ARTIKEL. Judul PURA AGUNG JAGATNATHA DI DENPASAR, BALI (PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA-SISWI SMPN 1 DENPASAR) Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL. Judul PURA AGUNG JAGATNATHA DI DENPASAR, BALI (PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA-SISWI SMPN 1 DENPASAR) Oleh"

Transkripsi

1 ARTIKEL Judul PURA AGUNG JAGATNATHA DI DENPASAR, BALI (PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA-SISWI SMPN 1 DENPASAR) Oleh PUTU ADMI SURYANI NIM JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014

2 Pura Agung Jagatnatha di Denpasar, Bali (Perspektif Pendidikan Karakter Bagi Siswa Siswi SMPN 1 Denpasar Putu Admi Suryani, Prof.Dr.Nengah Bawa Atmadja, M.A1, Dr. I Wayan Mudana, M.Si2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ( gecadmi999@gmail.com, nengah bawa atmadja@yahoo.co.id, mudanawayan935@yahoo.co.id) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui(1) Sejarah Pura Agung Jagatnatha di Kota Denpasar ;(2) Persembahyangan yang dilakukan siswa-siswi SMPN 1 Denpasar;(3) Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang ditanamkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tahap-tahap yaitu:(1) Teknik penentuan informan; (2) Teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan; (3) analisis data. Pura Agung Jagatnatha untuk merealisasikan keputusan yang ditetapkan dalam Pesamuhan Parisada Dharma Hindu Bali, yaitu membangun pusat kegiatan keagamaan di jantung Kota Denpasar. Akhirnya digunakan sebagai tempat persembahyangan untuk semua umat Hindu sedharma. Selain masyarakat umum, siswa-siswi SMPN 1 Denpasar juga sering melakukan persembahyangan di Pura ini saat Purnama Tilem atau hari hari biasa. Melalui kegiatan persembahyangan inilah yang menjadi potensi dalam menanamkan Pendidikan Karakter bagi siswa-siswi SMPN 1 Denpasar. Sejalan dengan menurunnya etika dan moralitas di jaman globalisasi. Kata Kunci :Sejarah Pura Agung Jagatnatha, Persembahyangan/ritual, dan Pendidikan Karakter. ABSTRACT This research as a purpose to knows about: (1)History of Pura Agung Jagatnatha in Denpasar City. (2) Praying who students of SMPN 1 Denpasar do. (3) The characteristic for students of SMPN 1 Denpasar by prayed activity on this research make us of qualitative by means phase that is: (1) Technique act of defermining informant. (2) Technique aggregation of data (Observation, interview, document study) and (3) data analyze. Result finding on Fact development of Pura Agung Jagatnatha which located on east Puputan badung field and on north Bali Museum. Besides the society, students of SMPN 1 Denpasar as often as do praying at Pura Agung Jagatnatha when full moon and tilem or anothers days without rahinan Because of location SMPN 1 Denpasar contiguous with Pura Agung Jagatnatha by the praying activities which become potential of characteristic education for students in SMPN 1 Denpasar be in accordance with decrease of ethic and morality in this globalisastion period. Keywords: History of Pura Agung Jagatnatha, praying/ritual, and characteristic education. Di Bali, kita mengenal istilah Pura Kahyangan Jagat. Dimana pura ini adalah pura umat Hindu yang bersifat umum, karena bisa dipuja oleh siapapun, tanpa membedakan asal keluarga, desa, ataupun profesi (Atmadja, 2010:450). Masing-masing daerah di Bali memiliki Pura Kahyangan Jagat, salah satunya di Kota Denpasar yang

3 dikenal dengan nama Pura Agung Jagatnatha. Pura ini menjadi sungsungan masyarakat Hindu, dari manapun mereka berasal (Linus, 2003:88). Pura ini dibangun pada tahun 1963 dan berlokasi di Jalan Mayor Wisnu Denpasar. Di sebelah utara terdapat Museum Bali, di sebelah timur Lapangan Umum Puputan Badung dan disebelah barat terdapat sekolah SMPN 1 Denpasar. Pura ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat religius, namun juga berfungsi sebagai media pendidikan. Hal ini beranjak dari fenomena berbagai kasus yang tidak sejalan dengan etika, moralitas, sopan santun atau perilaku yang menunjukkan rendahnya karakter dalam masyarakat. Arus Globalisasi menyebabkan masyarakat kehilangan jati diri. Hal ini diakibatkan karena masuknya pengaruh-pengaruh barat yang lebih modern. Sehingga banyak masyarakat yang melupakan budaya-budaya asli yang tradisional. Lebih memprihatinkan lagi, adanya perilaku menyimpang seperti pemakaian narkoba, pencurian, tawuran, kekerasan dan penipuan tidak sedikit ditunjukkan oleh orang-orang yang terdidik (pelajar). Dimana gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan (Asmani, 2011:34). Ini membuktikan bahwa pendidikan saja, kurang berhasil dalam membentuk watak (karakter) yang terpuji. Pendidikan sekarang ini lebih banyak mengembangkan ranah kognitif dibandingkan afektif sehingga karakter yang terletak di ranah afektif sangat jarang sekali tersentuh. Anak didik cenderung di nina bobokkan, sehingga pola pikir, mental, dan kebiasaan mereka bersifat instan. Semua permasalahan ini berakar dari krisis karakter. Maraknya kasus-kasus yang tidak sejalan sesuai etika dan moral di kalangan anak didik tersebut, menyebabkan banyak pihak yang menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal (sekolah). Lembaga pendidikan formal (sekolah) sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda, diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik. SMPN 1 Denpasar, lokasinya bersebelahan dengan Pura Agung Jagatnatha. Pura ini dipakai siswa-siswi SMPN 1 Denpasar untuk melakukan kegiatan persembahyangan. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban atau aturan yang diterapkan dari sekolah. Para siswa-siswi yang ber-inisiatif melakukan persembahyangan khususnya setiap Purnama-Tilem dan hari-hari biasa. Namun, setiap hari raya siwalatri, sekolah mengajak muridnya untuk melakukan pamuspan di parahyangan sekolah kemudian mereka bersama-sama melakukan ritual mekemit di Pura Agung Jagatnatha. Melakukan persembahyangan di pura, merupakan suatu kewajiban bagi setiap umatnya untuk menyiapkan diri secara lahir dan bathin. Dengan melakukan persembahyangan di pura, siswa-siswi merasa lebih khusyuk secara emosional, dan lebih merasakan kehadiran Tuhan dalam diri mereka yang nantinya akan membangun karakter yang baik dalam diri siswa itu. Berdoa kepada Tuhan, mempunyai efek positif bagi perkembangan mental dan keperibadian seseorang. Dengan berdoa, hati menjadi tenang, perilaku terkendali, dan orientasi hidup tertata dengan baik (Asmani, 2011: ). Semua orang ingin mendekatkan dirinya kepada Tuhan untuk memohon perlindungannya (Wiana, 1992:3). Kajian sejenis mengenai Pura Agung Jagatnatha di Denpasar, Bali sudah pernah dilakukan oleh Linus (2003), yang mengkaji Sejarah dan fungsi Pura Agung Jagatnatha di Kota Denpasar, Bali dalam bukunya yang berjudul Bali Objek Dan Daya Tarik Wisata. Secara umum tulisannya lebih memfokuskan tentang sejarah bagaimana awal dibangunnya Pura tersebut, dan fungsi religius sebagai tempat persembahyangan, fungsi sosial sebagai sarana pembinaan umat, dan fungsi budaya sebagai pusat seni budaya. Tetapi dari sekian banyaknya penulis yang meneliti tentang pura tidak ada yang membahas mengenai Pura Agung Jagatnatha di Denpasar, Bali (Kajian Pendidikan Karakter). Hal inilah yang mendasari Pura Agung Jagatnatha menarik untuk diketengahkan secara akademis. Melihat kenyataan diatas, maka penulis berusaha untuk mengadakan

4 penelitian lebih lanjut yang berjudul PURA AGUNG JAGATNATHA DI DENPASAR, BALI (PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA-SISWI SMPN 1 DENPASAR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa siswa-siswi SMPN 1 Denpasar melakukan persembahyangan di Pura Agung Jagatnatha, bagaimana tata cara persembahyangan yang dilakukan siswa-siswi SMPN 1 Denpasar saat Purnama Tilem atau hari hari biasa dan nilai-nilai karakter apa saja yang ditanamkan melalui kegiatan persembahyangan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan bersandarkan pada teknik teknik pendekatan kualitatif di antaranya: (1) Penentuan informan, melalui Jero Mangku, Kepala Sekolah, Guru Agama; (2) Metode Pengumpulan data, yaitu lewat teknik pengamatan langsung, teknik wawancara, dan studi pustaka (dokumen); (3) metode validitas data secara croos cek dengan dua metode yaitu teknik triangulasi data dan triangulsi metode; dan (4) Analisis data yaitu penarikan simpulan yang bersifat kasar melalui: pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan / verifikasi data. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sejarah Pura Agung Jagatnatha Pura Agung Jagatnatha berlokasi di pusat kota Denpasar, tepatnya di Jalan Mayor Wisnu, di sebelah timur Lapangan Puputan Badung, dan atau di sebelah selatan Jalan Hayam Wuruk. Pura ini berstatus sebagai Pura Kahyangan Jagat, yang menjadi sungsungan dan penyiwian masyarakat Hindu, dari manapun mereka berasal (Linus, Ketut 2003). Latar belakang pembangunan Pura Agung Jagatnatha yang berlokasi di sebelah timur Lapangan Puputan Badung dan di sebelah utara Museum Bali itu adalah untuk merealisasikan keputusan-keputasan yang telah ditetapkan dalam Pesamuhan Parisada Dharma Hindu Bali pada tanggal 20 November 1961 di Campuhan Ubud, Kabupaten Gianyar. Sejak tahun 1968, Parisadha Dharma Hindu Bali, secara resmi telah ditetapkan menjadi atau sebagai Parisadha Hindu Dharma, Majelis Tertinggi Umat Hindu Indonesia, yang berkedudukan di Denpasar (Linus, Ketut 2003). Salah satu dari keputusan tersebut, antara lain: membangun pusat kegiatan pendidikan keagamaan, untuk membina dan mengembangkan kehidupan agama Hindu di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Pembangunan pura di sentrum kota Denpasar ini, diprakarsai oleh almarhum Kapten TNI I Gusti Ngurah Pindha, BA, (kodom XVI Udayana) bersama sama dengan kepala Jawatan Rokhani Hindu Derah Militer ( Kerobindam) XVI Udayana, almarhum Letnan TNI (Tituler) Ida Padandha Gde Wayan Sideman dan Letnan TNI I Wayan Merta Suteja, BA yang sama-sama dari Kodam XVI Udayana juga. Pada tanggal 13 Mei 1968, bertepatan dengan Hari Purnamaning Sasih Jyestha telah dapat dilaksanakan Upacara Pemelaspas di Sekar (Upacara Pemelaspas Alit) dan persembahan pujawali (pawedalan Alit) yang pertama kalinya yang harus sebagai tegak pawedalan Pura Agung Jagatnatha. Sampai bulan Januari 1970 telah dapat pula diselesaikan Candi Bentar di kiri dan kanan Gelung Kuri (yang belum selesai pada waktu itu). Pada waktu itu penyengker keliling Pura Agung Jagatnatha juga telah dapat diselesaikan. Pada tanggal 21 Mei 1970, bertepatan dengan Hari Purnamaning Sasih Jyestha, yang merupakan rahina subhadiwasa tegak pawedalan Pura Agung Jagatnatha, lagi dilaksanakan persembahan dan pemujaan pujawali (pawedalan) Alit yang kedua kalinya (Linus, Ketut 2003). Pada era sekarang, Pura Agung Jagatnatha merupakan tempat memuja Hyang Widhi bagi anak-anak siswa SMP dan SMA, para Mahasiswa, Para Pegawai Negeri, Karyawan, Swasta, dan masyarakat umum, terutama pada waktu Hari Saraswati, Puja malam Siwaratri dan yang paling ramai adalah pada waktu hari-hari Purnama-Tilem. Demikian pula pada hari-hari suci tertentu, masyarakat kota Denpasar yang

5 berasal dari suatu Desa Pakraman di Bali kalau tidak sempat pulang ke desa untuk melakukan pemuspan dan persembahyangan bersama keluarganya mereka cukup memedek melakukan pemuspan dan persembahyangan dari Pura Agung Jagatnatha saja. Inilah kedudukan dan fungsi umum Pura Agung Jagatnatha yang sekaligus sebagai pura yang berkedudukan dan berstatus Pura Khayangan Jagat. Setelah Panitia Pembangunan Pura Agung Jagatnatha, secara periodik berhasil mempersiapkan pelaksanaan pembangunan dipersiapkan sebagai berikut : Pada tanggal 1 Januari 1996 Panitia Pembangunan Pura Agung Jagatnatha meminta kesediaan Anak Agung Ketut Anggara, seorang Undagi Maranggi dari Jeroan Belong Denpasar untuk Memimpin Undagi Maranggi dan Sangging Maranggi melaksanakan pekerjaan pembangunan Pura Agung Jagatnatha. Pada tanggal 27 Juli 1967, dasar bangunan Padmasana yang berwujud Badawangnala yang dibelit oleh Naga Antabhoga dan Naga Basuki (vasuki) telah dapat diselesaikan. Selanjutnya tanggal 15 Oktober 1967, pembangunan Padmasana telah dapat diselesaikan di madya angga atau bagian pertengahannya. Pada tanggal 13 Desember 1968 seluruh bangunan Padmasana telah diselesaikan. Sementara itu, pada tanggal 5 Februari 1968 Candi Bentar di Utama Mandala telah dapat diselesaikan juga. Pada tanggal 13 Mei 1968, bertepatan dengan Hari Purnamaning Sasih Jyestha telah dapat dilaksanakan Upacara Pemelaspas di Sekar (Upacara Pemelaspas Alit) dan persembahan pujawali (pawedalan Alit) yang pertama kalinya yang harus sebagai tegak pawedalan Pura Agung Jagatnatha. Sampai bulan Januari 1970 telah dapat pula diselesaikan Candi Bentar di kiri dan kanan Gelung Kuri (yang belum selesai pada waktu itu). Pada waktu itu penyengker keliling Pura Agung Jagatnatha juga telah dapat diselesaikan. Pada tanggal 21 Mei 1970, bertepatan dengan Hari Purnamaning Sasih Jyestha, yang merupakan rahina subhadiwasa tegak pawedalan Pura Agung Jagatnatha, lagi dilaksanakan persembahan dan pemujaan pujawali (pawedalan) Alit yang kedua kalinya (Linus, Ketut 2003:55). Selanjutnya, dari tanggal 17 Agustus 1970 sampai dengan bulan November 1970 pekerjaan pembangunan unsur dan struktur bangunan Pura Agung Jagatnatha Bale Pelik Sari (Kiwa Tengen) di depan Padmasana dan sebuah Bale Kulkul. Dana pembangunan Pura Agung Jagatnatha sampai selesainya sampai tahap seperti itu, seluruhnya berasal dari dana punia, antara lain : Panglima Kodam XVI Udayana, Kol. TNI. Soepardi, Pemerintah Daerah Tingkat I Bali dan parabhakta dari mana pun mereka berdaa pada waktu itu. Demikian pula, walau pun sebagai Undagi Maranggi dan Sangging Marangggi yang tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan pembangunan Pura Agung Jagatnatha dan sekaligus sebagai perancang unsur dan struktur jajar kemiri bangunan palinggih Pura Agung Jagatnatha pada waktu itu tetap adalah Anak Agung Ketut Anggara tetapi banyak pula Undagi dan Sanggging Maranggi sekarang dari Kabupaten Gianyar yang ikut ngayah. Termasuk Sangging dan Undagi dari Desa Pakraman Denpasar dan sekitarnya. Termasuk pengayah pengerombo, adalah Krama Banjar dari beberapa Banjar, Desa Pakraman Denpasar, dibantu oleh pegawai negeri karyawan swasta, para mahasiswa yang ada di lingkungan kota Denpasar. Juga tidak terlupakan adalah yang berasal dari prajurit TNI di jajaran /kodam XVI Udayana (Linus, Ketut 2003:57). Secara sepintas telah dikemukakan bahwa konsep dan ide membangun Pura Agung Jagatnatha oleh para pemrakarsa dan sesepuh sejak tahun 1963 dan baru terwujud di sekitar tahun 1970, disamping sebagai usaha mengimplementasikan dan mewujudnyatakan butir-butir buah pikiran yang telah ditetapkan dan diputuskan dalam pesamuhan Parisada Dharma Hindu Bali di Campuhan Ubud pada tanggal 20 November 1961, empat puluh dua tahun lalu, juga merupakan usaha para pemrakarsa, pemikiran, sesepuh pada waktu itu di kota Denpasar dapat dibangun sepelebahan pura yang terlepas dari beberapa karakter pura-pura di Bali yang cendrung mengkling para pemedek (yang

6 bukan klen, watu wit, yang bukan Krama Desa Adat yang bukan seprofesi) tidak akan melakukan pemuspan dan persembahyangan di suatu pura yang memiliki kekhasan karakter itu, sehingga perlu dibangun pura yang lebih umum sifatnya, siapa saja boleh memedek untuk melakukan pemuspan dan persembahyangan di pura umum itu, seperti aksistensi Pura Agung Jagatnatha (Linus, Ketut 2003:58). Walaupun melalui proses yang agak panjang, apa yang menjadi ide, cita-cita para pemrakarsa,pemikir, sesepuh yang membangun Pura Agung Jagatnatha, diakui atau tidak, jelas-jelas sudah berhasil. Pada era sekarang, Pura Agung Jagatnatha merupakan tempat memuja Hyang Widhi bagi anak-anak siswa SMP dan SMA, para Mahasiswa, Para Pegawai Negeri, Karyawan, Swasta, dan masyarakat umum, terutama pada waktu Hari Saraswati, Puja malam Siwaratri dan yang paling ramai adalah pada waktu hari-hari Purnama-Tilem. Demikian pula pada hari-hari suci tertentu, masyarakat kota Denpasar yang berasal dari suatu Desa Pakraman di Bali kalau tidak sempat pulang ke desa untuk melakukan pemuspan dan persembahyangan bersama keluarganya mereka cukup memedek melakukan pemuspan dan persembahyangan dari Pura Agung Jagatnatha saja. Inilah kedudukan dan fungsi umum Pura Agung Jagatnatha yang sekaligus sebagai pura yang berkedudukan dan berstatus Pura Khayangan Jagat. Pada waktu Hari Raya Galungan dan Kuningan pun yang merupakan Rehahinan Gumi, yang dirayakan sebagai Hari Raya Kemenangan Dharma mengalahkan Adharma dan permohonan peningkatan kejayaan Dharma, para pemedek selalu memenuhi Pura Agung Jagatnatha untuk melakukan pemuspan dan persembahyangan. Lebihlebih dimalam hari. Bahkan tidak jarang Pura Agung Jagatnatha menjadi tempat Penjagran, bukan pada waktu pejagran di prawanining Tilem Kapitu saja, saat merayakan Malam Siwa Yang Kudus. Pajagran selalu dilaksanakan setiap saat oleh perseorangan secara individual ataupun secara berkelompok. Karena sekalipun kota Denpasar semakin hiruk pikuk, tetapi kalau majagra di Pura Agung Jagatnatha lebih-lebih pada waktu hari-hari suci tertentu akan didapatkan juga ketenangan bhatin. Inilah keistimewaan suasana Pura Agung Jagatnatha. Sekalipun berlokasi ditengahtengah kota Denpasar yang hiruk pikuk, tetapi dapat memberikan ketenangan bhatin saat majagra ataupun saat melakukan perenungan setiap saat diwaktu malam hari. Akhir-akhir ini Pura Agung Jagatnatha sering digunakan untuk melakukan pemuspan dan persembahyangan untuk mencapai goals yang lebih global oleh kelompok-kelompok tertentu (Wawancara dengan Jero mangku Mia pada tanggal 5 Mei 2014). Demikian pula kenyataan yang sangat penting untuk dikemukakan adalah Pura Agung Jagatnatha setiap tahun digunakan untuk mempersiapkan Persembahan dan pemujaan Tawur Kesanga yang dilaksanakan pada waktu rahina Caitramasa di lapangan Puputan Badung dan Catuspata sebagai warisan kerajaan Badung, Catuspata dipatung catur muka adalah merupakan Catuspata yang tak terpisahkan dari eksistensi Pura Denpasar yang berlokasi di Rumah Jabatan Gubernur Bali (sekarang). Karena Catuspata itulah yang patut kaparisudha (disucikan) dalam kerangka pemujaan dan persembahan Upacara Bhutayajnya, Tawur Kesanga di Lapangan Puputan Badung pada Pacaitramasa atau Tileming Sasih Kasanga itu. Di Denpasar yang akan memohon Tirtha dan Nasi Tawur setelah pemujaan dan persembahan Tawur Agung Kesanga di Lapangan Puputan Badung selesai dilaksanakan. Demikian secara faktual keberhasilan para pemrakarsa, para pemikir, dan sesepuh Umta Hindu membangun Pura Agung Jagatnatha yang memiliki multi dimensi fungsi keagamaan yang dicita-citakan oleh para tokoh Umat Hindu tempo dulu. Sebagai pura umum yang berkedudukan dan berstatus Pura Khayangan Jagat, Penyungsung dan Pengiwi Pura Agung Jagatnatha adalah masyarakat Umat Hindu secara umum. Dari mana pun mereka berasal, siapapun mereka, kalau ingin memedek untuk melakukan pemuspan dan persembahyangan ke Pura Agung Jagatnatha boleh-boleh saja. Bahkan itu adalah

7 merupakan salah satu butir pikiran sekaligus merupakan tujuan penting pembangunan Pura Agung Jagatnatha, sehingga masyarakat umat Hindu pada umumnya tidak terjebak atau tidak terkapling oleh berbagai karakter dan kekhasan suatu pura yang merupakan kenyataan faktual di Bali. Sering timbul pertanyaan dari kalangan masyarakat yang diduga masih terjebak oleh sistem berpikir yang berlatar belakang sosiologis sekaligus yang masih hidup dan didukung oleh masyarakat Bali pada umumnya. Pertanyaan itu adalah siapa sebagai Pangemong, Pangempon dan Krama Pemaksan Pura Agung Jagatnatha. Dulu sebagai pangempon dan pengamong Pura Agung Jagatnatha seperti telah dikemukakan secara sepintas adalah Panitia Hari Raya (PAHARA) HINDU yang Kepala Daerah Tingkat I Bali dan sebagai penyiwi Pura Agung Jagatnatha itu adalah seluruh umat Hindu baik yang berada di kota Denpasar dan sekitarnya maupun seluruh umat Hindu yang berasal dari berbagai daerah. Hari Subhadiwasa pujawali (pawedalan) Pura Agung Jagatnatha jatuh pada setiap Hari Purnamaning Sasih Jyesta, setiap tahun sekali. Dana untuk pelaksanaan persembahan dan pemujaan di Hari subhadiwasa pujawali (pawedalan) di Pura Agung Jagatnatha dulu diurus dan ditangani oleh PAHARA yang bersumber dari bantuan Pemerintah Daerah Propinsi Bali dan juga bantuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Tetapi, sesuai dengan informasi yang disampaikan kepada penulis dari sumber yang layak dipercaya, bahwa dana-dana untuk kegiatan keagamaan di Pura Agung Jagatnatha sekarang sepenuhnya ditangani dan diselenggarakan oleh pemerintah Daerah Kota Denpasar (Linus, Ketut 2003). Mandala Pura Agung Jagatnatha tidak terdiri dari Trimandala seperti unsur dan struktur mandala pura-pura pada umumnya di Bali. Nistamandala, Madyamandalanya tidak ada. Bahkan Madyamandalanya adalah langsung Jalan Mayor Wisnu di sebelah timur Lapangan Puputan Badung. Unsur mandala seperti itu karena memang lokasi Pura Agung Jagatnatha yang dibangun dibekas tugu disebelah utara Museum Bali, situasi dan kondisinya memang demikian. Sehingga, karena situasi dan kondisi lokasi Pura Agung Jagatnatha seperti itu, kalau ada kegiatan keagamaan, Jalan Mayor Wisnu yang seyogyanya menjadi areal Madyamandala dipenuhi oleh para pemedek yang akan melakukan kegiatan dan aktivitas keagamaan di pura tersebut (hasil wawancara dengan Jero mangku Mia, pada tanggal 5 Mei 2014). Bahkan, banyak diantara pemedek duduk-duduk atau menunggu teman, keluarga, yang belum selesai melakukan kegiatan keagamaan atau setelah melakukan pemuspan dan persembahyangan di utamandala Pura Agung Jagatnatha. Situasi seperti ini lebih nampak menonjol terutama pada waktu persembahyangan dan pemujaan Upacara Bhutayajya, Tawur Kesanga sehari sebelum Hari Raya Nyepi, pergantian Tahun baru Saka. Situasinya ramai, karena yang datang melakukan pamuspan dan persembahyangan mohon nasi tawur, ulam tawur dan tirtha tawur (kalau pada waktu dulu) seluruh utusan Desa Pakraman Se- Kabupaten Badung dan Desa Pakraman di Kota Denpasar. Waktu belakangan ini, walaupun yang mohon nasi tawur, ulam tawur dan tirtha tawur hanya utusan Desa Pakraman di Kota Denpasar saja, keramaian tidak berkurang. Lebih-lebih pada waktu persembahyangan di hari-hari suci seperti hari Purnama-Tilem, Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Saraswati Puja, Malam Siwaratri, keramaian semakin bertambah, sampai para pemedek yang melakukan pamuspan dan persembahyangan antre, menunggu secara bergiliran dengan tertib sehingga walaupun situasi ramai sekali, suasana khidmat, khusuk dan tertib tetap terjaga. Demikian situasi dan kondisi Pura Agung Jagatnatha sebagai tempat suci di sentrum kota Denpasar pada masa sekarang, sehingga cita-cita para pemrakarsa, pemikiran dan para sesepuh masyarakat umat Hindu membangun keagamaan, seni budaya dan aspek-aspek kehidupan agama, adat dan budaya pada umumnya telah berhasil dan selaras dengan cita-cita yang telah

8 dicanangkan pada waktu dulu (Linus, Ketut 2003:63). Sejarah SMPN 1 Denpasar SMPN 1 Denpasar terletak di Jalan Surapati Denpasar. Menurut sejarah bangunan sekolah ini telah ada sejak zaman pemerintahan Belanda. Pada masa itu bangunan ini digunakan sebagai salah satu gedung pemerintahan Belanda dan juga sebagai sekolah bagi kaum bangsawan. Bangunan ini telah mengalami tiga zaman yaitu zaman pemerintahan Belanda, Jepang dan juga Inggris (wawancara dengan bapak Rimbya Temaja, tanggal 5 Mei 2014). Sekarang bangunan ini masih berdiri dengan kokohnya di tengah-tengah kota Denpasar. Bangunan ini juga telah mengalami berbagai tahap renovasi sehingga menjadi lebih cantik dan menawan. Selain itu di SMPN 1 Denpasar sistem pembelajarannya pun lebih maju dan modern. SMPN 1 Denpasar telah banyak melahirkan siswa-siswa berprestasi dan telah banyak pula menjuarai berbagai macam perlombaan baik di tingkat kabupaten, provinsi, nasional, maupun di tingkat internasional. Hingga saat ini SMPN 1 Denpasar merupakan sekolah terfavorit di Bali (http//smpn-1 dps.com). Selain itu, SMPN 1 Denpasar lokasinya sangat strategis dari Kota Denpasar. Sekolah ini juga bersebelahan dengan Pura Agung Jagatnatha. Karena lokasi yang bersebelahan inilah memudahkan siswa siswi SMPN 1 Denpasar untuk melakukan persembahyangan di Pura Agung Jagatnatha. Tidak hanya pada saat Purnama-Tilem, tetapi setiap pagi sebelum melakukan proses pembelajaran, maka siswa siswi SMPN 1 Denpasar akan melakukan persembahyangan dahulu di Pura tersebut. Tidak ada kewajiban dari pihak sekolah, siswa siswilah yang berinisiatif melakukan persembahyangan di Pura Agung Jagatnatha. Hal ini sangat baik untuk menanamkan pendidikan karakter di kalangan siswa siswi melalui kegiatan persembahyangan. 2. Mengapa Siswa Siswi SMPN 1 Denpasar melakukan persembahyangan di Pura Agung Jagatnatha Jika kita melihat rutinitas persembahyangan yang dilakukan siswa siswi SMPN 1 Denpasar setiap Purnama Tilem atau sehari hari di Pura Agung Jagatnatha, tampaknya ini merupakan sebuah fenomena yang sangat bagus sekali untuk dikaji lebih dalam. Karena di jaman Globalisasi ini Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Karakter melalui kegiatan Spritual diharapkan mampu merubah mental anak didik ke arah yang lebih baik. Saat banyak sekolah sekolah mencanangkan hal tersebut, penulis mengamati bahwa sekolah SMPN 1 Denpasar dan khususnya siswa siswinya sudah mampu menuju kearah perubahan yang baik tersebut. Setelah penulis melakukan observasi dan survey langsung ke Pura Agung Jagatnatha dan SMPN 1 Denpasar, dan melakukan wawancara oleh beberapa pihak siswa siswi SMPN 1 Denpasar dan jero mangku Pura Agung Jagatnatha, adapun beberapa kesimpulan yang bisa penulis paparkan dalam menjawab rumusan masalah pertama yaitu, mengapa siswa-siswi SMPN 1 Denpasar melakukan persembahyangan di Pura Agung Jagatnatha Denpasar : Siswa Siswi SMPN 1 Denpasar percaya adanya Tuhan Di dalam badan manusia terdapat hati spiritual, dan dalam hati itu ada jiwa (Tuhan). Jiwa inilah yang menjadi sutradara yang menulis kehidupan ini baik ataupub buruk, kebajikan, dan doa. Tuhan ada dimana mana termasuk dalam bangunan suci yang terbuat dari batu, kayu ataupun sebagainya. Bangunan suci seperti itu di yakini sebagai tempat tinggal Tuhan (Tuhan hadir di tempat tersebut). Maka dari itulah mengapa orang orang berbondong-bondong datang ke tempat suci tersebut sesuai dengan agama dan kepercayaan mereka masing-masing untuk memuja-nya karena hanya ditempattempat suci itulah mereka dapat bertemu dan berkomunikasi lebih intens secara bathin dengan Tuhan. Beliau selalu melayani semua dar mereka yang datang menghadap-nya (Yupardhi, 2012). Letak Pura Agung Jagatnatha berdampingan dengan SMPN 1 Denpasar Seperti yang kita ketahui, Lokasi Pura Agung Jagatnatha Denpasar, bersebelahan

9 dengan SMPN 1 Denpasar. Karena lokasi yang berdekatan itulah memudahkan siswa siswi SMPN 1 Denpasar yang beragama Hindu melakukan persembahyangan di pura tersebut. Mendapat Ketenangan lahir dan bathin dengan melakukan persembahyangan. Sembahyang dalam hidup keseharian sering disebut dengan Mebhakti atau Muspa. Disebut dengan Mebhakti karena inti dari sembahyang adalah untuk mengungkapkan rasa bhakti yang setulus-tulusnya kepada Tuhan. Disebut dengan Muspa karena sarana pokok yang digunakan adalah bunga atau puspa. Adapun manfaat dari pelaksanaan sembahyang adalah : 1. Dapat meningkatkan kesucian hati dan pikiran 2. Dapat menumbuhkan keikhlasan Anjuran dari Sekolah setiap Purnama Tilem menggunakan pakaian adat bagi yang beragama Hindu Seperti yang kita ketahui bahwa SMPN 1 Denpasar maupun sekolah-sekolah lainnya yang ada di kota Denpasar sudah mencanangkan atau menganjurkan agar siswa siswi mereka yang beragama hindu untuk menggunakan pakaian adat sembahyang ke sekolah. Karena sebelum mereka melakukan kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu mereka akan melakukan kegiatan persembahyangan bersama dengan para guru, pegawai, dan Kepala Sekolah. Khusus untuk siswa siswi SMPN 1 Denpasar, setiap Purnama Tilem mereka melakukan kegiatan persembahyangan bersama di parahyangan sekolah maupun di Pura Agung Jagatnatha. Dan di Pura tersebut juga sudah siap beberapa orang sulinggih atau jero mangku yang menuntun mereka selama melakukan persembahyangan. 3. Tata cara persembahyangan yang dilakukan oleh siswa-siswi SMPN 1 Denpasar setiap Purnama-Tilem dan hari-hari biasa. Tata cara persembahyangan yang dilakukan siswa siswi SMPN 1 Denpasar itu dibedakan menjadi 2, yaitu tata cara saat melakukan kegiatan persembahyangan rutin sehari hari dan ritual saat Purnama Tilem. Seperti halnya bakti yang dilakukan siswa siswi SMPN 1 Denpasar yaitu dengan melakukan persembahyangan ke Pura Agung Jagatnatha sehari hari. Sebelum melakukan pembelajaran, mereka beramai ramai dengan teman teman mereka melakukan persembahyangan dengan tata cara persembahyangan yang sederhana. Mereka biasanya membawa Canang Ceper sendiri dari rumah beserta dupanya. Jika lupa membawa canang, biasanya mereka memakai Canang Ceper yang sudah disediakan di Pura Agung Jagatnatha. Untuk pakaian, mereka menggunakan seragam sekolah dan memakai selendang saja pada saat melakukan persembahyangan. Dan mereka melakukan persembahyangan masing masing tanpa dituntun oleh seorang sulinggih (Yupastra, 2012). Saat Purnama Tilem, sudah siap beberapa orang Sulinggih yang menuntun siswa siswi saat melakukan persembahyangan di Pura Agung Jagatnatha. Alat persembahyangan yang digunakan pun sudah harus lebih lengkap yaitu membawa Canang Sari, Dupa, Kwangen, dan berpakaian adat ke Pura. Dan sebelum masuk ke areal Pura hendaknya melukat terlebih dahulu dengan memercikkan tirtha kepada diri kita, sebagai simbol menyucikan diri dan mohon ijin secara niskala. 4. Nilai nilai karakter apa yang ditanamkan melalui kegiatan persembahyangan Dalam melakukan persembahyangan, sesorang tidak hanya berdoa memohon keselamatan. Namun makna yang lebih dalam adalah sejauh mana orang tersebut mampu mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam agama yang diyakininya tersebut. Tujuan daripada agama adalah membentuk manusia yang berakhlak, mampu mengontrol diri, dan berperilaku yang baik sesuai norma yang berlaku. Tujuan daripada agama ini sangat erat kaitannya daripada tujuan pendidikan karakter itu sendiri. Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri seseorang dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu (Asmani, 2011:42-43). SIMPULAN

10 Pura Agung Jagatnatha berlokasi di pusat kota Denpasar, tepatnya, di Jalan Mayor Wisnu, di sebelah timur Lapangan Puputan Badung, dan atau di sebelah selatan Jalan Hayam Wuruk. Pura ini berstatus sebagai Pura Kahyangan Jagat, yang menjadi sungsungan dan penyiwian masyarakat Hindu, dari manapun mereka berasal (Linus, Ketut 2003). Pura ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat religius, namun juga berfungsi sebagai media pendidikan. Hal ini beranjak dari fenomena berbagai kasus yang tidak sejalan dengan etika, moralitas, sopan santun atau perilaku yang menunjukkan rendahnya karakter dalam masyarakat. Arus Globalisasi menyebabkan masyarakat kehilangan jati diri. Disinilah penulis sangat tertarik untuk meneliti Pura Agung Jagatnatha dalam perspektif Pendidikan Karakter bagi siswasiswi SMPN 1 Denpasar. Karena penulis mengamati, siswa siswi SMPN 1 Denpasar rutinitas melakukan persembahyangan baik sehari hari maupun setiap Purnama Tilem di Pura Agung Jagatnatha. Karena melakukan persembahyangan merupakan Implementasi juga dalam menerapkan atau menanamkan nilai nilai karakter yang baik dalam diri siswa siswi tersebut. Persembahyangan adalah suatu kegiatan yang terarah dimana dalam persembahyangan akan mewujudkan manusia yang berkarakter mulia melalui media pura sebagai tempat suci. Dalam melakukan persembahyangan, sesorang tidak hanya berdoa memohon keselamatan. Namun makna yang lebih dalam adalah sejauh mana orang tersebut mampu mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam agama yang diyakininya tersebut. Tujuan daripada agama adalah membentuk manusia yang berakhlak, mampu mengontrol diri, dan berperilaku yang baik sesuai norma yang berlaku. Tujuan daripada agama ini sangat erat kaitannya daripada tujuan pendidikan karakter itu sendiri. Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri seseorang dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu (Asmani, 2011:42-43). KATA PERSEMBAHAN Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof.Dr Nengah Bawa Atmadja,M.A selaku pembimbing 1 yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran sehingga penulis bisa menyusun artikel ini dengan tepat waktu. Dan juga kepada Bapak Dr. I Wayan Mudana, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan dalam penulisan ini. DAFTAR RUJUKAN Agus, Bustanuddin Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arwati, Made Sri Sembahyang Ke Tempat Suci. Denpasar: Umat Se- Dharma Hindu. Asmani, Jamal Ma mur Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press. Atmadja, Nengah Bawa Ajeg Bali Gerakan, Identitas Kultural, dan Globalisasi. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Suprapta, I Nyoman Pura Jagatnatha Ring Denpasar. Denpasar: Sanggar Sunari. Sura, I Gede Agama hindu Sebuah Penghantar. Denpasar: CV Kayu Mas Agung. Wardi, Nyoman Makna Tata Ruang Parhyangan Sebagai Warisan Budaya. Denpasar: Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Bali. Wiana, Ketut Sembahyang Menurut Hindu. Denpasar: Percetakan Offset BP Sumber Website: Anonim Pengertian Pendidikan Karakter. Terdapat pada www. erlangga. co.id/umum/7405- pendidikan-karakter-peransekolah dan-keluarga-.html). Diunduh tanggal 27 April 2014.

11 -----, Pengalaman dan Motivasi. Terdapat pada ( 06/pengalaman-dan-motivasiberagama-dan.html). Diunduh tanggal 4 Juni 2014.

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu ABSTRAK Perancangan Pasraman Hindu di Buleleng merupakan suatu upaya dalam memberikan pembinaan serta pendidikan secara mental dan fisik baik jasmani maupun rohani kepada seluruh masyarakat Hindu, khususnya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: ikadek_dwipayana@yahoo.com) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN 307 PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN Oleh Kadek Dewi Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar dsetiawati445@gmail.com Abstrak Diera globalisasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia PENDAHULUAN Bali terkenal sebagai pulau dewata adalah nama salah satu provinsi di indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Bali terletak diantara pulau

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)

Lebih terperinci

BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI

BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KOTA DENPASAR BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI JLN. SURAPATI NO. 4 DENPASAR, Telp. (0361) 237426, Fax (0361) 237426 Website : http://arsip.denpasarkota.go.id, http://perpustakaan.denpasarkota.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR

PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Drajat Sarjana Teknik Informatika oleh : KOMANG ANANTA WIJAYA 11 07 06639

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional (Studi Pada Kelian Adat Banjar Batu Bintang Kelurahan Dauh Puri Kelod Denpasar Barat) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 NO TANGGAL DINA/WUKU DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 RERAINAN/ PIODALAN/PUJAWALI UPAKARA SANE KATUR PINANDITA SANE MUPUT TEMPEK PENGAREP

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015

Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015 Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA TAWUR AGUNG KESANGA NASIONAL PERAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya sangat diperlukan bagi setiap insan manusia. Pendidikan diarahkan sebagai pondasi untuk membangun individu dan bangsa. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kolektivitas, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma, dan moral. Kehidupan

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter merupakan hal yang dapat yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Orang orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk kehidupan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: I Made Sedana, S.Pd., M.Pd.. Abstrak Sekolah merupakan institusi sosial yang dibangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang membentuk Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat yang kedua bagi anak untuk memperoleh pendidikan setelah lingkungan keluarga. Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Ekstrakurikurikuler Polisi Cilik di SDN Landungsari 1 Malang

Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Ekstrakurikurikuler Polisi Cilik di SDN Landungsari 1 Malang Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Ekstrakurikurikuler Polisi Cilik di SDN Landungsari 1 Malang Dinda Davina Armin Juharyanto Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan nilai karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia sudah bertekat menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menumbuh kembangkan potensi dan bakat manusia, pendidikan dipandang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menumbuh kembangkan potensi dan bakat manusia, pendidikan dipandang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan subsistem budaya yang memiliki peran strategis dalam menumbuh kembangkan potensi dan bakat manusia, pendidikan dipandang sebagai katalisator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah membuka wawasan dan kesadaran masyarakat yang diikuti dengan munculnya sejumlah harapan dan kecemasan. Harapan dan kecemasan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJAAN DAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN KPN. KAMADHUK RSUP.

PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJAAN DAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN KPN. KAMADHUK RSUP. PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJAAN DAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN KPN. KAMADHUK RSUP. SANGLAH SKRIPSI Oleh: I GDE HENDRA NAROTTAMA NIM: 1106205136 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah tanpa pertolongan orang lain, terutama orang tuanya mereka tidak bisa berbuat banyak. Di balik keadaan yang lemah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom 1. Remaja melakukan penyimpangan karena kurangnya pengetahuan agama. Akhlak remaja adalah tingkah laku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah tujuh tahun lamanya indonesia tergolek lemah akibat krisis multidimensional yang tidak kunjung usai mendera bangsa ini. Kondisi ini diperburuk oleh krisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013 PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo Oleh : ISKANDAR

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi : 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga yang membantu pemerintah dalam menyiapkan generasi penerus bangsa bertanggung jawab dalam menangani masalah pendidikan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangatlah kompleks, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan 1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan harus ditanamkan dalam satuan pendidikan, karena pendidikan karakter sebagai dasar pendidikan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global ditandai dengan pengaruhnya yang cukup signifikan terhadap perubahan kehidupan manusia, baik ekonomi, politik dan kebudayaan.tiga dimensi ini berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dalam mendewasakan seseorang. Mendewasakan seseorang berarti membantu seseorang menjadi manusia dewasa yang dapat memahami dirinya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa paling sensitif dalam kehidupan manusia yang biasanya berlangsung antara usia 12 hingga 18 tahun. Dalam masa ini seseorang bukan

Lebih terperinci

Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar.

Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Kerajinan kayu di desa Singakerta mengalami pertumbuhan yang sangat dinamis.

Lebih terperinci

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai keragaman di setiap wilayahnya membuat Indonesia disebut sebagai

Lebih terperinci

KELUARGA MAHASISWA HINDU & BUDHA SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA (KMHB-STAN) PROGRAM KERJA

KELUARGA MAHASISWA HINDU & BUDHA SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA (KMHB-STAN) PROGRAM KERJA PROGRAM KERJA KELUARGA MAHASISWA HINDU DAN BUDHA 2008-2009 (ditetapkan dalam rapat anggota KMHB tanggal 5 Desember 2008) Seksi Kerohanian Pesantian KMHB Meningkatkan pemahaman tentang Agama Hindu Pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini, memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek

Lebih terperinci

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA. Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed.

KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA. Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed. KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed. Character education, we always emphasize, Is not a new idea. Down through history, all over the world, education

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Pemerintah mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Pemerintah mengeluarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa ibu yang seyogyanya harus dilestarikan keberadaanya agar tidak hilang dalam jati diri anak bangsa. Bahasa daerah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 kini sedang hangat dibicarakan oleh para guru, wali murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada beragam pernyataan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyusun rancangan penelitian (research design) aspek paradigma

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyusun rancangan penelitian (research design) aspek paradigma 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam menyusun rancangan penelitian (research design) aspek paradigma (pendekatan) sangat diperlukan, yaitu untuk dapat memahami kompleksitas dunia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci