Bab VI Simulasi Rancangan Kawasan TOD Dukuh Atas
|
|
- Shinta Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab VI Simulasi Rancangan Kawasan TOD Dukuh Atas VI.1 Simulasi Rancangan Rancangan kawasan TOD Dukuh Atas merupakan hasil akhir dari penulisan tesis ini. Hasil rancangan memperlihatkan bahwa kawasan ini lebih didominasi oleh fungsi-fungsi komersial. Hubungan interlock antara transit dan land use memungkinkan keduanya untuk bekerja sinergis dan mendukung satu sama lain dalam sebuah integrasi. Dengan demikian, konfigurasi land use dapat dimaksimalkan fungsi komersial dapat menjangkau level-level bangunan yang lebih banyak, intensitas bangunan pun dapat meningkat lebih tinggi. Akses pergerakan transit pun menjadi lebih mudah, singkat dan efisien. Dengan hubungan ini pun terbentuk lebih banyak aktifitas-aktifitas publik. VI.1.1 Tata Guna Lahan (Land use) dan Fungsi Sebagian besar dari lahan terbangun kawasan Dukuh Atas diperuntukkan bagi empat jenis tata guna lahan (land use) yakni komersial (karya bangunan umum dan fasilitasnya), fungsi hunian (wisma dengan fasilitasnya), fasilitas umum (wisma bangunan umum dan fasilitasnya), dan ruang terbuka hijau (wisma taman dan fasilitasnya). Fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada kawasan ini didominasi oleh fungsi-fungsi komersial. Terlihat pada usulan rencana tata guna lahan kawasan perancangan secara umum (lihat gambar VI.2) dan persentase luas pengembangan (lihat tabel VI.1). 128
2 Keterangan: A C A B E F L F F I C E D L H G J K M I J J A B C D E F G H I J K L M N O P Q Fasilitas Transit Plaza Transit Transit mall Hotel Transit Pusat Konvensi Dan Ekshibisi Kantor Sewa Pusat Kecantikan-Kebugaran Apartemen Soho Ruko Apartemen kelas menengah Mall Pusat ikan hias Pasar Budaya Culinary and Recreational Riverfront Strip Amphitheater River Front Stage A A O D P N A Q Gambar VI.1. Site Plan Kawasan TOD Dukuh Atas. Tabel VI.1. Persentase luas lantai total bangunan pada kawasan TOD Dukuh Atas Tata Guna Lahan Persentase luas lantai total bangunan Komersial 66 % Residensial 16 % Fasilitas umum dan sosial 10 % RTH 7 % Sumber: hasil perhitungan rancangan 129
3 Gambar VI.2. Tata Guna Lahan Kawasan Dukuh Atas Pada site plan dapat dilihat adanya empat bangunan dan area berwarna keemasan yang menandakan empat magnet aktifitas, yakni transit, bisnis, budaya dan ekologi. Pada magnet aktifitas Transit, fungsi yang dikembangkan adalah hotel transit, transit mall, swalayan, dan pusat konvensi dan exhibisi. Pada magnet bisnis fungsi yang dikembangkan adalah kantor sewa, dan Electronic City. Pada magnet budaya, fungsi yang dikembangkan adalah pasar budaya betawi. Sedangkan pada magnet ekologi, yang dikembangkan adalah pusat ikan hias. Magnet-magnet ini kemudian dihubungkan dengan jaringan sirkulasi dan massa. Massa yang terurai di antaranya pun diisi dengan jenis fungsi yang berhubungan dengan magnet-magnet aktifitas tersebut. Antara magnet bisnis dan magnet transit fungsi yang dikembangkan adalah kantor sewa, dan mall elektronik. Antara magnet transit dan budaya, fungsi-fungsi yang dikembangkan adalah hotel transit, pusat kebudayaan, butik, dan galeri. Sedangkan antara magnet bisnis, ekologi dan 130
4 budaya, fungsi yang dikembangkan adalah penjualan ikan hias, dan tanaman hias. Disamping fungsi tersebut, blok tengah kawasan diisi dengan fungsi-fungsi yang mengikat keempat magnet aktifitas seperti soho, apartemen, pusat kecantikan dan kebugaran, serta ruko yang menampung baik kegiatan bisnis (misalnya konsultan, servis elektronik, toko buku, kuliner, dll), budaya (misalnya butik, kursus tari, kuliner, dll), transit (misalnya biro perjalanan, penitipan anak, dll), maupun ekologi (misalnya toko bunga dll). Konfigurasi fungsi-fungsi ini dapat dilihat pada gambar VI.1 dan VI.3. Gambar IV.3. Fungsi-fungsi yang Dikembangkan pada Kawasan, kiri: fungsi pada menara, kanan: fungsi pada podium Tabel VI.2 besar pengembangan Sumber: hasil analisa 131
5 6.1.2 Tata Massa Perancangan tata massa pada kasus ini lebih ditekankan pada pengaturan ketinggian bangunan. Ketinggian bangunan didasari oleh pertimbangan kenaikan intensitas, dan skyline terhadap kawasan Menteng dan Kali Malang dan Krukut. Intensitas Kawasan dapat meningkat dengan adanya perpindahan moda transportasi. Namun, ketinggian yang akan bertambah akibat penambahan intensitas tersebut harus tetap memiliki harmoni dengan kawasan sekitarnya. Sehingga semakin mendekati kawasan Menteng, ketinggian bangunan pada kawasan akan berkurang. Begitupula ketinggian bangunan saat mendekati Kali Malang. Hal ini terkecuali bagi bangunan yang terdekat dengan fasilitas transit intermoda. Hal ini dimaksudkan agar bangunan tersebut membentuk gerbang dengan bersanding di seberang gedung Landmark. Bentuk skyline dan komposisi massa ini dapat dicermati pada gambar VI.4, gambar VI.5, gambar VI.6, dan gambar VI.7. Jumlah lantai bangunan pada masing-masing kelompok massa dapat dilihat pada tabel VI.2 Membentuk Gerbang Skyline Kali Malang Gambar VI.4 Skyline ke Arah Kali Malang Perumahan Menteng Gambar VI.5 Tampak dari Arah Selatan: Skyline ke Arah Kawasan Menteng 132
6 Gambar VI.6 Tampak dari Arah Barat Gambar VI.7 Tampak dari Arah Timur Gambar VI.8 Tampak dari Arah Utara Perancangan tata massa juga didasari oleh pertimbangan pembentukan kualitas urban yang baik dalam pembentukan citra jakarta. Untuk itu bangunan dirancang sebagai kombinasi antara podium dan menara dimana skala ruang menunjukkan perbandingan 1:1. Selain itu, fasade bangunan mencerminkan Jakarta tradisional melalui penggunaan ornamen betawi (lihat gambar VI.15) dan Jakarta yang modern melalui penggunaan langgam arsitektur yang modern (lihat gambar 133
7 VI.16). Skala ruang yang dibentuk adalah 1:1 berhimpitan dengan garis sepadan bangunan dan membentuk innercourt. VI.1.3 Taksonomi Intermoda Dengan tepecah-pecahnya kawasan Dukuh Atas dan titik-titik transitnya, maka dalam perancangan kawasan ini diterapkan konsep interlock antara pengembangan dan sirkulasi transit yang mengumpamakan kawasan Dukuh Atas sebagai sebuah fasilitas transit. Dengan demikian bentuk taksonomi kawasan pun terbentuk untuk mengintegrasikan titik-titik transit sekaligus bagian-bagian yang terpecah dari kawasan dengan tuntutan aktifitas transit. Taksonomi yang terbentuk adalah kombinasi antara vertical separation, contiguous dan linked adjacent. Bentuk taksonomi ini dapat teramati pada gambar VI.9, gambar VI.10, dan gambar VI.11. Dengan adanya taksonomi yang melibatkan level-level berbeda dari bangunan, maka konfigurasi land use berubah. Dapat dilihat pada dengan transit mall yang berfungsi sebagai penghubung kawasan dengan area transit kereta KRL, waterway, busway dan MRT (lihat gambar VI.9). Area ini dapat menjadi area komersial yang sangat aktif dan memungkinkan pembentukan area komersial lainnya pada level di atas dan di bawahnya. Begitu pula pada plaza transit yang menghubungkan titik transit monorail, KRL, bus umum, taksi dan kawasan. Dengan adanya plaza transit ini, level lantai 3 hingga 5 memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi area komersial yang aktif. Jika plaza transit tidak langsung menghubungkannya, maka kesempatan membentuk akses terhadap area komersial terbatas hanya pada level ground (lihat gambar VI.11) dan kecenderungan land use untuk fungsi komersial pun akan semakin sedikit. 134
8 Gambar VI.9 Potongan A-A: Taksonomi Intermoda Linked Adjacent, Contiguous dan Vertical Separation serta Konfigurasi Land Usenya (Merah: komersial. Ungu: fungsi publik. Hijau: ruang hijau. Kuning: Hunian) Gambar VI.10. Potongan B-B: Taksonomi Intermoda Linked Adjacent dan Konfigurasi Land Usenya (Merah: komersial. Ungu: fungsi publik. Hijau: ruang hijau. Kuning: Hunian) 135
9 Gambar VI.11. Potongan C-C: Taksonomi Intermoda Linked Adjacent dan Vertical Separation, serta Konfigurasi Land Usenya (Merah: komersial. Ungu: fungsi publik. Hijau: ruang hijau. Kuning: Hunian) 136
10 VI.1.4 Sirkulasi dan Aktifitas Pendukungnya Sebagaimana yang telah disampaikan pada bab-bab awal, bahwa dalam perancangan kawasan TOD ini, jalur pejalan kaki akan menjadi aspek yang diolah secara desain dan ukuran (lebar). Lebar masing-masing jalur pejalan kaki dipertimbangkan berdasarkan aktifitas transit dan kegiatan pendukungnya (lihat gambar V.17 dan tabel V.4). Di antara jalur-jalur pejalan kaki yang dirancang tersebut adalah: 1) Jalur pejalan kaki 0 Jalur pejalan kaki 0 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah kebutuhan transit (5,33 m), kebutuhan untuk even (3 m), dan lampu (0,5 m). Maka lebar jalur pejalan kaki 0 adalah seperti terlihat pada gambar VI.12 Gambar VI.12. Potongan jalur pejalan kaki 0 2) Jalur pejalan kaki 1 Jalur pejalan kaki 1 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah kebutuhan transit (7,67 m), kebutuhan untuk even (3 m), dan lampu (0,5 m). Maka lebar jalur pejalan kaki 1 adalah seperti terlihat pada gambar VI
11 gambar VI.13. Potongan jalur pejalan kaki 1 3) Jalur pejalan kaki 15 Jalur pejalan kaki 15 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah kebutuhan transit (1,6 m), kebutuhan ruang untuk sepeda (1,2 m), kebutuhan lot PKL (1 m), Curb (1 meter) dan lampu (0,5 m). Maka lebar jalur pejalan kaki 15 adalah seperti terlihat pada gambar VI.14 Gambar VI.14. Potongan jalur pejalan kaki
12 4) Jalur pejalan kaki 23 Jalur pejalan kaki 23 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah kebutuhan transit (1,6 m), kebutuhan ruang untuk sepeda (1,2 m), kebutuhan lot PKL (1 m), ekstensi cafe (3 m) dan lampu (0,5 m). Maka lebar jalur pejalan kaki 23 adalah seperti terlihat pada gambar VI.15 Gambar VI.15. Potongan jalur pejalan kaki 23 5) Jalur pejalan kaki 24 Jalur pejalan kaki 24 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah kebutuhan transit (1,6 m), kebutuhan ruang untuk sepeda (1,2 m), kebutuhan lot PKL (1 m), ekstensi cafe (3 m) dan lampu (0,5 m). Maka lebar jalur pejalan kaki 24 adalah seperti terlihat pada gambar VI
13 Gambar VI.16 Potongan jalur pejalan kaki 24 6) Jalur pejalan kaki 28 Jalur pejalan kaki 28 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah kebutuhan transit (1,6 m), kebutuhan ruang untuk sepeda (1,2 m), kebutuhan lot PKL (1 m) dan lampu (0,5 m). Maka lebar jalur pejalan kaki 28 adalah seperti terlihat pada gambar VI.17 Gambar VI.17 Potongan jalur pejalan kaki
14 VI.1.5 Persepektif dan Suasana Berikut ini adalah contoh persepktif suasana pada kawasan TOD Dukuh Atas berdasarkan aktifitas-aktifitas yang direncanakan di dalamnya. Gambar VI.18 menunjukkan area pejalan kaki di depan pusat ekshibisi. Pada penyelenggaraan even-even tertentu, area pejalan kaki dan jalan ini digunakan sebagai node aktifitas. Namun even yang diselenggarakan pun adalah even tahunan untuk menghindari dampak kemacetan. Tampak pada gambar VI.18 adanya prosesi perkawinan adat betawi yang diselenggarakan di Jalan. Key plan Gambar VI.18. Suasana Pusat Konvensi dan Ekshibisi Gambar VI.19 menunjukkan area jalur festival tepi Kali Malang. Area ini juga digunakan pada sore hari sebagai tempat bersantai dan dalam penyelenggaraan even dapat dimanfaatkan sebagai panggung. Gambar VI.20 menunjukkan suasana malam hari Key plan Gambar VI.19. Suasana Riverfront Stage dan Amphitheater 141
15 Key plan Gambar VI.20. Suasana Riverfront Stage dan Amphitheater di malam hari Gambar VI.21 menunjukkan area plaza transit yang menerus menuju area permukiman. Area ini berada di antara pusat konvensi dan pusat ekshibisi dan di atas transit mall. Area ini digunakan sebagai Culinary Strip yang melayani kebutuhan makan siang, maupun bersantai di sore dan malam hari. Area ini dihiasi dengan lampion, dan lampu yang menghiasi pepohonan. Gambar VI.21. Suasana Culinary Strip Key plan Gambar VI.22 menunjukkan skala ruang yang intim yang dibentuk antar bangunan apartemen. Ruang ini digunakan sebagai jalur sirkulasi yang dapat langsung mengakses plaza transit, taman lingkungan serta pusat penjualan ikan hias. 142
16 Gambar VI.22. Suasana Gang Antar Apartemen Key plan Gambar VI.23 menunjukkan suasana plaza dekat magnet aktifitas bisnis. Plaza ini digunakan sebagai area makan (culinary plaza) di luar ruangan baik siang hari maupun malam hari. Plaza ini difasilitasi oleh tenda yang melindunginya dari sengatan matahari Gambar VI.23. Suasana Culinary Plaza Key plan Gambar VI.24 menunjukkan area plaza yang langsung berhubungan dengan transit mall. Plaza ini menjadi area drop off bagi fungsi ekshibisi, konvensi dan transit. Sebagai penunjuk orientasi sistem wayfinding berupa jalur pelangi pada jalur pejalan kaki menunjukkan arah titik transit berdasarkan warna. Area ini berfungsi pula sebagai ruang hijau dan ekstensi cafe. 143
17 Gambar VI.24. Suasana Area Drop Off Utama Key plan Gambar VI.25 menunjukkan area transit mall. Bentuk jalur yang organik mengarahkan pengguna transit untuk langsung menuju lokasi transit. begitu pula dengan garis-garis wayfinding pada jalur pejalan kaki. Jalur ini difasilitasi dengan fungsi-fungsi komersial yang mendukung fungsi transit di kanan dan kiri jalur. Misalnya apotik, kantor polisi, minimarket dan lain-lain. Gambar VI.25. Suasana Transit Mall Key plan Gambar VI.26 menunjukkan akses sepeda yang mengarahkannya untuk menyeberangi Kali Malang. Lokasi ini tepatnya berada dekat pasar budaya. Jalur sepeda menyediakan ramp-ramp dan landscape bridge yang dapat ditumbuhi tumbuhan. 144
18 Key plan Gambar VI.26. Suasana Area Pejalan kaki Bridge (Linkage) ke arah Sungai Gambar VI.27 dan VI.28 menunjukkan area taman lingkungan yang mengisi ruang-ruang antar blok hunian. Taman lingkungan ini difasilitasi dengan lapangan olah raga dan taman bermain anak. Akses menuju taman ini dapat langsung dicapai baik melalui lobi utama hunian, pintu servis deretan ruko, maupun pintu belakang pusat kecantikan dan kebugaran. Key plan Gambar VI.27. Suasana Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Key plan Gambar VI.28. Suasana Ruang Terbuka Hijau Lingkungan 145
19 Gambar VI.29 menunjukkan view ke arah terminal transit intermoda dari arah datangnya monorail. Jika monorail datang pada saat senja, tiang penyangga terminal akan dilatarbelakangi oleh pemandangan matahari terbenam. Key plan Gambar VI.29. Vista ke Arah Terminal Intermoda Gambar VI.30, Gambar VI.31, Gambar VI.32 dan Gambar VI.33 menunjukkan view mata burung (bird eye view) yang memperlihatkan konfigurasi masa kawasan Dukuh Atas dari berbagai sudut pandang. Gambar VI.30. Bird eye view dari Arah Kebon Melati 146
20 Gambar VI.31. Bird eye view dari Arah Menteng Gambar VI.32. Bird eye view dari Arah Kuningan 147
21 Gambar VI.33.Bird eye view dari Arah Menara Bni VI.2 Kesimpulan dan Saran VI.2.1 Kesimpulan Melalui analisa dan perancangan nilai optimal pada sirkulasi pejalan kaki dan transportasi dapat ditemukan. Dalam mencapai nilai optimal bagi perletakan dan tingkat pelayanan pejalan kaki jenis taksonomi dan lebar efisien jalur pejalan kaki dihitung dan ditentukan. Didapatkan bahwa lebar jalur pejalan kaki terlebar adalah 11,17 meter (dibulatkan menjadi 11 meter) dan lebar jalur pejalan kaki tersempit adalah 2,1 meter (dibulatkan menjadi 2 meter). Untuk mencapai nilai optimal bagi tingkat pelayanan jalan dalam meningkatkan kualitas lingkungan jalan dan volume pengembangan yang diijinkan, intensitas kawasan (Koefisien Lantai Bangunan dan tinggi bangunan) yang tepat dihitung dan ditentukan. Didapatkan bahwa intensitas kawasan adalah 4,8. Dengan demikian, tesis ini menyimpulkan bahwa perencanaan elemen sirkulasi dan kegiatan-kegiatan yang tepat dapat menjadi alternatif dalam memunculkan sinergi antara pengembangan dan transit. Bentuk sinergi tersebut adalah beberapa keuntungan bagi pengembangan dan bagi kegiatan transit. Diantara keuntungan bagi pengembangan adalah bertambahnya peluang kenaikan intensitas bangunan, pengurangan jumlah kebutuhan parkir, peluang peningkatan proporsi daerah komersial serta keaktifan jalur pejalan kaki dan lingkungan. Sedangkan bagi 148
22 kegiatan transit, taksonomi terintegrasi, lingkungan pejalan kaki yang akomodatif dan orientasi yang jelas akan mempermudah akses, merangsang keinginan untuk berjalan kaki dan beralih kepada kendaraan umum. Sinergi ini akan signifikan bergantung pada aksesibilitas fasilitas transit dan proporsi perjalanan antara mobil dan kendaraan umum. Dengan semakin baiknya aksesibilitas fasilitas transit dan semakin tingginya proporsi penggunaan kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi, maka volume pergerakan pejalan kaki di fasilitas transit akan semakin besar dan lingkungan kawasan akan semakin aktif. VI.2.2 Saran Kajian yang dilakukan hanya berada pada cakupan studi untuk menunjukkan bentuk sinergi dan efeknya bagi lingkungan fisik pada satu kuadran persil dari persilangan Jalan Thamrin dan Kali Malang (kawasan Dukuh Atas di kuadran timur laut). Dapat disimpulkan pula bahwa kajian ini masih belum dapat mengungkapkan efeknya bagi lingkungan fisik tiga kuadran lainnya dan keuntungan sinergi yang ditemukan dalam perhitungan finansial. Dengan demikian studi lanjutan yang mengungkapkan efek fisik pada tiga kuadran lain dan pembiayaan finansial serta prediksi keuntungan yang didapatkan akan sangat dibutuhkan. 149
Bab V Konsep Perancangan Kawasan TOD Dukuh Atas
Bab V Konsep Perancangan Kawasan TOD Dukuh Atas Melalui Hasil Analisis dirumuskan konsep perancangan bagi kawasan transit intermoda Dukuh Atas sebagai berikut V.1 Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Dukuh
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciBab IV Analisa Prarancangan
Bab IV Analisa Prarancangan IV.1 Analisa Pasar Banyak di antara kasus-kasus praktik TOD dalam merespon anemo pasar. Contoh dari kasus ini adalahblock 17 Chicago. Oleh karena itu analisa pasar dalam perancangan
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa
Lebih terperinciELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA
ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan
Lebih terperinciBAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront
BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) Pada tahun 1993 Peter Calthorpe menawarkan sebuah sistem mengenai Konsep Transit Oriented Development ( TOD
Lebih terperinciBAB III : DATA DAN ANALISA
BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803
Lebih terperinciBAB V HASIL RANCANGAN
BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE
BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai
Lebih terperinciBAB VI DESAIN PERANCANGAN
BAB VI DESAIN PERANCANGAN 6.1 Perancangan Terkait dengan tema perancangan Prambanan Heritage Hotel dan Konvensi sebagai bangunan sebagai lanskap candi Prambanan dan tidak menonjolkan karakter bangunan
Lebih terperinciBab III Tinjauan Karakteristik Kawasan Dukuh Atas
Bab III Tinjauan Karakteristik Kawasan Dukuh Atas III.1 Tautan Makro Kawasan Dukuh Atas memiliki peranan yang penting bagi lingkup regional DKI Jakarta. Hal ini dilandasai oleh direncanakannya kawasan
Lebih terperinciKUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA
LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran
Lebih terperinciDUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019 Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : TINGGA PRADANA
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan
Lebih terperinciPERANCANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DUKUH ATAS BERDASARKAN OPTIMALISASI SIRKULASI TESIS
PERANCANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DUKUH ATAS BERDASARKAN OPTIMALISASI SIRKULASI TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciKAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN
LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN MAHASISWA: AMELIA LESTARI (NIM: 41211010044) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS
Lebih terperinci5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung
5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KAWASAN SCBD
BAB II TINJAUAN KAWASAN SCBD 2.1 Gambaran Umum SCBD 2) Gbr. II.1 Petalokasi SCBD (Sumber : DP Architect) Nama : Kawasan SCBD Lokasi : Barat Daya Jakarta Selatan, diapit dua jalan arteri yaitu : Jl. Jend.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai daerah otonom dan memiliki status sebagai Kota Metropolitan, pembangunan Kota Medan
Lebih terperinciLAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE
LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan
Lebih terperinciKAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Peta situasi Gambar 6.1 Site Plan Pada gambar 6.1 merupakan desain siteplan dari Kawasan Wisata Bunga. Kawasan tersebut terbagi ke dalam empat zona, yaitu zona pendidikan dan
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinci2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah mengalami perkembangan pesat sebagai kota dengan berbagai aktivitas yang dapat menunjang pertumbuhan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK
38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis
185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa
Lebih terperinciBAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur
BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan
Lebih terperinciBAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data
BAB II Analisa yang Mewujudkan Art Deco Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data data yang telah lengkap dan akurat merupakan tahap tahap yang harus dilalui penulis sebelum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu
Lebih terperinciS K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta sebagai Ibu Kota negara Republik Indonesia merupakan pusat dari semua kegiatan pekerjaan untuk sekitar kota Jakarta dan bahkan Indonesia. Pendatang dari
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar yang melatarbelakangi perancangan stasiun tv TPI didasarkan pada empat isu utama, yaitu : Pembagian sirkulasi yang sederhana, jelas, dan efisien
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. minimal 13 aliran air yang dapat dimanfaatkan menjadi waterways transport, sekaligus menjadi
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dalam perkembangan perkotaan, fasilitas transit intermoda dan kawasan transit telah menjadi aspek yang tidak terlepaskan. Daerah di sekitar titik transit merupakan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta
BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas
Lebih terperinciRancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,
Lebih terperinciMinggu 2 STUDI BANDING
1 Minggu 2 STUDI BANDING TUJUAN Tujuan dari Studi Banding adalah belajar dari karya-karya arsitektur terdahulu menganalisis dan mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya. Dalam mata kuliah Perancangan Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan hunian sudah menjadi hal yang pokok dalam menjalankan kehidupan, terlebih lagi dengan adanya prinsip sandang, pangan, dan papan. Kehidupan seseorang
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama
Lebih terperinciBAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG
BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi.
Lebih terperinciSampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi
ZDhoppinq Arcade Mahendrata - 015 12131 X BAB IV LAPORAN PERANCANGAN 4.1 Perkembangan desain 4.1.1 Kriteria Desain Shopping Arcade Desain Shopping Arcade yang dirancang di kota Sampit ini merupakan suatu
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan
BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),
Lebih terperinciBAB IV PENGAMATAN PERILAKU
BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub
BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Ide awal dari desain stasiun ini adalah hub, hal ini disebabkan stasiun ini akan menjadi pusat transit dari moda-moda transportasi yang akan ada di kawasan Dukuh Atas, sehingga
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan
Lebih terperinciBSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY M. BARRY BUDI PRIMA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY 1.1 Latar Belakang Bumi Serpong Damai (BSD) atau BSD city merupakan sebuah kota satelit yang terbentuk dari pesatnya perkembangan kota metropolitan ibukota
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar
BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. Gambaran Umum Nama Proyek Astana Anyar Sifat Proyek Pemilik Lokasi Luas Lahan : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival : Fiktif : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung : Jl.
Lebih terperinciBAB VI : DESAIN RANCANGAN
BAB VI : DESAIN RANCANGAN A. Heritage Terkait dengan tema perancangan Prambanan Heritage Hotel dan Konvensi yang menitik beratkan Prambanan sebagai peninggalan sejarah maka untuk memberikan kesan heritage
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dalam rangka menyelesaikan permasalahan Kota Administrasi Jakarta Pusat yang berupa peningkatan jumlah kendaraan pribadi, tingkat kemacetan, permasalahan guna lahan, dan
Lebih terperinciBAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen
BAB II ANALISIS TAPAK Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan
BAB V KONSEP V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan yang terjadi di sekitar tapak, khusunya jalur pejalan kaki dan kegiatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.
Lebih terperinciPasar Modern BSD City The Concept
Pasar Modern BSD City Tahun Beroperasi : 01 Juli 2004 Lokasi : Jl. Letnan Soetopo Luas Lahan : 2.6 ha Luas bangunan : 1.4 ha Kiosk : 320 unit Lapak : 302 unit Ruko : 100 unit Tingkat hunian : 99% Kementerian
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.
Lebih terperinciPEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)
PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ
BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Telkomsel merupakan operator GSM terbesar di Indonesia dengan pimpinan area 1 yang terletak di kota medan sampai saat ini belum memiliki gedung kantor milik sendiri.
Lebih terperinciFasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)
Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur
Lebih terperinciHIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA
HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA KEDUDUKAN PERENCANAAN TATA RUANG DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua orang di dunia bergantung pada transportasi untuk melangsungkan hidupnya, seperti
Lebih terperinci2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).
Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN
BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan
Lebih terperinci6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan
6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam
Lebih terperinciVI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN
VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciMata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM
Manajemen Parkir Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Pendahuluan Parkir mutlak diperlukan bagi pengendara, namun belum terpikirkan dengan baik Padahal : 1.
Lebih terperinciKONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center
KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri
BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR oleh : T A N T A W I L2D 300 379 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinci