BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang terampil dalam mengelolanya. Sumber daya manusia yang terampil adalah sumber daya manusia yang bersikap kreatif dan inovatif, di samping manusia tersebut juga rendah hati dalam mengelola sumber daya alam serta dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persaingan. Tuntutan sumber daya manusia dapat dibentuk salahsatunya melalui pendidikan. Menurut Jean Piaget (dalam Sagala, hlm. 1), Pendidikan sebagai penghubung dua sisi, di satu sisi individu yang sedang tumbuh dan di sisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Adapun menurut Syah (2010, hlm. 10) Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang yang memeroleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya berisi praktik dan pengalaman melalui metode-metode tertentu guna meningkatkan kemampuan kognitif saja namun nilai sosial dan moral juga diperhatikan agar dapat membentuk manusia yang tidak hanya memiliki intelektual namun juga mampu bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Suatu pendidikan memiliki beragam jenis, yaitu pendidikan formal, informal dan non-formal. Sekolah merupakan salahsatu jenis pendidikan formal. Implementasi pendidikan formal terdiri dari teori dan praktek yang tidak dapat dipisahkan. Baik teori dan praktek dalam pendidikan harus dapat dikuasai oleh seseorang yang bergerak di bidang pendidikan agar tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai. Adapun tujuan pendidikan nasional Indonesia menurut Syah (2010, hlm. 12) adalah sebagai berikut. Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN/2003 Bab II Pasal 3) 1

2 2 Tujuan pendidikan formal terbagi menjadi beberapa tingkatannya yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan tersebut terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi (PT). Setiap jenjang pendidikan memiliki tujuan khusus untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang diharapkan, termasuk dengan tujuan pendidikan sekolah dasar (SD). Menurut Mulyasa (2014, hlm. 21) tujuan pendidikan di SD yaitu. 1. Tumbuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2. Tumbuh sikap beretika (sopan santun dan beradab); 3. Tumbuh penalaran yang baik (mau belajar, ingin tahu, senang membaca, memiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab); 4. Tumbuh kemampuan komunikasi/sosial (tertib, sadar aturan, dapat bekerja sama dengan teman, dapat berkompetisi); dan 5. Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan. Tujuan pendidikan sekolah dasar tersebut jelas dapat terwujud dalam suatu pembelajaran yang di dalamnya terdapat kerjasama antar orang-orang yang melakukan pembelajaran. Pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui komunikasi yang terjadi tidak hanya antara guru dengan peserta didik, akan tetapi juga antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Salahsatu matapelajaran yang dapat menunjang terwujudnya suatu pendidikan nasional maupun tujuan khusus dalam pendidikan dasar yaitu matapelajaran matematika. Matematika merupakan salahsatu matapelajaran yang diajarkan juga di SD. Pembelajaran matematika hendaknya dibentuk dari pengalaman peserta didik dalam dunianya untuk menemukan konsep-konsep matematika yang sedang mereka pelajari, sehingga pembelajaran matematika tersebut dapat dipahami oleh peserta didik dalam jangka panjang. Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya setiap orang tidak pernah terlepas dari komunikasi dengan menggunakan notasi matematika, misalnya: ketika seseorang melakukan perhitungan jual beli, melakukan perhitungan hak waris, membaca sebuah data dan atau mengolah sebuah data, masalah-masalah tersebut memerlukan matematika untuk dapat selesai. Dilihat dari banyaknya fungsi matematika dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan betapa pentingnya matematika untuk dipelajari dan dipahami. Hal ini sejalan dengan pendapat Kline (dalam Suwangsih & Tiurlina, 2010, hlm. 4)

3 3 bahwa Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Pendapat Kline di atas yang mengatakan matematika dapat membantu memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam menunjukkan matematika membutuhkan suatu kemampuan-kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk dapat menghubungkan antara teori dalam matematika yang sudah dipelajari dengan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan matematika tingkat tinggi tersebut juga ditargetkan dalam kurikulum yang diungkapkan oleh Maulana (2011) yakni kemampuan pemahaman matematis, kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan penalaran matematis, kemampuan koneksi matematis, dan kemampuan komunikasi matematis. Salahsatu kemampuan yang diberikan dan dilatih kepada peserta didik ialah kemampuan pemahaman matematis. Pemahaman matematis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik agar lebih memudahkan mereka berlatih kemampuan matematika lainnya. Pentingnya sebuah pemahaman dalam belajar matematika karena matematika itu berisi konsep yang terkait satu dengan yang lainnya, antara satu konsep dalam matematika bisa saja merupakan prasayarat untuk mempelajari konsep lainnya, untuk itulah peserta didik harus memiliki kemampuan pemahaman matematis terlebih dahulu terhadap suatu materi matematika agar ia dapat mengaplikasikan teori dan rumus dalam aplikasi soal, melakukan penalaran matematis, dapat melihat hubungan antar materi matematika, dan dapat menjelaskan kembali apa yang sudah ia kerjakan dengan bahasanya sendiri. Jadi dalam pengajarannya, setiap guru wajib membuat peserta didiknya memahami terlebih dahulu konsep materi yang sedang mereka pelajari dengan cara memberikan banyak contoh maupun permasahalan agar pemahaman peserta didik tidak hanya terbatas pada satu sudut pandang saja, namun dari sudut pandang lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Herdian (2010) yang mengatakan bahwa pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa peserta didik kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan dipahami sepenuhnya oleh peserta didik.

4 4 Kelima kemampuan matematika yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang telah disebutkan di atas, juga dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengenai tujuan pembelajaran, yakni dijelaskan bahwa kemampuan pemahaman matematis berada pada urutan pertama. Hal ini menunjukkan untuk mencapai kemampuan tingkat tinggi yang lain seperti kemampuan penalaran, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, dan kemampuan koneksi, terlebih dahulu peserta didik harus memiliki kemampuan pemahaman. Pembelajaran hendaknya dimulai dari pengetahuan yang peserta didik ketahui atau dari pengalaman yang sudah mereka alami, yang kemudian dikaitkan dengan konsep materi yang akan dipelajari. Adanya proses pengaitan tersebut akan membentuk suatu pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Hal itu sesuai dengan teori belajar Ausubel (dalam Waluya, 2009, hlm. 13) yang mengatakan bahwa Belajar bermakna merupakan proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Untuk dapat mewujudkan pengajaran dengan konsep pengaitan tersebut, berarti guru harus mengetahui konsep awal pada diri peserta didik, agar tidak terjadi miskonsepsi. Geometri adalah salahsatu bidang kajian dalam matematika. Menurut Kustner & Kastner (dalam Ruseffendi, hlm. 2) Geometri elementer itu ialah geometri yang berkenaan dengan titik, ruas garis, sudut, garis (garis lurus), segitiga, segiempat, lingkaran, bidangempat, dan sebagainya pada bidang dan ruang. Salahsatu materi dalam geometri ialah bangun ruang beserta jaring-jaring pembentuknya yang diperkenalkan pertama kali pada peserta didik di kelas 1 SD, dan materi bangun ruang kembali diajarkan di kelas IV secara lebih mendalam sekaligus pembelajaran mengenai jaring-jaring pembentuk bangun ruang. Pembelajaran bangun ruang beserta jaring-jaringnya akan lebih diingat dalam jangka panjang oleh peserta didik ketika dalam proses pembelajarannya, peserta didiklah yang menemukan konsep tersebut. Guru wajib membimbing peserta didik untuk menyadari bahwa bangun ruang pada dasarnya sering mereka temui di lingkungan sekitar mereka. Pembelajarannya tidak lagi hanya sekedar mengetahui dan mengenal, namun pemahaman peserta didik yang berada di kelas IV harus

5 5 sudah mencapai pemahaman mengenai sifat-sifat bangun ruang serta jaringjaringnya. Pembelajaran yang konstruktivis dengan media yang konkret sangat diperlukan untuk lebih memudahkan peserta didik dalam penncapaian kemampuan pemahaman akan materi bangun ruang serta jaring-jaringnya. Pembelajaran matematika yang ideal pun tidak selaras dengan yang terjadi di lapangan. Pada kenyataannya, pembelajaran matematika yang dilakukan guru ialah berbasis behaviorisme yang artinya pembelajaran hanya menekankan pada transfer pengetahuan dan latihan, maka hasilnya pun hanya efektif pada saat pembelajaran saja, termasuk pada saat pembelajaran mengenai geometri bangun ruang. Seperti yang dapat digambarkan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Herawati (dalam Nur aeni, 2008, hlm. 2) yaitu Masih banyak peserta didik sekolah dasar yang belum memahami konsep-konsep dasar geometri. Temuan berikutnya datang dari penelitian yang dilakukan oleh Soejadi (dalam Nur aeni, 2008, hlm. 2) yang menyebutkan antara lain. l) Siswa sukar mengenali dan memahami bangun-bangun geometri terutama bangun ruang serta unsur-unsurnya, 2) Siswa sulit menyebutkan unsur-unsur bangun ruang, misal siswa menyatakan bahwa pengertian rusuk bangun ruang sama dengan sisi bangun datar. Melihat hasil-hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa pembelajaran matematika di Indonesia kurang melatih kemampuan pemahaman peserta didik. Guru hanya memberikan konsep dan latihan. Pembelajaran semacam ini kurang memperhatikan aktifitas, pengkonstruksian pengetahuan dan bentuk partisipasi lainnya dari peserta didik. Solusi yang dapat diterapkan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan variasi metode, model, maupun media dalam pembelajaran. Guru dapat menggunakan pendekatan yang berpusat pada peserta didik seperti Contextual Teaching Learning (CTL), Realictic Mathematic Education (RME), atau pendekatan student centered lainnya dan dapat juga guru menggunakan media yang konkret ketika mengajar materi geometri tersebut. Penelitian ini menawarkan solusi yaitu penggunaan sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan mengedepankan pengalaman aktif peserta didik serta proses pengkonstruksian pengetahuan. Adapun pendekatan yang dimaksud

6 6 dalam penelitian ini ialah pendekatan generatif yang berbantuan media kubus dan balok dari karton. Pendekatan generatif ialah pendekatan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengkonstruksikan pengetahuan dan informasi dengan cara mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik dengan pengetahuan yang akan dipelajari hingga peserta didik dapat menarik kesimpulan dari hubungan antar materi tersebut. Pendekatan generatif cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik. Hal tersebut diperkuat melalui penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni, dkk (2011. hlm 5) yang mengatakan bahwa Peningkatan pemahaman siswa lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menerapkan model pembelajaran generatif dilihat dari hasi uji gain suatu penelitian, siswa merespon dengan baik terhadap diterapkannya model pembelajaran generatif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, sebagai suatu upaya konkret untuk merealisasikan penerapan pendekatan generatif sebagai solusi untuk meningkatkan pemahaman matematis peserta didik akan materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya, maka dilakukan penelitian yang berjudul: Pengaruh Pendekatan Generatif terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis pada Materi Bangun Ruang Sederhana dan Jaring-jaringnya (Penelitian Eksperimen terhadap Peserta didik Kelas IV di SDN Pakuwon II dan SDN Pasarean di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang). B. Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pendekatan pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Secara lebih rinci, rumusan masalahnya sebagai berikut. 1. Apakah pendekatan konvensional ekspositori dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta didik kelas IV sekolah dasar pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya? 2. Apakah pendekatan generatif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta didik kelas IV sekolah dasar pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya?

7 7 3. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan generatif dibandingkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya? 4. Bagaimana respon peserta didik dalam pembelajaran dengan pendekatan generatif? Penelitian ini difokuskan pada penerapan pendekatan generatif terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis. Kemampuan pemahaman matematis memiliki beragam jenis menurut para ahli, jenis-jenis tersebut dapat dikembangkan menjadi indikator. Adapun jenis pemahaman yang akan diteliti ialah jenis pemahaman matematis menurut Pollatsek. Pollatsek (dalam Maulana, 2011, hlm ) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu: 1. Pemahaman komputasional, dengan dapat menerapkan rumus dengan perhitungan sederhana dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik. 2. Pemahaman fungsional, ditandai dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya, atau suatu prinsip dengan prinsip lainnya dan menyadari proses yang dikerjakannya. Dua jenis pemahaman tersebut menurut Pollatsek di atas, kemudian dikembangkan ke dalam bentuk indikator sebagai berikut. 1. Indikator Pemahaman Komputasional Pemahaman komputasional mencirikan kemampuan mengingat, kemampuan menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana.berikut indikator pemahaman komputasional dalam penelitian ini. a. Mengkategorikan objek-objek tertentu b. Menganalisis sifat-sifat suatu objek c. Mengklasifikasi objek-objek tertentu berdasarkan sifat-sifat tertentu d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, dan e. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah 2. Indikator Pemahaman Fungsional Pemahaman fungsional memiliki ciri adanya pengaitan suatu konsep dengan konsep lainnya. Indikator yang digunakan yaitu mengaitkan hubungan antar konsep pembelajaran.

8 8 Kemampuan pemahaman komputasional yang diukur dalam penelitian ini jika dikaitkan dengan materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya dapat dilihat pada halaman selanjutnya. a. Mengkategorikan bentuk-bentuk bangun kubus dan balok b. Menganalisis sifat-sifat pada kubus dan balok c. Mengklasifikasi jaring-jaring kubus dan balok berdasarkan sifatnya d. Menggambar jaring-jaring kubus dan balok dalam berbagai bentuk e. Menjelaskan hubungan antara kubus dengan balok f. Menjelaskan persamaan kubus dan balok g. Menjelaskan perbedaan kubus dan balok h. Menghubungkan bangun kubus atau balok yang disertai ukuran dengan jaring-jaringnya i. Mengaitkan konsep jaring-jaring kubus dan balok dengan sifat-sifatnya Pertimbangan pemilihan indikator yang akan dipakai dalam penelitian ialah kesesuaian indikator pembelajaran yang akan dicapai, kesesuaian indikator dengan bentuk kemampuan yang ingin dicapai, dan hanya bangun ruang sederhana yang diteliti karena keterbatasan waktu yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini juga dibatasi hanya di Kelas IV sekolah dasar di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 dengan pokok bahasan bangun kubus dan balok beserta jaringjaringnya. Pemilihan materi tersebut didasarkan pada pertimbanganpertimbangan sebagai berikut. 1. Geometri merupakan materi matematika yang abstrak namun dapat dibuat alat peraganya. 2. Materi bangun ruang dan jaring-jarinnya merupakan salahsatu materi yang dapat dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. 3. Membantu peserta didik untuk memahami konsep jaring-jaring bangun ruang sederhana.

9 9 C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan generatif terhadap kemampuan pemahaman matematis peserta didik pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya. Tujuan tersebut dijabarkan secara khusus di bawah ini. 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik dengan menggunakan pendekatan konvensional ekspositori pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya di kelas IV. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik dengan menggunakan pendekatan generatif pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya di kelas IV. 3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara peserta didik yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan generatif dan pembelajaran dengan pendekatan kovensional ekspositori. 4. Untuk mengetahui respon peserta didik dalam pembelajaran dengan pendekatan generatif. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk peneliti saja, namun juga untuk pihak-pihak yang di dalamnya ikut serta berpartisipasi dalam penyusunan penelitian. Pihak-pihak yang dimaksud yaitu sebagai berikut. 1. Bagi Peneliti Manfaat penelitian bagi peneliti ialah dapat mengetahui pengaruh pendekatan generatif dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta didik tingkat sekolah dasar pada materi bangun ruang sederhana dengan jaringjaringnya. 2. Bagi Subjek Penelitian Manfaat penelitian bagi subjek peneliti yakni dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta didik serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya.

10 10 3. Bagi Guru Matematika SD Guru dapat mengenal dan mempelajari salahsatu pendekatan student centered yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta didik pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya. 4. Bagi Pihak Sekolah Dengan adanya penelitian, sekolah yang merupakan tempat penelitian akan mengalami perbaikan dan mempunyai kesempatan untuk berkembang pesat. 5. Bagi Penelitian Lain Penelitian ini dapat dijadikan salahsatu referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pendekatan generatif. Mengingat bahan referensi untuk pendekatan generatif terbatas. E. Definisi Operasional Definisi Operasional akan dijelaskan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah yang terdapat dalam judul penelitian adalah sebagai berikut. 1. Penelitian yang dimaksud ialah suatu cara yang digunakan dalam menerapkan suatu pendekatan pembelajaran terhadap salahsatu kemampuan matematika. 2. Pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran (Suyono & Hariyanto, 2011, hlm. 18). 3. Menurut Waluya (2009) pendekatan generatif ialah pendekatan yang menjelaskan bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif melainkan justru juga aktif mengkonstruksi suatu interpretasi dari informasi dan kemudian membuat kesimpulan dengan cara adanya pengaitan antara pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik dengan pengetahuan yang sedang mereka pelajari. 4. Kemampuan pemahaman matematis ialah kemampuan yang dimiliki seseorang ketika dirinya dapat menjelaskan kembali maksud dari suatu informasi dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti serta mampu memikirkan strategi penyelesaian ketika ia dihadapkan pada suatu masalah.

11 11 Hal tersebut sebagaimana pendapat Bloom (dalam Waluya, 2009) bahwa seorang peserta didik dikatakan memahami konsep jika peserta didik tersebut mampu mengomunikasikan suatu data dengan bahasa yang lain (translasi), mampu menyimpulkan materi kemudian diungkapkan kembali menurut pandangannya (interpretasi), dan mampu untuk meramalkan kelanjutan dari grafik yang ada (ekstrapolasi). 5. Indikator kemampuan pemahaman matematis ialah suatu petunjuk atau keterangan untuk mencapai kemampuan pemahaman matematis. Adapun indikator kemampuan pemahaman matematis dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari jenis pemahaman menurut Pollatsek yaitu pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional yang semuanya telah dijelaskan di halaman 22 beserta dengan indikator yang akan dicapai. 6. Bangun ruang ialah suatu bangun tiga dimensi yang memiliki ruang di dalamnya. Bangun ruang tidak hanya terdiri dari perpotongan antar bidang banyak beraturan namun juga bidang lengkung sebagai pembentuknya. Adapun bangun ruang sederhana yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kubus dan balok dengan penjelasan sebagai berikut. a. Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang berbentuk persegi, sehingga jaring-jaring kubus tersusun dari 6 buah persegi. b. Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegipanjang, dengan terdapat minimal satu pasang di antaranya berukuran berbeda. 7. Jaring-jaring bangun ruang adalah pembelahan sebuah bangun yang saling berkaitan sehingga jika di gabungkan kembali akan membentuk kembali bangun ruang tersebut. Adapun penjelasan mengenai jaring-jaring kubus dan balok ialah sebagai berikut. a. Jaring-jaring kubus ialah susunan persegi yang memiliki pola yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus.

12 12 b. Jaring-jaring balok ialah susunan persegipanjang yang memiliki pola yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis antar persegipanjang yang berdekatan akan membentuk bangun balok. c. Pendekatan konvensional dengan metode ekspositori (Sanjaya, 2006) ialah metode pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembang pesatnya kemajuan jaman menyebabkan semakin kompleksnya masalah yang dihadapi oleh manusia. Masalah adalah suatu hambatan yang dialami oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan bagian dari belahan dunia yang selalu berubah, oleh karena itu bangsa Indonesia harus mengikuti perubahan dan perkembangan yang terjadi

Lebih terperinci

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses yang kompleks (rumit), namun dengan maksud yang sama yaitu, memberi pengalaman belajar pada siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Disadari atau tidak aktivitas manusia selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan mengenyam pendidikan di sekolah baik sekolah formal maupun informal, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Peran pendidikan sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai penerima

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN Putri Eka Astiati 1, Riana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan suatu perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum tersebut merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terobosan baru dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif dalam meningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan, karena dengan pendidikan menjadikan seseorang memiliki pemikiran yang lebih baik. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa, karena manusia diberikan akal dan pikiran. Jika manusia tidak memiliki akal dan pikiran maka dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan sistem pendidikan, seperti halnya terjadinya perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan merupakan fenomena yang tidak berhenti sepanjang perjalanan hidup manusia dan sifatnya tetap, hanya pelakunya saja yang berubah seiring dengan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mendorong setiap individu mengalami peristiwa belajar di dalam kehidupan. Pendidikan memegang peranan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Tardif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi masyarakat, baik masyarakat umum maupun masyarakat belajar, pendidikan juga mempunyai peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan. Dalam Undang-Undang Pendidikan No.20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah menjadi bagian penting bagi perkembangan bangsa ini khususnya dalam rangka mencerdaskan dan memajukan potensi anak bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, Matematika dipelajari pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2003 : 62), Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA 0 EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA (Kelas VII SMP N I Ngrampal) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di Indonesia yang sederajat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Perbedaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik.untuk memperbaikinya diperlukan kompetensi atau keterampilanketerampilan dalam menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULAAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Setiap negara berusaha mempersiapkan diri untuk dapat bersaing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, manusia dituntut untuk bisa bersaing dalam berbagai bidang sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, ini berarti bahwa manusia berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dapat diajarkan kepada peserta didik melalui pembelajaran matematika disebut komunikasi matematis. Komunikasi dalam matematika memang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan cara berpikir manusia. Indonesia merupakan negara berkembang, agar Indonesia bisa maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam proses kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan kemampuan, mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Dalam dunia pendidikan, kurikulum sangat berperan penting untuk pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan sangat menentukan perilaku diri seorang individu, karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan sangat menentukan perilaku diri seorang individu, karena melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sangat menentukan perilaku diri seorang individu, karena melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar dan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam bernegara. Karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari pembangunan dan juga berperan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional adalah suatu proses belajar dan pembelajaran yang terencana sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya manusaia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga merupakan syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan. Tantangan di bidang pendidikan meliputi kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Matematika 1. Hakikat Matematika Penggunaan kalimat-kalimat matematika secara sadar maupun tidak telah sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya. Pendidikan diarahkan agar peserta didik memiliki spiritual

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya. Pendidikan diarahkan agar peserta didik memiliki spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat dunia pendidikan harus bergerak cepat mengikuti arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri karena persaingan dalam dunia pendidikan semakin ketat. Salah satu upaya yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang beradab. Manusia dibekali potensi akal, sehingga manusia berbeda dengan makhluk Tuhan lainnya. Dengan adanya akal, salahsatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Tanpa adanya pendidikan seseorang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat, dari manusia dilahirkan hingga akhir kehidupannya. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang selalu menemani perjalanan kehidupan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensinya. Seperti yang dijelaskan

Lebih terperinci

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan peradaban suatu bangsa erat hubungannya dengan pendidikan, adanya perubahan pendidikan yang bukan hanya sebagai sarana untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi telah banyak memberikan kontribusi yang mendasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut sebagai proses humanisasi. Proses humanisasi ini diperoleh melalui berbagai pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satuan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk dipenuhi. Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Vivi Septiani Kulsum 1, Herman Subarjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang Undang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas sumber daya manusia. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Teknologi telah memberikan manfaat yang lebih banyak bagi kehidupan manusia serta telah mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar kelak mampu bersaing dan berperan dalam menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang terdapat dalam KTSP 2007 tingkat pendidikan dasar adalah mengembangkan logika, kemampuan berpikir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai peraturan dikeluarkan guna pendidikan yang lebih baik di negara ini. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satuan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk dipenuhi. Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. Globalisasi ini juga meliputi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia berkualitas. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi penanaman modal manusia, dimana pendidikan berfungsi sebagai pembentuk pribadi manusia yang juga menjadi dasar bagi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Kepustakaan 1. Pengertian Matematika Pada awalnya matematika berasal dari bahasa Yunani mathematike yang asal katanya mathema artinya ilmu atau pengetahuan. Adapun kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Sesuai Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu persoalan yang sangat kompleks. semua orang mengakui bahwa pendidikan sangatlah penting. Menurut Budiningsih, (Purwadi, 2015). Bangsa

Lebih terperinci