Pusaka BERITA. Perusahaan menggunakan aparat Brimob dan stigma separatis untuk menekan dan memaksa masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pusaka BERITA. Perusahaan menggunakan aparat Brimob dan stigma separatis untuk menekan dan memaksa masyarakat"

Transkripsi

1 Edisi II Agustus BERITA Pusaka Kompleks Rawa Bambu I, Jl. B No. 6 B, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia. Telpon/Fax: Perpanjangan Proyek KFCP Ditentang Warga Desa Mantangai Hulu Peserta Musyawarah Desa (Musdes) di Desa Mentangai Hulu, Kecamatan Mantangai, Kapuas, pada hari Sabtu siang (03 Agustus ), untuk membahas perpanjangan Perjanjian Desa proyek KFCP di Desa Mantangai Hulu, menyepakati menolak proyek KFCP. Musdes yang diselenggarakan oleh pemerintah desa bekerjasama dengan Tim Pengelolaan Kegiatan (TPK) dari KFCP, dihadiri oleh sekitar 150 orang, terdiri dari: perangkat pemerintah desa, BPD, lembaga adat Mantir beserta anggota, BPD, Tim Pengawas (TP) Proyek KFCP, Fasilitator Desa KFCP (LC), tokoh masyarakat dan warga Desa Mantangai Hulu. Dilaporkan Noerhadi, saat kegiatan Musdes berlangsung terjadi ketegangan dan perdebatan sengit antara pengelola proyek KFCP (TP dan TPK) dengan warga. Mantir menolak membacakan pedoman Perjanjian Desa KFCP. Akhirnya peserta sepakat menolak Proyek KFCP, alasannya tidak ada kejelasan status lahan masyarakat dalam kawasan KFCP. Proyek ini dianggap telah menimbulkan konflik antara masyarakat, sehingga menganggu kemanan dan ketentraman masyarakat. Sebelumnya, terjadi keributan dan perobekan lembar rancangan Perjanjian Desa KFCP untuk kelanjutan program Livelihood pada f orum rapat di RT 02 Desa Mantangai Hulu, pada 31 Juli. Salah seorang peserta pertemuan merobek draft Perjanjian Desa KFCP karena merasa tidak puas dengan proses pertemuan dan program KFCP. (Ank, Agst ) DPR Mengsahkan RUU Pemberantasan Perusakan Hutan yang Kontroversial DPR-RI mengesahkan RUU Pemberantasan Perusakan Hutan (RUU P2H) menjadi undang-undang, pada Selasa, 9 Juli. Padahal RUU P2H ini mendapat banyak penolakan dari warga dan organisasi masyarakat sipil menyangkut substansi RUU P2H. Koalisi Masyarakat Sipil untuk Kelestarian Hutan dalam Surat Pernyataan Pers Bersama, menyampaikan isi RUU P2H cenderung untuk mengkriminalkan masyarakat adat dan masyarakat local disekitar dan dalam kawasan hutan. Padahal, yang mestinya diatur dan disasar adalah korporasi dan atau dalang (mastermind) yang selama ini kerap lolos dari keadilan hukum sehingga merajalela merusak hutan, baik di tempat yang sama maupun berpindah tempat atau berganti modus. RUU P2H dianggap kontraproduktif dengan usaha pemberantasan korupsi karena membuka peluang terjadinya korupsi atau penyalahgunaan wewenang berkaitan dengan pemberian izin-izin di bidang kehutanan, karena diskresi yang berlebihan diberikan kepada pejabat daerah. Secara prosedural, pembentukan RUU P2H bermasalah karena tidak disertai dengan Naskah Akademik dan proses pembahasannya tidak terbuka, tidak membuka ruang partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan. Koalisi Masyarakat Sipil menyesalkan keputusan ini dan akan mengajukan Judicial Review kepada Mahkamah Konstitusi UU P2H tersebut. (Ank, Agst ) Keluarga Besar PUSAKA mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H Mohon Maaf Lahir dan Bathin Perusahaan menggunakan aparat Brimob dan stigma separatis untuk menekan dan memaksa masyarakat Masyarakat Menduduki Kantor Perusahaan Tebu PT. Mayora dan PT. Astra di Merauke (Merauke, 12/8/) Sekitar 100 massa aksi dari Forum Intelektual Malind SSUMAWOMA dan tokoh masyarakat Marind dari Distrik Okaba, Tubang dan Ilwayab, melakukan aksi pendudukan kantor perusahaan PT. Mayora dan PT. Astra, di Jalan Ternate, Merauke. Aksi pendudukan dilakukan pada Jam WIT. Aksi digerakkan oleh pemuda dan tokoh masyarakat Malind Muli-Woyu Maklew, Wamal, Dokib, Wambi, Dodalim, Woyu Maklew dan Kimam. Massa menuntut kedua grup perusahaan tersebut menghentikan kegiatan dan rencana investasi perkebunan tebu yang akan dilakukan di Distrik Okaba, Nguti, Tubang dan Ilwayab. Beberapa waktu lalu, diinformasikan perusahaan menggunakan aparat Brimob dan stigma separatis untuk menekan dan memaksa masyarakat setempat menerima dan menandatangani perjanjian dengan perusahaan. Adalah Ambrosius Laku Kaize (Ketua Adat Yowid), Soter Gebze (Ketua Marga Gebze), Natalis Yolmen (Ketua Marga Yolmen), yang mendapat tekanan dan menandatangani surat persetujuan mengatasnamakan kampung-kampung di Distrik Tubang. (Ank, Agst ) Perusahaan Hanya Memiskinkan Orang Marind Sekitar 50 an orang tokoh masyarakat adat Marind yang berasal dari Distrik Semangga, Animha, Malind, Tanah Miring dan Merauke, bermusyawarah di Kampung Wendu, Distrik Semangga, pada 2-3 Agustus, sepakat meminta pemerintah menghentikan perusahaanperusahaan yang melakukan pengrusakan hutan dan mengkerdilkan hak-hak Orang Marind Anim. Yan Mahuze, tokoh adat dari Kampung Ivimahad mengatakan kekayaan alam hutan kampung-kampung Marind dirampas, dibatasi dan dirusak sehingga membuat Orang Marind kehilangan sumber mata pencaharian dan sumber makanan, yang membuat mereka semakin miskin. Jika ini terus berkelanjutan maka Orang Marind akan kehilangan identitas adat yang asli atau diganti dengan barang-barang ritual adat yang semuanya dibeli dari toko dan plastic, sehingga menjadi Orang Marind plastik. Kami tidak mau jadi Orang Marind Plastik, ungkap kebanyakan peserta. Dalam Dialog dengan Ketua DPRD, Leo Mahuze, terungkap pula Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hak atas Tanah masih ditunda pembahasannya dan akan dikonsultasikan lebih luas dengan masyarakat. Peserta juga meminta kepada Asisten I Pemda Merauke, Agust Joko dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, untuk memperhatikan dan memberdayakan hak-hak Orang Marind, termasuk menyelesaikan hak-hak atas tanah untuk program transmigrasi dan pembangunan infrastruktur. Hasil musyawarah Wendu dapat dilihat di: (Ank, Agst ) Yan Mahuze, Kpg. Salor Orang Marind Sejati, tetap menjaga tanah, hutan dan mahluk hidup 1

2 14 Agustus Aksi petani Desa Mantangai Hulu berulang dan diikuti sekitar 75 orang. Kapolsek Mantangai memanggil Basri dan Dirman, sebagai saksi dalam perkara tindak pidana pengrusakan. 16 Agustus Aksi petani Desa Mantangai Hulu mencabut bibit kelapa sawit HUP. Sekitar 50 orang warga Mantangai Hulu aksi berjalan kaki sejauh 5 Km menuju Kapolsek Mantangai dan kompak mengajukan diri sebagai saksi. Kapolsek Mantangai meminta warga kembali dan berjanji akan mempertemukan dengan HUP. Dialog di Hotel Permata Inn, Kapuas. Kasubid Hukum Kab. Kapuas, Sumadi SH, menjelaskan rencana pemda untuk mengevaluasi izin perusahaan besar swasta di karenakan banyak perusahaan beroperasi tanpa izin. Oktober Tokoh masyarakat dari berbagai desa di Kec. Mantangai mengdiskusikan Pokok-pokok Pikiran: Penyelamatan Hutan dan Gambut untuk Kesejahteraan Masyarakat Dayak Ngaju di Mantangai Hulu. Masyarakat mengolah lahan untuk ladang padi, palawija dan kebun karet, berlokasi di Blok 3 Sei Hambiye dan Sei Jangkit. 8-9 Juli September HUP diam-diam melakukan land clearing dan penanaman di Sei Hambiye dan Sei Jangkit. Masyarakat melakukan survey dan pemetaan tanah di lahan Sei Hambiye dan Sei Jangkit untuk pembuatan SKTA dengan luas lahan 170 ha 18 Oktober HUP mengumbar janji kepada warga untuk melepaskan tanah, tapi warga tidak mengizinkan Kronologis Aksi Tani Mantangai Melawan Perusahaan Kebun Sawit PT. Handalan Usaha Perkasa (Mantangai Hulu, 7/8/) sehari lagi lebaran, puluhan warga tani di Desa Mantangai Hulu melakukan aksi menduduki lahan perkebunan sawit PT. Handalan Usaha Perkasa (HUP). Warga mencabut puluhan bibit pohon sawit dan mengganti dengan tanaman karet. Aksi ini berulang lagi pada Senin, 12 Agustus. Aksi ini merupakan bentuk protes warga terhadap kesewenangwenangan perusahaan yang merampas dan menanami lahan kami di Sei Hambiye dan Sei Jangkit, ungkap Basri, yang juga Ketua Serikat Tani Manggatang Tarung. Warga juga akan melayangkan surat protes kepada pihak pemerintah yang mengabaikan permasalahan ini. Buntut dari aksi protes tersebut, Kapolsek Mantangai melayangkan surat panggilan kepada Basri dan Dirman untuk diperiksa sebagai saksi dalam tindakan pidana pada Rabu, 14 Agustus. Namun, warga kompak tidak peduli dengan surat panggilan tersebut. Jumat pagi, 50 puluh orang warga kompak mendatangi Kantor Kapol sek Mantangai dengan berjalan kaki sejauh 5 kilometer dan bertemu dengan Kapolsek Mantangai. Tanah ini milik kami, kami punya bukti-bukti tanaman dan surat keterangan tanah dan SKTA (Surat Keterangan Tanah Adat). Tapi, perusahaan datang ambil tanah masyarakat tanpa ijin, ungkap Norhadi, tokoh masyarakat Mantangai Hulu. Kapolsek menerima kesaksian warga dan memahami permasalahan yang diprotes warga. Bapak Kapolsek berjanji akan mempertemukan warga dengan perusahaan pada 19 Agustus, tapi sampai sekarang belum terjadi. (Ank, ) Tanah ini milik kami, kami punya bukti tanaman dan Surat Keterangan Tanah Adat Petani Mantangai Hulu Menduduki Lahan Perusahaan Sawit PT. Handalan Usaha Perkasa 12 Agustus Guna mendukung masyarakat untuk memperjuangkan keberadaan kelembagaan adat dan hak-hak atas tanah, PUSAKA dan Yayasan Petak Danum (YPD) memfasilitasi perwakilan masyarakat Dayak di Kabupaten Kapuas untuk menyusun dan membahas rancangan peraturan daerah yang sudah disiapkan Pemda Kapuas, khususnya tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kabupaten Kapuas. Sudah dua kali dilakukan Diskusi Kelompok Terfokus (DKT) di Kota Kuala Kapuas, pada akhir Juli dan awal Agustus, yang melibatkan perwakilan Damang, Mantir, DAD dan tokoh masyarakat Dayak, serta mengundang nara sumber dari Biro Hukum Pemda Kapuas. Moeliyadi, Direktur YPD di Kapuas, melaporkan DKT sudah menghasilkan masukan terhadap rancangan Perda Kelembagaan Adat, antara lain mengatur kewenangan Mantir dan Damang dalam membuat peraturan adat. Selain itu, DKT menggagas pengaturan tanah dan pengelolaan sumber daya alam melalui Peraturan Bupati. DKT dan dialog kebijakan masih akan dilakukan untuk mengkonsultasikan masukan masyarakat terhadap rancangan kebijakan tersebut, kata Moeliyadi. (Ank, Agst ) harus tegas terhadap para Bupati yang tidak mau berpartisipasi dalam penurunan emisi hutan dan lahan FGD Masukan Masyarakat untuk Rancangan Perda Kelembagaan Adat Dayak Kapuas Yayasan Merah Putih (YMP) di Palu mengeluarkan Siaran Pers pada 23 Juli, yang mengungkapkan arogansi Bupati Tojo Una-una yang mengeluarkan SK Bupati Nomor /Distamben/ tertanggal 3 April, untuk perusahaan pertambangan biji besi PT. Arthaindo Jaya Abadi, seluas 5000 Ha yang beroperasi di Desa Podi, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-una. Alasannya, SK Bupati tersebut bertentangan dengan kebijakan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 522/330/Dishutda - G.ST/, tertanggal 8 Mei, tentang 5 (lima) Kabupaten Prioritas Lokasi Demonstration Activities (DA) REDD+ Sulawesi Tengah. Masyarakat Desa Podi juga sudah berkali-kali melakukan aksi penolakan terhadap kehadiran perusahaan tambang biji besi PT. Arta hindo Jaya Abadi meminta pemerintah kabupaten menarik izin tersebut dengan berbagai alasan hukum dan kerentanan ekologi. Tapi Perusahaan tetap melakukan aktifitas. Kami meminta Gubernur Longki tegas terhadap para Bupati yang tidak mau berpartisipasi dalam penurunan emisi hutan dan lahan, sebab ini sudah mejadi kebijakan nasional, kata Azmi Sirajudin dari YMP. (Ank, Jul ) 7 Agustus Proyek Demonstration Activities REDD+ di Kapuas yang dilaksanakan oleh KFCP sudah berakhir pada Juni lalu, sudah lima tahun sejak ditandatanganinya surat kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Australia, Juni Warga 7 desa disekitar lokasi proyek kebanyakan tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang kelanjutan dari proyek REDD+. Di media massa, terungkap proyek KFCP tidak akan dilanjutkan dan hanya akan melanjutkan proyek livelihood setahun saja. Banyak spekulasi dan opini yang muncul, proyek KFCP seperti juga proyek konservasi di lahan gambut sebelumnya, mereka datang dan akan pergi sesukanya. Untuk mengetahui dampak proyek terhadap masyarakat sekitar lokasi proyek KFCP, sejumlah organisasi masyarakat sipil PUSAKA, HUMA, WALHI, SOLIDARITAS PEREMPUAN, WALHI Kalimantan Tengah, Yayasan Petak Danum, POKKER SHK Kalteng dan Serikat Tani Mantangai, bekerjasama dan mengkoordinasikan kegiatan Jajak Pendapat dengan menyebarkan angket sebanyak 600 lembar dan diskusi kelompok yang intinya meminta kesan dan pesan masyarakat terkait proyek KFCP mulai dari kehadiran awal hingga saat ini. Jejak Pendapat ini telah dilakukan di Desa Mantangai Hulu, Katimpun, Kalumpang dan Katunjung, pada akhir Juli hingga awal Agustus. Sedangkan desa lainnya yang belum dilaksanakan karena kendala waktu dan adanya penangguhan dari Kepala Desa Petak Putih, Kecamatan Timpah. Fokus Jajak Pendapat pada penilaian empat Komponen Proyek KFCP, penerapan prinsip-prinsip proyek KFCP dan berdasarkan hak-hak masyarakat. Rencana hasil Jajak Pendapat ini akan dipublikasikan pada akhir September. (Ank, Agst ) Arogansi Pejabat Bupati Tojo Una-una, Sulawesi Tengah Jajak Pendapat Dampak Proyek KFCP 2

3 Kenapa REDD Tidak Jadi Pada tanggal 22 dan 23 Juni lalu, saya dan teman YRBI berkunjung ke Mukim Sarah Raya (Pedalaman Teunom), sekarang masuk dalam Kecamatan Pasie Raya, dalam rangka pelaksanaan pelatihan lembaga adat Tuha Peut (semacam BPD). Selama dua hari di sana, kita mendapatkan fakta lain tentang REDD, yaitu munculnya "harapan" yang berlebih terhadap jasa perdagangan karbon. Pertanyaannya sederhana saja, "kenapa REDD itu tidak jadi?". Menurut peserta pertemuan tersebut, dulu, ketika disampaikan kepada masyarakat seakan-akan jasa perdagangan karbon ("uang REDD", kata mereka) akan segera turun, tidak lama lagi. Kita tentu saja tidak berkompeten untuk menjawab. Paling-paling menjelaskan perkembangan isue REDD saat ini dan kaitannya dengan hak masyarakat atas kawasan hutan. Kabar lain, jembatan gantung yang menghubungkan Gampong Sarah Raya dengan Kampung lain di seberangnya tidak jadi-jadi, sehingga untuk menuju ke sana masih harus menggunakan rakitan penyeberangan. (Dari Sanusi Syarif YRBI Aceh) Rajawali Melanggar Hak Masyarakat Perusahaan Rajawali di Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Merauke, melakukan proses pelanggaran hak atas tanah dengan membayar ganti rugi atas tanah masyarakat Kaliki sebesar Rp. 25 per meter2 atau Rp per hektar. (Dari Matheos Kaize, Warga Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Merauke) Warga Yowid Dituduh Anggota OPM Merauke, (2/8/), dilaporkan Forum Intelektual Masyarakat Woyu Maklew (FORMASI SSUMAWOMA) menegaskan bahwa PT. Mayora telah melanggar hak asasi masyarakat adat Marind sub suku Woyu Maklew. Ketua adat dan Kepala Kampung Yowid diancam dituding OPM dan dipaksa menandatangani surat penerimaan warga terhadap aktivitas PT. Mayora di Kampung Yowit, Dokib, Wamal, Bibikem, Woboyu, Wanam dan Dodalim. Menurut Ketua Adat Kampung Yowid, Ambrosius Laku Kaize, bahwa dirinya terpaksa ikut tanda tangan setelah mendapat tekanan dari staf PT. Mayora. Saya terpaksa tanda tangan, karena warga Kampung Yowid dituduh anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka), ungkapnya. Lebih lanjut Kaize menegaskan bahwa surat yang disodorkan oleh staf PT. Mayora ini terpaksa ditandatangani oleh Kepala Kampung Yowid, Ketua Marga Geb Zami dan dirinya setelah pihak PT. Mayora menyatakan bahwa warga Kampung Yowid dianggap OPM jika tidak tandatangan surat dari PT. Mayora. Dari hasil pemantauan FORMASI SSUMAWOMA umumnya warga masyarakat adat Marind di Kampung Yowid, Dokib, Wamal, Dodalim, Woboyu, Bibikem, Wanam dan Uliuli, tidak mendapatkan informasi yang baik dan benar terkait kebijakan investasi di wilayah adatnya, khususnya kehadiran PT. Mayora. Ini adalah indikasi bahwa proses investasi yang ada telah melanggar hak masyarakat adat Marind untuk mendapatkan informasi secara bebas sebelum investasi dijalankan. Selain itu, warga Marind sub suku Woyu Maklew telah menyatakan bahwa menolak segala jenis investasi di wilayah adat mereka, karena belum memiliki tenaga siap pakai di perusahan-perusahan, dan PT. Mayora telah menciptakan situasi tidak aman dalam kehidupan warga, seperti PT. Mayora berkunjung ke kampung-kampung dengan didampingi Brimob Polres Merauke yang bersenjatah lengkap dan mengasut beberapa warga kampung untuk menciptakan situasi tidak aman dengan menciptakan teror. Kesaksian warga Kampung Yowid, Distrik Tubang, dapat dilihat di link video: (Ank, Agst ) Sumber: Sekretariat Forum SSUMAWOMA, 5 Agustus Saya terpaksa tanda tangan karena takut dituduh OPM Mendesak Pemetaan Tanah di Papua Barat Wakil Ketua MRP Papua Barat, Wolas Krenak, mengungkapkan rencana program MRP mendokumentasikan keberadaan sejarah marga dan hak-hak atas tanah, hutan, air dan kekayaan alam lainnya, serta pemetaan tanah milik adat dan batas-batas penguasaan tanah marga/keret. Program pemetaan merupakan prioritas untuk perlindungan hakhak orang asli Papua atas tanah, ungkap Wolas Krenak dalam Loka karya Menggagas Kebijakan Perlindungan dan Penghormatan Hakhak Masyarakat Adat Papua atas Tanah di Hotel Billi Jaya, Manokwari, Papua Barat, pada 5 dan 6 Agustus. Peserta pertemuan mendukung program MRP tersebut dan menjadi salah satu rekomendasi kegiatan. Kegiatan Lokakarya dihadiri sekitar 45 orang utusan tokoh masyarakat adat dari kampung di Kabupaten Manokwari, Teluk Wondama, Manokwari Selatan, Tambraw, Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat dan Fakfak, serta organisasi masyarakat sipil di Provinsi Papua Barat. Hasil rekomendasi kegiatan tersebut yakni peserta memandang perlu dan mendesak diupayakan aksi-aksi untuk memajukan keberadaan dan hak-hak dasar Orang asli Papua, terdiri dari: (1) pembuatan peta tanah adat; (2) pembuatan Peraturan Daerah yang mengatur pengakuan keberadaan dan hak-hak atas tanah, hutan, air dan kekayaan alam lainnya milik Orang asli Papua; (3) menerbitkan Peraturan Kampung tentang hak atas tanah dan mekanisme pengalihan hak atas tanah yang adil; (4) pertemuan yag menghadirkan tokoh-tokoh adat dari berbagai kampung di wilayah pemerintahan Provinsi Papua Barat untuk mendiskusikan dan membahas kelembagaan adat; (5) perlunya kerjasama antara masyarakat dan LSM. Lengkapnya rekomendasi pertemuan dapat dilihat di: (Ank, agst ) Hari Bersejarah: International Day of The World s Indigenous People Pada setiap tanggal 9 Agustus diperingati masyarakat adat sebagai Internasional Day of The World s Indigenous People atau Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia. Hari ini diperingati untuk mempromosikan dan melindungi hakhak masyarakat adat di dunia. Penetapan tanggal dan hari bersejarah ini ditetapkan oleh Majelis Umum PBB dalam Resolusi 49/214, tanggal 23 Desember Tanggal tersebut menandai hari pertemuan pertama Kelompok Kerja PBB untuk Masyarakat Adat pada sub komisi untuk promosi dan perlindungan Hak Asasi Manusia, pada tahun Gambar logo disamping dibuat oleh Rebang Dewan, merupakan logo Forum Tetap PBB untuk Masyarakat Adat (UNPFII) adalah sebuah badan penasehat untuk Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC), dengan mandat untuk membahas permasalahan masyarakat adat terkait dengan pembangunan ekonomi dan sosial, budaya, lingkungan, pendidikan, kesehatan dan hak asasi manusia. 3

4 Proyek MIFEE Mengancam Kelangsung Hidup Orang Malind 25 Juli, sebanyak 27 organisasi masyarakat sipil yang bekerja untuk memajukan hak asasi manusia dan hak atas lingkungan, berbasis di Indonesia, Inggris dan Jerman, mengajukan surat permohonan sebanyak 40 paragraf kepada Pemberantasan Diskriminasi dan Rasial (Convention on the Elimination of Racial Discrimination, CERD) di Geneva yang mendesak dan merekomendasikan kepada Komisi PBB untuk memperhatikan dan mempertimbangkan situasi Orang Malind dan masyarakat adat lainnya, yang ada di wilayah pemerintahan Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, melalui prosedur Aksi Mendesak dan Peringatan Dini dari CERD ini. Pemerintah Indonesia telah gagal mengambil langkah-langkah perbaikan dan situasi pun semakin memburuk dan mengancam keberlangsung hidup Orang Malind di Merauke, serta ancaman kerusakan lingkungan setempat, sehubungan dengan program nasional pembangunan pangan dan energy skala luas, MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate), yang sudah mencaplok kawasan hutan, padang, areal gambut dan rawa seluas 2,5 juta hektar. Semenjak tahun 2007 hingga, pemerintah telah menerbitkan Ijin Lokasi dan Rekomendasi untuk akusisi lahan demi kepada 80 perusahaan untuk berbagai jenis bisnis dalam proyek MIFEE dan proyek besar pembangunan jalan, jembatan dan kanal-kanal irigasi untuk mendukung pergerakan barang dan sumber daya ke dan dari proyek MIFEE. Perusahaan mengambil alih tanah-tanah masyarakat dengan cara curang manipulasi, dengan pemberian ganti rugi yang rendah sebesar Rp hingga Rp per hektar untuk waktu selama 35 tahun. Perusahaan menggunakan aparat keamanan TNI/Polri yang melakukan tekanan dan tindakan kekerasan dalam proses negosiasi mendapatkan tanah, mengamankan dan memperlancar operasi perusahaan, menghadapi dan menghalangi protes warga. Mohammad Islah, pengkampanye Pangan dan Energi Walhi, mengatakan eksploitasi pembongkaran hutan dan rawa skala luas yang ekstrim, serta menggusur tempat penting Orang Malind telah menimbulkan dampak besar sangat berarti bagi perubahan relasi masyarakat dengan kawasan hidupnya, mengancam kelangsungan kehidupan social ekonomi dan budaya Orang Malind, menurunnya kwalitas dan daya dukung lingkungan alam. Tempat bernilai konservasi tinggi kawasan hutan dataran rendah yang spesifik dan perariran rawa luas tempat hidup flora dan fauna endemic tergusur sebelum diteliti dan diketahui manfaatnya bagi kehidupan manusia. Hal ini menggambarkan situasi gawat yang membutuhkan perhatian segera untuk mencegah atau membatasi besarnya atau jumlah pelanggaran serius terhadap konvensi (CERD) dan untuk mengurangi risiko diskriminasi rasial lebih lanjut. Iklim kekerasan yang meluas dan pelanggaran HAM terhadap masyarakat adat di Papua, termasuk diskriminasi yang mengakar di semua tingkat masyarakat, merupakan faktor yang memperburuk yang membuat situasi ini semakin mendesak dan ekstrim untuk melindungi masyarakat adat Papua, untuk mendapatkan perhatian dan pengawasan internasional. Proyek MIFEE Tetap Berjalan Menteri Pertanian RI, Suswono, di Jakarta, mengatakan program MIFEE tetap berjalan meski terdapat desakan penghentian oleh koalisi LSM. Hal ini disampaikan Menteri Suswono dalam wawancara dengan koran-jakarta.com (29 Juli ), menyusul Surat Permohonan 27 LSM kepada Komisi CERD yang meminta penghentian proyek MIFEE di Merauke. Firman Subagyo, Wakil Komisi IV DPR RI, menilai desakan penghentian proyek MIFEE yang dilakukan LSM tidak beralasan kuat. Bahkan, dia mencurigai desakan tersebut sarat dengan kepentingan tertentu. "Saya khawatir desakan tersebut hanya menjadi alat dari kepentingan asing untuk mendiskreditkan proyek ketahanan pangan dan energi Indonesia," ujarnya. Diberitakan oleh koran-jakarta.com bahwa DPR menilai pemerintah jangan mudah diintervensi untuk mengorbankan proyek yang memiliki manfaat bagi program ketahanan pangan dan energy nasional. Berdasarkan situasi tersebut, organisasi pemohon meminta dan merekomendasikan sebanyak delapan point kepada komisi CERD untuk melaksanakan prosedur tindakan peringatan dini dan mendesak, mencakup: mendesak kepada pemerintah Indonesia untuk menghentikan dengan segera setiap bagian proyek MIFEE yang mengancam kelangsung hidup masyarakat adat dan untuk segera memberikan dukungan kepada masyarakat adat yang terampas alatalat bertahan hidupnya. Untuk mendesak pemerintah Indonesia menjamin kondisi kerja dalam proyek MIFEE untuk melaksanakan standard pekerja internasional, tidak diskriminatif, serta menghargai atas hak-hak teritorial masyarakat adat setempat. Pemohon juga mengungkapkan keprihatinan mendalam atas pelanggaran HAM di Papua dan untuk mendesak pemerintah Indonesia agar terlibat dalam dialog resmi dengan perwakilan masyarakat adat Papua untuk menyikapi konflik di Papua tanpa kekerasan dan dialog konstruktif. Merekomendasikan dan mendesak kepada pemerintah Indonesia, untuk menetapkan Pengadilan HAM dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk Papua. Mendesak Indonesia untuk mendukung secara aktif dan menerapkan Deklarasi Bali mengenai HAM dan Agribisnis bersama dengan Komnas HAM, organisasi-organisasi masyarakat adat, pihak bisnis dan LSM. Merekomendasikan bahwa pemerintah Indonesia meminta atau mengabulkan permintaan untuk kunjungan lapangan dari Pelapor Khusus PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat dan Pelapor Khusus PBB tentang Hak-hak atas Pangan agar mendukung pemenuhan kewajiban internasional, termasuk yang terkait dengan hak-hak masyarakat adat di Papua; dan meminta bahwa prosedur-prosedur khusus tersebut di atas dilaporkan kepada Komisi atas setiap temuan atau kemajuan dalam pengaturan dan pelaksanaan kunjungan lapangan. (Ank, Agst ) sambungan: Proyek... Pernyataan kepentingan asing ini tidak jelas maksudnya, apakah maksudnya pihak luar wilayah pemerintah Indonesia? Padahal proyek MIFEE ini berorientasi dan dikendalikan oleh kepentingan korporasi swasta, yang kebanyakan modalnya dikendalikan oleh perusahaan multinasional dan tujuan produksi komoditi pangan dan energi untuk pasar komersial internasional. Suswono, menyatakan proyek MIFEE sebagai salah satu andalan peningkatan ketahanan pangan dan energy. Proyek tersebut akan menyerap investasi sekitar Rp. 90 triliun yang bersumber dari dana swasta dan pemerintah. Sejumlah grup besar investor telah berminat masuk dalam proyek tersebut. Menurut Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), Gita Wirjawan, pemerintah mengalokasikan dana Rp. 1 triliun untuk pembangunan infrastruktur pendukung bagi pengembangan food estate seluas 570 ribu hakter, yang lahannya dikembangkan untuk komoditas tebu, padi dan kedelai, yang diperkirakan selesai pada (Ank, Agst ) Sumber: 4

5 MK Tidak Progresif Berkenaan Pasal Bersyarat Pengakuan Masyarakat Adat Mahkamah Konstitusi (MK), dianggap tidak cukup progresif memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan syarat-syarat pengakuan terhadap masyarakat adat. Ungkap Erasmus dalam Lokakarya di Manokwari, Papua Barat, (5/8/). MK tidak lebih dari corong konstitusi. MK hanya menyesuaikan syarat pengakuan dalam UU Kehutanan dengan syarat-syarat pengakuan dalam UUD 1945 sebagaimana putusannya terhadap pasal 4 ayat (3). Jika sebelumnya pasal tersebut berbunyi Penguasaan hutan oleh negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Oleh MK pasal tersebut disesuaikan dengan UUD 1945 sehingga menjadi Penguasaan hutan oleh negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-undang, kata Erasmus. Pemerintah dan DPR RI juga terkesan masa bodoh dan tidak menanggapi keputusan MK 35/ ini, menyusul disahkannya RUU Pencegahan Pemberantasan Perusakan Hutan (UU P3H) menjadi UU pada tanggal 9 Juli dan juga diterbitkannya Surat Edaran Menteri Kehutanan terkait putusan MK, pada tanggal 16 Juli. Surat edaran itu berupaya memelintir maksud dari putusan MK itu sendiri. Dalam SE ini, tersirat kesan bahwa Kementerian Kehutanan melempar tanggungjawab pelaksanaan putusan MK ke Pemerintah Daerah melalui peraturan Daerah. Hal ini adalah kekeliruan fatal mengingat UU Kehutanan itu sendiri menentukan bahwa penetapan hutan adat merupakan kewenangan Pemerintah (Kementerian Kehutanan) yang tata caranya perlu diatur dalam sebuah Peraturan Pemerintah, kata Erasmus. Menurut Erasmus, tantangan bagi masyarakat adat, mereka harus mampu membuktikan eksistensi dirinya karena keberadaannya akan sangat menentukan penguasaan mereka atas hutan adat. Hanya memang harus dikaji lebih jauh mengenai kriteria-kriteria keberadaan masyarakat adat itu sendiri. (Ank, Agst ) Perubahan Pasal dalam UU Kehutanan 41 tahun 1999 yang Diuji Setelah Putusan Mahkamah Konstitusi MK 35/ Sesuai dengan permohonan pengujian Undang-Undang Kehutanan oleh para pemohon yaitu terkait Pasal 1 angka 6, Pasal 4 ayat (3), Pasal 5 ayat (1) serta penjelasannya, Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3), dan ayat (4) Pasal 67 ayat (1), (2) dan (3), dan pendapat hukum serta amar putusan MK terhadap pasal-pasal yang diuji tersebut, maka makna pasal-pasal yang diuji berubah menjadi sebagai berikut: Sebelum Putusan Pasal 1 angka 6: Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Pasal 4 ayat (3): Penguasaan hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Pasal 5 ayat (1): Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: a. hutan negara, dan b. hutan hak. Penjelasan Pasal 5 ayat (1): Hutan negara dapat berupa hutan adat Pasal 5 ayat (2): Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat berupa hutan adat. Pasal 5 ayat (3): Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2); dan hutan adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya. Setelah Putusan Pasal 1 angka 6: Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Pasal 4 ayat (3): Penguasaan hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang. Pasal 5 ayat (1): Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: a. hutan negara, dan b. hutan hak terdiri dari: - hutan adat - hutan perorangan/badan hukum. Penjelasan Pasal 5 ayat (1): Hutan negara dapat berupa tidak termasuk hutan adat.. Pasal 5 ayat (2): Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat berupa hutan adat. Pasal 5 ayat (3): Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2); dan hutan adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya. Bupati Kapuas Mengeluarkan Surat Penghentian Kegiatan 13 Perusahaan Perkebunan Sawit Bupati Kapuas, Ben Brahim, mengeluarkan Surat Bupati Kapuas No /1460/Disbunhut/, tanggal 24 Juli, tentang Penghentian Operasional Kegiatan PBS yang belum Clear and Clean. Surat ini ditujukan kepada Direktur Perusahaan Perkebunan Besar Swasta (PBS), yang berjumlah sebanyak 13 perusahaan. Surat Bupati ini juga untuk menindak lanjuti Surat Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 540/647/Ek, tanggal, 28 Juni, perihal Penghentian Pengoperasian Kegiatan yang belum Clear and Clean. Bupati mengingatkan setiap kegiatan pembukaan kawasan hutan tanpa ijin dari Menteri Kehutanan merupakan suatu pelanggaran. Dalam Surat Bupati yang menegaskan kepada 13 perusahaan perkebunan sawit milik swasta untuk segera menghentikan kegiatan seluruh kegiatan perusahaan yang belum memiliki perizinan sesuai ketentuan yang berlaku sejak diterima surat Bupati. Penyelesaian perizinan dimaksud termasuk penyelesaian sengketa dengan pemilik lahan. Ada 13 perusahaan perkebunan besar yang dianggap belum clear and clean, semuanya perkebunan kelapa sawit, yakni: PT. Agro Subur Permai ( ha), PT. Dwie Warna Karya ( ha), PT. Globalindo Agung Lestari ( ha), PT. Hijau Pertiwi Indah Plantation ( ha), PT. Kahayan Agro Lestari ( ha), PT. Kalimantan Ria Sejahtera ( ha), PT. Kapuas Maju Jaya ( ha), PT. Lifere Agro Kapuas ( ha), PT. Rezeki Alam Semesta Raya ( ha), PT. Sepalar Yasa Kartika ( ha), PT. Susantri Permai ( ha), PT. Sakti Mait Jaya Langit ( ha), PT. Wana Catur Jaya Utama ( ha). Dilapangan areal perkebunan sawit PT. Globalindo Agung Lestari (GAL), puluhan warga sekitar Mantangai dan Dadahup yang diorganisir oleh BATAMAD (Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak) mendatangi Kantor GAL di Desa Pulau Kaladan untuk menuntut pengembalian tanah adat mereka yang diambil oleh perusahaan. Kami minta perusahaan menghentikan kegiatannya sebelum ada penyelesaian permasalahan dengan warga pemilik tanah, kata Ewaldianson, Ketua BATAMAD Kab. Kapuas, yang berpendapat bahwa perusahaan telah melakukan pelanggaran merampas hak masyarakat dan menunjukkan Surat Bupati dan Surat Gubernur yang mendukung aksinya untuk menuntut pengembalian hak atas tanah dan penyelesaian sengketa dengan perusahaan. Ancaman hukuman pidana terhadap pelanggaran surat bupati ini diancam dengan pidana penjara mulai dari satu tahun hingga 15 tahun dan denda mulai dari rupiah hingga 10 milyar rupiah, berdasarkan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. (Ank, ) Sambungan... Sebelum Putusan Setelah Putusan Pasal 5 ayat (4): Apabila dalam perkembangannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan tidak ada lagi, maka hak pengelolaan hutan adat kembali kepada Pemerintah. Rumusan tetap, karena MK menolak permohonan untuk pasal 5 ayat (4). Pasal 67 ayat (1) Pasal 67 ayat (2) Pasal 67 ayat (3) Rumusan tetap, karena MK menolak permohonan untuk pasal 67 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3). 5

6 di Sei Hambiye mendukung Serikat Tani dan juga warga Mantangai Hulu. Lalu, kami melakukan perintisan lokasi dan mencabut patok yang sudah diukur oleh perusahaan. Kami juga melakukan pemetaan SKTA (Surat Keterangan Tanah Adat) dan membagi lahan kepada setiap anggota per KK (Kepala Keluarga) seluas satu hektar, serta memperjuangkan legalitas SKTA untuk masyarakat. Sebagian besar tanah tersebut digarap untuk ladang padi, kebun palawija dan kebun karet. Basri: Kompak Kunci Perjuangan Serikat Tani Penguasa pemerintah hari ini cenderung mengutamakan kepentingan produksi dan reproduksi kapital para korporasi swasta, ketimbang berperan melayani dan melindungi kepentingan rakyat. Hukum hanya menjadi alat penguasa untuk meloloskan kepentingan bisnisnya dan menghadang perlawanan dan sikap kritis rakyat. Ditengah melemahnya peran negara, aksi kaum tani untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak hidup terus menguat bermodalkan solidaritas, persatuan dan kehendak untuk perubahan. Basri Ketua Serikat Tani Manggatang Tarung di Desa Mantangai Hulu, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, menceritakan pengalaman mereka dalam memperjuangkan hak atas tanah, ditengah gagalnya negara melindungi dan menghormati hak-hak rakyat atas tanah. Apa latar belakang didirikannya Serikat Tani Manggatang Tarung? Awalnya, kami tergabung dalam Sekolah Lapang untuk kegiatan pengolahan hasil karet hingga pemasaran, bersamaan dengan adanya proyek KFCP pada tahun Tapi proyek KFCP tidak memberi manfaat berarti karena hanya memfasilitasi kami untuk bertemu dengan pembeli dan tidak ada tanda untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian, kami secara mandiri mengupayakan modal dan pengembangan usaha karet dalam kelompok Serikat Tani Manggatang Tarung. Tujuan Serikat Tani Manggatang Tarung? Ketika itu, tahun 2011 kami sepakat tujuannya untuk mengembangkan kesejahteraan anggotanya melalui usaha tani karet, mulai dari pengolahan kebun, pengolahan getah karet dan pemasaran. Usaha ini berjalan lancar secara mandiri. Tetapi ditengah jalan terjadi musibah, alat transportasi perahu kelotok ditabrak oleh getek kapal penyeberangan, perahu dan dua mesin tenggelam, muatannya beras 150 sak dengan isi 25 kilo persak, minyak bensin 7 drum, solar, minyak tanah 1 drum, lenyap ke dasar sungai, kerugian kami diperkirakan nilainya lebih dari 36 juta rupiah. Usaha serikat tani semakin terpuruk karena ambruknya harga karet dari harga Rp per kilo turun menjadi Rp dan kadang Rp per kilo di tingkat kampung. Ongkos produksi pengolahan karet lebih besar dibanding harga karet. Sehingga diputuskan untuk sementara Serikat Tani tidak mengolah karet. Perkembangan selanjutnya, apakah tidak ada aktifitas lagi? Kami juga terlibat dalam advokasi memperjuangkan hak atas tanah yang digunakan untuk proyek KFCP dan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Usaha Handalan Perkasa yang merampas tanah masyarakat di Desa Mantangai. Tanah masyarakat semakin sempit dan dikurung oleh proyek konservasi dan perkebunan kelapa sawit. Kami berdiskusi dan bekerjasama dengan LSM untuk menentang proyek KFCP yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat. Kami berbicara dalam pertemuan di daerah Kapuas dan provinsi hingga ke pemerintah pusat di Jakarta tentang masalah lahan yang dikelola proyek KFCP dan perkebunan sawit. Tetapi, pemerintah tidak punya perhatian serius untuk menangani dan memenuhi tuntutan masyarakat. Bagaimana upaya untuk mendapatkan dan mengembalikan hak atas tanah? Pada tahun, kami bermusyawarah dan menyepakati untuk menduduki dan mengolah lahan yang dirampas oleh perusahaan kebun kelapa sawit PT. Usaha Handalan Perkasa di lahan Sei Hambiye. Pemilik handil Apa hambatan dan tantangan Serikat Tani? Pemerintah tidak menanggapi dan belum ada dukungan terhadap tuntutan masyarakat, sehingga terjadi pengabaian. Misalnya, prosedur untuk memperoleh SKTA sudah dipemuhi dan mendapat pengesahan dari Mantir di desa, tetapi pengesahan dari Damang belum selesai dan pemerintah desa menolak menandatangani. Pemerintah Desa dan BPD melakukan rintisan diareal Sei Hambiye dan Sei Rangas dan mencaplok lahan yang telah di SKTA kan sekitar 300 meter. Masyarakat tidak mengetahui tujuan pembuatan rintisan tersebut yang kemudian diketahui digunakan oleh perusahaan setelah ada kegiatan penebasan dan penebangan di daerah tersebut. Perusahaan juga tidak menghormati dan mengakui hak-hak masyarakat. Kami sudah memasang patok disitu dengan kayu yang tinggi dan di cat putih pada rintisan selebar dua meter, tetapi mereka tetap melewati dan menggarap lahan tersebut. Sewaktu masyarakat ingin berladang ternyata lahan tersebut sudah ditanami oleh perusahaan. Karenanya, kami kembali bergerak melakukan protes dan perlawanan. Pada tanggal 7 dan 12 Agustus, Serikat Tani bersama warga melakukan aksi mencabut tanaman bibit karet perusahaan yang berada di lahan Sei Jangkit dan Sei Hambiye. Kami lalu menanam karet local di lahan tersebut. Bagaimana dengan surat panggilan Kapolsek Mantangai sebagai saksi kasus tindak pidana pengrusakan? Saya dan Dirman dipanggil melalui Surat Panggilan Kapolsek Mantangai sebagai saksi dalam kasus tindak pidana pengrusakan pada 14 Agustus. Tapi, saya tidak datang dan kami kompak bersama warga ke kantor Polsek Mantangai pada tanggal 16 Agustus, sebanyak 50 orang berjalan kaki sejauh 5 kilometer menuju Kapolsek Mantangai. Pihak polisi bingung menghadapi warga dan juga ada perempuan. Polisi menanyakan ada apa ini pak, kok datang banyak? Kami hadir disini karena ada panggilan dari bapak. Kami semua ingin memberi kesaksian atas tuduhan pengrusakan. Kami membawa dokumen aksi lapangan, jika belum puas kita ke lapangan untuk melihat apa yang kami lakukan. Polisi hanya mencatat keterangan dan keluhan masyarakat yang silih berganti berbicara. Pihak kepolisian tidak bisa menanggapi. Saya menanyakan siapa yang melaporkan tindakan pengrusakan kepada Kepolisian? Ternyata pihak perusahaan. Lalu warga meminta polisi memediasi mempertemukan kami dengan perusahaan PT. Usaha Handalan Perkasa. Warga meminta tidak terlalu lama karena ingin tahun penyelesaian terhadap perusahaan tetapi polisi tidak menentukan jadwalnya. Hanya meminta no telpon kami. Kami minta pertemuannya tanggal 19, tempat pertemuannya di kecamatan atau di desa. Kapolsek meminta kami pulang dan sampai sekarang tidak ada tanggapan lagi dan langsung diam saja permasalahan ini. Kami juga menyerahkan Surat Gubernur dan Surat Bupati (surat penghentian perusahaan PBS yang tidak clear and clean) kepada Humas perusahaan, bernama Arbani. Perlu bapak ketahui, berdasarkan ini kami menolak perusahaan tersebut dan tolong sampaikan omongan saya ini, sawit yang ditanam dilahan kami tolong diambil, karena tanah itu akan kami garap tahun ini. Kalo tidak diambil jangan salahkan kami. Apa rencana serikat tani? Berdasarkan musyawarah anggota, kami akan membuat parit sebagai batas tanah di lapangan. Batas tidak cukup hanya dengan menebas dan memasang patok, karena patok bisa busuk dan hilang, sedangkan tebas tidak bertahan karena tanaman akan tumbuh lagi. Sebagai batas hak kelola antara Sei Rangas, Sei hambiye dan Sei jangkit, yang mana Sei hambiye dan Sei jangkit satu pemilik handil. Kami juga akan memetakan tanah didaerah ini hingga mencapai 1000 an hektar sesuai dengan surat pemilikan atas handil yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian, yang mana saat ini masih 40 % yang sudah di petakan. Selanjutnya, melakukan perluasan kebun karet bibit local untuk anggota dan kelompok yang dikelola secara bersama. Dan hasil kebun karet kelompok bisa dipakai untuk mendukung perjuangan organisasi. Dalam waktu dekat, kami akan menanam lahan dengan padi lokal geragai dan menyahi. Lalu tanam karet. (Ank, Agst ) 6

Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua

Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Hari ini, 16 Oktober 2013, merupakan hari Pangan Sedunia. FAO memberikan tema "Sistem Pangan Berkelanjutan untuk

Lebih terperinci

Kapuas dan Pelestarian Kerusakan

Kapuas dan Pelestarian Kerusakan Kapuas dan Pelestarian Kerusakan Kapuas merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Tengah yang menjadi sasaran utama proyek Pengembangan Lahan Gambut sejuta hektar tahun 1995 silam. Dari total proyek

Lebih terperinci

Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan

Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan Pandangan dan Sikap Dewan Kehutanan Nasional (DKN) Atas Rancangan Undang-Undang Pemberantasan Perusakan Hutan Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan

Lebih terperinci

SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia

SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia PELIBATAN PENYANDANG DANA, DALAM KONFLIK PTPN II DAN MASYARAKAT DI KABUPATEN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan I. PEMOHON 1. Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS); 2. Perkumpulan Sawit Watch; 3. Aliansi Petani Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa sebagai upaya pengendalian agar penggunaan tanah dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah I. PEMOHON 1. Masyarakat Hukum Adat Nagari Guguk Malalo, sebagai Pemohon I; 2. Edi Kuswanto, sebagai Pemohon

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN KAWASAN, HEMAQ BENIUNG, HUTAN ADAT KEKAU DAN HEMAQ PASOQ SEBAGAI HUTAN ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KALIMANTAN TENGAH: REDD+ dan Kemitraan Karbon Hutan Kalimantan (KFCP)

KALIMANTAN TENGAH: REDD+ dan Kemitraan Karbon Hutan Kalimantan (KFCP) Seri briefing hak-hak, hutan dan iklim Oktober 2011 KALIMANTAN TENGAH: REDD+ dan Kemitraan Karbon Hutan Kalimantan (KFCP) Pada bulan Desember 2010, Kalimantan Tengah dipilih oleh Presiden Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal

Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal Pandangan dan Pengalaman AMAN Mina Susana Setra Deputi untuk Advokasi, Hukum dan Politik - AMAN GCF TaskForce REDD+ Training Bali, 20 November

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PERESMIAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENCANANGAN KOTA TERPADU MANDIRI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PERESMIAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENCANANGAN KOTA TERPADU MANDIRI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PERESMIAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENCANANGAN KOTA TERPADU MANDIRI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Hari Tanggal : Sabtu /17 Mei 2008 Pukul : 10.50 WIB

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH 1 GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengaturan penanaman modal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha 1 B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN IZIN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN IZIN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN IZIN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG, Menimbang a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN Mendengar proses penerapan Free, Prior, Informed And Consent atau (FPIC) pada area proyek Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus (REDD+) di Kalimantan Tengah LATAR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2002 NOMOR : 37 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2016 2 BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 94 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP RENCANA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (UPHHK-HTI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang perkebunan merupakan salah satu bidang yang termasuk ke dalam sumber daya alam di Indonesia yang memiliki peranan strategis dan berkontribusi besar

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa bahan galian pertambangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IJIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Shared Resources Joint Solutions

Shared Resources Joint Solutions Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI OKTOBER 2014 1. Latar Belakang Pada tanggal 1 Februari 2013, APP, melalui Kebijakan Konservasi Hutannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Suku Yerisiam Gua Gugat PT.Nabire Baru Dengan Cara Adat dan Hukum Negara

Suku Yerisiam Gua Gugat PT.Nabire Baru Dengan Cara Adat dan Hukum Negara Siaran Pers Suku Yerisiam Gua Gugat PT.Nabire Baru Dengan Cara Adat dan Hukum Negara Suku Besar Yerisiam Gua di Nabire (utara) Pulau Papua, kembali melakukan aksi merebut kembali hak leluhur mereka. Salah

Lebih terperinci

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah Negara Indonesia yang terdiri dari 17.058 pulau itu memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang lebih besar daripada negara-negara tetangganya.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan I. PEMOHON - P.T. Inanta Timber & Trading Coy Ltd.yang diwakili oleh Sofandra sebagai Direktur Utama -------------------------------------

Lebih terperinci

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari 1 Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari Kegiatan Ekonomi Utama: Pertanian Pangan - MIFEE Tembaga Nikel Minyak dan Gas Bumi Perikanan » Dalam rangka mengantisipasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK

PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FAKFAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU,

GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, 1 GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, Menimbang : a.bahwa demi terselenggaranya penyediaan air yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG TRANSPARANSI TATA KELOLA PEMERINTAHAN DI BIDANG INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA

Lebih terperinci

KEBUN RAYA RIMBE MAMBANG

KEBUN RAYA RIMBE MAMBANG Senin, 14 Nopember 2016 KEBUN RAYA RIMBE MAMBANG Oleh: BUPATI BANGKA KRONOLOGIS KEBUN RAYA RIMBE MAMBANG 1. RINTISAN HUTAN RIMBE DI DESA DALIL LAHAN SELUAS 55,7 HEKTAR OLEH MASYARAKAT DESA DALIL DAN BUMDes

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa keberadaan sarang burung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TUMUR, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2014 T E N T A N G PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DALAM USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 70 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERIJINAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa air permukaan mempunyai peran

Lebih terperinci

Menggali Kehancuran di Sunda Kecil

Menggali Kehancuran di Sunda Kecil Menggali Kehancuran di Sunda Kecil Pantauan Masyarakat Sipil atas Korsup Minerba di NTT dan NTB Koalisi Anti-Mafia Tambang, Kupang 3 Juni 2015 Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Konservasi yang Dibebani Izin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT I. PENDAHULUAN Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT Empat bulan lebih pasca Nazir Foead, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) dihadang dan diusir

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.170, 2008 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah: Laporan Verifikasi Keluhan melalui Laporan yang dibuat oleh FPP, Scale UP & Walhi Jambi berjudul Pelajaran dari Konflik, Negosiasi dan Kesepakatan antara Masyarakat Senyerang dengan PT Wirakarya Sakti

Lebih terperinci

TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui, menghormati dan melindungi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang Mengingat : a. bahwa air sebagai sumber kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan terhadap

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Konflik di Provinsi Riau meningkat seiring dengan keluarnya beberapa izin perkebunan, dan diduga disebabkan oleh lima faktor yang saling terkait, yakni pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa Negara Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 7 Tahun 2000 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 07 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 7 Tahun 2000 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 07 TAHUN 2000 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 7 Tahun 2000 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 07 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DAIRI Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa umat manusia berkedudukan

Lebih terperinci