, bukan partisipasi yang dimobilisasi. Dalam pendekatan struktural, misalnya, perilaku seorang individu dalam menentukan pilihan politiknya dipengaruhi oleh struktur sosial (kelas, agama, bahasa, desa-kota, dan lainlain), sistem kepartaian, sistem pemilu, serta program-program atau isu-isu yang ditonjolkan oleh partai dalam berkampanye, seperti melalui iklan politik di televisi. Hampir mirip dengan pendekatan struktural, pendekatan sosiologis menjelaskan bahwa pilihan seorang warga negara dalam sebuah pemilu lebih banyak dipengaruhi oleh latar belakang demografi (asal domisili, suku) dan status sosial ekonomi (seperti pekerjaan, pendidikan, pendapatan) daripada hal lain. Selain itu menurut Niemi (1976) yang mengobservasi bahwa faktor perilaku keluarga, khususnya orangtua, juga banyak mempengaruhi perilaku memilih anak kelak ketika mereka dewasa. Karena itulah kerap ditemukan loyalitas yang turuntemurun yang sulit diganggu gugat dari sebuah keluarga terhadap partai politik atau figur tertentu yang bertarung dalam pemilu.
14 Loyalitas Pemilih Tujuan utama dalam mengembangkan hubungan relasional dengan masyarakat adalah menciptakan loyalitas konstituen terhadap partai politik atau kandidat individu, karena masing-masing kandidat berharap bahwa partai politik mereka terus memenangkan pemilu dimasa-masa mendatang. Hal ini tidak akan tercapai tanpa loyalitas pemilih. Konstituen yang loyal akan mengurangi ketidakpastian yang terjadi di tengah-tengah para pemilih dalam memilih partai politik tertentu. Firmanzah (2008) loyalitas pemilih dapat diukur melalui 2 dimensi: 1. Keterlibatan, ikatan dan dukungan terhadap suatu partai politik tertentu. Bentuk dukungan ini dapat dilihat melalui diberikannya suara dalam pemilihan umum, adanya keinginan dan motivasi untuk terus melanjutkan dukungan di kemudian hari. Termasuk juga partisipasi aktif dalam acara-acara partai politik seperti tabligh akbar, rapat kerja partai, musyawarah nasional, dsb. 2. Komitmen dan tindakan nyata konstituen untuk mencoba menarik orang-orang di luar partainya agar memberikan dukungan dan memilih partai tersebut. Ketokohan seorang publik figur tentu dapat menjadi penggerak timbulnya loyalitas akan suatu partai politik, sebagaimana ketokohan Bung Karno dan garis keturunannya, yakni Megawati Sukarnoputri dan Guruh Sukarnoputra di PDI-P, Nama besar Pak Harto pada Partai Golkar, Abdurrahman Wahid di PKB, dimana kekaguman sebagian masyarakat terhadap tokoh-tokoh diatas menjembatani mereka
15 untuk menjadi pemilih loyal pada partai-partai yang didirikan atau dibesarkan oleh tokoh-tokoh dimaksud. Loyalitas tentu menjadi suatu hal yang diharapkan dalam dunia bisnis, tetapi sangat dinginkan juga dalam dunia politik. Loyalitas pemilih berarti kesetiaan dari pemilih untuk tetap mendukung suatu partai tertentu dikemudian hari, mendukung calon-calonnya pada Pilkada, dan tetap setia mengikuti perkembangan partai tersebut dikemudian hari Firmanzah (2008). Loyalitas kepada partai bisa jadi merupakan wujud loyalitas pemilih kepada tokoh-tokoh partai tersebut (Nieni, 1976), dalam hal ini kesetiaan dan loyalitas pendukung Partai Demokrat dapat merupakan gambaran loyalitas untuk selalu mendukung Susilo Bambang Yudhoyono. Kredibiltas Celebrity Endorser: 1.Daya tarik 2. Kesukaan Keputusan 3. Kepercayaan Memilih 4. Keahlian Gambar I.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama Kredibilitas Celebrity Endorser: 1. Daya Tarik 2. Kesukaan Loyalitas Pemilih 3. Kepercayaan 4.. Keahlian Gambar I.2 Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua
16 I.6 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Kredibilitas Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Celebrity Endorser Partai Demokrat, yang terdiri dari: Daya tarik, Kepercayaan, Kesukaan dan Keahlian mempunyai pengaruh terhadap keputusan memilih Partai Demokrat Kota Medan. 2. Kredibilitas Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Celebrity Endorser Partai Demokrat yang terdiri dari: Daya tarik, Kepercayaan, Kesukaan dan Keahlian mempunyai pengaruh terhadap loyalitas pemilih Partai Demokrat Kota Medan.
BAB I PENDAHULUAN. Di saat keadaaan perekonomian dunia yang sedang mengalami resesi sejak September
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di saat keadaaan perekonomian dunia yang sedang mengalami resesi sejak September 2008, banyak dari kalangan pebisnis mengalami dampaknya. Misalnya belakangan ini, di
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk brand image yang baik untuk dapat berkompetisi di pasar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menyebabkan persaingan di dunia bisnis semakin kompetitif. Kompetisi ini tidak hanya memberikan peluang tetapi juga menimbulkan tantangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan keadaan perekonomian secara global memberikan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan keadaan perekonomian secara global memberikan dampak persaingan antar perusahaan untuk dapat tetap bertahan. Dalam hal ini, perusahaan harus bisa membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting daripada daya tariknya. Endorser yang kredibel adalah orang yang. bisa dipercaya dan mempunyai keahlian tertentu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan endorser dalam komunikasi merek sangat penting. Karena menunjukan hasil positif, kebutuhan endorser pun semakin berkembang dalam bentuknya saat ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas dan globalisasi di tandai dengan semakin meluasnya produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam mempertahankan keberlangsungan hidup, berkembang serta mencapai tujuan tujuan dari perusahaan. Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup pesat adalah kartu perdana (Starterpark). Banyak produk kartu perdana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan produk telekomunikasi saat ini telah berkembang dengan pesat. Salah satu produk sarana telekomunikasi yang saat ini mengalami perkembangan pasar cukup
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya
BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Endorser Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang menyampaikan informasi mengenai suatu produk dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
10 BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 2.1 Periklanan 2.1.1 Definisi Periklanan Periklanan adalah alat promosi yang terdiri dari komunikasi nonpribadi, yang dibayar, yang digunakan oleh suatu sponsor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut adalah bagaimana memperkenalkan suatu produk atau jasa,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan untuk selalu mendapatkan cara terbaik untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasar.setiap perusahaan dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. promosi dalam marketing mix. Pesan iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pesan Iklan Pesan iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran. Iklan, personal selling, promosi, penjualan, dan publisitas semuanya merupakan komponen promosi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Iklan Televisi Menurut Hasan (2013), periklanan merupakan alat pemasaran untuk mempromosikan ide, barang, dan jasa secara non personal untuk mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan saat ini telah menyebabkan
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan saat ini telah menyebabkan perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang dan menyebabkan tingginya kompetisi
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6):
II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6): Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jasa yang disertai dengan inovasi-inovasi baru yang dilakukan. Banyak tantangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas saat ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat, dinamis, dan kompleks. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. memberikan perhatian lebih kepada usaha untuk menciptakan kepuasan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran dewasa ini telah mengalami begitu banyak perubahan, saat ini semakin disadari bahwa pemasaran tidak hanya usaha menjual produk yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perdagangan global, telah membuat semakin banyaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perdagangan global, telah membuat semakin banyaknya barang-barang dan jasa yang membanjiri pasar. Para konsumen, ditawari akan pilihan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan media promosi yang efektif. Iklan efektif dalam menarik. perhatian konsumen serta dapat menstimulus perilaku konsumen.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Saat ini pemasar menghadapi persaingan yang semakin ketat termasuk dalam kegiatan beriklan.dalam bidang pemasaran, iklan merupakan media promosi yang efektif. Iklan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan selebriti pendukung (celebrity endorser) dilakukan oleh Arina (2007) dengan judul Pengaruh Selebriti Pendukung (celebrity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia politik adalah suatu pasar, dalam pasar itu terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan. Dan seperti halnya pertukaran dalam dunia bisnis yang perlu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ini, perusahaan dituntut agar semakin gencar mengembangkan strategi pemasarannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi dan kegiatan bisnis yang semakin pesat saat ini, perusahaan dituntut agar semakin gencar mengembangkan strategi pemasarannya untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diketahui dan dikenal (Sabdosih dan Djumillah, 2013). Celebrity endorser sering
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Celebrity Endorser Celebrity endorser adalah salah satu metode promosi yang paling popular di dunia, dengan menggunakan celebrity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada dunia industri memaksa banyak produsen bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan pada dunia industri memaksa banyak produsen bisnis produk melakukan berbagai macam strategi dalam menarik minat konsumen. Strategi ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini persaingan dalam dunia bisnis dirasakan semakin ketat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini persaingan dalam dunia bisnis dirasakan semakin ketat dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan sejenis yang menawarkan produk atau jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era gobalisasi dewasa ini, komunikasi merupakan hal yang sangat esensial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era gobalisasi dewasa ini, komunikasi merupakan hal yang sangat esensial dalam membentuk profit dan kemajuan suatu perusahaaan. Perusahaan yang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreatif dan inovatif dalam menjalankan kegiatan usahanya. Berbagai upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin membaik, mendorong timbulnya laju persaingan dunia usaha. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dan inovatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penulisan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penulisan Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi yang terjadi antara satu pihak dengan pihak yang lain. Memenuhi kebutuhan kita sebagai mahluk sosial, tidak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Endorser Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang menyampaikan informasi mengenai suatu produk dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa, yang menyebabkan persaingan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong timbulnya laju persaingan di dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya perusahaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. mengenai posisi studi ini dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembahasan pada bab ini dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai posisi studi ini dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu berdasarkan variabel-variabel yang menjadi objek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan lagi di televisi ataupun radio melainkan internet. Detik.com, vivanews.com,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bersama banyak sudah portal berita yang bermunculan bukan lagi di televisi ataupun radio melainkan internet. Detik.com, vivanews.com, kompas.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi serta perkembangan teknologi di Indonesia. serta menjadi sarana berbelanja. Berbelanja secara online dinilai lebih
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi serta perkembangan teknologi di Indonesia membuat internet menjadi salah satu media yang disukai oleh masyarakat, karena internet dapat memberikan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor penentu keberhasilan program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan mengembangkan strategi promosi yang merupakan salah faktor penentu keberhasilan program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada dan calon konsumen, dan mereka menonjolkan image bahwa merek mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin tajam, perusahaan berlomba-lomba untuk menawarkan merek mereka kepada konsumen yang ada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada zaman sekarang ini persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat. Perusahaan harus pintar dalam memperhatikan situasi persaingan dan cermat mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan lajunya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan lajunya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, serta pertumbuhan industri yang semakin pesat, menyebabkan situasi semakin tajam persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Di dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat ini, konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka (Lasty, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin membaik, mendorong timbulnya laju persaingan dunia usaha. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dan inovatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginan konsumen, khususnya perempuan agar tampil lebih cantik dan menarik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini didukung dengan berdirinya bermacam-macam partai politik. Diawali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara republik yang menganut dasar demokrasi atau kebebasan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan pemikiran. Kondisi ini didukung dengan berdirinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan persaingan di dunia usaha yang semakin kompleks, dinamis, dan serba tidak pasti, perusahaan pun dituntut untuk dapat melakukan inovasi dalam mempromosikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Perdagangan bebas dan globalisasi ditandai dengan semakin meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciPENGARUH ATTRACTIVENESS DAN CREDIBILITY BRAND IMAGE FRESHCARE
PENGARUH ATTRACTIVENESS DAN CREDIBILITY BRAND IMAGE FRESHCARE Achmad Munif Irawan (achmadmunif23@gmail.com) Endah Pri Ariningsih, S.E., M.Sc (rienendah@gmail.com) Wijayanti, S.E., M.Sc (wijayantiaq2@yahoo.co.id)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi politik yang hadir bersamaan dengan liberalisasi ekonomi dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam pemilihan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri kosmetik di Indonesia saat ini tergolong baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri kosmetik di Indonesia saat ini tergolong baik. Masyarakat terutama kaum wanita, semakin sadar akan pentingnya kosmetik sebagai kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Memahami konsumen di seluruh dunia tentang pendapat mereka terhadap aktivitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Memahami konsumen di seluruh dunia tentang pendapat mereka terhadap aktivitas pemasaran global merupakan topik penting untuk perusahaan-perusahaan multinasional, namun
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. banyak ahli mengemukakan definisi tentang pemasaran yang terlihat memiliki sedikit
II. LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam siklus yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. Sejak orang mengenal kegitan pemasaran, telah banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari bauran komunikasi pemasaran atau bauran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian dari bauran komunikasi pemasaran atau bauran promosi adalah periklanan. Periklanan merupakan suatu bentuk presentasi non personal dan promosi
Lebih terperinciPemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan
Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga membuat pelaku bisnis berlomba-lomba dalam memasarkan produk mereka dengan harapan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi Komunikasi Politik adalah perencanaan komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh dengan sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menawarkan produk-produk yang sejenis baik melalui media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi perdagangan bebas saat ini yang sedang berkembang menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang menawarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keinginan dan tuntutan adanya pemilihan langsung sebenarnya diilhami praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek politik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat
Lebih terperinci2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA
BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK SELEBRITAS SEBAGAI MODEL IKLAN (CELEBRITY ENDORSER) TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK SELEBRITAS SEBAGAI MODEL IKLAN (CELEBRITY ENDORSER) TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis identik dengan persaingan. Persaingan yang terjadi bahkan semakin ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen dengan baik maka dibutuhkan media yang tepat. Oleh karena itu, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklan merupakan salah satu strategi komunikasi yang seringkali digunakan dalam menyampaikan pesan. Agar penyampaian pesan dapat diterima konsumen dengan baik maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan pesta, yang di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2014. Pemilu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis dewasa ini dirasakan semakin ketat seiring dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan sejenis yang menawarkan produk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mungkin kompetensi yang mereka miliki. Agar dapat memenangkan persaingan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi ekonomi dunia sekarang ini, banyak perusahaan yang bersaing untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan menunjukkan semaksimal mungkin kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat dengan masyarakat. Bukan hanya para penyelenggara pemerintahan yang mempraktekan ilmu tersebut. Setiap
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA IKLAN PARTAI POLITIK DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PADA PEMILU 2009
HUBUNGAN ANTARA IKLAN PARTAI POLITIK DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PADA PEMILU 2009 Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat S-1 Oleh : ISTIYANI PRATIWI F 100 040 087 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesaing baru maupun pesaing yang sudah ada yang bergerak dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia telah berkembang sangat pesat, hal ini menyebabkan kondisi persaingan dunia bisnis dewasa ini semakin bertambah ketat. Semakin tingginya
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian
BAB II KERANGKA TEORI Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2006:55). Dalam pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami ketertinggalan dalam perkembangan produk-produk fashionnya. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung, sebagai salah satu pusat fashion di Indonesia tidak pernah mengalami ketertinggalan dalam perkembangan produk-produk fashionnya. Hal ini membuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu hubungan Celebrity Endorsers sebagai penyampaian pesan iklan dengan minat beli konsumen pada produk Shampo Sunsilk,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkembang dan mendapatkan laba, serta dapat memberikan kepuasan pada. konsumen jika menginginkan usahanya tetap berjalan.
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. Dalam salah satu perusahaan, pemasaran merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki daya tarik tersendiri untuk memasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di era globalisasi persaingan bisnis dalam bidang pemasaran produk sangat ketat. Melihat persaingan yang sangat ketat perusahaan saling bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mulai bergeser dari pengobatan modern menuju ke pengobatan tradisional.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecendrungan hidup masyarakat dalam bidang pengobatan sepertinya sudah mulai bergeser dari pengobatan modern menuju ke pengobatan tradisional. Masyarakat mulai menyukai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I 1.1 Latar Belakang Clothing Company adalah istilah yang digunakan untuk perusahaan yang
BAB I 1.1 Latar Belakang Clothing Company adalah istilah yang digunakan untuk perusahaan yang memproduksi pakaian jadi dibawah brand mereka sendiri. Dalam kata lain clothing merupakan kategori untuk brand/merk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi persaingan yang semakin ketat saat ini membuat perusahaan harus dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya mereka dengan efektif dan efisien, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan, salah satunya adalah strategi pemasaran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang cepat, dan pertumbuhan proporsi konsumen akan membawa gelombang belanja konsumen semakin besar. Konsumen merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
DAFTAR ISI Persembahan.................................... i Abstrak.................................... ii Ringkasan Eksekutif.................................... iii Lembar Pengesahan........................................
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan di dunia bisnis saat ini semakin kompleks, dinamis dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia bisnis saat ini semakin kompleks, dinamis dan serba tidak pasti. Perubahan serta pertumbuhan ekonomi dan kegiatan bisnis yang pesat semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha di dunia termasuk Indonesia. Persaingan-persaingan yang terjadi terutama berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian pada dewasa ini sedang mengalami suatu kemajuan yang pesat, hal ini seiring dengan berkembangnya teknologi dan arus informasi yang cepat sehingga
Lebih terperinciPENGARUH DEAD ENDORSER PADA KEPRIBADIAN MEREK PADA IKLAN KUKU BIMA ENER G DI TELEVISI (Survei pada Konsumen Kuku Bima Ener G di Purworejo)
PENGARUH DEAD ENDORSER PADA KEPRIBADIAN MEREK PADA IKLAN KUKU BIMA ENER G DI TELEVISI (Survei pada Konsumen Kuku Bima Ener G di Purworejo) Cahyo Wibowo email: c.w1bi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menetapkan strategi yang tepat bagi perusahaan sehingga dapat menarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dituntut untuk lebih kreatif membuat suatu terobosan baru atau produk yang belum pernah dipikirkan oleh pesaing ataupun untuk lebih kreatif dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Komunikasi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, oleh karena itu manusia membutuhkan komunikasi dimana
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain di sekelilingnya, oleh karena itu manusia membutuhkan komunikasi dimana komunikasi itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling dikenal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling dikenal dan yang paling efektif sekaligus paling umum digunakan dalam upaya mengarahkan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum presiden 2014 semakin ketat dan sangat bersaing tidak hanya dibutuhkan kemampuan dari kandidat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk B dan produk-produk yang lain, dan penentuan keputusan sangat. stimulus-stimulus yang diberikan dalam bentuk iklan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumen memiliki peran penting dalam dunia marketing dan iklan. Masing-masing konsumen pastilah memiliki alasan yang berbeda-beda dalam mengambil keputusan
Lebih terperinci