KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS REVISI PERTAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS REVISI PERTAMA"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA 2016 RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN TAHUN REVISI PERTAMA

2 RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA 2015 Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

3 BAB I. PENDAHULUAN Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) UMKM dan koperasi dituntut untuk dapat berpartisipasi mendukung kemandirian perekonomian nasional. Arahannya ialah peningkatan daya saing UMKM dan koperasi sehingga tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar. Sedangkan strateginya ialah peningkatan kualitas SDM, peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan, peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran, dan peningkatan kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha. Untuk menjalankan strategi peningkatan akses pembiayaan yang mencapai hasil optimal, terarah dan terintegrasi, diperlukan suatu perencanaan yang komprehensif dan terintegrasi. Upaya peningkatan akses pembiayaan untuk UMKM dan koperasi dituangkan melalui Rencana Strategis Deputi Bidang Pembiayaan Tahun yang pada prinsipnya disusun untuk membangun struktur dari bidang pembiayaan bagi UMKM dan koperasi dari aspek-aspek penyediaan, permintaan dan sistem pendukungnya Landasan Pembangunan Bidang Pembiayaan Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap kementerian/lembaga wajib menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Selanjutnya sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Diktum Kedua, setiap instansi pemerintah hingga tingkat Eselon II wajib menyusun Renstra untuk Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

4 melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran. Sebagai tindak lanjutnya, Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran KL (RKA-KL) menyebutkan bahwa rencana kerja KL periode satu tahun dituangkan dalam RKA-KL merupakan penjabaran RKP dan Renstra KL.Dengan demikian dalam tahap implementasinya fungsi Renstra KL menjadi sangat penting untuk pedoman menyusun dokumen perencanaan jangka pendek (satu tahun), yaitu Rencana Kerja KL (Renja KL) dan RKA KL) sebagai lampiran Nota Keuangan dalam rangka mengantarkan RUU APBN Alur Pikir dan Asumsi Bagan alur penyusunan Renstra Deputi Bidang Pembiayaan Tahun diilustrasikan oleh Gambar I.1 di bawah ini. Gambar I.1 Alur pikir Renstra Deputi Bidang Pembiayaan Tahun Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

5 Asumsi dasar yang menjadi alur pikir untuk mencapai sasaran strategis pembangunan pembiayaan bagi UMKM dan koperasi tahun yang realistik, terukur dan proporsional ialah: 1. Nawacita dan RPJMN menjadi acuan dalam perumusan Renstra Deputi Bidang Pembiayaan Tahun Renstra Deputi Bidang Pembiayaan Tahun menjadi acuan seluruh Eselon II lingkungandeputi Bidang Pembiayaan di daerah dan satuan kerja perangkat daerah terkait bidang pembiayaan UMKM dan koperasi 3. Berdasarkan struktur organisasi Kemenkop sesuai Perpres No. 62 Tahun 2014 tentang Kemenkop dan Permenkop No.... Tahun 2015 tentang Sistematika Renstra Deputi Bidang PembiayaanTahun Renstra Deputi Bidang Pembiayaan Tahun disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan Pada bagian ini dipaparkan latar belakang pembangunan pembiayaan bidang UMKM dan koperasi, landasan hukum Renstra Deputi Pembiayaan Tahun , alur pikir dan asumsi yang digunakan, dan sistematika. Bab II. Kondisi saat ini, permasalahan dan isu strategis Bagian II ini merupakan paparan atas kondisi UMKM dan koperasi secara umum serta terkait pembiayaan formal. Paparan juga dilanjutkan dengan permasalahan dan isu strategis yang sudah diidentifikasi. Bab III. Analisis dan Arah Sasaran Pada Bab III merupakan paparan analisis dan argumentasi sasaran dan indikator pada RPJMN terkait dengan Bidang Pembiayaan. Paparan juga dilanjutkan dengan pendeskripsian sasaran spesifik tiap-tiap keasdepan di bidang kedeputian pembiayaan. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

6 Bab IV. Kegiatan Dan Program Pada Bab IV ini dipaparkan kegiatan dan program umum deputi pembiayaan dan kegiatan tiap-tiap keasdepan pada deputi pembiayaan. Cakupan kegiatan dan program tersebut dipaparkan dalam matriks kegiatan dan program. Lampiran Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

7 BAB II. KONDISI SAAT INI, PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS 2.1. Kondisi Saat Ini Dunia usaha Indonesia didominasi oleh UMKM yang proporsinya sebesar 99,98% dari total unit usaha di Indonesia. Jumlah UMKM pada tahun 2013 sebanyak 57,90 juta unit, dengan proporsi terbesar adalah usaha mikro yang mencapai unit (98.8%), kemudian usaha kecil sebanyak unit (1,1%) dan usaha menengah sebanyak unit (0,1%) (Kementerian Koperasi dan UKM, 2014). Selama periode , jumlah unit UMKM bertumbuh pada rerata tingkat pertumbuhan sebesar 2,4%. Selain mendominasi, UMKM juga tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Keadaan ini menjadikan UMKM Indonesia memiliki peranan yang penting dalam aspek ekonomi dan bahkan sosial. Kementerian Koperasi dan UKM memaparkan indikator yang memperlihatkan peranan penting UMKM dalam perekonomian Indonesia, yaitu besaran kontribusi UMKM terhadap pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja, investasi nasional dan ekspor nasional Gambar 2.1 Kontribusi UMKM Pada Perekonomian Indonesia Tahun 2012 Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM dan BPS, 2012 Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

8 Data Kementerian Koperasi dan UKM dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa: 1. UMKM menyumbang sebesar 59% dalam PDB Indonesia pada 2012 seperti yang dapat diamati di Gambar 2.1 di atas. Proporsi ini tidak banyak berubah pada tahun 2010 dan 2011, dimana UMKM menyumbang sebanyak 54% dan 58% dari total pendapatan nasional. 2. Proporsi penyerapan tenaga kerja oleh UMKM dan usaha besar juga tidak banyak berubah pada periode Gambar 2.1 menunjukkan UMKM menyerap sebanyak 99.9% dari total tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2012 atau sebesar 107 juta tenaga kerja. Namun, perlu diketahui pula bahwa pendapatan per orang tenaga kerja di sektor UMKM hanya sebesar Rp 7,6 juta per tahun, sedangkan pendapatan per orang tenaga kerja usaha besar mencapai Rp 1 milyar per tahun walau hanya 3,1 juta orang yang bekerja pada usaha skala besar. 3. Selanjutnya kontribusi UMKM meningkat cukup signifikan pada periode dimana pada 2010 UMKM menyumbang sebesar 48% investasi nasional, yang kemudian meningkat menjadi 50% pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 UMKM mendominasi kontribusi terhadap investasi nasional sebesar 55% seperti yang ditunjukkan oleh Gambar Namun demikian, UMKM Indonesia belum menguasai kontribusi terhadap ekspor non migas nasional dimana pada tahun 2012 UMKM menyumbang sebesar 14% seperti yang ditunjukkan oleh Grafik 2.1. Hal ini menunjukkan masih lemahnya nilai jual barang atau jasa produksi UMKM dalam percaturan perdagangan di pasar global. Selain kontribusi yang telah diungkapkan di atas, keberadaan usaha UMKM juga berperan dalam pengentasan kemiskinan. Data yang dihimpun pada Lokakarya Nasional Memantapkan Pola Linkage Bank-Lembaga Keuangan Dalam Upaya Percepatan Penanggulangan Kemiskinan melalui KUR pada tahun 2008 lalu, dari 93,4 juta angkatan kerja di Indonesia terdapat 42,5 juta orang yang bekerja pada usaha sendiri yang mana dari jumlah tersebut sebanyak 24,3 juta unit usaha adalah usaha mikro yang berada di daerah tertinggal. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

9 Pada sisi lain, jumlah UMKM yang mengakses permodalan formal masih rendah. Sebagai salah satu indikator, jumlah rekening kredit UMKM di bank yang merupakan sumber pembiayaan formal utama ialah sebanyak rekening pada tahun Angka ini hanyalah sebesar 16% dari jumlah UMKM sebanyak unit usaha saat itu. Sedangkan, proporsi kredit UMKM dalam total kredit perbankan pada tahun yang sama hanya sebesar 19,9%. Begitu pula dengan koperasi yang mengalami pertumbuhan dalam jumlah yang cukup signifikan (Kementerian Koperasi dan UKM, 2012). Dari sisi pendanaan Kopersi, secara agregat mencapai Rp ,15 juta yang terdiri dari modal sendiri sebesar Rp 35,794, juta dan modal luar/pinjaman sebesar Rp 39,689, juta. Modal luar yang relatif lebih besar dari modal sendiri (ekuitas) sebenarnya lebih banyak yang bersumber dari dana-dana program pemerintah, seperti dana perkuatan koperasi agrobisnis, dana bergulir LPDB-KUMKM dan berbagai bentuk perkuatan modal lainnya dari pemerintah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya akses koperasi kepada sumber pembiayaan formal masih rendah, sama seperti halnya UMKM. Pemerintah Indonesia sesungguhnya berkomitmen untuk mendukung upaya penguatan permodalan UMKM dan koperasi secara formal. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa regulasi di bawah ini: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, yang memberi mandat kepada pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk: 1) memperluas sumber pembiayaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan selain bank, 2) memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha, Kecil dan Menengah, 3) memberikan kemudahan dalam memperoleh pembiayaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pela-yanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, khususnya pengaturan mengenai obligasi koperasi dan modal Penyertaan yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1997 tentang Modal Penyertaan. Kedua ketentuan tersebut, merupakan peluang khususnya Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

10 bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan penerbitan obligasi koperasi dan modal penyertaan. 3. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan UMKM yang ditindaklanjuti dengan Surat Edaran (SE) Bank Indonesia (BI), yang mengatur bahwa: 1) Bank Umum menyusun dan menyampaikan rencana pemberian kredit atau pembiayaan UMKM dengan memperhatikan tahapan pencapaian rasio kredit atau pembiayaan UMKM terhadap total kredit atau pembiayaan, yaitu: a) pada tahun 2013 dan tahun 2014, sesuai kemampun Bank Umum, b) tahun 2015, paling rendah 5% (lima persen), c) tahun 2016, paling rendah 10% (sepuluh persen), d) tahun 2017, paling rendah 15% (lima belas persen); dan e) tahun 2018 dan seterusnya, paling rendah 20% (dua puluh persen). 2) Bank Umum menyusun rencana pemberian kredit atau pembiayaan UMKM yang dikelompokkan berdasarkan: a) lapangan usaha, b) jenis penggunaan, dan c) provinsi. 4. Berbagai ketentuan pembiayaan yang bersifat spesifik, diantaranya: 1) pembiayaan ekspor yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor, 2) pembiayaan bagi usaha mikro yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan, 3) dana bergulir, yaitu dana yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum (BLU) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.5/2009 dimana BLU yang saat sekarang sudah terbentuk dan menyalurkan dana bergulir secara nasional, yaitu Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) dan Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan (P3H). 5. Berbagai ketentuan pembiayaan yang bersifat sektoral, yang terdapat di setiap kementerian teknis. Misalnya, dana stimulan untuk KUBE-LKM yang dibentuk Kementerian Sosial, pembiayaan untuk kelompok industri kecil oleh Kementerian Perindustrian, Kelompok Tani oleh Kementerian Pertanian, dan sebagainya. Pembiayaan yang bersifat sektoral ini, umumnya diarahkan pada kelompok usaha binaan sebuah kementerian atau instansi, yang anggotanya belum bisa memenuhi persyaratan perbankan (bankable). Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

11 2.2. Deputi Bidang Pembiayaan Pemerintah juga membentukdeputi Bidang Pembiayaan Kemenkop yang sesuai Perpres No. 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi ditugasi untuk menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan akses pembiayaan usaha simpan pinjam, permodalan, asuransi dan penjaminan kredit, jasa keuangan dan perpajakan, lembaga pembiayaan dan pasar modal. Di bawah ini ialah struktur organisasi Deputi Bidang Pembiayaandengan nomenklatur baru. : Gambar II.1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Pembiayaan Kemenkop. Sumber: Pada gambar ini nampak, bahwa ada penataan keorganisasian dari Kedeputian Bidang Pembiayaan, berupa : 1) dibentuknya Sekretariat Deputi dan Asisten Deputi Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

12 Pembiayaan Syariah, yang dalam struktur sebelumnya tidak ada, 2) perubahan terhadap fungsi dan sup pembidangan pada Asisten Deputi Urusan Simpan Pinjam, Asisten Deputi Urusan Pendanaan, Asisten Deputi Urusan Asuransi dan Permodalan. Perubahan ini merupakan suatu bentuk respons Kementrian Koperasi dan UKM untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan pembiayaan dan mewadahi dalam struktur yang lebih tepat dan efektif Gambaran Kegiatan Pemberdayaan KUMKM Gambaran singkat dari capaian bidang pembiayaan pada periode tahun diuraikan seperti berikut ini : 1. Belanja Sosial Bantuan Perkuatan Permodalan bagi Pelaku Usaha a. Penyediaan modal bagi pelaku usaha mikro melalui koperasi pedesaan dan perkotaan. Bantuan Dana untuk masyarakat dengan status hibah dan digunakan untuk memperkuat permodalan, dan menumbuhkan usaha koperasi, serta pelaku usaha mikro, dan kecil, anggota koperasi; b. Penyediaan permodalan bagi perempuan pelaku usaha mikro melalui Koperasi Bantuan Dana untuk masyarakat dengan status hibah dan digunakan untuk pengembangan usaha perempuan pelaku usaha mikro anggota koperasi 2. Belanja Sosial Bantuan Permodalan bagi Wirausaha Pemula Bantuan Dana untuk masyarakat dengan status hibah dan digunakan untuk penumbuhan/pengembangan. 3. Penilaian Kesehatan dan Pengawasan KSP/ KJKS Meningkatkan pengelolaan usaha simpan pinjam secara efektif, efisien dan profesional, dengan prinsip kehati-hatian dan berdasarkan prinsip dan jatidiri koperasi sehingga dapat meningkatkan pelayanan prima kepada anggota dan koperasi lain/anggotanya serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Koperasi. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

13 4. Pengendalian KSP/KJKS secara On-Line a. Melaksanakan amanat PP 9 Tahun 1995 Tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi danpermen Nomor : 21/2008 Tentang Pedoman Pengawasan KSP/USP sertapermen Nomor : 39/2007 Tentang Pedoman Pengawasan KJKS/UJKS Koperasi, bahwa Koperasi wajib menyampaikan laporan secara triwulanan dan tahunan. b. Untuk meningkatkan efektivitas dan kontinyuitaspenyampaian laporan, sebelumnya dengan sistem manual dengan via pos, dan , selanjutnya dengan Sistem Aplikasi Monev KSP/KJKS On Line yang dapat dipantau realtime. c. Sistem Aplikasi Monev KSP/KJKS On Line dikembangkan dan diimplementasikan secara bertahap dan berkesinambungan. Untuk tahun 2013 ditargetkanseluruh KSP/KJKS primer nasional yang selama ini telah dinilaikesehatannya, wajib menyampaikan laporannya dengan menggunakan Sistem Aplikasi Monev On Line, yang selanjutnya akan diikuti oleh KSP/KJKS primer provinsi dan kabupaten/kota. 5. Perpajakan bagi Koperasi dan UKM Dalam rangka meningkatkan pengetahuan pengurus/pengelola KUKM dalam penerapan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku maka dilaksanakan Edukasi, Sosialisasi dan Implementasi Kebijakan Perpajakan bagi Koperasi dan UKM sebagai tindaklanjut MoU KemenKop dan UKM dengan Dirjen Pajak No. 70/SKB/Dep.3/X/2010 dan KEP - 364/PJ/2010, tgl 20 Oktober Pendayagunaan Zakat dan Wakaf Untuk Pemberdayaan UMKM dan Koperasi Program/Kegiatan perkuatan kelembagaan KJKS dalam kegiatan maal dan perluasan akses pembiayaan bagi KUMKM melalui pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan usaha mikro bagi kaum miskin dan pendayagunaan wakaf untuk pemberdayaan usaha mikro dan kecil bekerjasama dengan Badan Wakaf Indonesia, Yayasan Dompet Dhuafa Republika dan Yayasan Baitulmaal Muamalat. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

14 7. Transformasi Lembaga Keuangan Non Formal Menjadi Berbadan Hukum Koperasi Penyuluhan dan advokasi bagi LKM yang belum Berbadan Hukum dengan memberikan pengetahuan manfaat berkoperasi dan legalitas peranan Koperasi dalam pembiayaan UMK. 8. Fasilitasi Pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) Dalam rangka memberikan fasilitas penjaminan kredit kepada UMKM-K dalam mengakses permodalan pada perbankan/lknb, maka telah dilaksanakan fasilitasi pembentukan PPKD di berbagai daerah sebagaiman telah dilaksanakan penandatanganan deklarasi kesepakatan bersama dalam rangka Percepatan Pembentukan PPKD yang dilakukan antara Pemerintah Daerahdan DPRD di berbagai daerah antara lain yaitu Jabar, Riau, Bangka Belitung, DI Yogyakarta, Jateng, NTB, Sumbar, Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Sulsel dan Maluku Utara. 9. Inventarisasi Daftar UMK peserta Program Sertipikasi Hak Atas Tanah (SHAT) dan Evaluasi UMK Peserta Program Pasca SHAT Dalam rangka perkuatan permodalan Pengusaha Mkro dan Kecil (PMK) melalui peningkatan aksesabilitas kredit perbankan diperlukan upaya peningkatan kemampuan penyediaan jaminan kredit dengan meningkatkan status hukum atas tanah yang dimilikinya. Pemerintah berupaya memberikan dukungan/bantuan peningkatan status hukum atas tanah PMK guna penyediaan jaminan kredit melalui kegiatan pemetaan dan sertipikasi hak atas tanah sebagaimana Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara KUKM, Menteri Dalam Negeri dan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor : 01/SKB/M.KUKM/VII/2007; Nomor : Tahun 2007 dan Nomor : 5 SKB BPN.RI 2007 tanggal 31 Juli 2007 Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

15 10. Jaringan Kerjasama Usaha Antar KSP/KJKS Dalam rangka penguatan kapasitas, usaha dan posisi tawar KSP/KJKS dalam memberikan pelayanan usaha diperlukan sinergi yang saling bahu membahu mengoptimalkan kekuatan dalam penghimpunan simpanan dan memberikan pinjaman/pembiayaan melalui jaringan kerjasama usaha antar KSP/KJKS dan dengan perbankan melalui pembentukan APEX KSP/KJKS. Dalam JUKUK ini bank berperan sebagai pengayom terutama pada saat KSP/KJKS mengalami kekurangan likuiditas (mismatch). Kerjasama dilakukan dalam 3 komponen pooling of funds, financial assistance dan technical assistance. 11. Edukasi, Sosialisasi dan Fasilitasi Pengembangan Asuransi dan Jasa Keuangan a. Asuransi sebagai salah satu produk jasa keuangan belum dipahami manfaatnya bagi usaha mikro dan kecil termasuk koperasi. Padahal para pelaku usaha yang menghadapi ketidak pastian dan resiko seharusnya memiliki polis asuransi agar ketika menghadapi kerugian dapat mengklaim penggantian dana dari asuransi. b. Pembiayaan ekspor dan industri kreatif yang dilakukan oleh UMKM termasuk koperasi belum memahami skema pembiayaan yang disediakan lembaga pembiayaan ekspor indonesia (LPEI). Disamping itu perlu diformulasikan skim specific oleh lembaga keuangan bagi pelaku usaha industri kreatif, untuk pembiayaan ini lembaga pembiayaan yang dapat diakses adalah LPDB KUMKM. c. Dalam rangka meningkatkan kapasitas koperasi dan UMKM dalam pemanfaatan asuransi dan jasa keuangan di bidang industri kreatif dan pembiayaan eksport serta administrasi perpajakan dilaksanakan beberapa rangkaian kegiatan berupa sosialisasi dan edukasi pemanfaatan asuransi, pembiayaan eksport dan administrasi perpajakan serta workshop industri kreatif. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

16 12. ZISWAF sebagai sumber pembiayaan Berdasarkan UU Zakat No. 38/1999, Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif. Untuk itu pendayagunaan Zakat dapat diperuntukan sebagai modal awal usaha masyarakat miskin sebagai wirausaha baru. Potensi pendanaan dari dana ZISWAF : a. Zakat di Indonesia mencapai Rp 217 triliun (BAZNAS, 2012) b. Wakaf mencapai nilai minimal Rp 3 triliun (BWI, 2012) Pendayagunaan ZISWAF merupakan potensi pendanaan yang sangat strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin untuk berusaha, melalui : a. Bimtek ZW b. Skim untuk pendayagunaan zakat, pendayagundana wakaf dan pembentukan wirausaha baru dari dana zakat dan wakaf c. pembentukan mitra pengelola zakat 2.4. Permasalahan dan Isu Strategis Beberapa permasalahan terkait bidang pembiayaan bagi UMKM dan koperasi yang menjadi dasar dan pertimbangan dalam perumusan dan penetapan kegiatan serta sasaran/target dalam periode ini terdiri dari segi pasokan, permintaan dan sistem pendukung. Pasokan pembiayaan atau sumber pembiayaan Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2008, sumber pembiayaan UMKM dan Koperasi adalah: (1) pemerintah dan pemerintah daerah, (2) dunia usaha, dan (3) masyarakat. Pemerintah memberikan dukungan permodalan melalui anggaran Belanja Modal dengan mekanisme program kementerian atau lembaga pemerintah dan program lintas kementerian atau lembaga. Beberapa Pos Pembiayaan UMKM dan Koperasi ialah BLU-LPDB, BLU Pembiayaan Infrastruktur, Penyertaan ke Pihak Ketiga, kredit berpenjaminan (KUR), dan Subsidi (salah satunya ialah subsidi bunga). Begitu pun Pemerintah Daerah memberikan dukungan permodalan melalui anggaran Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

17 Belanja Modal dengan mekanisme program Pemerintah Daerah. Beberapa Pos Pembiayaan: Modal Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Perusahaan Penjminan Kredit Daerah (PPKD), Lembaga Ventura Daerah, Penyertaan ke Pihak Ketiga, dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Dana Bergulir. Sedangkan sumber pembiayaan dari dunia usaha diselenggarakan oleh Lembaga Jasa Keuangan, yaitu: (1) bank, dengan berbagai skema yang dilakukan secara terbuka di bawah otoritas pengendalian dan pengawasan OJK, (2) Lembaga Jasa Keuangan Bukan Bank, seperti: Lembaga Pembiayaan Modal Ventura (Capital Venture), Sewa Guna Usaha (Leasing), Gadai, dan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam (KSP/USP), (3) pembiayaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) yang umumnya diakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), (4) penguatan permodalan oleh perusahaan dengan skala yang lebih besar melalui kerja sama bisnis, seperti jangka waktu pembelian atau cicilan pembelian barang pasokan (5) dana Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf (Ziswaf) yang dikelola secara kelembagaan Bazis maupun oleh koperasi dengan pola syariah, (6) Angel Investor, yaitu individu atau kelompok yang dapat menyediakan dana untuk wirausaha memulai usaha tanpa jaminan atau persyaratan pembiayan formal lainnya. Beberapa permasalahan terkait sumber pembiayaan ialah sebagai berikut: 1. Lembaga jasa keuangan yang masih belum membuka akses dan informasi kepada banyak UMKM. Disadari bahwa salah satu hambatan peningkatan pembiayaan UMKM dan koperasi adalah karena akses dan informasi produk pembiayaan dari lembaga jasa keuangan yang belum dibuka luas dan diterapkan secara adil bagi UMKM dan koperasi. Dalam forum FGD yang difasilitasi Kementrian Koperasi dan UKM ditengarai adanya praktek pembiayaan yang hanya terbatas pada usaha besar. Fenomena semacam itu tentulah kontradiktif dengan upaya pemerintah mendorong peningkatan akses pembiayaan yang luas kepada UMKM dan Koperasi. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

18 2. Lembaga jasa keuangan yang masih mengharuskan agunan yang cukup. Kajian BI (2012) mengemukakan bahwa salah satu hambatan UMKM dan koperasi dalam memperoleh pembiayaan adalah kurangnya kemampuan dalam menyediakan agunan. Sejatinya kelayakan suatu usaha sudah dapat berfungsi sebagai jaminan dari pinjaman untuk usaha tersebut. Namun demikian, pemberi pinjaman yang merasa kurang yakin atas risiko pinjaman yang akan disalurkan akan meminta jaminan tambahan berupa agunan. Lembaga jasa keuangan yang menerapkan agunan atau bahkan disertai dengan penjaminan kredit atau asuransi mikro, merupakan kelemahan pembiayaan bagi UMKM dan koperasi. 3. Peruntukan penyaluran kredit dominan ke sektor perdagangan, sedangkan ke sektor pengolahan dan pertanian masih sangat kecil jumlahnya. Dominansi pembiayaan ke sektor perdagangan yang hampir mencapai setengah dari seluruh penyaluran pembiayaan tentulah menjadi suatu kelemahan tersendiri dalam upaya diversifikasi penyaluran pembiayaan ke berbagai sektor. Sebab dominansi itu menutup peluang atau membuat pembiayaan ke sektor lain tidak tersalurkan, terutama sektor dan jenis usaha yang di era pemerintah sekarang ini merupakan prioritas, seperti: kelautan, pengolahan dan pertanian yang mengemban program swasembada pangan (beras, kedelai dan jagung). 4. Lembaga jasa keuangan yang memilih menyalurkan pembiayaan kepada usaha menengah dibandingkan kepada usaha kecil dan mikro. Lembaga jasa keuangan memilih menyalurkan pembiayaan kepada usaha yang lebih bankable, sayangnya kebanyakan yang memenuhi kriteria ini di antara UMKM ialah usaha menengah. Gambar 3.1 di bawah menunjukkan proporsi kredit UMKM berdasarkan klasifikasi usaha pada tahun 2012, dimana usaha mikro hanya memperoleh 20,6% kredit. Proporsi penyaluran kredit ini tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan ancaman bagi pembiayaan UMKM dan koperasi menuju tujuan yang ingin disasar pemerintah mengingat usaha mikro merupakan yang terbanyak dibandingkan usaha kecil dan menengah. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa jumlah usaha mikro pada tahun 2012 sebanyak 55,9 juta usaha (atau 99% dari total UMKM) sedangkan usaha menengah sebanyak 49 ribu (atau 0.1% dari total UMKM). Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

19 Gambar II.2. Baki Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Skala Usaha Tahun Sumber: BI dan Kementerian Koperasi dan UKM, Beberapa kegiatan usaha, seperti industri kreatif, dan wirausaha baru belum menjadi sasaran pembiayaan. Industri kreatif belum menjadi sasaran ditunjukkan dengan penyaluran pinjaman untuk UMKM industri kreatif per Agustus 2014 yang hanya sebesar Rp 115 triliun atau 17.4% (BI, 2014). Padahal, industri kreatif merupakan industri yang mampu bertahan saat krisis keuangan karena sifatnya bertumpu pada hasil karya yang mana dapat menguasai ceruk pasar tertentu karena kekhasannya. Selain itu, wirausaha baru juga belum menjadi sasaran pembiayaan walaupun perannya sangat penting untuk inovasi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini dikarenakan UMKM industri kreatif atau wirausaha baru kebanyakan belum bankable. 6. Keterbatasan alokasi anggaran pemerintah untuk penyediaan pembiayaan UMKM dan koperasi karena prioritas lain. Disadari bahwa pembiayaan bagi UMKM dan koperasi yang dikelola pemerintah pusat dan daerah ialah menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sementara alokasi yang tersedia untuk kegiatan upaya peningkatan pembiayaan UMKM dan koperasi relatif terbatas karena adanya prioritas bagi kegiatan dari sektor yang lain sehingga kondisi ini dikatakan berpotensi menjadi ancaman bagi pembiayaan UMKM dan koperasi menuju tujuan yang ingin disasar pemerintah. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

20 Permintaan pembiayaan atau UMKM dan koperasi Permasalahan dari segi permintaan pembiayaan atau UMKM dan koperasi ialah terkait dengan kapasitas UMKM dan koperasi serta terkait dengan akses ke pembiayaan. Beberapa permasalahan yang sudah diidentifikasi ialah sebagai berikut: 1. Pembinaan UMKM dan koperasi yang dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah, dunia usaha dan masyarakat belum terkoordinasi secara optimal. Dalam FGD Pembiayaan UMKM dan Koperasi dikemukakan praktek pembinaan terhadap UMKM dan koperasi di lapangan masih banyak mengalami tumpang tindih hingga mengakibatkan hasil yang tidak optimal. Salah satu dampaknya ialah sasaran binaan yang tidak luas cakupannya dan minimnya UMKM yang mengalami lompatan naik kelas, seperti dari usaha kecil ke usaha menengah, atau dari koperasi skala kecil menjadi koperasi dengan skala usaha yang lebih besar. Untuk menanggulangi hal ini, berbagai instansi pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pembinaan UMKM dan Koperasi dapat menitikberatkan koordinasi pembinaan, baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan monitoring. 2. Persaingan antar lembaga jasa keuangan dalam menyalurkan kredit UMKM tidak mendorong lembaga jasa keuangan untuk memperluas penyaluran kredit, sehingga hanya terfokus pada debitur lama. Persaingan antar lembaga jasa keuangan terjadi dalam memperoleh debitur UMKM dan Koperasi yang feasible dan bankable. Keadaan ini bagi UMKM dan Koperasi diharapkan dapat memicu biaya kredit menjadi lebih murah, tetapi pada sisi lain ternyata tidak mendorong secara signifikan perluasan terhadap jumlah UMKM dan koperasi yang layak kredit. Hal ini merupakan ancaman mengingat bahwa, UMKM dan Koperasi yang feasible dan bankable itu memang tidak banyak jumlahnya. 3. Terbukanya pasar bebas MEA 2015 dan belum optimalnya kesiapan UMKM lokal dalam persaingan dengan UKM internasional dalam memperoleh pembiayaan. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

21 Hal ini merupakan ancaman karena dikhawatirkan UKM dan koperasi internasional yang masuk ke Indonesia memiliki profil sebagai debitur dengan jaminan atau agunan yang lebih besar, pengelolaan keuangan yang lebih baik, dan kualitas kelembagaan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan UMKM dan koperasi lokal. Jika demikian, UMKM dan koperasi lokal semakin sulit bersaing dengan UKM internasional dalam mendapatkan pembiayaan dari lembaga jasa keuangan. BI juga menunjukkan di penelitiannya bahwa untuk menghadapi MEA, UMKM harus difasilitasi ke akses bahan baku, inovasi proses produksi, akses pemasaran. Ketiganya harus ditunjang dengan akses keuangan Issue Strategis Sistem pendukung Untuk membangun pembiayaan bagi UMKM dan koperasi yang efektif juga perlu dipikirkan segi sistem pendukung yang menyokong bidang pembiayaan sebagai suatu industri. Permasalahan dari segi sistem pendukung ialah terkait dengan kapasitas sistem pendukung, yang diantaranya regulasi, infrastruktur, jaringan, sistem pengawasan dan standardisasi. Beberapa permasalahan bidang pembiayaan bagi UMKM dan koperasi yang sudah diidentifikasi ialah sebagai berikut: 1. Pengawasan KSP/USP Koperasi dan KJKS/UJKS yang belum berjalan optimal Pengawasan KSP/USP Koperasi dan KJKS/UJKS dikatakan belum berjalan secara optimal karena walaupunsaat ini Kementrian Koperasi dan UKM sebagai pihak yang menjalankan fungsi pengawasan telah melakukan banyak kegiatan pengawasan, baik dalam rangka pencegahan maupun pembinaan. masih kerap ditemukan KSP/USP Koperasi dan KJKS/UJKS yang berperilaku menyimpang dari tatanan aturan sehingga berdampak merugikan anggota dan masyarakat serta keberlanjutan koperasi itu sendiri. 2. Data UMKM dan Koperasi yang kurang terbarukan (update). Data UMKM dan koperasi merupakan salah satu informasi yang menjadi masukan/input penting baik dalam pembinaan UMKM dan koperasi maupun pembiayaan. Data yang kurang/tidak terbarukan (update) dapat menjadi Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

22 hambatan dalam setiap rencana tindak pembiayaan. Tetapi sebagaimana dibahas dalam FGD, diketahui bahwa data tentang UMKM menyebar pada berbagai instansi dan pemangku kepentingan. Sayangnya, data ini tidak dikoordinasikan dan diintegrasikan. Karena itu keadaan ini sangat potensial menjadi kelemahan yang berdampak negatif bagi upaya peningkatan pembiayaan bagi UMKM dan Koperasi Kondisi Yang Diinginkan Hasil identifikasi masalah dan analisis isu-isu strategis dalam pembangunan pembiayaan bagi UMKM dan koperasi menghasilkan rumusan capaian kondisi yang diinginkan dalam kurun waktu , terdiri dari: 1. Peningkatan kontribusi UMKM dan koperasi dalam perekonomian Indonesia, yaitu UMKM dan koperasi memberikan kontribusi yang lebih tinggi dalam pembentukan PDB, penciptaan lapangan kerja, penciptaan devisa (ekspor non migas), dan investasi. 2. Peningkatan daya saing UMKM, yaitu UMKM dapat meningkatkan produktivitasnya dan juga meningkatkan proporsi UMKM yang mengakses permodalan formal. 3. Peningkatan usaha baru, yaitu jumlah wirausaha baru melalui program pusat dan daerah bertambah. 4. Peningkatan kinerja kelembagaan dan usaha koperasi, yaitu partisipasi anggota koperasi dalam permodalan meningkat dan volume usaha koperasi bertumbuh. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

23 Bab III. ANALISIS DAN ARAH SASARAN Pada bagian akhir bab kedua, telah dirumuskan 4 (empat) hal yang menjadi sasaran capaian sebagai kondisi yang diinginkan pada hal pembiayaan bagi UMKM dan Koperasi dalam kurun waktu , yaitu berupa terjadi : 1. Peningkatan kontribusi UMKM dan koperasi dalam perekonomian Indonesia, yaitu UMKM dan koperasi memberikan kontribusi yang lebih tinggi dalam pembentukan PDB, penciptaan lapangan kerja, penciptaan devisa (ekspor non migas), dan investasi. 2. Peningkatan daya saing UMKM, yaitu UMKM dapat meningkatkan produktivitasnya dan juga meningkatkan proporsi UMKM yang mengakses permodalan formal. 3. Peningkatan usaha baru, yaitu jumlah wirausaha baru melalui program pusat dan daerah bertambah. 4. Peningkatan kinerja kelembagaan dan usaha koperasi, yaitu partisipasi anggota koperasi dalam permodalan meningkat dan volume usaha koperasi bertumbuh. Capaian yang diinginkan pada nomor satu tersebut merupakan aspek makro sebagai resultante dari capaian 3 tiga (nomor kedua sampai keempat) aspek mikro usaha yang terjadi perubahannya pada UMKM dan Koperasi. Untuk itu, maka berikut ini dijelaskan analisis terhadap sasaran dan indikator serta target dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan kaitannya dengan perumusan arah sasaran khusus bidang pembiayaan yang dapat menjadi acuan setiap urusan keasdepan sejalan dengan tugas dan fungsi masing-masing Analisis Sasaran dan Indikator RPJM RPJM Nasional sudah menggariskan apa yang menjadi sasaran, indikator dan target pembangunan Koperasi dan UMKM pada 5 tahun ke depan (tabel di bawah). Terdapat sebanyak 11 (sebelas) indikator capaian dari 4 (empat) sasaran Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

24 yang digariskan, dan dari indikator tersebut terdapat pula sejumlah indikator yang terkait langsung dengan bidang pembiayaan. Tabel : Sasaran, Indikator Dan Target Menurut RPJMN Sasaran Indikator Target 1. Meningkatnya kontribusi UMKM dan koperasi dalam perekonomian 2. Meningkatnya daya saing UMKM 1. Pertumbuhan kontribusi UMKM dan koperasi dalam pembentukan PDB (rata-rata/tahun) 2. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja UMKM (rata-rata/tahun) 3. Pertumbuhan kontribusi UMKM dan koperasi dalam ekspor non migas (rata-rata/tahun) 4. Pertumbuhan kontribusi UMKM dan koperasi dalam investasi (rata-rata/tahun) 5. Pertumbuhan produktivitas UMKM (ratarata/tahun) 6. Proporsi UMKM yang mengakses pembiayaan formal (target tahun 2019) 6,5 7,5 5 % 4,0 5,5, % 5,0 7,0 % 8,5 10,5 % 5,0 7,0 % 25,0 % 7. Jumlah UMKM dan koperasi yang menerapkan standardisasi mutu dan sertifikasi produk (kumulatif selama 5 tahun) 3. Meningkatnya usaha baru 8. Pertambahan jumlah wirausaha baru melalui program pusat dan daerah (kumulatif selama 5 tahun 4. Meningkatnya 9. Partisipasi anggota koperasi dalam permodalan (target tahun Kinerja kelembagaan dan 2019) usaha koperasi 10. Pertumbuhan jumlah anggota koperasi (ratarata/ tahun) 11. Pertumbuhan volume usaha koperasi (ratarata/tahun) Unit 1 Juta Unit 55,0% 7,5-10,0% 15,5 18,0% Indikator dimaksud adalah indikator nomor 6 yakni : Proporsi UMKM yang mengakses pembiayaan formal (target tahun 2019) Proporsi UMKM yang mengakses pembiayaan formal (target tahun 2019), ditetapkan dalam RPJM sebesar 25,0 %. Kondisi kini menurut laporan Bank Indonesia proporsi tersebut pada tahun 2014 telah mencapai sebesar 16,0 %. Ini artinya selama empat sampai lima tahun ke depan ratarata pertumbuhan proporsi tersebut sekurangkurangnya 2,5 %. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

25 3.2. Arah Sasaran Keasdepan 1. Bidang Sekretariat Deputi, Satuan Kerja Sekretariat Deputi, ditata dalam struktur organisasi seperti gambar di bawah ini. Sasaran yang ingin dicapai dalam urusan Sekretariat Deputi ini adalah : a. Peningkatan kualitas koordinasi perencanaan program antar Keasdepan b. Peningkatan kualitas koordinasi pelaporan keasdepan sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program c. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan kedeputian bidang pembiayaan d. Peningkatan pelayanan ketatausahaan dalam menunjang percepatan pelaksanaan program pemberdayaan dan pengembangan dalam pembiayaan bagi UMKM dan Koperasi. 2. Bidang Usaha Simpan Pinjam Satuan Kerja Asisten Deputi Bidang Usaha Simpan Pinjam, ditata dalam struktur organisasi seperti gambar di bawah ini. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

26 Sasaran yang diinginkan untuk dicapai dalam bidang ini adalah : a. Peningkatan literasi KSP dan USP Koperasi kepada anggota dan masyarakat melalui pola kerja sama dengan kelompok strategis di masyarakat b. Peningkatan jumlah anggota, kelompok strategis dan masyarakat yang memahami peranan dan manfaat KSP dan USP koperasi c. Peningkatan tumbuhnya jumlah dan kualitas KSP dan USP Koperasi d. Peningkatan jumlah simpanan dan penyaluran pembiayaan/pinjaman KSP dan USP Koperasi kepada anggota dan masyarakat yang dilayani e. Peningkatan inventarisasi masalah dan potensi kebutuhan pengembangan KSP dan USP Koperasi sebagai lembaga keuangan yang tepercaya bagi anggotanya f. Peningkatan kapasitas KSP dan USP Koperasi dalam memberikan pelayanan g. Peningkatan jumlah KSP dan USP yang diberdayakan melalui berbagai kegiatan program pemberdayaan dan kemitraan h. Peningkatan jumlah dan kualitas kerja sama KSP dan USP Koperasi dengan Lembaga Jasa Keuangan Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

27 i. Peningkatan jumlah KSP dan USP koperasi yang diberikan advokasi pembiayaan 3. Bidang Permodalan Satuan Kerja Asisten Deputi Permodalan, ditata dalam struktur organisasi seperti gambar di bawah ini. Sasaran yang diinginkan untuk dicapai dalam bidang ini adalah : a. Peningkatan jumlah, kualitas dan struktur modal sendiri Koperasi yang semakin sehat dan kuat b. Peningkatan jumlah dan simpanan pokok dan simpanan wajib melalui penambahan jumlah anggota, besar simpanan, dan dilakukannya penyetaraan modal (Capital Equality) anggota Koperasi c. Peningkatan setoran modal saham dari pemilik UMKM d. Peningkatan jumlah modal dan penyerta modal saham (owners) melalui kerja sama modal penyertaan (Capital Venture) dan penawaran umum saham (IPO, Initial Public Offering) di Pasar Modal oleh UKM Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

28 e. Peningkatan kesadaran memupuk dan besaran cadangan yang disediakan untuk menambah modal sendiri atas Surplus Hasil Usaha (SHU) Koperasi dan dari penyisihan laba UMKM f. Peningkatan pendayagunaan cadangan untuk pengembangan Usaha Koperasi dan dari Laba UMKM g. Peningkatan sumber dan jumlah hibah (uang atau barang) yang dihimpun Koperasi dan UMKM h. Peningkatan kualitas pendayagunaan hibah i. Peningkatan sumber dan jumlah Koperasi yang terakses kredit program Koperasi j. Peningkatan kualitas pengelolaan dan pengembalian kredit program Koperasi k. Peningkatan sumber dan jumlah Koperasi yang terakses kredit program kepada UMKM l. Peningkatan kualitas pengelolaan dan pengembalian kredit program UMKM 4. Bidang Asuransi, Penjaminan dan Pasar Modal Satuan Kerja Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan dan Pasar Modal, ditata dalam struktur organisasi seperti gambar di bawah ini. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

29 Sasaran yang diinginkan untuk dicapai dalam bidang ini adalah : a. Peningkatan inventarisasi dan sosialisasi skema asuransi umum yang tepat bagi koperasi dan UMKM b. Peningkatan kualitas kesadaran dan jumlah serta nilai pertanggungan asuransi umum bagi Koperasi dan UMKM c. Peningkatan inventarisasi dan sosialisasi dan pembentukan skema asuransi kredit yang tepat bagi koperasi dan UMKM d. Peningkatan Monitoring dan evaluasi kualitas kesadaran dan jumlah serta nilai pertanggungan asuransi kredit bagi Koperasi dan UMKM e. Peningkatan inventarisasi permasalahan dan koordinasi dalam pembentukan dan inventarisasi jumlah lembaga/perusahaan penjaminan kredit bagi koperasi dan UMKM di pusat dan daerah f. Peningkatan jumlah dan nilai penjaminan kredit Koperasi dan UMKM g. Peningkatan kesiapan dan koordinasi pembentukan Lembaga Penjaminan Simpanan Koperasi (LPSK) dan sosialisasi penjaminan simpanan oleh koperasi sendiri atau bersama dengan koperasi sekundernya Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

30 h. Peningkatan jumlah nilai penjaminan simpanan dari lembaga penjaminan simpanan (LPSK) dan penjaminan simpanan oleh koperasi sendiri atau bersama dengan koperasi sekundernya i. Peningkatan kualitas pemahaman melalui sosialisasi Koperasi dan UMKM tentang obligasi dan surat hutang serta prosedur penerbitannya di pasar modal j. Peningkatan jumlah dan nilai penerbitan obligasi dan surat hutang oleh Koperasi dan UMKM k. Peningkatan kualitas pemahaman melalui sosialisasi dan bimbingan serta konsultasi kepada Koperasi dan UMKM mengenai alternatif investasi dana dan tata cara penerbitan serta investasi modal penyertaan l. Peningkatan jumlah koperasi dan UMKM yang melakukan investasi dana secara produktif dan peningkatan jumlah dan nilai penerbitan modal penyertaan oleh koperasi. 5. Bidang Non Bank dan Perpajakan Satuan Kerja Asisten Deputi Bidang Non Bank dan Perpajakan ditata dalam struktur organisasi seperti gambar di bawah ini. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

31 Sasaran yang diinginkan untuk dicapai dalam bidang ini adalah : a. Peningkatan inventarisasi, pemetaan dan bimbingan teknis pembiayaan modal Ventura (Capital Ventura), Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Anjak Piutang (Faktoring) melalui skema yang tepat bagi UMKM dan Koperasi. b. Peningkatan jumlah dan nilai pembiayaan modal Ventura (Capital Ventura), Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Anjak Piutang (Faktoring) c. Peningkatan inventarisasi dan pemetaan Lembaga/perusahaan penyedia gadai dan Fidusia yang dapat diakses Koperasi dan UMKM d. Peningkatan jumlah dan nilai pembiayaan melalui kelembagaan gadai dan fidusia oleh koperasi dan UMKM e. Peningkatan evaluasi dan Monitoring pembentukan serta jumlah lembaga/perusahaan penjaminan kredit bagi koperasi dan UMKM di pusat dan daerah f. Peningkatan jumlah dan nilai penjaminan kredit Koperasi dan UMKM g. Peningkatan kesiapan dan koordinasi pembentukan Lembaga Penjaminan Simpanan Koperasi (LPSK) dan sosialisasi penjaminan simpanan oleh koperasi sendiri atau bersama dengan koperasi sekundernya h. Peningkatan jumlah nilai penjaminan simpanan dari lembaga penjaminan simpanan (LPSK) dan penjaminan simpanan oleh koperasi sendiri atau bersama dengan koperasi sekundernya i. Peningkatan identifikasi permasalahan dalam pengelolaan dana bergulir bagi koperasi dan UMKM j. Peningkatan pengembangan varian produk pembiayaan dana bergulir sesuai dengan siklus dan pola usaha koperasi dan UMKM k. Peningkatan inventarisasi Kelompok UMKM dan Koperasi potensial sebagai mitra kerja sama Lembaga Pengelola dana Bergulir dalam penyaluran pembiayaan untuk koperasi dan UMKM l. Peningkatan jumlah dan nilai penyaluran pembiayaan Lembaga Pengelola Dana Bergulir kepada kelompok UMKM dan Koperasi Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

32 6. Bidang Pembiayaan Syariah Satuan Kerja Asisten Deputi Bidang Pembiayaan Syariah ditata dalam struktur organisasi seperti gambar di bawah ini. Sasaran yang diinginkan untuk dicapai melalui bidang ini adalah : a. Peningkatan literasi Keuangan Syariah kepada anggota Koperasi dan masyarakat melalui sosialisasi dan bimbingan teknis dengan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan yang kompeten dan komunitas keuangan Syariah b. Peningkatan literasi keuangan Syariah melalui kajian, seminar/symposium akbar, analisis dan penyebarluasan hasil hasil-hasilnya kepada masyarakat dan komunitas keuangan syariah c. Peningkatan inisiasi/prakarsa dan sosialisasi penumbuhan KSPPS dan USPPS Koperasi d. Peningkatan jumlah dan kualitas penumbuhan terhadap KSPPS dan USPPS Koperasi e. Peningkatan inisiasi/prakarsa dan sosialisasi untuk pemberdayaan dan pengembangan Pembiayaan KSPPS dan USPPS; Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

33 f. Peningkatan jumlah dan nilai pembiayaan Pembiayaan KSPPS dan USPPS kepada anggota dan masyarakat yang dilayani g. Peningkatan inisiasi/prakarsa, sosialisasi dan fasilitasi pengembangan dan pendayagunaan ZISWAF kepada koperasi, masyarakat dan komunitas keuangan Syariah h. Peningkatan jumlah dan nilai pendayagunaan ZISWAF untuk pengembangan koperasi dan UMKM serta penumbuhan wirausaha baru. i. Peningkatan penumbuhan inisiasi kerja sama antar Lembaga Keuangan Syariah dalam penempatan dana dan pertukaran informasi dan pengembangan/pemanfaatan System IT, secara horizontal terhadap sesama koperasi maupun vertikal terhadap koperasi sekundernya. j. Peningkatan jumlah dan nilai penempatan dana, pertukaran informasi dan pengembangan/pemanfaatan System IT melalui kerja sama antar Lembaga Keuangan Syariah k. Peningkatan kegiatan advokasi dan bimbingan teknis akses pembiayaan KPPS dan USPPS Koperasi l. Peningkatan jumlah dan nilai pembiayaan KPPS dan USPPS Koperasi kepada anggota dan masyarakat yang dilayani. Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

34 BAB IV. KEGIATAN DAN PROGRAM MENURUT FUNGSI KEASDEPAN Kegiatan dan program dirumuskan dengan dari arah sasaran yang hendak dicapai tiap-tiap keasdepan pada Kedeputian Pembiayaan. Kegiataan dan program yang diuraikan pada bagian ini mencakup program umum yang menjadi tugas koordinasi deputi atau sekretariat deputi dan program dan kegiatan spesifik dari tiap-tiap keasdepan sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Kegiatan dan program umum yang dikoordinasikan pada deputi atau sekretariat deputi mencakup tugas umum yang melingkupi jangkauan luas, yaitu : 1. Inisiasi Pembentukan Lembaga Keuangan/bank khusus untuk UKM, petani/nelayan dan Koperasi 2. Inisiasi Pengembangan Lembaga Rating, Clearing House dan Pemanfaatan Sertifikat Hak Atas tanah (SHAT) 3. Pengembangan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) 4. Revitalisasi dan harmonisasi seluruh kebijakan dan peraturan perundangan terkait dengan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di bidang pembiayaan 5. Penyediaan dan pemeliharaan Data base Koperasi sektor keuangan,lkm Koperasi, KUR dan Pembiayaan lainnya 6. Pembinaan dan Pengembangan LKM Koperasi Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

35 Sedangkan kegiatan dan program yang spesifik tiap-tiap keasdepan, dirumuskan sebagaimana disajikan pada matriks tabel di bawah ini. Tabel : Matriks Arah Kebijakan, Kegiatan dan Progam Bidang Pembiayaan No Urut Arah Sasaran Kegiatan dan Program Target Tahun Deputi Pembiayaan T1 T2 T3 T4 T5 Umum Lintas Keasdepan 1. Bidang Sekretariat Deputi, Perencanaan Umum 2. Bidang Usaha Simpan Pinjam 1. Inisiasi Pembentukan Lembaga Keuangan/bank khusus untuk UKM, petani/nelayan dan Koperasi 2. Inisiasi Pengembangan Lembaga Rating. Clearing House dan Pemanfaatan Sertifikat Hak Atas tanah (SHAT) 3. Pengembangan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) 4. Revitalisasi dan harmonisasi seluruh kebijakan dan peraturan perundangan terkait dengan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di bidang pembiayaan 5. Penyediaan dan pemeliharaan Data base Koperasi sektor keuangan, LKM Koperasi, KUR dan Pembiayaan lainnya 6. Pembinaan dan Pengembangan LKM Koperasi a. Bidang Literasi dan penumbuhan KSP dan USP a. Sub Bidang Literasi KSP dan USP, melaksanakan penyiapan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi serta konsultasi pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang Literasi KSP dan USP. 1. Melakukan identifikasi/survei Literasi KSP dan USP Kopersi 2. Menyusun Kebijakan Pola/Disan Literasi KSP dan USP koperasi 3. Menyusun Pedoman Teknis Literasi KSP dan USP Koperasi 4. Melakukan sosialisasi Literasi KSP dan USP, melalui lintas media massa, cetak/koran, TV dan radio secara berkala Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

36 2.2 Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan KSP dan USP dan berkelanjutan 5. melakukan peningkatan sinergi kerja sama dalam literasi KSP dan USP dengan institusi pendidikan, kelompok swadaya, kelompok strategis masyarakat dan gerakan koperasi serta komunitas pengembang koperasi b. Sub Bidang Penumbuhan KSP dan USP, melaksanakan penyiapan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi serta konsultasi pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang Penumbuhan KSP dan USP. 1. Melakukan identifikasi dan survei faktor Utama penumbuh KSP dan USP Koperasi sebagai dasar kebijakan penumbuhan 2. Menyusun Kebijakan Pola/Desain penumbuhan KSP dan USP mencakup aspek ijin usaha, produk, SDM, Manajemen, partisipasi anggota dan sandar keuangan. 3. Menyusun Pedoman Umum Penumbuhan KSP dan USP 4. Sosialisasi Kebijakan penumbuhan KSP dan USP di daerah 5. Kerjasama antar instansi/lembaga dalam rangka fasilitasi penumbuhan KSP/USP lintas sektor/lembaga di daerah dan pusat a. Sub Bidang Pengembangan KSP dan USP, melaksanakan penyiapan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi serta konsultasi pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di Bidang Pengembangan KSP dan USP. 1. Melakukan Identifikasi kebutuhan pengembangan KSP dan USP 2. Penyunan Keputusan Menteri mengenai Pemberdayaan KSP dan USP di Lintas Sektor dalam rangka ketahanan pangan, petani UKM dan kemaritiman 3. Fasilitasi Pemberdayaan Koperasi dalam rangka penguatan kelembagaan untuk mendukung ketahanan pangan, petani UKM dan wilayah maritim 4. Pilot Project Pemberdayaan KSP dan USP b. Sub Bidang Pemberdayaan KSP dan USP, Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KUKM DEPUTI PEMBIAYAAN

KEMENTERIAN KUKM DEPUTI PEMBIAYAAN 1 Tugas Deputi Bidang Pembiayaan Membantu Menteri Koperasi dan UKM dalam menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembiayaan yang meliputi perumusan, koordinasi, perencanaan

Lebih terperinci

Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017

Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017 Oleh : Ir. Braman Setyo, M.Si Deputi Bidang Pembiayaan Bali,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KUKM DEPUTI PEMBIAYAAN

KEMENTERIAN KUKM DEPUTI PEMBIAYAAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN 2014 LATAR BELAKANG 1986 2006 2010 2011 2012 2,765 4,577 4,838 4,952 4,968 n/a 36,763 42,631 44,280 48,997 94,534 472,602 573,601 602,195 629,418 1,416,935 8,101,868 53,207,500

Lebih terperinci

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama KONDISI KOPERASI 1. Total Koperasi : 209.488 Unit 2. Koperasi Aktif : 147.249 Unit (NIK) dan didalamnya telah RAT sebanyak 80.000 Unit 3. Koperasi Tidak Aktif :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

Strategi UKM Indonesia

Strategi UKM Indonesia Strategi UKM Indonesia I WAYAN DIPTA Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ILO/OECD Workshop for Policy Makers on Productivity and Working Conditions in

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim pengembangan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN NOMOR : 03/Per/Dep.2/I/2017 TENTANG PENDAMPINGAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO DAN KECIL DI BIDANG PEMBIAYAAN

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN NOMOR : 03/Per/Dep.2/I/2017 TENTANG PENDAMPINGAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO DAN KECIL DI BIDANG PEMBIAYAAN PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN NOMOR : 03/Per/Dep.2/I/2017 TENTANG PENDAMPINGAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO DAN KECIL DI BIDANG PEMBIAYAAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Menimbang : bahwa untuk memberdayakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG nis 2006 11-08-2006 1.2005Draft tanggal, 28 Juli 2006 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA PENJAMINAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015 Kode Program/Kegiatan INDIKATOR 1 2 3 4 01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Koperasi dan UKM 1 Penyusunan

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Oleh : Nama : Debby Fuji Lestari NIM : 2107130015 Kelas : 2D Dosen : Ade Suherman, M.Pd PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR 009/PER/LPDB/2011 T E N T A N G

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR 009/PER/LPDB/2011 T E N T A N G KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/1998, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL *35684 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 1998 (32/1998) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2016 Nawacita : Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

Lebih terperinci

Akses Koperasi dan UKM di Pasar Modal

Akses Koperasi dan UKM di Pasar Modal Akses Koperasi dan UKM di Pasar Modal Oleh : Suwandi I. Latar Belakang Struktur pendanaan eksternal usaha koperasi lebih dominan oleh pendanaan jangka pendek, khususnya dari lembaga keuangan perbankan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) I. PENDAHULUAN Membangun ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan Pemerintah,

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si Dalam Acara : Rapat Koordinasi Terbatas Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Hotel Royal Kuningan, Jl. Kuningan

Lebih terperinci

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Disampaikan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 55 TAHUN 2016

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 55 TAHUN 2016 - 1 - SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

PROGRAM REFORMASI KOPERASI

PROGRAM REFORMASI KOPERASI PROGRAM REFORMASI KOPERASI Tim Reformasi Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, 21 Desember 2015 LATAR BELAKANG (1) a. Selama 15 tahun terakhir perekonomian Indonesia tumbuh ratarata 6% per tahun,

Lebih terperinci

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. 4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat

Lebih terperinci

POINTERS MENTERI KOPERASI DAN UKM

POINTERS MENTERI KOPERASI DAN UKM POINTERS MENTERI KOPERASI DAN UKM Disampaikan pada Rapat Koordinasi Terbatas Bidang Koperasi dan UMKM Tahun 2017 Jakarta, 21 Februari 2017 Pointers Dalam rangka pemantapan koordinasi terkait pengembangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015 1 PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015 DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KOPERASI DAN UKM 1. Revitalisasi dan Modernisasi Koperasi; 2. Penyuluhan Dalam Rangka Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi;

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN Dialog Perempuan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN Oleh Ruslan MR Asisten Deputi Penelitian dan Pengkajian

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Rahma Iryanti Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Peningkatan unit UMKM wanita atau perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemiskinan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

TEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN

TEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN POKOK KESIMPULAN RAPAT REGIONAL BIDANG PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM TAHUN 2016 WILAYAH III TEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN Provinsi Bali, Nusa Tenggara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN TAHUN 2014

PROGRAM DAN KEGIATAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN TAHUN 2014 PROGRAM DAN KEGIATAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN TAHUN 2014 Paparan Deputi Bidang Pembiayaan Dalam Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2013, Hotel Mercure Ancol, Tgl 10-12

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk mendorong

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 1. RELAKSASI KETENTUAN PERSYARATAN KEGIATAN USAHA PENITIPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN 2.1 EKONOMI MAKRO Secara umum selama kondisi makro ekonomi Jawa Tengah per triwulan III tahun 2016 relatif melambat apabila dibandingkan dengan triwulan yang

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 SURABAYA, 8 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN UKM Jl. Medan Merdeka Barat No.7, Jakarta Pusat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM Jumlah usaha mikro dan kecil di Indonesia relatif sangat banyak (lebih dari 42 juta unit), sedang pada sisi

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG PENGAWASAN RAPAT REGIONAL BIDANG KOPERASI DAN UKM Prama Sanur Beach Bali Hotel 1 3 Juni 2016 1 Peraturan Presiden Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal bulan September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Kebijakan tersebut ditujukan kepada sektor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM LINKAGE PROGRAM ANTARA BANK UMUM DENGAN KOPERASI

PEDOMAN UMUM LINKAGE PROGRAM ANTARA BANK UMUM DENGAN KOPERASI Lampiran : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03/Per/M.KUKM/III/2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membiayai program dan kegiatan yang menjadi kewenangan Pemerintah pusat di daerah, maka pemerintah mengalokasikan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2015-2019 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi Meningkatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011 SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 JAKARTA, 15 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1494, 2015 KEMENKOP-UKM. Koperasi. Usaha. Simpan Pinjam. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO Jl. Imam Bonjol 13 Telp/Fax (0342) 801833,812549 Email : diskopum@blitarkab.go.id B L I T A R KEPUTUSAN KEPALA DINAS KOPERASI DAN UM KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur perekonomian Indonesia pada dasarnya didominasi oleh sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam perekonomian nasional dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam salah satu pasal Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu menyediakan

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN SEKTOR RIIL DAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya

Lebih terperinci