BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui kandungan bakteriologis (Escherechia coli dan Salmonella sp.) air

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui kandungan bakteriologis (Escherechia coli dan Salmonella sp.) air"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui kandungan bakteriologis (Escherechia coli dan Salmonella sp.) air sumur gali di daerah kawasan peternakan dan kejadian diare di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan pada air sumur gali di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-biru. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena di Desa Namo Suro Baru terdapat banyak peternakan serta pada umumnya masyarakat Desa Namo Suro Baru menggunakan air sumur sebagai sumber air minum dan air bersih. Pemeriksaan sampel E.coli dan Salmonella sp. dilakukan di di Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) dan Laboratorium Mikrobiologi FK USU Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari April

2 Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sumur gali yang ada di Dusun 1 dan 3 Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru sebanyak 21 sumur gali Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sumur gali dari Dusun 1 dan 3 Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling yaitu menjadikan seluruh populasi masuk ke dalam sampel penelitian sebanyak 21 kepala keluarga yang menggunakan air sumur gali untuk melihat kandungan Escherichia coli, Salmonella sp dan kejadian diare. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran bakteriologis (Escherechia coli dan Salmonella sp) air sumur gali masyarakat yang diukur di laboratorium dan data kejadian diare diperoleh dengan membagikan pertanyaan dalam bentuk kuisioner pada masyarakat Data Sekunder Data yang diperoleh dari Puskesmas Biru-Biru tentang kejadian diare. Data kependudukan dan deskripsi lokasi penelitian akan diperoleh dari kantor Desa Namo Suro Baru. 3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1Pengambilan Sampel Air Sumur Gali dan Pengiriman ke Laboratorium 1. Dibuka kertas yang ada di botol yang sudah disterilkan secara perlahan.

3 42 2. Lalu lilitkan tali yang ada mengelilingi botol ke tangan seperlunya. 3. Buka botolnya yang dilapisi dengan koran, panaskan dengan menggunakan pinset dan spritus, usahakan jangan sampai terkena sesuatu yang dapatmemengaruhi sterilnya botol. 4. Uraikan tali yang dililitkan pada tangan, dan masukkan botol ke dalam sumurdengan tenang, teliti dan hati-hati, agar tidak menyentuh dinding sumur sehingga tidak terkontaminasi, batas mininimal 10cm dalam air (bila tinggi air memungkinkan). 5. Ambil airnya dgn ¾ air dari botol, krn ¼ untuk bernapas e.coli. 6. Angkat perlahan ke atas, Kemudian sterilkan mulut botol dengan dipanaskan pada api spritus. 7. Berikan label pada botol, yang terdiri dari nama dan alamat, waktu dantanggal pengambilan, tempat sampel air diambil, asal sampel air Pemeriksaan Escherichia Coli dan Salmonella sp. di Laboratorium Alat dan Bahan Alat : a. Inkubator 37 0 C dan 44,5 0 C b. Inokulum Equipment c. Kawat ose d. Cawan petri e. Pipet ukur 10ml; 1ml f. Rak tabung reaksi g. Tabung durham

4 43 Bahan : a. Salmonella and Shigella Agar (SSA) b. Larutan pengencer c. Lauryl Tryptose Broth (LTB) d. Reagen konvacs e. Sampel air f. Trypton water Cara Kerja a. Pemeriksaan Escherechia coli 1. Tes Perkiraan (Presumtive Test) Media yang biasa digunakan adalah Lauryl Tryptose Broth (LTB) - Cara Pemeriksaan : a. Disiapkan 5 porsi tabung untuk setiap volume sampel 10ml; 0,1ml;1ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemaratau air pengolahan. - Dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/l = 10ml sampel - Dengan konsentrasi media LTB: 35,6 gr/l = 1;0,1ml sampel b. Masukkan sampel yang sudah dihomogenkan secara aseptik ke dalammasing-masing tabung media LTB. c. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan mediabercampur rata.

5 44 d. Inkubasikan pada suhu 35 C±0,5 C selama 24 jam±2 jam. - Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabungfermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasikankembali sampai 48 jam ±3jam. e. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu48jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif. Bila padatabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam ± 3jam, maka tes perkiraan dinyatakan positif. f. Kemudian tabung-tabungnya positif dilanjutkan ke tes penegasan. 2. Tes Penegasan (Confirmation Test) - Cara Pemeriksaan : a. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudiandipindahkan dengan ose ke dalam media tryptone water. b. Inkubasikan pada incubator suhu 44,5 0 C selama 24 jam ± 2 jam. c. Setelah inkubasi, tambahkan 0,2 0,3 ml reagen kovacks ke dalam masing-masing tabung tryptone water - Bila terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes penegasan dinyatakan postif. - Bila tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes penegasan dinyatakan negatif. Hitung MPN Escherichia coli dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung tryptone water yang positif Escherichia coli, jumlah tabung tryptone water, yang positif dibaca pada tabel MPN.

6 45 b. Pemeriksaan Salmonella sp. - Cara Pemeriksaan : a. Menyiapkan cawan petri dan media SSA b. Memindahkan 1 ml air sampel ke dalam cawan petri dengan menggunakan pipet ukur secara aseptik. c. Menuangkan medium SSA ke dalam cawan petri. d. Menghomogenkan medium SSA dengan air sampel pada cawan petri. e. Mengamati keberadaan bakteri Salmonella sp. pada media di cawan petri. f. Dicatat koloni-koloni yang tumbuh 3.6 Defenisi Operasional 1. Konstruksi sumur gali adalah suatu konstruksi sumur yang digunakan oleh masyarakat Desa Namo Suro Baru untuk mengambil air tanah yang akan di observasi berupa tutup sumur, bibir sumur, cincin sumur, lantai, saluran pembuangan air limbah dan jarak dengan peternakan. 2. Air sumur gali adalah air yang di ambil dari sumur gali sebagai sampel yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium. 3. Kualitas air sumur gali adalah keadaan mutu air sumur gali yang beresiko terpapar oleh pencemaran bakteriologis di daerah kawasan peternakan Desa Namo Suro Baru. Dan akan diteliti berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan dibandingkan dengan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/ix/1990.

7 46 4. Kandungan Escherichia coli dan Salmonella sp. dalam air adalah bakteri yang terdapat dalam air yang keberadaannya dapat menularkan penyakit pada orang yang mengkonsumsinya. 5. Kejadian diare adalah keadaan yang dialami oleh anggota keluarga di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru, berupa buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dan konsistensinya cair dalam 1 bulan terakhir. 3.7 Aspek Pengukuran 1. Keadaan konstruksi sumur gali dinilai berdasarkan lembar observasi langsung ke lapangan yang menggambarkan keadaan fisik dari sumur. Keadaan fisik sumur akan dinilai berdasarkan syarat-syarat fisik sumur yang telah ditetapkan, apabila salah satu dari syarat yang telah ditetapkan seperti tutup sumur, bibir sumur, cincin sumur, lantai kedap air, saluran pembuangan air limbah dan jarak dengan peternakan tidak dipenuhi maka konstruksi sumur dinyatakan tidak memenuhi syarat. 2. Pengukuran kualitas Bakteriologis ( Escherichia coli dan Salmonella sp.) dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium (berdasarkan Permenkes RI No.416 tahun 1990). a. Memenuhi persyaratan apabila kandungan Escherichia coli dan Salmonella sp. dalam air bersih dalam jumlah per 100 ml air adalah 0. b. Tidak memenuhi persyaratan apabila kandungan Escherichia coli dan Salmonella sp dalam jumlah per 100 ml air bersih >0. 3. Pengukuran kejadian diare yaitu : a. Ya, jika ada anggota keluarga menderita diare dalam 1 bulan terakhir.

8 47 b. Tidak, jika anggota keluarga tidak menderita diare dalam 1 bulan terakhir. 3.8 Analisa Data Data dari hasil pemeriksaan Bakteriologis (Escherechia coli dan Salmonella sp.) air sumur gali yang telah diperiksa di laboratorium akan diolah dan dianalisa secara deskriptif dan dibandingkan dengan Permenkes RI No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Kualitas Air, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dijelaskan dalam bentuk narasi. Sedangkan data yang telah diperoleh dari hasil lembar kuisioner kejadian diare akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan akan dinarasikan, kemudian akan dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan gambaran kejadian diare di desa Namo Suro Baru.

9 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Peneltian Keadaan Geografis Kecamatan Biru-Biru mempunyai luas kurang lebih 100,5 Km 2, atau Ha, terdiri dari 17 Desa dan 89 Dusun dengan Ibu kota Kecamatannya adalah Desa Biru-Biru. Kecamatan Biru-Biru memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Sibolangit d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan STM. Hilir/Patumbak Bagian terbesar dari wilayah ini terdiri dari pegunungan dan bukit yang dialiri oleh sungai-sungai seperti : Sungai Seruai, Betala dan Simeimei, dan lainlain. Tanah datar/rata terdapat dibagian utara, dimana Kecamatan Biru-Biru adalah 60% berbukit dan 40% datar Gambaran Demografi Jumlah penduduk Kecamatan Biru-Biru berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Camat tahun 2016 sebanyak jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa. 48

10 49 Desa Namo Suro Baru memiliki jumlah penduduk sebanyak 1228 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 340 KK. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 621 jiwa sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 607 jiwa. Dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru- Biru Tahun 2017 No Dusun Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Jiwa Jumlah KK 1 I Namo Suro Baru II Namo Suru Lama III Namo Pecawir IV Terang Bulan Jumlah Sumber: Profil Kecamatan Biru-Biru Tahun Distribusi Penyakit Terbesar di Kecamatan Biru-Biru Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Biru-Biru tentang 10 penyakit terbesar dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Biru-Biru Tahun 2016 No Penyakit Jumlah Penderita 1 ISPA Hypertensi Diare Infeksi Peny. Usus Lain Peny. Lain ISPA Bronchitis Asma Peny. Lain ISPB Peny. Mata Lain Peny. Kulit Jamur 102

11 Kondisi Peternakan di Desa Namo Suro Baru Gambaran kondisi peternakan yang ada di Desa Namo Suro Baru dapat kita lihat pada di bawah. Tabel 4.3 Kondisi Peternakan di Desa Namo Suro Baru No Peternakan 1 Peternakan 2 1 Jarak peternakan dengan 8 m 9 m pemukiman 2 Jarak kandang dengan pagar 15 m 5 m 3 Tipe ukuran kandang 560 m/kandang 360 m/kandang 4 Jumlah populasi ternak 7000 ekor/kandang 4000 ekor/kandang 5 Pengangkutan kotoran ayam Per priodik panen Per priodik panen 6 Lokasi penumpukan kotoran Di bawah kandang Di bawah kandang 7 Perlakuan pada bangkai ayam Dibakar Dibakar Jumlah peternakan yang terdapat di Desa Namo Suro baru Kecamatan Biru-Biru berjumlah 2 (dua) peternakan yaitu di dusun 1 dan dusun 3. Peternakan yang terdapat di dusun 1 merupakan peternakan dengan produktifitas ternak yang cukup besar dengan pengelolaan yang tergolong dalam kategori baik. Peternakan pertama ini merupakan kategori peternakan yang dikelola dalam skala menejemen perusahaan. Kondisi fisik kandang ternak tampak tertata rapi dengan bangunan kandang permanen dan terkelola dengan baik. Terdapat 8 kandang dengan tipe close house dan ukuran kandang 560 m dengan populasi ternak berjumlah ekor atau ekor ayam ternak pada setiap kandang. Posisi antara kandang dengan pagar pembatas peternakan adalah sejauh 15 meter pada setiap sisi bangunan kandang ternak. Adapun jarak antara peternakan dengan pemukiman warga tergolong dalam jangkauan yang dekat yaitu sekitar 800 cm dari pemukiman warga sehingga dapat mengindikasikan terjadinya pencemaran dari kotoran.

12 51 Tingkat kebersihan kandang dan tata kelola sanitasi kandang ternak terkelola dengan baik. Tidak terdapat kotoran yang berserakan di sekitaran kandang. Kebersihan kandang juga selalu terjaga dengan adanya sistem clean after harvest atau pembersihan kandang secara menyeluruh setelah panen dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan agar ternak yang akan masuk selanjutnya tidak terinveksi virus atau bibit penyakit. Tata kelola pangan dengan metode modern dan tertata rapi menjadikan peternakan terkesan lebih efisien. Kandang juga terbebas dari lumut-lumut yang merupakan cikal bakal terbentuknya endemiendemi yang akan mengakibatkan penyebaran penyakit. Dalam pencegahan pencemaran lingkungan tata kelola faces ternak dilaksanakan dengan metode penumpukan kotoran dibawah kandang dan terdapat pagar pelindung serta aliran sanitasi yang baik sehingga kotoran tidak mencemari lingkungan. Pengangkutan kotoran dilaksanakan pada tiap priode panen yaitu selama 6 (enam) minggu sekali. Perlakuan yang diberikan pada bangkai ternak yang mati adalah dengan cara dibakar Peternakan kedua adalah peternakan yang terdapat di kawasan dusun 3 (tiga). Kondisi peternakan kedua tampak lebih sederhana dengan pengelolaan yang sederhana pula. Kepemilikan atas peternakan merupakan milik individu sehingga tidak terdapat proses profesionalisme juga tanpa sentuhan modern dalam tata kelola peternakan. Tipe kandang adalah opened house yaitu ukuran kandang ternak pada peternakan kedua adalah 360 m per kandang dengan jumlah sebanyak 6 kandang dengan kapasitas ekor per kandang. Material kandang terbuat dari bamboo

13 52 dan kayu atau semi permanen. Jarak pagar dengan sisi tiap kandang hanya berjarak 5 m dan hanya terbuat dari material kawat bukan beton permanen. Jarak antara kandang dengan pemukiman warga hanya berkisar 50 m yang mengakibatkan polusi udara dengan pencemaran berupa bau kotoran ternak kerap mudah untuk terhirup. Namun karena posisi kandang yang sejajar dengan pemukiman aliran limbah tidak terlalu menyebar luas kepemukiman warga tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi indikasi pencemaran jika terjadi intensitas hujan yang cukup tinggi. Tipe kandang peternakan yang sederhana mengakibatkan pengelolaan limbah fases ternak tidak terlalu terpelihara dengan baik. Walau penampungan kotoran terdapat di bawah kandang namun tidak ada pembatas khusus untuk penghambat kotoran yang mengakibatkan terdapatnya kotoran yang berserakan di sekitar kandang. Material kandang yang sederhana juga mengakibatkan pembersihan kandang saat setelah panen atau pengosongan kandang tidak sempurna. Masih terdapat residu dari kotoran atau feces yang tampak lekat dengan material lantai kandang. Bangkai ternak biasa dibakar oleh pemilik yang dimaksud agar penyakit atau virus penyebab kematian ternak tidak menyebar luas keternak lain dan lingkungan sekitar. 4.4 Gambaran Konstruksi Sumur Gali Konstruksi sumur gali berdasarkan tutup sumur gali, bibir sumur gali, cincin sumur gali, lantai kedap air, saluran pembuangan air limbah, dan jarak dengan peternakan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

14 53 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kondisi Konstruksi Sumur Gali Penduduk di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru Tahun 2017 No. Konstruksi Sumur Gali Jumlah (n) Persentase (%) 1 Tutup sumur Memiliki tutup 13 61,9 Tidak memiliki tutup 8 38,1 2 Bibir sumur gali 80 cm 16 76,2 <80 cm 5 23,8 3 Cincin sumur 300 cm 12 57,1 <300 cm 9 42,9 4 Saluran pembuangan air limbah Ada 15 71,4 Tidak ada 6 28,6 5 Lantai kedap air Kedap air 17 80,9 Tidak kedap air 4 19,1 6 Jarak dengan peternakan 10 m 18 85,7 <10 m 3 14,3 7 Jarak dengan septic tank 10 m 7 33,3 10 m 14 66,7 Total Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sumur gali yang tidak memiliki tutup sumur sebanyak 8 sumur (38.1%). Berdasarkan keadaan bibir sumur, sebagian besar bibir sumur memiliki tinggi 80 cm yaitu sebanyak 16 sumur (76,2%). Berdasarkan cincin yang memiliki tinggi <30 cm yaitu sebanyak 9 sumur (42,9%). Berdasarkan keadaan lantai sumur yang tidak kedap air yaitu sebanyak 4 sumur (19,1%). Berdasarkan keadaan saluran pembuangan limbah, yang memiliki saluran pembuangan air limbah yaitu sebanyak 15 sumur (71,4%). Berdasarkan jarak sumur gali dengan peternakan, sebagian jarak sumur gali dengan peternakan < 10 meter yaitu sebanyak 3 sumur (14,3%). Berdasarkan

15 54 jarak sumur gali dengan septic tank, sebagian besar jarak sumur gali dengan septic tank 10 meter yaitu sebanyak 14 sumur (66,7%). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konstruksi Sumur Gali Penduduk di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru Tahun 2017 No. Konstruksi Sumur Gali Jumlah (n) Persentase (%) 1 Memenuhi syarat 12 57,1 2 Tidak memenuhi syarat 9 42,9 Total Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 12 sumur (57,1%) dan yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 9 sumur (42,9%). 4.5 Kualitas Fisik Air Sumur Gali Gambaran kualitas fisik air sumur gali di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 4.6 Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru Tahun 2017 No Kualitas Fisik Air Sumur Gali Jumlah Persentase (%) 1 Berwarna Ya (kecoklatan) 4 19,1 Tidak 17 80,9 2 Berbau Ya 0 0 Tidak Berasa Ya 0 0 Tidak Total Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa air sumur yang berwarna yaitu sebanyak 4 sumur (19,1%), sedangkan air sumur yang tidak berasa dan berbau yaitu sebanyak 21 sumur(100%).

16 Gambaran Kandungan Bakteriologis Air Sumur Gali Gambaran kandungan bakteriologis air sumur gali di Desa Namo Suro Kecamatan Biru-Biru dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Hasil ini kemudian akan dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Dimana kualitas air bersih yang memenuhi syarat yaitu kandungan Escherichia coli dan Salmonella sp.dalam jumlah per 100 ml adalah 0. Tabel 4.7 Kandungan Bakteriologis (Escherichia coli dan Salmonella sp.) Pada Air Sumur Gali di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru- Biru Tahun 2017 No Sampel E.Coli Persyaratan Ket Salmonella Persya- Ket (jumlah/100ml) sp. ratan 1 Sampel TMS Positif TMS 2 Sampel TMS Positif TMS 3 Sampel TMS Negatif MS 4 Sampel TMS Negatif MS 5 Sampel TMS Negatif MS 6 Sampel 6 49 TMS Negatif MS 7 Sampel TMS Negatif MS 8 Sampel 8 14 TMS Negatif MS 9 Sampel 9 14 TMS Negatif MS 10 Sampel TMS Negatif MS 11 Sampel TMS Negatif 0 MS 12 Sampel 12 <1,8 MS Negatif (Negatif) MS 13 Sampel 13 <1,8 MS Negatif MS 14 Sampel TMS Negatif MS 15 Sampel 15 <1.8 MS Negatif MS 16 Sampel TMS Negatif MS 17 Sampel TMS Negatif MS 18 Sampel TMS Positif TMS 19 Sampel TMS Positif TMS 20 Sampel TMS Positif TMS 21 Sampel TMS Positif TMS Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

17 56 Tabel 4.8 Gambaran Kandungan Bakteriologis (Escherichia Coli dan Salmonella sp.) Pada Air Sumur Gali di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru Tahun 2017 No Kandungan Bakteriologis Jumlah (n) Persentase (%) 1 Escherichia Coli Memenuhi syarat 3 14,3 Tidak memenuhi syarat 18 85,7 2 Salmonella sp. Memenuhi syarat 15 71,4 Tidak memenuhi syarat 6 28,6 Total Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa dari 21 sampel, terdapat 18 sampel (85,7%) yang tidak memenuhi syarat kandungan bakteriologis (Escherichia coli), sedangkan 3 sampel (14,3%) memenuhi syarat kandungan bakteriologis (Escherichia coli). Berdasarkan kandungan bakteriologis (Salmonella sp.), terdapat 6 sampel (28,6%) yang tidak memenuhi syarat kandungan bakteriologis (Salmonella sp.), sedangkan 15 sampel (71,4%) memenuhi syarat kandungan bakteriologis (Salmonella sp.) yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun Tabel 4.9 Crosstab Konstruksi Sumur Gali Dengan Kandungan Bakteriologis (Escherichia Coli dan Salmonella sp.) Variabel Kandungan Escherichia Coli Tidak Memenuhi Memenuhi Syrat Syrat Kandungan Salmonella sp. Tidak Memenuhi Memenuhi Syarat Syarat n % n % n % n % Konstruksi Sumur Gali Tidak Memenuhi Syarat ,7 3 33,3 Memenuhi Syarat Total 18 85,7 3 14,3 6 28, ,4 Dari tabulasi silang maka dapat diketahui bahwa ada sebanyak 9 (100%) konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat yang memiliki kandungan

18 57 Escherichia Coli tidak memenuhi syarat sedangkan konstruksi sumur yang memenuhi syarat memiliki kandungan Escherichia Coli yang tidak memenuhi syarat sebanyak 9 dari 12 (75%) dan memiliki kandungan Escherichia Coli yang memenuhi syarat sebanyak 3 dari 12 (25%). Berdasarkan tabulasi silang antara konstruksi sumur gali dengan Salmonella sp. dapat diketahui bahwa ada sebanyak 6 dari 9 (66,7%) konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat yang memiliki kandungan Salmonella sp. tidak memenuhi syarat dan konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat memiliki kandungan Salmonella sp. yang memenuhi syarat sebanyak 3 dari 9 (33,3%) sedangkan konstruksi sumur yang memenuhi syarat memiliki kandungan Salmonella sp. yang memenuhi syarat sebanyak 12 (100%). 4.7 Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga Kejadian diare pada keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.10 Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru Tahun 2017 No. Kejadian Diare pada Keluarga Jumlah Persentase (%) 1 Ya 9 42,9 2 Tidak 12 57,1 Total Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa keluarga yang mengalami kejadian diare pada anggota keluarga adalah 9 keluarga (42,9%) yaitu 4 orang (44,5%) termasuk usia balita (0-5 tahun), 2 orang (22,3%) dalam usia 8-16 tahun, dan 3 orang (33,2%) dalam usia tahun dan yang tidak mengalami kejadian diare pada anggota keluarga sebanyak 12 keluarga (57,1%). Lamanya diare yang diderita oleh anggota keluarga yaitu 3 7 hari. Pengobatan atau pertolongan

19 58 pertama yang dilakukan terhadap kejadian diare adalah pemberian obat/oralit sebanyak 5 orang (55,5%) dan dibawa ke Bidan/Mantri sebanyak 4 orang (44,5%).

20 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Konstruksi Sumur Gali di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru Berdasarkan pada hasil observasi, terdapat 13 sumur (61,9%) yang memiliki tutup, sedangkan 8 sumur (38,1%) tidak memiliki tutup sumur. Tutup sumur gali juga menjadi hal penting untuk menjaga kualitas air sumur gali, karena tutup sumur gali yang rapat dapat mencegah pencemaran serta menghindari resiko kecelakaan tetapi sebagian besar penduduk belum menyadari bahwa tutup sumur dapat mencegah terjadinya pencemaran pada air sumurnya. Dilihat dari konstruksi sumur gali yaitu bibir sumur, terdapat 16 sumur (76,2%) yang memenuhi syarat yaitu > 80cm dan bahan kedap air. Pada umumnya bibir sumur gali telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Sejalan dengan Chandra (2007) bahwa dinding sumur gali yang kokoh dan permanen akan jadi proteksi terhadap bakteri-bakteri patogen maupun non-patogen yang ada dalam tanah, sehingga kualitas air dapat terjaga dan perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi dan harus didukung oleh bibir sumur gali yang minimal tingginya 0,8 meter. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap cincin sumur yang memenuhi syarat konstruksi sebanyak 12 sumur (57,1%). Terdapat beberapa sumur yang dinding sumurnya dibuat dari riol sumur yang setiap riolnya berukuran 1 meter. Jarak antara satu riol dengan riol lainnya tidak disemen, sehingga memungkinkan kuman atau bakteri dapat masuk melalui sela-sela dinding tersebut. 59

21 60 Lantai sumur merupakan syarat konstruksi yang harus dipenuhi. Berdasarkan hasil observasi bahwa 17 sumur (80,9%) telah terbuat dari kedap air. Menurut Chandra (2007), lantai harus terbuat darisemen dan lebarnya lebih kurang satu meter ke seluruh arah melingkari sumur dengan kemiringan sekitar sepuluh derajat ke arah tempat pembuangan air. Tujuannya agar air limbah dari hasil kegiatan di sumur tidak merembes kembali ke sumur. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) juga hal harus diperhatikan dan dipenuhi. SPAL yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan limbah hasil kegiatan di sekitar sumur dapat kembali meresap ke dalam sumur. Menurut Entjang (2000) saluran pembuangan air limbah sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Dari 21 sumur, terdapat 6 sumur (28,6%) yang saluran pembuangan air limbah yang < 10 m dan kedap air. Hal yang harus diperhatikan juga adalah jarak sumur dengan sumber pencemaran. Jika dilihat dari syarat lokasi atau jarak terhadap sumber pencemaran yaitu peternakan, terdapat 3 sumur (14,3%) yang memiliki jarak <10 m. Hal ini dapat diasumsikan bahwa air sumur gali beresiko tercemar oleh bakteriologis dari peternakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak sumur dengan peternakan menentukan tingginya kandungan bakteriologis yang ada di dalam air sumur. Dimana semakin dekat air sumur dengan peternakan maka semakin tinggi pula kandungan bakteriologis jika dibandingkan dengan air sumur yang berada jauh dari lokasi peternakan.

22 61 Menurut Entjang (2000) sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat mudah terkontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia dan hewan juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa terdapat 9 sumur yang konstruksinya tidak memenuhi syarat mengandung jumlah Escherichia Coli yang tidak memenuhi syarat sedangkan konstruksi sumur yang memenuhi syarat memiliki kandungan Escherichia Coli yang tidak memenuhi syarat sebanyak 9 dari 12 (75%) dan memiliki kandungan Escherichia Coli yang memenuhi syarat sebanyak 3 dari 12 (25%). Berdasarkan tabulasi silang antara konstruksi sumur gali dengan Salmonella sp. dapat diketahui bahwa ada sebanyak 6 dari 9 (66,7%) konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat yang memiliki kandungan Salmonella sp. tidak memenuhi syarat dan konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat memiliki kandungan Salmonella sp. yang memenuhi syarat sebanyak 3 dari 9 (33,3) sedangkan konstruksi sumur yang memenuhi syarat memiliki kandungan Salmonella sp. yang memenuhi syarat sebanyak 12 (100%). Hasil observasi di lapangan dapat dilihat bahwa kebanyakan sumur gali tidak memenuhi syarat konstruksi secara lengkap sebanyak 9 sumur (42,9%). Peneliti berasumsi bahwa konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat karena beberapa faktor, diantaranya penduduk yang tidak mengetahui tentang sumur

23 62 yang memenuhi syarat kesehatan dan dampaknya bagi kesehatan jika syarat tersebut tidak terpenuhi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Nining (2007) di Desa Nganjung Kecamatan Ngawen Klaten Jawa Tengah yang menyatakan bahwa konstruksi sumur gali paling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kandungan bakteriologis air sumur gali. Idhamsyah menyatakan bahwa konstruksi sumur memberikan pengaruh bermakna terhadap kualitas bakteri air sumur gali. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Prajawati (2008), di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang menemukan bahwa keadaan konstruksi sumur yang buruk dapat mengakibatkan resiko pencemaran sumber air, sehingga akan berdampak terhadap kualitas mikrobiologi air yang menurun. 5.2 Kandungan Bakteriologis (Escherichia coli dan Salmonella sp.) pada air Sumur Gali di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru Berdasarkan pada hasil pemeriksaan di Laboratorium terdapat 18 sampel (85,7%) yang keberadaan Escherichia coli dalam air sumur tidak memenuhi syarat dan terdapat 6 sampel (28,6%) yang keberadaan Salmomella sp. dalam air sumur yang tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan permenkes No. 416 Tahun Hasil penelitian ditemukan bahwa dari 21 sampel air sumur yang diteliti terdapat 5 air sumur yang memiliki jumlah kandungan bakteri Escherichia coli yang tinggi yaitu 1600/100 ml dan positif mengandung bakteri Salmonella sp.

24 63 Dari hasil pengamatan di Lapangan, peneliti menyimpulkan bahwa dari kelima sumur tersebut memiliki jarak yang paling dekat dengan peternakan, sehingga menyebabkan diperolehnya jumlah kandungan bakteri yang sangat tinggi dibandingkan dari semua sumur yang diamati. Penelitian Chairunnisa (2012), yang menyatakan jarak sumber pencemar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas bekteriologis air sumur gali. Hal ini mungkin disebabkan karena lapisan tanah yang akan menyaring semua material yang melewatinya termasuk bakteri. Bakteri yang terdapat dalam tanah dapat mencapai air tanah dengan proses infiltrasi. Proses infiltrasi dipengaruhi oleh gaya gravitasi maupun gaya kapiler. Gaya gravitasi bersifat mengalirkan air secara vertikal kedalam tanah sedangkan kapiler bersifat mengalirkan air secara tegak lurus, keatas, kebawah dan arah horizontal. Sehingga semakin jauh semakin sedikit jumlah bakteri karena mengalami penyaringan oleh tanah atau material penyusun tanah (Asdak, 2007) Penelitian ini sesuai dengan penelitian Herlin (2002) di Desa Tandem Kcamatan Stabat Kabupaten Langkat yang menyatakan bahwa semakin jauh jarak sumur dari tempat pembuangan limbah/kotoran peternakan ayam maka akan semakin berkurang kadar mikrobiologis dalam air sumur. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Prajawati (2008) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara lokasi sumur (jarak antara sumur gali dengan sumber pencemar) dengan kualitas mikrobiologis air sumur.

25 64 Air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar yang ditetapkan dan harus ada jaminan bahwa air yang dikonsumsi aman untuk kesehatan. Karena cukup banyak hal yang dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan pada air tersebut, misalnya pencemaran. Desa Namo Suru Baru merupakan salah satu desa di Kecamatan Biru-Biru yang berada di daerah kawasan peternakan, dengan adanya peternakan tersebut memungkinkan terjadinya pencemaran oleh bakteriologis. 5.3 Gambaran Kejadian Diare Pada Keluarga di Desa Namo Suro Baru Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada 21 kepala keluarga (KK) di Desa Namo Suro Baru diperoleh data bahwa keluarga yang mengalami kejadian diare pada anggota keluarga adalah sebanyak 9 keluarga (42,9%). Sekitar 44,5% yang menderita diare adalah anak balita, 22,3% dalam usia 8-16 tahun, dan 33,2% dalam usia tahun, lama diare yang dialami adalah 3 7 hari. Anggota keluarga yang menderita diare diberikan pertolongan pertama dengan memberikan oralit ataupun obat-obatan yang biasa dibeli di warung, dan ada juga yang berobat ke bidan. Kejadian diare yang terjadi pada keluarga di Desa Namo Suro Baru diasumsikan karena penduduk yang menggunakan air sumur sebagai keperluan minum, masak, mencuci, mandi, dan kakus. Selain itu, air sumur yang digunakan dapat mengkontaminasi peralatan makan (piring, sendok, gelas, dan lainnya) pada saat mencuci piring. Menurut Depkes RI (2003) setiap peralatan makan harus selalu dijaga kebersihannya. Alat makan belum terjamin kebersihannya karena

26 65 pada alat makan telah tercemar bakteri Escherichia coli yang menyebabkan alat makan tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu, diperlukan pencucian peralatan makan sangat penting diketahui secara mendasar dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula.

27 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru tentang analisis kandungan bakteriologis (Escherichia coli dan salmonella sp.) pada air sumur gali di daerah kawasan peternakan dan kejadian diare di Desa Namo Suro Baru Kecamatan Biru-Biru tahun 2017, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi peternakan yang terdapat di Desa Namo Suro baru tergolong dalam kondisi yang baik, namun lokasi yang terlalu dekat dengan pemukiman mengakibatkan terjadinya pencemaran air sumur gali yang terdapat di sekitar pemukiman warga. 2. Konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 12 sumur (57,1%) danyang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 9 sumur (42,9%). 3. Kandungan bakteriologis air sumur gali yaitu Escherichia coli yang keberadaannya tidak memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes no.416 Tahun 1990 sebesar 85,7%. Kandungan Escherichia coli tertinggi adalah 1600/100 ml. 4. Kandungan Salmonella sp. yang tidak memenuhi syarat sebesar 28,6% yaitu sebanyak 6 air sumur gali yang positif mengandung Salmonella sp. 5. Keluarga yang menderita diare, 50% adalah usia balita (0-5 tahun), 25% dalam usia 8-16 tahun, dan 25% dalam usia tahun. 66

28 Saran 1. Sebaiknya dilakukan penyuluhan secara berkala tentang persyaratan sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Melakukan pengolahan air sumur yang tidak memenuhi syarat dengan penambahan kaporit. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor-faktor lainnya terhadap kandungan bakteriologis pada air sumur gali di lingkungan tersebut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Setelah dilakukan penelitian sampel air bersih sebanyak 20 sarana sumur gali yang jarak sumur dengan jamban kurang dari 10 meter, dinding sumur kurang dari 3 meter,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel air diambil dari air sumur gali yang berada di Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang yang selanjutnya sampel air dianalisa di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Diloniyohu Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo, dan untuk pengujian kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di 2 (dua) tempat yang berbeda, yaitu : a. Lokasi observasi dan pengambilan 1sampel dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo Tahun 2014. Waktu penelitian ini pada bulan Januari

Lebih terperinci

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS Anna Yuliana Program Studi S1Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi KUALITAS BAKTERIOLOGI AIR SUMUR BERSEMEN DI DESA PESISIR KECAMATAN LIKUPANG TIMUR MINAHASA UTARA Elmerilia Tandilangi*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Sri Seprianto Maddusa* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula.1

Lebih terperinci

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL Heriyani Hasnawi 811408035 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian yaitu di Desa Boludawa. Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian yaitu di Desa Boludawa. Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. 37 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian yaitu di Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian dilakukan dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 Km atau sekitar 0,53 % dari

Lebih terperinci

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017 KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017 Albina Bare Telan 1, Agustina 2, Dison Baok 3 1 Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam penelitian ini adalah kompleks pasar sentral Kota Gorontalo. 3.2 Desain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, tiga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia. Pada zaman dahulu beberapa orang senantiasa mencari tempat tinggal dekat dengan air, dikarenakan agar mudah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan rakyat Indonesia, karena fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok sehari-hari, seperti memasak,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian Air Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional untuk mengetahui hubungan antara jarak perpipaan distribusi air perpipaan Instalasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar Sentral Kota Gorontalo. Dari keseluruhan penjual

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pemanfaatan sumber daya alam (Soegianto, 2005). Salah satu komponen

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pemanfaatan sumber daya alam (Soegianto, 2005). Salah satu komponen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belakangan ini terjadi peningkatan intensitas penurunan kualitas keadaan lingkungan yang dipicu oleh adanya peledakan jumlah penduduk. Saat ini, selain menghadapi

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo kemudian diteruskan dengan pemeriksaan bakteri Salmonella sp. di

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo kemudian diteruskan dengan pemeriksaan bakteri Salmonella sp. di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian dilakukan pada warung-warung minuman yang menjual Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di taman kota Damay kecamatan Kota Selatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Teknologi Pascapanen dan Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk sekitar Kecamatan Semampir Surabaya dari 5 kelurahan diantaranya Ujung, Ampel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR TPA TAMANGAPA DENGAN PARAMETER BIOLOGI Farida Nur Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin ABSTRAK TPA Tamangapa merupakan tempat

Lebih terperinci

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO. UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO. Oleh : Novrianti Kaharu Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di Balai Laboratorium Kesehatan Medan. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah garam buffer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian survei ini bersifat Deskriptif yaitu mengetahui gambaran hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur yang dijual oleh

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden (59,1%) mengalami kejadian diare. Beberapa penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat survei deskriptif yaitu melihat kondisi

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat survei deskriptif yaitu melihat kondisi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat survei deskriptif yaitu melihat kondisi galon dan kondisi dispenser serta melihat perilaku konsumen AMDK galon kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dilingkungan Universitas Negeri Gorontalo yang berjumlah 9 penjual jajanan bakso, yang terdiri dari 3 kantin ( kantin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

TINGKAT KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH DI DESA SOSIAL KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

TINGKAT KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH DI DESA SOSIAL KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO TINGKAT KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH DI DESA SOSIAL KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO Lintje Boekoesoe Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di alam ini tidak dapat berlangsung, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Tubuh manusia sebagian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN Sampel Kode sampel Tes perkiraan Tes penegasan MPN Air Bersih 290/B/AB/02/201 4 5-1-0 5-1-0 33 Lampiran 2 Flowsheet Pembuatan

Lebih terperinci

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering. Lampiran 1.Flowsheet Pembuatan Media Lactose Broth Double Ditimbang seksama media Lactose Broth Double sebanyak 52 gr. Dimasukkan ke dalam beaker gelas. Dilarutkan dalam 1 liter aquadest. Dimasukkan magnetic

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO Indra Anggriani Buka, Rany Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi manusia yang selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI Enda Silvia Putri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, Meulaboh Email: endasilvia@utu.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan mendeskriptifkan atau memberi gambaran tentang hygiene sanitasi dan uji

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasit dan waktu penelitiannya yaitu : Lokasi pengambilan sampel air sumur ini yaitu di Dusun III, Desa Pulubala

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasit dan waktu penelitiannya yaitu : Lokasi pengambilan sampel air sumur ini yaitu di Dusun III, Desa Pulubala BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasit dan waktu penelitiannya yaitu :.. Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan sampel air sumur ini yaitu di Dusun III, Desa Pulubala Kecamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011 IDENTITAS RESPONDEN 1. Nomor Responden

Lebih terperinci

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Es digunakan sebagai salah satu metode atau cara pengawetan bahan-bahan makanan, daging, ikan, makanan dalam kaleng, serta digunakan untuk pendingin minuman. Es yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN Oleh: Mulia Susanti dan Ika Nurasih Akademi Analis Kesehatan Pekalongan, Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif, yaitu penelitian yang menjajaki sesuatu informasi sementara atau kasus yang belum dikenal atau

Lebih terperinci

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Bilungala Utara Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Konstruksi Sumur Gali, Jarak Sumber Pencemar, Kualitas Mikrobiologis Air.

Kata Kunci : Konstruksi Sumur Gali, Jarak Sumber Pencemar, Kualitas Mikrobiologis Air. HUBUNGAN ANTARA KONSTRUKSI SUMUR GALI DAN JARAK TERHADAP SUMBER PENCEMAR DENGAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI DI DESA MOYONGKOTA KECAMATAN MODAYAG BARAT Frisky Brain Mangarey* Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga November 2015. Lokasi pengambilan sampel penelitian berada di Sumber air

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan ini, manusia/masyarakat memiliki berbagai alternatif antara lain membeli dari perusahaan penyedia

Lebih terperinci

HASRIA ALANG Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, STKIP-PI Jl. A.P. Pettarani No. 99 B Makassar

HASRIA ALANG Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, STKIP-PI Jl. A.P. Pettarani No. 99 B Makassar Deteksi Coliform Air PDAM di Beberapa Kecamatan Kota Makassar HASRIA ALANG Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, STKIP-PI Jl. A.P. Pettarani No. 99 B Makassar 90125 email: hasriaalang@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Waktu dalam kurun waktu 2 bulan, yang dimulai di awal bulan April dan selesai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan

Lebih terperinci

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO)

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO) Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014: 967-971 Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO) Rica Denis Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Pengguaan air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika

Lebih terperinci

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI DI DESA KAWANGKOAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2015 Wildan Akbar*, Jootje M.L. Umboh *, Paul A.T. Kawatu*

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten 3.1 Lokasi dan Tempat Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bone Bolango. sedangkan untuk melihat ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo yang

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Meiko Komendangi NIM 811409156 Program Study Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor penyebab kontaminasi makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Kos Smart Center Kota Gorontalo dan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Kos Smart Center Kota Gorontalo dan 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Kos Smart Center Kota Gorontalo dan pengujiannya dilaksanakan di laboratorium. 3.1.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KerangkaPenelitian Tahapan dalam penelitian ini dimulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian dibawah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. selesai. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium FIKKES Universitas. Muhammadyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang No. 2A Semarang.

METODE PENELITIAN. selesai. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium FIKKES Universitas. Muhammadyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang No. 2A Semarang. 7 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. A. Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April 2007 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 Ismiaty Abdullah Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air, tanpa air tak akan ada kehidupan termasuk manusia. Kebutuhan air

Lebih terperinci

Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih. terkontaminasi dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu

Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih. terkontaminasi dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih Jarak 10 meter antara tangki septic (septic tank) dan sumur telah menjadi pengetahuan umum dan populer di masyarakat. Alasannya, agar air sumur tidak terkontaminasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp,

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp, 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini tertuju pada

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK LANJUT

RENCANA TINDAK LANJUT RENCANA TINDAK LANJUT BAHAN AJAR DIKLAT FUNGSIONAL Oleh : Drs. Siswanta Jaka Purnama, Apt, MKes NIP : 19631028 198911 1001 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENGEMBANAGAN SUMBER DAYA MANUSIA BAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kebutuhan semua makhluk yang ada di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup juga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang akan menjelaskan hubungan variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012 di Bagian Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera utara.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode difusi Kirby bauer. Penelitian di lakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG Insani Nashiroh*), M. Sakundarno Adi**), Lintang Dian Saraswati**) *)Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip

Lebih terperinci

Alat dan Bahan : Cara Kerja :

Alat dan Bahan : Cara Kerja : No : 09 Judul : Uji kualitatif dan kuantitatif Bakteri Coli (Coliform) Tujuan : - Untuk menentukan kehadiran bakteri coliform dalam sampel air - Untuk memperkirakan jumlah bakteri coliform dalam sampel

Lebih terperinci

Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU, Medan, 20155, Indonesia

Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU, Medan, 20155, Indonesia HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013 Marina Aprina 1 ; Evi Naria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Survei morbiditas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini diawali dengan mengkaji tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku jamu gendong dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Mikrobiologi. 1.1 Pengujian E. coli dengan Metode TPC (BAM, 2002)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Mikrobiologi. 1.1 Pengujian E. coli dengan Metode TPC (BAM, 2002) Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Mikrobiologi 1.1 Pengujian E. coli dengan Metode TPC (BAM, 2002) - Sampel ditimbang sebanyak 1 g secara aseptik kemudian dimasukkan ke dalam wtabung reaksi - 9 ml larutan

Lebih terperinci