BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
|
|
- Liana Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semua orang melalui proses pertumbuhan dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Masa kanak-kanak merupakan masa bermain dan umumnya kita memiliki mainan kesukaan masing-masing, seperti boneka, alat memasak, alat kedokteran, mobil-mobilan, bola dan lain-lain. Barbie adalah salah satu boneka yang paling banyak digemari. Pada awal kemunculannya, penjualan Barbie mencapai jumlah 1 juta setiap bulannya. Boneka yang cantik dan sangat menawan tersebut hadir dengan menawarkan berbagai aksesoris yang melekat pada tubuhnya. Dari segi kecantikan, Barbie memang sangat sesuai dengan penggambaran seorang wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang sempurna. Boneka keluaran Mattel Inc yang memulai debutnya pada tahun 1959 ini telah berhasil menjadi boneka yang tidak diragukan lagi ketenarannya. Segala sesuatu yang ada pada Barbie seperti menggambarkan kategori wanita yang ideal. Kaki yang panjang, pinggul yang kecil, hidung mancung, bibir tipis dan kulit yang putih. Hal itu mampu membuat Barbie menjadi ikon kecantikan terutama bagi wanita masa kini yang sangat peduli dengan penampilan fisik. Barbie yang pertama kali diciptakan dengan maksud untuk menjadi mainan anak kecil, kini juga disukai oleh wanita dewasa. Wanita dewasa memiliki koleksi Barbie yang lebih banyak dibandingkan dengan anak kecil, karena mereka dapat membeli boneka Barbie dengan pendapatan yang mereka miliki. Menurut Jennifer Fulkerson (dalam buku Roger, 2009:108), ia melaporkan bahwa 75% kolektor Barbie adalah wanita berusia tahun. 16% diantaranya adalah lulusan universitas, 55% sempat mengenyam pendidikan universitas, 12% mendapatkan pendidikan universitas. Dengan demikian hanya 17% yang tidak mengenyam pendidikan universitas. Fulkerson juga menemukan bahwa kira-kira separuh dari para kolektor Barbie memiliki penghasilan pertahun sekurang-kurangya $ yang berada di atas rata-rata penghasilan kalangan menengah Amerika. Merujuk pada harga boneka Barbie yang tidak bisa dianggap murah, para kolektor seperti tidak ragu untuk mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk boneka Barbie. 1
2 Gambar 1.1 Rumah Barbie Sumber: Selain boneka Barbie yang harganya mahal, aksesoris Barbie seperti mobil atau rumah Barbie pun tidak kalah mahalnya. Jika dilihat dalam website harga yang dibandrol untuk satu rumah Barbie berkisar antara Rp ,- hingga jutaan rupiah. Dengan harga seperti itu, tentunya hanya kalangan menengah atas yang dapat membeli dengan lengkap, boneka Barbie dan juga aksesorisnya. Awalnya Barbie diciptakan untuk mempresentasikan cantik menurut orang Amerika. Tanpa disangka Barbie tidak hanya terkenal di Amerika saja namun juga diseluruh dunia. Karena itulah kini hampir setiap negara mempunyai standar kecantikan yang sama yaitu kaki yang panjang, tubuh yang langsing, hidung mancung dan kulit yang putih. Sebenarnya cantik tidak hanya dilihat dari segi fisik saja. Cantik yang sesungguhnya dapat berasal dari dalam diri seorang wanita. Wanita yang pintar, cerdas dan selalu berpikir positif akan memancarkan kecantikan. Namun dengan kehadiran Barbie, sebagian wanita seperti mempunyai kategori cantik yang merujuk pada boneka Barbie terutama bagi pecinta Barbie. Penggambaran Barbie seperti Barbie yang menawan hati, mempesona, memikat, jelita, lembut dan indah adalah kata-kata yang biasa digunakan oleh anakanak muda dan orang dewasa untuk menggambarkannya. Tidak perlu diragukan, kata- 2
3 kata ini adalah kata-kata feminitas kelas menengah modern. Kata sifat ini juga menggambarkan femininitas anak muda dan femininitas heteroseksual. Lebih dari semuanya, tampaknya, Barbie adalah ikon femininitas dalam hubungan dengan kelompok menengah masyarakat barat dewasa ini (Roger, 2009:23) Feminitas yang kuat terpancar dari boneka Barbie. Hal itu digambarkan dengan sangat apik, selain memiliki tubuh dan wajah yang sempurna, Barbie juga digambarkan dengan personality atau kepribadian yang baik, santun, ia tidak pernah bersikap kasar, menggambarkan wanita yang berpendidikan tinggi, tidak pernah melakukan kesalahan dan selalu tampil dengan gaya yang feminin. Salah satu femininitas yang terpancar oleh Barbie adalah bagaimana penampilan Barbie yang sempurna dengan pakaian yang feminin. Barbie tidak pernah terlihat maskulin, bahkan manakala ia menjadi seorang polisi. Polisi Barbie tampil dengan tongkat berlampu dan walkie talkie berwarna pink, bukan membawa senjata dan borgol. Ia juga tampil dengan gaun gemerlapan ketika menghadiri acara penghargaan petugas polisi terbaik (Roger, 2009:27) Barbie yang identik dengan pakaian yang terlihat manis seperti gaun atau pernak-pernik yang berwarna merah jambu, warna yang tepat untuk menggambarkan seorang wanita. Terlepas dari peran yang dimainkan oleh Barbie dalam sebuah film, Barbie tetap tampil feminin dan konsekuen dengan penampilannya disetiap saat. Reputasi boneka Barbie tidak bisa disepelekan. Selain sekedar mengkoleksi boneka Barbie dan aksesorisnya, para pecinta Barbie juga melakukan berbagai cara agar mereka terlihat cantik seperti idolanya. Dimulai dari cara yang ekstrim yaitu operasi plastik hingga dengan cara yang paling mudah yaitu, make up. Make up pun tidak sembarangan, namun harus dengan teknik tertentu. Sama seperti yang biasa dilakukan oleh Kota Koti, Venus Palermo dan sebagian wanita lainnya demi terlihat seperti boneka Barbie. 3
4 Gambar 1.2 Kota Koti Wanita Dengan Make Up Barbie Sumber: Kota Koti adalah seorang gadis asal Amerika, lahir pada tahun 1995 yang saat ini tinggal di Jepang melakukan sejajaran make up agar terlihat seperti idola nya, Barbie. Kota Koti juga memberikan tutorial make up di akun youtube nya kepada pengikutnya yang takjub dengan perubahan yang dilakukan oleh gadis tersebut. Rambut lurus, pirang, hidung mancung dan mata yang biru terlihat persis dengan boneka Barbie dan sengaja ia lakukan karena ia begitu terobsesi dengan boneka Barbie yang terlihat cantik. Gambar 1.3 Happy Novana Sari Kolektor Barbie terbanyak di Indonesia Sumber: 4
5 Selain diluar negeri, reputasi Barbie di Indonesia juga cukup baik yang mana pecinta Barbie menjadi addictive dan mengkoleksi boneka Barbie dalam jumlah yang cukup banyak. Happy Novana Sari, wanita yang berusia 26 tahun ini merupakan kolektor Barbie terbanyak di Indonesia. Ia tidak mempermasalahkan dari segi harga nya yang cukup mahal. Ini membuktikan bahwa wanita dewasa pun masih menggemari boneka Barbie dan memiliki koleksi yang lebih banyak daripada anak kecil. Para pecinta Barbie di Indonesia terkesan royal dengan koleksi boneka Barbie yang harga nya relatif mahal dan mereka adalah kelompok wanita dewasa. Identitas adalah sesuatu yang melekat pada seseorang untuk dapat membedakannya dengan yang lain, karena setiap orang memiliki ciri-ciri yang berbeda, meliputi tingkah laku, sifat, cara berpakaian dan cara berbicara seseorang. Identitas diri sangat penting bagi manusia dalam proses interaksi antar sesama. Sama hal nya dengan para pecinta Barbie, apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah untuk memperkuat identitas diri mereka. Identitas diri seseorang dapat dipengaruhi oleh orang-orang yang berinteraksi dengannya. Jika individu berinteraksi dengan individu lain yang dianggap cocok dengan nya, maka individu tersebut cenderung akan melanjutkan pertemanan atau aktifitas yang melibatkan individu yang disukainya dan hal itu akan mempengaruhi terjadinya transformasi identitas. Misalnya, interaksi antar pecinta Barbie akan mendorong keinginannya untuk memperkuat identitas mereka sebagai pecinta Barbie. Interaksi tidak hanya dilakukan melalui tatap muka, begitu juga yang dilakukan dengan pecinta Barbie. Meskipun mereka tidak bertemu secara langsung, namun mereka tetap melakukan komunikasi melalu Instagram dimana pecinta Barbie juga saling memamerkan boneka Barbie yang mereka miliki dengan cara mengunduh koleksi mereka ke dalam Instagram dan memberi hashtag seperti #dollstagram atau #barbiegram agar pecinta Barbie lainnya dapat melihat dan juga saling bertukar informasi mengenai Barbie dan koleksi yang mereka miliki. Dilihat dari hashtag tersebut, dapat ditemukan beberapa pecinta Barbie asal Indonesia yang juga cukup royal dalam mengoleksi Barbie. Transformasi identitas mengisyaratkan penilaian baru tentang diri pribadi dan orang lain, tentang peristiwa, tindakan dan objek. Menurut perspektif teori interaksi simbolik, transformasi identitas menyangkut perubahan psikologi. Perubahan ini dapat 5
6 diidentifikasi melalui pelakunya yang menjadi berbeda dari sebelumnya. (Mulyana, 2006:231). Jika individu telah bertransformasi, maka apa yang mereka pikirkan atau perilaku mereka juga cenderung akan berubah mengikuti kelompok atau sesuatu hal yang membuat ia bertransformasi. Pada umumnya pecinta Barbie yang telah diwawancara mulai mengenal Barbie pada usia anak-anak, seperti pada saat mereka memasuki sekolah dasar. Oleh karena itu kondisi sebelum mengenal Barbie jika dibandingkan dengan sesudah mengenal Barbie terdapat beberapa perubahan terutama dalam hal penampilan. Sebelumnya pecinta Barbie memiliki penampilan yang lebih cuek dan cenderung tidak memperhatikan penampilan, sedangkan pada saat mereka mulai bertransformasi, mereka cenderung lebih memperhatikan penampilan karena mereka sudah menemukan role model mereka yaitu Barbie. Sehingga gaya berpenampilan mereka berubah mengikuti Barbie. Hal menarik dari penelitian ini adalah penelitian ini berusaha menjelaskan transformasi yang terjadi dalam diri seorang pecinta Barbie, dimana akan tedapat perbedaan antara sebelum dan sesudah mereka menyukai Barbie dan sejauh mana mereka ingin menunjukkan identitas diri mereka sebagai penggemar boneka Barbie. Sehingga hal tersebut dapat digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk menganalisa secara terstruktur pada proses terbentuknya identitas baru dari pecinta Barbie. Dari pemaparan diatas terlihat bahwa transformasi akan merubah perilaku dan pemikiran individu yang bersangkutan, namun pecinta Barbie dari kelompok wanita dewasa bertransformasi hanya karena terobsesi pada sebuah boneka, produk mainan anak-anak, yang seharusnya sudah bukan merupakan dunia atau lingkungannya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang transformasi identitas dengan judul Transformasi Identitas Pecinta Barbie Pada Wanita (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Pecinta Barbie). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode fenomenologi. Fenomenologi adalah sebuah aliran pemikiran yang menganggap bahwa fenomena (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenologi juga berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sesuatu yang tampak atau menampakan diri. (Djamal, 2015:106) 6
7 1.2 FOKUS PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan fokus penelitian ini adalah melihat bagaimana kondisi pecinta Barbie seelum bertransformasi hingga akhirnya terjadi transformasi identitas yang terjadi pada pecinta Barbie yang memasuki tahap dewasa awal. 1.3 IDENTIFIKASI MASALAH Dari penuturan latar belakang diatas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana identitas diri pecinta Barbie sebelum mengalami transformasi identitas? 2. Bagaimana identitas diri pecinta Barbie setelah mengalami transformasi identitas? 1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimana identitas diri pecinta Barbie sebelum mengalami transformasi identitas pada dirinya. 2. Untuk mengetahui bagaimana identitas diri pecinta Barbie setelah mengalami transformasi identitas pada dirinya. 1.5 KEGUNAAN PENELITIAN Adapun kegunaan penelitian dibagi menjadi kegunaan akademis dan kegunaan praktis dengan penjelasan sebagai berikut: Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi ukuran dan rujukan bagi penelitian yang akan datang di bidang Ilmu Komunikasi terutama dalam hal kajian mengenai transformasi identitas diri terhadap boneka Barbie. 7
8 1.5.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terutama mengenai transformasi identitas diri. 1.6 LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN Lokasi Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti tidak mempunyai lokasi secara spesifik melihat informan yang diwawancara mempunyai domisili yang berbeda-beda Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2016 Tabel 1.2 Waktu Penelitian Kegiatan Des 16 Jan 17 Feb 17 Mar 17 Apr 17 Mei 17 Juni 17 Menentukan tema penelitian yang akan diambil. Pencarian bahan penelitian yang akan digunakan. Mencari informan yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Tahap pengerjaan Bab 1, 2, dan 3 Desk evaluation 8
9 Tahap revisi untuk bab 1, 2 dan 3 Melakukan wawancara dengan informan Analisis data hasil wawancara dengan informan Tahap pengerjaan bab 4 dan 5 Sidang skripsi Tahap revisi untuk bab 4 dan 5 9
TRANSFORMASI IDENTITAS PECINTA BARBIE PADA WANITA. (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Pecinta Barbie)
ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2141 TRANSFORMASI IDENTITAS PECINTA BARBIE PADA WANITA (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Pecinta Barbie) IDENTITY TRANSFORMATION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam sebuah lingkungan sosial seorang individu cenderung ingin dilihat dan diterima di tengah eksistensinya individu lain. Menampilkan identitas diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fashion, model busana, rancangan pakaian, gaya kostum dan lain-lain di Indonesia sudah sampai dititik yang mengesankan. Ini bisa dilihat dengan begitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang psikolog Universitas Stanford yaitu Sandra Bem (1977) yang dikutip dalam situs online Psikoterapis.com, dijelaskan bahwa dirinya mengeluarkan sebuah inventory
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan cantik. Kecantikan dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh perempuan. Banyak peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecantikan merupakan hal yang selalu dijaga dan dicari oleh setiap wanita, sejak dahulu kala. Kata cantik ini pula yang kadang kala dijadikan alasan untuk menyesatkan
Lebih terperinci2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan dan mengasah keterampilan para siswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan era yang serba dinamis ini, sikap konsumen pun sangatlah fleksibel. Hal ini tidak luput
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi pengguna media sosial, memeriksa dan meng-update aktifitas terbaru ke dalam media sosial adalah sebuah aktifitas yang lazim dilakukan. Seseorang yang mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dipisahkan. Berbicara mengenai perempuan, adalah juga bicara mengenai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang bagi banyak orang sulit dipisahkan. Berbicara mengenai perempuan, adalah juga bicara mengenai kecantikannya. Tuntutan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja atau dikenal dengan istilah adolescene adalah suatu transisi proses pertumbuhan dan perkembangan seorang individu dalam keseluruhan hidupnya. Transisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren
BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis salon perawatan rambut dan tata rias wajah Korean Beauty. Salon ini merupakan salon perawatan rambut dan tata rias wajah yang mengusung
Lebih terperinciPada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. La tar Belakang Masalah Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga
Lebih terperinciRias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut
Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut dan natural, dipadukan dengan gaun pengantin berwarna
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya,
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Semakin banyak orang Jepang baik tua, muda, wanita, dan pria menjalankan bedah kosmetik saat mereka tidak suka dengan apa yang mereka lihat di kaca. Makna bedah kosmetik
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama
Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi
BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan mereka sebagai pria atau wanita. Seorang pakar psikologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jenis kelamin merupakan salah satu kategori dasar dalam kehidupan sosial. Ketika kita bertemu dengan orang baru, pasti kita akan berusaha mengidentifikasikan
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI
ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI Primadhina NPH, Wahyu Selfiana Harta, Leni Nurul Azizah, Fadhilla Dwi Utami Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk dapat berlangsung hidup.
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini
Bab 5 Ringkasan Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini adalah fenomena penggunaan bedah kosmetik yang semakin meningkat terutama di kalangan perempuan. Bedah kosmetik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hobi atau kegemaran bisa mengalahkan kebutuhan primer (Sudarto,2008). Hal ini menunjukkan bahwa kegemaran atau hobi bukan hanya sebatas pelepas penat atau sekedar mengalihkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Saat ini wanita selalu ingin terlihat cantik, glamour, modis dan modern. Tak dapat dipungkiri setiap wanita selalu mendambakan kecantikan fisik tersebut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah apa yang tampak dan apa yang muncul dari dalam mendorong sesuatu
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keinginan untuk cantik secara universal adalah dorongan alamiah dari dalam diri setiap manusia. Namun pemahaman atas kata cantik bisa dipersepsikan
Lebih terperinciA. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif
A. PENDAHULUAN Menikah merupakan momen khusus sebagai bentuk perayaan kasih sepasang manusia. Untuk itu berbagai persiapan direncanakan dengan seksama, tidak terkecuali rias pengantin. Setiap pengantin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan wajah identik bagi para wanita saja, namun saat ini para pria mulai menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehatan kulit wajah. Berbagai macam produk perawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu alat media massa yang paling digemari oleh masyarakat. Karena televisi telah ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan senjata ampuh milik mereka yang berprofesi sebagai public relations
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penampilan supel dan komunikatif. Seperti itulah gambaran figur yang muncul bila kita menyebut sosok public relations officer. Karena, dua hal tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan, kebutuhan, dan keinginan yang beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, meningkatkan perekonomian dan memperluas kekuasaan tidak perlu lagi dilakukan dengan genjatan senjata atau peperangan. Jalan lain untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED), Fashion is good place to start as any, dari bahasa latin Faction yang berarti make or to do. Sementara itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penampilan menjadi suatu perhatian utama bagi seluruh kalangan terlebih pada kaum wanita. Setiap wanita selalu berkeinginan untuk memiliki penampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan bagian bagian wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kecantikan saat ini sangatlah berkembang, baik itu kecantikan rambut maupun kecantikan kulit. Semua kaum wanita ingin menjaga penampilan pada setiap kesempatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perempuan diberbagai media digambarkan sebagai sosok yang cantik, putih, langsing, dan sangat feminin. Masyarakat memahami konstruksi perempuan yang cantik
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk menunjukkan pertumbuhan, perkembangan, dan eksistensi kepribadiannya. Obyek sosial ataupun persepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg dan mulai resmi dapat di akses secara umum pada tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN BABI. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan
BABI PENDAHULUAN PENDAHULUAN BABI 1. 1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan disini mengacu pada penampilan secara keadaan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penampilan adalah suatu hal yang menjadi sebuah prioritas bagi banyak orang, khususnya penampilan luar. Setiap manusia menginginkan penampilan terbaik dalam
Lebih terperinciHOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI. (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)
HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan) Oleh : FAROUK BADRI AL BAEHAKI 100904029 ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman modern ini, batu akik mengalami peningkatan di kalangan masyarakat. Bukan di zaman modern saja, tapi sudah diminati sejak zaman dulu. Akan tetapi, dalam beberapa
Lebih terperinciBerikan tanda pada kolom ya bila anda setuju dan tanda pada kolom tidak bila anda tidak setuju.
Bagian 1 Berikan tanda pada kolom ya bila anda setuju dan tanda pada kolom tidak bila anda tidak setuju. No Pernyataan Ya Tidak 1 Poni panjang dengan rambut spikey di bagian belakang merupakan ciri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia tata rias wajah di Indonesia semakin berkembang pesat. Jika dahulu hanya wanita-wanita dewasa yang menggunakan tata rias wajah pada acara-acara penting mereka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat. Kesadaran mengenai sebuah penampilan dirasa sangat penting dewasa ini, baik bagi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia pasti membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DATA
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Penyajian Data Iklan Tim-Tam 4.1.1. Iklan 1 : Iklan Tim-Tam versi Kebahagiaan Kecil Berlapis Cokelat 4.1.1.1. Breakdown per Scene Kedua iklan ini akan dibreakdown berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampaikan suatu pesan kepada penerima pesan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampaikan suatu pesan kepada penerima pesan. Komunikasi juga diyakini oleh beberapa ahli merupakan suatu proses sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Puspa (2013), tata rias wajah atau yang biasa dikenal dengan sebutan makeup sekarang ini telah menjadi bagian dari rutinitas kehidupan masyarakat modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini. Diet didefinisikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang
Lebih terperinciINTISARI BAB I PENDAHULUAN
INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa/i sering kali menggunakan media sosial path untuk mengutarakan konsep diri mereka. Cara yang dilakukan beraneka ragam seperti, memposting foto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaum wanita adalah kaum yang sangat memperhatikan penampilan. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun identitas, penampilan juga sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita dan kosmetik adalah sahabat sejati, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik bagaikan sayur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tenggelamnya kapal vanderwick diceritakan bahwa tokoh Randy Danistha sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi menghadirkan berbagai macam tayangan untuk menghibur masyarakat di Indonesia. Tayangan hiburan di Indonesia ini dilakukan dengan berbagai macam cara, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama
Lebih terperinciHai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.
Hari Pertama di Sekolah Pagi itu di pedesaan dekat kota Bandung, Cindy mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Semburat cahaya mentari pagi menyusup disela-sela dedadunan pohon akasia yang tumbuh di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian di lapangan (Nasir,1998: 5). Tipe penelitian yang penulis
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat-alat apa yang dipergunakan untuk mengukur maupun mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu memimpikan untuk memiliki fisik yang sempurna, baik laki-laki maupun perempuan. Kesempurnaan
Lebih terperinci# Benarkah rokok menjadi lambang maskulinitas? Seperti pada beberapa penelitian yang diadakan di Eropa, justru perempuan karir yang sukses cenderung m
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rokok memang sangat identik dengan pria. Tetapi tidak menutup kemungkinan seorang wanita bisa saja merokok. Jika seorang wanita merokok, khusus seorang gadis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup berkelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta adalah kota metropolitan, dimana hampir seluruh aktifitas masyarakat Indonesia berpusat di kota tersebut. Masyarakat urban yang tinggal di Jakarta menghabiskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mecintai dan menjaga bumi atau alam merupakan ajakan yang tidak pernah bosan disuarakan kepada manusia di seluruh dunia. Earth day merupakan gerakan untuk mencintai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dituntut untuk menjaga penampilannya melainkan kaum pria telah mulai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, tidak hanya kaum wanita saja yang dituntut untuk menjaga penampilannya melainkan kaum pria telah mulai menyadari pentingnya menjaga
Lebih terperinci: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.
MERAH - Menebarkan keberanian dan energy. - Membuat suasana menjadi cerah, meriah dan penuh pesona. - Secara psikologis warna merah mempercepat aliran darah karena memicu detak jantung. - Menjadi daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berdirinya beberapa salon terkemuka di Indonesia. Tak jarang para investor asing
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dunia persalonan berkembang cukup baik di Indonesia, terbukti dari berdirinya beberapa salon terkemuka di Indonesia. Tak jarang para investor asing membuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan produk kosmetik lebih banyak yang berasal dari alam. Tetapi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari zaman dahulu sampai sekarang, kosmetik dibutuhkan oleh semua orang untuk menunjang penampilan, terutama oleh kaum wanita. Tetapi kosmetik pada zaman sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik Tata Rias Tari Surabaya Dengan Teknik Fotografi Sebagai Sarana Informasi Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih
1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar belakang Banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan dijadikan trend bagi masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang masuk pun datang dari barat dan timur dunia. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa dimana perkembangan teknologi semakin maju ini, masyarakat aktif dalam mencari informasi mengenai produk yang bermanfaat dan sesuai dengan apa yang dijanjikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan seseorang untuk dapat berinteraksi serta beradaptasi dengan lingkungan baru terkadang menimbulkan perubahan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Benni Yohanes, S. Sen., M. Hum. dalam bukunya berjudul Seni Tata Rias dalam Dimensi Sosial, pada dasarnya tata rias adalah sebuah seni dalam menciptakan keindahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini telah menemukan jawaban atas makna maskot majalah anak-anak Bobo tahun 1973, 2007, dan 2009 yaitu: setiap periode maskot memiliki makna yang berbeda dan mampu
Lebih terperinciRenjana dalam Bejana. Kumpulan Cerita Pendek. Nabila Budayana
Renjana dalam Bejana Kumpulan Cerita Pendek Nabila Budayana Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan tujuan dari Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang penuh dengan harapan dan citacita. Hal ini tertuang dalam Pembukaan UUD alinea keempat yang menyebutkan bahwa
Lebih terperinciSumber : diakses pada 18 November pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya era globalisasi, berpengaruh terhadap sektor kehidupan manusia. Salah satunya di bidang percintaan. Dulunya pencarian jodoh biasa dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi informasi, dan komunikasi saat ini membawa masyarakat Indonesia pada Second era of globalization dimana era ini dikenal dengan era digital
Lebih terperinciTetapi harapan itu muncul lagi setelah di SMP ini Zeta tidak satu sekolah lagi dengan Arum, mudah mudahan di SMP ini aku bisa menjadi
I. CINTA PERTAMA Akhirnya Zeta masuk ke SMP Negeri Favorit, hampir semua teman teman SD Zeta juga masuk ke SMP ini terutama anak anak yang berprestasi. Arzeta gadis berusia 12 tahun yang memiliki wajah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, dapat dilihat bahwa perkembangan entertaiment di Negara Korea Selatan, berkembang dengan sangat pesat. Seperti munculnya dramadrama yang membanjiri
Lebih terperinci