BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pondok pesantren pertama kali di Jawa tepatnya di desa Gapura, Gresik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pondok pesantren pertama kali di Jawa tepatnya di desa Gapura, Gresik"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren pertama kali di Jawa tepatnya di desa Gapura, Gresik didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim pada abad XV Masehi, yang berasal dari Gujarat, India. Pesantren mempunyai fungsi penting sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam. Maulana Malik Ibrahim mendidik sejumlah santri yang ditampung dan tinggal bersama dalam rumahnya di Gresik (M. Saridjo, 1980:25). Pada masa permulaan pertumbuhan pondok pesantren hanyalah berfungsi sebagai alat islamisasi, yang sekaligus berfungsi memadukan tiga unsur pendidikan yaitu (1) ibadah untuk menanamkan iman, (2) tabligh untuk menyebarkan ilmu dan amal, dan (3) untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari (M. Shodiq, 2011). Tokoh yang dianggap berhasil mendidik ulama dan mengembangkan pondok pesntren adalah Sunan Ampel yang mendirikan pesantren di Kembang Kuning, Surabaya dan pada waktu pertama kali didirikan hanya memiliki 3 santri yaitu Wiryo Suroyo, Abu Hurairah, dan Kyai Bangkuning. Selanjutnya Sunan Ampel mendirikan pondok pesantren di Ampel Denta, Surabaya yang kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel, misinya menyiarkan Agama Islam mencapai sukses, dan pesantrennya semakin lama semakin berpengaruh dan menjadi terkenal di seluruh Jawa Timur pada waktu itu (A. Sunyoto 1990: 53). Pesantren mengembangkan beberapa peran, utamanya sebagai suatu lembaga pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam sekaligus juga 1

2 2 memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, penelitian, pengembangan masyarakat, dan sekaligus sebagai simpul budaya,maka itulah pondok pesantren. Biasanya peran- peran itu tidak langsung terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap. Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren bisa pula menjadi lembaga keilmuan, kepelatihan, dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan membangun Integrasi dengan masyrakat barulah member mandate sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan simpul budaya (M.Dian Nafi,dkk, 2007:11). Ada 3 alasan kenapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para santri : (1) kemashuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuan tentang islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari Kyai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri itu harus meningalkan kampung halamannya dan menetap di dekat kediaman Kyai. (2) Hampir semua pesantren di desa-desa dimana tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk dapat menampung santri, dengan demikian perlulah adanya suatu asrama khusu bagi para santri. (3) Ada sikap timbal balik antara Kyai dan murid, dimana para santri mengnggap Kyai sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kyai menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi (Dhofier, 1994: 46-47). Dalam perkembangnnya Pondok Pesantren Al-Huda memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar dengan mengadakan dakwah atau pengajian dilakukan setiap satu minggu sekali. Dakwah tersebut menjelaskan tentang materi-materi tentang hukum-hukum islam dan menjelaskan tentang

3 3 penafsiran Al-Qur an. Hal itu bertujuan untuk mensiarkan agama Islam di lingkungan sekitar Pondok Pesantren Al-Huda. Selain itu dalam bidang pendidikan Pondok Pesantren Al-Huda juga melakukan pembelajaran Al-Qur an untuk masyarakat sekitar setiap sore hari kecuali hari jum at. Hal itu bertujuan untuk memberikan pelajaran Al-Qur an sejak dini. Sehingga anak-anak di sekitar Pondok Pesantren Al-Huda bisa membaca Al-Qur an sesuai dengan hukum yang benar dan tepat. Pondok Pesantren Al-Huda juga mempunyai banyak prestasi salah satunya yaitu lomba MTQ tingkat kedu dan lain-lain. Pondok pesantren juga harus mengembangkan sistem pendidikan untuk mencetak generari bangsa yang berakhlak mulia tidak terkecuali dengan Pondok Pesantren Al-Huda yang terletak di Jetis Kutosari Kebumen. Pondok pesantren Al-Huda Jetis yang merupakan pondok pesantren yang terletak di Kota kebumen. Sebelum diberi nama Pondok Pesantren Al-Huda pondok pesantren ini lebih dikenal dengan Pondok Pesantren Jetis. Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perkembangan Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen Hal tersebut dikarenakan pada awal tahun 2006 di Pondok Pesantren Al-Huda mengalami perkembangan yang cukup banyak dalam bidang sarana prasarana dan santri. Selain itu diawal tahun 2006 juga awal didirikannya pendidikan formal di Pondok pesantren Al-Huda.

4 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat kita rumuskan pernyataan penelitian sebgai berikut : 1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen? 2. Bagaimana sistem pendidikan yang dikembangkan di Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen dari tahun ? 3. Bagaimana sistem management yang dikembangkan di Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen dari tahun ? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian dalam proposal skripsi ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan baru mengenai perkembangan pondok pesantren Al- Huda Jetis Kebumen sehingga masih dapat eksis sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam pada umumnya. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah 1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya pondok pesantren Al-Huda Jetis Kebumen. 2. Untuk mengetahui perkembangan pesantren khususnya dalam pendidikan dari tahun Untuk mengetahui sistem management yang dikembangkan di Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kebumen dari tahun

5 5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini dapat menambah khazanah penelitian dinamika sejarah Islam, terutama berkaitan dengan pondok pesantren dan dinamika masyarakat Islam. b. Penelitian ini dapat menambah referensi dalam penelitian sistem pendidikan Pondok Pesantren 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pengasuh Pondok Pesantren Memberikan sumbangan pemikiran yang membangun terhadap pengasuh pondok pesantren Al-Huda Jetis Kebumen b. Bagi Santri Penelitian ini diharapkan dapat memberikan semangat untuk santri dalam proses pembelajaran di pondok pesantren Al-Huda Jetis Kebumen c. Bagi Masyarakat Dapat memperbesar kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan di Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kebumen E. Tinjauan Pustaka 1. Arti Pesantren Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang pula pesantren dianggap sebagai gabungan dari kata santri (manusia baik) dengan suku

6 6 kata tra (suka menolong) sehungga kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia baik-baik (Zarkasy, 1998: 106). Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata pondok mungkin juga berasal dari bahasa arab Funduq yang berarti hotel atau asrama (Dhofier, 1983: 18). Sisten pendidikan di pesantren ada 2 yaitu sorogan dan bandongan atau disebut juga wetonan: (1) sistem pengajaran sorogan, sistem ini diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telsh menguasai pembacaan Al-Qur an. Sistem sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, kataatan, dan disiplin pribadi dari murid. Kebanyakan murid-murid pengajian di perdesaan gagal dalam pendidikan dasar ini. Disamping itu banyak banyak antara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya murid-murid yang menguasai sistem sorogan sajalah yang dapat memetik keuntungan dari sistem badongan pesantren; (2) Sistem pengajaran bandongan atau wetonan, dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan

7 7 membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari sistem badongan ini disebut halaqah yang artinya bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru (Zamakhsyari Dhofier, 1994: 28-29). 2. Penelitian yang relevan Siti Halimah (skripsi, 2016) dengan judul Perkembangan Pondok pesantren Al-Fatah Banjarnegara tahun menjelaskan tentang latar belakang pendirian pondok pesantren yang terdiri dari latar belakang historis, latar belakang motivasi, latar belakang sosial ekonomi, perkembangan pondok pesantren Al-Fatah mulai menonjol pada tahun 1990 sampai dengan sekarang yaitu mulai dari kepemimpinan KH. Hasyim Hasan- KH. Muhamad Najib. Perkembangan itu dimulai ditandai dengan pengembangan gedung aula, pembangunan asrama putri, dan pertambahan jumlah santri. Sedangkan pada masa KH. Najib perkembangan dari segi fisik tidak terlalu berbeda dengan periode sebelumnnya tetapi periode ini pendidikan pesantren mulai ditambah untuk lebih mengembangkan kemampuan santri. Iyan Harbu Wianda (2013) dengan judul Pesantren dan pembangunan Pendidikan Studi Pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Al-Fattah Banjarnegara menyimpulkan bahwa dakwah dalam Pondok Pesantren Al-Fatah dilakukan dengan cara mengajarkan para santri

8 8 tentang kitab kuning, belajar mengaji serta bermain, sehingga para santri akan bertambah wawasan agama serta mampu membaca Al-Qur an. Winda Mustafani (Skripsi) dengan judul Perkembangan Pondok Pesantren Darul Mujahadah Desa Prupuk Utara Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal Tahun menjelaskan tentang perkembangan pondok pesantren yang tergolong tipe pondok pesantren yang melaksanakan pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal dikelola langsung oleh madrasah tujuannya memperdalam ilmu agama dan ilmu umum. Sedangkan non formal dikelola dilingkungan pondok pesantren bersama dengan pengurus yayasan termasuk uztad/uztadzah staf TU untuk membentuk watak dan menciptakan geberasi muslim yang konsweken terhadap ilmu yang telah diperoleh dalam pendidikan. Dari penelitian relevan di atas dari masing-masing penelitian membahas tentang perkembangan Pondok Pesantren Al-Falah Banjarnegara dan Pondok Pesantren Darul Mujahadah yang ada di Desa Prupuk Tegal. Dalam penelitian sebelumnya selain membahas perkembangan Pondok Pesantren, penelitian juga membahas tentang pelaksanaan pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnnya yaitu tempat penelitian yang berbeda dan dalam penelitian Pondok Pesantren Al-Huda tidak hanya membahas tentang perkembangan dan pelaksaan pembelajaran di Pondok Pesantren, akan tetapi pada penelitian ini penulis juga membahas

