STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN FASILITATOR GENERASI SEHAT DAN CERDAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN FASILITATOR GENERASI SEHAT DAN CERDAS"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN SURAT NOMOR : 462/DPPMD.2/07/2017 TANGGAL : 28 JULI 2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN FASILITATOR GENERASI SEHAT DAN CERDAS DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL DASAR DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI 2017

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI i BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. PELAKSANA GENERASI SEHAT DAN CERDAS C. SOP PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN FASILITATOR D. DASAR HUKUM BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI PELAKSANA GENERASI SEHAT DAN CERDAS A. SATKER PUSAT B. SEKRETARIAT PUSAT C. SATKER PROVINSI D. SEKRETARIAT PROVINSI E. SATKER KABUPATEN F. KONSULTAN MANAJEMEN PROYEK (KM-Proyek) G. KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL (KM-Nasional) H. KONSULTAN MANAJEMEN PROVINSI (KM-Provinsi) I. FASILITATOR KABUPATEN (FASKAB) DAN ASISTEN FASKAB J. FASILITATOR KEUANGAN (FASKEU) K. FASILITATOR KECAMATAN (FK) DAN ASISTEN FK. 19 L. OPERATOR KOMPUTER (OPKOM) BAB III ADMINISTRASI KONTRAK INDIVIDU A. PENANDATANGAN KONTRAK KERJA B. PENERBITAN SURAT PERINTAH TUGAS.. 21 C. DATABASE FASILITATOR D. LAPORAN INDIVIDU E. LEMBAR WAKTU KERJA (LWK) F. ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS G. LAPORAN TUNJANGAN OPERASIONAL KANTOR H. BUKTI PENERIMAAN HONORARIUM DAN TUNJANGAN.. 27 BAB IV REKRUTMEN FASILITATOR A. MAKSUD, TUJUAN DAN KELUARAN B. KUALIFIKASI FASILITATOR C. PROSES DAN PROSEDUR TAHAPAN SELEKSI D. PELATIHAN PRA TUGAS CALON FASILITATOR E. REKRUTMEN TERBATAS

3 F. REKRUTMEN FASILITATOR MELALUI PROMOSI G. PENGELOLAAN FASILITATOR CADANGAN H. PEMENUHAN KUOTA FASILITATOR BAB V PENGELOLAAN FASILITATOR A. STANDAR NORMATIF PERILAKU FASILITATOR B. MOBILISASI C. HARI DAN JAM KERJA FASILITATOR D. CUTI DAN HARI LIBUR E. RELOKASI F. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) G. PENGUNDURAN DIRI H. DEMOBILISASI BAB VI EVALUASI KINERJA FASILITATOR A. PENDAHULUAN B. TUJUAN BAB VII PEMBAYARAN HONORARIUM DAN TUNJANGAN FASILITATOR A. PEMBAYARAN HONORARIUM B. PEMBAYARAN TUNJANGAN FASILITATOR C. PENETAPAN PEMBIAYAAN HONORARIUM DAN TUNJANGAN D. REVISI DATA INDUK FASILITATOR E. DAFTAR NOMINATIF FASILITATOR F. MEKANISME PEMBAYARAN FASILITATOR G. MEKANISME PEMBAYARAN OPERATOR KOMPUTER BAB VIII PELAPORAN, PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN FASILITATOR A. LAPORAN SATKER PROVINSI B. LAPORAN KM-NASIONAL DAN KM-PROVINSI BAB IX PENUTUP LAMPIRAN LAMPIRAN ii

4 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Program Generasi Sehat dan Cerdas yang selanjutnya disebut GSC merupakan salah satu program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang diluncurkan oleh pemerintah dalam rangka penanggulangan kemiskinan guna mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDG s) di bidang kesehatan dan pendidikan. Program tersebut bertujuan untuk menggerakan dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya peningkatan akses kesehatan ibu dan anak serta pendidikan dasar. Pelaksanaan mekanisme program menitikberatkan kepada proses pengambilan keputusan masyarakat dalam merencanakan kebutuhan masyarakat khususnya tentang masalah kesehatan dan pendidikan melalui pemanfaatan dana stimulan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bersumber dari Rupiah Murni (RM) dan Hibah Luar Negeri (HLN) untuk mencapai 12 indikator keberhasilan di bidang kesehatan dan pendidikan yang menjadi target program. Desain GSC dilaksanakan dengan menerapkan strategi pembangunan partisipatif yang lebih mengedepankan pada dasar-dasar pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah yang diyakini akan mampu mengurangi kemiskinan dan mendorong terciptanya generasi yang sehat dan cerdas. Ruang lingkup program ini dikembangkan dengan menekankan pada keterlibatan masyarakat, pengembangan kapasitas masyarakat, dan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk memfasilitasi masyarakat dalam proses pembangunan. Mulai Tahun Anggaran 2014 telah teralokasikan pendanaan hingga bulan Desember 2017 berupa Grant dari MCC ( Millenium Challange Corporate)/MCA-I ( Millenium Challenge Account-Indonesia) dengan pengelolaan dana melalui PNPM Support Facility (PSF) World Bank untuk peningkatan komponen program nutrisi/gizi (Community Based Health and Nutrition to Reduce Stunting Project) dengan tujuan menurunkan dan mencegah anak-anak lahir dengan berat badan rendah dan balita pendek ( stunting) yang disebabkan gizi buruk akut. Adapun lokasi GSC TA dilaksanakan dengan melanjutkan lokasi sasaran TA yang mencakup desa di 499 kecamatan pada 66 kabupaten di 11 provinsi. Dengan keberadaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sangat mendukung implementasi di lapangan tidak terkecuali lokasi GSC, sehingga daerah harus mendukung implementasinnya karena diharapkan akan membawa penduduk di desa lebih sejahtera melalui 5 (lima) aspek utama, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, dan pemanfaatan sumber daya manusia dan lingkungan. Secara umum, tahapan GSC adalah orientasi atau pengenalan kondisi desa dan kecamatan, sosialisasi program, perencanaan partisipatif di tingkat dusun, desa dan kecamatan, pelaksanaan kegiatan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan pada forum musyawarah desa serta penilaian dan persiapan pelaksanaan selanjutnya. Penilaian dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai oleh masyarakat desa dalam mencapai indikator keberhasilan. B. PELAKSANA GENERASI SEHAT DAN CERDAS 1. SATKER PUSAT Satker Generasi Sehat dan Cerdas Direktorat Pelayanan Sosial Dasar Ditjen PPMD Kemendesa, PDT dan Transmigrasi yang selanjutnya disebut Satker Pusat merupakan sebuah organisasi khusus yang diadakan 1

5 dalam rangka mendukung implementasi Generasi Sehat dan Cerdas secara nasional baik dari aspek manajemen administrasi dana technical assistance maupun dari aspek pembinaan pelaksanaan program. Satker Pusat beranggotakan pejabat-pejabat Direktorat Pelayanan Sosial Dasar Ditjen PPMD yang terdiri dari: a. Sekretaris Direktorat Jenderal PPMD selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA); b. Direktur Pelayanan Sosial Dasar (PSD), selaku Penanggung Jawab Program c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Pelayanan Sosial Dasar; d. Kepala Bagian Keuangan Ditjen PPMD selaku Pejabat Penguji SPP dan Penandatangan SPM; e. Kasubbag Keuangan Ditjen PPMD yang bersertifikat Bendahara selaku Bendahara Pengeluaran. 2. SEKRETARIAT PUSAT Satker Pusat Ditjen PPMD akan didukung oleh Sekretariat Pembinaan Generasi Sehat dan Cerdas yang selanjutnya disebut Sekretariat Pusat beranggotakan Staf Direktorat Pelayanan Sosial Dasar dan staf proyek. 3. SATKER PROVINSI Pengadministrasian kontrak individu dan penyediaan pembiayaan terhadap Fasilitator akan dikelola oleh Satker Provinsi Generasi Sehat dan Cerdas yang berada di DPMD Provinsi. Satker Provinsi Generasi Sehat dan Cerdas yang selanjutnya disebut Satker Provinsi merupakan sebuah organisasi khusus yang diadakan dalam rangka mendukung implementasi Generasi Sehat dan Cerdas dari aspek manajemen administrasi dana technical assistence. Satker Provinsi Generasi Sehat dan Cerdas beranggotakan pejabat-pejabat DPMD Provinsi yang terdiri dari: a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu Kepala Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Provinsi; b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yaitu Pejabat Eselon III bidang yang menangani Generasi Sehat dan Cerdas pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa yang sekaligus merupakan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atau P enanggung Jawab Operasional Provinsi (PJO); c. Pejabat Penguji SPP dan Penandatanganan SPM yaitu Pejabat Struktural/fungsional bagian keuangan pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi; d. Bendahara Pengeluaran yaitu staf pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa yang mempunyai sertifikat bendahara dan ditunjuk serta diserahi tugas untuk menerima, menyimpan, menyetor, menatausahakan administrasi dekonsentrasi. 4. SEKRETARIAT PROVINSI Dalam rangka menjalankan tugasnya Satker Provinsi khususnya Pejabat Pembuat Komitmen akan didukung oleh Sekretariat Provinsi yang beranggotakan Staf DPMD Provinsi maupun staf proyek yang direkrut secara khusus. 5. SATKER KABUPATEN Pengadministrasian dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang disalurkan secara langsung kepada masyarakat di tingkat kecamatan akan dikelola oleh Satker Kabupaten yang berada di Badan/Dinas/Kantor DPMD Kabupaten. Satker Kabupaten merupakan sebuah organisasi yang secara khusus mengelola administrasi dana BLM dalam lingkup Tugas Pembantuan. Satker Kabupaten Generasi Sehat dan Cerdas beranggotakan pejabat-pejabat Pemerintah Kabupaten yang terdiri dari: 2

6 a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu Sekretaris D aerah Kabupaten atau Kepala Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa atau Kepala Badan/Dinas/Kantor lainnya yang tupoksinya berkaitan dengan urusan Generasi Sehat dan Cerdas. b. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) yaitu pejabat struktural/fungsional pada bagian keuangan Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa atau instansi lain yang menangani Generasi Sehat dan Cerdas. c. Pejabat yang diberi wewenang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran/penerbit Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yaitu Kepala Seksi (Kasi) Pemberdayaan Masyarakat atau pejabat lain di kecamatan yang setingkat atau yang disebut dengan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) dan; d. Bendahara Pengeluaran yaitu staf pada Badan/Dinas/Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa atau instansi lain yang menangani Generasi Sehat dan Cerdas yang mempunyai sertifikat Bendahara; e. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yaitu Pejabat Eselon III bidang yang menangani Generasi Sehat dan Cerdas pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa yang sekaligus merupakan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atau Penanggung Jawa b Operasional Provinsi (PJO); 6. KONSULTAN MANAJEMEN PROYEK (KM-PROYEK) Konsultan Manajemen Proyek (KM -Proyek) dibentuk secara khusus oleh Satker Pusat dalam rangka menganalisis dan merumuskan kebijakan-kebijakan program terkait erat dengan urusan pemerintahan maupun administrasi negara serta melaksanakan pengendalian secara fungsional dalam implementasi pembiayaan technical assistance yang bersumberkan dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Anggota KM-Proyek akan mengikat kontrak kerja secara individu dengan Satker Pusat. Secara khusus KM-Proyek akan ditempatkan di Sekretariat Pembinaan Generasi Sehat dan Cerdas Ditjen PPMD sebagai unit kerja khusus yang dipimpin oleh seorang Konsultan Ahli Utama yang berfungsi sebagai Koordinator dan bertangung jawab langsung kepada Satker Pusat melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Pelayanan Sosial. 7. KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL (KM-Nasional) KM-Nasioanal dikelola oleh Perusahaan Pengelola Administrasi-3A (PPA-3A) yang dikontrak secara khusus oleh Satker Pusat dalam rangka membantu Satker Pusat untuk mengelola administrasi Konsultan Manajemen Nasional. Disamping menjalankan fungsi administrasi dalam memberikan pelayanan kepada Professional Staff/Spesialis, PPA-3A juga melaksanakan fungsi event organizer untuk kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kontraknya seperti rapat koordinasi, workshop, pelatihan, dll. Peran PPA-3A Konsultan Manajemen Nasional Generasi Sehat dan Cerdas adalah menjamin efektivitas dan efisiensi dukungan pengelolaan biaya dan pengelolaan administrasi dalam pelaksanaan tugas Professional Staff/Spesialis Konsultan Manajemen Nasional. Adapun tugas Professional Staff/Spesialis Konsultan Manajemen Nasional adalah mengendalikan kinerja Generasi Sehat dan Cerdas secara nasional, khususnya dalam membantu merumuskan kebijakankebijakan serta melaksanakan pengendalian fungsional dalam implementasi program sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. KM-Nasional bertanggung jawab mengembangkan pelaksanaan Generasi Sehat dan Cerdas dengan memastikan kualitas kinerja perencanaan dan 3

7 implementasi program. Ada 5 (lima) aspek utama yang menjadi tugas pokok dan fungsi KM -Nasional yaitu: 1) sebagai perencana dan analisis program; 2) sebagai supervisor terhadap pelaksanaan program, 3) sebagai supervisor terhadap pelaksanaan pilot-pilot project dan program pendukung, 4) sebagai unit manajemen basis data, dan 5) sebagai auditor internal terhadap penggunaan alokasi anggaran Generasi Sehat dan Cerdas. Staf/Spesialis Konsultan Manajemen Nasional meliputi: 1. Koordinator; 2. Deputi Koordinator Bidang Pengembangan Program; 3. Deputi Koordinator Bidang Pengendalian Program; 4. Spesialis Pelayanan Kesehatan; 5. Spesialis Pelayanan Pendidikan; 6. Spesialis Pelatihan Fasilitator; 7. Spesialis Pelatihan Masyarakat; 8. Spesialis Komunikasi dan Informasi; 9. Spesialis kebijakan Publik; 10. Spesialis Pengembangan Sosial; 11. Spesialis Pengaduan dan Penganangan Masalah (SP2M); 12. Junior Spesialis Pengaduan dan Penanganan Masalah; 13. Spesialis Manajemen Keuangan; 14. Junior Spesialis Manajemen Keuangan; 15. Spesialis Manajemen Data dan Informasi 16. Junior Spesialis Manajemen Data dan Informasi; 17. Spesialis Sistem Informasi Geografik; 18. Junior Spesialis Sistem Informasi Geografik; 19. Spesialis Disbursement; 20. Junior Spesialis Disbursement ; 21. Spesialis Sumber Daya Manusia; 22. Junior Spesialis Sumber Daya Manusia. 8. KONSULTAN MANAJEMEN PROVINSI (KM-Provinsi) KM-Provinsi dikelola oleh Perusahaan Pengelola Administrasi-3B (PPA-3B) yang dikontrak secara khusus oleh Satker Pusat dalam rangka membantu Satker Pusat untuk mengelola administrasi Konsultan Manajemen Provinsi. Disamping menjalankan fungsi administrasi dalam memberikan pelayanan kepada Professional Staff/Spesialis, PPA-3B juga melaksanakan fungsi event organizer untuk kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kontraknya seperti rapat koordinasi, workshop, pelatihan, dll. Peran PPA-3B Konsultan Manajemen Provinsi Generasi Sehat dan Cerdas menjamin efektivitas dan efisiensi dukungan pengelolaan biaya dan pengelolaan administrasi dalam pelaksanaan tugas Professional Staff/Spesialis Konsultan Manajemen Provinsi. KM-Provinsi bertanggung jawab mengembangkan pelaksanaan Generasi Sehat dan Cerdas dengan memastikan kualitas kinerja perencanaan dan implementasi program. Tenaga spesialis KM-Provinsi meliputi: 1. Koordinator Provinsi (Korprov); 2. Spesialis Manajemen Keuangan; 3. Spesialis Manajemen Data dan Informasi; 4. Spesialis Pelatihan. 4

8 9. FASILITATOR KABUPATEN (FASKAB), FASILITATOR KEUANGAN (FASKEU) DAN ASISTEN FASKAB Pelaksanaan Generasi Sehat dan Cerdas pada level kabupaten akan didukung dengan pemberian fasilitasi teknis dan supervisi Fasilitator Kabupaten (Tim Faskab) yang terdiri dari Faskab, Asisten Faskab dan Faskeu. Faskab akan memberikan dukungan teknis kepada Fasilitator Kecamatan (FK) dengan cara mereview kegiatan sosialisasi, perencanaan program, pengorganisasian masyarakat sehingga pelaksanaan Generasi Sehat dan Cerdas dapat dikelola secara langsung oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan Faskeu akan bertugas mendampingi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam aspek pengelolaan keuangan, aspek penguatan kelembagaan, serta aspek pengembangan jaringan kerja sama antara UPK dengan termasuk lembaga pendukung. Faskeu juga akan bertugas untuk melakukan audit internal terhadap penggunaan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Dana Operasional Kegiatan (DOK) yang dikelola oleh UPK. Kabupaten dengan jumlah 3 (tiga) kecamatan lokasi GSC ditempatkan 1 (satu) orang Faskab dan 1 orang Faskeu. Kebutuhan Asisten Faskab diatur dengan ketentuan: a. Kabupaten dengan jumlah kecamatan lebih dari 15 kecamatan akan ditempatkan 1 (satu) orang Asisten Faskab untuk mendukung kinerja Faskab; b. Kabupaten dengan jumlah kecamatan di bawah 3 (tiga) akan difasilitasi oleh Faskab dan Faskeu dari Kabupaten terdekat. 10. FASILITATOR KECAMATAN (FK) DAN ASISTEN FK Generasi Sehat dan Cerdas didesain melalui pemberian stimulan sumberdaya berupa bantuan sosial dan Fasilitator (pendamping masyarakat) yang didayagunakan masyarakat sebagai sarana memberdayakan dirinya, Pendamping masyarakat disediakan di setiap kecamatan lokasi program yaitu satu orang Fasilitator Kecamatan (FK). Untuk menunjang kinerja FK di kecamatan, akan ditempatkan 1 (satu) orang Asisten FK dengan kriteria lokasi sebagai berikut: a. Lokasi Normal Sulit dengan jumlah minimal 20 desa; b. Lokasi Sangat Sulit dengan jumlah minimal 15 desa; c. Lokasi Ekstrim dengan jumlah minimal 10 desa; 11. OPERATOR KOMPUTER (OPKOM) Operator Komputer berada di wilayah Kabupaten, dalam 1 (satu) kabupaten ditempatkan 1 (satu) orang Operator Komputer (Opkom) untuk memberi dukungan tugas pada tim Faskab, terutama dalam hal pendataan dokumen termasuk pendataan pada aplikasi program. C. SOP PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN FASILITATOR Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa, serta dengan cara yang paling efektif. Dalam rangka pelaksanaan Generasi Sehat dan Cerdas terkait pertanggungjawaban keuangan dan administrasi dana technical assistance yang dikelola melalui mekanisme Dekonsentrasi maupun mekanisme hubungan kerja sama antar pelaku Generasi Sehat dan Cerdas dalam rangka menjamin efektivitas dan efisiensi pendayagunaan technical assistance dalam lingkup Dekonsentrasi maka secara khusus ditetapkan SOP Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas. SOP Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas merupakan sebuah aturan tertulis tentang tugas pokok dan fungsi (tupoksi) serta sistematika kerja secara terukur dan 5

9 dapat dipertanggungjawabkan para pelaku Generasi Sehat dan Cerdas berkaitan dengan pembinaan dan pengendalian Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas dalam lingkup Dekonsentrasi. SOP Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas merupakan penjabaran lebih lanjut dari perubahan kontrak individu konsultan menjadi kontrak perusahaan jasa konsultan. Manajemen pengendalian dan pembinaan Fasilitator berkaitan erat dengan mekanisme kerja antara Satker Provinsi, Faskab, Faskeu, Asisten Faskab, FK, dan Asisten FK dengan KM-Provinsi. KM-Provinsi secara institusional bertanggung jawab penuh dalam menjalankan tugas-tugas pengendalian program dan fasilitasi administrasi kepada KM-Nasional. SOP Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas mendukung kinerja program dari aspek administrasi dan keuangan. Oleh sebab itu, secara garis besar SOP Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas ini disusun dengan mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Penjelasan uraian tugas para pelaku Generasi Sehat dan Cerdas berkaitan pengelolaan pembiayaan dan administrasi proyek dalam lingkup Dekonsentrasi, 2. Penjelasan secara lebih rinci hak dan kewajiban Fasilitator selama berlakunya perjanjian kerja khususnya terkait pembiayaan dan administrasi proyek, 3. Penjelasan tata cara pengadministrasian dana Dekonsentrasi oleh Satker Provinsi yang digunakan untuk membiayai Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas, 4. Penjelasan tentang prosedur dan mekanisme penyampaian dokumen administrasi oleh Fasilitator kepada Satker Provinsi secara tepat waktu, tepat kandungan isi maupun formatnya, dan seragam. 5. Penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab KM-Provinsi dalam rangka membantu Satker Provinsi membina dan mengendalikan Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas yang dikontrak melalui mekanisme kontrak individual. D. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Sistem Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Ne gara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4407); 6

10 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816). 12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 17. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 18. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 155); 19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 100); 20. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80); 21. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 4); 23. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13); 7

11 24. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 153); 25. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 137); 26. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 95); 27. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 288); 28. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92); 29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094); 30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 518); 31. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158); 32. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159); 33. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160); 34. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 463); 35. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1934); 36. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 300); 37. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 786); 38. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Urusan Pemerintahan Lingkup Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun Anggaran 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 358); 39. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Pelimpahan dan Penugasan Lingkup Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1849); 8

12 40. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678); 41. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191); 42. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 148/PMK.07/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 982); 43. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 65/PMK.02/2015 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 455); 44. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340); 45. Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Tahun 2016; 46. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 beserta aturan perubahannya Nomor PER-11/PB/2011 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 47. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-48/PB/2013 tanggal 11 Juni 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencairan Dana Hibah International Bank for Reconstruction and Development No. TF (National Program for Community Empowerment in Rural Area Health and Bright Generation PNPM Generasi Project). 9

13 BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI PELAKSANA GENERASI SEHAT DAN CERDAS A. SATKER PUSAT Berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator, Satker Pusat berkewajiban membantu dan mendukung Satker Provinsi berkaitan dengan pembinaan dan pengendalian kinerja Satker Dekonsentrasi dengan tugas pokok sebagai berikut: 1. Merencanakan dan merumuskan pokok-pokok kebijakan Dekonsentrasi 2. Mengadministrasikan pembiayaan Dekonsentrasi yang dituangkan dalam dokumen DIPA Dekonsentrasi sebagai dokumen anggaran yang resmi. 3. Membina dan mensupervisi kinerja Satker Provinsi 4. Meningkatkan kapasitas Satker Provinsi melalui pelatihan/workshop dan lokakarya 5. Mengawasi Satker Provinsi dalam pengelolaan dana Dekonsentrasi 6. Menyelesaikan perselisihan antara Satker Provinsi dan pelaku Generasi Sehat dan Cerdas yang berpotensi menghambat kinerja program secara nasional 7. Mensupervisi Satker Provinsi dalam menindaklanjuti hasil audit BPKP/BPK 8. Mensupervisi Satker Provinsi dalam penanganan masalah Generasi Sehat dan Cerdas 9. Mengevaluasi kinerja Perusahaan Pengelola Administrasi (PPA) dalam pelaksanaan pembinaan dan pengendalian Konsultan 10. Mengelola laporan Dekonsentrasi sesuai peraturan yang ditetapkan. B. SEKRETARIAT PUSAT Berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator, Satker Provinsi berkewajiban membantu dan mendukung Satker Pusat berkaitan dengan pembinaan dan pengendalian kinerja Satker Dekonsentrasi dengan tugas pokok sebagai berikut: 1. Memfasilitasi pembentukan Satker Provinsi 2. Memfasilitasi pembentukan Sekretariat Provinsi 3. Memonitor distribusi SA-PSK kepada Satker Provinsi 4. Memfasilitasi penyusunan DIPA Dekonsentrasi oleh Satker Provinsi di Kanwil DJPB 5. Membina kinerja Satker Provinsi dalam mengelola anggaran dan administrasi dekonsentrasi 6. Membina kinerja Satker Provinsi dalam rangka mengelola kontrak individu Fasilitator 7. Membina kinerja Satker Provinsi dalam melakukan pembayaran honorarium dan tunjangan Fasilitator 8. Membina kinerja Satker Provinsi dalam rangka pengendalian kinerja dan evaluasi kinerja Fasilitator 9. Memproses surat Satker Provinsi perihal keberatan atas rekomendasi KM-Nasional berkaitan dengan pembinaan dan pengendalian Fasilitator 10. Memfasilitasi Satker Provinsi dalam rangka penanganan masalah Generasi Sehat dan Cerdas 11. Memfasilitasi Satker Provinsi dalam memproses tindak lanjut hasil audit BPKP dan BPK terhadap penggunaan dana dekonsentrasi 12. Membina Satker Provinsi dalam penyusunan Laporan Keuangan, Laporan Aset, serta Laporan Pengendalian dan Evaluasi 13. Mengelola pengumpulan dokumen softcopy dan hardcopy Sistem Akuntansi (SAI) 14. Mengelola pengadministrasian Laporan Kinerja Program dari Satker Dekonsentrasi 15. Mengelola serat terima asset (belanja modal) dari Kementerian Desa, dan PDTT kepada pemerintah Provinsi 10

14 16. Menyampaikan laporan kepada Satker Pusat berkaitan dengan pembinaan Satker Provinsi dalam rengka pembinaan dan pengendalian Fasilitator C. SATKER PROVINSI Tugas dan tanggung jawab Satker Provinsi berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator meliputi: 1. Mengelola pelaksanaan Dekonsentrasi Generasi Sehat dan Cerdas Tahun Anggaran bersangkutan. 2. Mengelola dana Dekonsentrasi khususnya pengadministrasian dan pembayaran sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam: RKA-KL, DIPA Dekonsentrasi Generasi Sehat dan Cerdas, Rencana Kerja, dan Indikator Kinerjanya, serta tahapan penarikan anggaran berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing pada provinsi yang bersangkutan. 3. Mengelola pengadministrasian dan penyaluran dana Dekonsentrasi yang meliputi: a. Mengajukan Surat Permintaan Pembayaran/SPP kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) b. Menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM); c. Mengajukan SPM ke KPPN; d. Memantau penerbitan SP2D sebagai dasar pembayaran kegiatan-kegiatan yang dibiayai dana Dekonsentrasi. 4. Mengajukan usulan tambahan biaya apabila terjadi kekurangan di dalam pagu DIPA Dekonsentrasi yang digunakan untuk pembiayaan Fasilitator kepada Satker Pusat sebagai bahan pertimbangan dalam rangka revisi DIPA Dekonsentrasi. 5. Melakukan rekrutmen untuk kebutuhan Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas sesuai kebutuhan. 6. Mengelola kontrak individual Fasilitator dan administrasi kontraktual sebagai berikut: a. membuat dan menandatangi kontrak kerja Satker Provinsi dengan Fasilitator b. membuat dan menandatangi kontrak kerja Satker Provinsi dengan operator komputer di kabupaten c. membuat dan menandatangi kontrak kerja Satker Provinsi dengan staf Sekretariat Provinsi d. menerbitkan SPT untuk Fasilitator e. menerbitkan SPT untuk operator komputer di kabupaten f. menerbitkan SPT untuk staf Sekretariat Provinsi g. mengadministrasikan dokumen kontrak individual dimaksud h. melakukan pembayaran dan pengadministrasian pembayaran sebagai berikut: 1) membuat Daftar Nominatif Pembayaran Honorarium dan Tunjangan Individual Fasilitator serta Operator Komputer Generasi Sehat dan Cerdas; 2) menyalurkan honorarium, tunjangan dan biaya operasional dapat diterima oleh Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas secara tepat waktu dan jumlah dana yang dibayarkan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan; 3) memastikan pembayaran honorarium operator komputer secara tepat waktu; 4) memastikan pembayaran honorarium staf Sekretariat Provinsi secara tepat waktu; 5) menyalurkan tunjangan operasional kantor Tim Faskab melalui salah satu Tim Faskab yang diusulkan Satker Kabupaten untuk ditetapkan sebagai Koordinator Fungsional. i. menerbitkan surat PHK terhadap terjadinya pelanggaran kontrak kerja yang dilakukan oleh Fasilitator j. melakukan Relokasi Fasilitator atas Rekomendasi Korprov 7. Melaksanakan fungsi administrasi umum yang meliputi: a. menandatangani LWK spesialis KM-Provinsi. 11

15 b. mengetahui usulan RPD yang diajukan KM-Provinsi dengan membubuhkan tandangan dan cap stempel. c. mengesahkan dokumen SPPD tenaga spesialis KM-Nasional, spesialis KM-Provinsi, maupun konsultan atau tenaga ahli lainnya yang dikontrak dalam rangka pelaksanaan Generasi Sehat dan Cerdas. d. mengesahkan dokumen SPPD Tim Faskab yang ikut serta dalam kegiatan Rakor Dwibulanan di Provinsi. e. menerbitkan undangan yang dibutuhkan dalam rangka keperluan rapat, pelatihan, workshop dan kegiatan penunjang lain yang diselenggarakan di provinsi. 8. Membina dan mengendalikan personil Fasilitator dari aspek administrasi dan koordinasi yang meliputi: a. supervisi pengelolaan administrasi yang dikelola oleh Fasilitator secara individual b. memberikan teguran secara tertulis terhadap Fasilitator yang tidak memenuhi kelengkapan dokumen administrasi dan alat bukti pembayaran c. mengelola dan melakukan pemutakhiran data Fasilitator secara berkala bulanan yang ditetapkan dalam dokumen Data Induk Fasilitator. d. mengevaluasi kinerja Fasilitator dari aspek administrasi dan koordinasi 9. Membina dan mengendalikan pelaksanaan Urusan Bersama yang meliputi: a. Mensupervisi Pemerintah Kabupaten terkait dengan persiapan pelaksanaan tugaspembantuan yang meliputi: 1) Penyusunan Naskah Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kabupaten berupa Naskah Perjanjian Urusan Bersama (NPUB); 2) Pembentukan Satker Kabupaten; 3) Penyediaan dana Pembinaan dan Administrasi Proyek (PAP) b. Membina penyusunan laporan Satker Kabupaten Generasi Sehat dan Cerdas sebagai pelaksana Urusan Bersama yang meliputi: 1) Memberikan Bimbingan Teknis kepada Satker Kabupaten Generasi Sehat dan Cerdas 2) Menerima tembusan dan mengadministrasikan laporan bulanan Satker Kabupaten berkaitan dengan Laporan Keuangan, Laporan Aset serta Laporan Pengendalian dan Evaluasi 10. Menyusun laporan Dekonsentrasi. D. SEKRETARIAT PROVINSI Tugas dan tanggung jawab Sekretariat Provinsi berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator meliputi: 1. mempersiapkan dokumen kontrak kerja antara Satker Provinsi dan Fasilitator yang meliputi penyusunan kontrak kerja dan Surat Perintah Kerja 2. menyusun Data Induk Fasilitator pada bulan pertama kontrak kerja yang akan diperbaharui setiap bulannya 3. mengelola dokumen administrasi sebagai berikut: a. mengumpulkan polis asuransi dan NPWP pada bulan pertama kontrak b. mengumpulkan dokumen administrasi kontrak individual dari Bulan Sebelum nya yang meliputi: LWK, SPPD, laporan program, laporan individu, laporan rekapitulasi penerimaan honorarium dan tunjangan, serta bukti pendukung lain yang disampaikan Fasilitator. c. Memverifikasi kelengkapan dokumen dari Bulan Sebelumnya berupa LWK, SPPD, laporan individu, tanda terima honorarium, tunjangan, serta bukti pendukung lain yang disampaikan Fasilitator kepada Satker Provinsi. 12

16 4. Mempersiapkan dokumen administrasi keuangan yang meliputi: a. Penyusunan surat penundaaan pembayaran honorarium dan tunjangan kepada Fasilitator sebagai tindak lanjut belum dipenuhinya dokumen administrasi kontrak individual dari Bulan Sebelumnya yang meliputi : LWK, SPPD, laporan program, laporan individu, laporan rekapitulasi penerimaan honorarium dan tunjangan, serta bukti pendukung lain yang disampaikan Fasilitator. b. Penyusunan Daftar Nominatif berdasarkan Laporan KM-Provinsi tentang keberadaan Fasilitator di lokasi tugas pada Bulan Berjalan untuk dijadikan sebagai lampiran dokumen SPP. c. Penyusunan SPP yang dilengkapi dengan dokumen Daftar Nominatif; d. Penyusunan SPM yang akan diajukan ke KPPN; 5. Memproses pembayaran Fasilitator yang meliputi: a. Pengajuan dokumen SPM ke KPPN; b. Pemantuan diterbitkannya SP2D oleh KPPN sebagai dasar pembayaran kegiatan-kegiatan yang dibiayai dana Dekonsentrasi; c. Pemantuan pengiriman honorarium dan tunjangan kepada Fasilitator. 6. Mempersiapkan dan memproses rekrutmen Fasilitator yang meliputi: a. Penyiapan dukungan administrasi pembiayaan seleksi aktif; b. Penyusunan administrasi umum berupa undangan peserta seleksi, undangan peserta pelatihan, penyusunan kontrak dan surat perintah tugas. 7. Melakukan pembinaan Fasilitator dari aspek administrasi dan koordinasi yangmeliputi: a. kunjungan lapangan sesuai kebutuhan dalam rangka memonitor dan mengevaluasi kinerja Fasilitator; b. penyusunan Surat Keputusan tentang Evaluasi Kinerja Fasilitator; c. penyusunan surat persetujuan terhadap ijin, cuti, dan pengunduran diri; d. penyusunan Surat Keputusan tentang PHK; 8. Menyusun laporan Satker Provinsi tentang pelaksanaan Dekonsentrasi. E. SATKER KABUPATEN Tugas dan tanggung jawab Satker Kabupaten yang utama adalah mengelola pembiayaan komponen pelaksanaan GSC dan komponen pendampingan GSC dan administrasi dana BLM dalam lingkup Urusan Bersama. Berkaitan dengan pembinaan dan pengendalian Fasilitator, Satker Kabupaten merupakan pengguna dari sumberdaya Fasilitator dimaksud. Oleh sebab itu, dalam rangka pelaksanaan Urusan Bersama dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator maka Satker Kabupaten memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : 1. Membina dan mengendalikan kinerja Fasilitator yang bekerja di wilayah tugas Satker Kabupaten yang bersangkutan sesuai dengan etunjuk Teknis Operasional ( PTO) dan petunjuk teknis lain yang ditetapkan guna mencapai tujuan program. 2. Melaksanakan fungsi administrasi umum khususnya penerbitan undangan kepada Fasilitator yang dibutuhkan dalam rangka keperluan rapat, pelatihan, workshop dan kegiatan penunjang lain yang diselenggarakan di kabupaten. 3. Mengendalikan kinerja Tim Faskab secara langsung melalui pemberian persetujuan atas Lembar Waktu Kerja (LWK). 4. Mengendalikan kinerja Tim Faskab secara langsung melalui pemberian persetujuan atas Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD). 5. Membina kinerja Fasilitator dalam menyusun laporan pelaksanaan GSC. 6. Bekerja sama dengan Tim Faskab dalam pengelolaan program maupun pengendalian kinerja FK. 13

17 7. Merekomendasikan kepada Satker Provinsi dan KM-Provinsi untuk membina secara khusus terhadap Fasilitator yang tidak bekerja secara optimal sesuai dengan PTO dan petunjuk teknis lain yang ditetapkan guna mencapai tujuan program. 8. Mengevaluasi kinerja Tim Faskab dari aspek kinerja administrasi dan koordinasi. 9. Menyusun laporan pembinaan dan pengendalian Fasilitator untuk disampaikan kepada Satker Provinsi. F. KONSULTAN MANAJEMEN PROYEK (KM-Proyek) Berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator, KM- Proyek berkewajiban membantu dan mendukung Satker Pusat berkaitan dengan perumusan kebijakan dan pengelolaan anggaran GSC dengan tugaspokok dan fungsi sebagai berikut: 1. Menyiapkan pokok-pokok kebijakan berkaitan dengan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan GSC termasuk kebijakan Dekonsentrasi; 2. Menyusun dokumen anggaran GSC yang meliputi RAB, RKA-KL,SP-SA-PSK, dan DIPA termasuk untuk urusan Dekonsentrasi; 3. Menyusun Dokumen NPUB; 4. Menyusun petunjuk teknis pencairan dan penggunaan dana Dekonsntrasi dan urusan Bersama Generasi Sehat dan Cerdas; 5. Mengelola Revisi DIPA GSC; 6. Merumuskan pokok-pokok kebijakan kontrak individu Fasilitator; 7. Memantau pembayaran gaji dan tunjangan Fasilitator. G. KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL (KM-Nasional) Konsultan Manajemen Nasional (KM -Nasional), pada prinsipnya merupakan satu tim kerja yang harus solid dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Secara umum tugas pokok Tim KM-Nasional GSC adalah sebagai berikut: 1. Mengendalikan kinerja pelaksanaan GSC sesuai dengan kebijakan dan PTO yang berlaku; 2. Merumuskan penegasan dan penjelasan teknis pelaksanaan GSC di lapangan dalam rangka pencapaian tujuan program; 3. Mengevaluasi permasalahan dalam penerapan sistem di lapangan, melakukan perbaikan atau penyesuaian sistem serta melaporkan hasil kegiatan; 4. Membantu memberikan masukan secara profesional dalam merumuskan kebijakan program secara nasional (pendanaan, pengadministrasian dan pelaporan); 5. Mengembangkan panduan pelatihan bagi pelaku GSC di kabupaten dan kecamatan baik unsur pemerintah maupun masyarakat; 6. Melakukan evaluasi kinerja KM-Provinsi dan fasilitator dalam mendampingi masyarakat; 7. Melakukan Koordinasi yang intensif dan efektif dengan tenaga pendamping desa baik pusat maupun daerah; 8. Melakukan Koordinasi dengan sektor baik kementerian di pusat, sektor di daerah dan pemerintah daerah terutama di sektor kesehatan dan pendidikan terkait dengan penguatan substansi GSC; 9. Merancang dan melakukan review modul-modul pelatihan untuk Tim Faskab, dan Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PjOK); 10. Mensupervisi KM-Provinsi dalam rangka pembinaan Fasilitator untuk mentaati aturan standar perilaku normatif Fasilitator sesuai dengan Tata Perilaku (Code of Conduct), Etika Profesi dan Kode Etik; 14

18 11. Menyusun panduan pembinaan dan pengendalian kinerja/kompetensi Fasilitator dalam hal pelaksanan program; 12. Melakukan Audit Internal terhadap proses pelaksanaan Pengendalian dan Pembinaan Fasilitator; 13. Melakukan investigasi terhadap rekomendasi KM-Provinsi yang oleh Satker Provinsi diajukan keberatan kepada Satker Pusat; 14. Menyampaikan laporan supervisi pembinaan dan pengendalian Fasilitator kepada Satker Pusat secara tepat waktu; 15. Melakukan supervisi dalam rangka penyelesaian pengaduan dan penanganan masalah; 16. Memfasilitasi pengelolaan asset dan serah terima kegiatan; 17. Melakukan monitoring hasil capaian 12 (dua belas) indikator dan key performance indicators (KPI). H. KONSULTAN MANAJEMEN PROVINSI (KM-Provinsi) Konsultan Manajemen Provinsi (KM-Provinsi), pada prinsipnya merupakan satu tim kerja yang harus solid dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Secara umum tugas pokok KM-Provinsi adalah sebagai berikut: 1. Mengendalikan kinerja pelaksanaan GSC sesuai dengan kebijakan PTO yang berlaku; 2. Merumuskan penegasan dan penjelasan teknis pelaksanaan GSC di lapangan dalam rangka pencapaian tujuan program; 3. Mengevaluasi permasalahan dalam penerapan sistem di lapangan, melakukan perbaikan atau penyesuaian sistem serta melaporkan hasil kegiatan; 4. Membantu memberikan masukan secara profesional dalam merumuskan kebijakan program secara nasional (pendanaan, pengadministrasian dan pelaporan); 5. Mengembangkan panduan pelatihan bagi pelaku GSC di kabupaten dan kecamatan baik unsur pemerintah maupun masyarakat; 6. Memberikan bantuan teknis kepada Satker Provinsi; 7. Melakukan evaluasi kinerja Fasilitator GSC; 8. Melakukan Koordinasi yang intensif dan efektif dengan tenaga pendamping desa baik pusat maupun daerah; 9. Secara umum, untuk bidang program manajemen provinsi bertugas memastikan pelaksanaan pekerjaan kegiatan GSC ditingkat kabupaten dan kecamatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 10. Melakukan Koordinasi dengan sektor baik kementerian di pusat, sektor di daerah dan pemerintah daerah terutama di sektor kesehatan dan pendidikan terkait dengan penguatan substansi GSC; 11. Merancang dan melakukan review modul-modul pelatihan untuk FK, dan PjOK; 12. Mensupervisi Fasilitator dalam rangka pembinaan Fasilitator untuk mentaati aturan standar perilaku normatif Fasilitator sesuai dengan Tata Perilaku (Code of Conduct), Etika Profesi dan Kode Etik; 13. Menyusun panduan pembinaan dan pengendalian kinerja/kompetensi Fasilitator dalam hal pelaksanan program; 14. Mensupervisi Fasilitator dalam rangka pembinaan kinerja dan kompetensi Fasilitator dalam mendampingi masyarakat; 15. Melakukan Audit Internal terhadap proses pelaksanaan Pengendalian dan Pembinaan Fasilitator; 16. Melakukan investigasi terhadap rekomendasi Faskab yang oleh Satker Kabupaten diajukan keberatan kepada Satker Provinsi; 17. Menyampaikan laporan supervisi pembinaan dan pengendalian Fasilitator kepada Satker Provinsi secara tepat waktu; 18. Melakukan pendampingan dalam rangka penyelesaian pengaduan dan penanganan masalah; 19. Memfasilitasi pengelolaan asset dan serah terima kegiatan; 15

19 20. Melakukan monitoring hasil capaian 12 (dua belas) indikator dan key performance indicators (KPI). I. FASILITATOR KABUPATEN (FASKAB) DAN ASISTEN FASKAB Faskab yang meliputi Faskab, dan Asisten Faskab berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator berkewajiban melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 1. Menyusun dokumen administrasi individu (setiap bulannya) yang meliputi: laporan individu (dilampiri LWK yang diketahui PjOKab, SPPD, bukti penerimaan honorarium dan tunjangan, copy NPWP, polis asuransi serta bukti pendukung lainnya) disampaikan secara langsung kepada Satker Provinsi, Satker Kabupaten dan Korprov GSC; 2. Melakukan koordinasi dengan dinas/instansi terkait teknis kabupaten (Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan dinas terkait lainnya) dalam melaksanakan penyusunan Rencana Aksi Daerah Pelayanan Sosial Dasar beserta regulasi/kebijakannya (misalnya Peraturan Daerah dan atau Peraturan Bupati), mengindentifikasi pogram-program lain untuk menghindari tumpang tindih; 3. Berkoordinasi dengan dinas/instansi terkait di tingkat kabupaten dalam mengawal regulasi/kebijakan terkait prioritas penggunaan dana desa, yang berpihak pada pelayanan sosial dasar (kesehatan d an pendidikan); 4. Mensosialisasikan prinsip, prosedur dan kebijakan program yang baru kepada Pemerintah Daerah, DPRD, instansi/dinas terkait seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan serta LSM ataupun lembaga program lain yang sejenis pelaku program di tingkat kabupaten; 5. Melakukan koordinasi dan membangun jaringan kerja dengan penyedia layanan tingkat kabupaten, LSM, Perguruan tinggi dan organisasi lainnya dalam rangka penyebarluasan informasi, keterbukaan dan pengawasan pelaksanaan program; 6. Memberikan bantuan teknis kepada Tim Koordinasi Kabupaten dalam pelaksanaan program; 7. Memberikan dukungan teknis dan bimbingan kepada FK dalam mendukung pelaksanaan kegiatan GSC berbasis kebijakan Pelayanan Sosial Dasar dalam pelaksanaan mendukung implementasi UU Desa; 8. Melakukan kunjungan lapangan secara rutin dan berkelanjutan untuk supervisi dan monitoring, guna memastikan pelaksanaan GSC berbasis Pelayanan Sosial Dasar dalam pelaksanaan implementasi UU Desa penerapan prinsip-prinsip, kebijakan dalam setiap tahapan program mulai dari perencanaan, pencairan hingga penggunaan dana dan pelestarian; 9. Memeriksa kualitas dan kelengkapan semua tahapan perencanaan sebelum dilakukan pendanaan kegiatan. Melaksanakan pemeriksaan dan mendukung FK dalam melaksanakan serta merapikan semua dokumen-dokumen perencanaan dan pelaksanaan GSC tahun-tahun sebelumnya dan mengarsipkannya dengan baik; 10. Mengadakan pertemuan bulanan dengan FK untuk membahas permasalahan dan kendala pelaksanaan GSC berbasis pelayanan sosial dasar, menerima dan memeriksa laporan bulanan, mengumpulkan cerita-cerita cerdas ( best practices) dari FK serta membahas permasalahan atau kendala yang terjadi serta memberikan peningkatan kapasitas dalam bentuk In-Service Training (IST) pada setiap Rakor Kabupaten setiap bulan dengan tema-tema yang berbeda; 11. Mendokumentasikan dan mengarsipkan semua laporan, rekaman kegiatan baik dalam bentuk foto/film/video/gambar dengan baik serta mempublikasikannya kegiatan GSC melalui media sosial (twitter, facebook, dan lain-lain) maupun media cetak lokal setempat; 16

20 12. Bersama Faskeu bertanggungjawab dalam mengendalikan dan penyelesaian pelaporan seluruh datadata kegiatan GSC serta melakukan evaluasi kinerja FK dan melaporkan kepada KM-Provinsi, setiap triwulan; 13. Bersama Faskeu melaksanakan audit internal perencanaan, keuangan dan pelaksanaan kegiatan serta pelestarian kegiatan GSC dan menyusun laporan setiap bulan dalam laporan bulanan serta laporan audit internal yang disampaikan kepada KM-Provinsi, Satker Provinsi dan Kabupaten secara tepat waktu; 14. Melakukan pengendalian seluruh data terkait program di tingkat kabupaten dan kecamatan; 15. Memastikan ketepatan dan keakuratan data maupun laporan melalui proses verifikasi dan validasi terhadap data yang dilaporkan; 16. Membuat Laporan Akhir Penyelesaian GSC secara lengkap; 17. Memfasilitasi pengelolaan asset dan serah terima kegiatan; 18. Melakukan monitoring hasil capaian 12 (dua belas) indikator dan key performance indicators (KPI). J. FASILITATOR KEUANGAN (FASKEU) Fasilitator keuangan (Faskeu) berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator berkewajiban melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 1. Menyusun dokumen administrasi individu (setiap bulannya) yang meliputi: lapo ran individu (dilampiri LWK yang diketahui PjOKab, SPPD, bukti penerimaan honorarium dan tunjangan, copy NPWP, polis asuransi serta bukti pendukung lainnya) disampaikan secara langsung kepada Satker Provinsi dan Korprov GSC; 2. Melakukan koordinasi dengan dinas/instansi terkait (Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan dinas terkait lainnya) dalam melaksanakan penyusunan Rencana Aksi Daerah Pelayanan Sosial Dasar beserta regulasi/kebijakannya (misalnya Peraturan Daerah dan atau Peraturan Bupati); 3. Berkoordinasi dengan dinas/instansi terkait di tingkat kabupaten dalam mengawal regulasi/kebijakan terkait prioritas penggunaan dana desa, yang berpihak pada pelayanan sosial dasar (kesehatan dan pendidikan); 4. Mensosialisasikan prinsip, prosedur dan kebijakan program yang baru kepada Pemerintah Daerah, DPRD, instansi/dinas terkait seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan serta LSM ataupun lembaga program lain yang sejenis di tingkat kabupaten; 5. Melakukan koordinasi dan membangun jaringan kerja dengan penyedia layanan tingkat kabupaten, LSM, Perguruan tinggi dan organisasi lainnya dalam rangka penyebarluasan informasi, keterbukaan dan pengawasan pelaksanaan program; 6. Melakukan kunjungan lapangan secara rutin dan berkelanjutan untuk supervisi dan monitoring, guna memastikan pelaksanaan GSC berbasis Pelayanan Sosial Dasar dalam pelaksanaan implementasi UU Desa; 7. Melaksanakan pemeriksaan dan mendukung FK dalam melaksanakan serta merapikan semua dokumen-dokumen terkait dengan keuangan GSC tahun-tahun sebelumnya dan mengarsipkannya dengan baik; 8. Bersama-sama dengan Faskab mendokumentasikan dan mengarsipkan semua laporan, rekaman kegiatan baik dalam bentuk foto/film/video/gambar dengan baik serta mempublikasikannya kegiatan GSC melalui media sosial (twitter, facebook, dan lain-lain) maupun media cetak lokal setempat; 9. Bersama Faskab bertanggungjawab dalam mengendalikan dan penyelesaian pelaporan seluruh datadata kegiatan GSC terkait dengan keuangan serta melakukan evaluasi kinerja FK dan melaporkan kepada Korprov setiap triwulan; 17

21 19. Bersama Faskab melaksanakan audit internal perencanaan, keuangan dan pelaksanaan kegiatan serta pelestarian kegiatan GSC dan menyusun laporan setiap bulan dalam laporan bulanan serta laporan audit internal yang disampaikan kepada KM-Provinsi, Satker Provinsi dan Kabupaten secara tepat waktu; 10. Memfasilitasi dan mendukung Satker Kabupaten dalam Pelaporan Realisasi Dana Urusan Bersama (LRA); 11. Melakukan Monitoring dan membuat administrasi serta melaporkan realisasi dana APBN/HLN di tingkat Kabupaten; 12. Memastikan terpenuhinya persyaratan dokumen pencairan dan penyaluran dana APBN/HLN sesuai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan; 13. Memfasilitasi Satker Kabupaten, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dokumen pencairan dan kelancaran pelaporan dana APBN/HLN (Standar Akuntansi Indonesia/SAI), memberikan dukungan pelaporan dan pengiriman copy dokumen SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana), serta fasilitasi penyiapan dan pengelolaan dokumen pendanaan, pelaporan pendanaan APBN/HLN; 14. Bersama Faskab, memberikan dukungan pelaporan dan pengiriman copy dokumen SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana); 15. Bersama dengan Faskab bertanggung jawab dalam fasilitasi penyiapan dan pengelolaan dokumen pendanaan, pelaporan pendanaan APBN/HLN, serta pembuatan konsolidasi laporan keuangan UPK di tingkat Kabupaten; 16. Melakukan review dan bantuan teknis kepada UPK dan FK untuk penyiapan dokumen pencairan dan penyaluran dana APBN/HLN; 17. Melakukan review dan bantuan teknis kepada pengurus UPK; 18. Memberikan bantuan teknis kepada FK dalam melakukan pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan dana program; 19. Melakukan supervisi pengelolaan keuangan; 20. Bersama dengan Faskab bertanggung jawab dalam implementasi dan pelaporan realisasi internal audit; 21. Melakukan fasilitasi kepada eksternal auditor ( BPKP/Itwilkab/Bawasda) dalam melakukan proses audit GSC; 22. Membuat desain peningkatan kapasitas, fasilitasi proses peningkatan kapasitas dan melaporkan realisasi peningkatan kapasitas dalam pengelolaan keuangan kepada masyarakat maupun kepada FK; 23. Memantau dan mengendalikan pemanfaatan DOK di UPK; 24. Pengendalian seluruh data keuangan terkait program di tingkat kabupaten dan kecamatan 25. Memastikan ketepatan dan keakuratan data maupun laporan melalui proses verifikasi dan validasi terhadap data yang dilaporkan; 26. Membuat Laporan Akhir Penyelesaian GSC secara lengkap dan komprehensif; 27. Memfasilitasi pengelolaan asset dan serah terima kegiatan; 28. Melakukan monitoring hasil capaian 12 (dua belas) indikator dan key performance indicators (KPI) Terhadap lokasi BLM Kegiatan : 29. Melakukan review dan bantuan teknis kepada pengurus UPK dan Pelaksana Kegiatan (PK) dalam pengelolaan keuangan yang mencakup administrasi, pelaporan, pengelolaan dokumen administrasi dan pelaporan keuangan termasuk pengelolaan keuangan rekening Pokja (Kelompok Kerja). bantuan teknis kepada dan FK dalam melakukan pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan dana program; 30. Melakukan supervisi pengelolaan keuangan dan pelaporan keuangan termasuk penyaluran BLM kegiatan multi yang ada di Rekening Pokja; 18

22 31. Memfasilitasi penguatan UPK dan PK dalam bidang pengelolaan keuangan termasuk rekening Pokja; 32. Memfasilitasi pelatihan UPK, Pokja dan kelompok Masyarakat serta PK, termasuk dalam penyiapan modul-modul pelatihan. K. FASILITATOR KECAMATAN (FK) DAN ASISTEN FK Berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator, maka FK dan Asisten FK berkewajiban melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 1. Menyusun laporan bulanan mengenai kegiatan GSC paling lambat pada tanggal 1 (satu) bulan berikutnya, dilampiri dokumen LWK, SPPD, tanda terima honorarium, tunjangan, copy NPWP, polis asuransi serta bukti pendukung lainnya dan menyampaikan langsung kepada Satker Provinsi, Satker Kabupaten dan telah disetujui oleh Faskab; 2. Memfasilitasi dan memastikan pelaksanaan GSC terintegrasi dengan tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Desa; 3. Memfasilitasi dan memastikan kegiatan pelayanan sosial dasar yang akan dilaksanakan, dikoordinasikan dengan pemerintahan desa dan tercatat dalam RPJM Desa, RKP Desa dan APBDes; 4. Mensosialisasikan kepada aparat dan lembaga pemerintahan Desa akan pentingnya kegiatan pelayan sosial dasar terutama aspek pendidikan dan kesehatan melalui koordinasi dengan para pendamping desa serta para penyedia layanan pendidikan dan kesehatan di Desa dan Kecamatan; 5. Memfasilitasi dan memastikan pelembagaan pembangunan desa sebagai upaya optimalisasi akses dan kualitas layanan sosial dasar untuk mendorong keberlanjutan program di desa; 6. Bersama-sama pendamping desa dan pendamping lokal desa melaksanakan advokasi dan lobi kepada Pemerintah Desa, BPD maupun lembaga terkait di tingkat desa terkait pentingnya pelayanan sosial dasar bagi masyarakat desa; 7. Bersama-sama pendamping desa dan pendamping lokal desa mendukung serta memastikan Pemerintah Desa mengeluarkan Perdes terkait dengan pelayanan sosial dasar; 8. Memastikan kader GSC (KPMD, TPMD, Kader Posyandu, Pokja GSC) masuk ke dalam Tim Review RPJM desa, Tim Penyusun RKP Desa dan APB Desa; 9. Melakukan penjajakan kebutuhan (need assessment) pelatihan masyarakat guna memastikan kesesuaian kebutuhan modul pelatihan; 10. Memfasilitasi pelaksanaan koordinasi lintas sektor antara Unit Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD) bidang kesehatan dan pendidikan tingkat kecamatan dengan pemerintah desa serta BPD; 11. Melaksanakan serta merapikan semua dokumen-dokumen perencanaan, pelaksanaan dan keuangan GSC tahun-tahun sebelumnya dan mengarsipkannya dengan baik; 12. Mendokumentasikan dan mengarsipkan semua laporan, rekaman kegiatan baik dalam bentuk foto/film/video/gambar dengan baik serta mempublikasikannya kegiatan GSC melalui media sosial (twitter, facebook, dan lain-lain) maupun media cetak lokal setempat; 13. Memastikan pencatatan transaksi keuangan pembukuan up to date dan disertai dokumen pendukung; 14. Memastikan ketepatan dan keakuratan data maupun laporan melalui proses verifikasi dan validasi terhadap data yang dilaporkan; 15. Membuat laporan bulanan sesuai ketentuan program dan mengirimkannya kepada Fasilitator tingkat Kabupaten, PjOK Kecamatan dan Satker Kabupaten dengan tepat waktu dan substansi laporan yang informatif; 16. Membuat Laporan Akhir Penyelesaian GSC secara lengkap; 17. Memfasilitasi pengelolaan asset dan serah terima kegiatan; 18. Melakukan monitoring hasil capaian 12 (dua belas) indikator dan key performance indicators (KPI). 19

23 L. OPERATOR KOMPUTER (OPKOM) Berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalian Fasilitator, maka Operator Komputer berkewajiban melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 1. Menerima data/dokumen: menerima pengumpulan data/dokumen dari FK, mencatat dokumen/data dalam list penerimaan dokumen/data agar bisa diketahui history dokumen/data yang masuk, membuat tanda terima penerimaan dokumen/data yang masuk, mengatur penyimpanan sementara dokumen/data sebelum diperiksa; 2. Pemeriksaan kelengkapan data: memeriksa dokumen/data yang masuk dari FK sudah sesuai/belum dengan permintaan kabupaten, dokumen/data yang sudah sesuai dan telah diverifikasi/validasi oleh Faskab/Faskeu diberi urutan berdasarkan prioritas/rutinitas untuk di input ke aplikasi; 3. Entry data aplikasi: aplikasi Progen, Protak, Disbursment, PPM, PPKM, dan SPC, melakukan entry/input data ke aplikasi-aplikasi tersebut dengan teliti dan benar sesuai SOP masing-masing aplikasi, melaporkan masalah yang timbul dalam menjalankan aplikasi kepada MIS Provinsi; 4. Pemeriksaan output: data output aplikasi harus diperiksa kembali dengan melakukan pencocokan dengan dokumen hardcopy, data output yang sudah dianggap benar diserahkan ke Fasilitator Tingkat Kabupaten untuk dilakukan verifikasi, data yang telah diverifikasi didokumentasikan dalam form control serta dikirim ke provinsi atau di upload ke aplikasi pusat (progen dan disbursement), dokumentasi form control dilaporkan setiap bulannya untuk dilampirkan pada laporan bulanan kabupaten; 5. Pengarsipan dokumen, data serta backup data: data yang dihasilkan harus diarsip dengan baik dan sistematis baik yang berbentuk hardcopy, softcopy atau berbentuk database, melakukan backup terhadap seluruh data dengan metode backup yang dianggap lebih aman, efektif dan efisien. 20

24 BAB III ADMINISTRASI KONTRAK INDIVIDU A. PENANDATANGAN KONTRAK KERJA Titik awal dimulainya kontrak kerja dalam Generasi Sehat dan Cerdas adalah dengan ditandatanganinya dokumen kontrak antara Fasilitator dengan Satker Provinsi. Berkaitan dengan penandatangan Kontrak Kerja diterapkan prosedur sebagai berikut: 1. Satker Provinsi dengan dibantu oleh Sekretariat Provinsi mempersiapkan dokumen Kontrak Kerja dengan mengacu pada contoh dokumen Kontrak Kerja GSC yang berlaku secara nasional sebagaimana terlampir. 2. Kontrak Kerja harus ditandatangani oleh kedua belah pihak paling lambat 1 (satu) minggu sebelum Satker Provinsi mengajukan pembayaran Fasilitator ke KPPN dokumen Kontrak Kerja dimaksud harus sudah selesai ditandatangi kedua belahpihak baik Fasilitator maupun Satker Provinsi. 3. Sekretariat Provinsi bersama KM-Nasional memproses penandatanganan Kontrak Kerja antara Fasilitator dengan Satker Provinsi. B. PENERBITAN SURAT PERINTAH TUGAS Penempatan Fasilitator di lokasi tugas tertentu ditetapkan dalam Surat Perintah Tugas (SPT). Berbekal SPT seorang Fasilitator memiliki dasar aturan yang legal untuk bekerja di kabupaten atau kecamatan lokasi GSC. Berkaitan dengan penerbitan SPT diterapkan prosedur sebagai berikut: 1. SPT yang disahkan oleh Satker Provinsi disusun berdasarkan hasil pemetaan (mapping) lokasi tugas Fasilitator yang dibuat dan ditandatangi oleh Korprov. 2. Satker Provinsi memberikan SPT sebelum dilakukan mobilisasi Fasilitator ke lokasi tugas. Jikalau SPT masih proses penyelesaian maka penyampaian kepada Fasilitator SPT paling lambat 1 (satu) minggu setelah Fasilitator berada di lokasi tugas. C. DATABASE FASILITATOR Satker Provinsi berkewajiban menyusun Biodata, Daftar Induk, Mapping, Daftar Lokasi Kosong, dan Daftar Cuti Fasilitator di setiap tahun angaran untuk digunakan sebagai data dasar yang digunakan dalam proses pembinaan dan pengendalian Fasilitator khususnya sebagai dasar pembayaran. Berkaitan dengan penyusunan Daftar Induk Fasilitator diterapkan prosedur sebagai berikut: 1. Biodata Fasilitator baik yang aktif maupun sudah tidak aktif, biodata memuat data-data sebagai berikut: a. Nomor Induk Fasilitator b. Foto Fasilitator c. Nama, Jenis Kelamin d. Tempat dan Tanggal lahir e. Alamat KTP, Alamat Domisili f. No. HP, Alamat , Jejaring Akun g. Pendidikan (Universitas, Jurusan, Tahun Lulus) h. Riwayat Bekerja di GSC (Nomor Kontrak, No. SPT, Posisi, dan Lokasi Tugas) i. Riwayat Bekerja di Bidang 2. Data Induk Fasilitator yang memuat data-data sebagai berikut: a. Administrasi Kontrak Kerja (Nomor Kontrak, Nomor SPT, dan Tgl Mulai Bertugas) 21

25 b. Nama lengkap beserta gelar kesarjanaan. c. Jenis kelamin. d. Alamat rumah beserta nomer telepon rumah, HP maupun alamat . e. Tempat dan tanggal lahir. f. Pendidikan terakhir g. Posisi (Faskab, Faskeu, Asisten Faskab, FK, Asisten FK) h. Lokasi Tugas (Provinsi, Kabupaten, kecamatan, dan Jumlah Desa) i. Honorarium dan tunjangan (Honorarium, Perumahan, Komunikasi, Transportasi, Asuransi, Opr.Kantor, Perjalanan Dinas) j. Nomor Rekening k. Nomer NPWP. 3. Mapping/ Rekapitulasi Pemetaan Fasilitator memuat data-data sebagai berikut: a. Nama Provinsi b. Jumlah Lokasi (Kabupaten dan Kecamatan) c. Kuota Fasilitator (Faskab, Faskeu, Ass. Faskab, FK, Ass. FK, dan Opkom) d. Fasilitator Terisi (Faskab, Faskeu, Ass. Faskab, FK, Ass. FK, dan Opkom) e. Kekosongan Fasilitator (Faskab, Faskeu, Ass. Faskab, FK, Ass. FK, dan Opkom) f. Cadangan (Kuota dan Sisa) 4. Daftar Lokasi Kosong memuat data-data sebagai berikut: a. Lokasi (Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi) b. Nama Fasilitator Lama c. Posisi d. Alasan kekosongan e. Rencana Pengisian (Metode dan Waktu) 5. Daftar Cuti fasilitator memuat data-data sebagai berikut: a. Nama b. Jabatan/ Posisi c. Lokasi Tugas (Kecamatan, kabupaten) d. Jatah Cuti (diisi 12 hari/ jumlah cuti dalam setahun) e. Bulan (diisi jumlah hari pengambilan cuti) 6. Biodata, Daftar Induk, Mapping, daftar Lokasi Kosong, dan Daftar Cuti Fasilitator disusun dalam format standar nasional sebagaimana terlampir. 4. Satker Provinsi dibantu KM-Provinsi berkewajiban untuk melakukan pemutakhiran data Fasilitator. 6. Biodata, Daftar Induk, Mapping, Daftar Lokasi Kosong dan Daftar Cuti Fasilitator yang sudah diverifikasi dan dimutakhirkan wajib ditetapkan secara resmi oleh Satker Provinsi dan dilaporkan kepada Satker Pusat dan KM-Nasional paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. D. LAPORAN INDIVIDU Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas yang mengikat perjanjian kerja secara individual dengan Satker Provinsi diwajibkan membuktikan kinerjanya melalui laporan individu, setiap Fasilitator diharuskan membuat laporan individu secara akurat dan tepat waktu sebagai bukti yang cukup kuat bahwa Fasilitator sudah bekerja sehingga mereka memperoleh berhak mendapatkan honorarium dan tunjangan, berkaitan dengan penyampaian Laporan Individu secara langsung oleh Fasilitator kepada Satker Provinsi maka diterapkan prosedur sebagai berikut: 1. Tujuan Laporan Individu 22

26 a. Menyediakan bukti fisik dari setiap Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas bahwa Fasilitator secara individual telah memenuhi janjinya kepada Satker Provinsi untuk bekerja memfasilitasi Generasi Sehat dan Cerdas sesuai tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan sepanjang usia kontraknya; b. Membina dan mengendalikan kinerja Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas berdasarkan kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai oleh setiap Fasilitator dalam mendampingi pelaksanaan program; c. Menyediakan informasi konkret tentang kinerja Fasilitator secara individual sebagai dasar legal bagi Satker Provinsi dalam pengambilan keputusan manajemen berkaitan dengan pembayaran honorarium dan tunjangan; d. Menyediakan informasi konkret tentang kinerja Fasilitator secara individual sehingga dapat dijadikan sebagai dasar legal bagi Satker Provinsi dalam pengambilan keputusan manajemen berkaitan dengan evaluasi kinerja, pemberian sanksi administratif maupun pemutusan hubungan kerja; 2. Prinsip Laporan Individu a. Sederhana: laporan dibuat secara sederhana (tidak dijilid atau menggunakan cover khusus) dan diupayakan seringkas mungkin. b. Akurat: data yang dijadikan bahan laporan harus akurat dan sesuaikondisi yang terjadi. c. Informatif: isi dari laporan tersebut harus informatif dan mudah dimengerti. d. Tepat waktu: laporan disampaikan tepat pada waktunya sesuai jadwal yangtelah ditetapkan. e. Up to date: data yang terlaporkan adalah data terbaru jika dihitung dari periode laporan. 3. Format Laporan Individu Laporan Individu adalah laporan yang dibuat rutin setiap bulan oleh setiap Fasilitator. Laporan Individu memuat kegiatan individu Fasilitator dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tupoksinya selama 1 (satu) bulan berjalan.laporan Individu disampaikan secara langsung kepada Satker DPMD Provinsi dan ditembuskan kepada supervisornya masing-masing. Laporan individu harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen administrasi sebagai berikut: a. LWK yang diketahui oleh PjOK bagi FK/Asisten FK dan PjOKab bagi Tim Faskab. b. Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD). c. Laporan perjalanan dinas. d. Laporan penggunaan dana operasional kantor. e. Bukti-bukti lainnya yang diperlukan dari Fasilitator (format terlampir). f. Prosedur Pelaporan Administrasi Konsultan/Fasilitator Fasilitator berkewajiban mengirimkan Laporan Individu beserta lampirannya kepada Satker Provinsi dan supervisornya masing-masing, laporan Individu harus dikirimkan paling lambat tanggal 1 (satu) setiap bulannya. E. LEMBAR WAKTU KERJA (LWK) Fasilitator wajib menyusun Lembar Waktu Kerja (LWK) sebagai dasar kendali ketaatan Fasilitator terhadap kontrak kerja. Berkaitan dengan penyampaian LWK secara langsung oleh Fasilitator kepada Satker Provinsi maka diterapkan prosedur sebagai berikut: 1. Prinsip-prinsip LWK a. LWK adalah dokumen yang dapat dijadikan bukti tentang kehadiran Fasilitator dilokasi tugas. b. Setiap Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas berkewajiban untuk menyusun LWK secara benar sesuai format baku yang ditetapkan. c. Setiap Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas bertanggung jawab penuh terhadap kebenaran isi LWK. 23

27 d. Jika Fasilitator tidak sengaja membuat kesalahan dalam penyusunan LWK maka Supervisor wajib melakukan pembimbingan dan Fasilitator tetap diberikan honorarium dan tunjangan secara penuh untuk satu bulan berjalan. e. Apabila terbukti Fasilitator secara sengaja melakukan kesalahan dengan memalsukan LWK bulan sebelumnya, maka Satker Provinsi wajib tidak membayar honorarium dan tunjangan bulan berjalan serta menerbitkan surat PHK. 2. Mekanisme Penyusunan dan Penyampaian LWK dari FK dan Asisten FK. a. Setiap FK dan Asisten FK berkewajiban untuk menyusun LWK sendiri. (Format LWK terlampir). b. LWK ditandatangi oleh Fasilitator bersangkutan dan diketahui oleh Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PjOK). c. Dokumen LWK yang diketahui secara resmi oleh PjOK dapat digunakan sebagai bahan lampiran Laporan Individu yang disampaikan secara langsung kepada Satker Provinsi dengan tembusan Faskab paling lambat tanggal 3 (tiga) setiap bulan yaitu pada saat Rapat Koordinasi (Rakor) bulanan di kabupaten. d. Faskab berkewajiban memeriksa kebenaran LWK termasuk kesesuaian antara LWK dan tanggal perjalanan dinas FK dan Asisten FK. e. Apabila di dalam LWK yang diajukan FK dan Asisten FK terdapat kesalahan yang tidak disengaja dalam penyusunan LWK maka Faskab berkewajiban mensupervisi FK dan Asisten FK untuk memperbaiki LWK. f. Apabila LWK yang diperiksa dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya maka Faskab berkewajiban memberikan persetujuan. g. LWK yang disetujui Faskab kemudian dibuat salinan untuk dijadikan arsip di kantor Tim Faskab. Dokumen LWK yang asli dikirimkan kepada Satker Provinsi paling lambat tanggal 15 (lima belas) setiap bulannya. h. Apabila di dalam LWK yang diajukan FK dan Asisten FK ditemukan ada pemalsuan atau kesalahan yang disengaja, ditempuh langkah sebagai berikut: 1) Faskab berkewajiban melaporkan pemalsuan LWK kepada Korprov. 2) Korprov memverifikasi laporan Faskab. 3) Jika laporan Faskab terbukti benar, Korprov harus mengajukan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk menerbitkan Surat PHK. 4) Karena pemalsuan LWK termasuk pelanggaran kontrak kerja maka Satker Provinsi berkewajiban untuk melakukan PHK. 5) Apabila laporan Faskab tentang pemalsuan atau kesalahan LWK FK/Asisten FK terbukti tidak benar, maka Korprov wajib mengajukan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk membayarkan secara penuh honorarium dan tunjangan FK/Asisten FK selama bulan berjalan. i. Terhadap kesalahan Faskab dalam melakukan verifikasi LWK FK/Asisten FK dilakukan pengaturan sebagai berikut: 1) Korprov menginvestigasi kesalahan Faskab dalam proses verifikasi LWK yang diajukan FK/Asisten FK 2) Apabila kesalahan verifikasi dimaksud dikarenakan kelemahan kompetensi, maka Faskab diberikan penilaian evaluasi dengan nilai D 3) Jika kesalahan verifikasi dimaksud akibat kesengajaan Faskab, maka Korprov wajib mengajukan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk menerbitkan Surat PHK kepada Faskab karena melanggar Code of Conduct. 3. Mekanisme Penyusunan dan Penyampaian LWK dari Tim Faskab. a. Setiap Tim Faskab berkewajiban untuk menyusun LWK sendiri. (Format LWK terlampir). 24

28 b. LWK ditandatangani oleh Fasilitator yang bersangkutan dan diketahui oleh Penanggungjawab Operasional Kabupaten (PjOKab). c. Dokumen LWK Tim Faskab yang sudah diketahui secara resmi oleh PjOKab sudah dapat digunakan sebagai bahan lampiran Laporan Individu yang disampaikan secara langsung kepada Satker Provinsi dengan tembusan Korprov paling lambat tanggal 3 (tiga) setiap bulan. d. Korprov memeriksa kebenaran isi LWK termasuk kesesuaian antara LWK dan tanggal perjalanan dinas Tim Faskab. e. Jika LWK Tim Faskab dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya maka Korprov berkewajiban memberikan persetujuan. f. LWK yang disetujui Korprov kemudian dibuat salinan untuk dijadikan arsip di Kantor KM-Provinsi bersangkutan. Dokumen LWK yang asli dikirimkan kepada Satker Provinsi paling lambat tanggal 15 (lima belas) setiap bulannya. g. Jika LWK Tim Faskab terdapat kesalahan yang tidak disengaja dalam penyusunan LWK maka KM-Provisni berkewajiban mensupervisi Tim Faskab untuk memperbaiki dokumen LWK. h. Apabila Tim Faskab terbukti secara sengaja memalsukan LWK maka Korprov wajib merekomendasikan Satker Provinsi untuk menerbitkan surat PHK. i. Karena pemalsuan LWK termasuk pelanggaran kontrak kerja maka Satker Provinsi berkewajiban untuk melakukan PHK. F. ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS Perjalanan dinas adalah sebuah sarana penunjang bagi Fasilitator untuk dapat memfasilitasi proses kegiatan Generasi Sehat dan Cerdas di wilayah desa dan antar desa. Oleh sebab itu, pemanfaatan dana perjalanan dinas harus direncanakan secara matang agar pendampingan dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk itu, Fasilitator wajib mengelola dana perjalanan dinas dengan prosedur sebagai berikut: 1. Administrasi Perjalanan Dinas FK a. FK wajib menyusun Rencana Perjalanan Dinas (RPD) untuk selama 1 (satu) bulan berikutnya. RPD disusun dengan mempertimbangkan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) dan urgensi kebutuhan masyarakat di tingkat kelompok, dusun dan desa. (Format RPD sebagaimana terlampir) b. FK wajib menyampaikan RPD untuk diketahui PjOK sebelum dimintakan persetujuan dari Faskab. c. RPD yang ditandatangi FK dan PjOK diajukan kepada Faskab satu bulan sebelum realisasi perjalanan dinas yaitu pada saat dilakukan rapat kordinasi (rakor) bulanan di kabupaten. d. Setiap FK wajib menjalankan perjalanan dinas sesuai dengan RPD yang disetujui Faskab. Jika terjadi perubahan RPD, setiap FK wajib menyusun penjelasan tertulis yang diketahui oleh PjOK untuk dijadikan lampiran dokumen SPPD. e. Setiap perjalanan dinas FK ke desa-desa atau perjalanan dinas ke rakor bulanan di kabupaten harus berdasarkan Surat Perintah Tugas (SPT) dan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) yang diketahui oleh PjOK. (Format SPT dan SPPD terlampir) f. Perjalanan dinas FK ke kelompok/dusun/desa harus dibuktikan dengan ditandatanginya SPPD oleh kepala desa/sekretaris desa dan dibubuhi stempel desa yang resmi. g. Perjalanan dinas FK harus dibuktikan dengan ditandatanginya SPPD FK oleh PjOkab atau pejabat setingkat kepala seksi di Kantor/Dinas PMD Kabupaten dan dibubuhi stempel desa yang resmi. h. Setiap perjalanan dinas FK harus dibuktikan dengan Laporan Perjalanan Dinas. (Format Laporan Perjalanan Dinas sebagaimana terlampir) i. SPPD dan Laporan Perjalanan Dinas wajib dilampirkan oleh setiap FK pada saat menyampaikan Laporan Individu kepada Satker Provinsi, Kabupaten dan Faskab. 25

29 j. Faskab berkewajiban memeriksa kebenaran SPPD dalam kaitannya dengan LWK dan laporan individu yang diajukan FK. k. Jika FK secara sengaja memalsukan dokumen SPPD maka ditempuh langkah langkah sebagai berikut: 1) Faskab berkewajiban melaporkan pemalsuan SPPD kepada Korprov. 2) Korprov memverifikasi laporan Faskab. 3) Jika laporan Faskab terbukti benar, Korprov harus mengajukan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk menerbitkan Surat PHK. 4) Karena pemalsuan LWK termasuk pelanggaran kontrak kerja maka Satker Provinsi berkewajiban untuk melakukan PHK. 5) Apabila laporan Faskab tentang pemalsuan SPPD terbukti tidak benar, maka Korprov wajib mengajukan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk membayarkan secara penuh honorarium dan tunjangan FK/Asisten FK selama bulan berjalan. 2. Administrasi Perjalanan Dinas Tim Faskab a. Tim Faskab berkewajiban untuk menyusun RPD selama 2 (dua) bulan berikutnya. RPD disusun dengan mempertimbangkan RKTL dan urgensi kebutuhan program yang mendesak untuk disupervisi. b. Tim Faskab berkewajiban mengajukan RPD untuk diketahui PjOKab sebelum dimintakan persetujuan dari Korprov. Persetujuan Korprov harus diberikan 2 (dua) bulan sebelum realisasi perjalanan dinas yaitu pada saat dilakukan rapat koordinasi (rakor) dwibulanan di provinsi. c. Setiap Tim Faskab wajib menjalankan perjalanan dinas sesuai dengan RPD yang disusunnya. Jika terjadi perubahan RPD, setiap Tim Faskab wajib menyusun penjelasan tertulis yang diketahui oleh PjOKab untuk dijadikan lampiran dokumen SPPD. d. Setiap perjalanan dinas Tim Faskab ke kecamatan dan desa atau perjalanan dinas ke rakor dwibulanan di provinsi harus berdasarkan Surat Perintah Tugas (SPT) dan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) yang diketahuioleh PjOK. (Format SPT dan SPPD terlampir) e. Perjalanan dinas Tim Faskab ke desa dan kecamatan harus dibuktikan dengan ditandatanginya SPPD Tim Faskab oleh Camat/PjOK dan dibubuhi stempel kecamatan yang resmi. f. Perjalanan dinas Tim Faskab ke Provinsi sebagai peserta rakor dwibulanan harus dibuktikan dengan ditandatanginya SPPD Faskab oleh PjOProv atau pejabat setingkat kepala seksi di Dinas PMD Provinsi. g. Setiap perjalanan dinas Tim Faskab harus dibuktikan dengan Laporan Perjalanan Dinas. (Format Laporan Perjalanan Dinas sebagaimana terlampir) h. SPPD dan Laporan Perjalanan Dinas Tim Faskab wajib dilampirkan pada saat menyampaikan Laporan Individu kepada Satker Provinsi dan Korprov. i. KM-Provinsi wajib memeriksa kebenaran SPPD dalam kaitannya dengan LWK dan laporan individu yang diajukan FK. j. Jika Tim Faskab terbukti secara sengaja memalsukan SPPD maka Korprov wajib merekomendasikan Satker Provinsi untuk menerbitkan surat PHK. k. Karena pemalsuan SPPD termasuk pelanggaran kontrak kerja maka Satker Provinsi berkewajiban untuk melakukan PHK. G. LAPORAN TUNJANGAN OPERASIONAL KANTOR Fasilitator akan mendapatkan tunjangan operasional kantor. Tunjangan ini dikelola bersama dan dikoordinasikan salah seorang Tim Faskab atau FK yang ditunjuk sebagai Koordinator Fungsional. Kendatipun penyaluran tunjangan operasional kantor untuk Tim Faskab dan FK dibayarkan melalui 26

30 mekanisme lumpsum, namun penggunaan tunjangan dimaksud wajib dilaporkan demi terciptanya transparansi dan akuntabilitas. Prosedur penyusunan laporan penggunaan tunjangan operasional kantor adalah sebagai berikut: 1. Setiap pembelian barang yang dibayarkan dari Tunjangan Operasional Kantor wajib dimintakan bukti pembayaran pada toko/pedagang berupa kwitansi; 2. Bukti-bukti pembayaran berupa kuitansi dimaksud diarsipkan sebagai dokumen administrasi yang terbuka untuk diaudit; 3. Koordinator Fungsional menyusun dan menandatangani Laporan Penggunaan Tunjangan Operasional Kantor yang memuat rincian pembelanjaan operasional kantor. (Format Laporan Penggunaan Tunjangan Operasional terlampir); 4. Laporan Penggunaan Tunjangan Operasional dilampirkan dalam Laporan Individu Faskab atau FK yang ditunjuk sebagai Koordinator Fungsional yang disampaikan kepada Satker Provinsi paling lambat tanggal 3 (tiga) setiap bulannya. H. BUKTI PENERIMAAN HONORARIUM DAN TUNJANGAN Satker Provinsi berkewajiban untuk memantau penerimaan honorarium dan tunjangan yang diterima Fasilitator dengan prosedur sebagai berikut: 1. Tanda Bukti Penerimaan Pembayaran untuk FK a. Fasilitator secara individual berkewajiban melaporkan honorarium dan tunjangan yang diterimanya. Khusus Asisten FK hanya melaporkan honorarium. b. Laporan FK kepada Faskab meliputi besaran/jumlah dana serta tanggal penerimaan dan wajib disampaikan secara tertulis kepada Faskab setiap awal bulan yaitu pada saat dilakukan rapat kordinasi (rakor) bulanan di kabupaten. c. Faskab berkewajiban menyusun rekapitulasi laporan penerimaan honorarium dan tunjangan FK yang ditandatangi Faskab bersama seluruh FK. (Format Rekapitulasi Laporan Penerimaan Honorarium dan Tunjangan terlampir) d. Rekapitulasi Laporan Penerimaan Honorarium dan Tunjangan FK/Asisten FK disampaikan kepada Satker Provinsi paling lambat setiap tanggal 15 (lima belas). 2. Tanda Bukti Penerimaan Pembayaran untuk Tim Faskab a. Tim Faskab secara individual berkewajiban menginformasikan tentang honorarium dan tunjangan setiap bulannya yang diterimanya dari Satker Provinsi. b. Laporan Tim Faskab kepada Korprov meliputi besaran/jumlah dana serta tanggal diterimanya honorarium dan tunjangan dari Satker Provinsi. c. Setiap Tim Faskab harus menyusun laporan tertulis tentang penerimaan honorarium dan tunjangan. Dokumen laporan ini harus ditandatangi oleh Tim Faskab bersangkutan sehingga berfungsi sebagai Bukti Penerimaan Honorarium dan Tunjangan. (Format Laporan Penerimaan Honorarium dan Tunjangan terlampir) d. Laporan Penerimaan Honorarium dan Tunjangan wajib disampaikan Tim Faskab kepada Korprov dengan media paling lambat tanggal 3 (tiga) tiap bulannya e. Korprov berkewajiban menyusun rekapitulasi Laporan Penerimaan Honorarium dan Tunjangan Tim Faskab. (Format Rekapitulasi Laporan Penerimaan Honorarium dan Tunjangan terlampir) f. Rekapitulasi Laporan Penerimaan Honorarium dan Tunjangan Tim Faskab harus disampaikan kepada Satker Provinsi paling lambat setiap tanggal 15 (lima belas). 27

31 BAB IV REKRUTMEN FASILITATOR A. MAKSUD, TUJUAN dan KELUARAN 1. Maksud dan Tujuan Tujuan dari rekrutmen adalah untuk mendapatkan Fasilitator yang berkualitas, sesuai kualifikasi yang dibutuhkan serta sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip program, Satuan Kerja Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Ditjen PPMD), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, selaku Executing Agency menerbitkan Panduan Teknis Rekrutmen Fasilitator GSC. Isi dari panduan ini mencakup proses penentuan kualifikasi dan standar kompetensi yang dibutuhkan, publikasi untuk menjaring kandidat, sistem seleksi administrasi serta sistem seleksi potensi dan kompetensi dalam proses Seleksi Aktif. Maksud diterbitkannya Panduan Teknis Rekrutmen Fasilitator GSC ini adalah: a. Agar pelaksanaan seleksi calon Fasilitator dapat berjalan sesuai dengan prosedur rekrutmen dan seleksi yang objektif, terpercaya dan absah; b. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan rekrutmen Fasilitator mulai dari proses perhitungan kebutuhan Fasilitator hingga penyaringan calon Fasilitator melalui seleksi aktif; c. Sebagai standar kendali mutu dalam pelaksanaan rekrutmen Fasilitator GSC; d. Sebagai pedoman untuk melakukan supervisi dan post review terhadap proses rekrutmen. 2. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari proses rekrutmen yang diatur dalam panduan teknis ini adalah: a. Daftar pelamar calon Fasilitator GSC; b. Long List calon Fasilitator GSC yang memenuhi kualifikasi; c. Short List calon Fasilitator GSC yang lulus seleksi administrasi dan akan menjadi peserta Seleksi Aktif; d. Calon Fasilitator dan Cadangan Fasilitator GSC yang berkualitas sesuai dengan program dan siap bertugas. B. KUALIFIKASI FASILITATOR Kualifikasi Fasilitator yang akan mengikuti proses rekrutmen Fasilitator GSC adalah sebagai berikut: 1. FASILITATOR KABUPATEN (FASKAB) a. Pendidikan Strata-1 atau Diploma-III dari semua bidang disiplin ilmu; b. Memiliki pengalaman kerja relevan dengan program/proyek pemberdayaan masyarakat, untuk Strata-1 minimal 6 (enam) tahun sedangkan Diploma-III minimal 8 (delapan) tahun c. Berpengalaman mengelola program/proyek pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan diutamakan memiliki pengalaman kerja dalam bidang kesehatan masyarakat dan atau pendidikan d. Berpengalaman mengelola kegiatan pelatihan, termasuk menjadi pelatih sekaligus melakukan pembimbingan kepada Fasilitator dan/atau kelompok masyarakat; e. Memiliki pengalaman berkoordinasi dan/atau bekerjasama dengan pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat, khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat, kesehatan dan pendidikan dasar; f. Diutamakan bagi yang pernah memiliki pengalaman kerja di bidang pemberdayaan masyarakat untuk program kesehatan masyarakat dan pendidikan dasar; 28

32 g. Mampu mengoperasikan peralatan komputer minimal Microsoft Office; h. Sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan; i. Pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal calon Faskab GSC adalah 50 tahun. 2. ASISTEN FASKAB a. Pendidikan Strata-1 atau Diploma-III dari semua bidang disiplin ilmu; b. Asisten Faskab Memiliki pengalaman kerja relevan dengan program/proyek pemberdayaan masyarakat, untuk Strata-1 minimal 5 (lima) tahun sedangkan Diploma-III minimal 8 (delapan) tahun. c. Berpengalaman mengelola program/proyek pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan diutamakan memiliki pengalaman kerja dalam bidang kesehatan masyarakat dan atau pendidikan d. Berpengalaman mengelola kegiatan pelatihan, termasuk menjadi pelatih sekaligus melakukan pembimbingan kepada Fasilitator dan/atau kelompok masyarakat; e. Memiliki pengalaman berkoordinasi dan/atau bekerjasama dengan pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat, khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat, kesehatan dan pendidikan dasar; f. Diutamakan bagi yang pernah memiliki pengalaman kerja di bidang pemberdayaan masyarakat untuk program kesehatan masyarakat dan pendidikan dasar; g. Mampu mengoperasikan peralatan komputer minimal Microsoft Office; h. Sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan; i. Pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal calon Faskab adalah 50 tahun. 3. FASILITATOR KEUANGAN (FASKEU) a. Pendidikan Strata-1, dari bidang disiplin Ilmu Ekonomi untuk semua jurusan (Akuntasi, Manajemen, Pembangunan) dan atau Diploma-III Akuntansi; b. Pengalaman kerja untuk pendidikan S-1 minimum 6 (enam) tahun sedangkan D-III minimum 8 (delapan) tahun; c. Berpengalaman mengelola program/proyek pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan diutamakan memiliki pengalaman kerja dalam bidang kesehatan masyarakat dan atau pendidikan; d. Berpengalaman mengelola kegiatan pelatihan, termasuk menjadi pelatih sekaligus melakukan pembimbingan kepada Fasilitator dan/atau kelompok masyarakat; e. Mempunyai pengalaman dan kemampuan dalam pengelolaan keuangan yang mencakup aspek administrasi keuangan, pelaporan, dan pemeriksaan keuangan; f. Mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office; g. Berpengalaman mengelola kegiatan pelatihan, termasuk menjadi pelatih sekaligus melakukan pembimbingan kepada Fasilitator dan/atau kelompok masyarakat; h. Pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal calon FASKEU adalah 50 (lima puluh) tahun. 4. FASILITATOR KECAMATAN (FK) a. Pendidikan Strata-1 dari semua bidang ilmu dengan pengalaman kerja yang relevan pada program pemberdayaan masyarakat minimal 3 (tiga) tahun, atau Diploma-III dari semua bidang ilmu dengan pengalaman kerja yang relevan dengan program/proyek pemberdayaan masyarakat minimal 5 (lima) tahun; b. Diutamakan memiliki pengalaman kerja dalam bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat; c. Berpengalaman melakukan kegiatan pelatihan yang diadakan untuk memfasilitasi masyarakat dalam program pembangunan; 29

33 d. Memiliki kemampuan melakukan koordinasi dan advokasi dengan pemerintah kecamatan khususnya unit-unit dinas terkait program pemberdayaan masyarakat, kesehatan dan pendidikan serta organisasi kemasyarakatan; e. Mampu mengoperasikan komputer minimal program microsoft office; f. Mampu mengendarai dan menjalankan kendaraan roda dua dengan baik; g. Sanggup bertempat tinggal di kecamatan lokasi tugas; h. Pada saat melakukan pendaftaran usia FK maksimal 45 tahun. Pengecualian dapat diberlakukan apabila dalam proses rekrutmen terdapat banyak pelamar yang tidak mempunyai pengalaman kerja di bidang pemberdayaan masyarakat, meskipun telah menyelesaikan pendidikan S1 lebih dari 3 (tiga) tahun atau DIII lebih dari 5 (lima) tahun, maka dimungkinkan untuk merekrut calon dari S1 yang baru menyelesaikan pendidikannya lebih dari 1 (satu) tahun namun kurang dari 3 (tiga) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut: - Calon Fasilitator adalah pelaku Program yang telah aktif di program sejenis lainnya (diutamakan dari program PNPM Generasi dan GSC) minimal selama 1 (satu) tahun, yaitu sebagai pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK), Pendamping Lokal (PL), Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), Pelaksana Kegiatan (PK), Kader Posyandu dll; - Faskab/Faskeu harus mendampingi FK dengan kualifikasi dimaksud dalam penandatanganan dokumen pencairan dan penyaluran keuangan selama 1 (satu) tahun pertama ; FK diharuskan/wajibkan telah mendapatkan Pelatihan Mandiri dan telah bertugas selama lebih dari 3 (tiga) bulan baru diperbolehkan sebagai salah satu penandatangan (spesimen) di buku rekening. i. Jumlah calon FK dengan kualifikasi tersebut dibatasi maksimal 30% untuk setiap provinsi dan penempatanya bukan di lokasi sulit. 5. ASISTEN FASILITATOR KECAMATAN (ASISTEN FK) a. Pendidikan minimal D-III dari semua bidang ilmu, dan dimungkinkan fresh graduate; b. Mempunyai pengalaman berorganisasi dan aktif dalam kegiatan di masyarakat serta diutamakan berpengalaman menjadi pelaku di Generasi Sehat dan Cerdas sebagai pengurus maupun pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK)/ Pendamping Lokal (PL)/ Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)/ Pelaksana Kegiatan ( PK)/ Pelaksana Kegiatan dan atau Kader Posyandu; c. Mampu mengoperasikan komputer minimal program microsoft office; d. Mampu mengendarai dan menjalankan kendaraan roda dua dengan baik; e. Sanggup bertempat tinggal di kecamatan lokasi tugas; f. Pada saat melakukan pendaftaran usia Asisten FK maksimal 40 tahun. C. PROSES DAN PROSEDUR TAHAPAN SELEKSI Proses dan prosedur tahapan seleksi Fasilitator tersebut, dibagi tiga tahap seleksi, yaitu: A) Tahap Persiapan Seleksi, B) Tahap Pelaksanaan Seleksi Pasif, dan C) Tahap Pelaksanaan Seleksi Aktif. Setiap tahapan seleksi tersebut telah ditentukan dengan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Persiapan Seleksi Langkah persiapan seleksi dilakukan dengan urutan proses yaitu: (1) Penghitungan atau analisis perkiraan kebutuhan Fasilitator; (2) Pengumuman lowongan kerja atau publikasi; (3) Penerimaan lamaran dan penyusunan daftar pelamar;dan (4) Pembentukan tim seleksi. 30

34 a. Penghitungan Kebutuhan Fasilitator Penghitungan kebutuhan Fasilitator di setiap provinsi berdasarkan jumlah kebutuhan seluruh Fasilitator untuk mengisi seluruh lokasi GSC pada tahun berjalan, dikurangi dengan jumlah Fasilitator yang aktif. Satker Provinsi dibantu KM-Provinsi menyusun Daftar Kebutuhan Fasilitator untuk kemudian disampaikan kepada Satker Ditjen PPMD dengan tembusan ke KM-Nasional. Selanjutnya, bidang Pengembangan SDM KM-Nasional, melakukan review atas daftar kebutuhan Fasilitator. Berdasarkan hasil review KM-Nasional, Satker Ditjen PPMD menetapkan daftar kebutuhan Fasilitator. b. Pengumuman Lowongan Kerja atau Publikasi; Pengumuman lowongan kerja atau publikasi dapat dilakukan setelah jumlah kebutuhan Fasilitator telah disetujui oleh Satker Ditjen PPMD atau Daftar Kebutuhan Fasilitator per provinsi telah dikeluarkan oleh Ditjen PPMD atas rekomendasi KM-Nasional. Satker Provinsi dibantu oleh KM-Provinsi menyusun iklan Pengumuman Rekrutmen atau lowongan kerja. Pengumuman lowongan kerja tersebut minimal berisi informasi tentang: 1) posisi yang dibutuhkan; 2) kualifikasi yang diinginkan per-posisi dan persyaratan administrasi lamaran (daftar riwayat hidup-detail dan lengkap, copy ijasah DIII / S-1 / S-2, copy sertifikat-sertifikat yang dimiliki pelamar, copy KTP dan copy NPWP); 3) alamat pengiriman berkas lamaran, menggunakan alamat PO BOX atau melalui dan dikirimkan kepada Satker Provinsi GSC; 4) batas waktu penyampaian berkas lamaran (maksimal 10 hari kalender sejak pengumuman lowongan kerja dibuka/dipublikasikan); serta 5) alamat dan nomor telpon yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang lowongan kerja dimaksud. Selanjutnya Satker Provinsi membuat pengumuman lowongan kerja Fasilitator GSC di media massa lokal minimal selama 1 hari. Pemasangan iklan lowongan minimal 7 hari sebelum batas akhir pendaftaran. Selain itu, pengumuman tersebut juga harus disebarkan di papan pengumuman di Kantor Satker Provinsi dan Satker Kabupaten, Perguruan Tinggi setempat (papan informasi di Fakultas) atau lokasi yang dianggap strategis. KM-Provinsi membantu mengumumkan atau mempublikasikan dokumen pendaftaran melalui internet ke seluruh kantor perwakilan provinsi lainnya, perguruan tinggi, mailing list dan media sosial lainnya. c. Pembentukan Tim Seleksi 1) Tim Seleksi Pasif Tim Seleksi Pasif calon Fasilitator GSC bersifat permanen karena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tugas dan tanggung jawab KM-Provinsi. 2) Tim Seleksi Aktif Tim Seleksi Aktif terdiri dari unsur KM-Nasional, Satker Ditjen PPMD, Sekretariat PPMD, Satker Provinsi, dan KM-Provinsi yang ditetapkan oleh Satker Provinsi. Anggota Tim Seleksi berjumlah minimal 3 orang yang mewakili unsur-unsur sebagai berikut: a. Pusat dan Provinsi; b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Konsultan; c. Untuk kebutuhan seleksi calon Fasilitator Keuangan, minimal salah satu anggota tim seleksi memiliki latar belakang pendidikan Ilmu Ekonomi. 31

35 2. Pelaksanaan Seleksi pasif a. Penerimaan lamaran dan penyusunan daftar pelamar Berkas lamaran ditujukan kepada Satker Provinsi, dengan alamat penyampaian dokumen melalui alamat kantor Satker, PO BOX dan/atau melalui . Penyusunan daftar pelamar dilakukan oleh Staf Administrasi Satker Provinsi, dibantu KM-Provinsi. Hasil pemeriksaan lamaran dituangkan dalam matrik daftar pelamar sesuai dengan Form Daftar Pelamar. b. Seleksi Administrasi dan Penetapan Short List 1) KM-Provinsi melakukan pemeriksaan administrasi terhadap seluruh pelamar yang masuk, selanjutnya seluruh pelamar yang memenuhi kriteria administrasi dan kualifikasi sesuai dengan kualifikasi posisi yang dilamar dituangkan dalam Long List Calon Fasilitator, sesuai Form Long List Calon Fasilitator; 2) Calon Fasilitator yang memenuhi kriteria administrasi dan kualifikasi akan ditetapkan masuk dalam short list sebagai calon Fasilitator yang akan dipanggil untuk mengikuti seleksi aktif, dengan jumlah minimal 300% dan jumlah maksimal 500% dan atau dapat lebih dari 500% bila pergantian fasilitator sangat tinggi, dengan diajukan secara resmi oleh Satker Dekonsentrasi dengan kebutuhan untuk masing-masing posisi dan minimal 30% adalah perempuan; 3) Untuk penetapan peserta yang melebihi jumlah maksimal, maka dilakukan perhitungan terhadap pengalaman kerja (skoring) dengan ketentuan: a) Untuk 12 bulan pengalaman kerja di level setara atau lebih tinggi pada posisi yang dituju pada program yang sama atau sejenis dengan GSC diberi nilai = 5; b) Untuk 12 bulan pengalaman kerja pada program yang sama atau sejenis dengan GSC diberi nilai 3; c) Untuk 12 bulan pengalaman kerja pada program diluar pemberdayaan masyarakat namun masih relevan dan berhubungan dengan pendampingan masyarakat, diberi nilai = 2; d) Untuk 12 bulan pengalaman kerja dibidang lain yang tidak berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat, diberi nilai = 1 e) Untuk pengalaman kerja yang tidak jelas, diberi nilai = 0 f) Untuk pengalaman kerja kurang dari 12 bulan, diperhitungkan sesuai dengan jumlah bulan pengalaman dengan rumus : Jumlah bulan pengalaman kerja dibagi (/) 12, dikali dengan koefisien (hasil perhitungan) pengalaman, dimana koefisien pengalaman kerja sesuai dengan item (i) atau (ii) atau (iii) diatas. Selanjutnya penentuan calon Fasilitator yang masuk Short List dan akan diikutkan pada seleksi aktif ditetapkan berdasarkan ranking nilai (skoring) pengalaman kerja minimum sebanyak 300 % dari daftar kebutuhan Fasilitator. Perlu diperhatikan, bahwa pengalaman kerja yang diperhitungkan adalah pengalaman kerja setelah kelulusan dari jenjang pendidikan sesuai ketentuan. Pengalaman kerja dimaksud adalah jenis pekerjaan dimana pembayaran gaji/honor atas jasa yang dilaksanakan diberikan secara profesional. Pengalaman kerja sebelum kelulusan hanya sebagai bahan pertimbangan, apabila ada nilai yang sama, terutama pengalaman kerja sebagai pelaku GSC dan program sejenis menjadi prioritas untuk direkrut. 32

36 4) Daftar Calon Fasilitator yang masuk dalam Short List dan akan dipanggil untuk mengikuti Seleksi Aktif dituangkan dalam Matrik Short List. 5) Selanjutnya KM-Provinsi menyampaikan hasil Seleksi Pasif kepada Satker Provinsi; 6) Satker Provinsi secara resmi mengirimkan permohonan penetapan Short List kepada Satker Pusat Ditjen PPMD dengan tembusan KM-Nasional. 7) Bidang Pengembangan SDM KM-Nasional, melakukan review terhadap pengajuan penetapan Short List. 8) Selanjutnya, berdasarkan hasil review Bidang Pengembangan SDM KM-Nasional, TL KM- Nasional mengajukan kepada Satker Ditjen PPMD untuk penetapan Short List Calon Fasilitator GSC yang akan mengikuti Seleksi Aktif. 9) Satker PPMD Pusat menetapkan Short List. 3. Pelaksanaan Seleksi Aktif Proses pelaksanaan Seleksi Aktif diatur sebagai berikut: a. Jadwal dan Lokasi Seleksi Aktif Setelah Short list ditetapkan, Satker Provinsi menetapkan jadwal pelaksanaan dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu untuk pemanggilan calon Fasilitator dan persiapan materi Seleksi Aktif; Selanjutnya Satker Provinsi melakukan pemanggilan calon Fasilitator untuk mengikuti seleksi aktif, pemanggilan dilakukan minimal 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan Seleksi Aktif. b. Prosedur Seleksi Aktif 1) Persiapan a) Sebelum memulai proses seleksi, panitia Seleksi Aktif melakukan persiapan berupa penyusunan berkas lamaran, penyiapan Panduan Seleksi Aktif untuk pegangan Tim Seleksi dan format-format penilaian; b) Spesialis Bidang Pengembangan SDM KM-Nasional menyusun soal-soal untuk menjadi bahan test tertulis, kerahasian soal test tertulis menjadi tanggung jawab Bidang Pengembangan SDM. 2) Proses dan Prosedur Seleksi a) Penjelasan Teknis: Proses seleksi aktif dimulai dengan melakukan Penjelasan Teknis yang disampaikan oleh KM-Provinsi untuk menjelaskan proses seleksi, kriteria penilaian, kriteria calon Fasilitator yang dinyatakan lulus serta tindak lanjut setelah pelaksanaan seleksi aktif. b) Test Tertulis: Test tertulis dilakukan untuk menjajaki kemampuan dan pengetahuan para calon Fasilitator, menyangkut materi yang sesuai dengan tugas dan fungsi Fasilitator. Pelaksanaan test tulis dilaksanakan sebelum sesi FGD dan sesi Wawancara. Waktu yang diberikan untuk Test tertulis minimal adalah 40 menit. c) Diskusi Kelompok Terfokus (FGD): Pelaksanaan FGD dilakukan apabila peserta Seleksi Aktif berjumlah minimal 6 (enam) orang. Aspek yang dinilai pada sesi FGD meliputi : i. Pemahaman pokok masalah. ii. Kemampuan bekerja sama dalam Tim; iii. Kemampuan mengemukakan pendapat; iv. Kemampuan Mediasi dan Fasilitasi. 33

37 Materi atau pokok bahasan yang akan digunakan dalam FGD adalah materi umum yang relevan dan berhubungan dengan tugas pemberdayaan dan posisi yang dilamar serta hal hal lain yang berhubungan dengan sistem pembangunan nasional. Proses dan tata cara pelaksanaan diskusi ini adalah sebagai berikut : i. Diskusi dilakukan dengan metode curah pendapat, setiap peserta secara langsung menyampaikan pendapat berupa gagasan/opini/solusi/kritik/dlsb terkait tema yang sedang dibicarakan; ii. Satu kelompok Diskusi akan membahas maksimal 4 tema dalam waktu 60 menit. Penentuan topik diskusi diatur oleh Tim Penyeleksi; iii. Selama proses diskusi anggota Tim Penyeleksi tidak diperkenankan melakukan intervensi. Dinamika jalannya diskusi menjadi tanggung jawab dari seluruh anggota kelompok Diskusi. Berdasarkan dinamika diskusi dan alokasi waktu yang disediakan, Tim Penyeleksi akan memutuskan pergantian topik untuk didiskusikan; Jika peserta yang hadir untuk seleksi aktif dibawah 6 orang, maka proses FGD diganti dengan metode presentasi dengan tema yang sudah ditetapkan oleh panitia seleksi. d) Tes Komputer Tes Komputer dikhususkan untuk calon Fasilitator Kabupaten dan Fasilitator Keuangan. Bagi peserta yang tidak dapat menunjukan kemampuan dan ketrampilan mengoperasikan komputer dalam waktu yang ditentukan, maka otomatis akan dinyatakan tidak lulus seleksi, meskipun mendapatkan nilai tinggi di tes lainnya. e) Wawancara: Wawancara dapat dilaksanakan setelah sesi Test tertulis dan FGD, peserta yang tidak mengikuti sesi Test sebelumnya tidak dapat ikut pada sesi berikutnya (otomati s gugur). Penilaian yang dilakukan pada saat wawancara meliputi : i. Penilaian administrasi dan sikap: a. Keakuratan data identitas dan curriculum vitae; b. Komitmen, sikap dan perilaku. ii. Penilaian terkait kemampuan dan pengetahuan: a. wawasan mengenai pemberdayaan masyarakat; b. pemahaman terhadap budaya daerah; c. kemampuan manajerial (khusus Faskab & Faskeu); d. kemampuan manajemen keuangan (khusus Faskeu). Proses dan tata cara pelaksanaan wawancara adalah sebagai berikut: i. Wawancara dilakukan terhadap setiap calon Fasilitator oleh Tim Penyeleksi secara bersama-sama dengan durasi waktu kurang lebih 15 menit per-peserta. Sebelumnya, setiap pewawancara harus memeriksa kelengkapan dan akurasi data pribadi serta Curriculum Vitae; ii. Peserta yang akurasi data pribadi dan curriculum vitae-nya diragukan, maka peserta tersebut langsung gugur dan proses wawancara tidak perlu dilanjutkan; iii. Penentuan giliran calon yang akan diwawancarai bisa dilakukan secara undian atau berdasarkan urutan daftar hadir. f) Penilaian : i. Sebelum dilakukan rekapitulasi hasil penilaian test tertulis, FGD dan wawancara, terlebih dahulu dilakukan pertemuan seluruh tim seleksi untuk membahas penilaian terkait administrasi dan sikap calon Fasilitator. Penilaian terhadap komitmen dan 34

38 sikap setiap calon akan menjadi dasar pertimbangan yang utama dalam menentukan diterima atau tidak yang bersangkutan sebagai calon Fasilitator. ii. Setelah tim penyeleksi menyepakati bahwa dari sisi sikap dan kebenaran administrasi peserta yang mengikuti Seleksi Aktif layak menjadi calon Fasilitator GSC, maka dilakukan rekapitulasi penilaian hasil akhir terhadap calon Fasilitator yang merupakanpenjumlahan nilai dari hasil Test tertulis, Wawancara dan FGD dengan komposisi penilaian 20% dari hasil Test Tertulis, 50% dari hasil Test Wawancara dan 30% dari hasil FGD. Dengan angka kelulusan minimal = 60 iii. Maksimal penilaian pada sesi Wawancara dan FGD adalah 80 dan minimal 40. iv. Guna menghindari ada penilaian yang kurang berimbang yang kemungkinan terjadi diantara Tim Seleksi (tim seleksi lebih dari satu tim), maka sistem penilaian dilakukan dengan cara konversi dengan faktor koreksi seperti contoh dibawah ini : Misalkan ada 3 Tim yang melakukan proses seleksi aktif wawancara dan FGD dengan Nilai rerata tertinggi masing-masing tim sebagai berikut : Tim 1 = 80 Tim 2 = 70 Tim 3 = 60 Kemudian dari nilai rerata tertinggi dari masing-masing Tim Seleksi dihasilkan ratarata seperti berikut: Rerata Nilai antar Tim = ( ) dibagi 3 = 70 Faktor koreksi adalah sebagai berikut : Nilai peserta dari Tim-1 = (70/80) = 0,875 Nilai peserta dari Tim-2 = (70/70) = 1,000 Nilai peserta dari Tim-3 = (70/60)= 1,166 Maka nilai akhir peserta adalah faktor koreksi dikalikan dengan nilai peserta. v. Semua anggota Tim Seleksi berkewajiban memberikan penilaian terhadap masingmasing calon, dengan memberikan Angka penilaian pada sesi FGD maupun Wawancara. vi. Nilai hasil diskusi (FGD) atau presentasi dari setiap calon adalah nilai rerata yang diperoleh dari semua unsur Tim Penilai pada waktu diskusi. vii. Nilai hasil Wawancara dari setiap calon adalah nilai rerata yang diperoleh dari semua unsur Tim penilai pada waktu wawancara. viii. KM-Provinsi selaku penanggungjawab seleksi aktif, mengumpulkan seluruh dokumen hasil Seleksi Aktif yang sudah ditandatangani oleh petugas penyeleksi. 3) Penetapan Calon Fasilitator a) Satker Ditjen PPMD mengeluarkan penetapan hasil seleksi aktif berdasarkan Berita Acara Hasil Seleksi Aktif yang telah ditandatangani oleh seluruh Tim Seleksi Aktif, dilampiri dengan Berita Acara dimaksud dan Daftar Hasil Seleksi Aktif, maksimal 10 hari kerja setelah pelaksanaan Seleksi Aktif; b) Calon Fasilitator yang ditetapkan sebagai Calon Fasilitator yang lulus dalam Seleksi Aktif dan masuk dalam rangking satu hingga batas jumlah kebutuhan Fasilitator ditambah dengan cadangan akan diikutkan dalam Pelatihan Pratugas yang masih merupakan rangkaian dari proses seleksi calon Fasilitator GSC di lokasi baru. c) Calon Fasilitator yang ditetapkan sebagai Calon Fasilitator yang lulus dalam Seleksi Aktif namun tidak masuk dalam rangking yang akan mengikuti pelatihan Pratugas, ditetapkan 35

39 sebagai cadangan Fasilitator hingga batas waktu yang akan ditetapkan kemudian oleh Satker Ditjen PPMD. d) Calon Fasilitator yang ditetapkan sebagai Calon Fasilitator yang lulus dalam Seleksi Aktif dan akan segera ditempatkan untuk mengisi kekosongan, akan memperoleh pelatihan mandiri sebelum dimobilisasi ke tempat tugas. D. PELATIHAN PRA TUGAS CALON FASILITATOR 1. Pelatihan calon Fasilitator, selain untuk memberikan pemahaman tentang program juga dimaksudkan sebagai tahapan seleksi untuk mengetahui sikap, kemampuan, wawasan dan kesiapan calon dalam melakukan tugas sebagai Fasilitator. 2. Hasil akhir Pelatihan Pra Tugas Calon Fasilitator adalah berupa daftar calon Fasilitator secara urut mengenai calon yang dinyatakan lulus dan ditempatkan, yang dinyatakan lulus cadangan serta calon Fasilitator yang tidak lulus. 3. Rekomendasi daftar calon Fasilitator hasil Pelatihan Calon Fasilitator harus ditandatangani oleh seluruh anggota Tim Pelatih, yang selanjutnya dilaporkan oleh KM-Provinsi kepada perwakilan KM-Nasional Ditjen PPMD yang melakukan supervisi dan monitoring pelatihan. 4. Tata cara pelaksanaan Pelatihan Pra Tugas diatur dalam Panduan Teknis tersendiri. E. REKRUTMEN TERBATAS Rekrutmen Terbatas dilaksanakan apabila terdapat minimal 1 posisi kosong dan kurang dari 15 (lima belas) orang per provinsi. Mekanisme rekrutmen terbatas adalah sebagai berikut : 1. Analisa Kebutuhan Fasilitator KM-Provinsi wajib merekomendasikan kepada Satker Provinsi untuk melakukan rekrutmen terbatas jika terdapat minimal 1 (satu) posisi kosong, sementara cadangan Fasilitator sudah habis. 2. Pengumuman Setelah mendapat persetujuan resmi dari Satker Provinsi, KM-Provinsi melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menginformasikan lowongan kerja melalui website, papan pengumuman di Perguruan Tinggi setempat, informasi lisan di jaringan konsultan, LSM dan lain-lain; b. Mengelola dokumen lamaran yang masuk. 3. Seleksi Pasif a. Proses Seleksi Pasif dilakukan sebagaimana diatur pada Proses Seleksi Pasif yang tersebut di atas. b. Pelaksanaan Seleksi Aktif dilakukan setelah adanya persetujuan dan atau penetapan shortlist dari Satker Pusat Ditjen PPMD. 4. Seleksi Aktif Pelaksanaan Seleksi Aktif Rekrutmen Terbatas dilakukan dengan tetap merujuk pada proses rekrutmen yang dilakukan secara reguler. 5. Pelatihan Mandiri Hasil Rekrutmen Terbatas a. Pelatihan Mandiri dilaksanakan untuk: 1) Hasil rekrutmen terbatas. 2) Hasil seleksi aktif yang jumlahnya tidak memenuhi minimal quota pelatihan pra tugas yaitu 15 Fasilitator. b. Pelatihan mandiri dilaksanakan dengan panduan yang telah ditetapkan Satker Ditjen PPMD. 36

40 c. KM-Nasional mempersiapkan materi pelatihan On Job Trainning (OJT) d an In Service Trainning (IST), serta melakukan monitoring dan evaluasi terkait pelaksanaan pelatihan mandiri. d. KM-Provinsi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelatihan mandiri, yaitu: 1) Memberikan pelatihan dalam bentuk On Job Training (OJT) dan In Service Training (IST) kepada Fasilitator yang lulus rekrutmen terbatas dan akan dimobilisasi; 2) Melalui Satker Provinsi melaporkan hasil pelatihan mandiri kepada Satker Ditjen PPMD dan tembusan kepada Bagian Pengembangan SDM KM-Nasional; e. Satker Ditjen PPMD, melalui Bidang Pengembangan SDM melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan mandiri. F. REKRUTMEN FASILITATOR MELALUI PROMOSI Rekrutmen Fasilitator GSC dapat ditempuh melalui mekanisme promosi internal, dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Penetapan Daftar Kandidiat Promosi a. Panitia Seleksi Aktif yang telah ditetapkan Satker Provinsi harus menyusun dan menetapkan daftar fasilitator yang layak dipromosikan ke posisi fasilitator yang lebih tinggi. b. Prasyarat kualifikasi dan administratif yang harus dipenuhi kandidat promosi adalah sebagai berikut: 1.) Jenjang fasilitator yang dapat dipromosikan meliputi: Asisten FK dapat dipromosikan sebagai FK, dan Asisten Faskab dapat dipromosikan sebagai Faskab. 2.) Kandidat promosi telah memenuhi persyaratan administrasi dan kualifikasi Fasilitator yang ditawarkan. 3.) Kandidat promosi telah memiliki pengalaman bidang pemberdayaan yang cukup serta kompetensi untuk menduduki posisi Fasilitator yang ditawarkan. 4.) Kandidat promosi dinilai mampu untuk menduduki posisi Fasilitator yang ditawarkan 5.) Kandidat promosi mempunyai perilaku yang baik dan/ atau tidak pernah dikenai surat teguran selama 6 (enam) bulan atau sedang dalam pemeriksaan pelanggaran kode etik. 6.) Kandidat promosi minimum telah bertugas sebagai Fasilitator di GSC selama minimal 2 (dua) tahun, dan selama 2 (dua) periode penilaian terakhir nilainya minimal B. 2. Publikasi Peluang Promosi Satker Provinsi dibantu KM-Provinsi menginformasikan Daftar Kandidat Promosi kepada semua kandidat yang bersedia dipromosikan untuk segera mengirimkan lamaran yang dilampiri daftar riwayat hidup, copy ijasah, pas photo, dll. Lamaran ditujukan kepada Satker Provinsi u.p Sekretariat Satker Provinsi. 3. Seleksi Pasif a. Sekretariat Satker Provinsi bersama Adprov dan Supporting Staff KM-Provinsi melakukan seleksi pasif dengan cara memeriksa kelengkapan berkas lamaran, kesesuaian persyaratan administrative/ kualifikasi yang dibutuhkan serta menyusun daftar urut kandidat promosi b. Setiap daftar pendek (shortlist) untuk posisi Fasilitator yang ditawarkan minimal harus terdiri dari 3 (tiga) orang kandidat promosi 4. Seleksi Aktif a. Panitia Seleksi Aktif wajib mewawancarai Kandidat Promosi untuk mendapatkan calon Fasilitator yang berkualitas b. Kandidat promosi yang lulus promosi akan ditempatkan pada lokasi yang baru. Bagi kandidat promosi yang lulus seleksi aktif tetapi belum ditempatkan akan dimasukkan ke dalam daftar 37

41 cadangan dengan jangka waktu selama 3 (tiga) bulan, dan dievaluasi kembali berdasarkan kinerja triwulanan c. Fasilitator GSC yang direkrut melalui mekanisme promosi akan memperoleh pelatihan dalam bentuk In Service Training (IST) atau On Job Training (OJT) sebelum dimobilisasi ke lokasi tugas. 5. Pelatihan Khusus Apabila jumlah Fasilitator hasil promosi dan/ atau hasil rekrutmen terbatas sudah mencapai 20 orang maka wajib dilakukan pelatian pra tugas khusus yang efektif penyelenggaraan pelatihan maksimal 6 (enam) hari disesuaikan dengan materi pelatihan pra tugas y ang sudah diberikan. Prosedur pelatihan khusus mengikuti prosedur pelatihan pra tugas reguler. G. PENGELOLAAN FASILITATOR CADANGAN Fasilitator cadangan terdiri dari 2 unsur, yaitu hasil seleksi aktif dan hasil evaluasi kinerja Fasilitator, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Calon Fasilitator yang lulus berdasarkan hasil Seleksi Aktif akan masuk dalam Daftar Cadangan untuk ditempatkan sebagai Fasilitator jika terjadi kekosongan; 2. Daftar Cadangan disusun dalam database menurut urutan/ranking hasil Seleksi Aktif, ketersedian cadangan Fasilitator harus dipantau secara berkala oleh KM-Provinsi GSC; 3. Daftar cadangan yang berasal dari hasil seleksi aktif hanya berlaku untuk tahun anggaran yang sama pada saat seleksi dilaksanakan; 4. Dalam waktu minimal 2 (dua) periode evaluasi kinerja dari pelaksanaan tugas Fasilitator, Daftar Cadangan Fasiltator akan diperbaharui berdasarkan penetapan Daftar Promosi Fasilitator, dengan ketentuan sebagai berikut: i. Asisten Faskab yang mendapat nilai evaluasi kinerja A atau B dua kali atau salah satu huruf tersebut, akan masuk dalam Daftar Cadangan Faskab sesuai urutan jabatan dan hasil evkin, Cadangan Faskab dari hasil promosi tersebut di atas menggeser kedudukan cadangan Faskab hasil Seleksi Aktif dan pelatihan PraTugas ke urutan selanjutnya. Asisten Faskab yang dipromosikan menjadi Faskab harus memenuhi kualifikasi pengalaman kerja, pendidikan dan umur. ii. Asisten FK yang mendapat nilai evaluai kinerja minimal A atau B dua kali atau salah satu huruf tersebut, dapat masuk dalam Daftar Cadangan FK sesuai urutan hasil evkin. Cadangan FK dari hasil promosi tersebut di atas menggeser kedudukan cadangan FK hasil Seleksi Aktif dan pelatihan PraTugas ke urutan selanjutnya. Asisten FK yang dipromosikan menjadi FK harus memenuhi kualifikasi pengalaman kerja minimal, pendidikan dan umur. 5. Cadangan Faskab yang belum ditempatkan juga merupakan cadangan Asisten Faskab, sehingga cadangan tersebut bisa ditempatkan dan dimobilisasi jika terjadi kekosongan Asisten Faskab 6. Selama Fasilitator Cadangan belum ditempatkan, tidak mendapat imbalan apapun, karena secara administrasi masih berada diluar tanggung jawab program. H. PEMENUHAN KUOTA FASILITATOR Pelaksanaan rekrutmen harus dilakukan dengan obyektif dan transparan agar menghasilkan calon Fasilitator yang berkualitas dan siap bertugas, pemenuhan jumlah kebutuhan Fasilitator tidak harus dipaksakan jika dalam pelaksanaan Seleksi Pasif, Seleksi Aktif dan Pelatihan Pratugas tidak mendapatkan calon Fasilitator yang berkualitas sesuai kuota yang tersedia. Pemenuhan kebutuhan Fasilitator di satu provinsi dapat dilakukan dari Fasilitator aktif di provinsi lain melalui proses relokasi 38

42 atas permintaan Fasilitator yang bersangkutan, atau menempatkan cadangan Fasilitator provinsi lain melalui proses penawaran. Dengan diterbitkannya Panduan Teknis Rekrutmen Fasilitator GSC diharapkan dapat menghasilkan Fasilitator-Fasilitator yang memiliki kualifikasi, komitmen serta kemampuan dalam mejalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai Fasilitator di kecamatan maupun kabupaten. 39

43 BAB V PENGELOLAAN FASILITATOR A. STANDAR NORMATIF PERILAKU FASILITATOR Kata kunci utama pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah desa adalah pemulihan kembali hak-hak setiap manusia warga desa untuk berkemampuan bertindak secara otonom dalam pelaksanaan pembangunan di desa. Agar warga desa berdaya dibutuhkan sebuah pengkondisian realitas sosial yang akomodatif bagi terciptanya kemandirian. Salah satu upayanya adalah penerapan prinsipprinsip Generasi Sehat dan Cerdas yang meliputi: bertumpu pada pembangunan manusia, otonomi, desentralisasi, berorientasi pada masyarakat miskin, partisipasi, kesetaraan dan keadilan gender, demokratis, transparan dan akuntabel, prioritas, kolaborasi, keberlanjutan, dan sederhana. Rekontruksi perilaku sosial warga desa melalui perwujuan prinsip-prinsip program dalam realitas kehidupan masyarakat menuntut adanya proses pendampingan oleh tenaga tenaga Fasilitator yang ahli, berpengalaman, dan terampil. Fasilitator juga dituntut memiliki integritas moral berupa perilaku yang baik sehingga dirinya layak dipercaya dimata masyarakat dan dijadikan panutan dalam merealisasikan prinsip- prinsip program. Agar perilaku Fasilitator dapat dibina dan dikendalikan sesuai norma moral maka secara khusus Generasi Sehat dan Cerdas ditetapkan standar normative perilaku Fasilitator yang meliputi: 1) Tata Perilaku (Code of Conduct), 2) Etika Profesi, dan 3) Kode Etik yang ditulis yang secara sistematik sesuai prinsip prinsip moral yang ada pada Bangsa Indonesia. Aturan Normatif ini merupakan alat kendali diri (selfcontrol) bagi Fasilitator berunjuk kerja secara professional sebagai pendamping masyarakat. Acuan standarisasi perilaku Fasilitator yang diberlakukan dalam Generasi Sehat dan Cerdas adalah ketiga aturan normatif dimaksud, sehingga pada saat dibutuhkan aturan normatif ini akan difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika rasional umum (commonsense) dinilai menyimpang dari kode etik. Rincian Standar Normatif Perilaku Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas adalah sebagai berikut: 1. Tata Perilaku (Code of Conduct) Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas. a. Tunduk Terhadap Hukum, Peraturan dan Adat-istiadat Fasilitator (PIHAK KEDUA) tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas atau berpartisipasi dalam aktivitas yang melawan hukum, peraturan serta adat istiadat masyarakat setempat yang akan berpengaruh buruk terhadap citra PIHAK PERTAMA. b. Kebenaran Data Pribadi Data pribadi Fasilitator yang diberikan kepada PIHAK PERTAMA harus benar dan dijamin kebenarannya sehingga secara yuridis tidak merugikan PIHAK PERTAMA sebagai Pihak Pemberi Kerja. c. Konflik Kepentingan Pribadi Setiap Fasilitator, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, harus selalu berpedoman pada panduan yang digariskan serta melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, konflik kepentingan pribadi baik yang menyangkut keuangan maupun proses pelaksanaan tugas harus dihindarkan. d. Penyimpangan Prosedur Keuangan Setiap Fasilitator harus menghindari tindakan-tindakan yang dapat dikategorikan penyimpangan prosedur keuangan Generasi Sehat dan Cerdas, tidak diperbolehkan menerima atau meminjam uang dan/atau barang yang berindikasikan dan berimplikasi pada penyalah gunaan posisi, tanggung jawab dan profesionalitas. 40

44 e. Tingkat Kehadiran di Lokasi Pekerjaan Setiap Fasilitator harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta beradadi kecamatan lokasi tugas secara purna waktu sedemikian rupa sehingga tidak ada keluhan dari masyarakat atau pihak terkait tentang sulitnya melakukan pertemuan dan koordinasi. f. Pengadaan dan Penggunaan Fasilitas Kerja Fasilitator harus mengadakan perlengkapan kantor sebagaimana terlampir dalam Surat Perjanjian Kerja dan menggunakannya secara efektif dan efisien. g. Laporan dan Akurasi Data - Setiap Fasilitator harus menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. - Permintaan data dan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen PIHAK PERTAMA harus secepat mungkin dipenuhi. - Fasilitator harus memberikan data alamat dan nomor rekening tabungan yang benar guna menjamin kelancaran komunikasi dan transfer pembayaran honorarium dan tunjangan. - Setiap perubahan alamat dan nomor rekening tabungan harus diberitahukan secara cepat dan tertulis. h. Jabatan Publik Setiap Fasilitator tidak diperbolehkan mengikuti pencalonan dalam pemilihan dan menduduki jabatan publik termasuk dalam kepengurusan partai politik. i. Partisipasi dalam Pemilihan Kepala Daerah Setiap Fasilitator harus bersikap netral dan tidak menggunakan jabatan kepentingan Pemilihan Kepala Daerah. j. Fitnah, Hasutan, Propaganda Negatif Setiap Fasilitator harus menghindarkan diri dari penyebaran fitnah, hasutan, propaganda dan tindakan-tindakan tersembunyi yang bertendensi negatif dan merugikan kepentingan PIHAK PERTAMA dan program. k. Kualitas teknis dan Ketepatan Waktu Setiap Fasilitator harus bertanggung jawab terhadap kualitas teknis pekerjaan secara tepat waktu. 2. Etika Profesi Fasilitator a. Tidak memaksakan kehendaknya: Peran Fasilitator adalah memfasilitasi masyarakat. Fasilitator kadang-kadang boleh memberi masukan atau saran sebagai nara sumber, tetapi tidak boleh berdebat dan memaksakan pendapatnya. b. Tidak mengambil keputusan yang seharusnya dimiliki masyarakat: Dalam hampir semua situasi, masyarakat berhak memutuskan. Fasilitator hanya memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan sendiri. b. Tidak manipulatif: Fasilitator yang berbicara dengan fasih dan tingkat pendidikan yang tinggi dengan mudah dapat menjadi manipulator. Kalau hal-hal itu diketahui oleh masyarakat, hubungan langsung rusak. Fasilitator tidak berhak memaksa kehendaknya atau mengambil keputusan walaupun masyarakat tidak tahu. c. Konsisten dalam pemberian masukan dan informasi: Fasilitator yang tidakkonsisten akan membingungkan orang, lebih baik berpikir sederhana agarkonsisten. d. Membantu masyarakat berpikir secara logis, melihat asumsi: Satu hal yang membantu masyarakat jangka panjang adalah peningkatan daya pikirnya, disebabkan Fasilitator selalu mengajak mereka berpikir dan mendorong mereka untuk melihat kembali asumsi-asumsi yang dipegang, karena sebagian asumsitidak betul. Dengan kebiasaan ini, masyarakat akan lebih mandiri. 41

45 e. Membantu masyarakat melihat dari perspektif lain, menambah alternatif: Kedua kebiasaan ini juga membantu masyarakat berpikir sendiri. Masyarakat diajak melihat suatu keadaan dari pandangan orang lain, karenadengan perspektif itu banyak asumsi dapat dipertanyakan. Kemudian jika sudah biasa membangkitkan alternatif, masyarakat tidak akan memilih solusi pertama yang didengar, seperti biasa. Dan kita tahu solusi pertama adalah solusi biasa,kurang kreatif. f. Memberi umpan balik kepada masyarakat, walaupun kurang disenangi: Orang yang sedang belajar harus diberi umpan balik begitu ada hal-hal yang perlu dikoreksi. Orang yang dikoreksi mungkin kurang senang dikoreksi, tetapiharus dilakukan. Hanya dilakukan secara terpisah jangan di depan banyak orang atau dengan komentar yang menilai orangnya, karena yang dinilai adalah kegiatan yang dilakukan. g. Tidak membohongi: Kalau membohongi masyarakat, pasti akan diketahui dan tidak bisa bekerja bersama mereka lagi. h. Tidak menjelekkan program lain, konsultan lain, atau atasan proyek didepan masyarakat: Orang akan menganggap Fasilitator menjelekkan mereka kalau sedang ada di tempat lain, karena kebiasaan mengucapkan hal-hal negatif. Masyarakat menilai hal ini tidak etis. i. Menghormati tokoh/penguasa setempat dengan tulus: Tokoh masyarakat adalah seseorang yang dihormati banyak orang di desa. Apabila mereka mau membantu Fasilitator, maka tugas-tugas pendampingan akan lebih efektif. Sebaliknya, apabila mereka kurang setuju, mereka harus diajak berdialog sampai memahami pandangan Fasilitator. Fasilitator: (1) tidak boleh pura -pura menghormati karena itu adalah semacam manipulasi; (2) menghormati tidak berarti har us sependapat. Fasilitator boleh memiliki pendapat yang lain, tetapi tetap menghormati. j. Menghormati pengalaman dan kemampuan orang lain: Pasti ada banyakorang di desa yang memiliki pengalaman dan kemampuan. Orang itu dicari dan dimanfaatkan, dan mereka bisa membantu Fasilitator mengubah pola pikir orang lain. Masyarakat juga harus didorong untuk mencari dulu orang mampu yang sudah ada di desa. k. Netral, tidak berpihak (kecuali yang konsisten dengan tujuan program): Fasilitator berpihak pada orang dalam posisi lemah, apakah itu perempuan, pemuda, suku terasing, atau orang miskin. Selain itu tidak boleh memilih atau mendukung kelompok tertentu dalam suatu diskusi atau debat. Kalau Fasilitator mendukung satu pihak, masyarakat tidak lagi percaya bahwa Fasilitator adalah orang netral. 3. Kode Etik Generasi Sehat dan Cerdas Untuk mendukung terlaksananya tugas dan tanggung jawab, konsultan dan Fasilitator dilarang: a. Mengambil keputusan, melakukan negosiasi, melakukan kompromi, memberisaran, atau melakukan tindakan apapun yang merugikan masyarakat b. Menerima apapun dari pihak manapun dengan tujuan: 1) Meloloskan proses seleksi desa dan penetapan alokasi dana Generasi Sehat dan Cerdas; 2) Mempengaruhi pemilihan jenis kegiatan, lokasi dan spesifikasi kegiatan Generasi Sehat dan Cerdas dalam proses perencanaan; 3) Sebagai hadiah, kompensasi, komisi, tanda terima kasih, atau apapun namanya dalam kaitannya dengan profesi sebagai Fasilitator. c. Bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier, atau berfungsi sebagai perantara; d. Bertindak sebagai juru bayar atau merekayasa pembayaran atau administrasi atas nama UPK, Pelaksana Kegiatan, atau kelompok masyarakat; e. Membantu atau menyalahgunakan dana Generasi Sehat dan Cerdas untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok; 42

46 f. Meminjam dana Generasi Sehat dan Cerdas dengan alasan apapun baik atas nama pribadi, keluarga,atau kelompok; g. Memalsukan arsip, tanda tangan, atau laporan yang merugikan masyarakat, baiksecara langsung maupun tidak langsung; h. Dengan sengaja mengurangi kualitas atau kuantitas pekerjaan dalam upaya untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok; i. Dengan sengaja atau tidak sengaja membiarkan, tidak melaporkan, atau menutupi proses penyimpangan yang terjadi yang mengakibatkan kerugian masyarakat dan program; j. Menjadi pengurus partai politik dan sebagai calon legislative yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang serta terlibat dalam Tim Sukses dalam Pilkada dan Legislatif. Adapun secara teknis mekanisme pelaksanaan kode etik, serta tahapan penanganan pelanggaran kode etik diatur dalam Panduan Penanganan Pelanggaran Kode Etik Fasilitator GSC yang tidak terpisahkan dari SOP Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator GSC ini. B. MOBILISASI Mobilisasi Fasilitator ke lokasi tugas dilakukan dengan berdasarkan pada daftar rangking hasil seleksi aktif melalui pelatihan pra tugas, hasil promosi, daftar cadangan Fasilitator, maupun hasil rekrutmen terbatas yang sudah memperoleh pelatihan dalam bentuk IST atau OJT. Agar pelaksanaan mobilisasi Fasilitator dapat dikelola secara transparan dan akuntabel maka ditetapkan prosedur mobilisasi sebagai berikut: 1. Mobilisasi Fasilitator dari Hasil Pelatihan Pra Tugas Hasil pelatihan pra tugas dimobilisasi untuk mengisi posisi kosong pada awal tahun anggaran sebagai tindak lanjut tambahan lokasi baru atau pengisian posisi kosong yang jumlah kuotanya di atas 20 orang untuk setiap jenis Fasilitator. Prosedur mobilisasi Fasilitator hasil pelatihan pra tugas adalah sebagai berikut: a. Korprov diharuskan mengajukan Laporan Kebutuhan Fasilitator dan Rencana Rekrutmen kepada Satker Provinsi. Bersamaan dengan itu, Korprov mulai menyusun mapping penempatan Fasilitator hasil rekrutmen. b. Penempatan Fasilitator baru ini disusun berdasarkan prinsip kesetimbangan pengalaman dan kemampuan antar Fasilitator dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Sebelum disusun peta pengabungan antara Fasilitator lama dengan Fasilitator baru, terlebih dahulu dilakukan pemetaan kinerja Fasilitator existing. Jika dibutuhkan dapat dilakukan relokasi Fasilitator existing. 2) Berdasarkan hasil pemetaan Fasilitator lama, maka dilakukan mapping pengabungan kinerja yaitu: 1) Fasilitator lama yang memiliki nilai kinerja tinggi (A atau B) digabungkan Fasilitator baru yang berada di rangking menengah ke bawah pada daftar Fasilitator hasil seleksi aktif, atau sebaliknya 2) Fasilitator lama yang memiliki nilai kinerja rendah (C atau D) digabungkan Fasilitator baru yang berada di rangking menengah ke atas pada daftar Fasilitator hasil seleksi aktif. 3) Hasil akhir dari pemetaan ini adalah dokumen Mapping Penempatan Fasilitator Baru yang memuat daftar lokasi program, daftar sebaran nama Fasilitator lama di setiap lokasi program, serta daftar sebaran nomer rankingfasilitator baru di setiap lokasi program. 43

47 c. Berdasarkan prinsip-prinsip penempatan Fasilitator dimaksud, ditetapkan Mapping Penempatan Fasilitator Baru dengan mekanisme sebagai berikut : 1) Korprov diharuskan mengajukan Mapping Penempatan Fasilitator Baru untuk mendapatkan persetujuan dari Satker Provinsi paling lambat satu bulan sebelum pelatihan pra tugas. 2) Mapping Penempatan Fasilitator Baru yang telah disetujui oleh Satker Provinsi akan menjadi dasar penyusunan Daftar Penempatan Fasilitator hasil seleksi dan pra tugas. 3) Apabila Satker Provinsi berkeberatan terhadap rekomendasi Korprov maka Satker Provinsi wajib mengajukan surat berkeberatan kepada Satker Pusat yang disertai penjelasan dan pertimbangan yang rasional, serta disampaikan paling lambat satu bulan sebelum pelatihan pra tugas. 4) Satker Pusat berkewajiban menanggapi usulan Satker Provinsi tentang Mapping Penempatan Fasilitator Baru. Apabila sampai dengan 1 (satu) minggu sebelum dimulainya Pelatihan Pra Tugas ternyata Satker Pusat belum memberikan tanggapan terhadap usulan Satker Provinsi tentang Mapping Penempatan Fasilitator Baru maka secara otomatis dokumen yang diusulkan oleh Satker Provinsi berlaku secara resmi. 5) Keputusan Satker Pusat tentang Mapping Penempatan Fasilitator Barusebagai jawaban atas surat keberatannya yang diajukan Satker Provinsi bersifat final dan harus digunakan oleh Satker Pusat sebagai dasar penetapan mapping Fasilitator. d. Berdasarkan Berita Acara Pelatihan Pra Tugas dan Mapping Penempatan Fasilitator Baru, maka Korprov menyusun Daftar Penempatan Fasilitator untuk diajukan kepada Satker Provinsi. Mekanisme penetapan Daftar Penempatan Fasilitator diatur dengan mekanisme sebagai berikut : 1) Korprov, paling lambat 1 (satu) hari sebelum ditutupnya pelatihan pra tugas diharuskan menyusun Daftar Penempatan Fasilitator. 2) Dokumen Daftar Penempatan Fasilitator diajukan kepada Satker Provinsi untuk dimintakan persetujuan dan penetapan secara resmi paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelatihan ditutup. 3) Daftar Penempatan Fasilitator sudah disetujui dan ditetapkan Satker Provinsi paling lambat pada hari penutupan acara pelatihan pra tugas. 4) Apabila Satker Provinsi tidak setuju dengan rekomendasi KM-Prov tentang Daftar Penempatan Fasilitator maka Satker Provinsi berkewajiban menerbitkan SPT Sementara yang disusun sesuai dengan Daftar Penempatan Fasilitator yang diajukan Korprov. 5) Satker Provinsi menindaklanjuti sikap ketidaksetujuan dimaksud dengan mengajukan kepada Satker Pusat perihal usulan Daftar Penempatan Fasilitator paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterbitkannya SPT Sementara. 6) Satker Pusat berkewajiban menanggapi usulan Satker Provinsi tentang Daftar Penempatan Fasilitator paling lambat akhir 7 (tujuh) hari kerja sejak surat diterima. Apabila sampai dengan akhir jangka waktu yang dtetapkan ternyata Satker Pusat secara resmi belum menanggapi usulan Satker Provinsi maka Daftar Penempatan Fasilitator yang diusulkan oleh Satker Provinsi berlaku secara resmi. 7) Keputusan Satker Pusat bersifat final dan Satker Provinsi harus menggunakan keputusan Satker Pusat sebagai dasar penetapan Daftar Penempatan Fasilitator. e. Daftar Penempatan Fasilitator menjadi dasar bagi Sekretariat Provinsi dalam menyusun Kontrak Kerja, dan Surat Perintah Tugas (SPT)/SPT Sementara. Fasilitator yang dimobilisasi ke lokasi tugas diwajibkan membawa Kontrak Kerjadan SPT/SPT Sementara. Apabila sampai dengan waktu dimobilisasikannya Fasilitator ke lokasi tugas belum ada dokumen kontrak kerja dan 44

48 SPT/SPTSementara maka kepada setiap Fasilitator diwajibkan membawa Daftar Penempatan Fasilitator. f. Fasilitator yang dimobilisasi ke lokasi tugas berhak memperoleh biaya mobilisasi berupa biaya transportasi. 2. Mobilisasi Fasilitator dari Hasil Promosi dan Cadangan dilakukan untuk mengisi posisi kosong pada tahun anggaran berjalan. Prosedur mobilisasi sebagai berikut: a. Satker Provinsi berkewajiban untuk secara langsung, cepat dan tepat mengisi posisi kosong pada tahun anggaran berjalan dari Fasilitator hasil rekrutmen terbatas. b. Satker Provinsi berkewajiban menetapkan daftar penempatan Fasilitator berdasarkan urutan rangking hasil rekrutmen terbatas. c. Daftar Penempatan Fasilitator dimaksud menjadi dasar bagi Sekretariat Provinsi dalam menyusun Kontrak Kerja, dan SPT. d. Fasilitator yang dimobilisasi ke lokasi tugas diwajibkan membawa Kontrak Kerjadan SPT. Apabila sampai dengan waktu dimobilisasikannya Fasilitator ke lokasi tugas belum ada dokumen kontrak kerja dan SPT maka kepada setiap Fasilitator diwajibkan membawa Daftar Penempatan Fasilitator. e. Fasilitator yang dimobilisasi ke lokasi tugas berhak memperoleh biaya mobilisasi berupa biaya transportasi. 3. Pada saat mobilisasi, Satker Provinsi wajib menyimpan ijazah Fasilitator hasil rekrutmen dalam deposit box, selama Fasilitator bertugas. C. HARI DAN JAM KERJA FASILITATOR 1. Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas berwajiban tinggal di lokasi penugasan agar dapat bekerja secara purna waktu. Fasilitator bekerja dengan mengatur waktu kerjayang disesuaikan dengan permintaan dan tuntutan pelayan yang dimintamasyarakat. Untuk itu, Fasilitator diwajibkan secara minimal bekerja 8 jam per hari, serta masuk 6 hari kerja per minggu. 2. Fasilitator wajib melaporkan kehadirannya di lokasi tugas dan membuktikan bahwa dirinya bekerja dalam bentuk Dokumen Lembar Waktu Kerja (LWK). 3. Fasilitator wajib melaporkan aktivitas kerjanya dan hasil kerjanya selama minimal 8 jam per hari, serta masuk 6 hari kerja per minggu dalam bentuk Laporan Individu. 4. Apabila Fasilitator tidak tinggal di lokasi tugas, meninggalkan lokasi tugas tanpa ijin selama 10 (sepuluh) hari kerja berturut-turut, atau meninggalkan lokasi tugas selama 20 (dua puluh) hari kerja selama 1 (satu) tahun maka terhadap Fasilitator yang bersangkutan wajib dikenakan PHK. 5. Satker Provinsi wajib menyusun rekapitulasi LWK Fasilitator dalam satu tahun kontrak sebagai dasar jika melakukan PHK atas butir 4 di atas. D. CUTI DAN HARI LIBUR 1. Cuti Tahunan a. Setiap Fasilitator yang telah memiliki masa kontrak kerja 12 bulan atau lebih diproyek Generasi Sehat dan Cerdas berhak atas cuti tahunan. Dengan demikian, terhadap Fasilitator yang bersangkutan berhak untuk meninggalkan tugas dengan tetap memperoleh hak atas pembayaran honorarium dan tunjangan. b. Setiap Fasilitator berhak mengambil Cuti Tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja. Apabila seorang Fasilitator pada tahun anggaran berjalan hanya mempergunakan beberapa hari dari jumlah total hak cuti tahunan, maka sisa hari dari hak cuti tahunan Fasilitator bersakutan pada tahun anggaran berikutnya dianggap gugur atau hilang. 45

49 c. Segala bentuk izin meninggalkan tugas dengan alasan lain diluar sakit dengan keterangan dokter (maksimal 5 hari) dapat dikonversikan dengan perhitungan jumlah hari cuti tahunan. Konversi dilakukan dengan cara mencatatkan pada LWK setiap bulan berjalan. d. Prosedur pengajuan cuti tahunan adalah sebagai berikut: 2. Cuti Sakit 1) Fasilitator mengajukan permohonan cuti secara tertulis kepada Satker Provinsi dengan tembusan Supervisornya, Korprov dan PjOKab sekurang-kurangnya 14 hari kerja sebelum pelaksanaan ijin cuti tahunan. 2) Satker Provinsi akan menerbitkan surat persetujuan atau surat penolakan cuti setelah mempertimbangkan rekomendasi Supervisor dari Fasilitator bersangkutan. a. Setiap Fasilitator berhak mengajukan izin meninggalkan tugas selama maksimal 5 (lima) hari apabila menderita sakit dengan dibuktikan melalui surat keterangan dokter. Fasilitator yang sakit tetap memperoleh hak atas pembayaran honorarium dan tunjangan. b. Apabila Fasilitator menderita sakit sehingga membutuhkan istirahat lebih dari 5 (lima) hari maka terhadap bersangkutan tetap diijinkan dengan memotong sisa jumlah hari pada cuti tahunan. Fasilitator yang sakit tetap memperoleh hak atas pembayaran honorarium dan tunjangan. c. Apabila Fasilitator menderita sakit sehingga membutuhkan istirahat lebih dari 5 (lima) hari dapat diberikan ijin cuti dengan memotong sisa jumlah hari pada cuti tahunan. Fasilitator yang bersangkutan akan memperoleh honorarium dan tunjangan secara penuh apabila jumlah hari cuti sakit, jumlah hari cuti tahunan dan jumlah hari kerja dalam satu bulan dimaksud minimal 17 hari kerja. d. Apabila seorang Fasilitator telah kehabisan hak cuti namun berdasarkan keterangan dokter/rumah sakit dinyatakan sakit maka pengaturan ijin cuti diatur sebagai berikut: 1) Fasilitator yang bersangkutan akan tetap mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan masih dapat melaksanakan tugas selama minimal 17 hari kerja. 2) Fasilitator yang bersangkutan akan mendapatkan honorarium apabila dalam satu bulan hanya memenuhi 10 sampai dengan 16 hari kerja 3) Fasilitator yang bersangkutan tidak akan mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan tidak memenuhi minimal 10 hari kerja 4) Apabila dalam bulan kedua Fasilitator dimaksud berdasarkan keterangan dokter/rumah sakit dinyatakan masih sakit, maka Fasilitator dimaksud dibebas tugaskan tanpa honorarium dan tunjangan. 5) Jika pada bulan ketiga Fasilitator dimaksud sudah sembuh maka Faslitator dapat kembali bekerja, dan sebaliknya jika Fasilitator bersangkutan masih sakit maka Satker Provinsi wajib menetapkan Surat Keputusan PHK. e. Supervisor dari Fasilitator yang sakit sebagaimana butir 2.d.4). di atas berkewajiban untuk mengendalikan kinerja program di lokasi tugas bersama-sama dengan rekan satu tim di lokasi penugasan atau antar kecamatan dikabupaten setempat. f. Satker DPMD Provinsi akan menerbitkan surat persetujuan/penolakan cuti sakit maupun pemberian dispensasi cuti sakit selama 1 (satu) bulan berdasarkan rekomendasi dari supervisor Fasilitator yang bersangkutan. g. Prosedur pengajuan dispensasi cuti sakit adalah sebagai berikut: 1) Fasilitator yang sakit mengajukan permohonan cuti sakit secara tertulis paling lambat 1 (hari) setelah tidak hadir di lokasi tugas. 46

50 2) Setiap surat ijin cuti sakit harus dilampiri surat keterangan dokter. 3) Satker Provinsi wajib menerbitkan surat persetujuan terhadap ijin cuti sakit apabila dapat dibuktikan surat keterangan dokter adalah benar adanya. 4) Pengajuan perpanjangan ijin cuti sakit dengan menggunakan cuti tahunan diajukan paling lambat 1 (satu) hari menjelang ijin cuti sakit berakhir. 5) Satker Provinsi menerbitkan surat persetujuan tambahan ijin cuti sakit apabila dapat dibuktikan surat keterangan dokter adalah benar adanya, dan dapat dibuktikan Fasilitator yang bersangkutan masih memiliki sisa cuti tahunan. 6) Satker Provinsi menerbitkan surat persetujuan tambahan ijin cuti sakit tanpa pemberian honorarium dan tunjangan selama 1 (satu) bulan apabila dapat dibuktikan bahwa Fasilitator yang bersangkutan tidak memiliki sisa cuti tahunan dan berdasarkan surat keterangan dokter/rumah sakit dinyatakan Fasilitator bersangkutan harus dirawat atau dibebaskan tugas dan pekerjaan. 7) Satker Provinsi berkewajiban menerbitkan Surat PHK terhadap Fasilitator yang menderita sakit apabila pada bulan ketiga masih sakit berdasarkan surat keterangan dokter/rumah sakit. 3. Cuti Melahirkan Setiap Fasilitator Perempuan berhak atas Cuti Melahirkan maksimal 3 (tiga) bulan berturut -turut mulai dari pra maupun pasca melahirkan. Fasilitator yang bersangkutan tetap memperoleh hak atas pembayaran honorarium tanpa tunjangan operasional kerja. Prosedur cuti melahirkan adalah sebagai berikut: a. Fasilitator mengajukan permohonan cuti melahirkan secara tertulis kepada Satker Provinsi dengan tembusan Supervisornya, Korprov, dan PjOKab sekurang kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan cuti. b. Satker Provinsi akan menerbitkan surat persetujuan/penolakan cuti berdasarkan rekomendasi dari supervisornya. c. Fasilitator bersangkutan wajib masuk kerja setelah Cuti Melahirkan berakhir. 4. Cuti Ibadah Haji Fasilitator yang mengajukan Cuti Ibadah Haji wajib menggunakan cuti tahunannya secara penuh yaitu 12 (dua belas) hari, dan diberi dispensasi tambahan cuti tambahan selama 1 (satu) bulan tanpa menerima honorarium dan tunjangan. Prosedur pengajuan Cuti Ibadah Haji adalah sebagai berikut: a. Fasilitator mengajukan permohonan cuti melaksanakan ibadah haji secara tertulis kepada Satker Provinsi dengan dengan tembusan Supervisornya, Korprov, dan PjOKab sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan cuti. b. Fasilitator melaksanakan serah terima pekerjaan kepada teman satu tim dan supervisor atasan langsung. c. Fasilitator bersangkutan wajib masuk kerja setelah Cuti Ibadah Haji. d. Fasilitator yang mengajukan hak cuti haji akan memperoleh honorarium dan/atau tunjangan untuk pekerjaannya sebelum atau sesudah menjalankan ibadah haji dengan pengaturan sebagai berikut: 1) Fasilitator yang bersangkutan akan tetap mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan masih dapat melaksanakan tugas selamaminimal 17 hari kerja termasuk cuti tahunan. 2) Fasilitator yang bersangkutan mendapatkan honorarium apabila dalam satu bulan memenuhi 10 sampai dengan 16 hari kerja termasuk cuti tahunan. 3) Fasilitator yang bersangkutan tidak akan mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan tidak memenuhi minimal 10 hari kerja termasuk cuti tahunan. 47

51 E. RELOKASI Relokasi Fasilitator dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan program. Aturan main relokasi Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas ditetapkan sebagai berikut: 1. Prinsip-Prinsip Relokasi a. Relokasi dilakukan terhadap FK/Asisten FK, Asisten Faskab dan Faskab, Faskeu yang telah bertugas selama 3 (tiga) tahun berturut-turut di lokasi yang sama, analisis kebutuhan program, pertimbangan khusus (konflik antar pelaku, masyarakat atau permintaan sendiri). b. Relokasi FK/Asisten FK diutamakan dilakukan dalam kabupaten yang sama, kecuali dengan alasan lain sesuai dengan kebutuhan akan peningkatan kinerja program. c. Relokasi Faskab/Asisten Faskab diutamakan dilakukan dalam provinsi yang sama, kecuali dengan alasan lain sesuai dengan kebutuhan akan peningkatan kinerja program. d. Relokasi dalam rangka pengisian posisi kosong dimungkinkan untuk dilakukan lintas provinsi khususnya posisi FK, Asisten Faskab dan Faskab. e. Relokasi yang ditujukan untuk pemerataan kualitas kinerja antar lokasi harus dilakukan sebelum atau sesudah mobilisasi Fasilitator baru. 2. Prosedur Relokasi dalam Provinsi yang sama a. Korprov mengajukan usulan Relokasi Fasilitator kepada Satker Provinsi, ditembuskan ke Spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional paling lambat 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan relokasi. b. Satker Provinsi harus sudah menerbitkan SPT baru untuk Fasilitator yang direlokasi paling lambat satu minggu sebelum relokasi dilaksanakan. c. Apabila Satker Provinsi berkeberatan dengan rekomendasi Korprov tentang Relokasi Fasilitator maka Satker Provinsi wajib menerbitkan SPT Sementara sesuai dengan usulan Korprov paling lambat 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan relokasi. d. Berdasarkan SPT/SPT Sementara dimaksud dalam jangka waktu satu minggu yang tersisa Fasilitator dapat menyerahterimakan hasil pekerjaan kepada Supervisornya. Serah terima hasil pekerjaan dituangkan dalam Berita Acara Serah terima Pekerjaan yang ditandatangani oleh Fasilitator dan Supervisornya. e. Satker Provinsi mengajukan keberatan kepada Satker Pusat, ditembuskan ke Spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional tentang Relokasi Fasilitator disertai pertimbangan-pertimbangan rasional dan surat dikirimkan paling lambat dua minggu sebelum rencana Relokasi Fasilitator dijalankan. f. Satker Pusat berkewajiban menanggapi usulan Satker Provinsi tentang Relokasi Fasilitator paling lambat 7 (tujuh) ha ri kerja sejak diterimanya surat dimaksud, apabila sampai dengan akhir dari tenggang waktu yang ditetapkan Satker Pusat belum memberikan tanggapan terhadap usulan Satker Provinsi tentang Relokasi Fasilitator maka secara otomatis dokumen yang diusulkan oleh Satker Provinsi akan berlaku secara resmi, dan relokasi diubah sesuai dengan Keputusan Satker Provinsi dimaksud. g. Keputusan Satker Pusat atas rekomendasi spesialis Pengembangan SDM sebagai jawaban atas keberatan Satker Provinsi perihal Relokasi Fasilitator bersifat final dan Satker Provinsi harus menggunakan keputusan Satker Pusat sebagai dasar penetapan Relokasi Fasilitator. h. Seluruh biaya relokasi dalam satu provinsi yang sama disediakan oleh Satker Provinsi sesaui ketentuan biaya yang ada dalam DIPA Dekonsentrasi. 3. Prosedur Relokasi Antar Provinsi Atas Inisiatif Satker Provinsi Satker Provinsi berhak melakukan relokasi antar provinsi jika di provinsi setempat kesulitan mencari FK, Asisten Faskab maupun Faskab untuk mengisi posisi kosong dengan pengaturan sebagai berikut: 48

52 a. Proses perencanaan relokasi antar provinsi dilakukan oleh Korprov dengan koordinasi dengan satker provinsi lokasi dan atas rekomendasi Spesialis Pengembangan SDM apabila lokasi provinsi sudah berbeda wilayah kerjanya. b. Apabila antar Korprov sudah saling menyepakati relokasi antar provinsi maka Korprov berkewajiban menyampaikan rekomendasi relokasi antar provinsi kepada kedua Satker Provinsi. c. Jika kesepakatan antar Satker Provinsi sudah dicapai maka Relokasi dilakukan paling lambat pada tanggal 1 (satu). d. Satker Provinsi asal Fasilitator yang direlokasi harus mencabut Kontrak Kerja dan SPT, dan mengirimkan surat persetujuan relokasi ke Satker Provinsi yang dituju dengan tembusan Satker Pusat dan Spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional. Satker Provinsi yang meminta relokasi segera menerbitkan Kontrak Kerja dan SPT untuk Fasilitator yang direlokasi. e. Dalam proses relokasi Fasilitator yang dilakukan atas inisiatif Satker Provinsi yang meminta relokasi, maka Satker Provinsi tersebut berkewajiban mengganti biaya relokasi secara at cost yaitu pembayaran diberikan berdasarkan bukti-bukti pengeluaran biaya transportasi. f. Satker Provinsi yang tidak setuju dengan relokasi antar provinsi mengajukan keberatan kepada Satker Pusat, spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional dan Satker Provinsi yang meminta relokasi disertai pertimbangan rasional, dan surat dimaksud disampaikan paling lambat dua minggu sebelum rencana Relokasi Fasilitator dijalankan. g. Satker Pusat dan Spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional berkewajiban menanggapi keberatan Satker Provinsi tentang Relokasi Fasilitator paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya surat usulan dari Satker Provinsi. Keputusan Satker Pusat bersifat final dan Satker Provinsi harus menggunakan keputusan Satker Pusat sebagai dasar penetapan Relokasi Fasilitator. h. Relokasi dilakukan paling lambat pada tanggal 1 (satu), dan biaya relokasi diberikan oleh Satker Provinsi tujuan. 4. Prosedur Relokasi Antar Provinsi Atas Keputusan Satker Pusat Satker Pusat berkewajiban melakukan relokasi antar provinsi jika di satu provinsi tertentu jumlah Fasilitator berlebih dikarenakan berkurangnya lokasi program, sedangkan di provinsi lainnya ada posisi kosong. Prosedur relokasi antar provinsi yang diatur secara langsung oleh Satker Pusat adalah sebagai berikut: a. Satker Pusat memerintahkan spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional mendata Fasilitator masuk daftar demobilisasi, dan mengkonfirmasikan kepada mereka tentang kesediaannya untuk direlokasi ke provinsi lain. Fasilitator yang bersedia direlokasi selanjutnya disusun dalam Daftar Relokasi Antar Provinsi untuk disampaikan kepada Satker Pusat. b. Satker Pusat memerintahkan Spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional memetakan posisi-posisi kosong di provinsi wilayah tugasnya yang akan ditempati Fasilitator hasil relokasi. c. Berdasarkan laporan spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional tersebut, Satker Pusat menerbitkan surat perintah relokasi antar provinsi kepada setiap Fasilitator yang bersedia direlokasi. d. Satker Pusat memerintah Satker Provinsi tujuan untuk menerbitkan Kontrak Kerja dan SPT baru terlebih dahulu sebelum Fasilitator bersangkutan direlokasi kelokasi baru. Satker Provinsi asal Fasilitator dapat mencabut Kontrak Kerja dan SPT lama jika sudah ada Kontrak Kerja dan SPT baru di Provinsi tujuan. e. Keputusan Satker Pusat ini bersifat final sehingga Satker Provinsi harus menggunakannya sebagai dasar relokasi antar provinsi. f. Relokasi antar provinsi ini harus dilakukan paling lambat pada tanggal 1 (satu). 49

53 g. Satker Provinsi tujuan berkewajiban mengganti biaya relokasi dengan menggunakan dana relokasi yang ada di DIPA Dekonsentrasi melalui mekanisme at cost yaitu pembayaran diberikan berdasarkan bukti biaya transportasi. 5. Prosedur Relokasi Antar Provinsi Atas Inisiatif Fasilitator Setiap Fasilitator berhak mengajukan permohonan relokasi tugas antar provinsi atas inisiatif pribadi dengan prosedur sebagai berikut: a. Fasilitator dimaksud telah bertugas di lokasi asal sekurang-kurangnya dua tahun atau dua siklus program b. Di provinsi tujuan ada lokasi kosong untuk posisi yang sama c. Pembiayaan relokasi antar provinsi ditanggung sendiri oleh yang bersangkutan d. Fasilitator yang bersangkutan berkewajiban mengajukan usulan relokasi antar provinsi kepada Korprov lokasi asal maupun Korprov Lokasi tujuan. e. Apabila kedua Korprov sudah setuju, Spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional wajib merekomendasikan kepada Satker Pusat untuk menetapkan surat perintah relokasi antar provinsi yang diajukan atas inisiatif pribadi Fasilitator. f. Satker Pusat wajib mempertimbangkan pendapat Satker Provinsi asal maupun Satker Provinsi tujuan sebelum menetapkan Surat Perintah Relokasi AntarProvinsi. g. Relokasi atas inisiatif pribadi dilakukan paling lambat pada tanggal 1 (satu). F. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) 1. Prinsip-Prinisp PHK Satker Provinsi sebagai Pihak Pertama dalam kontrak kerja Fasilitator wajib melakukan PHK jika Fasilitator dinyatakan bersalah karena melanggar perjanjian kerja sebagai berikut: a. Pelanggaran terhadap perjanjian kontrak kerja yang diputuskan secara sepihak oleh Satker Provinsi selaku Pihak Pertama terhadap Fasilitator sebagai Pihak Kedua berdasarkan ditemukannya alat bukti yang sah dan meyakinkan. b. Pelanggaran terhadap Tata Perilaku ( Code of Conduct) yang diputuskan secara sepihak oleh Satker Provinsi selaku Pihak Pertama terhadap Fasilitator sebagai Pihak Kedua berdasarkan ditemukannya alat bukti yang sah dan meyakinkan. c. Hasil evaluasi kinerja terhadap Fasilitator menunjukkan Kompetensi kinerja rendah yang ditandai oleh hasil evaluasi kinerja triwulanan adalah nilai D sebanyak dua kali berturut-turut, dan/atau nilai C sebanyak empat kali berturut-turut d. Pelanggaran terhadap kode etik berdasarkan rekomendasi yang diputuskan oleh Majelis Kode Etik 2. PHK terhadap Fasilitator karena Pelanggaran terhadap Kontrak Kerja dan Code of Conduct a. Terhadap indikasi pelanggaran Kontrak Kerja dan Code of Conduct yangdilakukan oleh FK/Asisten FK dilakukan investigasi dan tindakan antisipatif sebagai berikut: 1) Faskab melakukan investigasi awal atas adanya indikasi FK/Asisten FK melakukan pelangaran Kontrak Kerja dan Code of Conduct. 2) Jika FK/Asisten FK terbukti melanggar Kontrak Kerja dan Code of Conduct, Faskab harus mengambil keputusan untuk membebastugaskan sementara atau tetap menugaskan sampai akhir bulan berjalan. Pertimbangan rasional ini diambil terkait keuntungan dan kerugian dalam pelaksanaan program. 50

54 3) Faskab harus melaporkan kepada Korprov perihal pelanggaran yang dilakukanfk/asisten FK beserta langkah-langkah antisipasinya. 4) Korprov melakukan investigasi lebih lanjut terhadap laporan Faskab dimaksud. b. Terhadap indikasi pelanggaran kontrak Kontrak Kerja dan Code of Conduct yang dilakukan Faskab/Asisten Faskab dilakukan penanganan sebagai berikut: 1) Korprov wajib memerintahkan spesialis provinsi untuk melakukan investigasi awal atas adanya indikasi pelanggaran Kontrak Kerja dan Code of Conduct oleh Faskab/Asisten Faskab. 2) Jika Faskab/Asisten Faskab terbukti melanggar Kontrak Kerja dan Code of Conduct, Korprov harus mengambil keputusan untuk membebas tugaskan sementara atau tetap menugaskan sampai akhir bulan berjalan. Pertimbangan rasional ini diambil terkait keuntungan dan kerugian pelaksanaan program. c. Korprov wajib merekomendasikan kepada Satker Provinsi perihal PHK kepada Fasilitator dengan pengaturan sebagai berikut: 1) pemberitahuan pelanggaran Kontrak Kerja dan Code of Conduct oleh Fasilitator yang disertai bukti dan dokumen pendukung. 2) pertimbangan legal dan rasional sebagai dasar dilakukannya PHK terhadap Fasilitator 3) surat perintah Faskab kepada FK/Asisten FK atau surat Korprov kepada Faskab/Asisten Faskab perihal pembebas tugasan sementara atau tetap bekerja sampai akhir bulan 4) karena Faskab atau Korprov dapat menghentikan sementara Fasilitator dari penugasan maka perhitungan honorarium dan/atau tunjangan bulan berjalan yang harus dibayarkan oleh Satker Provinsi kepada Fasilitator yang akan dikenai PHK diatur sebagai berikut: a) Fasilitator yang bersangkutan akan tetap mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan masih dapat melaksanakan tugas selama minimal 17 hari kerja. b) Fasilitator yang bersangkutan akan mendapatkan honorarium apabila dalam satu bulan hanya memenuhi 10 sampai dengan 16 hari kerja c) Fasilitator yang bersangkutan tidak akan mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan tidak memenuhi minimal 10 hari kerja 5) jika pelanggaran kontrak kerja yang dilakukan Fasilitator tidak terkait penyimpangan keuangan maka jumlah honorarium serta tunjangan tetap dibayarkan tanpa diminta kembali 6) jika pelanggaran kontrak kerja berkaitan dengan pemalsuan SPPD maka jumlah honorarium serta tunjangan tetap dibayarkan tetapi diminta kembali untuk digunakan sebagai ganti rugi atas dana yang telah disimpangkannya d. Surat rekomendasi Korprov kepada Satker Provinsi perihal untuk PHK terhadap Fasilitator harus ditembuskan kepada Satker Pusat melalui Spesialis Pengembangan SDM. e. Satker Provinsi wajib menerbitkan surat PHK yang dilampiri bukti-bukti lainnya. Satker Provinsi wajib membayarkan dan/atau meminta kembali honorarium dan/atau tunjangan Fasilitator dimaksud sesuai rekomendasi Korprov. 3. PHK terhadap Fasilitator karena Kinerja Rendah (Evaluasi Kinerja) a. Fasilitator yang berkinerja rendah diberi nilai D sebanyak dua kali berturut-turut berdasarkan hasil evaluasi kinerja triwulanan. b. Fasilitator yang berkinerja rendah diberi nilai C sebanyak empat kali berturut-turut berdasarkan hasil evaluasi kinerja triwulanan c. Korprov harus merekomendasikan kepada Satker Provinsi untuk melakukan PHK terhadap Fasilitator dimaksud dengan tembusan Satker Pusat dan spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional. 51

55 d. Satker Provinsi berkewajiban melakukan PHK terhadap Fasilitator yang berdasarkan hasil evaluasi kinerja triwulan mendapatkan nilai D sebanyak duakali berturut-turut. e. Satker Provinsi dapat mengajukan keberatan kepada Satker Pusat berkaitan dengan rekomendasi PHK karena kinerja rendah sebagai hasil evaluasi kinerja dengan melampirkan pertimbanganpertimbangan rasional. f. Satker Pusat berkewajiban menanggapi usulan Satker Provinsi dimaksud dengan memerintahkan spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional melakukan investigasi khusus terhadap rekomendasi Korprov tentang PHK kepada Fasilitator. Berdasarkan hasil investigasi khusus dimaksud Satker Pusat dapat memperkuat rekomendasi Korprov atau sebaliknyamenyetujui usulan Satker Provinsi. Keputusan Satker Pusat bersifat final sehingga Satker Provinsi harus menggunakan keputusan Satker Pusat ini sebagai dasar penetapan PHK. g. Apabila sampai dengan jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja Satker Pusat secara resmi belum memberikan tanggapan terhadap keberatan Satker Provinsi, maka Satker Provinsi berwenang untuk menolak rekomendasi Korprov serta berkewajiban membebaskan Fasilitator dari segala tuduhan dan/atau memulihkan hak-hak Fasilitator yang sebelumnya ditunda. 4. PHK terhadap Fasilitator karena Pelanggaran Kode Etik a. Terhadap indikasi Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh FK/Asisten FK dilakukan investigasi dan tindakan antisipatif sebagai berikut: 1) Faskab melakukan investigasi awal atas adanya indikasi FK/Asisten FK melakukan Pelanggaran Kode Etik. 2) Jika FK/Asisten FK terbukti melanggar Kode Etik, Faskab harus mengambil keputusan untuk membebas tugaskan sementara atau tetap menugaskan FK/Asisten FK sampai akhir bulan berjalan. Pertimbangan rasional ini diambil terkait keuntungan dan kerugian dalam pelaksanaan program. 3) Faskab harus melaporkan kepada Korprov perihal Pelanggaran Kode Etik dilakukan FK/Asisten FK beserta langkah antisipatif Faskab untuk menangani masalah dimaksud. 4) Korprov memerintahkan spesialis provinsi untuk melakukan investigasi lebih lanjut terhadap laporan Faskab dimaksud. b. Terhadap indikasi Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan Faskab/Asisten Faskab dilakukan investigasi dan antisipasi sebagai berikut: 1) Korprov wajib melakukan investigasi awal atas adanya indikasi Faskab/Asisten Faskab melakukan Pelanggaran Kode Etik. 2) Jika Faskab/Asisten Faskab terbukti melanggar Kode Etik, maka Korprov harus mengambil keputusan untuk membebas tugaskan sementara atau menugaskan sampai akhir bulan berjalan. Pertimbangan rasional ini diambil terkait keuntungan dan kerugian pelaksanaan program. c. Korprov wajib merekomendasikan kepada Satker Provinsi perihal PHK kepada Fasilitator dengan pengaturan sebagai berikut: 1) pemberitahuan Pelanggaran Kode Etik oleh Fasilitator yang disertai bukti dan dokumen pendukung. 2) surat perintah Faskab kepada FK/Asisten FK atau surat Korprov kepada Faskab/Asisten Faskab perihal pembebas tugasan sementara atau tetap bekerja sampai akhir bulan 3) penundaan pembayaran honorarium dan tunjangan Fasilitator untuk bulan berjalan sebagai langkah antisipatif dari proses sidang Majelis Kode Etik. 4) Fasilitator dibebas tugaskan dalam jangka waktu satu bulan berikutnya d. Satker Provinsi menerbitkan surat kepada Fasilitator yang melanggar kode etik yang memuat: 52

56 1) pemberitahuan pelanggaran kode etik yang dilakukan dan permintaan klarifikasi kepada Fasilitator apakah yang bersangkutan akan meminta diadakannya Sidang Majelis Kode Etik (MKE) 2) mempertegas keputusan Faskab atau Korprov perihal pembebas tugasan sementara atau tetap bekerja sampai akhir bulan 3) penundaan pembayaran untuk bulan berjalan 4) membebas tugaskan Fasilitator dimaksud selama satu bulan berikutnya. e. Apabila sampai dengan 10 (sepuluh) hari kalender sejak ditetapkannya surat Satker Provinsi sebagaimana dimaksud butir (d) di atas tidak ada permintaan Sidang MKE dari Fasilitator maka Satker Provinsi berkewajiban melakukan PHK. f. Fasilitator yang dituduh melanggar kode etik berhak meminta kepada Satker Provinsi perihal Sidang MKE dalam kurun waktu paling lama 10 hari kalender sejak ditetapkannya surat Satker Provinsi sebagaimana disebut dalam butir (e) di atas. g. Satker Provinsi memerintahkan Korprov menyelenggarakan Sidang MKE yang wajib dihadiri Satker Provinsi dan Spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional sebagai peninjau. Hasil persidangan dituangkan kedalam Berita Acara Sidang MKE yang ditandatangani anggota MKE. h. Satker Provinsi diwajibkan memulihkan hak-hak FK/Asisten FK apabila hasil Sidang MKE menyatakan Fasilitator bersangkutan tidak bersalah. Fasilitator yang bersangkutan wajib dimobilisasi kembali ke lokasi tugas paling lambat tanggal 1 (satu) pada bulan berikutnya. i. Apabila Fasilitator bersangkutan dinyatakan bersalah oleh Majelis Kode Etik maka Korprov berkewajiban merekomendasikan kepada Satker Provinsi dan Spesialis Pengembangan SDM KM- Nasional hal-hal berikut: 1) pemberitahuan hasil Sidang MKE bahwa Fasilitator yang bersangkutan terbukti melakukan Pelanggaran Kode Etik yang disertai Berita Acara Sidang MKE, bukti-bukti dan dokumen pendukung lainnya. 2) rekomendasi PHK terhadap Fasilitator yang melakukan pelanggaran kode etik yang dilampiri pertimbangan legal dan rasional sebagai dasar dilakukannya PHK terhadap Fasilitator yang melanggar kode etik 3) karena Faskab atau Korprov dapat menghentikan sementara Fasilitator dari penugasan maka perhitungan honorarium dan/atau tunjangan bulan berjalan yang harus dibayarkan oleh Satker Provinsi kepada Fasilitator yang melanggar kode etik diatur sebagai berikut: a) Fasilitator yang bersangkutan akan tetap mendapatkan honorarium dantunjangan apabila dalam satu bulan masih dapat melaksanakan tugas selama minimal 17 hari kerja. b) Fasilitator yang bersangkutan akan mendapatkan honorarium apabila dalam satu bulan hanya memenuhi 10 sampai dengan 16 hari kerja c) Fasilitator yang bersangkutan tidak akan mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan tidak memenuhi minimal 10 hari kerja 4) jika Fasilitator tidak terkait penyimpangan keuangan maka jumlah honorarium serta tunjangan tetap dibayarkan tanpa diminta kembali 5) jika Fasilitator terlibat dalam penyimpangan keuangan maka jumlah honorarium serta tunjangan tetap dibayarkan tetapi diminta kembali untuk digunakan sebagai ganti rugi atas dana yang telah disimpangkannya j. Keputusan Sidang MKE bersifat final sehingga Satker DPMD Provinsi wajib menindak lanjuti dengan melakukan PHK terhadap Fasilitator yang terbukti bersalah dengan menerbitkan Surat PHK yang dilampiri Berita Acara Sidang MKE, serta bukti dan dokumen pendukung lainnya. 53

57 k. Satker Provinsi dengan berdasar pada pertimbangan dan alasan rasional dapat mengajukan keberatan kepada Satker Pusat berkaitan dengan rekomendasi Korprov untuk melakukan PHK karena kode etik. l. Satker Pusat berkewajiban menanggapi usulan Satker Provinsi dimaksud dengan memerintahkan spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional khususnya spesialis Bidang Audit Internal untuk melakukan investigasi terhadap rekomendasi Korprov tentang PHK kepada Fasilitator. Berdasarkan hasil audit internal dimaksud Satker Pusat dapat memperkuatrekomendasi Korprov atau sebaliknya menyetujui usulan Satker Provinsi. Keputusan Satker Pusat bersifat final dan Satker Provinsi harus menggunakan keputusan Satker Pusat sebagai dasar penetapan PHK. m. Apabila sampai dengan jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja Satker Pusat secara resmi belum memberikan tanggapan terhadap keberatan Satker Provinsi, maka Satker Provinsi berwenang menolak rekomendasi Korprov, serta berkewajiban membebaskan Fasilitator dari segala tuduhan dan/atau memulihkan hak-hakfasilitator yang sebelumnya ditunda. Terkait dengan mekanisme pembuktian pelanggaran kode etik diatur tersendiri melalui Panduan Penanganan Pelanggaran Kode Etik Fasilitator yang ditetapkan oleh KM-Nasional. 5. Sanksi terhadap Pelanggaran Korprov dalam Kasus PHK Satker Pusat melalui TL, DTL dan spesialis Pengembangan SDM wajib mengawasi kinerja KM-Provinsi khususnya dalam kaitan pengelolaan PHK terhadap Fasilitator. Jika berdasarkan hasil investigasi spesialis Pengembangan SDM KM-Nasional dan Spesialis Penanganan Pengaduan dan Masalah ditemukan adanya kesalahan baik yang disengaja atau yang tidak disengaja di dalam rekomendasi Korprov kepada Satker Provinsi perihal PHK terhadap Fasilitator, maka dilakukan pengaturan sebagai berikut: a. KM-Nasional melalui spesialis Pengembangan SDM dan Spesialis Penanganan Pengaduan dan Masalah menginvestigasi kesalahan Korprov dalam penanganan PHK Fasilitator karena pelanggaran kode etik maupun PHK Fasilitator karena kinerja rendah (evaluasi kinerja). b. Apabila terbukti bahwa kesalahan Korprov dimaksud akibat kelemahan kompetensi Korprov, maka terhadap kinerja KM-Provinsi yang bersangkutan diberikan penilaian evaluasi kinerja perusahaan dengan nilai D dan di rekomendasikan untuk di ganti. c. Apabila terbukti bahwa kesalahan verifikasi dimaksud akibat kesengajaan Korprov maka Perusahaan KM-Provinsi wajib menerbitkan Surat PHK kepada Korprov yang bersangkutan. G. PENGUNDURAN DIRI Setiap Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas berhak memutuskan kontrak kerja dengan mengundurkan diri dari Generasi Sehat dan Cerdas. Prosedur Pengunduran Diri Fasilitator diatur sebagai berikut: 1. Fasilitator harus menyampaikan surat permohonan pengunduran diri kepada Satker Provinsi minimal satu bulan sebelum pengunduran diri dilaksanakan. 2. Supervisor memverifikasi usulan pengunduran diri dimaksud dan hasilnya disampaikan Korprov kepada Satker Provinsi. 3. Fasilitator yang bersangkutan harus tetap berada dilokasi tugas selama menunggu proses persetujuan dari Satker Provinsi. 4. Fasilitator yang mengundurkan diri wajib melakukan serah terima berkas dan atau pekerjaan kepada Fasilitator pengganti atau kepada Supervisornya (jika tenaga pengganti belum ada). 5. Apabila Supervisor mensyaratkan kepada Fasilitator untuk menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu maka yang bersangkutan tidak dapat meninggalkan lokasi tugas sebelum kewajibannya diselesaikan. 54

58 6. Satker Provinsi dapat menunda pembayaran atas honorarium dan tunjangan apabila Fasilitator yang bersangkutan belum menyelesaikan kewajiban yang dipersyaratkan tersebut. 7. Satker Provinsi berkewajiban mengeluarkan surat persetujuan Pengunduran Diri kepada Fasilitator yang mentaati tata tertib pengunduran diri. 8. Satker Provinsi berkewajiban mengeluarkan surat PHK apabila Fasilitator yang mengajukan pengunduran diri tidak mentaati tata tertib pengunduran diri yang sudah ditetapkan. H. DEMOBILISASI Demobilisasi adalah sebuah bentuk PHK yang disebabkan oleh berkurangnya lokasi berakhirnya pelaksanaan program. Prosedur demobilisasi diatur sebagai berikut: program atau 1. Demobilisasi yang disebabkan berakhirnya program secara nasional diberlakukan kepada setiap Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas tanpa pengecualian. 2. Fasilitator yang didemobilisasi dikarenakan berkurangnya lokasi ditetapkan berdasarkan Berita Acara Evaluasi Kinerja Triwulanan yaitu rangking terendah mendapat prioritas untuk di demobilisasi terlebih dahulu. 3. Satker Provinsi berkewajiban menerbitkan surat PHK, dan kepada setiap Fasilitator yang didemobilisasi mendapat uang transport untuk pulang. 55

59 BAB VI EVALUASI KINERJA FASILITATOR A. PENDAHULUAN Setiap Fasilitator yang bertugas di Generasi Sehat dan Cerdas wajib dievaluasi secara rutin dan periodik untuk memberi umpan balik terhadap kinerjanya dan untuk melaporkan kelayakan Fasilitator sebagai Fasilitator GSC di lapangan. Lima macam Fasilitator dievaluasi setiap tiga bulan, sebagai beirkut: 1. Fasilitator Kabupaten 2. Asisten Fasilitator Kabupaten 3. Fasilitator Keuangan kabupaten 4. Fasiltator Kecamatan 5. Asisten Fasilitator Kecamatan Evaluasi setiap orang dibahas dan diputuskan pada pertemuan tim evaluasi, dengan satu anggota tim yang bertanggung jawab atas evaluasi, yang disebut sebagai penilai utama. Anggota tim selain penilai utama ini juga berhak dan berkewajiban untuk memberi masukan kepada penilai utama. Keanggotaan tim dan penilai utama dapat dilihat pada grafik yang ada di Lampiran 1. Cara memberi masukan adalah sebagai berikut: 1. Penilai utama dan anggota lain menggunakan format yang sama. Tidak boleh diringkas atau dibuat rekapitulasi karena sangat penting dilengkapi komentar-komentar yang jelas dan spesifik. 2. Masukan dibatasi pada hal-hal yang diketahui dengan baik oleh anggota lain. 3. Penilai utama wajib mempertimbangkan masukan yang diberikan oleh anggota tim yang lain. Skema penilaian diperlilhatkan pada Tabel Skema Kinerja Triwulanan (Lampiran 1). B. TUJUAN Evaluasi mempunyai dua tujuan, yaitu evaluasi dengan tujuan pembimbingan dan evaluasi dengan tujuan pengendalian program. Evaluasi untuk Pembimbingan: Evaluasi untuk Pengendalian: Digunakan sebagai umpan balik demi peningkatan kinerja Fasilitator yang dievaluasi. Digunakan untuk melaporkan status kelayakan Fasilitator yang dievaluasi. Fasilitator dinilai oleh tim atasan. Satu orang yang bertanggung jawab untuk mengisi format evaluasi kinerja adalah atasan langsung Fasilitator. Atasan langsung bertanggung jawab atas penilaian Fasilitator di bawahnya setiap triwulan, walaupun ada masukan dari semua anggota tim. Masukan juga dicari dari sejumlah pelaku GSC terkait lainnya. Format penilaian disediakan untuk setiap jenis Fasilitator untuk penilai utama. Adapun secara detil, teknis pelaksanaan evaluasi kinerja diatur dalam panduan sendiri yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari SOP Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator GSC ini. 56

60 BAB VII PEMBAYARAN HONORARIUM DAN TUNJANGAN FASILITATOR A. PEMBAYARAN HONORARIUM 1. Fasilitator mengikat perjanjian kerja dengan Satker Provinsi dalam bentuk Kontrak Lumpsum yaitu kontrak pengadaan jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan pendampingan masyarakat Generasi Sehat dan Cerdas dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah honorarium yang pasti dan tetap, dan semua risiko yangmungkin terjadi dalam kegiatan pendampingan masyarakat sepenuhnya ditanggungoleh Fasilitator. 2. Honorarium Fasilitator adalah imbalan finansial bersih yang diterima setiap bulanyang diberikan kepada Fasilitator sehubungan dengan jasa atas kegiatan pendampingan masyarakat yang dilakukannya selama satu bulan berjalan. 3. Honorarium Fasilitator dibayarkan secara lump-sum yaitu suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu dan dicantumkan dalam kontrak kerja yang wajibdibayarkan oleh Satker Provinsi untuk setiap bulannya dengan syarat Fasilitatorsudah melakukan tugas atau pekerjaan sesuai dalam surat perjanjian kerja sebagaimana dibuktikan dalam bentuk laporan dan bukti-bukti administrasi. 4. Jumlah dan besaran honorarium yang diterima Fasilitator ditetapkan oleh Satker Pusat melalui keputusan tersendiri. 5. Dasar hukum pembayaran Fasilitator adalah Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 134/PMK/06/2006 tanggal 27 Desember 2005 tentang Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN, serta Perdirjen Perbendaharaan Depkeu Nomor 66/PB/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN. B. PEMBAYARAN TUNJANGAN FASILITATOR 1. Tunjangan Operasional Fasilitator a. Tunjangan Operasional Fasilitator adalah pembayaran-pembayaran yang melengkapi Honorarium Fasilitator untuk digunakan mendukung kegiatan operasional pendampingan masyarakat. b. Tunjangan Operasional Fasilitator hanya diberikan kepada Faskab, Asisten Faskab dan FK untuk digunakan membiayai tunjangan perumahan, tunjangan komunikasi, asuransi, dan biaya operasional kantor. c. Tunjangan Operasional (kecuali asuransi) Fasilitator dibayarkan secara lump-sum yaitu suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu dan dicantumkan dalam kontrak kerja yang wajib dibayarkan oleh Satker Provinsi untuk setiap bulannya dengan syarat Fasilitator sudah melakukan tugas atau pekerjaan sesuai dalam surat perjanjian kerja yang dibuktikan dalam bentuk laporan dan bukti bukti administrasi. 2. Tunjangan Transportasi Fasilitator a. Tunjangan Transportasi Fasilitator adalah merupakan bagian dari biaya operasional yang digunakan oleh Fasilitator sebagai biaya transportasi dalam melakukan kegiatan pendampingan masyarakat yang diberikan secara individual per bulan. b. Tunjangan transportasi Fasilitator yaitu suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu dan dicantumkan dalam kontrak kerja yang wajib dibayarkan oleh Satker Provinsi untuk setiap bulannya dengan syarat Fasilitator sudah melakukan tugas atau pekerjaan sesuai dalam surat perjanjian kerja yang dibuktikan dalam bentuk laporan dan bukti-bukti administrasi. Sistem pembayaran tunjangan transportasi Fasilitator, meliputi : Pembayaran tunjangan transportasi Fasilitator setiap bulan bersifat lumpsum, tetapi tetap memperhitungkan jumlah kehadiran kerja dalam bulan tersebut. 57

61 Kehadiran kerja yang dimaksud termasuk kehadiran dalam Pelatihan, Workshop, Rapat Koordinasi dan penugasan khusus. Tunjangan Transportasi = (jumlah hari kehadiran kerja Fasilitator bertugas pada bulan tersebut : jumlah hari kerja dalam bulan tersebut) X besaran tunjangan transportasi Fasilitator 3. Biaya Perjalanan Dinas untuk Pendampingan Masyarakat FK/Asisten FK berkewajiban untuk menggunakan sebagian besar waktu bertugas di kecamatan minimal 90% hari kerja untuk mendampingi masyarakat secara langsung, serta 10% hari kerja untuk urusan administrasi dan pelaporan. Sedangkan bagi Faskab/Asisten Faskab selain berkewajiban untuk melakukan supervisi terhadap FK/Asisten FK juga melakukan kewajiban pengelolaan urusan administrasi dan fasilitasi kepada Satker Kabupaten. Untuk itu, dalam rangka pengendalian kinerja Faskab/Asisten Faskab ditetapkan aturan perjalanan dinassebagai berikut: a. Faskab/Asisten Faskab berkewajiban melakukan perjalanan dinas minimal 15 (limabelas) hari kerja untuk setiap bulannya; b. Pembiayaan perjalanan dinas Faskab/Asisten Faskab untuk komponen transportasi termasuk di dalam bagian Tunjangan Transportasi. c. Biaya akomodasi dan konsumsi untuk perjalanan dinas Faskab/Asisten Faskab diberikan dalam bentuk Out Standing Allowence (OSA) dengan pengaturan sebagai berikut: 1) Faskab wajib melaksanakan perjalanan dinas ke kecamatan dan desa wilayah tugasnya minimal 15 (limabelas) hari dalam satu bulan sehingga diberikan OSA per bulan secara lumpsum. 2) Prosedur pembayaran OSA untuk setiap bulannya diatur dengan ketentuan mengikat sebagai berikut: a) Apabila berdasarkan SPPD dan Laporan Perjalanan Dinas dapat dibuktikan bahwa Faskab melakukan perjalanan dinas minimal 15 (limabelas) hari kerja setiap bulannya maka Faskab/Asisten Faskab akan mendapat OSA sejumlah 100%. b) Apabila Faskab/Asisten Faskab terbukti tidak melakukan perjalanan dinas minimal 15 (limabelas) hari kerja tanpa ijin maka terhadap Fasilitator dimaksud hanya diberi OSA sejumlah 75% dari jumlah yang ditentukan. c) Apabila terbukti Faskab/Asisten Faskab tidak melakukan perjalanan dinas minimal 15 (limabelas) hari kerja setiap bulannya tanpa ijin selama 2 (dua) bulan berturut-turut maka Fasilitator dimaksud hanya diberi OSA sejumlah 50% dari jumlah yang ditentukan. Selain itu, terhadap Fasilitator dimaksud diberikan surat peringatan d) Jika terbukti Faskab/Asisten Faskab tidak melakukan perjalanan dinas minimal 15 hari kerja setiap bulannya tanpa ijin selama 3 (tiga) bulan berturut-turut maka Fasilitator dimaksud hanya diberi OSA sejumlah 25% dari jumlah yang ditentukan. Selain itu, terhadap Fasilitator dimaksud diberikan sanksi yaitu Nilai D. 4. Biaya Perjalanan Dinas FK untuk Rapat Koordinasi Kabupaten Salah satu bentuk pembinaan dan pengendalian Fasilitator adalah Rapat Kordinasi Bulanan di kabupaten yang wajib dihadiri oleh FK. Berkaitan dengan kegiatan Rakor tersebut setiap FK mendapat biaya perjalanan dinas berupa uang transport dan OSA. Terhadap biaya trasport dan OSA untuk perjalanan dinas FK ke Rakor Kabupaten yang dibayarkan secara lump-sum untuk setiap bulannya diatur dengan ketentuan mengikat sebagai berikut: a. Satker Provinsi wajib membayarkan uang transport dan OSA untuk perjalanan dinas FK dalam rangka Rakor Bulanan satu bulan berikutnya apabila berdasarkan LWK, SPPD dan Laporan Perjalanan Dinas dapat dibuktikan bahwa FK menghadiri Rakor Bulanan di Kabupaten 58

62 b. Apabila FK terbukti tidak hadir dalam acara Rakor Bulanan di Kabupaten, maka Satker Provinsi tidak membayarkan biaya perjalanan dinas FK bersangkutan untuk bulan berikutnya. FK yang bersangkutan diwajibkan menghadiri Rakor Bulanan di Kabupaten bulan berikutnya dengan menggunakan uang trasport dan OSA yang sudah diterima tetapi belum digunakan. 5. Biaya Sewa Kantor Fasilitator Kabupaten Biaya Sewa Kantor Faskab adalah biaya yang digunakan untuk menyewa rumah/gedung yang akan digunakan sebagai tempat kerja Faskab/Asisten Faskab. Pembayaran Sewa Kantor Faskab diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. Seluruh Faskab/Asisten Faskab pada satu kabupaten yang sama harus bekerja bersama-sama di sebuah kantor yang berada di Ibukota Kabupaten. b. Lokasi Kantor Faskab diupayakan berdekatan dengan Kantor PMD Kabupaten. c. Satker Provinsi selaku Pihak Pertama berkewajiban mengikat kontrak sewa dengan pemilik rumah/gedung selaku Pihak Kedua dengan acuan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan ke tujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 d. Biaya sewa Kantor Faskab dibayarkan melalui mekanisme at cost yaitu jumlah uang sewa yang dibayarkan kepada Pihak Kedua sesuai yang tercantum dalam kontrak perjanjian sewa dan bukti kuitansi. 6. Biaya Mobilisasi, Relokasi dan Demobilisasi. Satker Provinsi berkewajiban membayarkan biaya mobilisasi, relokasi dan demobilisasi dengan pengaturan sebagai berikut: a. Biaya mobilisasi adalah biaya transpot yang digunakan untuk memberangkatkan Fasilitator ke lokasi tugas yaitu dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Memberangkatkan Fasilitator cadangan atau hasil rekrutmen terbatas dari alamat rumah menuju lokasi tugas di kabupaten atau kecamatan. 2) Memberangkatkan Fasilitator hasil pelatihan pra tugas dari lokasi pelatihan kelokasi tugas di kabupaten atau kecamatan. b. Biaya relokasi adalah biaya transport yang digunakan untuk merelokasi Fasilitatordari satu lokasi tugas ke lokasi tugas yang lainnya. Biaya relokasi hanya dibayarkan kepada Fasilitator yang dipindahkan berdasarkan usulan yang direkomendasikan Korprov serta disetujui oleh Satker Provinsi. Apabila relokasi merupakan inisiatif pribadi Fasilitator maka Satker Provinsi tidak membayarkan biaya relokasi kepada Fasilitator yang bersangkutan. c. Biaya demobilisasi adalah biaya transportasi yang digunakan untuk memulangkan Fasilitator kembali ke alamat rumahnya masing-masing dikarenakan berakhirnya pelaksanaan program melalui pengaturan sebagai berikut: 1) Dasar perhitungan biaya demobilisasi Fasilitator adalah harga perhitungan nilai berbasiskan provinsi dan dibayarkan secara lump-sum. 2) Bagi Fasilitator yang transportasi pulang dari lokasi tugas menggunakan sarana angkutan biaya udara diwajibkan menyerahkan tanda bukti pengeluaran untuk dibayarkan secara at cost. 3) Bagi Fasilitator yang keberadaannya di lokasi tugas karena relokasi antar provinsi wajib dibayar biaya transportasi antar provinsi dan diwajibkan menyerahkan tanda bukti pengeluaran untuk dibayarkan secara at cost. 59

63 C. PENETAPAN PEMBIAYAAN HONORARIUM DAN TUNJANGAN Segala pembiayan yang berkenaan dengan honorarium dan tunjangan diatur dalam Petunjuk Teknis tersendiri. D. REVISI DATA INDUK FASILITATOR Data dasar yang digunakan Satker Provinsi untuk pembayaran Honorarium dantunjangan Fasilitator adalah Daftar Induk Fasilitator. Setiap bulannya Daftar Induk Fasilitator harus diperbaharui oleh Satker Provinsi sesuai aturan sebagai berikut : 1. KM-Nasional melalui Korprov melaporkan kepada Satker Provinsi perihal daftar nama Fasilitator yang berada di lapangan satu bulan sebelumnya paling lambat tanggal 28 setiap bulannya. Laporan daftar nama Fasilitator ini juga memuat informasi tentang rekomendasi-rekomendasi Korprov berkaitan penundaan maupun pengurangan besaran pembayaran untuk satu bulan ke depan dikarenakan pelanggaran administrasi yang dilakukan oleh Fasilitator. (Format Laporan Daftar Fasilitator terlampir). 2. Sebagai tindak lanjut Laporan Daftar Fasilitator yang disampaikan oleh Korprov, Satker Provinsi memerintahkan Sekretariat Satker Provinsi untuk mereview dan merevisi Data Induk Fasilitator. Revisi Data Induk Fasilitator diatur dengan prosedur sebagai berikut: a. Penghapusan data Fasilitator yang mengundurkan diri, direlokasi ke provinsi lain, atau terkena PHK; b. Pencantuman data Fasilitator yang baru direkrut diatur dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Besaran Honorarium tenaga Fasilitator yang baru direkrut melalui mekanisme pelatihan pra tugas, atau rekrutmen terbatas, atau mobilisasi cadangan Fasilitator dihitung dari pembayaran terendah atau nilai pembayaran tahun pertama sebagaimana terlampir 2) Jumlah dan besaran tunjangan untuk setiap Fasilitator yang baru direkrut disesuaikan dengan posisi dan kategori lokasi tugas sebagaimana diatur pada Butir B. Pembayaran Tunjangan Fasilitator sebagaimana tersebut di atas. c. Perbaikan data Fasilitator yang dipromosikan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Besaran honorarium tenaga Fasilitator yang baru dipromosikan disesuaikan dengan posisi baru yaitu pembayaran terendah atau nilai pembayaran tahunpertama sebagaimana terlampir 2) Jumlah dan besaran tunjangan untuk setiap Fasilitator yang dipromosikan disesuaikan dengan posisi dan kategori lokasi tugas yang baru sebagaimana diatur pada Butir B. Pembayaran Tunjangan Fasilitator sebagaimana tersebut di atas. d. Perbaikan data Fasilitator yang direlokasi dalam provinsi setempat dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Besaran honorarium tenaga Fasilitator yang baru direlokasi di dalam provinsi setempat adalah adalah tetap sesuai besaran honorarium yang sudah diterima sebelumnya. 2) Relokasi Fasilitator di provinsi yang sama tidak mengubah jumlah dan besaran tunjangan operasional dan biaya perjalanan dinas. Akan tetapi, tunjangan transportasi disesuaikan dengan lokasi tugas sebagaimana diatur pada Butir B. 2. Tunjangan Transpotasi Fasilitator e. Perbaikan data Fasilitator yang direlokasi dari provinsi yang berbeda dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Besaran honorarium tenaga Fasilitator yang direlokasi dari Provinsi laindisesuaikan dengan jumlah dan besaran honorarium yang berlaku di provinsi lokasi tugas yang baru yaitu dengan cara mempersamakan kategori tahun pengalaman yang sudah ditetapkan di provinsi lokasi tugas sebelumnya. Daftar honorarium Fasilitator berdasarkan kategori tahun pengalaman untuk tiap provinsi terlampir. 2) Penetapan tunjangan untuk setiap Fasilitator yang direlokasi dari provinsi laindisesuaikan jumlah dan besaran tunjangan Fasilitator yang berlaku diprovinsi lokasi tugas yang baru dengan 60

64 menyesuaikan pada posisi Fasilitator dan kategori lokasi tugas sebagaimana diatur pada Butir B. Pembayaran Tunjangan Fasilitator sebagaimana tersebut di atas. 3) Satker Provinsi berkewajiban menetapkan Daftar Induk Konsultan yang suda direview dan direvisi untuk setiap bulannya paling lambat tanggal 30 (tigapuluh) setiap bulannya. E. DAFTAR NOMINATIF FASILITATOR 1. Latar belakang Satker Provinsi akan membayar Fasilitator melalui mekanisme pembayaran secara langsung (LS) dari KKPN ke rekening individu Fasilitator. Dikarenakan jumlah Fasilitator yang cukup besar di setiap provinsi jumlahnya serta rentang kendali pembinaan Fasilitator yang luas dan berjarak luas, maka pembayaran Fasilitator harus diatur dengan pengajuan SPM LS yang dilampiri Daftar Nominatif. Daftar nominatif adalah lampiran dokumen SPP dan SPM dengan berisikan daftar usulan pembayaran Honorarium dan Tunjangan bagi setiap Fasilitator untuk setiapsatu bulan yang akan dibayarkan secara langsung (LS) oleh KPPN ke rekening Fasilitator masing-masing. 2. Format Daftar Nominatif Fasilitator Daftar Nomitatif disusun dengan memuat rincian nama orang berserta besaranhonorarium dan tunjangan yang berhak didapatkan oleh setiap Fasilitator untuk satubulan ke depan. Format Daftar Nominatif adalah sebagai berikut: a. Memuat rincian data-data dasar yaitu: Nama, Nomor Kontrak, Posisi Jabatan, Besaran Honorarium, Tunjangan Operasional yaitu Perumahan, Komunikasi, Asuransi, dan Operasional Kantor, Tunjangan Transportasi, Tunjangan Perjalanan Dinas, Nomor Rekening Bank per individu, Nama Bank dan NPWP. b. Khusus tunjangan operasional kantor hanya dicantumkan pada Daftar Nominatif Faskab/FK yang ditunjuk sebagai Koordinator Fungsional. c. Daftar Nominatif wajib ditandatangi oleh PjOProv dan KPA Satker Provinsi bersangkutan sebagaimana tercantum dalam Format Daftar Nominatif terlampir. 3. Penyusunan Daftar Nominatif Fasiliator a. Berdasarkan Data Induk Fasilitator yang baru ditetapkan oleh Satker Provinsi pada awal bulan, Sekretariat Satker Provinsi merivew Laporan Daftar Fasilitator dari Korprov khususnya berkaitan dengan rekomendasi untuk menunda atau mengurangi pembayaran Tunjangan dan Honorarium Fasiliator. b. Sekretariat Satker Provinsi memastikan setiap orang yang tercantum dalam Data Induk Fasilitator sudah melengkapi laporan individu beserta lampirannya. c. Apabila terdapat Fasilitator yang namanya tercantum di Data Induk Fasilitator tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa Fasilitator yang bersangkutan sudah menyampaikan laporan individu beserta lampirannya, maka Fasilitator dimaksud diberi sanksi berupa penundaan Honorarium selama satu bulan dan hanya diberikan Tunjangan Fasilitator. d. Apabila proses review atas rekomendasi Korprov, maupun laporan individu Fasilitator beserta lampirannya dipandang sudah mencukupi, maka Sekretariat Satker Provinsi harus menyusun Daftar Nominatif sesuai format yang ditetapkan. e. Daftar Nominatif ditetapkan dan ditandatangi oleh PjOProv selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kepadal Badan PMPD Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) paling lambat tanggal 1 (satu) setiap bulannya. 61

65 F. MEKANISME PEMBAYARAN FASILITATOR Berdasarkan Daftar Nominatif Fasilitator yang telah ditetapkan, Satker Provinsi dengan dibantu Sekretariat Satker Provinsi menyusun dokumen pembayaran yang diajukan ke KPPN dengan prosedur sebagai berikut: 1. PjO-Prov selaku PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran langsung (SPP -LS) yang dilengkapi dengan Daftar Nominatif untuk diajukan kepada Kepala Badan PMD selaku KPA paling lambat tanggal 1 (satu) setiap bulannya; 2. KPA memerintah pejabat pembuat Surat Perintah Membayar (SPM) untuk melakukan verifikasi dokumen SPPK sebagai berikut: a. memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP-LS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA Dekonsetrasi untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampui batas pagu anggaran; c. memeriksa kebenaran dan keabsahan/atas hak tagih; d. mendokumentasikan dan mengarsipkan semua Bukti Asli Lampiran SPP; e. menyusun dan menerbikan secara resmi dokumen SPM-LS yang dilampiri Daftar Nominatif paling lambat; 3. KPA menandatangani Surat Pengantar yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SPM-LS yang diajukan ke KPPN setempat. Dokumen SPM-LS sudah disampaikan oleh Satker Provinsi kepada KPPN paling lambat tanggal 2 (dua) setiap bulannya; 4. Bendahara Pengeluaran Satker DPMD Provinsi berkewajiban menatalaksanakan administrasi keuangan terhadap setiap kegiatan yang menyebabkan terjadinya pengeluaran negara. 5. Atas dasar SPM-LS yang diajukan oleh Satker Provinsi, KPPN setempat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D -LS) dengan memerintahkan Bank pengelola Rekening Khusus PHLN Generasi Sehat dan Cerdas Operasional dalam hal ini Bank Indonesia untuk mentransfer honorarium dan tunjangan ke setiap rekening Fasilitator. 6. Bank Indonesia harus sudah menyelesaikan proses transfer honorarium dan tunjangan honorarium dan tunjangan ke setiap rekening Fasilitator paling lambat tanggal 3 (tiga) setiap bulannya., 7. Setiap Fasilitator berhak untuk menginformasikan secara langsung kepada Sekretariat Satker Provinsi apabila jumlah Honorarium dan Tunjangan yang diterimanya kurang dari jumlah yang disepakati dalam kontrak kerja, maupun apabila dana dimaksud belum diterimanya sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan yaitu paling lambat setiap tanggal 3 (tiga) bulan bersangkutan. 8. Faskab berkewajiban untuk membantu Fasilitator Kecamatan dengan menginformasikan secara langsung kepada Sekretariat Satker Provinsi apabila jumlah Honorarium dan Tunjangan yang diterima Fasilitator Kecamatan kurang dari jumlah yang disepakati dalam kontrak kerja, maupun apabila dana dimaksud belum diterimanya sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan yaitu paling lambat setiap tanggal 3 (tiga) bulan bersangkutan. 9. Satker Pusat executing agency berwenang mengawasi pengelolaan pembayaran Fasilitator Generasi Sehat dan Cerdas dengan memerintahkan KM-Nasional khususnya Bidang Audit Internal untuk melakukan Audit Internal atas kinerja Satker Provinsi, Sekretariat Satker Provinsi, Fasilitator. G. MEKANISME PEMBAYARAN OPERATOR KOMPUTER 1. Faskab melaporkan kepada Satker Provinsi tentang keberadaan operator komputer selama satu bulan berjalan paling lambat tanggal 28 (duapuluh delapan) setiap bulannya. 2. Berdasarkan laporan Faskab dimaksud, Sekretariat Satker Provinsi menyusun Daftar Nominatif Operator Komputer dengan mengacu besaran honorarium operator komputer untuk setiap provinsi terlampir; 62

66 3. Mekanisme pengajuan dokumen pembayaran dari Satker Provinsi ke KPPN diupayakan menjadi satu dengan dokumen SPP-LS dan SPM-LS Fasilitator. 4. Apabila proses pengajuan pencairan dana untuk Operator Komputer tidak dapatmenjadi satu dengan pencairan dana untuk Fasilitator, maka mekanisme pembayaran operator komputer mengikuti prosedur yang dipaparkan pada butir E. Mekanisme Pembayaran Fasilitator sebagaimana tersebut di atas. 63

67 BAB VIII PELAPORAN, PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN FASILITATOR A. LAPORAN SATKER PROVINSI 1. Prinsip-Prinsip Pelaporan Pengelolaan dan pengendalian Fasilitator sesuai dengan anggaran yang tersedia dalam DIPA Dekonsentrasi yang diperuntukkan bagi pengelolaan bantuan teknisfasilitator kabupaten dan kecamatan perdesaan, dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. TAAT ATURAN, artinya pelaksanaan anggaran Dekonsentrasi oleh Satker Provinsi Generasi Sehat dan Cerdas harus sesuai dengan jenis belanja, satuan biaya, serta jumlah dimaksud dalam rincian anggaran belanja (RAB) yang telahditetapkan oleh Ditjen PPMD Kemendesa, PDT dan Transmigrasi sebagai Instansi Pelaksana ( Executing Agency). Penata usahaan atau administrasi dan keuangan mengikuti aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang mengacu pada standar akuntansi pemerintah. b. EFISIEN dan EFEKTIF, yaitu dilaksanakan sesuai antara kebutuhan dengan kecukupan jumlah dana, tepat jadwal waktu dan target/pencapaian sasaran komponen pembiayaan yang ditetapkan, tidak boros serta dapat dipertanggungjawabkan. c. PERTANGGUNGJAWABAN AUDIT, artinya terhadap seluruh tindakan Satker Provinsi maupun Satker Kabupaten Generasi Sehat dan Cerdas dapat dilakukan pemeriksaan atau audit oleh pengawasan fungsional dan auditor independen yang ditunjuk oleh Pemerintah. Satker Provinsi Generasi Sehat dan Cerdas bertanggungjawab penuh atas ketersediaan dan kebenaran alat bukti, serta atas terjadinya kesalahan, penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan negara. etaatan Satker Provinsi terhadap prinsip-prinsip pelaksanaan Dekonsentrasi wajib tergambarkan dalam laporan keuangan, laporan aset serta laporan pengendalian dan evaluasi yang disampaikan kepada Ditjen PPMD Kemendesa, PDT dan Transmigrasi sebagai Instansi Pelaksana (Executing Agency). 2. Aspek-Aspek Pelaporan Dekonsentrasi Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 64 Tahun 2008 tentang Pelimpahan dan Penugasan Urusan Pemerintahan Lingkup Departemen Dalam Negeri Tahun 2009, Satker Provinsi Generasi Sehat dan Cerdas berkewajiban memenuhi pertanggungjawaban dan pelaporan Dekonsentrasi yang meliputi: a. Aspek Manajerial, terdiri dari laporan yang mencakup: 1) perkembangan realisasi penyerapan anggaran dana; 2) pencapaian target keluaran; 3) kendala yang dihadapi; dan 4) saran tindaklanjut b. Aspek Akuntabilitas, terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, cacatan atas laporan keuangan dan laporan aset, dengan uraian sebagai berikut: 1) Laporan Keuangan, meliputi : a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); b) Neraca; c) Cacatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Laporan keuangan disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sesuai dengan menggunakan Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI) mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 64

68 Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), dan peraturan pelaksanaan lainnya. Aplikasi SAI dapat diunduh dari situs resmi Ditjen Perbendaharaan atau Kantor Wilayah Perbendaharaan di Provinsi atau Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang tercantum dalam DIPA Dekonsentrasi. Periode pelaporan keuangan terdiri dari laporan Bulanan (rekonsiliasi), Triwulan, Semester dan Tahunan dan dilampiri Aplikasi Data Komputer (ADK dan Backup data), Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). 2) Laporan Aset Semua barang (Akun : Belanja Modal) yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan Dekonsentrasi merupakan barang milik negara, dan harus dilaporkan sesuai dengan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Periode pelaporan aset terdiri dari Laporan Semeter I dan Laporan Tahunan. 3) Laporan Pengendalian dan Evaluasi Satker Provinsi Generasi Sehat dan Cerdas melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dekonsentrasi kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dengan mekanisme sebagai berikut : a) Kepala SKPD Provinsi (Badan PM PD Provinsi) menyampaikan laporan kepada: 1) Gubernur melalui Ketua Bappeda Provinsi; (2) Menteri DalamNegeri melalui Dirjen PPMD Kemendesa. Laporan disampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah triwulan berakhir. b) Kepala Bappeda Provinsi a.n. Gubernur menyampaikan laporan kepada Meneteri desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Menteri PPN/Ketua Bappenas, Menteri Keuangan, dan Menteri PAN.Laporan disampaikan paling lambat 14 hari kerja setelah triwulan berakhir. Penyusunan laporan pengendalian dan evaluasi menggunakan Aplikasi dan Format mengacu pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Aplikasi dapat diunduh/ download dari situs resmi Bappenas 3. Pembinaan dan Pengawasan Dekonsentrasi a. Gubernur berkewajiban untuk membina, mengendalikan, dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan Dekonsentrasi untuk dilaporkan kepada Direktur Jenderal PPMD Kemendesa, PDT dan Transmigrasi, sebagai Penanggungjawab Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi. b. Pengawasan pelaksanaan program maupun administrasi keuangan dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Generasi Sehat dan Cerdas dilakukan olehinstansi yang berwenang secara fungsional sesuai dengan peraturanperundangan yang berlaku, maupun secara khusus mengingat sifat sumber danasebagian berasal dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN). c. Alamat surat Direktur Jenderal PPMD Kemendesa, PDT dan Transmigrasi adalah sebagai berikut: 1) Sekretaris Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Jln. Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata No.17, Jakarta Selatan 12740; atau 2) Kantor Konsultan Manajemen Nasional Generasi Sehat dan Cerdas, Graha Pejaten No. 12, Pasar Minggu Jakarta Selatan. 4. Pengendalian Pelaksanaan Dekonsentrasi Ditjen PPMD Kemendesa, PDT dan Transmigrasi sebagai penanggungjawab Dekonsentrasi, sebagaimana tersebut dalam butir 3.a. di atas, telah melimpahkan kepercayaan kepada Gubernur untuk membina, 65

69 mengendalikan, dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan dekonsentrasi oleh Satker Provinsi yang selanjutnya berkewajiban menyusun Pelaporan Dekonsentrasi. Namun demikian, mengingat pentingnya sifat pengelolaan dan besarnya cakupan bidang pengendalian Fasilitator, maka Satker Pusat melakukan pembinaan dan pengendalian atas pelaksanaan pengelolaan Satker Provinsi berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai alat ukur untuk mengetahui kinerja Satker Provinsi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dengan demikian,penilaian terhadap baik-buruknya kinerja Satker Provinsi dalam pengelolaan Fasilitator dapat diidentifikasi secara dini dan selanjutnya hasil penilaian tersebut oleh Satker Pusat dijadikan dasar untuk pengambilan langkah-langkah lebih lanjut. Hal ini dilakukan, mengingat juga bahwa sumber pembiayaan Generasi Sehat dan Cerdas salah satunya adalah PHLN. Jika terjadi kelalaian, kekeliruan atau kesalahan pengelolaan PHLN pihak pemberi pinjaman/hibah akan menyatakan tidak dapat dibayarkan ( in-eligibility). Pernyataan in-eligibility dari pemberi donor mengakibatkan negara dirugikan dikarenakan pemberi pinjaman/hibah tidak bersedia mengganti pengeluaran yang telah dilakukan oleh Satker Provinsi ataupun oleh Perusahaan. Untuk menghindari terjadi in-eligibility dalam pelaksanaan Dekonsentrasi maka Satker Pusat sebagai Penanggungjawab Generasi Sehat dan Cerdas dan selaku Executing Agency memiliki otoritas penuh untuk mengambil keputusan akhir/final untuk penyelesaian atas segala sesuatu yang timbul sebagai permasalahan, persengketaan, kesalahan, penyimpangan yang terjadi dan dilakukan oleh Pihak Satker Provinsi (sebagai pemegang mandat dekonsentrasi) maupun Pihak KM-Provinsi (sebagai pengendali kinerja Fasilitator). Hal-hal apa saja yang menjadi otoritas mutlak Satker Pusat Ditjen PPMD Kemendesa, PDT dan Transmigrasi telah dijelaskan dan diuraikan dalam bab-bab terdahulu SOP ini. B. LAPORAN KM-NASIONAL DAN KM-PROVINSI 1. Perusahaan Pengelola Admintrasi Konsultan Manajemen Nasional (PPA 3A) PPA-3A berkewajiban menyampaikan laporan kepada Satker Pusat sebagai bukti atas unjuk kerjanya dalam pelaksanaan Genersi Sehat dan Cerdas yang meliputi: a. Laporan Pendahuluan (Inception Report) Laporan Pendahuluan PPA-3A diserahkan kepada Satker Ditjen PPMD melalui Sekretariat Pembinaan GSC. paling lambat 3 minggu setelah penandatanganan kontrak. Laporan pendahuluan memuat kendala-kendala awal dalam pelaksanaan program seperti: gambaran umum ketidakruntutan dalam TOR, kelemahan dukungan Satker Ditjen PPMD serta masalah-masalah yang akan menjadi kendala selama pelaksanaan rencana kerja. b. Laporan Bulanan (Monthly Report) PPA-3A akan melaporkan hasil kerjanya kepada Satker Ditjen PPMD melalui Sekretariat Pembinaan GSC. pada setiap bulan. Laporan bulanan mencakup administrasi dan keuangan, yaitu: 1) Laporan Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan program yang meliputi progres pelaksanaan tugas Konsultan nasional, implementasi program, laporan keuangan program, dan permasalahan. 2) Realisasi laporan pembayaran honorarium Professional Staff/Spesialis dan penggunaan dana operasional; 3) Laporan daftar induk Professional Staff/Spesialis, perkembangan pengisian kekosongan dan hasil evaluasi kinerja Professional Staff/Spesialis dan Fasilitator; 4) Laporan penyelenggaran kegiatan-kegiatan event organizer (EO); 5) Laporan realisasi keuangan atas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan event organizer (EO); 66

70 6) Masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan administrasi. c. Laporan Tahunan (Annual Report) Laporan tahunan adalah suatu laporan yang mengambarkan hasil yang telah dicapai disertai rekomendasi-rekomendasi untuk keberlangsungan program yang mencakup seluruh pelaksanaan kegiatan pengelolaan administrasi perusahaan, yang berkenaan dengan daftar induk Professional Staff/Spesialis, perkembangan posisi kosong, Laporan hasil evaluasi kinerja Professional Staff/Spesialis dan Fasilitator, permasalahan-permasalahan, serta hambatan yang dihadapi dalam kegiatan pelayanan administrasi, termasuk rekomendasi untuk peningkatan pelayanan administrasi disampaikan kepada Satker Ditjen PPMD. d. Laporan Akhir (Final Report) Laporan Akhir memuat hasil analisis capaian kegiatan selama masa kontrak serta review isu-isu strategis terkait administrasi dan keuangan sebagai bahan rekomendasi untuk peningkatan dan keberlanjutan program. Laporan ini dilengkapi dengan kumpulan best practice dan dokumentasi kegiatan serta disampaikan kepada Satker Ditjen PPMD melalui Sekretariat Pembinaan GSC. Semua data yang disusun KM-Provinsi dan PPA 3A merupakan bagian dari aset Pemerintah Indonesia. Oleh sebab itu wajib untuk mempersiapkan secara memadai dan akurat, memanfaatkan dan memelihara serta menyimpan dalam MIS data base semua Data untuk selanjutnya diserahkan kepada Satker Pusat. 2. Perusahaan Pengelola Admintrasi Konsultan Manajemen Provinsi (PPA 3B) PPA-3B berkewajiban menyampaikan laporan kepada Satker Pusat sebagai bukti atas unjuk kerjanya dalam pelaksanaan Genersi Sehat dan Cerdas yang meliputi: a. Laporan Pendahuluan (Inception Report) Laporan Pendahuluan PPA-3B diserahkan kepada Satker Ditjen PPMD melalui Sekretariat Pembinaan GSC. paling lambat 3 minggu setelah penandatanganan kontrak. Laporan pendahuluan memuat kendala-kendala awal dalam pelaksanaan program seperti: gambaran umum ketidakruntutan dalam TOR, kelemahan dukungan Satker Ditjen PPMD serta masalah-masalah yang akan menjadi kendala selama pelaksanaan rencana kerja. b. Laporan Bulanan (Monthly Report) PPA-3B akan melaporkan hasil kerjanya kepada Satker Ditjen PPMD melalui Sekretariat Pembinaan GSC. pada setiap bulan. Laporan bulanan mencakup administrasi dan keuangan, yaitu: 1) Laporan Pembinaan dan Pengendalian Program, Laporan Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator, serta Laporan Keuangan. Berkaitan dengan laporan pengendalian dan pembinaan Fasilitator substansi yang disampaikan meliputi: progress pelaksanan tugas KM-Provinsi dalam memfasilitasi administrasi kontrak individu termasuk rekrutmen Fasilitator, pengelolaan Fasilitator, evaluasi kinerja Fasilitator, serta fasilitasi pembayaran honorarium dan tunjangan Fasilitator. 2) Realisasi laporan pembayaran honorarium Professional Staff/Spesialis KM-Provinsi dan penggunaan dana operasional; 3) Laporan daftar induk Professional Staff/Spesialis KM-Provinsi, perkembangan pengisian kekosongan dan hasil evaluasi kinerja Fasilitator; 4) Laporan penyelenggaran kegiatan-kegiatan event organizer (EO); 5) Laporan realisasi keuangan atas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan event organizer (EO); 6) Masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan administrasi. 67

71 c. Laporan Tahunan (Annual Report) Laporan tahunan adalah suatu laporan yang mengambarkan hasil yang telah dicapai disertai rekomendasi-rekomendasi untuk keberlangsungan program yang mencakup seluruh pelaksanaan kegiatan pengelolaan administrasi perusahaan, yang berkenaan dengan daftar induk Professional Staff/Spesialis KM-Provinsi, perkembangan posisi kosong, Laporan hasil evaluasi kinerja Fasilitator, permasalahan-permasalahan, serta hambatan yang dihadapi dalam kegiatan pelayanan administrasi, termasuk rekomendasi untuk peningkatan pelayanan administrasi disampaikan kepada Satker Ditjen PPMD. Selain hal diatas tahun anggaran, PPA 3B bersama Konsultan Manajemen Provinsi berkewajiban menyusun dan menyampaikan Laporan Tahunan kepada Satker Pusat yang memuat unjuk kerja dalam pelaksanaan program, kinerja pembinaan dan pengendalian Fasilitator, maupun unjuk kerja pengelolaan administrasi dan keuangan disepanjang kurun waktu tahun anggaran tertentu. Laporan Tahunan memuat rangkuman seluruhaktivitas selama satu tahun yang disusun berdasarkan ringkasan Laporan Pengendalian Program, Laporan Pembinaan dan Pengendalian Fasilitator, Laporan Keuangan yang telah disampaikan kepada Satker Pusat dalam periode waktu bulanan. Laporan Tahunan KM-Provinsi disampaikan kepada Satker Ditjen PPMD pada awal tahun anggaran berikutnya, yaitu draft laporan diterima oleh Satker Pusat paling lambat tanggal 1 Pebruari, dan laporan final pada akhir Maret. d. Laporan Akhir (Final Report) Laporan Akhir memuat hasil analisis capaian kegiatan selama masa kontrak serta review isu-isu strategis terkait administrasi dan keuangan sebagai bahan rekomendasi untuk peningkatan dan keberlanjutan program. Laporan ini dilengkapi dengan kumpulan best practice dan dokumentasi kegiatan serta disampaikan kepada Satker Ditjen PPMD melalui Sekretariat Pembinaan GSC. Semua data yang disusun KM-Provinsi sebagai pengendali kinerja Fasilitator merupakan bagian dari aset Pemerintah Indonesia. Oleh sebab itu, KM-Provinsi wajib untuk mempersiapkan secara memadai dan akurat, memanfaatkan dan memelihara serta menyimpan dalam MIS data base semua Data Induk Fasilitator untuk selanjutnya diserahkan kepada Satker Pusat. 68

72 BAB IX PENUTUP Standar Operasional Prosedur ini sebagai alat pengendalian administrasi dan pengelolaan Fasilitator agak jauh berbeda dengan SOP yang pernah dipegang pada tahun-tahun sebelumnya, karena disusun dan dimodifikasi setelah belajar pengalaman banyak tahun, mengingat perubahan situasi sesuai prinsip dekonsentrasi dan perubahan yang disebabkan pemanfaatan perusahaan jasa konsultan untuk mengelola sekian ribu Fasilitator dan konsultan di lapangan. Ternyata sering terjadi pertanyaan dan masalah dengan prosedur-prosedur lama, mungkin karena sistemnya salah atau mungkin karena tidak diterapkan dengan konsisten dan baik. Diharapkan dengan SOP ini pertanyaan-pertanyaan telah dijawab dengan jelas dan masalah tersebut tidak akan timbul. The fundamental attribution error that so intrigues the psychologists is that we typically treat any success as our own andany failure as the system's. In Search Of Excellence, Thomas J.Peters and Robert H. Waterman Jr. Mudah-mudahan semua pihak dapat menerapkan Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Administrasi Konsultan dan Fasilitator ini sesuai dengan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas. Kami juga mengharapkan selalu adanya masukan-masukan dari lapangan agar dokumen ini dapat dibuat lebih lengkap, lebih akurat, dan lebih praktis pada masa yang akan datang. Jakarta, 28 Juli 2017 DIREKTUR PELAYANAN SOSIAL DASAR, HANIBAL HAMIDI Pembina Utama Madya NIP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Standar Operasional dan Prosedur (SOP) PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementrian Desa, Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1725, 2015 KEMENPAR. Dekonsentrasi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1324, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Daftar Isian. Anggaran. Lanjutan. Masyarakat Mandiri. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.02/2012 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t No.33, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Urusan Pemerintahan. Tahun 2015. Penugasan. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

PERATURAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Hibah. Millenium Challenge Corporation. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.05/2012 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.3/M.PPN/HK/01/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN DAN PENUGASAN PENGELOLAAN PERBATASAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 /PMK.02/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 /PMK.02/2008 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 /PMK.02/2008 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT DAN PERUBAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN

Lebih terperinci

PERATURAN KUASA PENGGUNAANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

PERATURAN KUASA PENGGUNAANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1078, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pemberian. Bantuan Pendanaan. Penyediaan. Pencairan. Pertanggungjawaban. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN PERPUSTAKAAN NASIONAL KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2008 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2008 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU No.103, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. Pelaksanaan. APBN. Tata Cara. (Penjelesan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2015, No dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2015, No dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1718, 2015 PERPUSNAS. Pelimpahan. Penyelenggaraan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN SUBSIDI PUPUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem No.933, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. Dekonsentrasi. Penatausahaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN YANG KEGIATANNYA DILAKSANAKAN OLEH PT ASABRI (PERSERO)

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN LANJUTAN PROGRAM/KEGIATAN

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/V/2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-20/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1263, 2015 KEMENKEU. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca Bencana. Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah. Hibah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo No.224, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo No.605, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Penyelenggaraan Dekonsenstrasi. TA 2017. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/M-DAG/PER/4/2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.645, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Uang Makan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 /PMK.05/2016 TENTANG UANG MAKAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/422.012/2013 TENTANG PENUNJUKANN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.56, 2016 KEMENPORA. Dekonsentrasi. Pelimpahan. Urusan Pemerintahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyediaan Anggaran. Subsidi Pupuk. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 11 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 11 TAHUN 2011 T E N T A N G BANTUAN BELANJA HIBAH DARI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG KEPADA INSTANSI VERTIKAL

Lebih terperinci

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1088, 2016 KEMENKEU. PPLN. Penarikan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENARIKAN PENERUSAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 137 /PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN 2007

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 137 /PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN 2007 Page 1 of 6 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 137 /PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging No.865, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Tunjangan Kinerja Pegawai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.95, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyusunan. Daftar Isian. Pelaksanaan. Anggaran. Pemberdayaan Masyarakat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang No.1646, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Cadangan JKN. Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 /PMK.02/2017 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT Taspen (PERSERO). Perhitungan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.02/2013

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. No.593, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.444, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Kuangan Negara. Ketenagakerjaan. Ketransmigrasian. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.444, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Kuangan Negara. Ketenagakerjaan. Ketransmigrasian. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.444, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Kuangan Negara. Ketenagakerjaan. Ketransmigrasian. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1610, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 218/PMK. 02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BELANJA PENSIUN YANG DILAKSANAKAN OLEH PT TASPEN (PERSERO) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 6 Peraturan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.239, 2014 KEMENDAG. Dekonsentrasi. Perdagangan. Gubernur. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/M-DAG/PER/12/2013 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PAMERAN PRODUK KREATIF SISWA SMK BESERTA MITRA INDUSTRI

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PAMERAN PRODUK KREATIF SISWA SMK BESERTA MITRA INDUSTRI KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 80 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pembentukan. Lembaga. Wali Amanat. PERATURAN MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 6 Peraturan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Instansi Vertikal. Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169/PMK.01/2012

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 15/PB/2006 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN/PENYALURAN DAN PELAPORAN DANA PENYESUAIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN

Lebih terperinci