IX. PROFIL IBU YANG MENDAPATKAN KREDIT
|
|
- Agus Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IX. PROFIL IBU YANG MENDAPATKAN KREDIT Pendataan terhadap responden yang menerima kredit mikro menujukkan 17,08% atau 27 keluarga responden menerima bantuan kreditlpinjaman dari 158 keluarga sampel. Gambar 22 memperlihatkan sebagian besar keluarga yang menerima kredit adalah keluarga ibu bekerja (70,37%)). Anggota keluarga pada keluarga ibu tidak bekerja yang menerima kredit adalah mayoritas KK sebanyak 25,93% sedangkan ibu mmah tangga hanya 3,70%. Pada keluarga ibu bekerja anggota keluarga yang lebih banyak menerima kredit adalah ibu mmah tangga (66,67%) sedangkan KK hanya 3,70%. I i ' ~ Ibu Rumah Tangga I Yang menerima kredit: ' -- -~ I R Kepala Keluarga d tidak bekeja pemecah pedagang penjahit bumh batu Gambar 28. Pekerjaan ibu mmah tangga pada keluarga yang mendapatkan kredit berdasarkan anggota keluarga yang menerima kredit (n=27) Jenis pekejaan yang dimiliki oleh ibu penerima kredit pedagang (51,85%), bumh (7,41%), pemecah batu (3,70%) dan penjahit (3,70%). Alasan ibu yang bekerja
2 ' meminjzm uang adalah sebagai modal usaha. Namtin dalam pemanfaatannya tidak semuanya menggunakannya keselumhan uang pinjaman untuk kepentingan usaha. Ibu yang bekerja lebih memiliki keberanian untuk menerima kredit dibanding ibu yang tidak bekerja karena mereka memiliki penghasilan yang dapat digunakan untuk melunasi angsuran kredit. Dengan demikian faktor ibu bekerja (memiliki pendapatan sendiri) mempengaruhi akses ibu untuk mendapatkan kredit (x2 : 17,459**). Korelasi antara faktor ibu bekerja berkorelasi dengan anggota keluarga yang mendapatkan kredit sangat kuat (r: 0.819**). Hanya 13,04% keluarga barn pertama kali menerima kredit, keluarga-keluarga yang lain telah menerima kredit lebih dari sekali bahkan 21,75% telah menerima kredit lebih dari 5 kali. 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali > 5 kali Frekwensi Gambar 29. Frekwensi keluarga dalam mendapatkan kredit
3 9.1. Kredit yang Dapat Diakes Kredit mikro yang beredar dimasyarakat sebagian besar merupakan kredit yang diberikan oleh lembaga swasta yang memiliki orientasi bisnis dan kurang berpihak dalam pengembangan potensi usaha kecil terutama dalam pemberdayaan wanita, misalnya kredit yang diberikan oleh koperasi simpan pinjam. Sedangkan program kredit yang memiliki konsep upaya mengembangan usaha kecil sangat terbatas jenis dan jumlahnya, seperti kredit yang dikucurkan pemerintah dan LSM. Jenis kredit mikro yang banyak dilokasi penelitian dapat dilihat pada Tabei 42 yaitu, Koperasi Simpan Pinjam (48,15%), perorangan. (22,22%) dan Instansi Pemerintah melalui program kredit P4K (18,52%). Responden yang menerima kredit mikro yang disalurkan oleh lembaga swadaya masyarakat (Yayasan KSU.Anisa), Bank Pemerintah (BRI) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR LKP) masing-masing hanya 3,70%. Responden penerima kredit dari koperasi simpan pinjamibpr sebagian besar tidak mengetahui nama lembaga tempat mereka meminjam uang kecuali penerima kredit dari BPR LKP yang berada dibawah binaan Bank NTB. Tabel 42 memperlihatkan jumlah kredit terakhir yang diperoleh atau sedang diterima oleh responden. Jumlah kredit yang ditawarkan oleh Koperasi Simpan Pinjam, LKP dan Bank Pemerintah cukup beragam. Kisaran jumlah kredit yang diambil oleh responden antara Rp Rp (48,15%). Kemampuan responden dalam pengembalian kredit terbatas jumlah kredit yang diambil oleh responden juga sangat terbatas.yang banyak mengakses kredit dari lembaga pemberi kredit adalah ibu bekerja 65,38% (Gambar 22). Dari keseluruhan jenis kredit temuan lapangan hanya P4K yang memiliki konsep pengembangan ekonomi keluarga. Petugss lapangan dari dinas pertanian (PPL) melakukan pendekatan dan pembinaan secara kontinu. Tapi fungsi kelompok belum dioptimalkan. Jumlah kredit yang diberikan bertahap dan berjenjang jumlahnya sehingga modal usaha menjadi semakin besar. Bantuan kredit kerjasama
4 Dinas Pertanian dan BRl 'ini dapat menjadi salah satu model kredit mikro yang memungkinkan untuk lebih dikembangkan. Tabel 46. Persentase keluarga berdasarkan jumlah kredit terakhir yang diakses dari lembaga pemberi kredit Rp 1.~~~ ,00% 1 11,11% 1 0,00% 1 7,4 1 % % % )22,22% Total Sumber : Data Primer Diolah 2005 Program kredit Pemerintah seperti P4K merealisasikan bantuan kredit dalam beberapa termin. Kelompok P4K diwilayah desa Mekarsari telah mendapatkan bantuan kredit hingga termin keempat. Pada realisasi pertama setiap kelompok rnendapatkan Rp , realisasi kedua Rp , realisasi ketiga Rp dan realisasi keempat Rp Dengan beranggotakan 8 orang ibu yang berprofesi sebagai pedagang di Pasar Mekarsari mereka tidak membagi kredit dengan rata pada setiap terminnya. Jumlah kredit yang didapat setiap anggota kelompok disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan setiap anggota dalam pengembalian kredit nantinya. 22,22% 18.52% 3,70% 48,15% 3,70% 3,70% 100,00 /
5 9.2. Proses Untuk Mendapatkan dan Pengembalian Kredit Kredit yang diberikan oleh Koperasi dan BPR maupun perorangan tidak membutuhitan persyaratan apapun. Petugas dari KoperasiIBPR pemberi kredit datang ke rumah-rumah atau paw-pasar tempat responden bejualan untuk menawarkan pinjman. Besamya bunga pinjaman yang ditawarkan relatif sama yaitu 20% dengan sistem cicilan harian. P4K merupakan kredit mikro program pemerintah kejasama antara Departemen Pertanian dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang disalurkan melalui Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian (PPL). Kredit ini me~pakan kredit kelompok yang mendapatkan binaan dan pendampingan dari PPL. Persyaratan untuk mendapatkan kredit ini cukup ketat karena melalui proses pendataan dan hams mendapat persetujuan Kepala Desa. Untuk pencairan kredit mereka akan didampingi oleh PPL dengan membawa KTP. Besarnya bunga kredit sekitar 10% dengan cicilan bulanan. Kredit diberik~n secara bertahap dan saat penelitian dilakukan para responden telah memasuki tahap ke empat. Sangat disayangkan perekrutan angggota kelompok yang dilakukan PPL dilakukan di pasar tanpa melihat lokasi tempat tinggal mereka. Sehingga lokasi tempat tinggal anggota kelompok berjauhan sehingga kurang adanya komunikasi diantara anggota, bahkan mereka tidak ding mengenal. Wawancara klarifikasi dengan petugas lapangan dari Kopersi sulit dilakukan, mereka menghindar dan menolak dengan alasan mereka hanya bekerja pada atasan untuk menawarkan pinjaman dan meminta tagihan kepada peminjam (nasabah). Koperasi simpan pinjam tersebut mendapatkan ijin administrasi dari Departemen Koperasi, namun sebagian hanya milik perorangan yang memiliki anggota-anggota fiktif. Sehingga mereka lebih terkesan sebagai rentenir yang dilembagakan atau yang lebih dikenal dengan nama Bank Subuh. Dari infonnasi beberapa responden adalah keberadaan koperasi simpan pinjam jumlahnya cukup banyak di kabupaten Lombok Barat.
6 Untuk mengembalikan kredit pinjaman nasabah tidak perlu ke kantor lembaga, pemberi kredit yang letaknya cukup jauh dari lokasi tinggal mereka. Secara mtin setiap hari petugas dari KoperasilBPR dan setiap bulan PPL dari dinas Pertanian akan mendatang nasabahnya atau ketua kelompok untuk mengambil cicilan mereka. Pembayaran cicilan dilakukan flat sekaligus beban bunga yang hams mereka tanggung dalam jangka waktu pengembalian yang beragam. Pada kredit dari KopersiIBPR mereka hams mengembalikan dalam jangka waktu hari dengan besar angsuran harian tergantung besarnya pinjaman Sebagai contoh, responden yang menerima kredit dari Koperasi sebesar Rp hams membayar cicilan selama 40 hari sebesar Rp 3000 perhari. Beban pengembalian dengan sistem harian dirasakan lebih tidak memberatkan dibanding sistem bulanan. ~Bekerja 'a~dak Bekerb ~p~l I Tdak Rrnah Wnunggak Wrnah Msnunggak Gambar 30. Keluarga pernah dan tidak pernah memiliki tunggakan kredit berdasarkan keluarga ibu bekerja clan ibu tidak bekerja ( n=27) Jumlah Responden yang tidak pernah menunggak kredit lebih besar dari pada yang pernah menungak. Persentase yang pernah menunggak pembayaran kredit adalah 44,44% (Gambar 42). Faktor Ibu beke ja atau tidak dalam keluarga responden tidak mempengaruhi dan tidak memiliki hubungan dengan kemampuan mereka dalam
7 membayar cicilan kredit. Ini tampak dari pernah tidaknya mereka menunggak (x2: 0,292 dan r: -0,236). Alasan keluarga memiliki tunggakan karena saat pembayaran mereka tidak memiliki uang buat membayar cicilan Pernanfaatan Kredit Mengingat management usaha responden yang belum tertata dengan baik, terutama belum ada pemisahan antara uang modal usaha dengan uang untuk keperluan hidup sehari-hari maka sering tejadi pencampuradukan keuangan. Uang modal usaha seringkali digunakan untuk kepentingan keluarga dan sebaliknya uang untuk keluarga digunakan untuk modal usaha. Istilah ini lebih dikenal sebagai model tambal sulam. beli TV 3.70% bayar hutang 7.41% biaya sekolah anak f: 22.22% biaya makan dan keperluan sehari-hari % modal usaha i# I --L % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Keluarga (%) Gambar 3 1. Pemanfaatan dana kredit yang diterima oleh responden (n=27) Kredit mikro yang diperoleh oleh responden 66,67% telah dimanfaatakn untuk keperluan modal usaha baik untuk modal awal ataupun modal pengembangan usaha. Selain itu terdapat 29,63% keluarga yang memanfaatkan kredit untuk biaya makan
8 dan k~perluan sehari-hari lainnya, 22,22% untuk biaya sekolah anak, 14,81% untuk biaya berobat, 7,41% untuk bayar hutang lain dan 3,7% untuk membeli TV. Sebagian besar responden penerima kredi? telah aerasah manfaat positif dari kredit yang mereka terima terhadap ekonomi keluarga secara umum. Persentase keluarga yang menyatakan kondisi ekonomi mereka lebih baik adalah 71,43% (Tabel 43). Peningkatan ekonomi keluarga ini juga dirasakan memberikan dampak kondisi yang lebih baik terhadap anggaran kesehatan (78,26%) dan anggaran pendidikan keluarga (82,6 1 %). Tabel 43. Persentase keluarga yang merasakan manfaat kredit terhadap kondisi ekonomi, anggaran kesehatan dan pendidikan keluarga Manfaat yang dirasakan belum terasa manfaatnya lebih bumk sama saja kondisi sulit lebih baik Kondisi Setelah Mendapat Pinjaman (Oh) Ekonomi Anggaran Anggaran Kesehatan Pendidikan Perbaikan yang dirasakan terhadap anggaran kesehatan (x : **) dan anggaran pendidikan (x : **) memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kondisi ekonomi keluarga secara umum. Anggaran kesehatan (r : 0.915**) dan anggaran pendidikan (r : 0.832**) memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap peningkatan kondisi ekonomi keluarga Pemberdayaan Wanita dengan Perbaikan Akses Kredit Mikro Ibu ~ mah tangga yang memiliki income ternyata mampu memberikan kontribusi yang penting bagi keluarga. Ratio pendapatan yang diberikan ibu mmah tangga bagi keluarga memperlihatkan jumlah yang tidak kecil. Dengan pendapatan
9 yang dimilikinya ibu mmah tangga tidak hanya dapiit memanfaatkan uang yang mereka dapatkan untuk diri mereka sendiri, akan tetapi sebagian besar digunakan untuk menopang kebutuhan rumah tangga. Lapangan pekerjaan yang digeluti ibu-ibu di perdesaan pada umumnya adalah pedagang atau pekerjaan self-employment lainnya. Usaha-usaha tersebut mereka lakukan dengan modal yang sangat minim atau harnpir tanpa modal. Keterbatasan modal menjadi kendala utama dalam upaya pengembangan usaha untuk menjadi skala yang lebih besar. Pengembangan usaha ibu mmah tangga dapat meningkatkan pendapatan mereka. Dengan pendapatan tersebut mereka dapat lebih berperan dalam meningkatkan ekonomi mmah tangga. Peranan perempuan dalam mengakses sumberdaya permodalan (fhncial) perlu diperbaiki melalui pengembangan micro finance. Sejauh ini micro finance (kredit) yang banyak dijumpai di lokasi penelitian hanya sebagian kecil yang memberikan kesemparan dan dukungan bagi pengembangan ekonomi perempuan. Dukungan yang dibutuhkan tidak hanya terbatas pada permodalan, akan tetapi perlu pendampingan untuk meningkatkan keahlian dan manajemen mereka dalarn berbisnis. Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K) merupakan proyek kredit mikro yang diselenggarakan pemerintah melalui kerjasama Departemen Pertanian dan BRI (Bank Rakyat Indonesia) memiliki konsep pengembangan mikro kredit yang cukup baik. Bantuan permodalan disalurkan melalui BRI sedangkan pendampingan dilakukaan oleh Departemen Pertanian melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian. Kucuran dana yang diberikan secara bertahap dari segi jumlah cukup membantu permodalan usaha kecil ibu rumah. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang pelaksanaan P4K. Dari lokasi penelitian ditemukan anggota kelompok yang tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu sehingga fungsi kelompok dan pembinaan tidak berjalan semestinya. Terlepas dari kelemahan dalam pelaksanan dilapangan,
10 P4K merupakan salah satu model yang dapat dikembangkan untuk peningkatan sumberdaya finansial ibu rumah tangga Ringkasan 1. Ibu penerima kredit 92,4% adalah ibu yang bekerja. Mereka lebih memiliki keberanian untuk menerima kredit dibanding ibu yang tidak bekerja karena mereka memiliki penghasilan yang dapat digunakan untuk melunasi angsuran kredit. 13,04% keluarga baru pertama kali menerima kredif keluarga-keluarga yang lain telah menerima kredit lebih dari sekali bahkan 21,75% telah menerima kredit lebih dari 5 kali. Seringnya ibu meminjam kredit karena tidak adanya jaminan yang harus diberikan dan proses kredit yang murah. 2. Lembaga pemberi kredit yang ditemukan dilapangan adalah koperasi simpan pinjam, BPR, instansi pemerintah (dinas pertanian/p4k), LSM dan BRI. Selain itu juga ditemukan perorangan yang memberikan kredit (rentenir). Umumnya penerima kredit dari koperasi simpan pinjam tidak mengetahui lembaga memberi kredit. Mereka hanya mengenal depth collector yang berhubungan dengan mereka. 3. Kisaran jumlah kredit yang diambil oleh responden dari koperasi simpan pinjam antara Rp Rp (48,15%). Kemampuan responden dalam pengembalian kredit terbatas jumlah kredit yang diambil oleh responden juga sangat terbatas. Kredit P4K memberikan bantuan kelompok dengan kucuran dana pertermin dari realisasi pertama setiap kelompok mendapatkan Rp , realisasi kedua Rp , realisasi ketiga Rp dan realisasi keempat Rp Pembagian jumlah kredit P4K pada setiap anggota disesuaikan dengan kemampu,., dan kesanggupan setiap anggota dalam pengembalian kredit. Untuk kredit pinjaman nasabah tidak perlu ke kantor lembaga pemberi kredit yang letaknya cukup jauh dari lokasi tinggal mereka. Secara rutin setiap
11 harihulan petugas dari lembaga pemberi kredit akan datang untuk mengambit cicilan. P4K mempakan salah satu kredit yang memberikan pendampingan kepada penerima kredit. 4. Jumlah Responden yang tidak pernah menunggak kredit lebih hesar dari pada yang pernah menungak. Faktor Ibu bekerja atau tidak dalam keluarga responden tidak mempengamhi dan tidak memiliki hubungan dengan kemampuan mereka dalam membayar cicilan kredit. Ini tampak dari pernah tidaknya mereka menunggak (x2: 0,292 dan r: -0,236). Alasan keluarga memiliki tunggakan karena saat pembayaran mereka tidak memiliki uang buat membayar cicilan. 5. Dalam management ibu yang rnenerima kredit uang modal usaha seringkali digunakan untuk kepentingan keluarga dan sebaliknya uang untuk keluarga digunakan untuk modal usaha (tambal sulam). Kredit dirasakan telah memberikan manfaat yang cukup positif terhadap anggaran kesehatan (x : **) dan anggaran pendidikan (x : **) memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kondisi ekonomi keluarga secara umum. Anggaran kesehatan (r : 0.915**) dan anggaran pendidikan (r : 0.832**) memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap peningkatan kondisi ekonomi keluarga.
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa usaha kecil dan menengah mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang mutlak yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan kepada debitur atau masyarakat yang menerima kredit Kupedes di Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. Penentuan lokasi ini didasari
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP
VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
Lebih terperinciA B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh
1 A B S T R A K S I A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh Bangsa Indonesia dan juga pembangunan harus dapat dirasakan oleh setiap warga negara, maka sebagai
Lebih terperinciLEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah
Lebih terperincidan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang
II TINJAUAN PUSTAKA Penilaian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam
55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi
Lebih terperinciKeluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).
I. PENDAHULUAN Latar belakang masalah Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan keperluan kredit mempunyai berbagai corak ragam alasan dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini mempunyai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak permasalahan yang terkait dengan hal ekonomi dan pembangunan. Hal ini diakibatkan oleh dampak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Kebijakan yang diberikan PT. Bank Nagari Cabang Sijunjung dalam. a. Kredit Kepada Masyarakat yang Berpenghasilan Tetap (Kredit
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan PT. Bank Nagari berdiri pada tanggal 12 Maret 1962 yang sebelumnya bernama PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat merupakan suatu lembaga keuangan dengan kegiatan simpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keberlangsungan suatu perusahaan terutama di bidang lembaga keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan beroperasinya perusahaan.
Lebih terperinciVI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi yang membantu kelancaran sistem pembayaran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan perekonomian Indonesia terpuruk. Fenomena yang menggambarkan hal ini yaitu tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif untuk kelangsungan usaha demi menunjang kehidupan mereka, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi suatu negara terlihat baik apabila perekonomian masyarakat suatu negara tersebut makmur dan sejahtera. Masyarakat bisa dikatakan makmur apabila masyarakat
Lebih terperinciV. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP
65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia Syarief Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. tersebut bisa dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Terlampir
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Koperasi di Kabupaten Bantul dari tahun 2011 2015 perkembangannya cenderung berfluktuatif dari segi jumlah, modal sendiri, modal luar, volume usaha
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas
Lebih terperinci(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q
II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap pedagang berusaha untuk memaksimalkan laba usaha dagangnya. Untuk mencapai hal tersebut maka pedagang perlu menambah modal untuk memperbanyak jenis maupun jumlah dagangannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya di Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan pekerjaan, masyarakat sulit untuk
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum OLEH: HUSAINI
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBERIAN KREDIT (P2K) USAHA EKONOMI DESA KELURAHAN SIMPAN PINJAM (UED/K-SP) KIJANG KENCANA DI KELURAHAN PULAU KIJANG KECAMATAN RETEH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR SKRIPSI Diajukan Untuk
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR
PERATURAN NOMOR 15 Tahun 2009 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR KREDIT USAHA MIKRO KUDUS DI KABUPATEN KUDUS Menimbang a. bahwa untuk memberdayakan usaha mikro yang ada di Kabupaten Kudus perlu disediakan
Lebih terperinciPROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK.
PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK. Nama : Riani Npm : 34209889 Program Studi : D3 Manajemen Keuangan Pembimbing : Dr. Ir.
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14
84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya
Lebih terperinciBAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP
BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP Dengan mempertimbangkan bahwa pelaksanaan P2KP harus dilandasi oleh nilai kesetaraan gender, maka untuk mengetahui keberhasilan P2KP dilihat tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi dana ini, bank
Lebih terperinciVII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL
VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL 7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR dapat dimodelkan kedalam suatu fungsi permintaan.
Lebih terperinciWanita Pertiwi Gebangsari. Berdasarkan analisis data penelitian dan berdasarkan
Penelitian ini berfokus pada partisipasi ibu rumah tangga dalam Koperasi Wanita Pertiwi Gebangsari. Berdasarkan analisis data penelitian dan berdasarkan keseluruhan temuan di lapangan yang diperoleh dari
Lebih terperinci5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN
56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan
Lebih terperinciWawancara I Wawancara dengan manajer pusat Koperasi Anugerah Parakan
1 Wawancara I Wawancara dengan manajer pusat Koperasi Anugerah Parakan 1. Bagaimana perkembangan KSP Anugerah? 2. Apakah koperasi mengadakan rapat/pertemuan selain Rapat Anggota Tahunan? Jika ya, dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung dengan pesat. Hal ini juga ditunjukkan dengan semakin banyaknya bank yang bermunculan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan melihat kondisi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, maka semua orang berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam kehidupan sehari-hari setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai,
Lebih terperinciBAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pasar Bawah Kota Bandar Lampung
55 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pasar Bawah Kota Bandar Lampung Pasar tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dewasa ini mendorong semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan
Lebih terperinci3.1. Kerangka Pendekatan Penelitian
3.1. Kerangka Pendekatan Penelitian Definisi kesehatan menurut UU RI. No 23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif. Selanjutnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. Dalam rangka mensejahterakan hidup masyarakat di Desa Pagerwojo yang
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
55 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan PKBL PTPN VII Kemitraan adalah pemberian kredit modal kerja yang diberikan oleh PTPN VII kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha
Lebih terperinciVI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN
73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan nasional merupakan rangkaian pembangunan pada seluruh aspek kehidupan manusia yang berkesinambungan, yaitu meliputi kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan dunia yang sangat pesat ini mencakup didalamnya. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam perkembangan dunia yang sangat pesat ini mencakup didalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memerlukan peran suatu lembaga keuangan untuk pembiayaan
Lebih terperinciVI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK
VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK 6.1. Hubungan Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha dengan Peluang Pengembalian Kupedes Pada BRI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan era global saat ini semakin ketat, strategi bisnis dan teknologi yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan yang ketat antara
Lebih terperinciKREDIT TANPA JAMINAN
KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENJAMINAN KREDIT PADA PT. JAMKRIDA NTB BERSAING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 TAMPILAN LAYAR YANG DIHASILKAN
L1 LAMPIRAN 1 TAMPILAN LAYAR YANG DIHASILKAN Lampiran 1 Gambar Login Lampiran 2 Gambar Form Pendaftaran Anggota L2 Lampiran 3 Gambar Form Permohonan kredit L3 Lampiran 4 Gambar Form Persyaratan Kredit
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2012 hingga 20 Februari 2012 pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan penyimpanan uang ini disebut koperasi simpan pinjam. Tujuannya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Koperasi merupakan suatu wadah yang dapat membantu masyarakat terutama masyarakat kecil dan menengah. Koperasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat
Lebih terperinciSTUDI PELAKSANAAN KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
STUDI PELAKSANAAN KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: LATIFAH HANUM A. M. L2D 005 372 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemandirian kehidupan desa, khususnya dalam meningkatkan pembangunan di bidang perekonomian. Salah
Lebih terperinciFinancial Check List. Definisi Pegadaian. Mengapa Masayrakat Perlu Menggunakan Jasa Pegadaian? Kapan Masyarakat. Menggunakan Jasa. Pegadaian?
Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Pegadaian 3 02 Mengapa Masayrakat Perlu Menggunakan Jasa Pegadaian? 5 5 03 Kapan Masyarakat Menggunakan Jasa Pegadaian? 6 6 04 Siapa yang Menggunakan Jasa
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL DARI BPR BKK DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KREDIT DENGAN PERKEMBANGAN USAHA PEDAGANG KECIL
0 HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL DARI BPR BKK DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KREDIT DENGAN PERKEMBANGAN USAHA PEDAGANG KECIL DI MASARAN SRAGEN (Studi Kasus di BPR BKK Masaran Sragen) S K R I
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun
Lebih terperinciII. TEVJAUAN PUSTAKA
II. TEVJAUAN PUSTAKA Setiap kegiatan usaha yang mengharapkan akan berkembang dan maju, selalu memerlukan dana untuk membiayai keperluan-keperluan operasional dan investasi. Dana tersebut diperoleh dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit dan Pengertiannya Kata kredit berasal dari bahasa Yunani credere artinya kepercayaan atau credo berarti saya percaya (Shintawati, 2010; Triandaru dan Budisantoso, 2009;
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan lembaga perbankan Islam karena Bank Islam memiliki keistimewaan-keistimewaan.salah satu keistimewaan yang utama adalah yang melekat pada konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan keluarganya. Wijono(2004). Sedangkan menurut Bank. mempunyai hasil penjualan paling banyak Rp.100 juta per tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kredit mikro adalah program pemberian kredit berjumlah kecil kepada warga miskin untuk membiayai kegiatan produktif yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu bagi peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciGambar 20. Interval pendapatan keluarga pada keluarga ibu beke rja dan keluarga ibu tidak bekerja
VIII. KESEJAHTERAAN KELUARGA 8.1. Pendapatan Keluarga (Income) Pendapatan keluarga merupakan total peildapatan (income) KK, ibu dan anggota keluarga lainnya yang diperoleh dari pekejaan pokok, peke qaan
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah Koperasi Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi Tenggara ) awal mula Bapak Muzain
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu mengalami kemunduran, baik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi, baik di sektor pertanian/usahatani maupun di luar sektor pertanian. Tanpa salah satu faktor produksi
Lebih terperinci2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabungan merupakan salah satu sarana penting dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga (Yasid, 2009:90). Tabungan berguna untuk menyiapkan kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian Kredit merupakan suatu perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Pasal 1338 KUHPerdata berbunyi semua perjanjian
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung perekonomian
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DAERAH BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DAERAH BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN
Lebih terperinciS A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO
02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 28 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi Sejahtera Perdana (KSP) adalah sebuah badan usaha yang bergerak di bidang jasa peminjaman kredit menggunakan jaminan surat kendaraan bermotor roda dua. Koperasi
Lebih terperinciIV. HASIL KAJIAN DAN ANALISIS
IV. HASIL KAJIAN DAN ANALISIS Hasil kajian dan analisis sesuai dengan tujuan dijelaskan sebagai berikut: 1. Profil Koperasi Wanita Secara Nasional Sebagaimana dijelaskan pada metodologi kajian ini maka
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta untuk mencapai tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini tingkat persaingan bisnis di Indonesia semakin meningkat ditandai dengan adanya globalisasi bisnis yang menyebabkan perusahaan banyak membutuhkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Kredit UMKM Bank X merupakan kredit dengan jumlah nasabah terbanyak dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Jasa layanan kredit usaha pada Bank ini diantaranya meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. Setiap waktu selalu terjadi banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. Setiap waktu selalu terjadi banyak perubahan maupun
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO NON PERBANKAN (KOPERASI DAN NON KOPERASI)
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet dengan menggunakan empat variabel yaitu margin, jangka waktu pinjaman, stabilitas penjualan, dan komitmen
Lebih terperinciPENDAHULUAN. modal kerja dan usaha, perdagangan, dan distribusi banyak ditentukan oleh ada
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industrialisasi, perbankan merupakan suatu industri jasa yang dominan dan hampir menopang semua sendi perekonomian. Kelancaran modal investasi, modal kerja dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti
Lebih terperinciVI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR
VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 6.1. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Analisis rasio keuangan KBI dilakukan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan lembaga. Analisis
Lebih terperinci