9 9 tentang sistem management yang ada di Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen. Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. F. Landasan Teori dan Pendekatan 1. Landasan Teori a) Teori organisasi Teori yang membahas tentang masalah perkembangan Pondok Pesantren yaitu teori organisasi. Teori organisasi menyatakan bahwa organisasi adalah suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk tujuan bersama. Tujuan Organisasai, setiap manusia memiliki kepentingan dan tujuan berbeda-beda, hal tersebut menjadi sebab adanya tujuan organisasi, dengan menyatukan kepentingan dan tujuan yang sama. Tujuan organisasi berpengaruh dalam mengembangkan organisasi baik dalam perekrutan anggota, dan pencapaian apa yang ingin dilakukan dalan berjalannya organisasi tersebut. Tujuan-Tujuan organisasi antara lain: (1) Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemandirian dan sumberdaya yang dimilikinya dalam mencapai tujuan, (2) Sebagai tempat mencapai tujuan dengan selektif dan efesien karena melakukan bersama-sama, (3) Tempat mencari keuntungan bersama-sama, dan (4) Sebagai tempat pengeloaan dalam lingkungan bersama-sama. Secara garis besar organisasi dapat di bedakan menjadi dua bentuk yaitu organisasi formal dan informal. Organisasi formal secara khusus

10 10 menggambarkan hubungan formal ini dengan struktur organisasi dan gambaran posisinya. Rencana atau struktur organisasi menghubungkan posisi bersama melalui jaringan kewenangan bertindak dan hubungan pertanggungjawaban. Struktur itu juga menggambarkan arus-arus komunikasi yang formal. Ruang lingkup dan tema-tema yang lazim pada struktur ini menggambarkan pola organisasi yang formal. Sedangkan organisasi informal dapat dipandang sebagai organisasi bayangan. Dalam pengentiannya, hal itu dapat dilihat sebagai suatu bayangan dari organisasi formal. Organisasi informal terdiri dari hubungan yang tidak resmi atau tidak sah yang dapat dielakkan diantara para individu dan berbagai kelompok dalam organisasi formal. Setiap organisasi formal akan mempunyai organisasi yang informal dalam keanggotannya (Herbert, 1975: 94). b) Tipologi pesantren Menurut Mas ud dkk, ada beberapa tipologi atau model pesantren yaitu : (1) Pesantren mempetahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat menalami ilmu-ilmu agama bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (Kitab kuning) yang tertulis oleh para ulama abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa timur, beberapa pesantren

11 11 di daerah Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah, dan lain-lain, (2) Pesantren yang memasuki materi-materi umum dalam pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang diterapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal, (3) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum didalamnya, baik bentuk madrasah (sekolah umum yang berciri khas Islam dalam naungan Departemen Agama) maupun sekolah umum (sekolah umum dibawah Departemen Pendidikan Nasional) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai perguruan tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas keagamaan melainkan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur contohnya, (4) Pesantren yang merupakan asrama pelajar dimana para satrinya belajar di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang banyak jumlanya. Santri adalah pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, menurut tradisi pesantren terdapat 2 kelompok santri : (1) Santri mukimin yaitu murid-murid yang bersal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim

12 12 yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah, (2) santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa disekelilingi pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran pesantren, mereka bolak bail dari rumahnya sendiri (Zamakhsyari Dhofier, 1994: 51-52). Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan pesantren yang begitu pesat maka pesantren diklafikasikan menjadi 3 macam yaitu: (1) pesantren Tradisional (Salafiyah) yaitu pesantren yang masih tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab-kitab yang ditulis oleh ulama abad ke 15 M dengan menggunakan bahasa Arab. Pola pengajarannya dengan menggunakan sistem halaqah, artinya diskusi untuk memahami isi kitab bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya yang diajarkan oleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab. Santri yakin bahwa kyai tidak akan mengajarkan hal-hal yang salah, dan mereka yakin bahwa isi kitab yang dipelajari benar (Mastuhu, 1994;61); (2) Pesantren modern (Khalafiyah) yaitu pondok pesantren yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah kedalam pondok pesantren. Pengajian kitab-kitab klasikal tidak lagi menonjol, bahkan ada yang hanya sekedar perlengkapan, tetapi berubah menjadi

13 13 mata pelajaran atau bidang studi. Perkembangan ini sangat menarik untuk diamati sebab hal ini akan mempengaruhi keseluruhan sistem tradisi pesantren., baik sistem kemasyarakatan, agama, dan pandangan hidup. Homogenetif kultural dan keagamaan akan semakin menurun dengan keanekaragaman dan kompleksitas perkembangan Indonesia modern. Namun demikian hal yang lebih menarik lagi ialah keliatannya para kyai telah siap menghadapi perkembangan zaman (Zamakhsari Dhofier, 1994: 42); (3) Pondok pesantren komprehensif yaitu pondok pesantren yang menggabungkan sistem pendidikan dan pengajaran antara yang tradisional dan yang modern. Artinya didalmnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan, badongan, dan wetonan, namun secara reguler sistem persekolahan terus dikembangkan. Lebih jauh daripada itu pendidikan masyarakatpun menjadi garapannya, kebesaran pesantren dengan akal terwujud bersamaan dengan meningkatnya kapasitas pengelolaan pesantren dan jangkauan program dimasyarakat. Karakter pesantren yang demikian inilah yang dapat dipakai untuk memenuhi watak pesantren sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat (M. Dian Nafi, dkk, 2007:17). Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen termasuk Pondok Pesantren Khalafiah, karena di Pondok Pesantren Al-Huda sisitem pembelajrannya selain kitab kuning di Pondok Pesantren Al- Huda juga terdapat sekolah formalnya. Hal tersebut yang menarik perhatian masyarakat, karena tidak hanya ilmu agama yang diperoleh,

14 14 akan tetapi ilmu umumnya juga diperoleh di Pondok Pesantren Al- Huda Jetis Kutosari Kebumen. c) Teori Kepemimpinan Kemudian ditinjau dari segi kepemimpinannya menurut Max Weber (dalam Wiryoputro, 2008: 96), ada tiga tipe organisasi : 1) Organisasi Birokratik, yaitu organisasi yang didasarkan pada hubungan kedinasan atau birokrasi dengan pejabat-pejabat yang ditunjuk bukan dari hasil pemilihan. 2) Organisasi Karismatik, adalah organisasi yang didalamnya terdapat satu pemimpin saja dan setiap orang yang ada didalam orgabisasi itu setia serta taat pada pemimpinnya itu. 3) Organisasi tradisional, adalah organisasi yang pemimpinnya diwariskan dari saru generasi yang lain menurut garis keturunan dari pemimpin organisasi itu. Dari kesimpulan diatas penulis menyimpulkan teori yang digunakan untuk melandasi penelitian Pondok Pesantren ini dengan teori organisasi. Dimana teori organisasi merupakan suatu kerjasama yang terjalin antara dua orang atau lebih. Dan dalam organisasi tersebut terdapat unsur-unsur yang mendukung tentang organisasi seperti organisasi merupakan sistem adanya pola dan aktivitas, adanya sekelompok orang. Ditinjau dari segi kepemimpinanya tipe organiasi yang ada di Pondok Al-Huda yaitu gabungan dari organisasi karismatik dan tradisional, hal tersebut bisa dilihat dari segi

15 15 kepemimpinannya yang pertama dari segi karismatik yaitu seseorang yang berpengaruh dalam perkembangan Pondok Pesantren Al-Huda dan mempunyai nilai yang positif dalam perkembangan Pondok Pesantrem tersebut. Kedua yaitu dari segi tradisional yaitu mewariskan kepemimpinannya kepada anak cucunya, seperti K. H Abdurahman mewariskan kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Huda kepada anaknya yaitu Husain. Hal tersebut juga berlaku sampai sekarang, sehingga penlis menyimpulkan bahwa dilihat dari segi kepemimpinanya Pondok Pesantren Al-Huda menggunakan gabungan dari organisasi karismatik dan organisasi tradisional. Dari segi kepemimpinan yang ada di Pondok Pesantren Al- Huda Jetis Kutosari Kebumen yaitu menggunakan gabungan dari organisasi karismatik dan tradisional. Penulis menyimpulkan kepemimpinan di Pondok Pesatren seperti diatas karena di Pondok Pesantren Al-Huda memiliki pengasuh yang sangat berkarismatik atau dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian dalam mempengaruhi pemikiran, perasaan dan tingkat laku orang lain, sehingga dalam suasana batin mengagumi dan mengagungkan pemimpin yang bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin. Pemimpin Pondok Pesantren Al-Huda dipandang istimewa karena sifat-sifat kepribadiaanya yang mengagumkan dan berwibawa. Sehingga bisa menimbulkan karakterkarakter yang positif.

16 16 Dampak dari sebuah kepemimpinan yang karismatik adalah akan menimbulkan meyakini pemimpin tersebut adalah benar, menerima pemimpin tersebut tanpa mempertanyakan lagi, tunduk terhadap pemimpin tersebut dengan senang hati, dan merasa sayang terhadap pemimpin tersebut. Selain organisasi karismatik di Pondok Pesantren Al-Huda juga di memiliki segi kepemimpinan yang tradisional, dapat kita lihat di Pondok Pesantren Al-Huda masih melekat gaya kepemimpinan yang tradisional. Dimana kepemimpinan kyai adalah posisi yang sangat menentukan kebijaksanaan di semua segi kehidupan pesantren, sehingga kyai merupakan sesuatu yang harus ada dalam Pondok Pesantren. Dalam proses pergantian pemimpin atau pengasuh pondok, di Pondok Pesantren Al-Huda masih erat dengan segi kepemimpinan tradisonal. Dapat kita lihat kepemimpinan yang ada di Pondok Pesantren yaitu masih turun temurun atau diwariskan, hanya saja tidak semua keturunan bisa menjadi pemimpin, hanya keturunan yang meiliki karismatik dan melmiliki pengalaman dalam hal kepemimpinan di Pondok Pesantren Al-Huda. Dalam kepemimpinan di Pondok Pesantren Al-Huda pengasuh pertama yaitu K.H Abdurahman selanjutnya diwariskan oleh anak pertamanya yaitu Husain, setelah itu diwariskan ke anak kedua Abdurahmah yaitu Hasbullah, dan selanjutnya digantikan oleh K.H Machfud sampai sekarang. Itulah yang dinamakan segi kepemimpinan tradisioal.

17 17 2. Pendekatan Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan : a. Sosiologi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakat (tidak lepas sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakat), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan, atau agama tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupan (Hassan Shadily, 1993: 02). Pendekatan tersebut akan memberikan gambaran tentang kegiatan di Pondok Pesantren Al- Huda Jetis Kutosari Kebumen. b. Antropologi Antropologi merupakan ilmu yang membahas dan mempelajari makhluk hidup manusia. Antropologi merupakan suatu Intergrasi dari beberapa ilmu yang masing-masing mempelajari masalah-masalah khusus mengenai manusia, termasuk didalamnya menyangkut agama (Koentjaraningrat, 1987: 1). Pendekatan tersebut akan memberikan gambaran yang kronologis dari dinamika perkembangan Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen. G. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode historis atau sejarah. Metode merupakan prosedur, teknik atau cara yang sistematis dalam melakukan suatu penyidikan. Metode historis dibagi menjadi 4 (empat) yakni :

18 18 1. Heuristik (pengumpulan sumber) merupakan penelitian sejarah untuk mencari jejak sejarah, sumber sejarah dan data. Ketiga istilah tersebut harus sama atau data sejarah harus terdapat pada sumber atau jejak sejarah (Sugeng Priyadi, 2011: 28). Dalam pengumpulan sumber data peneliti melakukan penelitian di Pondok pesantren Al-Huda Kebumen, selain itu peneliti juga mencari data-data yang berhubungan dengan Pondok Pesantren tersebut dengan melakukan wawancara, observasi, dan mencari sumber-sumber data seperti arsip dan dokumen Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen. a) Wawancara Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution. A, 2009: 113). Wawancara digunakan untuk teknik pengumpulan data, peneliti mengadakan wawancara langsung dengan ketua Pondok Pesantren Al-Huda yaitu Zaenal Arifin untuk memperoleh data mengenai perkembangan Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen. Data tersebut berupa data tertulis dan data lisan yang akan menjadi acuan penulis untuk mengelola data. b). Observasi Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko, dkk, 2010: 70). Pada kegiatan yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kebumen. Pondok pesantren dipilih

19 19 sebagai bahan penelitian karena unik dalam hal pendidikan yang ada di Pondok Pesantren tersebut. Dalam kegiatan observasi tersebut penulis melakukan observasi dilingkungan Pondok Pesantren, sekolah VIP Al- Huda, dari mulai ruangan kelas, sarana dan prasarana yang ada di sekolah VIP Al-Huda. Hal tersebut menjadi tujuan observasi penulis yaitu keadaan Pondok Pesantren, prasarana yang ada di Pondok Pesantren dan yang ada di sekolah VIP Al-Huda, ruang pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti melakukan empat kali penelitian. c). Dokumentasi Dokumen merupakan teknik pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyidikan (Nawawi, H. Hadari, 2005: 133). Dalam dokumentasi ini penelitian dapat memperolah informasi dan arsip-arsip suatu dokumen yang ada di Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen. Dokumen- dokumen yang dimaksud adalah dokumen resmi dan foto-foto yang dijadikan sebagai sumber pendukung untuk mengkaji sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Huda, perkembangan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Huda. Penulis melakukan dokumentasi yaitu untuk memperjelas data yang diperoleh dengan sumber-sumber yang ada di Pondok Pesantren tersebut dan melalui foto-foto untuk menjadi sumber pendukung dalam pengeloaan data. 2. Kritik atau verifikasi

20 20 Kritik dalam penelitian sejarah identik dengan kritik sumber, yaitu kritik ekstren yang mencari otentisitas atau keotentikan (keaslian sumber dan kritik intern yang menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas (kepercayaan untuk dipercaya) (Priyadi, 2013: 75). Tujuan dari kegiatan ini ialah bahwa setelah peneliti berhasil mengumpulkan sumber-sumber, ia tidak akan menerimanya begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah seharusnya sumber itu harus disaring secara kritis, terutama terhadap data dari sumber lain, agar terjaring fakta. Langkah-langkah inilah yang dimaksud kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstren) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber (Sjamsuddin, 2007:131). Kritik atau verifikasi dalam penelitian yang dilakukan ini ialah mengkritik sumber lisan melalui melalui wawancara simultan. wawancara simultan ini bisa dimanfaatkan sekaligus selain untuk memperoleh sumber sejarah lisan, juga untuk melakukan kritik sumber, baik kritik ektern maupun kritik intern. Kritik ekstren yang menuntut terhadap sumber lisan dalam hal keautentikan sumber, maka sejarawan dapat meminta kasaksian pelaku lain apakah benar oarang itu pelaku atau terlibat dalam peristiwa. Wawancara simultan juga dimanfaatkan untuk melakukan kritik intern. kritik intern ditempuh dengan membandingkan antar sumber, atau antar sumber sejarah lisan. Sumber sejarah lisan yang berversi-versi itu dibandingkan satu sama lain sehingga akan diketahui versi yang kuat dan versi yang lemah. Versi

21 21 yang kuat biasanya didukung oleh banyak pelaku, versi lemah yang tidak mendapat dukungan. Perbandingan versi akan menyimpulkan bahwa versi tertentu itu mengada-ada atau dibuat-buat oleh pelaku tertentu. Namun, koreksi dari pelaku-pelaku lain dapat mendeteksi versi tertentu sesuai dengan apa adanya. Sesuatu yang apa adanya adalah fakta sejarah yang lolos dari kritik ektern dan kritik intern. Kritik eksteren bermain pada tataran keautentikan atau keaslian sumber, sedangkan kritik intern bekerja pada kawasan kredibilitas atau tingkatan kepercayaan (Priyadi, 2014: 96-98). Dalam penelitian ini peneliti mewancarai Ketua Pondok Pesantren Al- Huda Jetis Kutosari Kebumen yaitu Zaenal Arifin. Informasi yang diperoleh dari beliau diperkuat dengan adanya dokumen yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen. Selain dokumen yang menjadi penguat, juga mewawancarai sekertaris Pondok Pesantren tersebut. Dan beliau membenarkan bahwa Zaenal Arifin sudah banyak mengetahui tentang perkembangan Pondok Pesantren Al-Huda kebumen. Informasi yang diperoleh peneliti kuat karena tidak hanya berasal dari satu narasumber. Dokumen yang ada di Pondok Pesantren Al-Huda juga lengkap dan dapat memperkuat data. 3. Interpretasi Dalam penulisan sejarah diperlukan dua komponen, yaitu fakta sejarah dan interpretasi. Fakta sejarah cenderung akan diam dan yang membunyikan adalah sejarawan melalui interpretasi. Dalam

22 22 menginterpretasikan secara detail fakta-fakta yang disebut analisis. Deskripsi ini dilakukan agar fakta-fakta yang sudah diperoleh akan menampilkan jaringan antar fakta sehingga fakta-fakta saling bersinergi (Sugeng Priyadi, 2013: 121). Dalam tahap interpretasi penulis mulai menganalisis data yang diperoleh dari Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen yaitu data tentang sejarah Pondok pesantren, struktur organisasi di Pondok Pesantren, pembelajaran yang ada di Pondok pesantren dan lainlain. 4. Historiografi Historiografi adalah penulisan sejarah, artinya dipandang sebagai kisah, yaitu kisah yang ditulis oleh sejarawan, peneliti maupun penulis. Tanpa tulisan sejarah tidak dapat menceritakan dengan akurasi yang tinggi karena kelisanan lebih cenderung liar dan tidak terkendali (Sugeng priyadi, 2013: ). Dalam penulisan karya ilmiah ini, peneliti lebih memperhatikan aspek kronologis peristiwa. Tahap ini sangat penting karena pada tahap ini peneliti menjabarkan proses peristiwa secara detail. Data yang sudah diperoleh ditulis dan disajikan dalam beberapa bab yang saling berhubungan antar bab berikutnya agar pembaca mudah memahami hasil penulisan data tersebut. H. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan laporan, peneliti membaginya ke dalam lima bab, setiap bab memiliki hubungan dengan bab-bab berikutnya.

23 23 Bab 1 merupakan pendahuluan Ruang lingkup pembahasannya adalah latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab II membahas tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kebumen yang berisi tentang sejarah pemerintahan Desa Kutosari Kebumen, sejarah pondok pesantren Al-Huda Jetis Kebumen, visi, misi dan setrategi Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen, struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen Bab III membahas tentang perkembangan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kebumen berisi tentang perkembangan sarana dan prasarana Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen, pelaksanaan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen, perkembangan jumlah santri dan staf di Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen Bab IV membahas tentang sistem managemen yang dikembangkan di Pondok Pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen berisi tentang alumi, jama'ah, dan brosur/ web site Bab V sebagai bab terakhir, berisikan simpulan dan saran dari peneliti yang akan dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara sederhana pondok pesantren dapat kita artikan sebagai sebuah tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam berbagai masa memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas Islam, khususnya di Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas Islam, khususnya di Indonesia sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pondok Pesantren merupakan model awal dari pendidikan Islam di Indonesia. Lembaga Pendidikan tersebut didirikan karena adanya tuntutan kebutuhan masyarakat. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan bagi kepentingan hidup manusia, bukan hanya untuk kepentingan hidup pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang awalnya sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Organisasi adalah sekumpulan orang yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dengan kata lain organisasi adalah suatu unit sosial yang terdiri

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkup pendidikan agama pada lembaga pendidikan meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Pendidikan Guru Agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam itu ditandai dengan adanya hubungan yang erat antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfir motivasi atas dasar komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri bawahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala menurunnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan di pesantren. Karenanya, penulis mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan selain karena manusia tercipta sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Dalam sejarah peradaban manusia, terlihat dengan jelas bahwa kemajuan suatu bangsa selalu terkait dengan masalah pendidikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini dijelaskan pendekatan dan metode penelitian, subjek dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini dijelaskan pendekatan dan metode penelitian, subjek dan 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III ini dijelaskan pendekatan dan metode penelitian, subjek dan latar belakang penelitian, data dan sumber data, teknik dan prosedur pengumpulan data, dan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN 14 Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman..... 98 Tabel 14 : Pengaruh intensitas santri dalam kegiatan pendidikan pesantren dengan religiusitas santri... 101 BAB I PENDAHULUAN Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam pembentukan dan perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk mempermudah dan mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin Kedisiplinan adalah kata kunci keberhasilan pendidikan. Kedisiplinan erat kaitannya dengan kepemimpinan, yang dalam organisasi pendidikan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan sebelum adanya lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok keagamaan atau jama ah Islamiyah, 1 seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama (NU), Persis, Ahmadiyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG A. Analisis Implementasi Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih Kabupaten Batang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mempunyai suatu tujuan, membentuk pribadi muslim seutuhnya, yang mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhlak, pendidikan dan sebagainya. Lembaga pondok pesantren memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akhlak, pendidikan dan sebagainya. Lembaga pondok pesantren memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran kepemimpinan Kiai dalam dunia pondok pesantren sangatlah dibutuhkan dalam menjalankan semua aktivitas dalam kehidupan para santri dan semua komponen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia, di mana proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik ke arah kedewasaan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan agama Islam yang tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional Indonesia yang eksistensinya

Lebih terperinci

BAB IV USAHA-USAHA KH. MASRUR QUSYAIRI DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL UMMAH PRINGGOBOYO MADURAN LAMONGAN

BAB IV USAHA-USAHA KH. MASRUR QUSYAIRI DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL UMMAH PRINGGOBOYO MADURAN LAMONGAN 57 BAB IV USAHA-USAHA KH. MASRUR QUSYAIRI DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL UMMAH PRINGGOBOYO MADURAN LAMONGAN KH. Masrur Qusyairi adalah tulang punggung dalam menentukan perkembangan Pondok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral agama

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tradisi agung di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di pesantren, alasan munculnya pesantren ialah untuk mentransmisikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggerak pendidikan Islam berlomba lomba memberikan kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. penggerak pendidikan Islam berlomba lomba memberikan kualitas dan kuantitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama lembaga pendidikan baik itu formal maupun non formal adalah menghasilkan peserta didik yang berkualitas untuk menjadi kader kader masa depan. Lembaga

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN M.Nidhamul Maulana 1 (2014100703111119), Mumtaza Ulin Naila 2 (201410070311120), Zubaidi Bachtiar 3 (201410070311121), Maliatul Khairiyah 4 (201410070311122), Devi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagian besar bertumpu salah satunya pada sektor pendidikan dan pembangunan pribadi manusia khususnya untuk membentuk akhlakulkarimah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesantren memiliki peranan yang penting dalam sejarah pembangunan pendidikan di indonesia. Di antara lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat pengajian untuk menghafal dan mengkaji Al-Qur an atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. pusat pengajian untuk menghafal dan mengkaji Al-Qur an atau pusat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Secara etimologi, Ma had berasal dari kata Maahad yang memiliki arti pusat pengajian untuk menghafal dan mengkaji Al-Qur an atau pusat pembelajaran agama Islam.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 84 BAB IV ANALISIS DATA A. Implementasi UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 terhadap Pengembangan Kurikulum di Madrasah Miftahul Ulum Sidogiri Pasuruan Madrasah Miftahul Ulum Sidogiri Pasuruan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan peserta didik maka ia dituntut untuk memiliki kecakapan holistik dan profesionalisme yang tinggi. Kompetensi

Lebih terperinci

lah sebagaimana ditinjau dengan berbagai konsep di atas dan juga agar mempe

lah sebagaimana ditinjau dengan berbagai konsep di atas dan juga agar mempe BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis figur kepemimpinan kyai pondok pesantren dalam membentuk pribadi muslim yang seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pesantren di Indonesia secara umum dapat dipandang sebagai satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan ini semula merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperjelas arah dan mempermudah pencapaian tujuan penelitian, perlu adanya metode yang harus dilakukan agar hasilnya harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah bahwa: Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan BAB V PEMBASAHAN Seluruh data telah penulis kumpulkan dari lapangan dan telah penulis paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan yang sesuai dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya sesuai dengan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG A. Latar Belakang Masalah Pada setiap kajian tentang Islam tradisional di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan Malaysia merupakan Negara serumpun yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Tentu kedua Negara ini mempunyai kedudukan yang cukup penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan dalam mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Peranan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung Batang 1. Pondok Pesantren TPI Al Hidayah dalam Lintas Sejarah Sekitar tahun 1949, keadaan Desa Plumbon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Sudjana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal perkembangan jaman, manusia adalah makhluk individu. Seiring bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat, manusia mulai merasakan perlunya

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN UMUM

2. BAB II TINJAUAN UMUM 2. BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pondok Pesantren 2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren Asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan :

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan : BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil paparan penyajian data hasil penelitian mengenai Implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan diharapkan dapat mengahasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam kehidupan manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam kehidupan manusia di dunia. Tak ada satu hal pun yang dilakukan oleh manusia yang tidak berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akronim yang menggabungkan dua nama nabi dan satu sifat Allah Subhanahu

BAB I PENDAHULUAN. akronim yang menggabungkan dua nama nabi dan satu sifat Allah Subhanahu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nama Harmoko singkatan dari Harun Muhammad Kohar. Sebuah akronim yang menggabungkan dua nama nabi dan satu sifat Allah Subhanahu Wa-Ta ala (SWT). Harmoko adalah politisi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes 242 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan kajian teoritis dan analisis data berdasarkan temuan di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes Al-Ma dar yang meliputi desain

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RELOKASI PONDOK PESANTREN KRAPYAK DI YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN KONSEP : PERPADUAN SISTEM PEMBELAJARAN SANTRI SAAFI-KHALAFI DAN PENEKANAN DESAIN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan 9 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensi lembaga tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal di Indonesia. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk. diperkirakan masuk sejalan dengan gelombang pertama dari proses

BAB I PENDAHULUAN. dikenal di Indonesia. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk. diperkirakan masuk sejalan dengan gelombang pertama dari proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan pertama kali yang dikenal di Indonesia. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk memperdalam agama sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangatlah diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan hanya alih pengetahuan (transfer of knowledge), pendidikan adalah proses pembentukan watak dan sikap. Sebagai sebuah proses, pendidikan memerlukan kedisiplinan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini secara umum merupakan pemaparan mengenai metodologi yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data dan fakta yang berkaitan dengan kajian penyebaran agama Islam ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dengan akalnya menciptakan kebudayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya dan untuk menemukan identitas diri. Melalui kebudayaan pula manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pendidikan. Untuk itu setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

PESANTREN DAN PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : M. Shodiq *)

PESANTREN DAN PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : M. Shodiq *) PESANTREN DAN PERUBAHAN SOSIAL Oleh : M. Shodiq *) Abstrak The growth of Pesantren as a traditional Islamic boarding school in the urban area has demonstrated that there have been changes in the pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar bertujuan. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci