LAPORAN KEMAJUAN IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) PELATIHAN MASYARAKAT PEDULI HIPERTENSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KEMAJUAN IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) PELATIHAN MASYARAKAT PEDULI HIPERTENSI"

Transkripsi

1 LAPORAN KEMAJUAN IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) PELATIHAN MASYARAKAT PEDULI HIPERTENSI Tahun ke satu dari rencana 1 tahun Nur Lina, S.KM., M.Kes.(Epid) NIDN Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes NIDN UNIVERSITAS SILIWANGI JULI 2017

2 LEMBAR PENGESAHAN IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGBM) 1. Judul 2. Nama Mitra Program (1) Nama Mitra Program (2) 3. Ketua Tim Pengusul a. Nama Lengkap b.nidn c. Program Studi d. Perguruan Tinggi 4. Anggota Tim Pengusul a. Jumlah Anggota b. Nama Anggota 1 5. Lokasi Kegiatan/Mitra (1) a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Provinsi c. Jarak PT ke Lokasi Mitra (km) 6. Lokasi Kegiatan/Mitra (2) a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Provinsi c. Jarak PT ke Lokasi Mitra (km) 7. Luaran yang dihasilkan 8. Jangka Waktu Pelaksanaan 9. Biaya Total Pelatihan Masyarakat Peduli Hipertensi Posyandu Dahlia Posyandu Edelwais Nur Lina, S.KM., M.Kes Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi 1 orang Hj. Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes Sukarame/Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Sukarame/Sukarame Kabupaten Tasikmalaya JawaBarat 20 - Rekayasa Sosial 1 Tahun Rp. 7,000,000,00 Tasikmalaya, Edi Her wa'li rs. M.Pd. NIDN/NIP (Nur L" a, S.. M.Kes) NIDN/NlP

3 (Prof. H. Aripin, Ph.D.) NIDNINIP

4 RINGKASAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat (Kemenkes RI, 2014). Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) sebesar 25,8%. Prevalensi Hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen. Jumlah Kasus Hipertensi di Kecamatan Sukarame pada tahun 2016 berdasarkan diagnosis petugas Puskesmas adalah 5541 kasus (13,37%). Hal ini berarti melebihi angka rata rata penderita Hipertensi yang didapatkan di sarana pelayanan Kesehatan secara Nasional (9,4%) (Riskesdas 2013). Sebagian besar kasus Hipertensi di Kecamatan Sukarame yang ditemukan tahun 2016 adalah kasus baru (baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi) yang berjumlah 2796 (50.46%) dari total kasus Hipertensi. Hal ini menunjukkan tingginya penambahan jumlah penderita baru/ orang yang baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi di Kecamatan Sukarame. Mengingat tingginya angka kejadian Hipertensi yang ditemukan di sarana pelayanan kesehatan dan tingginya kasus hipertensi terutama pada wanita yang belum terjangkau pelayanan kesehatan maka perlu lebih memprioritaskan program pencegahan dan penanggulangan Hipertensi di masyarakat terutama pada wanita yang belum memasuki masa usia lanjut/ lansia (<60 tahun) di Kecamatan Sukarame. Kegiatan ini merupakan model pembinaan bagi ibu ibu yang belum berusia 60 tahun (lansia) untuk menambah wawasan dan pemahaman wanita tentang penyakit Hipertensi. Kegiatan ini akan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pencegahan penyakit Hipertensi. Pelaksanaan kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) dilakukan bekerja sama dengan 2 (dua) posyandu di Kecamatan Sukarame yaitu Posyandu Edelwais dan Posyandu Dahlia. Hasil pertemuan dan diskusi dengan mitra disepakati upaya pencegahan penyakit Hipertensi akan dilakukan dengan strategi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi yang bertujuan untuk (1) meningkatkan pemahaman ibu ibu tentang penyakit Hipertensi (2) Meningkatkan kemampuan ibu ibu dalam mencegah penyakit Hipertensi (3) Peningkatan keterlibatan perguruan tinggi dalam menyusun buku saku dan leaflet tentang bahaya dan pencegahan Hipertensi.Jumlah masyarakat yang telah mendapat pelatihan peduli Hipertensi sebanyak 63 orang. Rata-rata nilai Pre test peserta pelatihan 41.6, nilai rata-rata post test Kata Kunci: Masyarakat, peduli, Hipertensi iii

5 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kemajuan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) skema ITGbM (Ipteks Tepat Guna Bagi Masyarakat) yang berjudul Pelatihan Masyarakat Peduli Hipertensi. Sholawat dan salam saemoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak. Suatu kebahagiaan tersendiri, jika suatu program pengabdian kepada masyarakat dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat: 1. Ibu Darmayanti, selaku ketua koordinator posyandu Edelwais Desa Sukarame Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya 2. Ibu Ecin selaku ketuar coordinator posyandu Dahlia di Desa Sukarame Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan do a yang tulus dan ikhlas semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Tidak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan laporan pengabdian pada masyarakat ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan PPM ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin. Tasikamalaya, 24 Juli 2017 Penulis iv

6 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL. i HALAMAN PENGESAHAN. ii RINGKASAN.. iii PRAKATA iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL.. vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii BAB1. PENDAHULUAN.. 1 BAB2. TARGET DAN LUARAN 8 BAB3. METODE PELAKSANAAN.. 9 BAB4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI. 13 BAB5. HASILYANG DICAPAI. 15 BAB6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA.. 24 BAB7. KESIMPULAN DAN SARAN 24 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - Artikel ilmiah - Produk pengabdian a. Materi Pelatiha b. Buku Saku c. Leaflet d. Pretes e. Postes v

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rencana Target Capaian Luaran 8 Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Pelatihan Masyarakat Peduli Hipertensi 11 Tabel 4.1 PPM Unit Kerja Universitas Siliwangi.. 13 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Definisi Hipertensi Pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edewlais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Pretes Faktor Risiko Hipertensi yang dapat diubah pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak dapat diubah pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais. 16 Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Pretes Komplikasi Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.5 Distribusi Jawaban Pretes Komplikasi Hipertensi pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Pretes Pencegahan Hipertensi pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.7 Distribusi Distribusi Jawaban Pretes Tindakan Jika Hipertensi Pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Pretes Kontrasepsi Berisiko Hipertensi pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Pretes Keteraturan Berobat Hipertensi pada Ibu Ibu Di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Pretes Makanan Yang Harus Dihindari Pada Penderita Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Definisi Hipertensi Pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edewlais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Postes Faktor Risiko Hipertensi yang dapat diubah pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak dapat diubah pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais. 20 vi

8 Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Postes Komplikasi Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Postes Komplikasi Hipertensi pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Postes Pencegahan Hipertensi pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.17 Distribusi Distribusi Jawaban Postes Tindakan Jika Hipertensi Pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Postes Kontrasepsi Berisiko Hipertensi pada Ibu-Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Postes Keteraturan Berobat Hipertensi pada Ibu Ibu Di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Postes Makanan Yang Harus Dihindari Pada Penderita Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Alur Metode Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Masyarakat Peduli Hipertensi. 11 viii

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Sampai saat ini, Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabk an stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat (Kemenkes RI, 2014). Studi Cross-sectional pada populasi orang dewasa ke Pusat Perawatan Kesehatan Primer di Málaga (Spanyol Selatan) yang diikuti jiwa menunjukkan hasil setiap peningkatan 10 mm Hg tekanan darah systole maka risiko terkena penyakit kardiovaskular 16% lebih tinggi (HR, 1,16; 95% CI, 1,08-1,25)(Morales-Asencio JM, 2013). Hipertensi juga merupakan salah satu penyebab utama kematian sistemik sclerosis (SSC) yaitu penyakit autoimun multiorgan parah dan jaringan ikat yang ditandai vaskulopati dan fibrosis. Hipertensi arteri paru, berkembang di 12-15% pasien dengan SSC dan menyumbang 30-40% dari kematian(calderone, 2016). Penelitian analisis lanjut menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2013 dengan fokus analisis pada sampel berusia 15 tahun atau lebih didapatkan faktor risiko dominan stroke adalah hipertensi. Hipertensi berisiko stroke 5,48 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak Hipertensi (Lannywati Ghani, 2016). 1

11 Sebagai pencegahan stroke pada populasi umum dianjurkan tekanan darah sistol <140 mmhg dan diastol <90 mmhg (Ravenni, 2011). Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun yang menderita Hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, pusing (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan. Diperkirakan, jumlah penderita hipertensi di dunia, akan meningkat dari 972 juta di tahun 2000 menjadi 1,56 miliar di Dengan kata lain, prevalensi Hipertensi dunia melonjak hingga 60 persen dalam 25 tahun. Prevalensi hipertensi Menurut catatan World Health Organization (WHO) tahun 2011 sebesar 1 milyar orang di dunia. Dua per-tiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang salah satunya negara Indonesia. WHO juga memperkirakan Prevalensi hipertensi akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% (orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi). Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) sebesar 25,8%. Prevalensi Hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang memiliki fenomena gunung es, yaitu angka kesakitan (morbiditas) yang tidak diketahui lebih banyak dibandingkan dengan angka morbiditas yang diketahui oleh pusat pelayanan kesehatan (Singh, 2014). Terdapat 13 provinsi di Indonesia dengan prevalensi penderita Hipertensi melebihi angka nasional, salah satunya adalah di Provinsi Jawa Barat (29,4 %). Berbagai faktor risiko telah dihubungkan dengan terjadinya Hipertensi. Hipertensi didapatkan lebih tinggi pada orang orang yang mempunyai kebiasaaan merokok (41,1%), aktifitas fisik kurang (55,5%), obesitas (45,3%), tinggi lingkar pinggang (85,4%) dan konsumsi garam yang tinggi (83,5%), konsumsi buah yang kurang (73,2%), riwayat keluarga menderita Hipertensi (64,6%) dan riwayat keluarga stroke / CVD 2

12 (50,6%)(Shiekh, 2015). Sebagian besar kasus hipertensi tidak terkontrol ditemukan pada masyarakat dengan umur lebih dari 60 tahun (Chataut, 2012). Berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Hubungan antara Hipertensi dengan tingkat sosial ekonomi telah diteliti oleh Sihombing. Pada penelitian tersebut berdasarkan status ekonomi responden diketahui bahwa status ekonomi tinggi terlihat relatif berisiko hipertensi dibandingkan dengan status ekonomi rendah (OR=1,05; 95% CI, 1,01-1,09) (Sihombing, 2010). Namun saat ini Hipertensi bersama dengan penyakit kardiovaskuler lainnya banyak berkembang di masyarakat miskin dengan sosial ekonomi rendah. Prevalensi Hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik (Riskesdas, 2013). Prevalensi Hipertensi pada masyarakat miskin dan sangat miskin sebesar 68,5 %. Ditemukannya hubungan yang bermakna antara status ekonomi, dengan kejadian Hipertensi (Lely, 2009). Hasil Risbinakes di Aceh menunjukkan sebanyak 166 responden penduduk miskin yang terdapat di Desa Ceurih, Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh diperoleh data responden yang menderita hipertensi yaitu 43 orang (25,90%). Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan Hipertensi, hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya nilai RR 5,6 P= 0,090; 95% CI 0, 76-41,0 (Risbinakes, 2012). Gizi kurang (undenutrition) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat miskin yang paling penting, yang mempengaruhi lebih dari 900 juta orang di seluruh dunia. Gizi kurang menyebabkan tingkat kematian tinggi pada anak-anak karena mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap penyakit, gizi kurang juga meningkatkan kerentanan terhadap Hipertensi, yang ditandai dengan perubahan fungsi sistem saraf otonom yang telah terbukti pada hewan percobaan yang mengalami gizi kurang (Vinicius J. B. Martins, 2011). Prevalensi Hipertensi yang tinggi telah ditemukan pada anak-anak, remaja dan orang dewasa dengan gizi kurang. Studi yang dilakukan oleh Fernandes tahun 2003 yang menyelidiki tekanan arteri dalam sampel acak dari penduduk kawasan kumuh remaja gizi 3

13 kurang dengan stunting (10-16 y, n = 56) menunjukkan persentase tinggi dari individu-individu untuk menderita Hipertensi dengan tekanan arteri di atas 90 dan 95. Sembilan belas persen dari anak laki-laki dan 23% dari anak-anak mempunyai tekanan darah diastolik > 95. Dengan kata lain, gizi kurang berisiko Hipertensi. Mengingat kelompok pasien secara keseluruhan, prevalensi diastolik hipertensi arteri adalah 21% (95% Confidence interval 10% -32%) (Fernandes, 2003). Kecamatan Sukarame merupakan salah satu Kecamatan dengan kasus balita gizi kurang yang cukup tinggi. Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame tahun 2011, jumlah kasus gizi buruk dan kurang di Kecamatan Sukarame berdasarkan indeks BB/TB sebesar 2,24%, dengan prevalensi gizi buruk sebesar 1,02% dan gizi kurang sebesar 1,22%. Jika dibandingkan dengan data yang diperoleh (Januari Agustus 2012), prevalensi gizi buruk dan kurang mengalami peningkatan sebesar 5.41%. Tingginya kasus balita gizi kurang berisiko menderita Hipertensi di kemudian hari (Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame, 2016). Hasil analisis mendapatkan faktor umur mempunyai risiko terhadap Hipertensi. Semakin meningkat umur responden semakin tinggi risiko hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lainnya yaitu, penelitian Zamhir Setiawan tahun 2006), yang menemukan bahwa prevalensi hipertensi makin meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada umur tahun sebesar 51% dan pada umur >65 Tahun sebesar 65%. Penelitian Hasurungan tahun 2002 pada lansia menemukan bahwa dibanding umur tahun, pada umur tahun terjadi peningkatan risiko Hipertesi sebesar 2,18 kali, umur tahun 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali. Tingginya Hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik (Hasurungan, 2002). Jumlah Kasus Hipertensi di Kecamatan Sukarame pada tahun 2016 berdasarkan diagnosis petugas Puskesmas adalah 5541 kasus (13,37%). Hal ini berarti melebihi angka rata rata penderita Hipertensi yang didapatkan di sarana 4

14 pelayanan Kesehatan secara Nasional (9,4%) (Riskesdas 2013). Sebagian besar kasus Hipertensi di Kecamatan Sukarame yang ditemukan tahun 2016 adalah kasus baru (baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi) yang berjumlah 2796 (50.46%) dari total kasus Hipertensi. Hal ini menunjukkan tingginya penambahan jumlah penderita baru/ orang yang baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi di Kecamatan Sukarame. Seperti yang diketahui hipertensi merupakan silent killer, sehingga kemungkinan besar terdapat masyarakat yang sebenarnya menderita hipertensi akan tetapi tidak berkunjung ke puskesmas karena belum mengalami keluhan. Jumlah kasus Hipertensi yang sesungguhnya di masyarakat kemungkinan lebih tinggi dibandingkan dengan yang didiagnosis oleh Puskesmas Sukarame (Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame tahun 2016). Mengingat tingginya angka kejadian Hipertensi yang ditemukan di sarana pelayanan kesehatan dan tingginya kasus hipertensi terutama pada wanita yang belum terjangkau pelayanan kesehatan maka perlu lebih memprioritaskan program pencegahan dan penanggulangan Hipertensi di masyarakat terutama pada wanita yang belum memasuki masa usia lanjut/ lansia (<60 tahun) di Kecamatan Sukarame. Kegiatan ini merupakan model pembinaan bagi ibu ibu yang belum berusia 60 tahun (lansia) untuk menambah wawasan dan pemaham an wanita tentang penyakit Hipertensi. Kegiatan ini akan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pencegahan penyakit Hipertensi. Pelaksanaan kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) dilakukan bekerja sama dengan 2 (dua) posyandu di Kecamatan Suk arame yaitu Posyandu Edelwess dan Posyandu Dahlia. Hasil pertemuan dan diskusi dengan mitra disepakati upaya pencegahan penyakit Hipertensi akan dilakukan dengan strategi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi yang bertujuan untuk (1) meningkatkan pemahaman ibu ibu tentang penyakit Hipertensi (2) Meningkatkan kemampuan ibu ibu dalam mencegah penyakit Hipertensi (3) Peningkatan keterlibatan perguruan tinggi dalam menyusun buku saku dan leaflet tentang pencegahan Hipertensi. 5

15 1.2 Permasalahan Mitra dan Solusi Jumlah Kasus Hipertensi yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan di Kecamatan Sukarame pada tahun 2016 sebesar 13,37%. Hal ini berarti melebihi angka rata rata penderita Hipertensi yang didapatkan di sarana pelayanan Kesehatan secara Nasional (9,4%) (Riskesd as 2013). Penderita baru (kasus baru Hipertensi berjumlah 2796 (50.46%) dari total kasus Hipertensi. Hal ini menunjukkan tingginya penambahan jumlah penderita baru/ orang yang baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi di Kecamatan Sukarame. Mengingat kasus Hipertensi lebih banyak didapatkan pada wanita dan tingginya kasus Hipertensi pada lansia, maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan masayarakat peduli Hipertensi pada ibu-ibu yang belum memasuki masa lansia (<60 tahun) agar dapat melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit Hipertensi. a. Permasalahan Mitra ( Posyandu Edelwais) dan solusi yang disepakati No. Permasalahan Akar masalah Solusi yang disepakati 1. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan penyakit Hipertensi Pengetahuan tentang pengertian, faktor risiko dan upaya pencegahan Hipertensi masih Pemberian materi tentang faktor risiko dan pencegahan penyakit Hipertensi 2. Kurangnya sumber informasi tentang pencegahan Hipertensi kurang Tidak tersedianya informasi praktis tentang bahaya Hipertensi dan upaya pencegahannya Pembuatan leaflet tentang bahaya Hipertensi dan upaya pencegahan Hipertensi Pembuatan buku saku tentang bahaya dan pencegahan Hipertensi 6

16 b. Permasalahan Mitra ( Posyandu Dahlia) dan solusi yang disepakati No. Permasalahan Akar masalah Solusi yang disepakati 1. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan penyakit Hipertensi Pengetahuan tentang pengertian, faktor risiko dan upaya pencegahan Hipertensi masih Pemberian materi tentang faktor risiko dan pencegahan penyakit Hipertensi 2. Kurangnya sumber informasi tentang pencegahan Hipertensi kurang Tidak tersedianya informasi praktis tentang bahaya Hipertensi dan upaya pencegahannya. Pembuatan leaflet tentang tentang Hipertensi dan Faktor risikonya. Pembuatan buku saku tentang Bahaya dan Pencegahan Penyakit Hipertensi 7

17 BAB II TARGET DAN LUARAN 1. Target yang diharapkan dapat tercapai pada pelaksanaan program ITGbM a. Mitra menyadari bahaya penyakit Hipertensi b. Mitra mampu memahami Faktor Risiko penyakit Hipertensi c. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya dan pencegahan Hipertensi 2. Luaran dari produk ITGbM ini adalah: a. Leaflet tentang tentang Hipertensi dan Faktor risikonya b. Buku saku pelatihan tentang Hipertensi dan Faktor risikonya Tabel 2.1 Rencana Target Capaian Luaran No. Jenis Luaran Indikator Capaian 1. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang Peningkatan skor penyakit Hipertensi pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan 2. Laporan kegiatan pengabdian kepada Tersusun laporan masayarakat kegiatan 100% 3. Leaflet Dihasilkan leaflet tentang Hipertensi dan Faktor risikonya 4. Buku saku pelatihan Hipertensi Dihasilkan buku saku pelatihan tentang Bahaya dan Pencegahan Penyakit Hipertensi 8

18 BAB III METODE PELAKSANAAN Jumlah Kasus Hipertensi yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan di Kecamatan Sukarame pada tahun 2016 sebesar 13,37%. Hal ini berarti melebihi angka rata rata penderita Hipertensi yang didapatkan di sarana pelayanan Kesehatan secara Nasional (9,4%) (Riskesdas 2013). Penderita baru (kasus baru Hipertensi berjumlah 2796 (50.46%) dari total kasus Hipertensi. Hal ini menunjukkan tingginya penambahan jumlah penderita baru/ orang yang baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi di Kecamatan Sukarame. Pelaksanaan kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) dilakukan bekerja sama dengan 2 (dua) posyandu di Kecamatan Sukarame yaitu Posyandu Edelwess dan Posyandu Dahlia. Hasil pertemuan dan diskusi dengan mitra disepakati upaya pencegahan penyakit Hipertensi akan dilakukan dengan strategi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi. Sasaran kegiatan ini adalah ibuibu yang belum berusia 60 tahun dengan harapan dapat melakukan upaya pencegahan penyakit Hipertensi sebelum lansia, A. Langkah Langkah Kegiatan pelatihan ini akan diadakan di Kecamatan Sukarame meliputi langkah-langkah sebagai berikut : Langkah 1 : Penyusunan materi dan leaflet dan buku saku pelatihan Tujuan : menyediakan materi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi Materi pelatihan yang disusun meliputi : 1. Buku Saku Bahaya dan Pencegahan Penyakit Hipertensi 2. Leaflet tentang Hipertensi dan Faktor risikonya Langkah 2 : Pelatihan masyarakat peduli Hipertensi Tujuan : meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya, faktor risiko dan upaya pencegahan penyakit Hipertensi 9

19 Materi yang diberikan berupa pencegahan penyakit Hipertensi meliputi: 1. Pengertian Hipertensi 2. Perlunya pengawasan terhadap tekanan darah 3. Pencegahan Hipertensi Langkah 3 : Evaluasi hasil pelatihan Tujuan : 1. Menilai atau mengevaluasi pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Hipertensi 2. Melakukan upaya perbaikan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Hipertensi Evaluasi dilakukan dengan membandingkan skor jawaban soal pre test dan post test kemudian dianalisis secara statistik. 10

20 B. Alur Metode Pelaksanaan Alur Metode Pelaksanaan kegiatan pelatihan masyarakat peduli Hipertensi adalah sebagai berikut : Awal : Group Empowerment Mengidentifikasi pengetahuan masyarakat melalui pre test Pembuatan materi pegangan sasaran yang meliputi : 1. Buku saku Bahaya dan Pencegahan Penyakit Hipertensi 2. Leaflet tentang Hipertensi dan Faktor risikonya Pelatihan Masyarakat Peduli Hipertensi Metode Penyampaian materi : ceramah, tanya jawab, diskusi, ukur tensi Pembentukan Masyarakat Peduli Hipertensi Membuat komitmen Kesediaan Menjadi Masyarakat Peduli Hipertensi Tim akan memantau dan menilai pengetahuan sasaran mengenai penyakit Hipertensi melalui post test Evaluasi program : Menilai pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah pelatihan Gambar 1 Alur Metode Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Masyarakat Peduli Hipertensi C. Rencana kegiatan Rencana kegiatan yang akan dilakukan dijabarkan dalam tabel berikut ini : Tabel 1 Rencana Kegiatan Pelatihan Masyarakat Peduli Hipertensi No Uraian Kegiatan Partisipasi Mitra Luaran yang diharapkan 1. Penentuan peserta Menyiapkan daftar Memperoleh peserta yang nama nama sesuai masyarakat yang akan dilatih 2. Penyusunan materi Mengikuti pelatihan Tersusun materi pelatihan pelatihan masyarakat peduli Buku saku Leaflet Materi Pelatihan Hipertensi 11

21 3. Group Empowerment Mengidentifikasi pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Hipertensi 4. Pembentukan masyarakat Peduli Hipertensi 5. Pelatihan masyarakat peduli Hipertensi 6. Evaluasi program : Evaluasi dilakukan di akhir program untuk mengetahui pengetahuan peserta tentang cara pencegahan penyakit Hipertensi. Peserta pelatihan mengisi lembar pre test. Peserta diminta menceritakan pengetahuannya tentang penyakit Hipertensi Peserta menyimak materi yang disampaikan, diskusi dan tanya jawab dengan pemateri serta berkomitmen menjadi masyarakt peduli Hipertensi Peserta menyimak pelatihan dan memahami kegiatan kader peduli Hipertensi Peserta menunjukkan peningkatan pengetahuan pencegahan penyakit Hipertensi Tim mendapatkan informasi dasar mengenai pengetahuan peserta tentang penyakit Hipertensi Terbentuk masyarakat peduli Hipertensi Peserta mengetahui cara melakukan awareness penyakit Hipertensi anggota keluarga dan masyarakat Peserta mengetahui cara pencegahan penyakit Hipertensi 12

22 BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI A. Pengabdian Masyarakat yang dilakukan oleh pengusul Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan oleh pengusul baik melalui LPPM atau kerjasama dengan intansi lain dalam 5 tahun terakhir adalah : Tabel 2. PPM Unit Kerja FIK Universitas Siliwangi No Tim PPM Judul PPM Sumber dana 1. FIK UNSIL Pendampingan dan sosialisasi cara kerja yang aman dan sehat pekerja sektor informal meubel 2. FIK UNSIL Pengembangan komunitas remaja siaga kesehatan (RESIK) dalam penanggulangan masalah HIV AIDS Napza dan kesehatan reproduksi pada remaja SMA se Kota Tasikmalaya 3. FIK UNSIL dan Dinkes Kota Tasikmalaya 4. FIK UNSIL dan dinkes Kota Tasikmalaya 5. Bapeda Kota Tasikmalaya 6. Nur Lina dan Siti Novianti 7. Asep Suryana dan Nur Lina Pelatihan juru pemantau jentik guru SD se kota Tasikmalaya Pelatihan juru pemantau jentik guru SMP se kota Tasikmalaya TIM EHRA kota Tasikmalaya Awareness Penyakit Asam Urat Pelatihan Jumantik Cilik dalam Pemberantasan Demam Berdarah Tahun Lokasi PPM UNSIL 2012 Pengrajin meubel di Kota Tasikmalaya UNSIL 2013 SMA se kota Tasikmalaya Dinkes Kota Tasikmalaya Dinkes Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya LP2M dan PMP UNSIL LP2M dan PMP UNSIL 2013 SD se Kota Tasikmalaya 2014 SMP se Kota Tasikmalaya 2015 Kota Tasikmalaya 2015 Kelurahan Setiawargi 2016 SDN Cilolohan dan II I 13

23 B. Kepakaran Tim Pelaksana Tim pelaksana kegiatan pengabdian adalah dosen pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi. Jenjang pendidikan yang dimiliki tim pelaksana adalah S2 pada bidang kesehatan Masyarakat, sehingga tim pelaksana mempunyai kemampuan yang tepat terkait dengan bidang pengabdian yang akan dilaksanakan. Tim pelaksana mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam menyampaikan materi pada suatu kegiatan, baik berupa ceramah, pembuatan leaflet dan buku saku pelatihan. Beberapa kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat telah dilakukan oleh pelaksana. Pelatihan masyarakat peduli Hipertensi bukan hal baru bagi peneliti karena merupakan fokus penelitian pengusul dan merupakan bagian dari materi yang diajarkan dalam mata kuliah Pemberantasan Penyakit Tidak Menular yang diampu oleh pengusul. Kepakaran tim pelaksana kegiatan : 1. Nur Lina, SKM, M.Kes adalah staf pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Mengampu mata kuliah Epidemiologi penyakit tidak menular serta memiliki bidang keahlian epidemiologi. Peran dalam kegiatan ini adalam sebagai pemberi materi, penyusun leaflet dan buku saku. 2. Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes adalah staff pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi. Memiliki bidang keahlian bidang Biologi dan Mikrobiologi, mengajar mata kuliah Mikrobiologi, Parasitologi dan Hygiene dan Sanitasi Makanan. Peran dalam Kegiatan ini adalah mengkoordinir seluruh kegiatan pelatihan bersama dengan ketua pengurus Posyandu Dahlia Kp. Muara dan Ketua Pengurus Posyandu Edelwais di Desa Setiawargi Kecamatan Tamansari, dan membantu pemberian materi pelatihan penyakit Hipertensi. 3. Tim pelaksana dibantu oleh 2 orang mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat. Tugas mahasiswa menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan Masyarakat peduli Hipertensi. Peran dalam kegiatan ini adalah mengkoordinir seluruh kegiatan pelatihan bersama sama dengan kader Posyandu. 14

24 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI A. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa pelatihan masyarakat peduli Hipertensi dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Melakukan survei awal untuk menentukan lokasi pengabdian masyarakat. Melakukan koordinasi dengan koordinator posyandu Dahlia yaitu Ibu Ecin dan Koordinator Posyandu Edelwais yaitu ibu Dharmayanti untuk menentukan kapan dilaksanakan kegiatan pelatihan masyarakat peduli Hipertensi dengan sasaran ibu-ibu. Saat ditawarkan untuk kegiatan pelatihan masyarakat peduli Hipertensi kader Posyandu Dahlia menginginkan agar acara pelatihan masyarakat peduli Hipertensi dilakukan diluar jadwal posyandu supaya ibu-ibu lebih fokus untuk mendengarkan materi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi. Setelah berkoordinasi dengan koordinator posyandu Dahlia dan Edelwais maka pelatihan masyarakat peduli Hipertensi dilakukan tanggal 22 Juli 2017 di Posyandu Dahlia dan pada tanggal 23 Juli dilakukan pelatihan Hipertensi di wilayah posyandu Edelwais. Penyuluhan dilakukan hari Sabtu jam 9.00 s.d jam di Posyandu Dahlia. Karakteristik Responden. B. Gambaran Pengetahuan Masyarakat sebelum pelatihan (Pretes) 1. Definisi Hipertensi Hanya 33,3% peserta pelatihan yang mengetahui bahwa definisi Hipertensi adalah jika tekanan darah Sistolik lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90 mmhg. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Definisi Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Definisi Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 15

25 2. Faktor Risiko Hipertensi Sebanyak 55.6% responden tidak mengetahui faktor risiko Hipertensi yang dapat diubah. Yang mengetahui faktor risiko yang dapat diubah 44,4 % dengan jawaban gemuk/obesitas. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Faktor Risiko Hipertensi yang dapat Diubah pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Faktor Risiko Dapat Diubah F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % Sebanyak kecil (25.4%) res ponden tidak mengetahui faktor risiko Hipertensi yang tidak dapat diubah. Yang mengetahui faktor risiko yang tidak dapat diubah 74,4 % dengan jawaban umur. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak dapat Diubah pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Faktor Risiko Tidak Dapat Diubah F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 16

26 3. Gejala Hipertensi Sebanyak 57.1% responden tidak mengetahui gejala Hipertensi. Responden yang menjawab tahu menyebutkan gejala adalah mudah lelah, dan kaku di daerah tengkuk. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Gejala Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Gejala Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 4. Komplikasi Hipertensi Sebanyak 63.5% responden mengetahui bahwa komplikasi Hipertensi adalah stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung sedangkan 36.5 responden tidak mengatahui komplikasi Hipertensi. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Komplikasi Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Komplikasi Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 5. Pencegahan Hipertensi Sebanyak 50,8 % peserta pelatihan tidak mengetahui cara pencegahan Hipertensi sedangkan 49,2% responden mengetahui bahwa cara pencegahan Hipertensi antara lain OR teratur dan munum obat teratur Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Pencegahan Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Pencegahan Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 17

27 6. Tindakan jika Hipertensi Sebanyak 77.8 % peserta pelatihan tidak mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika Hipertensi. Sedangkan responden yang mengetahui (22,2%) menjawab tindakan yang dilakukan jika Hipertensi adalah pergi ke dokter. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Tindakan Jika Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Tindakan Jika Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 7. Kontrasepsi yang mempunyai meningkatkan risiko Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan tidak mengetahui bahwa kontrasepsi hormonal seperti suntik dapat meningkatkan risiko terkena Hipertensi (81%) hanya sebagian kecil (19%) yang mengetahui bahwa KB suntik dapat meningkatkan risiko terjadinya Hipertensi. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Kontrasepsi Berisiko Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Kontrasepsi Berisiko Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 8. Keteraturan berobat Jika Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan tidak mengetahu bahwa orang yang menderita Hipertensi harus berobat teratur seumur Hidup 98.4%. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Kontrasepsi Berisiko Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Kontrasepsi Berisiko Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 18

28 9. Makanan yang Harus Dihindari pada penderita Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan mengetahui bahwa makanan yang harus dihindari untuk penderita Hipertensi adalah makanan yang asin asin. Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Makanan Yang Harus Dihindari pada Penderita Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Makanan Yang Harus dihindari pada F % Penderita Hipertensi Tidak Tahu Tahu Jumlah % C. Gambaran Pengetahuan Masyarakat sesudah pelatihan (Postes) 1. Definisi Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan mengetahui bahwa definisi Hipertensi adalah jika tekanan darah Sistolik lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90 mmhg (87.3%). Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Definisi Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Definisi Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 19

29 2. Faktor Risiko Hipertensi Sebanyak 65.1% responden mengetahui faktor risiko Hipertensi yang dapat diubah. Yang tidak mengetahui faktor risiko yang dapat diubah 34,9 % dengan jawaban gemuk/obesitas. Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Faktor Risiko Hipertensi yang dapat Diubah pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Faktor Risiko Dapat Diubah F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % Sebanyak kecil ( 17.5%) responden tidak mengetahui faktor risiko Hipertensi yang tidak dapat diubah. Yang mengetahui faktor risiko yang tidak dapat diubah 82.5 % dengan jawaban umur. Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak dapat Diubah pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Faktor Risiko Tidak Dapat Diubah F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 20

30 3. Gejala Hipertensi Sebanyak 53.5% responden mengetahui gejala Hipertensi. Responden yang menjawab tahu menyebutkan gejala adalah mudah lelah, dan kaku di daerah tengkuk. Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Gejala Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Gejala Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 4. Komplikasi Hipertensi Sebanyak 76.5% responden mengetahui bahwa komplikasi Hipertensi adalah stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung sedangkan 23.8 responden tidak mengatahui komplikasi Hipertensi. Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Komplikasi Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Komplikasi Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 5. Pencegahan Hipertensi Sebanyak 66.7 % peserta pelatihan tidak mengetahui cara pencegahan Hipertensi sedangkan 33.3% responden mengetahui bahwa cara pencegahan Hipertensi antara lain OR teratur dan munum obat teratur Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Pencegahan Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Pencegahan Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 21

31 6. Tindakan jika Hipertensi Sebanyak 55.6 % peserta pelatihan mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika Hipertensi. Sedangkan responden yang tidak mengetahui ( 44.4%) menjawab tindakan yang dilakukan jika Hipertensi adalah pergi ke dokter. Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Tindakan Jika Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Tindakan Jika Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 7. Kontrasepsi yang mempunyai meningkatkan risiko Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan mengetahui bahwa kontrasepsi hormonal seperti suntik dapat meningkatkan risiko terkena Hipertensi ( 69.8%) sebagian kecil ( 30.2%) yang mengetahui bahwa KB suntik dapat meningkatkan risiko terjadinya Hipertensi. Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Kontrasepsi Berisiko Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Kontrasepsi Berisiko Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 8. Keteraturan berobat Jika Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan mengetahu bahwa orang yang menderita Hipertensi harus berobat teratur seumur Hidup 76.2 Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Jawaban Postes Keteraturan Berobat Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Keteraturan Berobat Hipertensi F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % 22

32 9. Makanan yang Harus Dihindari pada penderita Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan mengetahui bahwa makanan yang harus dihindari untuk penderita Hipertensi adalah makanan yang asin asin (95.2). Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Makanan Yang Harus Dihindari pada Penderita Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Makanan Yang Harus dihindari pada F % Penderita Hipertensi Tidak Tahu Tahu Jumlah % D. Gambaran Pengetahuan sebelum dan sesudah Pelatihan Nilai Rata rata sebelum pelatihan adalah 41.6 sedangkan nilai rata rata sesudah pelatihan adalah Tabel 5.21 Data Statistik Pretes dan postes Statistics nilai_pre nilai_post Valid N Missing 0 0 Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum

33 BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Perlu dilakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan pelatihan masyarakat peduli Hipertensi BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Jumlah masyarakat yang telah mendapat pelatihan peduli Hipertensi sebanyak 63 orang. 2. Rata-rata nilai Pre test peserta pelatihan , nilai rata-rata post test Terdapat kenaikan nilai rata-rata post test sebesar B. Saran 1. Perlu dilakukan evaluasi hasil pelatihan 2. Perlu refresing pelatihan agar kegiatan masyarakat peduli Hipertensi tetap dilakukan 24

34 DAFTAR PUSTAKA Calderone, Multicentre randomised placebo-controlled trial of oral anticoagulation with apixaban in systemic sclerosis-related pulmonary arterial hypertension: the SPHInX study protocol. BMJ, open journal, 2016 Dec 8;6(12):e doi: /bmjopen PMID: , PMCID: PMC , DOI: /bmjopen Chataut J, Adhikari RK, Sinha NP, 2011, Prevalence and Risk Factor for Hypertension in Adults Living in Central Development, Region in Nepal. Kathmandu University Medical Journal. 2011;9(1):13-18 Fernandes MTB, Sesso R, Martins PA, Sawaya AL. Increased blood pressure in adolescents of socioeconomic status with short stature. Pediatr. Nephrol. 2003;18: [PubMed] Hasurungan, JA. Faktor-faktor yang erhubungan dengan Hipertensi pada lansia di Kota Depok tahun 2002 [Tesis]. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2002 Kemenkes RI, 2014, Infodatin Hipertensi, Pusat data dan Informasi Lannywati Ghani, 2016, Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 1, Maret 2016 : Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame 2016 Lely Indrawati, 2009, Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsimakanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hipertensi Di Indonesia, Media Penelit. Dan Pengembang. Kesehat. Volume Xix Nomor 4 Tahun Morales-Asencio JM, 2013, Educational Inequalities And Cardiovascular Risk Factors. A Cross-Sectional Population-Based Study In Southern Spain. Public Health Nurs May;30(3): doi: /phn Epub 2012 Oct 11. Ravenni, R, Jabre JF, Casiglia E, Mazza A. Primary stroke prevention and hypertension treatment: which is the first-line strategy. Neurol Int. 2011;5;3(2): e12. doi: /ni.2011.e12. Epub 2011 Sep 29 Risbinakes (Riset Pembinaan Kesehatan (Risbinkes) Dan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI) Tahun 2012 Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2013, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI 25

35 Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai factor resiko hipertensi studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program Studi Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; Shiekh Mohammed Shariful Islam, 2015, Prevalence of risk factors for hypertension: A cross-sectional study in an urban area of Bangladesh Glob Cardiol Sci Pract. 2015; 2015(4): 43. Published online 2015 Nov 20. doi: /gcsp , PMCID: PMC Sihombing 2010, Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia, Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 9, September 2010 Singh A, Shenoy S, Sandhu JS. Prevalence of Hypertension and its Risk Factor among Urban Sikh Population of Amritsar. IJSR. 2014;3(3): Vinicius J. B. Martins, 1,*, Long-Lasting Effects of Undernutrition, International Journals of Environmentals Risearch and Public Helath, 2011 Jun; 8(6): Published online 2011 May 26. doi: /ijerph Vinicius J. B. Martins,1,2011, Long-Lasting Effects of Undernutrition, International Journals of Environmentals Risearch and Public Helath, 2011 Jun; 8(6): Published online 2011 May 26. doi: /ijerph

36 MODEL PEMBINAAN MASYARAKAT PEDULI HIPERTENSI Oleh : Nur Lina 1, Dian Saraswati 2 1,2 Staf Pengajar Prodi Kesehatan Masyarakat FIK Unsil ABSTRAK Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke. Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) sebesar 25,8%. Sebagian besar kasus Hipertensi di Kecamatan Sukarame yang ditemukan tahun 2016 adalah kasus baru (baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi) yang berjumlah 2796 (50.46%) dari total kasus Hipertensi. Hal ini menunjukkan tingginya penambahan jumlah penderita baru/ orang yang baru pertama kali didiagnosis Hipertensi di Kecamatan Sukarame. Kegiatan ini merupakan model pembinaan bagi ibu ibu yang belum berusia 60 tahun (lansia) untuk menambah wawasan dan pemahaman wanita tentang penyakit Hipertensi. Kegiatan ini akan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pencegahan penyakit Hipertensi. Pelaksanaan kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) dilakuk an bekerja sama dengan 2 (dua) posyandu di Kecamatan Sukarame yaitu Posyandu Edelwais dan Posyandu Dahlia. Hasil pertemuan dan diskusi dengan mitra disepakati upaya pencegahan penyakit Hipertensi akan dilakukan dengan strategi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi yang bertujuan untuk (1) meningkatkan pemahaman ibu ibu tentang penyakit Hipertensi (2) Meningkatkan kemampuan ibu ibu dalam mencegah penyakit Hipertensi (3) Peningkatan keterlibatan perguruan tinggi dalam menyusun buku saku dan leaflet tentang bahaya dan pencegahan Hipertensi. Jumlah masyarakat yang telah mendapat pelatihan peduli Hipertensi sebanyak 63 orang. Rata-rata nilai Pre test peserta pelatihan 41.6, nilai rata-rata post test Kata Kunci: Masyarakat, peduli, Hipertensi Latar Belakang Sampai saat ini, Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak didete ksi secara dini dan mendapat

37 pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, pusing (vertigo), jantung berdebar -debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan. Diperkirakan, jumlah penderita hipertensi di dunia, akan meningkat dari 972 juta di tahun 2000 menjadi 1,56 miliar di Dengan kata lain, prevalensi Hipertensi dunia melonjak hingga 60 persen dalam 25 tahun. Prevalensi hipertensi Menurut catatan World Health Organization (WHO) tahun 2011 sebesar 1 milyar orang di dunia. Dua per-tiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang salah satunya negara Indonesia. WHO juga memperkirakan Prevalensi hipertensi akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% (orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi). Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) sebesar 25,8%. Prevalensi Hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang memiliki fenomena gunung es, yaitu angka kesakitan (morbiditas) yang tidak diketahui lebih banyak dibandingkan dengan angka morbiditas yang diketahui oleh pusat pelayanan kesehatan (Singh, 2014). Terdapat 13 provinsi di Indonesia dengan prevalensi penderita Hipertensi melebihi angka nasional, salah satunya adalah Jawa Barat (29,4%). Sebagian besar kasus hipertensi tidak terkontrol ditemukan pada masyarakat dengan umur lebih dari 60 tahun (Chataut, 2012). Berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Saat ini Hipertensi bersama dengan penyakit kardiovaskuler lainnya banyak berkembang di masyarakat miskin dengan sosial ekonomi rendah. Prevalensi Hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik (Riskesdas, 2013). Prevalensi Hipertensi pada masyarakat miskin dan sangat miskin sebesar 68,5 %. Ditemukannya hubungan yang bermakna antara status ekonomi, dengan kejadian Hipertensi (Lely, 2009). Gizi kurang (undenutrition) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat miskin yang paling penting, yang mempengaruhi lebih dari 900 juta orang di seluruh dunia. Gizi kurang menyebabkan tingkat kematian tinggi pada anak-anak karena mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap penyakit, gizi kurang juga meningkatkan kerentanan

38 terhadap Hipertensi, yang ditandai dengan perubahan fungsi sistem saraf otonom yang telah terbukti pada hewan percobaan yang mengalami gizi kurang (Vinicius J. B. Martins, 2011). Kecamatan Sukarame merupakan salah satu Kecamatan dengan kasus balita gizi kurang yang cukup tinggi. Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame tahun 2011, jumlah kasus gizi buruk dan kurang di Kecamatan Sukarame berdasarkan indeks BB/TB sebesar 2,24%, dengan prevalensi gizi buruk sebesar 1,02% dan gizi kurang sebesar 1,22%. Jika dibandingkan dengan data yang diperoleh (Januari Agustus 2012), prevalensi gizi buruk dan kurang mengalami peningkatan sebesar 5.41%. Tingginya kasus balita gizi kurang berisiko menderita Hipertensi di kemudian hari (Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame, 2016). Hasil analisis mendapatkan faktor umur mempunyai risiko terhadap Hipertensi. Semakin meningkat umur responden semakin tinggi risiko hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lainnya yaitu, penelitian Zamhir Setiawan tahun 2006), yang menemukan bahwa prevalensi hipertensi makin meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada umur tahun sebesar 51% dan pada umur >65 Tahun sebesar 65%. Penelitian Hasurungan tahun 2002 pada lansia menemukan bahwa dibanding umur tahun, pada umur tahun terjadi peningkatan risiko Hipertesi sebesar 2,18 kali, umur tahun 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali. Tingginya Hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik (Hasurungan, 2002). Jumlah Kasus Hipertensi di Kecamatan Sukarame pada tahun 2016 berdasarkan diagnosis petugas Puskesmas adalah 5541 kasus (13,37%). Hal ini berarti melebihi angka rata rata penderita Hipertensi yang didapatkan di sarana pelayanan Kesehatan secara Nasional (9,4%) (Riskesdas 2013). Sebagian besar kasus Hipertensi di Kecamatan Sukarame yang ditemukan tahun 2016 adalah kasus baru (baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi) yang berjumlah 2796 (50.46%) dari total kasus Hipertensi. Hal ini menunjukkan tingginya penambahan jumlah penderita baru/ orang yang baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi di Kecamatan Sukarame. (Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame tahun 2016). Mengingat tingginya angka kejadian Hipertensi yang ditemukan di sarana pelayanan kesehatan dan tingginya kasus hipertensi terutama pada wanita yang belum terjangkau pelayanan kesehatan maka perlu lebih memprioritaskan program pencegahan dan penanggulangan Hipertensi di masyarakat terutama pada wanita yang belum memasuki masa usia lanjut/ lansia (<60 tahun) di Kecamatan Sukarame. Kegiatan ini merupakan model pembinaan bagi ibu ibu yang belum berusia 60 tahun (lansia) untuk menambah wawasan dan

39 pemahaman wanita tentang penyakit Hipertensi. Kegiatan ini akan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pencegahan penyakit Hipertensi. Pelaksanaan kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) dilakukan bekerja sama dengan 2 (dua) posyan du di Kecamatan Sukarame yaitu Posyandu Edelwess dan Posyandu Dahlia. Hasil pertemuan dan diskusi dengan mitra disepakati upaya pencegahan penyakit Hipertensi akan dilakukan dengan strategi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi yang bertujuan untuk (1) meningkatkan pemahaman ibu ibu tentang penyakit Hipertensi (2) Meningkatkan kemampuan ibu ibu dalam mencegah penyakit Hipertensi (3) Peningkatan keterlibatan perguruan tinggi dalam menyusun buku saku dan leaflet tentang pencegahan Hipertensi. Permasalahan Mitra (Posyandu Dahlia dan Posyandu Edelwais) adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan penyakit Hipertensi serta kurangnya sumber informasi tentang pencegahan Hipertensi. Akar masalahnya adalah Pengetahuan tentang pengertian, faktor risiko dan upaya pencegahan Hipertensi masih kurang tidak tersedianya informasi praktis tentang bahaya Hipertensi dan upaya pencegahannya. Solusi yang disepakati Pemberian materi tentang faktor risiko dan pencegahan penyakit Hipertensi Pembuatan leaflet tentang bahaya Hipertensi dan upaya pencegahan Hipertensi pembuatan buku saku tentang bahaya dan pencegahan Hipertensi. Target yang diharapkan dapat tercapai pada pelaksanaan program ITGbM Mitra menyadari bahaya penyakit Hipertensi, Mitra mampu memahami Faktor Risiko penyakit Hipertensi. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya dan pencegahan Hipertensi Luaran dari produk ITGbM ini adalah: Leaflet tentang tentang Hipertensi dan Faktor risikonya Buku saku pelatihan tentang Hipertensi dan Faktor risikonya. METODE PELAKSANAAN Jumlah Kasus Hipertensi yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan di Kecamatan Sukarame pada tahun 2016 sebesar 13,37%. Hal ini berarti melebihi angka rata rata penderita Hipertensi yang didapatkan di sarana pelayanan Kesehatan secara Nasional (9,4%) (Riskesdas 2013). Penderita baru Hipertensi berjumlah 2796 (50.46%) dari total kasus Hipertensi. Hal ini menunjukkan tingginya penambahan jumlah penderita baru/ orang yang baru pertama kali didiagnosis menderita Hipertensi di Kecamatan Sukarame. Pelaksanaan kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) dilakukan bekerja sama dengan 2 (dua) posyandu di Kecamatan Sukarame yaitu Posyandu Edelwess dan Posyandu Dahlia. Hasil pertemuan dan diskusi dengan mitra disepakati upaya pencegahan

40 penyakit Hipertensi akan dilakukan dengan strategi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi. Sasaran kegiatan ini adalah ibu-ibu yang belum berusia 60 tahun dengan harapan dapat melakukan upaya pencegahan penyakit Hipertensi sebelum lansia, Kegiatan pelatihan ini akan diadakan di Kecamatan Sukarame meliputi langkahlangkah sebagai berikut : Langkah 1 : Penyusunan materi dan leaflet dan buku saku pelatihan Tujuan : menyediakan materi pelatihan masyarakat peduli Hipertensi. Materi pelatihan yang disusun meliputi :Buku Saku Bahaya dan Pencegahan Penyakit Hipertensi, Leaflet tentang Hipertensi dan Faktor risikonya. Langkah 2 : Pelatihan masyarakat peduli Hipertensi. Tujuan : meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya, faktor risiko dan upaya pencegahan penyakit Hipertensi. Materi yang diberikan berupa pencegahan penyakit Hipertensi meliputi: pengertian Hipertensi, perlunya pengawasan terhadap tekanan darah, pencegahan Hipertensi. Langkah 3 : Evaluasi hasil pelatihan, tujuan : menilai atau mengevaluasi pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Hipertensi, Melakukan upaya perbaikan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Hipertensi. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan skor jawaban soal pre test dan post test kemudian dianalisis secara statistik. HASIL YANG DICAPAI Setelah berkoordinasi dengan koordinator posyandu Dahlia dan Edelwais maka pelatihan masyarakat peduli Hipertensi dilakukan tanggal 22 Juli 2017 di Posyandu Dahlia dan pada tanggal 23 Juli dilakukan pelatihan Hipertensi di wilayah posyandu Edelwais. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Pelatihan 1. Definisi Hipertensi Hanya 33,3% peserta pelatihan yang mengetahui bahwa definisi Hipertensi adalah jika tekanan darah Sistolik lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90 mmhg. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes dan Postes Definisi Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Definisi Hipertensi Pretes Postes n % n % Tidak Tahu Tahu Jumlah Sebagian besar peserta pelatihan mengetahui bahwa definisi Hipertensi adalah jika tekanan darah Sistolik lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90 mmhg (87.3%).

41 2. Faktor Risiko Hipertensi Hasil Pretes menunjukkan sebanyak 55.6% responden tidak mengetahui faktor risiko Hipertensi yang dapat diubah. Yang mengetahui faktor risiko yang dapat diubah 44,4 % dengan jawaban gemuk/obesitas. Hasil postes menunjukkan sebanyak 65.1% responden mengetahui faktor risiko Hipertensi yang dapat diubah. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes dan Postes Faktor Risiko Hipertensi yang dapat Diubah pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Faktor Risiko Dapat Diubah Pretes Postes F % F % Tidak Tahu Tahu Jumlah Sebanyak kecil (25.4%) responden tidak mengetahui faktor risiko Hipertensi yang tidak dapat diubah. Yang mengetahui faktor risiko yang tidak dapat diubah 74,4 % adalah umur. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes dan postesfaktor Risiko Hipertensi yang Tidak dapat Diubah pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Faktor Risiko Tidak Dapat Diubah Pretes Postes F % F % Tidak Tahu Tahu Jumlah Gejala Hipertensi Hasil pretes sebanyak 57.1% responden tidak mengetahui gejala Hipertensi. Responden yang menjawab tahu menyebutkan gejala adalah mudah lelah, dan kaku di daerah tengkuk. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Postes Gejala Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Gejala Hipertensi Pretes Postes F % F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % %

42 Hasil postes sebanyak 53.5% responden mengetahui gejala Hipertensi. Responden yang menjawab tahu menyebutkan gejala adalah mudah lelah, dan kaku di daerah tengkuk. 4. Komplikasi Hipertensi Hasil Pretes sebanyak 63.5% responden mengetahui bahwa komplikasi Hipertensi adalah stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung sedangkan 36.5 responden tidak mengatahui komplikasi Hipertensi. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Postes Komplikasi Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Komplikasi Hipertensi Pretes Postes F % F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % % Sebanyak 76.5% responden mengetahui bahwa komplikasi Hipertensi adalah stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung sedangkan 23.8 responden tidak mengatahui komplikasi Hipertensi 5. Pencegahan Hipertensi Hasil pretes sebanyak 50,8 % peserta pelatihan tidak mengetahui cara pencegahan Hipertensi sedangkan 49,2% responden mengetahui bahwa cara pencegahan Hipertensi antara lain OR teratur dan munum obat teratur Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Postes Pencegahan Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Pencegahan Hipertensi Pretes Postes F % F % Tidak Tahu Tahu Jumlah Hasil postes sebanyak 66.7 % peserta pelatihan tidak mengetahui cara pencegahan Hipertensi sedangkan 33.3% responden mengetahui bahwa cara pencegahan Hipertensi antara lain OR teratur dan munum obat teratur

43 6. Tindakan jika Hipertensi Hasil pretes Sebanyak 77.8 % peserta pelatihan tidak mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika Hipertensi. Sedangkan responden yang mengetahui (22,2%) menjawab tindakan yang dilakukan jika Hipertensi adalah pergi ke dokter. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Postes Tindakan Jika Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Tindakan Jika Hipertensi F % F % Tidak Tahu Tahu Jumlah % % Sebanyak 55.6 % peserta pelatihan mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika Hipertensi. Sedangkan responden yang tidak mengetahui (44.4%) menjawab tindakan yang dilakukan jika Hipertensi adalah pergi ke dokter. 7. Kontrasepsi yang mempunyai meningkatkan risiko Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan tidak mengetahui bahwa kontrasepsi hormonal seperti suntik dapat meningkatkan risiko terkena Hipertensi (81%) hanya sebagian kecil (19%) yang mengetahui bahwa KB suntik dapat meningkatkan risiko terjadinya Hipertensi. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Postes Kontrasepsi Berisiko Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Kontrasepsi Berisiko F % F % Hipertensi Tidak Tahu Tahu Jumlah % % Hasil postes sebagian besar peserta pelatihan mengetahui bahwa kontrasepsi hormonal seperti suntik dapat meningkatkan risiko terkena Hipertensi (69.8%) sebagian kecil (30.2%) yang mengetahui bahwa KB suntik dapat meningkatkan risiko terjadinya Hipertensi. 8. Keteraturan berobat Jika Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan tidak mengetahu bahwa orang yang menderita Hipertensi harus berobat teratur seumur Hidup 98.4%.

44 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Kontrasepsi Berisiko Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Kontrasepsi Berisiko F % F % Hipertensi Tidak Tahu Tahu Jumlah % % Sebagian besar peserta pelatihan mengetahu bahwa orang yang menderita Hipertensi harus berobat teratur seumur Hidup Makanan yang Harus Dihindari pada penderita Hipertensi Sebagian besar peserta pelatihan mengetahui bahwa makanan yang harus dihindari untuk penderita Hipertensi adalah makanan yang asin asin. Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Pretes Postes Makanan Yang Harus Dihindari pada Penderita Hipertensi pada Ibu Ibu di Posyandu Dahlia dan Edelwais Desa Sukarame Tahun 2017 Makanan Yang Harus F % F % dihindari pada Penderita Hipertensi Tidak Tahu Tahu Jumlah % % Sebagian besar peserta pelatihan mengetahui bahwa makanan yang harus dihindari untuk penderita Hipertensi adalah makanan yang asin asin (95.2). A. Nilai Rata-Rata Pengetahuan sebelum dan sesudah Pelatihan Nilai Rata rata sebelum pelatihan adalah 41.6 sedangkan nilai rata rata sesudah pelatihan adalah Penutup Jumlah masyarakat yang telah mendapat pelatihan peduli Hipertensi sebanyak 63 orang, Ratarata nilai Pre test peserta pelatihan , nilai rata-rata post test Terdapat kenaikan nilai rata-rata post test sebesar Perlu dilakukan evaluasi hasil pelatihan. Perlu refresing pelatihan agar kegiatan masyarakat peduli Hipertensi tetap dilakukan.

45 DAFTAR PUSTAKA Chataut J, Adhikari RK, Sinha NP, 2011, Prevalence and Risk Factor for Hypertension in Adults Living in Central Development, Region in Nepal. Kathmandu University Medical Journal. 2011;9(1):13-18 Fernandes MTB, Sesso R, Martins PA, Sawaya AL. Increased blood pressure in adolescents of socioeconomic status with short stature. Pediatr. Nephrol. 2003;18: [PubMed] Hasurungan, JA. Faktor-faktor yang erhubungan dengan Hipertensi pada lansia di Kota Depok tahun 2002 [Tesis]. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2002 Kemenkes RI, 2014, Infodatin Hipertensi, Pusat data dan Informasi Lannywati Ghani, 2016, Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 1, Maret 2016 : Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame 2016 Lely Indrawati, 2009, Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsimakanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hipertensi Di Indonesia, Media Penelit. Dan Pengembang. Kesehat. Volume Xix Nomor 4 Tahun Morales-Asencio JM, 2013, Educational Inequalities And Cardiovascular Risk Factors. A Cross- Sectional Population-Based Study In Southern Spain. Public Health Nurs May;30(3): doi: /phn Epub 2012 Oct 11. Ravenni, R, Jabre JF, Casiglia E, Mazza A. Primary stroke prevention and hypertension treatment: which is the first-line strategy. Neurol Int. 2011;5;3(2): e12. doi: /ni.2011.e12. Epub 2011 Sep 29 Risbinakes (Riset Pembinaan Kesehatan (Risbinkes) Dan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI) Tahun 2012 Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2013, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai factor resiko hipertensi studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program Studi Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; Shiekh Mohammed Shariful Islam, 2015, Prevalence of risk factors for hypertension: A crosssectional study in an urban area of Bangladesh Glob Cardiol Sci Pract. 2015; 2015(4): 43. Published online 2015 Nov 20. doi: /gcsp , PMCID: PMC Sihombing 2010, Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia, Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 9, September 2010

46 BERITA ACARA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI Yang bertanda tangan di bawah ini: Nam a Jabatan Ala mat : Darmayanti : Ketua Posyandu Edelweis : Kampung Cantilan RT 22 RW 03 Desa Sukarame Kee. Sukarame Kab. Tasikmalaya Dengan ini menyatakan bahwa : Nam a Jabatan : 1. Nur Lina, S.KM., M.Kes (Epid) 2. Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes : Ketua dan anggota petaksana Pengabdian Pada Masyarakat Skema lpteks Tepat Guna bagi Masyarakat Telah melaksanakan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat Skema lpteks Tepat Guna bagi Masyarakat pada : Judul Kegiatan : Petatihan Masyarakat Peduli Hipertensi Sasaran : tbu Waktu Pelaksanaan : Minggu, 16 Juli 2017 Demikian Serita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

47 DAFTAR HADIR PENYULUHAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT FAKUL TAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN l ~UA..~~ 'Ta: ri' Ice Lo I- [~ ~ 6 t I" 1ari b,lo/ ':GIL,/' s b, VV\tlt i cth Tari~PI-- qr q. ~aor\dh 'fo.d ~lot y- 5 ~~J-jd J., (:,. P1~. 1t11Jlf::-olc+ ~- 1- r\~ \:-\~~~ \CA'l---,~\O\ ~ e hlu ~a no..\, {M. J At ~ cv:t!-. ' }I f I 11}~ \ 0. tlq (~Jwri- u. Deck "' )- I a: fir,,r....!fa1 r- lz. ~o/1,\~ ~h' f!cqu ":!Ju~~. &~Ot,AA l t(, r~~tv Qa.N54_ey.,t, ~ t I ~~ I '; \ l < 'T 'Zl.rd::o(c( ~ I c. N Lltt-- Reh; 'BtltU ~U&<.JfL ~ () M-,Qt{ ~ Nv\ {b..., (')vtm \f uy\0/ (\ ' S1 h {ct ('~1~6/01 UU M 10 nort/a~, To ri'f olv.-l ~!la l?>~ T.«. ()-A~-olb t I ';). I. /Y) ~t--j.s' ~ fyltbwf ~ 'r\.i?<-cl &>"!'.: 2,,_ UmtJlh,,,...,..-,- u~dq

48 DAFTAR HADIR PENYULUHAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI NO NAMA ALAMAT TANDATANGAN 2.3 H_&\t\.l -r f\ R.\ ~(:)l or- HBll\.t /) 24 GJ/s- 1 arl!colof d/!lfj. I

49 BERITA ACARA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan Alam at : Ecin : Ketua Posyandu Dahlia : Kampung Muara Desa Sukarame Kee. Sukarame Kab. Tasikmalaya Dengan ini menyatakan bahwa : Nama Jabatan : 1. Siti Novianti, S.KM., M.KM 2. Sri Maywati, S.KM., M.Kes : Ketua dan anggota pelaksana Pengabdian Pada Masyarakat Skema lpteks Tepat Guna bagi Masyarakat Telah melaksanakan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat Skema lpteks Tepat Guna bagi Masyarakat pada : Judul Kegiatan : Gerakan Masyarakat Sadar ASI (Air Susu lbu) di Kee. Sukarame Kab. Tasikmalaya Sasaran : lbu Balita Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 15 Juli 2017 Demikian Serita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

50 DAFTAR HADIR PENYULUHAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI NO NAMA ALAMAT TANDATANGAN 5,. Ti'rV Muaro -([ I/ r sucih r: ( / - r C-,, tr ( ( 1 / -ti- -l

51 I DAFTAR HADIR PENYULUHAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI NO NAMA ALAMAT TANDATANGAN :;ij/ P'F1 ~clc,-i j}frv- ~-i Ant' w/, pt, )~fh;, ~- 7~0 ~)0-l-,!/tlV5 ~ V1v, n ~~ ~~' I Su<Z) ' '-)'-,~... z!j,.- [ldroh» ~ M. l ~ T,ko. I 3o /-lit ~,t "" tn11/1!] Tl 'W '?1-- LPL- ~~ J'J- /JJ, n..., ~(/ ">,', t-1/41:; J~~ ~- ~ ti', v ~- pofot-1 '57 H}f'.LP~ rv v?fa ~un6 ~ ~ 34. }E-,0i N ~\... LM - A r1c/ \ ii I

52 SOAL PRE TEST HIPERTENSI Nama Alamat : : 1. Hipertensi (darah tinggi) adalah tekanan darah Sistole lebih dari mmhg dan Diatole lebih dari mmhg 2. Apa saja faktor penyebab hipertensi yang masih bisa diubah? 3. Apa saja faktor penyebab hipertensi yang tidak dapat diubah? 4. Penyakit apakah yang merupakan akibat lanjut dari hipertensi? a.... b.... c.... d Apa saja yang harus kita lakukan untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi? a.... b.... c.... d Apa saja yang harus dilakukan jika mengalami tekanan darah tinggi? 7. Berapa lama penderita Hipertensi harus minum obat tekanan darah tinggi? 8. Seberapa sering seseorang yg terkena darah tinggi harus memeriksakan tekanan darahnya? a. 1-2x seminggu b. 3x seminggu c. 1-2x sebulan d. 3 bulan 1x 9. Apa yang dilakukan bila saat setelah meminum obat, seseorang merasakan keluhan lainnya? 10. Apa saja aktifitas fisik yang diperlukan untuk penderita darah tinggi?.

53 SOAL POS TEST HIPERTENSI Nama Alamat : : 1. Hipertensi (darah tinggi) adalah tekanan darah Sistole lebih dari mmhg dan Diatole lebih dari mmhg 2. Apa saja faktor penyebab hipertensi yang masih bisa diubah? 3. Apa saja faktor penyebab hipertensi yang tidak dapat diubah? 4. Penyakit apakah yang merupakan akibat lanjut dari hipertensi? a.... b.... c.... d Apa saja yang harus kita lakukan untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi? e.... f.... g.... h Apa saja yang harus dilakukan jika mengalami tekanan darah tinggi? 7. Berapa lama penderita Hipertensi harus minum obat tekanan darah tinggi? 8. Seberapa sering seseorang yg terkena darah tinggi harus memeriksakan tekanan darahnya? a. 1-2x seminggu b. 3x seminggu c. 1-2x sebulan d. 3 bulan 1x 9. Apa yang dilakukan bila saat setelah meminum obat, seseorang merasakan keluhan lainnya? 10. Apa saja aktifitas fisik yang diperlukan untuk penderita darah tinggi?.

54 BUKU SAKU Oleh : 1. Nur Lina, S,KM., M.Kes 2. Dian Saraswati, S.KM., M.Kes UNIVERSITAS SILIWANGI JULI,

55 PERNYATAAN (DISCLAIMER) Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun buku saku HIPERTENSI, KENALI DAN CEGAH MULAI DARI SEKARANG Untuk masyarakat, khususnya Ibu-Ibu yang lebih berisiko. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan adanya perbedaan pedoman adalah tanggungjawab pembaca untuk menginterpretasikan dan menerapkan pengetahuan dari buku saku ini dalam prakteknya sehari-hari 2

56 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya, telah dapat diselesaikan penyusunan Buku Saku HIPERTENSI, KENALI DAN CEGAH MULAI DARI SEKARANG. Buku saku ini memuat uraian tentang mengapa hipertensi perlu diwaspadai, definisi hipertensi, klasifikasi hipertensi, gejala hipertensi, faktor risiko hipertensi, komplikasi hipertensi, makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi, cara mengurangi hipertensi secara alami. buku saku ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk mengenali dan mencegah hipertensi mulai dari sekarang. Buku saku ini diharapkan akan memperbaiki dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk bisa mengenali dan mencegah Hipertensi khususnya untuk ibu-ibu/ perempuan. Kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan buku saku ini. Saran serta kritik membangun tentu sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam mengenali dan mencegah penyakit Hipertensi Tasikmalaya, Juni

57 TIM PENYUSUN 1. Nur Lina, S.KM., M.Kes (Epid) 2. Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes 4

58 5

59 DAFTAR ISI Pernyataan... Kata Pengantar Tim Penyusun... Daftar Isi... i ii iii iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemiologi... 2 BAB II PENGENALAN PENYAKIT 2.1 Definisi Hipertensi Klasifikasi Hipertensi Gejala Hipertensi Komplikasi Hipertensi Faktor Risiko Hipertensi Mitos dan Fakta Hipertensi. 8 BAB III CARA MENURUNKAN HIPERTENSI SECARA ALAMI Daftar Pustaka 6

60 BAB PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang mengapa Hipertensi perlu diwaspadai Jumlah penderita Hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persenartinya 1 dari 3 penduduk umur 18 tahun mempunyai penyakit Hipertensi. Sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Artinya hanya 36.8% yang didiagnosis menderita Hipertensi. Dari 36,8% yang didiagnosis, hanya 1/3 yang diobati dari yang diobati hanya 50% yang berobat teratur (Riskesdas, 2013) Prevalensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar %. Lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 818% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada per penduduk. Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17%-21% dari seluruh populasi orang dewasa artinya 1 diantara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi lebih banyak pada perempuan yaitu 37% dari pada lakilaki hanya 28% (Misti dkk, 2009). Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging ( tinnitus), dan mimisan (Infodatin, Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi akan mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung, otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsiny a ketikamemompa menjadi terganggu, selanjutnya jantung akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang. Selain pada jantung, tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada otak (stroke)dan ginjal (gagal ginjal) (Herlambang, 2013). 1.2.Epidemiologi Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi ( 140/90 mmhg); dengan persentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya(hajjar I, 2003). Menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun adalah 7

61 sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada populasi 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90% (Chobaniam AV et al, 2003). Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah pre-hipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur 60tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4 % (Hajjar I, 2003). 8

62 BAB II PENGENALAN PENYAKIT 2.1 DEFINISI HIPERTENSI Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap 140/90 mmhg. Pengukuran TD dilakukan sesuai dengan standar BSH (British Society of Hypertension), menggunakan alat sphygmomanometer air raksa, digital atau anaeroid yang telah ditera. Lakukan pemeriksaan setelah pasien duduk tenang selama 5 menit dengan kaki menempel di lantai. Lengan disangga dan letakkan tensimeter setinggi jantung. Gunakan manset yang sesuai, yang dapat melingkari sedikitnya 80% lengan atas. Tekanan darah sistole adalah saat bunyi mulai terdengar (fase 1, Korotkoff ) dan Tekanan darah diastole adalah saat dimana bunyi akan menghilang (fase 5 Korotkoff). Pengukuran dilakukan minimal dua kali se tiap kunjungan (Dharmeizar, 2012). Umumnya hipertensi dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi Primer (esensial). Hipertensi yang penyebabnya tak diketahui pasti. Jenis hipertensi ini ditemukan pada 90%-95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa faktor risiko yang dihubungkan dengan hipertensi primer (esensial) ialah faktor genetik, kelebihan asupan natrium, obesitas, dislipidemia, asupan alkohol yang berlebih, aktifitas fisik yang kurang, dan defisiensi vitamin D. Hipertensi Sekunder. Hipertensi yang penyebabnya dapat diidentifikasi. Ditemukan pada 5%-10% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder ialah penyakit ginjal primer, kontrasepsi oral, obat-obatan (al. NSAID, antidepresan, steroid), hiperaldosteronisme primer, feokromonistoma, stenosis arteri renalis, koarktasi aorta, dan obstructive sleep Apnea (Dharmeizar, 2012). Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah adalah umur, jenis kelamin dan genetik. Faktor risiko hipertensi yang dapat diubah meliputi obesitas/kegemukan, psikososial dan stres, merokok, olah raga yang kurang, konsumsi alkohol berlebihan, konsumsi garam berlebihan, hiperlipidemia/hiperkolesterolemia (Lamria, 2015). Sedangkan penyebab sekunder hipertensi antara lain penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi pil (Davey, P., 2005). Penggunaan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Hal ini disebabkan karena terjadinya hipertropi jantung dan peningkatan respon presor angiotensi II dengan melibatkan jalur Renin Angiotensin System (Olatunji LA, 2008). 9

63 Hipertensi dalam kehamilan merupakan faktor resiko medis yang paling sering dijumpai. Penyakit ini dijumpai pada 3,7% di antara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup dan kematian ibu akibat penyulit ini tetap merupakan ancaman (Lim KH. 2010). 2.2 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis( Chobaniam AV et al, 2003) (Tabel 2). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat. Klasifikasi tekanan Tek darah sistolik, mm Tek diastolic, Normal <120 dan <80 Prehipertensi atau Hipertensi stage atau darah Hipertensi stage atau 100 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur 18 tahun menurut JNC. Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmhg; dikategotikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi. Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan. (America, 2003). 10

64 Gambar 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur 18 tahun menurut JNC 2.3 Gejala Hipertensi Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Infodatin, 2014). 2.4 Faktor Risiko Hipertensi Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain : 1. Genetik: adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003). Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Yunis Tri, 2003) Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes 11

65 for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional) (Cortas K, 2008). Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem reninangiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal(cortas K, 2008). Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner.10 Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur tahun (Kumar, 2005). Stres: stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat. Kurang olahraga: olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri (Kumar, 2005). Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya 12

66 volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi (Shapo, 2005). Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis(armilawaty, 2007) Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women s Hospital, Massachussetts terhadap subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Bowman, 2007). 2.5 Komplikasi Hipertensi Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain (tabel 3), maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Dosh SA. 2001). 13

67 Gambar 2.2 Komplikasi pada Hipertensi Hipertensi adalah faktor risiko utama kematian akibat penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal, Diseluruh dunia ada 1,5 milyar penderita Hipertensi, 7 juta diantaranya meninggal dunia setiap tahunnya. 2.6 Makanan yang dianjurkan Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause. Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah gizi seimbang, dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari kuantitas dan kualitas yang terdiri dari:sumber karbohidrat: biji-bijian. Sumber protein hewani: ikan, unggas, daging putih, putih telur, susu rendah/bebas lemak. Sumber protein nabati:kacang-kacangan dan polong polongan serta hasil olahannya.sumber vitamin dan mineral:sayur dan buah-buahan segar ( Peningkatan penggunaan serat untuk setiap gram dapat menurunkan kolesterol LDL rata -rata 2,2 mg/dl. Sehingga dianjurkan diet tinggi serat yang diperoleh dari sumber karbohidrat seperti nasi, jagung, ubi, gandum, kentang, talas, oat. Makanan yang diperkaya 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Sampai saat ini, masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. adalah suatu

Lebih terperinci

USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) PELATIHAN MASYARAKAT PEDULI HIPERTENSI PENGUSUL Nur Lina, S.KM., M.Kes.(Epid) NIDN 0415077601 Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pernyataan ini diperkuat oleh data dari WHO (2014), yang menyebutkan bahwa tercatat satu milyar orang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana tidak hanya terbebas dari penyakit. Menurut WHO sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliuti kesejahteraan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh dunia, Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana terbebas dari suatu penyakit. Di Indonesia mengadakan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia), yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer sampai saat ini. Berdasarkan data dari Riskesdas (Pusdatin Kemenkes RI 2013), hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di Negara-negara maju. Namun seiring dengan transisi demografi di negaranegara berkembang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan/atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

1

1 BAB 1 PEDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global ( Riskesdas, 2013 ). dan prevalensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan Nasional di bidang Kesehatan adalah meningkatnya umur harapan hidup, sejalan dengan hal tersebut akan meningkat pula kelompok lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara berkembang lebih dari delapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi. Menurut Santoso (2010) hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih tinggi. Penyakit tidak menular tersebut antara lain, penyakit jantung koroner, penyakit stroke, hipertensi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit pernapasan kronis yang merupakan bagian dari noncommunicable disease (NCD). Kematian akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh darah vaskular. Tekanan yang semakin

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik konsisten di atas 140/90 mmhg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan serius yang mengakibatkan mortalitas dan morbiditas (Ba ttegay et al., 2005). Jika dibiarkan, hipertensi menyebabkan komplikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Oleh: dr. Budi T. Ratag, MPH, dkk. Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah gizi ganda diantaranya prevalensi gizi kurang dan meningkatnya prevalensi obesitas. Obesitas tidak lagi di anggap sebagai masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan diastoliknya di atas 90 mmhg. Sementara itu diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi esensial telah berdampak pada satu milyar orang diseluruh dunia, mengungguli serangan jantung dan stroke. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang semakin berkembang, tantangan terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar didominasi oleh organisasi kesehatan yang mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui, ketika manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp

SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp.03.10.016 AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM XI/UDAYANA 2013 SAP (Satuan Acara Penyuluhan) 1. Tema : Hipertensi 2. Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci