ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN PENGAWAS SMA DAN SMK DI KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN PENGAWAS SMA DAN SMK DI KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI"

Transkripsi

1 ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN PENGAWAS SMA DAN SMK DI KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI Maulana, Darwin, Arif Rahman Pengawas Sekolah Dinas DIKBUDPORA Kab. Tebo Jambi Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan berdasarkan: rasio pengawas satuan pendidikan dan rumpun matapelajaran dan pemetaan kebutuhan pengawas sekolah jenjang SMA dan SMK di Kabupaten Tebo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada Dinas DIKBUDPORA Kabupaten Tebo pada Januari sampai Mei Subjek penelitian diambil teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, studi dokumentasi, observasi dan triangulasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) jumlah ideal pengawas SMA dan SMK yang dibutuhkan berdasarkan rasio pengawas satuan pendidikan berjumlah 22 pengawas sekolah, sedangkan berdasarkan rumpun mata pelajaran pada jenjang SMA/SMK sebanyak 21 pengawas sekolah; (2) hasil pemetaan kebutuhan pengawas SMA dan SMK di Dinas DIKBUDPORA Kabupaten Tebo untuk 5 tahun yaitu jumlah ideal sebanyak 24 pengawas. Kata Kunci: Perencanaan, Analisis Kebutuhan, Pengawas Sekolah, SMA/SMK Abstract. This research aims to determine the ideal number of school supervisors needed based on the ratios of education units and based on the subject groups; and the results of the mapping of the need planning of school supervisors at senior high school level (SMA) and vocational school level (SMK) in Tebo Regency. The type of the research is a qualitative research. This research was conducted at the Service Office of Education, Culture, Youth and Sport (DIKBUDPORA) of Tebo start Regency started from Januari until May The research subjects were determined by using purposive sampling. The Techniques of data Collecting used in this research are interviews, document study, observation and triangulation. The result of the research concluded that (1) the ideal number of supervisors needed on senior high school (SMA) and vocational schools (SMK) ratio amounted to 22 school supervisors; therefor the ideal number of school supervisors needed based on the subject groups at the level of SMA / SMK in the district Tebo as many as 21 school supervisors; (2) the results of the mapping of the needs of supervisors at SMA and SMK level in DIKBUDPORA Tebo Regency for the next 5 years that is the ideal number of the needed supervisors is 24 supervisors. Keywords: Planning, Need Analysis, School Supervisor, Senior High School, Vocational High School Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1 Juni

2 PENDAHULUAN Terdapat tiga pihak yang dinilai menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang disebut dengan Segitiga Mutu Satuan Pendidikan, yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru. Menyadari akan pentignya ketiga pelaku pendidikan tersebut, berbagai kebijakan atau inisiatif dilakukan oleh pemerintah seperti Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada Bab IV PP tersebut dibahas tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan yang dijelaskan ke dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/ Madrasah, No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, dan No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Salah satu pihak yang sering dijadikan perhatian dalam mempengaruhi kualitas pendidikan adalah pengawas sekolah. Profesi pengawas sekolah menempati posisi strategis dalam mata rantai pendidikan. Pengawas sekolah disebut sebagai tenaga penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan. Seorang pengawas sekolah memiliki seperangkat peran dan tugas yang tidak hanya bertujuan untuk mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan di sekolah secara baik dan terarah, akan tetapi seorang pengawas dituntut untuk menguasai segenap hal yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi pembelajaran guru, serta memiliki kemampuan pengelolaan bagi pembinaan kepala sekolah. Dengan demikian tugas pengawas tidaklah mudah dan ringan. Oleh karena itu, profesi pengawas hendaknya diisi oleh orang-orang yang kompeten, berwawasan luas, berwibawa, pandai menciptakan hubungan yang baik dengan stakeholder sekolah serta mampu memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi sekolah. Pada era otonomi daerah, penyiapan, pengangkatan, pemberdayaan, dan pemberhentian pengawas sekolah menjadi kewenangan kepala daerah (bupati atau wali kota). Program penyiapan, pengangkatan, pemberdayaan, dan pemberhentian suatu jabatan merupakan bagian dari aspek perencanaan bagi suatu organisasi untuk memenuhi kebutuhan jabatan tertentu termasuk jabatan pengawas sekolah. Perencanaan kebutuhan pengawas sekolah merupakan bagian dari perencanaan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, Priansa (2014:48) menyatakan bahwa perencanaan bagi suatu organisasi sangat penting dan strategis, terutama sebagai tahapan awal dalam merencanakan bagaimana organisasi ada saat ini dan di masa yang akan datang. Perencanaan SDM berhubungan dengan ketersediaan pegawai dalam kualitas dan kuantitas yang tepat. Kualitas berkenaan dengan aspek kompetensi, pengalaman, level jabatan dan aspek lainnya yang terkait dengan pekerjaan. Sedangkan kuantitas berhubungan dengan ketersediaan pegawai dalam jumlah sesuai dengan yang dibutuhkan dan dikehendaki oleh suatu organisasi. Kajian tentang perencanaan pada dasarnya selalu terkait dengan konsep manajemen. Perencanaan menempati fungsi pertama dan utama di antara fungsi-fungsi manajemen lainnya, misalnya POAC, POSDCORB, dan PDCA menempatkan perencanaan dalam fungsi pertama. Dalam sejumlah literatur lain seperti yang dikutip oleh Abin Syamsuddin Makmun dalam Sa ud dan Makmun (2009:5) menyatakan esensi dari perencanaan, yakni: Planning is intelligent attempts to shape the future; to make the future better than the past. Planning is trying to understand the present situations, to analyze it in formal way. Planning is looking a head. Planning is bring about better future; current problems are to be overcome, to see what happen in the future. Dengan demikian beberapa hal penting dalam perencanaan di antaranya adalah bahwa perencanaan berhubungan dengan masa depan, menjadikan masa depan lebih baik dari masa lalu, perencanaan Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1 Juni

3 mencoba memahami situasi terkini dengan cara menganalisis, dan perencanaan melihat peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa aplikasi teori perencanaan di berbagai organisasi belum banyak diterapkan. Unsur perencanaan lebih banyak dijadikan faktor pelengkap atau penjabaran kebijakan pimpinan, sehingga sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara maksimal. Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tebo merupakan salah satu organisasi yang belum sistematis dalam melaksanakan perencanaan kebutuhan pengawas sekolah. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan responden Sekretaris Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tebo pada Bulan Desember 2015 yang lalu, menunjukkan berbagai permasalahan dalam bidang kepengawasan, di antaranya adalah: Pertama, belum terpenuhinya rasio pengawas sekolah pada jenjang SMA dan SMK; Kedua, belum terpenuhinya jumlah pengawas sekolah untuk rumpun mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan menengah; Ketiga, proporsi pengawas sekolah di Kabupaten Tebo berdasarkan jabatan/golongan belum menunjukkan jumlah yang ideal; dan Keempat, kompetensi pengawas sekolah di Kabupaten Tebo masih rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil uji kompetensi pengawas sekolah yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tebo pada bulan desember tahun 2015, dimana rata-rata hasil uji kompetensinya berkisar pada angka 33,87 (tiga puluh tiga koma delapan tujuh). Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, menjadi pendukung dalam pelaksanaan penelitian ini. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian terkait Analisis Perencanaan Kebutuhan Pengawas Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini didesain menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dari bulan januari 2016 s.d mei Untuk menentukan subjek penelitian, digunakan teknik non probability sampling jenis purposive sampling yaitu Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tebo, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tebo, Kepala Bidang Perencanaan dan Program Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo, dan Koordinator pengawas sekolah di Kabupaten Tebo. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi dokumentasi, wawancara, observasi dan triangulasi. Hasil dari studi dokumentasi, wawancara, dan observasi pada penelitian ini dituangkan dalam catatan lapangan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan menggunakan model Miles dan Huberman meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing verification). Keabsahan hasil penelitian ini dilakukan dengan uji keabsahan data yang meliputi uji credibility (validitas internal), uji transferability (validitas eksternal), uji dependability (reliabilitas), dan uji comfirmability (obyektivitas). HASIL PENELITIAN Untuk memenuhi jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan oleh suatu organisasi, dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo maka diperlukan perencanaan analisis kebutuhan pengawas sekolah. Perencanaan Kebutuhan pengawas sekolah merupakan bagian dari perencanaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, Priansa (2014:27) menyatakan bahwa perencanaan adalah proses penentuan Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1 Juni

4 tindakan untuk mencapai tujuan. Kemudian Kaswan (2012:53) menjelaskan bahwa perencanaan sumber daya manusia merupakan proses yang digunakan organisasi untuk memastikan bahwa organisasi tersebut memiliki jumlah tenaga kerja yang tepat, jenis tenaga kerja yang tepat, pada posisi yang tepat, dan melakukan pekerjaan dengan tepat Berdasarkan penjelasan dari beberapa informan menyatakan bahwa kebutuhan pengawas SMA dan SMK di Kabupaten Tebo sudah memenuhi rasio pengawas satuan pendidikan. Namun, jika di analisis menurut kebutuhan ideal, maka Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo masih memerlukan sejumlah pengawas sekolah. Hasil wawancara kepada beberapa informan menunjukkan bahwa jumlah sekolah menengah atas (SMA) yang sudah operasional berjumlah 18 SMA dan jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) yang sudah operasional 14 SMK. Dengan demikian jumlah keseluruhan SMA dan SMK yang dimiliki Kabupaten Tebo saat ini adalah 32 satuan pendidikan. Sedangkan pengawas SMA berjumlah 4 orang dengan bidang studi kimia, biologi, bahasa Indonesia dan geografi. Sementara itu, pengawas SMK berjumlah 1 orang dengan bidang studi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Kabupaten Tebo baru memiliki pengawas untuk rumpun MIPA, IPS dan Bahasa. Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 21 Tahun 2010 telah menjelaskan pada pasal 6 ayat (2) bahwa sasaran pengawasan atau rasio pengawas SMA dan SMK adalah paling sedikit 7 satuan pendidikan, artinya seorang pengawas SMA dan SMK harus membina 7 satuan pendidikan. Mengingat pengawas SMA dan SMK adalah pengawas sekolah dalam rumpun mata pelajaran maka, komposisi pengawas sekolah sekurang-kurangnya satu tim terdiri atas 5 orang pengawas sekolah yakni pengawas untuk rumpun mata pelajaran MIPA, Bahasa, IPS, Olahraga, dan Seni Budaya untuk membina 7 sekolah tersebut. Sedangkan untuk pengawas sekolah SMK ditambah 1 atau 2 orang pengawas sekolah untuk rumpun mata pelajaran kejuruan. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa terdapat 5 tim pengawas sekolah yang dibutuhkan untuk jenjang SMA dan SMK di Kabupaten Tebo. 1 tim pengawas sekolah menengah atas (SMA) terdiri dari 5 orang pengawas sekolah yaitu untuk mata pelajaran matematika dan IPA, IPS, bahasa, seni budaya dan olahraga. Sedangkan untuk pengawas sekolah menengah kejuruan (SMK) 1 tim pengawas sekolah terdiri dari 6 orang pengawas. Total pengawas yang dibutuhkan berdasarkan rasio pengawas berjumlah 27 pengawas sekolah, sementara pengawas yang tersedia saat ini berjumlah 5 pengawas sekolah. Dengan demikian jumlah ideal pengawas yang dibutuhkan berdasarkan rasio pengawas satuan pendidikan, maka Dinas DIKBUDPORA Kabupaten Tebo masih memiliki kekurangan 22 pengawas sekolah. Dalam rangka menetapkan perencanaan kebutuhan pengawas sekolah, maka pengelolaan sumber daya manusia yang bernama pengawas sekolah menjadi unsur yang penting dari fungsi manajemen. Bangun (2012:5) mengemukakan bahwa dalam manajemen sumber daya manusia terdapat kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, penggerakan, dan pengawasan terhadap fungsi-fungsi operasionalnya dalam mencapai tujuan organisasi. Hal ini senada dengan pernyataan Samsudin (2006:24) bahwa jika sumber daya manusia tidak dikelola secara baik, efektivitasnya akan merosot lebih cepat dari pada sumber daya yang lainnya. Sumber daya manusia mempunyai imbas yang lebih besar terhadap efektivitas organisasional dibanding dengan sumber daya yang lainnya. Permenpan dan RB No. 21 Tahun 2010 menyatakan bahwa beban kerja pengawas sekolah dalam satu minggu adalah 37,5 jam. Adapun analisis beban kerja pengawas sekolah dapat dilihat pada lampiran 18. Beban Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1 Juni

5 kerja pengawas termasuk di dalamnya pelaksanaan kegiatan pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan di sekolah binaan terhadap 40 guru mata pelajaran atau rumpun pelajaran. Dengan demikian Dinas DIKBUDPORA Kabupaten Tebo perlu melakukan analisis untuk memenuhi kebutuhan pengawas sekolah berdasarkan rumpun pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah tenaga pendidik per bidang studi/rumpun mata pelajaran pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Tebo berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen soft copy Kasi Teknis Pendidikan Menengah DIKBUDPORA Kabupaten Tebo yakni jumlah guru mata pelajaran rumpun MIPA yaitu 185 orang, rumpun IPS 180 orang, rumpun bahasa 144 orang, rumpun seni budaya/mulok 53 orang, penjas 41 orang, BK 13 orang, rumpu teknik dan industri 79 orang dan rumpun bisnis dan manajemen 52 orang. Dengan menggunakan aturan Permenpan RB No. 21 Tahun 2010 dengan perbandingan 1:40 (1 pengawas membina 40 orang guru), maka jumlah ideal pengawas yang dibutuhkan untuk masing-masing rumpun mata pelajaran pada SMA dan SMK di Kabupaten Tebo yaitu jumlah pengawas yang dibutuhkan untuk rumpun MIPA adalah 5 orang, pengawas rumpun IPS 5 orang, pengawas rumpun bahasa 4 orang, pengawas seni budaya/keterampila/mulok 2 orang, pengawas penjas/olahraga 1 orang, pengawas BK 1 orang, pengawas rumpun teknik dan industri 2 orang dan pengawas rumpun bisnis dan manajemen 2 orang. Dengan demikian jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan berdasarkan rumpun mata pelajaran pada jenjang SMA dan SMK adalah 22 orang pengawas. Pada penelitian ini pemetaan kebutuhan pengawas SMA dan SMK untuk 5 tahun ke depan di Kabupaten Tebo menggunakan metode analisis jabatan pengawas sekolah. Analisis jabatan merupakan cara yang sistematis untuk mengindentifikasi serta menganalisa persyaratan apa saja yang diperlukan dalam sebuah pekerjaan dan personel yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan sehingga sumber daya manusia yang dipilih mampu melaksanakan pekerjaan itu dengan baik. Dari hasil analisis jabatan tersebut maka organisasi mampu menentukan karakteristik seperti apa yang harus dimiliki calon karyawan/pegawai sebelum menduduki sebuah jabatan, yang outputnya berupa spesifikasi jabatan dan deskripsi pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dale Yoder dalam Mangkunegara (2013:13) yang menyatakan bahwa analisis jabatan adalah prosedur melalui fakta-fakta yang berhubungan dengan setiap jabatan yang diperoleh dan dicatat secara sistematis yang mempengaruhi tugas-tugas, proses-proses, tanggung jawab, dan kebutuhan pegawai yang diselidiki. Tahapan-tahapan dalam menentukan pemetaan kebutuhan pengawas sekolah di Kabupaten Tebo dengan menggunakan metode analisis jabatan yaitu: (1) mengumpulkan informasi pengawas SMA dan SMK di Kabupaten Tebo berdasarkan rumpun mata pelajaran; (2) mengumpulkan data pengawas SMA dan SMK berdasarkan jabatan/golongan; (3) mendata pengawas SMA dan SMK menurut kelompok usia dan memprediksi pengawas yang pensiun pada 5 tahun yang akan datang; (4) mengumpulkan data guru SMA dan SMK berdasarkan rumpun mata pelajaran; (5) memprediksi jumlah SMA dan SMK baru pada 5 tahun yang datang; dan (6) menetapkan hasil pemetaan dan proporsi kebutuhan pengawas SMA dan SMK untuk 5 tahun ke depan dengan menggunakan persamaan yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada 5 tahun yang akan datang atau bertepatan dengan tahun 2021 jumlah pengawas yang dibutuhkan oleh Dinas DIKBUDPORA Kabupaten Tebo adalah 24 pengawas sekolah, dengan rincian 6 pengawas untuk rumpun mata pelajaran MIPA, 5 pengawas untuk Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1 Juni

6 rumpun mata pelajaran IPS, 4 pengawas untuk rumpun mata pelajaran bahasa, 2 pengawas untuk rumpun mata pelajaran seni budaya/keterampilan/mulok, 1 pengawas mata pelajaran penjas/olahraga, 1 pengawas mata pelajaran bimbingan konseling, 3 pengawas untuk rumpun mata pelajaran kejuruan teknik dan industri, serta 2 pengawas untuk rumpun mata pelajaran kejuruan bisnis dan manajemen. Kebutuhan pengawas sekolah untuk 5 tahun yang akan datang, dapat diproporsikan pada jabatan pengawas sekolah yaitu sebagai pengawas sekolah muda, pengawas sekolah madya dan pengawas sekolah utama. Dari hasil analisis 5 tahun yang akan datang jabatan pengawas sekolah muda yang dibutuhkan sebanyak 9 pengawas, pengawas sekolah madya sebanyak 14 orang, dan pengawas sekolah utama sebanyak 1 orang. Proporsi pengawas sekolah berdasarkan jabatan/golongan pengawas dapat disesuaikan dengan kondisi daerah dengan pertimbangan ketersediaan sumber daya manusia (SDM). PENUTUP Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan berdasarkan rasio pengawas satuan pendidikan pada jenjang SMA dan SMK di Kab. Tebo sebanyak 22 pengawas sekolah atau 5 tim pengawas sekolah. 1 tim pengawas sekolah menegah atas (SMA) terdiri dari 5 orang pengawas sekolah yaitu untuk mata pelajaran matematika dan IPA, IPS, bahasa, seni budaya dan olahraga. Sedangkan untuk pengawas sekolah menengah kejuruan (SMK) 1 tim pengawas sekolah terdiri dari 6 orang pengawas. 2) Jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan berdasarkan rumpun mata pelajaran pada jenjang SMA dan SMK di Kab. Tebo sebanyak 21 pengawas sekolah dengan rincian 5 pengawas rumpun mata pelajaran MIPA, 5 pengawas rumpun mata pelajaran IPS, 4 pengawas rumpun mata pelajaran bahasa, 2 pengawas rumpun mata pelajaran seni budaya/keterampilan/mulok, 1 pengawas mata pelajaran penjas/olahraga, 1 pengawas BK, 2 pengawas rumpun kejuruan teknik dan industri, dan 2 pengawas rumpun kejuruan bisnis dan manajemen. 3) Hasil analisis pemetaan kebutuhan pengawas SMA dan SMK di Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo untuk 5 tahun yang akan datang yaitu: a) Jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan sebanyak 24 pengawas sekolah yang terdiri dari: 6 orang rumpun mata pelajaran MIPA, 5 orang mata pelajaran IPS, 4 orang rumpun mata pelajaran bahasa, 2 pengawas rumpun mata pelajaran seni budaya/keterampilan/ mulok, 1 pengawas mata pelajaran penjas/ olahraga, 1 pengawas mata pelajaran bimbingan konseling, 3 pengawas rumpun mata pelajaran kejuruan teknik dan industri, serta 2 pengawas untuk rumpun mata pelajaran kejuruan bisnis dan manajemen. b) Proporsi kebutuhan pengawas sekolah berdasarkan jenjang jabatan pengawas sekolah dibutuhkan 9 pengawas sekolah muda dengan golongan III/c s.d III/d, 14 pengawas sekolah madya dengan golongan IV/a s.d IV/c, dan 1 pengawas sekolah utama dengan golongan IV/d s.d IV/e. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemerkayaan informasi informasi empiris tentang analisis perencanaan kebutuhan pengawas sekolah bagi daerah-daerah lainnya. Selain itu, sebagai bahan rujukan dan kajian lebih lanjut terhadap penerapan teoriteori perencanan dan manajemen sumber daya manusia. DAFTAR PUSTAKA Bangun, Wilson Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga Kaswan Manajemen Sumber Daya Manusia: untuk Keunggulan Bersaing Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1 Juni

7 Mangkunegara, Anwar Prabu Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 21 Tahun Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta: Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Priansa, Donni Juni Perencanaan dan Pengembangan SDM. Bandung: Alfebeta Samsudin, Sadili Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia Sa ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1 Juni

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pendidikan yang disebut dengan Segitiga Mutu Satuan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pendidikan yang disebut dengan Segitiga Mutu Satuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian pada Bab IV, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MATERI DAN ALOKASI WAKTU

RUANG LINGKUP MATERI DAN ALOKASI WAKTU PENGELOLAAN TUGAS POKOK DAN ETIKA PENGAWAS BIMBINGAN TEKNIS CALON MENTOR PENGAWAS SELEKSI CALON PENGAWAS 2016 Peta konsep KUALIFIKASI PENGEMBANGAN PROFESI PENGAWAS TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1 PENGAWAS KUALIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi titik tolak acuan standarisasi dalam pengelolaan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawas pendidikan mempunyai kedudukan yang strategis dan penting dalam membina dan mengembangkan kemampuan profesional guru dan kepala sekolah dengan tujuan agar sekolah

Lebih terperinci

ABSTRAK KINERJA PENGAWAS MADRASAH KEMENTERIAN AGAMA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN Isti Diana Sari 1, Zulkarnain 2, Rosana 3

ABSTRAK KINERJA PENGAWAS MADRASAH KEMENTERIAN AGAMA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN Isti Diana Sari 1, Zulkarnain 2, Rosana 3 ABSTRAK KINERJA PENGAWAS MADRASAH KEMENTERIAN AGAMA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Isti Diana Sari 1, Zulkarnain 2, Rosana 3 Supervisors in performing their duties had not been implemented to the maximum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas berkaitan erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PERAN PENGAWAS SEKOLAH PENILIK DAN PAMONG BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi No.1115, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Widyaiswara. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Penilaian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PENGAWAS TAMAN KANAK-KANAK (TK) DAN SEKOLAH DASAR (SD) DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SLEMAN TAHUN

ANALISIS KEBUTUHAN PENGAWAS TAMAN KANAK-KANAK (TK) DAN SEKOLAH DASAR (SD) DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SLEMAN TAHUN Analisis Kebutuhan Pengawas...(Gerry Nugroho) 1 ANALISIS KEBUTUHAN PENGAWAS TAMAN KANAK-KANAK (TK) DAN SEKOLAH DASAR (SD) DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016-2020 A NEEDS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan pembahasan uraian dan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, ada empat faktor yang mempengaruhi Implementasi Standar Pengawas

Lebih terperinci

TAGOR ALAMSYAH HARAHAP

TAGOR ALAMSYAH HARAHAP TAGOR ALAMSYAH HARAHAP ENTITAS DESAIN TATA KELOLA GTK DAPODIK Cek Data Guru setiap saat WEBSITE TUNJANGAN P2tk.dikdas.kemdikbud.go.id SIKLUS PENGIRIMAN DATA DARI SEKOLAH KE SERVER DAPODIK PUSAT Feedback

Lebih terperinci

2016, No Birokrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-

2016, No Birokrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang- BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2042, 2016 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Nuklir. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 39 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN. Irawan Kasiaradja¹, Abd.Kadim.Masaong 2, Arifin 3.

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN. Irawan Kasiaradja¹, Abd.Kadim.Masaong 2, Arifin 3. KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Irawan Kasiaradja¹, Abd.Kadim.Masaong 2, Arifin 3. Universitas Negeri Gorontalo Fakultas lmu Pendidikan

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Seleksi Calon Pengawas Sekolah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul

Pedoman Pelaksanaan Seleksi Calon Pengawas Sekolah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI CALON PENGAWAS SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL TAHUN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian terhadap dunia pendidikan merupakan hal yang mutlak untuk terus

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt Menimbang : jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH Oleh : Team Penyusun KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH JAKARTA 2014

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU/KHUSUS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 yang digunakan untuk usaha untuk menemukan, mengembangkan,

Lebih terperinci

2016, No bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya; c. bahwa dalam rangka memenuhi formasi Jabatan

2016, No bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya; c. bahwa dalam rangka memenuhi formasi Jabatan No.2043, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Pemeriksa. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN 2017-2021 Nur Fathiroh Lailina Burhanuddin lailinanurf@gmail.com Jurusan Administrasi Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN ARSIPARIS, PUSTAKAWAN

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN RESCUER, KEAGAMAAN,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : 1. Undang-Undang Nomor 5 Th 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional;

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL Jurnal Gammath, Volume I Nomor 2, September 2016 KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL Mohammad Jupri 1, Zulfa Anggraini R 2, Christine Wulandari S 3 1 Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas. ANALISIS PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS PADA SMA NEGERI 1 WATAMPONE Muhammad Subaer SMA Negeri 1 Watampone Kabupaten Bone subaermuhammad@yahoo.com Abstrak MUHAMMAD SUBAER. 2015. Analisis Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Metode merupakan suatu hal yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan menambah pengetahuan. Meneliti dilakukan untuk memperkaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. dan menambah pengetahuan. Meneliti dilakukan untuk memperkaya dan 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian merupakan kegiatan mengkaji, secara teliti dalam suatu bidang ilmu dengan kaidah tertentu. Mengkaji merupakan suatu usaha untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian mengandung prosedur dan cara melakukan verifikasi (kebenaran laporan) data yang diperlukan untuk memecahkan dan menjawab masalah penelitian. Dengan kata lain

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparat

2016, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparat No.2044, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Pembina Jasa Konstruksi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Tujuan penelitian studi kasus atau lapangan adalah untuk mengetahui implementasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini pada kelas X A semester genap tahun ajaran 2014/2015.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini pada kelas X A semester genap tahun ajaran 2014/2015. 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bukateja Pelaksanaan penelitian ini pada kelas X A semester genap tahun ajaran 2014/2015. B. Subyek

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN DENGAN

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN Proyeksi Kebutuhan Guru... ( Deti Setianingsih) 27 PROYEKSI KEBUTUHAN GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2017-2021 PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS NEEDS PROJECTION IN 2017-2021

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2) Metodologi merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam suatu penelitian, metode digunakan

Lebih terperinci

PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI FUNGSIONAL UMUM DI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI FUNGSIONAL UMUM DI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI FUNGSIONAL UMUM DI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Miftahul Jannah 1, & Nasaruddin 2 1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar 2

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN SELEKSI CALON KEPALA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI LINGKUNGAN DINAS

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS ATAS SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS ATAS SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS ATAS SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 137-143 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN DAN MASA TUGAS GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIBERI TUGAS TAMBAHAN SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN MUTU SEKOLAH MELALUI KEGIATAN PADUAN SUARA DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR KARTASURA TAHUN 2016/2017

MANAJEMEN MUTU SEKOLAH MELALUI KEGIATAN PADUAN SUARA DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR KARTASURA TAHUN 2016/2017 MANAJEMEN MUTU SEKOLAH MELALUI KEGIATAN PADUAN SUARA DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR KARTASURA TAHUN 2016/2017 Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

Artikel Jurnal. Oleh : Diaz Wiryawan NIM

Artikel Jurnal. Oleh : Diaz Wiryawan NIM KONTRIBUSI PARTISIPASI GURU DALAM KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DAN INTENSITAS SUPERVISI AKADEMIK OLEH PENGAWAS TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA Artikel Jurnal Diajukan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2015 SERI E.7

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2015 SERI E.7 BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2015 SERI E.7 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA SEKOLAH DI LINGKUP PEMERINTAH

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA PERATURAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara No. 888, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPS. Formasi. Jabatan Fungsional. Statistisi. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 142 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI GURU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 46 TAHUN 2013

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 46 TAHUN 2013 SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

2016, No Birokrasi Nomor PER/219/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Perkayasa dan angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 T

2016, No Birokrasi Nomor PER/219/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Perkayasa dan angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.409, 2016 KEMENPAN-RB. Jafung. Perekayasa. Angka Kredit. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Sumber Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua lokasi yaitu di SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

PANDUAN KERJA PENGAWAS SEKOLAH

PANDUAN KERJA PENGAWAS SEKOLAH PANDUAN KERJA PENGAWAS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

PENCAPAIAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK GURU SEKOLAH DASAR NEGERI NGRUKEMAN KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

PENCAPAIAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK GURU SEKOLAH DASAR NEGERI NGRUKEMAN KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL Pencapaian Standar Kualifikasi... (Septantya Budi Saputra) 53 PENCAPAIAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK GURU SEKOLAH DASAR NEGERI NGRUKEMAN KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL TEACHER QUALICATION STANDARD

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian lapangan) yang bersifat deskriptif,

Lebih terperinci

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K No.2087, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Perencana. Angka Kredit. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur utama pelaku pendidikan di sekolah yang dalam melaksanakan tugasnya perlu bersinergi agar tujuan sekolah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1330, 2014 LAN. Formasi. Jabatan Fungsional. Analis Kebijakan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH 1 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH Oleh: Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin, M.Pd. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Padang. Abstrak: Pengawas sekolah salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL 1 Persepsi Kepala Sekolah... (Anggita Nilam Sari) PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL Disusun Oleh: Anggita Nilam Sari 12416241049 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DESAIN PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif evaluatif, di mana dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan fakta-fakta yang ditemukan

Lebih terperinci

2015, No.75 2 Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2015, No.75 2 Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja No.75, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft Peraturan Menteri PAN Tgl. 4 Maret 2008 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya RANCANGAN PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS PASAR HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2015 KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perencana. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. 1

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang dipergunakan untuk menemukan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian ini disebut penelitian deskriptif karena menghasilkan data

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian ini disebut penelitian deskriptif karena menghasilkan data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini disebut penelitian deskriptif karena menghasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI PENGENALAN DUNIA KERJA PADA SISWA SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Oleh: Vica Aji Ayu Wardani

PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI PENGENALAN DUNIA KERJA PADA SISWA SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Oleh: Vica Aji Ayu Wardani PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI PENGENALAN DUNIA KERJA PADA SISWA SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Vica Aji Ayu Wardani ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.206, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pengawas. Madrasah. Pendidikan Agama Islam. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWAS MADRASAH DAN

Lebih terperinci

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsiona

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsiona No.1002, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Jabatan Fungsional. Analis Pasar Hasil Pertanian. Uji Kompetensi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/KP.350/5/2016

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai manajemen di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai manajemen di 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai manajemen di Perpustakaan Masjid PUSDAI Jawa Barat. Untuk memperoleh gambaran yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode penelitian dan Bentuk penelitian a. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan sumber data, jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah berupa penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan (Field

Lebih terperinci

PROGO. Oleh AN PENDIDIKAN

PROGO. Oleh AN PENDIDIKAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA JENJANG SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

2016, No atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sip

2016, No atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sip No.505, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Penetapan Angka Kredit. Guru. PNS dan Bukan PNS. Penyesuaian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

III. METODE PENELITIAN. untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege No.439, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Inpassing. Jabatan Fungsional Auditor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 27 PENDAHULUAN A. KEDUDUKAN Undang-undang Nomor 2 Tahun 23 tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana peranan pendidikan Islam berbasis pesantren dalam membentuk pribadi saleh harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci