BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Salah satu topik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah integrasi ekonomi Asia Tenggara. Hal tersebut merupakan tantangan bagi Indonesia dalam menyambut MEA khususnya dalam hal pengembangan sumber daya. Pengembangan industri kimia memainkan peran utama dalam perekonomian negara Indonesia sendiri. Salah satu industri kimia yang saat ini masih sangat dibutuhkan adalah industri etilen. Etilen termasuk dalam senyawa kimia organik yang paling banyak digunakan di dunia dengan pertumbuhan permintaan dunia setiap tahunnya mencapai 3,8%. Di Indonesia, etilen masih sangat dibutuhkan dan belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2015, Indonesia masih mengimpor etilen rata-rata ton / bulan dari Singapura, Korea Selatan, dan Timur Tengah dengan harga USD / ton (BPS, 2015). Di sisi lain, Indonesia memiliki cadangan batubara yang sangat melimpah. Pemanfaatan batubara peringkat rendah menjadi tantangan tersendiri untuk dikembangkan. Cara inovatif yang bisa dikembangkan adalah mengolah batubara tersebut menjadi etilen. Etilen adalah bentuk paling sederhana dari olefin yang mengandung ikatan rangkap karbon-karbon. Rumus kimia etilen adalah C2H4. Etilen merupakan senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau, dan mudah terbakar (flammable gas). Etilen termasuk dalam salah satu senyawa terpenting pada mata rantai industri petrokimia. Secara umum, etilen merupakan bahan dasar untuk berbagai produk intermediate maupun produk akhir seperti plastik, resin, fiber, elastomer, solven, surfaktan, coating dan antifreeze. Secara garis besar, produk turunan etilen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu polymer grade dan chemical grade. Polymer grade merupakan konsumen terbesar bahan baku etilen, mencapai 45% dari total produksi etilen. Pada polimer grade, melalui proses polimerisasi etilen diubah menjadi polietilen (PE) yang digunakan sebagai tas plastik, pembungkus makanan, botol dan produk plastik 1

2 lainnya. Polymer grade memiliki kemurnian hingga 99%. Selain polymer grade, etilen juga dikonsumsi oleh kelompok chemical grade, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain etanol, etilen oksid, vinil asetat, solven etilen, dan sebagainya. Chemical grade kemurniannya berkisar antara 92-94%. Salah satu pabrik di Indonesia yang memproduksi etilen adalah PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. Produk etilen dari PT Chandra Asri hampir semuanya dikonsumsi kelompok polymer grade, sebagian besar dipakai sebagai bahan baku Low Linear Density Poliethylene (LLDPE) dan High Density Poliethylene (HDPE). PT Chandra Asri sebagai penghasil etilen di Indonesia hingga tahun 2015 memiliki kapasitas ton etilen per tahun. Sementara itu, kebutuhan etilen dalam negeri semakin meningkat. Jumlah impor etilen Indonesia ditunjukkan dalam Daftar I.1 Daftar I.1 Jumlah Impor Etilen di Indonesia (BPS, 2015) Jumlah Impor Etilen Tahun Indonesia (kg) Berdasarkan data tersebut, jumlah impor etilen relatif meningkat setiap tahunnya. Jumlah impor ini diperkirakan akan konstan bahkan terus bertambah di tahun yang akan datang mengingat etilen sangat dibutuhkan tidak hanya untuk kebutuhan polymer grade. Dengan adanya peningkatan jumlah pabrik-pabrik berbahan baku etilen untuk produk chemical grade di Indonesia seperti pabrik etilen klorid, vinil klorid, etilen glikol dan pabrik-pabrik lainnya, dipastikan kebutuhan etilen di Indonesia akan lebih meningkat lagi. Melihat kebutuhan etilen yang semakin meningkat maka diperlukan pabrik etilen di Indonesia yang mampu mencukupi kebutuhan impor etilen dalam 2

3 negeri menggunakan sumber daya alam yang ada di Indonesia yang kemungkinan tidak dapat dimanfaatkan. Dengan demikian dilakukan perancangan pabrik etilen dengan bahan baku batubara dan memiliki kapasitas ton/tahun. Dengan adanya pabrik ini diharapkan dapat mencukupi kebutuhan impor etilen dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat dimanfaatkan. B. TINJAUAN PUSTAKA Sintesis etilen dari batubara merupakan gabungan dari 3 tahapan proses reaksi yaitu gasifikasi batubara secara insitu, sintesis metanol dari syngas dan sintesis etilen dari metanol. 1. BATUBARA Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara bersifat mudah terbakar, batuan organik yang terdiri dari karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O2). Batubara terbentuk dari vegetasi yang terjebak oleh bebatuan, dengan pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun maka terbentuk lapisan batubara. Ketersediaan batubara jauh lebih banyak daripada minyak atau gas. Selama proses pembentukannya, batubara berubah dari gambut menjadi batuan antrasit yang keras. Fase-fase perubahan tersebut disebut sebagai rank of coal. Jajaran batubara yaitu: lignit; sub-bituminous; bituminous; dan antrasit. Lignit Lignit atau "batubara coklat" adalah peringkat terendah batubara. Memiliki nilai panas rendah ( kcal / kg) dan kadar air yang tinggi (hingga 65% dari massa). Karena tingginya kadar air dan rendahnya energi yang dihasilkan, lignit umumnya tidak ekonomis untuk transportasi. Sebagian besar lignit digunakan untuk menghasilkan listrik yang berlokasi di dekat mulut tambang. 3

4 Bituminous Batubara bituminous berkualitas lebih tinggi dari lignit dan berkualitas lebih rendah dari antrasit. Bituminous biasanya mengandung air 3-16 % massa dengan nilai kalor kcal/kg. Dalam hal penggunaan, batubara bituminous dapat dibagi menjadi dua sub-jenis: termal dan coking coal (batubara metalurgi). Batubara termal digunakan untuk menghasilkan listrik / pemanas. Batubara kokas terutama digunakan untuk membuat "kokas" yang penting untuk memproduksi baja dan besi. Antrasit Antrasit merupakan batubara dengan peringkat tertinggi di seluruh dunia. Memiliki nilai kalor tertinggi sebesar kcal/kg dan tingkat kelembaban terendah kurang dari 15% massa. Dari semua jenis batubara, antrasit digunakan untuk pembangkit listrik, produksi semen, produksi urea/ammonia dan besi serta baja. Daftar I.2 Klasifikasi dan Spesifikasi Batubara Jenis Class Fixed Carbon, % Calorific Value Limits, kcal/kg Price, US$/tons Anthracite High-rank 91,8 > Bituminous Moderate-rank 82, Sub-Bituminous Low-rank 46,6 ± Lignite Low-rank 29, METANOL Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus. Metanol adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH yang merupakan 4

5 bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Kegunaan metanol yang paling besar adalah untuk membuat senyawa kimia lainnya. Sekitar 40% dari produksi methanol dibuat menjadi formaldehid. Formaldehid kemudian dijadikan produk plastik, kayu lapis, cat, dan lain-lain. Turunan methanol lainnya adalah dimethyl ether (DME) sebagai pengganti klorofluorokarbon dalam aerosol dan asam asetat serta campuran dalam pembuatan liquefied petroleum gas (LPG). Selain itu metanol juga dapat bereaksi membentuk etilen. Etilen merupakan olefin paling sederhana dan merupakan bahan dasar untuk berbagai produk intermediate maupun produk akhir seperti plastik, resin, fiber, elastomer, solven, surfaktan, coating dan antifreeze. 3. ETILEN Gambar 1.1 Rumus Molekul Etilen Etilen merupakan hidrokarbon olefin (berantai ganda) paling ringan, tak berwarna, mudah terbakar, dan sedikit berbau. Sifat etilen ditentukan oleh ikatan rangkapnya, yang reaksi utamanya adalah reaksi adisi menghasilkan hidrokarbon jenuh dan turunannya atau polimer (Kirk & Othmer, 1977). Etilen merupakan senyawa intermediet yang menjadi bahan baku berbagai produk turunannya. Spesifikasi produk etilen dapat dilihat pada Daftar I.3 (Mc. Ketta, 1984). 5

6 Daftar I.3. Karakteristik Reaksi dan Produk Turunan Etilen Reaksi Produk % Pemakaian Polimerisasi Polietilen 45,7 Oksidasi Halogenasi / Hidrohalogenasi Alkilasi Etilen oksid, etilen glikol, etanolamin, asetaldehid, asam asetat, vinil asetat, asetat anhidrid, pentoeritriol Etil diklorid, vinil klorid, etil klorid, etilen dibromid, etil bromid Etil benzen, toluen, etil mercaptan, etil anilin, dietil sulfat 22,4 15,9 8,5 Oligomerasi Alfaolefin 4,3 Okso reaksi Propionaldehid 0,5 4. PROSES GASIFIKASI BATUBARA Teknologi dunia berkaitan dengan pengolahan batubara menghasilkan berbagai proses yang cukup efisien khususnya dalam proses gasifikasi batubara. Gasifikasi batubara secara konvensional (proses gasifikasi permukaan) merupakan proses gasifikasi yang saat ini masih digunakan oleh banyak industri, yaitu menambang batubara secara konvensional dan diolah di unit gasifikasi dengan alat gasifikasi seperti crusher, reaktor dan alat-alat lain. Teknologi yang lain dan berpotensi untuk dikembangkan adalah gasifikasi insitu (underground coal gasification). Gasifikasi insitu merupakan gasifikasi tanpa harus menambang batubara karena prosesnya berada di dalam tanah. Gasifikasi Konvensional (Gasifikasi Permukaan) 6

7 Dalam gasifikasi permukaan, terdapat beberapa unit yaitu unit penyiapan bahan baku dan unit proses. Unit penyiapan bahan baku: a. Batubara Batubara dikecilkan ukurannya menggunakan crusher dari ukuran besar ke ukuran intermediate, kemudian menggunakan hammer mill dari ukuran intermediate ke ukuran kecil, dan terakhir menggunakan raw mill dari ukuran kecil menjadi ukuran halus yang sesuai dengan ukuran spesifikasi batubara masuk reaktor. b. Steam Steam diperoleh dari unit utilitas yaitu pendidihan air umpan boiler. c. Oksigen (kemurnian 95%) Oksigen dengan kemurnian 95% dipenuhi dari pabrik yang memproduksi oksigen murni. d. Udara pengering Udara luar dikompresi lalu dilewatkan pada heater dan dilewatkan pada gasifier untuk menghilangkan moisture content dari batubara (pengeringan). Unit Proses: Batubara diumpan dalam gasifier lalu udara pengering diumpankan dari bawah ke atas secara kontinyu untuk mengeringkan batubara. Setelah kadar batubara mencapai spesifikasi optimum reaksi gasifikasi maka aliran udara dihentikan. Kemudian batubara difluidisasi menggunakan oksigen dan steam sekaligus terjadi reaksi oksidasi yang dilanjutkan dengan gasifikasi hingga pada produk atas dihasilkan gas hasil reaksi dan pada produk bawah dihasikan bottom ash. Gasifikasi Batubara Insitu (Underground Coal Gasification) Underground Coal Gasification atau gasifikasi secara insitu merupakan metode yang cocok dikembangkan di Indonesia sebagai solusi 7

8 dalam pemanfaatan batubara yang sulit untuk ditambang dan berada jauh didalam bumi. Mengingat penerapan teknologi UCG ini belum berkembang di Indonesia dan sebagai upaya untuk mengoptimalkan penggunaan batubara peringkat rendah, maka dalam melakukan penerapan teknologi ini perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desain UCG. Menurut Bowen (2008), ada tujuh faktor yang mempengaruhi desain UCG, yaitu: kondisi lapisan batubara (tebal, kedalaman, kemiringan dan permeabelitas); sifat-sifat batubara (kadar abu, kandungan karbon, komposisi kimia); kondisi lapisan batuan pengapit (geologi, hidrologi, geomekanika, dan drilling properties); kondisi operasional (komposisi injeksi, laju alir, tekanan, layout sumur); produk gas; proses efisiensi dan interaksi UCG dengan lingkungan. UCG mengkonversi batubara secara insitu menjadi produk gas, umumnya dikenal sebagai gas sintesis (CO dan H2) atau syngas melalui reaksi kimia yang sama dengan gasifiers permukaan. Gasifikasi mengubah hidrokarbon menjadi syngas pada suhu dan tekanan tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, bahan baku kimia, bahan bakar cair. Gasifikasi memberikan banyak kesempatan untuk pengendalian pencemaran, terutama berkenaan dengan emisi sulfur, oksida nitrat, dan merkuri. UCG dapat meningkatkan sumber daya batubara yang tersedia untuk pemanfaatan yang lebih efisien dan sebagai bentuk pemanfaatan batubara yang tak mungkin ditambang karena kondisi geologi dan keekonomisan (Burton, dkk., 2004). Proses UCG Reaksi yang terjadi pada proses gasifikasi batubara melalui UCG ini secara umum sedikit berbeda dengan pembakaran batubara konvensional. Pada proses reaksi ini, hasil gasifikasi akan menghasilkan syn gas sebagai komponen mayor dan suhu yang dihasilkan pada proses ini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan pembakaran batubara secara konvensional. Selain itu perbedaan penting antara pembakaran batubara dan gasifikasi batubara adalah dalam pembentukan polutan dimana reaksi UCG tidak menghasilkan 8

9 gas beracun seperti NOx dan SOx. Reaksi UCG diawali oleh reaksi pirolisis. Reaksi pirolisis ditulis dalam bentuk yang sangat umum karena pirolisis memiliki stoikiometri rumit yang tergantung pada komposisi gas, suhu, tekanan dan tingkat pemanasan. Ruang gasifikasi akan membesar dan separuhnya terisi dengan abu, akibatnya bagian kedua sisi ruang di mana batubara segar terkena atau ruang kosong di bagian atap ruangan akan terbakar, karena oksidan terus diinjeksikan secara berkelanjutan ke lapisan batubara dan harus terus mengalir. Pada ruang kosong dari ruang bakar tersebut terjadi perbedaan konsentrasi dan gradien temperature. Gradien ini menurut Perkins and Sahajwalla, (2005) disebabkan oleh reaksi kimia dan konveksi alami dari difusi ganda (double diffusive natural convection). Aliran fluida pada lokasi timbunan abu ditentukan oleh distribusi permeabilitas, sedangkan di ruang kosong ditentukan oleh double diffusive natural convection, namun didominasi oleh gaya apung tunggal akibat adanya gradien temperatur akibat proses pembakaran oksigen dengan CO yang dihasilkan dari gasifikasi dari dinding lapisan batubara (Perkins, 2005). Daftar I.4. Reaksi Utama pada Gasifikasi Insitu PROSES REAKSI ENTALPHI, kj/mol Drying Coal Dry Coal + H2O (1) +40 Pirolisis Dry Coal Char + Volatiles (2) 0 Coal Combustion CO2 Gasification C (Char) + O2 CO2 (3) -393 C (Char) + CO2 2CO (4)

10 Steam Gasification C (Char) + H2O CO + H2 (5) +131 Metanisasi C + 2H2 CH4 (6) -75 Water Gas Shift CO + H2O H2 + CO2 (7) -41 CO + 0,5 O2 CO2 (8) -111 Gas phase oxidations H2 + 0,5O2 H2O (9) -242 CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O (10) -802 Proses UCG mempunyai beberapa keuntungan antara lain : Membutuhkan lahan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan tambang konvensional Keselamatan dan kesehatan kerja lebih terjamin Tidak perlu memindahkan tanah atas (overburden) Batubara yang semula tidak bisa ditambang karena terlalu dalam dapat dikonversi menjadi gas Tidak membutuhkan unit pencucian batubara Tidak memerlukan rehabilitasi lahan yang signifikan Emisi CO2 lebih rendah karena berkurangnya unit proses Tidak perlu tempat penyimpanan batubara bersih Tidak terdapatnya abu terbang (fly ash) Tidak ada emisi gas metan dan tempat buangan (Disposal) Kandungan sulfur yang cukup rendah Pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 25 % (UCG syngas digunakan untuk pembangkit listrik). partikulat emisi rendah, kebisingan dan dampak visual pada permukaan; Penurunan emisi hidrokarbon sebesar 43 % (mesin diesel) 10

11 Menurunkan resiko pencemaran air permukaan; Sedikit menggunakan transportasi Metode UCG UCG terdiri dari 2 metode secara umum yaitu Shaft method dan Shaftless method. Pemilihan metode didasarkan pada berbagai jenis faktor termasuk lokasi lapisan batubara dan ketersediaan infrastruktur bawah permukaan tanah. Shaftless method merupakan metode UCG dengan pengeboran dari permukaan tanah lalu menginjeksikan reaktan ke batubara yang terletak dekat dengan permukaan agar terjadi gasifikasi. Sedangkan shaft method merupakan metode UCG dengan pembuatan infrastuktur bawah permukaan tanah lalu menginjeksikan reaktan ke batubara yang terletak pada kedalaman tertentu yang jauh dari permukaan tanah agar terjadi gasifikasi. Pemilihan metode UCG yang tepat untuk diterapkan di Indonesia adalah shaft method karena kemelimpahan batubara pada kedalaman yang jauh dari permukaan di Indonesia. UCG dilakukan dengan cara membuat dua buah sumur vertikal yang diberi nama sumur injeksi dan sumur produksi sedalam lapisan batubara yang akan digasifikasi (>150 m) dilanjutkan dengan proses peningkatan permeabilitas batubara. Proses ini dilakukan agar oksigen dari sumur injeksi dapat melewati lapisan batubara menuju sumur produksi. Ada dua cara yang paling umum untuk meningkatkan permeabilitas batubara yaitu dengan proses reverse combustion (air pressurization) dan dengan pemboran horizontal (Directional Drilling). Reverse Combustion (air pressurization) Cara ini diawali dengan pembuatan dua buah sumur yaitu sumur produksi (P) dan sumur injeksi (I) sampai kedalaman lapisan batubara yang akan digasifikasi (Gambar a). Selanjutnya dilakukan penyalaan batubara yang diikuti injeksi udara tekanan tinggi sehingga gas panas hasil pembakaran dapat mencapai sumur produksi (Gambar b). Injeksi udara tekanan tinggi dialihkan dari sumur injeksi ke sumur produksi untuk lebih mempercepat 11

12 proses peningkatan permeabilitas (Gambar c). Dengan dialihkannya lokasi injeksi udara diharapkan panas pada sumur injeksi dapat cepat menjalar ke sumur produksi atau mengikuti arah datangnya udara. Aliran udara akan otomatis meningkat bila permeabilitas batubara sudah bertambah besar. Bila permeabilitas batubara dianggap sudah cukup maka injeksi udara dialihkan dari sumur produksi ke sumur injeksi, kompresor tekanan tinggi diganti ke compressor tekanan lebih rendah dan proses gasifikasi batubara siap dilakukan. Gambar 1.2 Metode Reverse Combustion (Air Pressurization) Pengeboran Horizontal (Horizontal Drilling) Peningkatan permeabilitas lapisan batubara dapat dilakukan dengan pengeboran horizontal. Pengalaman aplikasi teknologi ini di dunia migas akan sangat bermanfaat untuk pengembangan UCG terutama UCG pada lapisan batubara yang dalam (>400 m). Kemajuan teknologi pemboran di dunia migas seperti penggunaan sensor yang dipasang dekat dengan mata bor dan peralatan komunikasi yang menginformasikan data bawah tanah ke operator di permukaan menjadikan pemboran horizontal dapat dilakukan lebih presisi. Pemboran horizontal dapat dilakukan menggunakan alat 12

13 pemboran konvensional dan coiled tubing drilling (CTD). Penggunaan CTD diperkirakan akan lebih berkembang karena sifatnya yang multi fungsi. Coiled tubing adalah suatu selang/pipa yang terbuat dari bahan khusus yang elastis sehingga dapat digulung tetapi mampu untuk menahan suhu dan tekanan tinggi. Coiled tubing di samping dapat dipakai untuk pengeboran juga dapat dipakai untuk membawa burner menuju permukaaan batubara dalam rangka proses penyalaan batubara, mengalirkan oksigen ke lapisan batubara yang akan digasifikasi, memperbesar lobang bor (work over) dan lain-lain. 5. REAKSI SINTESIS METANOL Metanol dapat dibuat dari sintesa syn gas. Syn gas tersebut dapat dihasilkan melalui beberapa cara antara lain : Reforming gas alam Pada tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (10 20 atm) dan temperatur tinggi (sekitar 850 C), metana bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis nikel untuk menghasilkan gas sintesis menurut reaksi kimia berikut: CH4 + H2O CO + 3 H2 (11) 2 CH4 + O2 2 CO + 4 H2 (12) Reaksi ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat digunakan secara insitu untuk menggerakkan reaksi steam-methane reforming. Ketika dua proses tersebut dikombinasikan, proses ini disebut sebagai autothermal reforming. Rasio CO and H2 dapat diatur dengan menggunakan reaksi perpindahan air-gas (the water-gas shift reaction) untuk menghasilkan stoikiometri yang sesuai dalam sintesis metanol. Reaksinya adalah sebagai berikut : CO + H2O CO2 + H2 (13) Selanjutnya reaksi yang terjadi adalah reaksi antara CO dan H2 untuk membentuk metanol. Dalam hal ini CO dan H2 disebut sebagai syngas dan reaksinya adalah reaksi pembentukan metanol dari syngas. 13

14 Karbon monoksida dan hidrogen (syngas) bereaksi dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metanol. Saat ini, katalis yang umum digunakan adalah campuran tembaga, seng oksida, dan alumina, yang pertama kali digunakan oleh ICI pada tahun Pada tekanan 5 10 MPa ( atm) dan 250 C, katalis tersebut dapat mengkatalisis produksi metanol dari karbon monoksida dan hidrogen dengan selektifitas yang tinggi: CO + 2 H2 CH3OH (14) Sangat perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas sintesis dari metana menghasilkan 3 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida, sedangkan sintesis metanol hanya memerlukan 2 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida. Salah satu cara mengatasi kelebihan hidrogen ini adalah dengan menginjeksikan karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol, dimana ia akan bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi kimia berikut: CO2 + 3 H2 CH3OH + H2O (15) Reaksi pembentukan metanol dari batubara Dalam sintesis metanol dari batubara, batubara langsung diubah menjadi syngas dan selanjutnya syngas akan bereaksi membentuk metanol. Dengan demikian tidak terjadi tahap reforming gas alam untuk menghasilkan syngas. Pada reaksi sintesis metanol digunakan katalis Cu / Zn / Al2O3 pada tekanan konstan 5.0 MPa, dan suhu berkisar antara 230 C dan 260 o C. 6. REAKSI SINTESIS ETILEN Berikut ini terdapat beberapa cara pembuatan etilen menurut Mc. Ketta (1984) yaitu: 14

15 Pirolisis hidrokarbon Pirolisis hidrokarbon merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam pembuatan etilen. Produksi skala besar dilakukan dengan melakukan pirolisis bahan baku hidrokarbon dan ditambah dengan steam dengan rasio dalam suatu pyrolysis heater dan dilanjutkan dengan pemisahan campuran hasil gas melewati sistem operasi yang kompleks. Proses ini menghasilkan campuran produk hidrokarbon yang kompleks dan akan semakin kompleks lagi seiring dengan semakin beratnya molekul hidrokarbon yang dipirolisis. Selektivitas hasil yang tinggi terhadap olefin dan diolefin yang diinginkan (etilen, propilen, butadiene) serta hasil metana dan coking yang minimum dapat dicapai dengan mengoperasikan pyrolysis heater pada suhu tinggi ( o C), waktu tinggal yang pendek, serta tekanan parsial yang rendah. Penambahan steam berfungsi untuk mengurangi tekanan parsial hidorkarbon dan jumlah karbon yang terdeposit dalam dinding tube. Perbandingan berat steam dengan hidrokarbon bervariasi dari 0,3 untuk etan hingga 1 untuk gas oil. Perubahan rantai karbon parafinik dan naftenik menjadi olefin terjadi secara endotermis. Gas hasil pirolisis sebelum masuk dalam seksi destilasi (separation plant) akan mengalami serangkaian treatment terlebih dahulu, yaitu: - Pemanfaatan panas yang dikandung gas hasil pirolisis - Kompresi - Pengambilan (penghilangan) komponen asam - Pengeringan kandungan air dalam gas hidrokarbon dengan menggunakan adsorben padat Dehidrasi etanol Pembuatan etilen dari dehidrasi etanol mengikuti persamaan reaksi berikut: CH3CH2OH H2C=CH2 + H2O (16) 15

16 Reaksi terjadi dengan bantuan katalisator alumina aktif dan asam fosfat. Pembentukan eter terjadi pada suhu 230 o C sedangkan pada suhu o C diperoleh etilen dengan kandungan eter minimum. Hasil etilen dapat mencapai 94 99% dari nilai teoritis tergantung pada proses yang dipakai. Pemurnian yang lebih lanjut dipakai untuk memisah asetaldehid, asam, hidrokarbon lain, CO2, dan air. Proses ini berkembang dalam skala kecil di Eropa, Amerika, dan Australia pada tahun 60 an, sebelum berkembangnya pabrik yang menghasilkan etilen yang lebih murah, yaitu dari hidorkarbon. Disproposionasi propilen Pada proses ini propilen yang relatif murah diubah menjadi etilen dan butilen yang lebih tinggi harganya dengan bantuan katalis tungsten oksid-silika. Reaksi yang terjadi adalah: 2C H C H C H (17) Reaksi metanol menjadi etilen Pada proses ini, metanol disintesis menjadi etilen melalui kompleks jaringan reaksi kimia. Metanol dinaikkan suhunya hingga fase gas dan dimasukkan ke dalam reaktor etilen. Reaktor beroperasi pada fase uap dan suhu o C serta tekanan 0,1 0,3 MPa. Sintesis etilen dipercepat dengan katalis Ni-SAPO-34 yang berada pada reaktor dalam bentuk padat. 7. PEMURNIAN SYNGAS Menurut Puigjaner (2011), Pemurnian syngas yaitu proses pemurnian syngas dari tar, metal, halogen, alkaline, asam, dan basa. Proses pemurnian syngas menggunakan metode absorpsi. Absorpsi bertujuan utama untuk menghilangkan H2S, H2O dan COS (Carbonyl Sulfide) dari syngas. Ada beberapa cara untuk absorpsi yang dijelaskan pada Daftar di bawah: 16

17 Daftar I.5 Pembagian Cara Absorpsi Proses Amine Rectisol Selexol Absorben MDEA Metanol DEPG Teknanan (MPa) < Temperatur ( o C) sampai sampai 25 Kandungan sulfur tersisa (ppm) <0.1 <0.1 <5 a. Regenerasi solven mudah a. Efisiensi tinggi b. Penghilangan a. Biaya sedang b. CO2 slip Kelebihan b. Solven murah CO2 sempurna c. Solven stabil c. Murah d. Tekanan uap rendah e. Regenerasi mudah a. Korosi b. Foaming a. Operating cost tinggi a. Circulation rate tinggi Kekurangan c. Circulation b. Beracun b. Sulfur keluar cukup rate tinggi c. Suhu rendah tinggi d. Degradasi solven (thermal loss besar) c. Mengabsorpsi hidrokarbon 17

18 e. Lebih reaktif terhadap CO2 dibanding H2S f. COS tidak larut (Liu, 2010) Dari uraian di atas, lebih dipilih absorpsi dengan cara Selexol karena: a. Biaya yang tidak terlalu tinggi dibanding proses yang lain. b. Kondisi proses tidak terlalu ekstrim seperti suhu dan tekanan sehingga tidak perlu energi yang besar untuk memenuhi kondisi operasi. c. Solven yang stabil secara kimia dan suhu, sehingga regenerasi solven tidak perlu terlalu sering. 8. PEMILIHAN PROSES Proses yang dipilih penulis dalam tugas prarancangan pabrik etilen dari gasifikasi batubara secara insitu adalah sebagai berikut : D. Proses Gasifikasi Proses gasifikasi yang digunakan adalah proses gasifikasi insitu (Underground Coal Gasification) karena dengan menggunakan UCG, batubara kualitas rendah yang berada jauh dibawah permukaan tanah dan tidak memungkinkan untuk ditambang dapat dimanfaatkan menjadi etilen. E. Proses Reaksi Sintesis Metanol Proses reaksi sintesis metanol dari syn gas dilakukan dengan reaktor multibed dengan bantuan katalis Cu/Zn/Al2O3. F. Proses Reaksi Sintesis Etilen Proses reaksi sintesis etilen dari metanol dilakukan dengan katalis Ni- SAPO 34 dalam reaktor fluidisasi. Dengan digunakannya katalis Ni- SAPO 34, etilen yang dihasilkan lebih banyak dengan konversi metanol menjadi etilen sebesar 97%. 18

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metanol sangat dibutuhkan dalam dunia industry, karena banyak produk yang dihasilkan berbahan metanol. Metanol digunakan oleh berbagai industri seperti industri plywood,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Etilena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C 2 H 4. Senyawa ini memiliki nama IUPAC ethene, dan dikenal juga dengan nama elayl, acetene, bicarburetted hydrogen, olefiant

Lebih terperinci

Perancangan Pabrik Etilen dari Nafta Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Pabrik Etilen dari Nafta Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etilen merupakan salah satu senyawa penting dalam mata rantai industri petrokimia dan bahan kimia organik terbesar di dunia.etilen merupakan bahan dasar untuk berbagai

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan kemajuan sektor industri telah menuntut semua negara kearah industrialisasi. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metanol merupakan senyawa yang sangat esensial sekarang ini. Metanol merupakan senyawa intermediate yang menjadi bahan baku untuk berbagai industri antara lain industri

Lebih terperinci

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis CH 3 -O-CH 3 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng 1. Agistira Regia Valakis 2310 030 009 2. Sigit Priyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penyediaan Energi Dosen Pengajar : Ir. Yunus Tonapa Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281.

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sumber daya berupa bahan tambang di Indonesia bisa dikatakan melimpah. Salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dry ice merupakan karbon dioksida padat yang mempunyai beberapa kegunaan, diantaranya yaitu pengganti es batu sebagai pengawet pada industri perikanan, untuk membersihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun. 1 Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Rumus Kimia Metanol

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Rumus Kimia Metanol BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Metanol yang juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus merupakan bentuk alkohol sederhana dengan rumus molekul CH 3 OH. Pada keadaan atmosfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Industri asam asetat di Indonesia merupakan salah satu industri kimia yang memiliki prospek cukup baik. Produk asam asetat ini memiliki pasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia terus meningkat, termasuk di dalamnya industri kimia. Perkembangan ini menuntut peningkatan unsur-unsur penunjang industri

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan industri kimia di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Salah satu bahan yang banyak digunakan dalam industri

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi sekarang ini, industri kimia mengalami perkembangan yang sangat pesat, jumlah dan jenis industri kimia dari tahun ke tahun semakin bertambah.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN Kapasitas 50.000 ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia terus mengalami peningkatan. Meskipun sempat dilanda krisis ekonomi sampai saat

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS 36.000 TON/TAHUN Oleh : SISKAWATI DYAH SULISTYA UTAMI Dosen Pembimbing : Dr. Ir. H. Ahmad M. Fuadi, M.T. Hamid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun memiliki dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek dalam kehidupan. Salah satu dampak yang dapat dirasakan adalah

Lebih terperinci

Dalam pemilihan kapasitas rancangan pabrik DME memerlukan beberapa pertimbangan yang harus dilakukan, antara lain:

Dalam pemilihan kapasitas rancangan pabrik DME memerlukan beberapa pertimbangan yang harus dilakukan, antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, industri kimia terus mengembangkan produknya guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Indonesia mempunyai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG Prof. Ir. Arief Budiman, MS, D.Eng Pusat Studi Energi, UGM Disampaikan pada Seminar Nasional Pemanfaatan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metilen klorida adalah salah satu senyawa klorometana dengan gugus molekul CH 2 Cl 2. Senyawa klorometana ini diproduksi dari reaksi klorinasi antara metil klorida (CH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Salah satu industri petrokimia yang berkembang pesat dewasa ini adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester akrilat ini ikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari Aseton dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari Aseton dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin majunya teknologi membuat perkembangan industri semakin pesat. Terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Perkembangan tersebut terlihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan tertimbun

Lebih terperinci

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas 50.000 ton / tahun Oleh : Dhani Priyambodo NIM. I 0502019 Dwi Hantoro NIM. I 0502021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industri di Indonesia, pemerintah berupaya meningkatkan pertumbuhan industri kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES.1 Jenis-jenis bahan baku dan proses Proses pembuatan VAM dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses asetilen dan proses etilen. 1. Proses Dasar Asetilen Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT. PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

KOMPOSISI MINYAK BUMI

KOMPOSISI MINYAK BUMI KOMPOSISI MINYAK BUMI Komposisi Elementer Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada sistem reaksi untuk meningkatkan laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia pada akhir reaksi. Dan menurut Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan dunia industri sangat pesat seiring berkembangnya teknologi pada masa kini. Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang berfokus pada bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol Dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol Dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun. 1 Bab I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Memasuki era perdagangan bebas saat ini, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam bidang industri. Mengingat

Lebih terperinci

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio Oleh : Rada Hangga Frandika (2105100135) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. Kebutuhan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A.

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah yang salah satu hasil utamanya berasal dari sektor pertanian berupa tebu. Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara 1. Bagaimana terbentuknya? Gas metana batubara terbentuk selama proses coalification, yaitu proses perubahan material tumbuhan menjadi batubara. Bahan organik menumpuk di rawa-rawa sebagai tumbuhan mati

Lebih terperinci

Bab II Teknologi CUT

Bab II Teknologi CUT Bab II Teknologi CUT 2.1 Peningkatan Kualitas Batubara 2.1.1 Pengantar Batubara Batubara merupakan batuan mineral hidrokarbon yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan terkubur di dalam bumi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang, pangan, dan papan. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada ketersediaan energi. Selama

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan sektor yang sangat penting dalam menunjang berbagai aspek di bidang ekonomi dan sosial. Seringkali energi digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya sedangkan tingkat konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun.

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Energi Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, baik berupa produk maupun buangan. Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara ditransformasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. MEK mulai dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai pelarut cat. Dalam pembuatan

II. DESKRIPSI PROSES. MEK mulai dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai pelarut cat. Dalam pembuatan II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses MEK mulai dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai pelarut cat. Dalam pembuatan MEK dikenal 3 macam metode pembuatan berdasarkan perbedaan bahan bakunya (Ullman, 2007).

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses 1-Butena atau butilen dengan rumus molekul C 4 H 8 merupakan senyawa berbentuk gas yang larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, eter tetapi tidak larut dalam

Lebih terperinci

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28% BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan sumber daya energi yang terbarukan dan ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber pembawa energi (energy carrier)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini pemanfaatan minyak bumi dan bahan bakar fosil banyak digunakan sebagai sumber utama energi di dunia tak terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang menggalakkan pembangunan, termasuk di bidang industri. Pertumbuhan industri memiliki prospek untuk meningkatkan devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

Gasifikasi - Pirolisis Pembakaran

Gasifikasi - Pirolisis Pembakaran Gasifikasi - Pirolisis Pembakaran Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termo kimia menjadi gas, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan untuk proses

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Butanol dari Molasses Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Butanol dari Molasses Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini mengarah kepada usaha untuk mengurangi efek global warming atau pemanasan global. Salah satu cara mereduksi gas rumah kaca adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat WASTE-TO-ENERGY Usaha penanggulangan sampah, baik dari rumah tangga/penduduk, industri, rumah

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL Karnowo 1, S.Anis 1, Wahyudi 1, W.D.Rengga 2 Jurusan Teknik Mesin 1, Teknik Kimia Fakultas Teknik 2 Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan dalam mencapai target pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi fosil terutama minyak bumi dalam

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Produk Utama 2.1.1.Gas Hidrogen (H2) : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, polyester, dan nylon, dipakai untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi terus meningkat untuk menopang kebutuhan hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat secara eksponensial. Minyak bumi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vinyl Acetate Monomer (VAM) adalah cairan bening yang tidak dapat larut (immiscible), namun dapat larut secara perlahan dalam air, selain itu VAM merupakan cairan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batubara Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa

Lebih terperinci

Kajian Tekno Ekonomi Pabrik Konversi Biomassa menjadi Bahan Bakar Fischer-Tropsch melalui Proses Gasifikasi. Latar Belakang

Kajian Tekno Ekonomi Pabrik Konversi Biomassa menjadi Bahan Bakar Fischer-Tropsch melalui Proses Gasifikasi. Latar Belakang Kajian Tekno Ekonomi Pabrik Konversi Biomassa menjadi Bahan Bakar Fischer-Tropsch melalui Proses Gasifikasi TK 5091 Metodologi dan Usulan Penelitian Fitria Yulistiani 230 08 004 Prof. Dr. Herri Susanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetanilida Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci