PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI MERKURI (Hg) TERHADAP DINAMIKA BAKTERI PEREDUKSI MERKURI (Hg) PADA AIR SUMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI MERKURI (Hg) TERHADAP DINAMIKA BAKTERI PEREDUKSI MERKURI (Hg) PADA AIR SUMUR"

Transkripsi

1 PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI MERKURI (Hg) TERHADAP DINAMIKA BAKTERI PEREDUKSI MERKURI (Hg) PADA AIR SUMUR The effect of adding various concentrations of mercury (Hg) on the population dynamics of bacterial mercury (Hg) reducing In Water Wells Nurlailah 1 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian Pengaruh Penambahan Berbagai Konsentrasi Merkuri (Hg) Terhadap Dinamika Populasi Bakteri Pereduksi Merkuri (Hg) Pada Air Sumur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi bakteri pereduksi merkuri dan menganalisis kemampuannya dalam mereduksi HgCl 2 pada air sumur sebagai media pertumbuhannya. Untuk memperoleh isolat bakteri yang memiliki kemampuan mereduksi merkuri maka dilakukan satu rangkaian kegiatan yaitu mengisolasi bakteri dari sampel air laut menggunakan mediun nutrien agar yang mengandung 3,5 µg/ml merkuri klorida. Hasil akhir yang diperoleh terdapat 3 jenis isolat yaitu isolat L1, isolat L2 dan isolat L3. Kemudian dilakukan pengujian dengan penambahan konsentrasi merkuri yang berbeda yaitu 5 µg/ml, 10 µg/ml, 15 µg/ml dan kontrol tanpa merkuri klorida pada air sumur untuk mengetahui dinamika pertumbuhan bakteri pereduksi merkuri dan diperoleh data pertumbuhan bakteri isolat L1 mampu tumbuh hingga konsentrasi 15 µg/ml sedangkan isolat L2 dan L3 hanya mampu tumbuh pada konsentrasi 5 µg/ml. Kata kunci : Bakteri pereduksi merkuri, resistensi, air sumur, merkuri klorida ABSTRACT A research on The effect of adding various concentrations of mercury on the population dynamics of bacterial mercury reducing In Water Wells. The aim of the research to isolate the mercury reducing bacteria and analyzed its ability to reduce HgCl 2 on well water as a growth medium. To obtain bacterial isolates that have the ability to reduce mercury then conducted a series of activities that bacteria isolated from seawater samples using medium nutrient agar containing 3,5 µg/ml of mercury chloride. The final results are obtained, there are 3 types of isolates are isolates L1, L2 and isolates L3. Then, do the test with the addition of different concentrations of mercury that is 5 µg/ml, 10 µg/ml, 15 µg/ml and controls without mercury chloride in water wells to determine the dynamics of mercury reducing bacteria growth and the growth of bacterial isolates obtained data L1 is able to grow to a concentration 15 µg/ml, while L2 and L3 only isolates able to grow at a concentration of 5 µg/ml. Keywords: mercury reducing bacteria, resistance, water wells, mercury chloride

2 PENDAHULUAN Perkembangan industri di Indonesia semakin pesat sehingga akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah, baik limbah padat, cair maupun gas yang dihasilkan oleh berbagai industri yang ada. Adanya Limbah tersebut mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya bagi mahluk hidup, terutama jika masuk ke perairan maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan merupakan masalah yang sangat serius dan harus sesegera mungkin ditangani. Salah satu yang menjadi pusat perhatian masyarakat luas saat ini adalah pencemaran yang diakibatkan oleh logam berat, karena dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan (Widowati, 2008). Merkuri (Hg) yang merupakan salah satu unsur logam berat yang paling berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan bagi kehidupan baik itu bagi manusia maupun mahluk hidup lainnya. Dampak yang timbul dari akibat kontaminasi merkuri bisa menyebabkan kematian (Lasut, 2011). Sumber pencemaran merkuri dapat disebabkan oleh proses geologi dan biologi. Senyawa merkuri yang terdapat pada batu dan tanah dikikis oleh hujan dan angin. Meskipun demikian, hal itu tidak sebanding jumlahnya bila dibandingkan dengan pencemaran merkuri yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran batubara, beberapa jenis produk minyak bumi, penggunaan fungisida merkuri, katalisator merkuri dan penambangan emas yang menggunakan merkuri untuk ekstraksi partikel emas (Risa, 2004). Penggunaan merkuri yang melebihi batas ambangnya dapat menimbulkan dampak negatif seperti dari kasus Minamata yang terjadi di Jepang yang menyebabkan kematian yang cukup besar bagi masyarakat jepang. Selain itu pencemaran merkuri berdampak negatif pada lingkungan dan organisme lain karena dapat membahayakan komunitas biota yang hidup diperairan tersebut (Inswiasari, 2008). Merkuri yang dibuang ke sungai akan menyebabkan ikan-ikan dan tanaman air terkontaminasi merkuri. Ikan yang telah terkontaminasi di makan oleh manusia sehingga manusia mengumpulkan merkuri dalam tubuhnya dan dalam kadar yang berlebih maka akan menyebabkan kematian. Dan apabila air sumur yang digunakan manusia sebagai kebutuhan hidup setiap hari terkontaminasi oleh merkuri hal ini akan menimbulkan dampak negatif, misalnya dapat menyebabkan kebutaan, kerusakan kromoson, cacat pada bayi dalam kandungan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Dewasa ini para peneliti terus melakukan upaya utuk menangani pencemaran merkuri. Ada berbagai metode yang digunakan antara lain dengan metode fisika kimia dan biologis. Pengolahan secara fisika umumnya dilakukan dengan cara absorpsi dengan menggunakan karbon aktif (Fahruddin, 2010). Metode dengan kimiawi, seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins). Namun proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme akuatik (Sayekti, 2008). Penanganan pencemaran merkuri dengan mikroorganisme, dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau bioremoval, menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan merkuri di lingkungan perairan tersebut. Penelitian ini didasarkan pada berbagai masalah terjadi akibat dari

3 pencemaran merkuri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi merkuri terhadap dinamika populasi bakteri pereduksi merkuri pada air sumur. Tujuan dari penelitian adalah memperoleh bakteri pereduksi merkuri dari air laut di wilayah pantai Losari dan menentukan jumlah bakteri yang ada pada air sumur dengan konsentrasi merkuri yang berbeda-beda. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Agustus Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Losari dan pengerjaannya dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Sampel yang digunakan adalah air laut yang terkontaminasi merkuri pada daerah Pantai Losari dengan pertimbangan bahwa pada daerah pantai Losari tingkat pencemaran merkuri tinggi akibat dari limbah merkuri oleh pedagang emas yang letaknya dekat pantai losari dan air sumur yang bebas dari merkuri sebagai media pengujian. Isolasi bakteri dikerjakan melalui teknik pencengenceran bertingkat dan penanaman dengan teknik taburan. Pengenceran dilakukan mulai 10-1 sampai Masing-masing kultur hasil pengenceran diambil sebanyak 0,1 ml untuk ditaburkan kemudian diinokulasikan pada media NA yang mengandung 3,5 µg/ml merkuri klorida (HgCl 2 ) dan media NA tanpa merkuri klorida sebagai kontrol, kemudian diratakan dengan menggunakan hockey stick yang disterilkan dengan alkohol 70% dan api bunsen. Media yang telah berisi sampel diinkubasi ke dalam inkubator selama ± 72 jam pada suhu ruang sampai terjadi pertumbuhan. Seleksi bakteri pereduksi merkuri dilakukan dengan melihat pertumbuhan koloni bakteri. Jika terdapat koloni bakteri yang hidup pada NA yang mengandung merkuri maka bakteri tersebut dapat dikatakan sebagai bakteri yang dapat mereduksi merkuri. Hal ini disebabkan karena hanya bakteri tertentu saja yang dapat hidup pada medium yang mengandung merkuri. Koloni yang tumbuh dipurifikasi sampai diperoleh isolat murni. Satu koloni isolat bakteri diambil dari cawan petri secara aseptis dan inokulasikan ke permukaan medium NA yang mengandung 3,5 µg/ml merkuri klorida (HgCl 2 ), dengan metode goresan dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu ruang selama ±72 jam. Pemindahan koloni isolat dilakukan beberapa kali, untuk mengetahui kemurnian isolat dengan mengamati bentuk sel. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan cara menginokulasikan masingmasing 3 ml inokulum ke dalam beberapa erlenmeyer yang telah berisi air sumur sebanyak 100 ml kemudian ditambahkan merkuri klorida dengan kadar yang berbeda yaitu 5 µg/ml, 10 µg/ml, 15 µg/ml dan kontrol tanpa merkuri klorida selain itu ditambahkan pula 0,5 gr yeast sebagai nutrisi tambahan. Sampel diinkubasi di atas shaker dengan kecepatan agitasi 120 rpm pada suhu ruang selama 96 jam. Deteksi kemampuan isolat dilakukan dengan cara mengambil 0,1 ml dari setiap erlenmeyer lalu ditaburkan pada medium NA yang mengandung 3,5 µg/ml merkuri klorida (HgCl 2 ), kemudian diratakan dengan menggunakan hockey stick yang disterilkan dengan alkohol 70% dan api bunsen. Media yang telah berisi sampel diinkubasi ke dalam inkubator selama ± 72 jam pada suhu ruang sampai terjadi pertumbuhan. Setelah koloni tumbuh, maka

4 dilakukan perhitungan jumlah koloni dengan metode SPC (standar plate count). Perhitungan jumlah koloni dilakukan pada hari ke 0, 5, 10, dan 15. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi bakteri pereduksi merkuri diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan pada daerah Pantai Losari yang dekat dengan pembuangan yang langsung terhubung dengan pantai losari. Sampel air laut yang sudah ada kemudian diinokulasikan pada media NA (Nutrient Agar) yang mengandung 3,5 µg/ml merkuri klorida dan pada kontrol tanpa penambahan merkuri klorida. Setelah diinkubasi selama ± 72 maka diperoleh hasil bahwa terdapat 3 isolat bakteri perduksi merkui dan 15 isolat pada kontrol tanpa penambahan merkuri klorida. Kemudian ketiga isolat tersebut yaitu isolat L1, isolat L2 dan isolat L3 dimurnikan berulang kali ke dalam medium yang sama sehingga diperoleh isolat yang murni. Pengamatan Morfologi Secara Makroskopis Bakteri Pereduksi Merkuri Pada isolasi bakteri pereduksi merkuri didapatkan 3 isolat koloni yang berbeda. Ciri-ciri morfologi dari ketiga koloni dapat diliat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengamatan karateristik morfologi isolat bakteri pereduksi merkuri Iso Ciri pertumbuhan lat Bentuk Warna Tepi Elevasi L1 Circulair Putih Entire Flat L2 Irregular Kuning Lobet Convex Pengamatan Morfologi Secara Mikroskopis Bakteri Pereduksi Merkuri Untuk mengetahui bentuk morfologi sel ketiga bakteri pereduksi merkuri maka dilakukan pengamatan secara mikroskopik dengan perwarnaan gram. Menurut Pleczar & Chan (1986) perwarnaan ini bertujuan untuk mengamati dengan lebih baik bentuk morfologi dari bakteri. Hasil perwarnaan gram dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Pewarnaan Gram Kode Isolat L1 L2 L3 Bentuk Basil (Batang Panjang) Basil (Batang Pendek) Basil (Batang Panjang) Pewarnaan Gram Positif Negatif Positif Perhitungan Jumlah Bakteri Pereduksi Merkuri pada Air Sumur Pengujian pertumbuhan dilakukan dengan metode SPC yang bertujuan untuk menghitung kepadatan pertumbuhan bakteri. Peningkatan jumlah bakteri yang berbanding lurus dengan waktu inkubasi (hari) menunjukkan kemampuan bakteri untuk mereduksi merkuri. Laju pertumbuhan bakteri diukur dengan penambahan konsentrasi merkuri yang berbeda pada air sumur. Konsentrasi merkuri klorida yang digunakan mulai dari 5 µg/ml, 10 µg/ml, 15 µg/ml dan kontrol tanpa merkuri klorida. L3 Circulair Putih kehitam an Lobet Lowco nvexs

5 Log Jumlah Sel (x 10 5 ) (CFU/ml) Hari-0 Hari-5 Hari-10 Hari-15 A=5 µg/ml B=10 µg/ml Gambar 3. Dinamika Pertumbuhan Isolat L1 Bakteri Pereduksi Merkuri 0.18 Log Jumlah Sel (x 10 5 ) (CFU/ml) Hari-0 Hari-5 Hari-10 Hari A=5 µg/ml B=10 µg/ml C=15 µg/ml D= Kontrol Gambar 4. Dinamika pertumbuhan Isolat L2 Bakteri Pereduksi merkuri 0.18 Log Jumlah Sel (x 10 5 ) (CFU/ml) Hari-0 Hari-5 Hari-10 Hari-15 A=5 µg/ml B=10 µg/ml Gambar 5. Dinamika Pertumbuhan Isolat L3 Bakteri Pereduksi Merkuri Hasil penelitian yang dilakukan diatas jika dibandingkan antara Isolat L1, isolat L2 dan isolat L3 maka dapat disimpulkan bahwa isolat L1 memiliki pertumbuhan yang lebih baik jika dibandingkan isolat L2 dan isolat L3. Isolat L1 memiliki kemampuan tumbuh hingga konsentrasi 15 µg/ml. Berbeda dengan isolat L2 dan L3 yang menunjukkan resistensi merkuri yang lebih rendah dimana isolat tersebut hanya mampu tumbuh pada konsentrasi 5 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa isolat L1 merupakan bakteri resisten merkuri dengan tingkat ketahanan merkuri yang tinggi. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Cansteinet al, (2002) yang menyatakan bahwa isolat bakteri resisten merkuri yang dapat tumbuh pada media yamg mengandung merkuri dapat dikatakan bahwa bakteri tersebut memiliki tingkat ketahanan merkuri yang tinggi. Resistensi setiap kultur bakteri yang diperoleh terhadap merkuri anorganik berbeda. Menurut Smithet al, (1998), perbedaan resistensi ini

6 berhubungan dengan mekanisme respon populasi bakteri terhadap merkuri. Ada 3 mekanisme respon terhadap stress merkuri. Pertama, dengan cara menghambat metabolisme sel sehingga pertumbuhan sel lambat atau sel mati. Kedua, menginduksi sistem operon resisten merkuri untuk bekerja sehingga sel tetap hidup dalam kondisi stres. Ketiga, adanya plasmid yang mengandung gen resisten merkuri yang masuk ke dalam sel. Kemungkinan kultur isolat L2 dan L3 hanya memiliki mekanisme respon dengan cara menghambat metabolisme sel (Smith et al, 1998) atau dengan sistem multidrug, multication, atau nodulation signal efflux complexes (Nikaido 1996) sehingga kultur isolat L2 dan L3 masih dapat hidup pada konsentrasi 5 µg/ml. Sistem multidrug atau multication ini merupakan sistem yang dapat memompa keluar beberapa jenis obat-obatan, kation divalent atau nodulationsiganal lipooligosakarida. Pada konsentrasi lebih besar atau sama dengan 15 µg/ml HgCl 2 kultur isolat L2 dan L3 tidak dapat mentelorir keberadaan HgCl 2. Bakteri yang dapat hidup pada konsentrasi 15 µg/ml HgCl 2 diduga hanya bakteri yang mengandung gen resisten merkuri. Oleh karena itu, isolat 1 diduga mengandung gen resisten merkuri spektrum sempit yaitu mer operon dimana mer penentu resisten hanya terjadi pada garam merkuri organik saja dan berbeda dengan mer penentu resisten merkuri spectrum luas yang resisten terhadap organomerkuriliase seperti methymercury dan phenylmercury, serta garam merkuri anorganik (Misra, 1992; Silver dan Phung, 1998; Bogdaniva et al, 1998). Struktur mer operon berbeda untuk tiap jenis bakteri. Umumnya struktur mer operon terdiri dari gen metaloregulator (merr), gen transpor merkuri (mert, merp, merc), gen merkuri reduktase (mera) dan organomerkuri liase (merb). KESIMPULAN Hasil penelitian isolasi dan karakterisasi bakteri pereduksi merkuri (Hg) di perairan Pantai Losari Makassar menunjukkan: 1. Hasil isolasi bakteri pereduksi merkuri di perairan Pantai Losari Makassar memperlihatkan isolat L1, isolat L2 dan isolat L3 memiliki kemampuan mereduksi merkuri. 2. Hasil karakterisasi menunjukkan isolat L1 dan L3 memiliki kesamaan ciri mikroskopik tergolong bakteri Gram Positif dan berbentuk basil (batang panjang) sedangkan isolat L2 tergolong bakteri gram Negatif dan berbentuk basil (batang pendek). 3. Isolat L1 memiliki kemampuan tumbuh hingga konsentrasi 15 µg/ml HgCl 2 sedangkan isolat L2 dan L3 yang menunjukkan resistensi merkuri yang lebih rendah dimana isolat tersebut hanya mampu tumbuh pada konsentrasi 5 µg/ml HgCl 2. DAFTAR PUSTAKA Alfian, Z Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Avaliable: k/zul%20alfian.pdf.diakses pada tanggal 3 Januari Ball, M. M., P, Carrero, D, Castro, and L.A. Yarsabal, Mecury resistance in bacterial strains isolated from mailing ponds in a gold mining area near El Callao (Bolivar state, venezuela). Current Microbiology 54: Bryan, G.W Heavy metal contamination in the sea.in R. Johnston (Ed.).Effects of pollutants

7 on aquatic organisms.cambridge university press, Cambridge. Bourquin, A. W Bioremediation of Hadzarous Waste Biofutur. Cambridge university press, Cambridge. P Darmono Lingkungan Hidup dan Pencemarannya, Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press, Jakarta. De Jaysankar Mercury- resistant Marine Bacteria and Their Role in Bioremediation of Certain Toxicants. Thesis.National Institute of Oceanography Goa University, India. Djuangsih, N., A.K. Benito, H. Salim Aspek Toksikologi Lingkungan, Laporan Analisis Dampak Lingkungan. Lembaga Ekologi Universitas Padjadjaran. Bandung. Edward Pengamatan Kadar Merkuri di Perairan Teluk Kao (Halmahera) dan Perairan Anggai (Pulau Obi) Maluku Utara. Makara, Sains, Volume 12, No. 2. Maluku. Fahruddin Bioteknologi Lingkungan. Alfabeta. Bandung. P Hutagalung, H.P Mercury and cadmium content in green mussels, MytilusviridisL from Onrust Waters. Bay. Environ. Contam.Toxicol.Jakarta. Inswiasari Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan merkuri. Jurnal Ekologi Kesehatann Vol.7 No ; Lasut, M Penurunan Kualitas Lingkungan Akibat Aktivitas Tambang. Aksara Karunia. Jakarta. Lestarisa, Trilianty Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Merkuri (Hg) Pada Penambangan Tanpa Ijin (PETI) Di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. (Online) LIANTY_LESTARISA.pdf tanggal akses 9 Januari Liebert, C.A., Hall, R.M. and Summers, A.O Transposon Tn21, flagship of the floating genome.microbiol.mol. Biol. Rev. 63: Lubis S. H Toksisitas Merkuri dan Penanganannya. USU digitalized Library. Martono, H Penanganan Kasus Keracunan Metil Merkuri di Minamata. Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Nakamura, K., N., Sakamoto, H. Uchiyama and O. Hagi Organomercuria- Volatulizing Bacteria in The Mercury Polluted Sediment Of Minamata Bay Japan. Appl. Environ Microbial. 56(4): Palar, H Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Erlangga. Jakarta. Risa, N, Gl Bakteri Resisten Merkuri Spektrum Sempit dari Daerah Bekas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Mandor. Kalimantan Barat. Jurnal Natur Indonesia. 6(2): Sanusi, H. S Sifat-sifat Logam Berat Merkuri Di Lingkungan Perairan Tropis. Pusat Studi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan. Fakultas Perikanan IPB, Bogor.19 p. Satchanska, G, E.N, Pentcheva, R. Antanasova., V. Groudeva, R., Trifonova and E. Golovinsky MicrobialDiversity in Heavy-Metal Polluted Waters. Enviromental Biotechnology. 19 (3): Sayekti, D Upaya Penanggulangan Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) Pada Ekosistem Perairan. Jurnal Toksikologi lingkungan terapan.

8 Setiabudi, BambangTjahjono Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Kolokium Hasil Lapangan DIM. Suheryanto, E. S. Soetarto, E. Sugiharto, dan T.S. Djohan Bakteri Resistensi Metil merkuri dari Sedimen Sungai Sangon Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berkala Ilmiah Biologi. 7(2) Supriyanto C., Samin, dan Kamal, Zainul Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir.Yogyakarta. Wardana, W DampakPencemaranLingkungan. Andi. Jakarta. Widowati,dkk Efek Toksik Logam. Andi. Jakarta.

POLA PERTUMBUHAN DAN TOKSISITAS BAKTERI RESISTEN HgCl2 Ochrobactrum sp. S79 dari CIKOTOK, BANTEN

POLA PERTUMBUHAN DAN TOKSISITAS BAKTERI RESISTEN HgCl2 Ochrobactrum sp. S79 dari CIKOTOK, BANTEN POLA PERTUMBUHAN DAN TOKSISITAS BAKTERI RESISTEN HgCl2 Ochrobactrum sp. S79 dari CIKOTOK, BANTEN Hartati Imamuddin Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi-LIPI Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

Uji Resistensi Antibiotik pada Bakteri Resisten Merkuri (Hg) yang di Isolasi dari Kawasan Pantai Losari Makassar

Uji Resistensi Antibiotik pada Bakteri Resisten Merkuri (Hg) yang di Isolasi dari Kawasan Pantai Losari Makassar Jurnal Sainsmat, September 2012, Halaman 199-204 Vol. I, No. 2 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Uji Resistensi Antibiotik pada Bakteri Resisten Merkuri (Hg) yang di Isolasi dari Kawasan

Lebih terperinci

Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium.

Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium. Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium. Anindita Meitamasari *) dan Ipung Fitri Purwanti Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

DAYA REDUKSI MERKURI ISOLAT BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URINE PASIEN DI PUSKESMAS BAHU MANADO

DAYA REDUKSI MERKURI ISOLAT BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URINE PASIEN DI PUSKESMAS BAHU MANADO DAYA REDUKSI MERKURI ISOLAT BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URINE PASIEN DI PUSKESMAS BAHU MANADO Fatimawali 1 Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT The aim of this research was to analyze

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO Hendra Wahyu Prasojo, Istamar Syamsuri, Sueb Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang no. 5 Malang

Lebih terperinci

Saintek Vol 6, No 1 Tahun 2011 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENGGUNA MERKURI DARI SEDIMEN SUNGAI YANG TERKONTAMINASI LIMBAH TAMBANG EMAS.

Saintek Vol 6, No 1 Tahun 2011 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENGGUNA MERKURI DARI SEDIMEN SUNGAI YANG TERKONTAMINASI LIMBAH TAMBANG EMAS. Saintek Vol 6, No 1 Tahun 2011 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENGGUNA MERKURI DARI SEDIMEN SUNGAI YANG TERKONTAMINASI LIMBAH TAMBANG EMAS. ISOLATION AND IDENTIFICATION OF MERCURY UTILIZING BACTERIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, biodegradasi logam berat dilakukan dengan beberapa uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer).

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA J.Tek.Ling Vol. 7 No. 3 Hal. 266-270 Jakarta, Sept. 2006 ISSN 1441 318X BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA Titin Handayani Peneliti

Lebih terperinci

ISOLASI DAN UJI RESISTENSI ANTIBIOTIK BAKTERI RESISTENSI MERKURI (Hg) DARI KAWASAN PANTAI LOSARI MAKASSAR

ISOLASI DAN UJI RESISTENSI ANTIBIOTIK BAKTERI RESISTENSI MERKURI (Hg) DARI KAWASAN PANTAI LOSARI MAKASSAR ISOLASI DAN UJI RESISTENSI ANTIBIOTIK BAKTERI RESISTENSI MERKURI (Hg) DARI KAWASAN PANTAI LOSARI MAKASSAR Ririn Dwi Ayu S, S.Si Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan

Lebih terperinci

TULISAN PENDEK. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Untuk Agen Bioremoval Logam Berat Merkuri. Muhammad Badjoeri

TULISAN PENDEK. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Untuk Agen Bioremoval Logam Berat Merkuri. Muhammad Badjoeri Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Untuk Agen Bioremoval TULISAN PENDEK Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Untuk Agen Bioremoval Logam Berat Merkuri Muhammad Badjoeri Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan sering dijadikan tempat bermuaranya buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri maupun pertambangan. Dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi merupakan energi utama yang sulit tergantikan sampai saat ini. Dalam produksi minyak bumi dan penggunaannya, dapat menghasilkan buangan sebagai limbah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas di berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri, maka masalah pencemaran lingkungan menjadi masalah yang sangat

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO Siskawati Usman, Sunarto Kadir, Lia Amalia 1 siskawatiusman@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Distribusi Logam Merkuri Pada Sedimen Laut Di Sekitar Muara Sungai Poboya

Distribusi Logam Merkuri Pada Sedimen Laut Di Sekitar Muara Sungai Poboya Distribusi Logam Merkuri Pada Sedimen Laut Di Sekitar Muara Sungai Poboya Sandi Purnawan 1), Rismawati Sikanna 2), Prismawiryanti 3) Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak Solar Dari Perairan Teluk Pare-Pare

Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak Solar Dari Perairan Teluk Pare-Pare ISSN 2302-1616 Vol 4, No. 1, Juni 2016, hal 41-46 Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak Solar Dari Perairan Teluk Pare-Pare HASYIMUDDIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran logam berat telah menyebar keseluruh belahan dunia sejalan dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

IV. KULTIVASI MIKROBA

IV. KULTIVASI MIKROBA IV. KULTIVASI MIKROBA PENDAHULUAN Untuk memperoleh kultur murni hasil isolasi dari berbagai tempat maka dibutuhkan alat, bahan dan metode seperti ilistrasi di bawah ini : Media Umum Diferensial Selektif

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa meluapnya lumpur panas yang terjadi di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menyebabkan tergenangnya

Lebih terperinci

Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik

Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik MODUL 5 Bioremediasi Polutan Organik POKOK BAHASAN : Bioremediasi limbah cair organik dengan tanaman air dan bakteri TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami dan mampu merancang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari aktivitas industri merupakan masalah besar yang banyak dihadapi oleh negaranegara di seluruh dunia.

Lebih terperinci

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA Zulkifli Ahmad Universitas Khairun Ternate e-mail : ahmadzulkifli477@gmail.com ABSTRAK Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tahapan Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian III.1.1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian. Pada tahap

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KONSORSIA BAKTERI INDIGEN DALAM MEREDUKSI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) LIMBAH CAIR TEPUNG AGAR

EFEKTIVITAS KONSORSIA BAKTERI INDIGEN DALAM MEREDUKSI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) LIMBAH CAIR TEPUNG AGAR EFEKTIVITAS KONSORSIA BAKTERI INDIGEN DALAM MEREDUKSI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) LIMBAH CAIR TEPUNG AGAR Septiana Wulandari 1, Endang Suarsini 2, Ibrohim 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 05,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi

Lebih terperinci

Felmawati Mundeng, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1. Kata Kunci: Mercury (Hg), Hulu dan Hilir Air Sungai

Felmawati Mundeng, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1. Kata Kunci: Mercury (Hg), Hulu dan Hilir Air Sungai STUDI ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN KADAR MERKURI (Hg) DI HULU DENGAN DI HILIR SUNGAI ONGKAG MONGONDOW KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW (Suatu Penelitian di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam PENDAHULUAN Latar Belakang Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU 1 Wirdati Mardhatillah, 2 Riad Syech, 3 Walfred Tambunan Mahasiswa Program Studi S1 Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah.

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN NI PUTU DIANTARIANI DAN K.G. DHARMA PUTRA Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. ABSTRAK Telah diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):69-76 ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN ANALYSIS OF HEAVY METAL CADMIUM (Cd) AND MERCURY

Lebih terperinci

Resistensi Beberapa Isolat Bakteri terhadap Logam Berat (Hg, As, Cd, Ni, Pt dan Se) ABSTRACT

Resistensi Beberapa Isolat Bakteri terhadap Logam Berat (Hg, As, Cd, Ni, Pt dan Se) ABSTRACT J. Biol. Indon. Vol. III, No. 2 : 161-167 (2001) Resistensi Beberapa Isolat Bakteri terhadap Logam Berat (Hg, As, Cd, Ni, Pt dan Se) Hartati Imamuddin Balitbang Mikrobiologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

PENGAMATAN KADAR MERKURI DI PERAIRAN TELUK KAO (HALMAHERA) DAN PERAIRAN ANGGAI (PULAU OBI) MALUKU UTARA

PENGAMATAN KADAR MERKURI DI PERAIRAN TELUK KAO (HALMAHERA) DAN PERAIRAN ANGGAI (PULAU OBI) MALUKU UTARA MAKARA, SAINS, VOLUME 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 97-101 PENGAMATAN KADAR MERKURI DI PERAIRAN TELUK KAO (HALMAHERA) DAN PERAIRAN ANGGAI (PULAU OBI) MALUKU UTARA Edward UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan kegiatan, yaitu pengambilan sampel, isolasi dan identifikasi bakteri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah. Diantara

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif HASIL Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif Hasil konfirmasi kemurnian dari keempat isolat dengan metoda cawan gores, morfologi koloninya berbentuk bulat, elevasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai memiliki berbagai komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi membentuk sebuah jaringan kehidupan yang saling mempengaruhi. Sungai merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT (Cu, Fe, Zn) KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN DENSITAS AIR SUNGAI GAUNG DI DESA SEMAMBU KUNING KECAMATAN GAUNG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Dahlia Segeryanti *, Riad Syech, Usman

Lebih terperinci

BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR PT PETROKIMIA GRESIK DENGAN BAKTERI INDIGENOUS

BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR PT PETROKIMIA GRESIK DENGAN BAKTERI INDIGENOUS TUGAS AKHIR - SB091358 BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR PT PETROKIMIA GRESIK DENGAN BAKTERI INDIGENOUS JURUSAN BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut TeknologiSepuluhNopember Surabaya 2013

Lebih terperinci

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Isolasi dan Perbaikan Kultur 3/3/2016 Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Rancang Media 1. Buat kisaran medium dengan nutrien pembatas berbeda (misal C, N, P atau O). 2. Untuk tiap tipe nutrien

Lebih terperinci

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus. Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus., L) Oleh: Annisa Rakhmawati, Agung Budiantoro Program Studi Biologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

Teknik Isolasi Bakteri

Teknik Isolasi Bakteri MODUL 3 Teknik Isolasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Pengenceran Suspensi Bakteri dari Sumber Isolat/Lingkungan 2. Teknik Isolasi Bakteri (Solid and Liquid Medium) TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan

Lebih terperinci

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perindustrian mengalami perkembangan yang pesat di dunia. Hal ini terjadi di masa revolusi industri yaitu di Eropa pada abad pertengahan. Awalnya mendirikan pabrik

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN Siti Nurul Islamiyah, Toeti Koestiari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Email :islamiyahnurul503@gmail.com Abstrak. Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931 KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN SOCAH DAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN Wahyu Andy Nugraha Dosen Jurusan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ANALSS ON LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDMEN, AKAR, KULT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM Fitriani, Syarifudding Liong dan Maming Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDUKTIVITAS AIR SUNGAI BATANG LUBUH MENGGUNAKAN MULTITESTER

PENENTUAN KONDUKTIVITAS AIR SUNGAI BATANG LUBUH MENGGUNAKAN MULTITESTER PENENTUAN KONDUKTIVITAS AIR SUNGAI BATANG LUBUH MENGGUNAKAN MULTITESTER Usman Malik 1,Tommi Parulian 2, Riad Syech 2 Usman.malik@lecturer.unri.ac.id ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut Ekosistem yaitu suatu lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk dan faktor-faktor

Lebih terperinci

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 167-172 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN: Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman 073 079 ISSN: 2085 1227 Penurunan Logam Timbal (Pb) pada Limbah Cair TPA Piyungan Yogyakarta dengan Constructed Wetlands Menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN

ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN Metha Anung Anindhita 1), Siska Rusmalina 2), Hayati Soeprapto 3) 1), 2) Prodi D III Farmasi Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan hidup pokok karena tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung tanpa tersedianya air yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya.

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

Teknik Isolasi Bakteri

Teknik Isolasi Bakteri MODUL 3 Teknik Isolasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Pengenceran Suspensi Bakteri dari Sumber Isolat/Lingkungan 2. Teknik Isolasi Bakteri TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami persiapan dan pelaksanaan pengenceran

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR LOGAM BERAT PADA SUNGAI DI JAWA TENGAH

ANALISIS KADAR LOGAM BERAT PADA SUNGAI DI JAWA TENGAH ANALISIS KADAR LOGAM BERAT PADA SUNGAI DI JAWA TENGAH Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Seamarang Email: rsant_ti@yahoo.com Abstrak. Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan  Metode Penelitian Sampel 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perkembangan industrialisasi tidak dapat terlepas dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik dalam bentuk padatan, cairan, maupun

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Penelitian kandungan Hg dilakukan pada ikan kakap merah yang berasal dari tiga pasar tradisional, yaitu pasar Bilungala, pasar Mupuya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci